1 BAB I PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Secara umum musik merupakan penggambaran kembali kebiasaan-kebiasaan hidup manusia ataupun bumi yang kita tinggali ke dalam suatu bentuk perlambangan- perlambangan bunyi yang diungkapkan secara ekspresif dan estetis.1 Musik memiliki 2 unsur, pertama unsur vokalia (bernyanyi) dan unsur instrumentalia (alat-alat musik).
Musik bukan hanya sekedar instrumen musik yang digunakan di gereja, tetapi musik gereja itu adalah segala seluruh musik yang terkait dan menjadi bagian dari tata ibadah, dalam bentuk apapun, entah berupa paduan suara, nyanyian jemaat dan musik instrumentalia.2 Kedua unsur ini dipergunakan sebagai sarana memuji dan memuliakan nama Tuhan dalam ibadah. Salah satu kegiatan penting dalam kehidupan bergereja adalah ibadah bersama yang dilakukan secara rutin setiap hari Minggu oleh umat Kristiani. Ibadah tentunya sangat penting untuk menunjang pertumbuhan iman jemaat dan sebagai sarana pemersatu antar jemaat Gereja. Pentingnya peribadahan dan konsep ibadah yang dijalankan setiap minggunya menjadi suatu pergumulan bagi tiap gereja untuk mencari bentuk ibadah yang berkenan kepada Tuhan dan yang juga bisa menjangkau orang-orang disekitarnya.
Musik adalah alat utama dalam memuji Tuhan. (Mazmur 150:3-5) Dalam perjanjian Lama bisa kita lihat bahwa musik sudah menjadi kebutuhan dan menjadi obat dalam kehidupan bangsa Israel. Contohnya bisa kita lihat ketika Saul dirasuki oleh Roh jahat dan Daud memainkan bunyi kecapinya sehingga Saul menjadi pulih dan segar kembali. Kemudian boleh kita lihat bahwa dalam perjanjian lama musik juga digunakan dalam bait Allah (Mazmur 19, 20, 21, 48), sehingga boleh dikatakan bahwa
1 Agasatya Rama Listya, “Kontekstualisasi Musik Gereja”, Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 1999, 6.
2 Agasatya Rama Listya, “Kontekstualisasi Musik Gereja”, Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 1999, 8.
2
pengaruh musik menjadi kebutuhan dan bukan menjadi kewajiban. Musik yang bernafaskan pujian kepada Tuhan dapat membuat jiwa seseorang menjadi merasa damai, bersukacita dan dapat membuang ketakutan, pikiran jahat oleh karena terinspirasi dari makna musik dan syair lagu tersebut.
Musik memberikan pengaruh dan memiliki peranan yang penting bagi manusia, dimana melalui musik banyak manusia dapat menyampaikan dan menggambarkan perasaan yang mereka miliki dan dapat mereka sampaikan pada orang di sekeliling mereka. Musik dapat membantu manusia dalam menyebarkan semangat, motivasi, perasaan bahagia, bahkan perasaan sedih. Perkembangan kebudayaan manusia tentu selaras dengan perkembangan budaya musik, seiring ditemukannya berbagai teknologi baru maka tidak lah tak mungkin untuk ditemukannya pula alat musik baru yang memiliki warna musik berbeda dari musik-musik sebelumnya. Musik populer telah berkembang di abad ke-20 yang dibawa oleh Michael Jackson, Mariah Carey, Britney Spears, Ricky Martin dan New Kids on the Block, tentunya orang-orang diseluruh dunia terutama generasi muda cenderung menikmati dan banyak menggunakan musik tersebut untuk berbagai kegiatan penting dalam hidupnya.3
Dalam ibadah Kristen, musik dan tatanan ibadah merupakan dua hal yang sangat penting dalam proses peribadahan. Musik yang merupakan anugerah dari Allah merupakan salah satu cara umat-Nya untuk memuji, memuliakan dan mengucap syukur kepada Allah. Dari bab pertama Alkitab sampai dalam ibadah Israel dan Gereja dalam Perjanjian Baru telah menggunakan musik dalam peribadahan.4 Hal ini menunjukkan bahwa musik dalam peribadahan Kristen telah ada dari masa lampau dan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut Adolf Heuken dalam bukunya yang berjudul
“Ensiklopedia Gereja”, musik gerejawi merupakan musik yang ada di dalam gereja, dimana musik Gerejawi masih dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu musik ibadah/liturgi dan musik rohani. Menurut Edmund Prier dalam bukunya yang berjudul
3 Yohanis Luni Tumanan, “Ibadah Kontemporer : Sebuah Analisis Reflektif Terhadap Hadirnya Budaya Populer Dalam Gereja Masa Kini”, Jurnal Jaffray, Vol. 13, No. 1, April 2015.
4 Novita Romauli Saragih, Musik gerejawi (Bandung: Media Sains Indonesia, 2022), 1.
3
“Sakralitas Musik Rohani”. Dikatakan bahwa musik ibadah dan musik rohani merupakan dua hal yang berbeda, yaitu bahwa musik ibadah ditulis sebagai bagian integral dari ibadah yang merupakan media permohonan, renungan, penginjilan, ucapan syukur atau iringan peribadahan. Oleh karena sifat yang dimiliki itu, maka musik ibadah tidak bebas nilai, khususnya pada lirik lagu yang merupakan elemen yang signifikan pada elemen aransemen musiknya sendiri.5 Seperti yang disampaikan oleh Agasatya pada bukunya yang berjudul “Kontekstualisasi Musik Gereja” pada umumnya sebagian besar jemaat awam menganggap bahwa pengertian musik gereja hanyalah terbatas pada semua jenis instrumen musik yang digunakan untuk mengiringi suatu kebaktian atau paduan suara di gereja, misalnya: piano atau organ. Namun, menurut Agasatya musik gereja bukanlah sekedar instrumen musik yang digunakan di gereja saja seperti piano, organ dan gitar. Melainkan musik gereja adalah segala atau seluruh musik yang terkait dan menjadi bagian dari tata ibadah, apapun itu bentuknya, entah berupa nyanyian jemaat, paduan suara, musik instrumental dan sebagainya.6
Seiring berkembangnya zaman, perkembangan musik juga sedikit demi sedikit ikut berubah maupun semakian bervariasi. Pemuda-pemudi yang merupakan ujung tombak gereja ke dunia luar terkadang juga membawa perubahan dan perkembangan tersebut ketika menjadi pelayan di gereja. Perkembangan musik gereja dari waktu ke waktu semakin berkembang baik fungsi maupun strukturnya. Mengamati perjalanan musik dari masa ke masa, dapat dirasakan oleh jemaat bahwa terdapat berbagai warna musik yang hadir mengisi dan bahkan mampu mempengaruhi warna musik gereja- gereja. Berbagai warna yang muncul ini pada akhirnya juga ikut mempengaruhi perubahan tatanan ibadah pada gereja-gereja yang ada. Gereja-gereja yang dulunya hanya menerapkan ibadah tradisional atau ibadah yang menggunakan lagu-lagu himne diiringi alat musik organ, piano ataupun keduanya. Akhirnya juga mengikuti perkembangan jaman dan menambahkan beberapa alat musik yang baru muncul
5 Novita Romauli Saragih, Musik Gerejawi (Bandung: Media Sains Indonesia, 2022), 3.
6 Agasatya Rama Listya, “Kontekstualisasi Musik Gereja”, Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 1999, 8.
4
sebagai alat musik gereja dan menghasilkan nuansa berbeda dan baru pada peribadahan.
Ibadah kontemporer adalah ibadah yang memberikan kebutuhan kultur popular yang maksudnya adalah ibadah yang sering dipakai gereja-gereja mainstream ketika melaksaknakan ibadah yang berada diluar kebiasaan mereka. Ibadah Kontemporer atau sering juga disebut dengan istilah ibadah variatif atau ibadah alternatif dipandang sebagai suatu ibadah yang fokus pada penerimaan terhadap kultur (pop), pada kebaruan dan sifat inovatif, pada penggunaan teknologi mutakhir yang bertujuan untuk meraih kaum muda yang menginginkan suasana baru pada peribadahan Gereja yang jenuh dengan gaya ibadah tradisional.7 Ibadah kontemporer yang memang memiliki aspek- aspek kontemporer yang biasa digunakan antara lain seperti musik, busana, bahasa, teknologi media visual dan arsitektur dari bagian gereja yang letaknya dekat di altar bisa saja menjadi salah satu alasan mengapa banyak kaum muda yang lebih menikmati peribadahan tersebut. Kaum muda yang tentunya memiliki warna musik yang sudah berbeda dengan masa-masa yang telah lampau bisa saja merasa jenuh dengan ibadah tradisional yang menggunakan lagu-lagu himne. Ibadah tradisional digunakan oleh banyak Gereja sebagai bentuk peribadahan yang dilaksanakan setiap minggunya, begitu pula dengan HKBP yang merupakan Gereja Suku.
Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sibolga Kota merupakan salah satu gereja suku yang ada di Sibolga Kota yang menganut aliran Lutheran. Gereja yang identik dengan aliran Lutheran ini memiliki landasan pada ajaran Martin Luther yang sekaligus menjadi tokoh reformasi gereja pada abad ke-16. Martin Luther memiliki argumen yaitu keselamatan manusia hanya diperoleh melalui Yesus Kristus, sebagaimana yang terdapat pada Kitab Suci, serta ajaran ini berpedoman hanya pada Firman Tuhan dan sakramen. HKBP sendiri merupakan salah satu gereja suku yaitu suku Batak Toba. Dalam sejarah kekristenan di Tanah Batak, musik berperan sebagai salah satu sarana penginjilan dan membangun persekutuan bagi orang-orang batak.
7 Firman Panjaitan, “Ibadah Jemaat Kristen Kontemporer Abad 21 Dan Tinjauan Kritis-Liturgisi”, Jurnal Teologi Sistematika dan Praktika, Vol. 2, No. 1, Juni 2019.
5
Para missionaris yang akan diberangkatkan dari Jerman ke Tanah Batak memulai rencana penginjilan mereka dengan menerjemahkan lagu-lagu rohani berbahasa Jerman ke dalam Bahasa Batak Toba. Hal ini akhirnya juga dilakukan oleh para missionarias lainnya yaitu Johannsen, Puse, Metzler, Meerwadlt, Pdt. Otto Marcks, Paul Gerhard dan Pdt. Batak yang pertama. Oleh karena itu, dapat dilihat dari Buku Ende (buku kumpulan pujian yang biasa dipakai oleh jemaat HKBP) sebagian sumber melodi nyanyian jemaat HKBP berasal dari nyanyian rohani Jerman dan Belanda yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Batak Toba.
Liturgi HKBP (Agenda di Huria Kristen Batak Protestan) pada setiap ibadah minggu terdapat tujuh (7) nyanyian himne yang menjadi bagian integral dalam ibadah atau bagian utama dalam peribadahan HKBP yang dinyanyikan bersama-sama oleh seluruh jemaat dan pelayan Gereja.8 Nyanyian himne ini diperoleh dari Buku Ende yang merupakan buku nyanyian khusus berbahasa Batak Toba yang sering digunakan dalam peribadahan HKBP. Setiap nyanyian yang diletakkan dalam peribadahan HKBP memiliki makna dan tujuannya masing-masing yang mana telah ditetapkan oleh Biro Ibadah dan Musik HKBP. Dikarenakan setiap nyanyian memiliki tujuan dan makna masing-masing menjadikan salah satu faktor pemilihan lagu setiap minggu yang tentunya sesuai dengan tema minggu dan nats Khotbah. Dalam perkembangan berikutnya, sumber nyanyian ibadah minggu Gereja HKBP tidak lagi diambil dari Buku Ende, tetapi mulai disesuaikan dengan perkembangan lagu rohani yang mulai popular. Meskipun belum seluruh Gereja HKBP dapat menerima hal tersebut, tetapi bentuk ibadah alternatif atau sering disebut ibadah kontemporer ini merupakan cerminan bagaimana nyanyian himne gereja HKBP sudah mulai ditinggalkan oleh muda-mudi HKBP sendiri.
Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sibolga Kota awalnya memiliki tim musik dengan penggunaan alat musik seperti ibadah tradisional lainnya yaitu organ tunggal dan tentunya menggunakan Buku Ende sebagai panduan dalam nyanyian
8 Source: Youtube HKBP Pusat. Tanya jawab bersama Pdt. Eden Siahaan, S.Th. M.M selaku Kepala Biro Ibadah dan Musik HKBP bertema Buku Ende HKBP.
6
ibadah. Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sibolga Kota pada saat ini sudah mulai menggunakan alat musik band dalam ibadah seperti gitar, Bass, keyboard, saxophone, drum dan lain lain. Hal ini merupakan suata fenomena yang terjadi di HKBP Sibolga Kota yang menjadikan penulis ingin meneliti suatu fakta menarik dalam lingkungan gereja.
Penulis melihat bahwa ada pro dan kontra terhadap alat musik gereja yang dipakai dalam ibadah kontemporer baik dari internal gereja maupun eksternal di Gereja HKBP Sibolga Kota yang sangat berbeda dengan ibadah ketika menggunakan organ tunggal. Penulis menyadari perubahan musik pada Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sibolga Kota tentunya bertujuan untuk mencegah para warga jemaat HKBP Sibolga Kota berpindah Gereja terutama kaum muda-mudi karena memiliki pemikiran bahwa Gereja HKBP Sibolga Kota terlalu monoton dan membosankan dalam peribadahan.
Musik dalam ibadah kontemporer telah menjadi perhatian khusus bagi beberapa peneliti hingga mengangkatnya menjadi sebuah penelitian. Seperti Frans Jimmy Simanjuntak dalam penelitiannya yang berjudul “Penggunaan Musik Dalam Ibadah Kontemporer di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jemaat Semarang Barat”. Penelitian yang dilakukan Frans berlokasi di HKBP Semarang Barat yang mana merupakan salah satu gereja adat yang berada di Semarang Barat. Pada penelitiannya ini, Frans berfokus pada musik maupun pelayan musik di Gereja HKBP Semarang Barat. Frans mencari apa saja alasan maupun dorongan dari pelayan musik melakukan ibadaah kontemporer di HKBP Semarang Barat. Namun, pada penelitian ini belum masuk cakupan pada bagaimana peran musik itu sendiri di Ibadah Kontemporer yang menjadi kesenangan dari jemaat yang sebagian besar diantaranya adalah kaum muda.9 Kemudian selanjutnya, terdapat peneliti bernama Andy K. Manurung. Andy berfokus pada bagaimana peran musik dalam peribadahan setiap harinya yang dilakukan oleh manusia. Lalu, penelitian dari Wenta Mery Br Brahmana yang menjadi titik fokus dari
9 Simanjuntak, Frans Jimmy. Penggunaan Musik dalam Ibadah Kontemporer di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Jemaat Semarang Barat. Jurnal Sendratasik, Vol. 6, No. 2, (Desember 2017).
7
peniliatannya adalah melihat adanya peran musik dalam menyikapi stress dalam kehidupan jemaat GBKP Semarang dari perspektif pastoral.10
Pada penelitian ini diperoleh temuan sebagai berikut, secara struktur ibadah kontemporer dilakukan dengan fleksibel dan sifatnya lebih spontan. Penelitian ini berfokus bagaimana musik dapat membantu dalam proses bertumbuhnya iman seseorang. Namun, pada penulisannya belum ada penelitian yang memiliki fokus pada musik yang akan menjadi komponen penting dalam ibadah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagimana peran musik di dalam ibadah kontemporer. Penelitian ini dilakukan untuk menunjukkan bagaimana musik dapat berperan di dalam ibadah kontemporer tanpa melepaskan atau menghilangkan nilai dan esensi ibadah HKBP yang telah ditetapkan di Agenda HKBP.
Karena mau bagaimanapun, ibadah kontemporer juga butuh dilakukan di Gereja HKBP Sibolga Kota sebagai antisipasi perpindahan jemaat terutama kaum muda. Hal tersebutlah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti peran musik di dalam ibadah Gereja HKBP Sibolga Kota yang diuraikan dalam judul: “Peran Musik dalam Ibadah Kontemporer di Gereja HKBP Sibolga Kota : Studi Analitis Musik Gerejawi”.
1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, berikut rumusan masalah yang akan dibahas pada Tugas Akhir ini:
- Bagaimana peran penting musik dalam ibadah kontemporer HKBP Sibolga Kota dalam perspektif musik gerejawi?
1. 3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang disampaikan, berikut tujuan penelitian yang akan dicapai pada Tugas Akhir ini:
10 Brahmana, Wenta Mery.”Kajian Terhadap Peran Musik Dalam Menyikapi Stres di Jemaat GBKP Semarang dari Perspektif Pastoral”. Repository UKSW.2019.
8
- Mengetahui peran penting musik dalam ibadah kontemporer HKBP Sibolga Kota dalam perspektif musik gerejawi.
1. 4. Manfaat Penelitian
Secara teoritis penulis berharap dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan sehingga dapat menambah wawasan bagi siapa saja yang membacanya. Penulis berharap bagi setiap pembaca dapat semakin mengetahui bagaimana pentingnya peran musik dalam ibadah. Penelitian ini juga dapat dijadikan referensi bagi penelitian-penelitan selanjutnya yang tertarik mengulik peranan musik dalam ibadah kontemporer
Secara praktis penulis berharap melalui tulisan ini pembaca dapat mengetahui peran penting musik dalam ibadah kontemporer di Gereja HKBP Sibolga Kota yang mana tetap dapat berkembang sesuai perkembangan jaman, namun tetap mempertahankan esensi dan nilai-nilai ibadah HKBP yang telah ditetapkan di Agenda HKBP. Pembaca juga dapat mengaplikasikan pemahaman akan ibadah kontemporer dalam peribadahan HKBP Sibolga kota tanpa melepaskan esensi dan nilai-nilai ibadah HKBP.
1. 5. Metode Penelitian
Sebagai upaya mencapai tujuan penelitian, dibutuhkan seperangkat prosedur yang ditentukan untuk menetapkan hukum umum yang menghubungkan antara peristiwa dan memprediksi yang belum diketahui.11 Metode penelitian mencakup berbagai prosedur, skema dan algoritma yang digunakan dalam penelitian. Pada setiap penelitian, penting bagi seorang peneliti untuk menentukan metode penelitian yang digunakan secara praktis yang dapat membantu peneliti untuk melakukan cakupan segala proses prosedur, skema dan algoritma dari penelitian itu sendiri.
Pada penelitian tugas akhir ini, penulis akan menggunakan penelitian studi analitis musik gerejawi dengan pendekatan metode kualitatif. Metode penelitian
11 Nizamuddin, dkk, Metodologi Penelitian : Kajian Teoritis dan Praktis Bagi Mahasiswa. (Riau:
DOTPLUS Publisher), 31.
9
dengan pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian yang berkaitan dengan sebuah fenomena. Pada proses penelitiannya, melibatkan serangkaian analisis mendalam terhadap pengalaman, perilaku dan hubungan tanpa menggunakan teknik statistika dan matematika serta pengolahan data numerik. Penggunaan metode ini bertujuan untuk menganalisa peran musik dalam ibadah kontemporer di Gereja HKBP Sibolga Kota. Menurut Strauss dan Corbin dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Penelitian Kualitatif”, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi organisasi, gerakan sosial, atau hubungan kekerabatan.12
Metode penelitian studi analitis digunakan pada Tugas Akhir ini untuk memperoleh gambaran tentang status gejala pada saat penelitian atau untuk melihat kondisi apa yang ada dalam situasi. Kemudian data-data yang diperoleh dari penelitian ini merupakan hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, cuplikan tertulis dari dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi lapangan, tidak dituangkan dalam bentuk dan bilangan statistik.13 Metode ini diharapkan agar dapat memberi pemahaman kepada pembaca bagaimana peran musik dalam ibadah kontemporer di gereja. Penelitian kepustakaan akan dilakukan untuk pengumpulan data-data sebagai penunjang dalam tulisan ini. Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka merupakan serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan pengumpulan data pustaka, mencataat, membaca, dan mengolah bahan penelitian.14
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi. Lokasi penelitian pada Tugas Akhir ini bertempat di Gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) Sibolga Kota. Partisipan pada penelitian ini ialah pendeta selaku petinggi di HKBP Sibolga Kota, beberapa jemaat HKBP Sibolga Kota dan pengurus kaum muda- mudi HKBP Sibolga Kota. Penelitian ini akan berfokus pada pengaruh musik dalam
12 Strauss, Anselm dan Yuliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2007), 4.
13 Sudjana Nana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan. (Bandung: Sinar Baru Bandung, 1989), 197.
14 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), 3.
10
ibadah kontemporer di HKBP Sibolga Kota untuk menghasilkan pemahaman yang lebih baik tentang peran musik dalam ibadah kontemporer.
1. 6. Sistematika Penulisan
Penulisan Tugas Akhir ini dilakukan dalam uraian sebagai berikut: Bagian pertama, merupakan Pendahuluan dan akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. Kedua, penulis akan menguraikan teori studi analitis musik gerejawi.
Ketiga, penulis akan menguraikan hasil penelitian dan gambaran umum mengenai lokasi penelitian dilakukan yaitu Gereja HKBP Sibolga Kota. Keempat, penulis akan melakukan studi analitis dan hasil penelitian di Gereja HKBP Sibolga Kota. Kelima, penulis akan menguraikan bagian penutup dan akan memberikan kesimpulan dan saran.
11 BAB II
STUDI ANALITIK MUSIK GEREJAWI 2. 1. Sejarah Musik Gerejawi
Manusia sebagai makhluk sosial tentunya memiliki berbagai cara untuk menyampaikan perasaan kepada satu sama lain dengan manusia lain. Cara penyampaian perasaan tersebut maupun penyampaian dalam tujuan lain sangat beraneka ragam caranya. Musik merupakan salah satu cara manusia untuk menyampaikan perasaannya, hal ini dapat dilihat dari pendapat beberapa ahli yang menyampaikan bahwa musik merupakan penghayatan isi pikiran maupun hati manusia yang dituangkan ke dalam bunyi yang teratur dengan melodi atau ritme dan memiliki unsur atau keselarasan yang indah.
Musik sudah mulai sering digunakan oleh manusia sejak abad ke-2 dan ke-3 SM, bahkan pada Tiongkok maupun Mesir memiliki musik dengan bentuk-bentuk tertentu. Adanya pengaruh yang diberikan oleh Tiongkok dan Mesir dalam perkembangan musik, hingga mampu memberikan pengaruh sampai ke Babilonia.
Kemudian berkembanglah musik Hibrani yang kemudian semakin berkembang sehingga melahirkan musik gereja.
2. 1. 1. Musik dalam Perjanjian Lama
Pada masa perjanjian lama, di dalam peribadatan pada bait-bait Allah terdapat banyak Mazmur yang selalu digunakan oleh bangsa Israel sebagai bentuk ibadah pribadi mereka. Mazmur yang terdapat di dalam Alkitab dikumpulkan dari beberapa penulis, yaitu: Daud, Musa, Bani Asaf, Bani Korah, dan lain-lain. Bagaimana pentingnya mazmur dalam kegiatan peribadahan bangsa Israel dapat kita lihat di beberapa bagian dalam Alkitab yang menjelaskan pentingnya bermazmur di bait Allah.
Perkembangannya, mazmur bahkan masih sering digunakan pada saat Yesus di Perjanjian Baru.15 Selain dari pada Mazmur, terdapat juga yang disebut “canticles”
15Harry Eskew and Hugh T. McElrath Sing with Understanding, 2nd ed., (Nashville: Church Street Press, 1995), 78.
12
yaitu nyanyian yang dinyanyikan oleh orang-orang tertentu yang bukan dikutip dari mazmur. Berikut beberapa canticles yang terdapat di dalam Alkitab:
● Nyanyian Musa (Keluaran 15:1-26), disebut juga “Nyanyian Keselamatan” (Song of Salvation), sebuah nyanyian kelepasan dari perbudakan Mesir dan kehancuran pasukan Mesir di Laut Merah
● Nyanyian Musa (Ulangan 32: 1-43), yang berisi perintah Allah kepada bangsa Israel, pada saat Musa akan mengakhiri masa kepemimpinannya, sebelum kematiannya
● Nyanyian Yesaya (Yesaya 26:1-21), yang dibuka dengan pujian kepada Allah atas terlindunginya orang-orang benar dan juga merupakan tangisan akan keadaan bangsa yang sedang dalam kekacauan
● Nyanyian Hana (1 Samuel 2:1-10), mengekspresikan pujian kepada Allah tentang kemahakuasaan-Nya atas semua ciptaan dan nyanyian kepercayaan bahwa Allah berkuasa atas sejarah manusia memberkati yang benar dan menghukum yang jahat
● Nyanyian Yunus (Yunus 2:2-9), doa Yunus ketika sedang berada di dalam perut ikan
● Nyanyian Habakuk (Habakuk 3:2-19), berisikan kepercayaan yang kokoh kepada Allah, berdasarkan apa yang Allah sudah perbuat di tengah-tengah bangsa Israel, bahwa Allah akan membebaskan Israel dari musuh-musuhnya.
Canticles yang ada di Perjanjian Baru:
● Gloria in Excelsis Deo – Nyanyian Malaikat (Lukas 2), teks ini masih dipakai terus oleh gereja-gereja Katolik, Anglikan dan beberapa gereja tradisional lainnya dalam ibadah-ibadah mereka atau dalam misa-misa. Disebut juga “The Greater Doxology”
● Magnificat – Nyanyian Maria (Lukas 1:46-56), teks ini dinyanyikan dalam Verpers (ibadah saat matahari terbenam) dan merupakan bagian dalam ibadah Evening Prayer atau Evensong di gereja Anglikan
● Benedictus – Nyanyian Zakaria (Lukas 1:67-80), dinyanyikan pada ibadah Lauds di gereja Roma Katolik dan pada ibadah Morning Prayer di gereja Anglikan
13
● Nunc Dimittis – Nyanyian Simeon (Lukas 2:27-32), dinyanyikan pada ibadah Compline di gereja Roma Katolik, pada ibadah Even song di gereja Anglikan, dan pada kebaktian Perjamuan Kudus di gereja Lutheran.
2. 1. 2. Musik dalam Perjanjian Baru
Memasuki zaman perjanjian baru, yaitu setelah kejadian kehancuran Bait Allah (tahun 70 masehi). Setelah terjadinya kehancuran Bait Allah, kehidupan orang Kristen maupun kehidupan orang Yahudi mengalami perubahan. Keadaan semakin sulit, dimana penganiayaan terhadap orang-orang percaya semakin meningkat. Upacara- upacara orang Yahudi mulai ditinggalkan, kegiatan peribadahan atau pertemuan- pertemuan ibadah dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan pengawasan yang sangat ketat dan masih banyak lagi. Karena keadaan yang kurang menguntungkan tersebut, maka nyanyian jemaat tidaklah dinyanyikan secara terang-terangan dan mulai bermunculanlah puisi-puisi rohani yang kadang dinyanyikan atau dibacakan saja, yang disebut juga himne, seperti tertulis pada: (1 Korintus 2:9); (Efesus 5:14); (1 Timotius 1:17); (1 Timotius 3:16); (2 Timotius 2:11-13); (Kisah Para Rasul 16:25). Ayat-ayat tersebut merupakan cikal bakal berkembangnya lagu-lagu himne.
2. 1. 2. 1. Himne Yunani (Greek Hymnody)
Pada tahun 367 Masehi, jemaat biasa tidak diperbolehkan terlibat aktif dalam ibadah maupun misa, yang diperbolehkan bernyanyi pada masa ini hanyalah penyanyi yang sudah terlatih dan yang memenuhi syarat, begitu pula penggunaan instrumen tidak diperbolehkan. Hymne sendiri merupakan syair- syair yang berpatokan pada nyanyian mazmur-mazmur. Dalam zaman Yunani ini, himne dengan metrical mulai dikenal, himne dalam zaman ini tidak lagi berbentuk bebas seperti karya prosa, tetapi lebih berbentuk seperti puisi.16 Adapun berikut beberapa himne-himne asli yang muncul pada zaman ini: Phos Hilaron, penulis tidak diketahui - digunakan dalam Verpers atau Evensong, yang berarti Terang Kemuliaan Ilahi Bapa.Penulis himne Yunani yang lain
16 Agastya Rahma Listya, Nyanyian Jemaat dan Perkembangannya (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 1999), 11.
14
adalah Clement dari Alexandria (160-215), Synesius dari Cyrene (375-430), St.
Andrew dari Kreta, St.John dari Damaskus. Himne-himne yang muncul dan terkenal sampai sekarang, antara lain: Ter Sanctus (Suci, Suci, Suci, Allah Maha Tinggi), Gloria in Excelsis Deo (Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi), Gloria Patri (Mat.28:19), TeDeum.17
2. 1. 2. 2. Himne Latin (Latin Hymnody)
Pada masa akhir nyanyian jemaat berbahasa Yunani, secara paralel berkembanglah nyanyian jemaat berbahasa Latin. Pada masa mulai berkembangnya nyanyian himne latin, belahan dunia bagian Timur masih menggunakan Bahasa Yunani, sedangkan belahan dunia bagian Barat sudah mulai menggunakan Bahasa Latin. Pada masa ini, mulai berkembang pula adanya ajaran sesat melalui himne-himne di luar Alkitab. Hal tersebut akhirnya menjadikan timbul peraturan bahwa nyanyian atau teks-teks himne yang bukan berasal dari Alkitab dilarang untuk digunakan. Kaum ortodoks akhirnya mulai melakukan penulisan teks-teks himne untuk menangkal adanya ajaran-ajaran sesat, banyak perjuangan yang dilakukan dalam penyusunan penulisan teks- teks hymne tersebut. Adapun penulis-penulis teks hymne beraliran ortodoks pada masa ini antara lain: Bishop John Chrysostom dari Konstantinopel; Hilary dari Poitiers; yang sangat terkenal yaitu Ambrose dari Milan dengan O lux beata dan Trinitas, yang keduanya adalah nyanyian malam untuk memuji Allah Tritunggal. Juga Veni, Redemptor Gentium, yang banyak digunakan pada masa- masa Advent, bahkan Martin Luther juga menggunakannya dalam Bahasa Jerman. Masih banyak lagi penulis himne yang lain, yang sudah menulis teks- teks himne untuk menangkal ajaran-ajaran sesat yang semakin berkembang.18 2. 2. Definisi Musik Gerejawi
Definisi musik sudah banyak sekali ditulis oleh para ahli seni terkhusus seni musik di dalam buku-bukunya. Meskipun sudah tidak terlalu asing didengar oleh
17 John Julian, Dictionary of Hymnology – vol. 2, (Grand Rapids: Kregel Publications, 1985), hal 894.
18 Karl Edmund, Sejarah Musik Jilid 1. (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi).
15
masyarakat awam. Musik berasal dari Bahasa Yunani Mousike dan diterjemahkan dalam Bahasa latin “Musica”. Mousike dibentuk dari akar kata “Mousa” yaitu nama salah satu dewi kesenian dan ilmu pengetahuan dalam mitos Yunani.19
Musik merupakan ekspresi budaya manusia dan mengungkapkan citarasa keindahan. Musik lahir dari sisi terdalam manusia yang didorong oleh kecenderungan manusia pada sesuatu yang indah. Melalui perwujudan gagasan atau pesan, musik dapat memiliki daya kekuatan yang langsung dapat menggerakan hati dan menyentuh pencipta maupun pendengarnya.20
Musik merupakan salah satu ekspresi diri manusia yang termula. Secara umum musik merupakan penggambaran kembali kebiasaan-kebiasaan hidup manusia atau dunia besar yang kita diami dalam bentuk pelambang-perlambang bunyi yang diungkapkan secara ekspresif dan estetis. Musik memiliki banyak kesamaan dengan bahasa. Dalam bahasa kita dapat menemukan huruf, maka dalam musik kita menemukan nada. Dapat dikatakan bahwa musik sebagai wahana ekspresi dipahami sebagai ilmu, sekaligus juga menjadi keindahan (Estetika).21
Biasanya musik gerejawi dipahami hanya sebagai sebatas instrumen yang digunakan untuk mengiringi nyanyian jemaat dan paduan suara yang ada pada kebaktian di Gereja, misalnya Organ dan Piano. Beberapa berpendapat bahwa musik gereja identik dengan kelompok paduan suara atau kelompok vokal yang ada di Gereja.
Tidak semua musik dapat disebut sebagai musik gerejawi jika tidak ada dalam peribadahan Kristen. Musik gereja bukanlah setiap lagu dan liriknya mengandung kata
“Tuhan”. Musik gereja juga bukanlah sekedar instrumen musik yang digunakan di gereja, seperti; Piano, organ dan Gitar. Musik gereja adalah segala seluruh musik yang
19 E. Martasudjita, Pengantar Liturgi-makna, Sejarah dan Teologi Liturgi, (Yogjakarta:
Kanisius, 1999), 135.
20 Mohammad S Hali, “Unsur Musik dalam 3 buah Sajak Khalil Matran”, Skripsi Sarjana Pendidikan, (Jakarta: Perpustakaan UI, 1998), 8
21 Agasatya Rama Listya, “Kontekstualisasi Musik Gereja”, Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 1999, 6.
16
terkait dan menjadi bagian dari tata ibadah, apapun itu bentuknya, entah berupa nyanyian jemaat, paduan suara, musik instrumental, dsb.22
Dalam memberikan pembagian batasan musik gereja pada tulisan ini, dapat kita kerucutkan pembahasan kepada kata ‘Gereja’. Sebagaimana pengertian sebenarnya sebuah Gereja bukanlah hanya sebuah gedung, melainkan gereja adalah kumpulan orang-orang percaya yang berada di dalam suatu tempat yang bersama-sama berkumpul satu sama lain di dalam waktu yang sama untuk memuji dan memuliakan Allah. Melalui pembatasan tersebut, penulis dapat menarik suatu pengertian dimana musik gerejawi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan tentang bunyi instrumental ataupun bunyi vokal yang menggabungkan banyak nada-nada yang dapat menimbulkan suatu bunyi yang indah dalam berbagai irama, melodi dan harmoni sebagai wadah pengungkapan pikiran dan emosi manusia (sebagai orang percaya) dalam hubungannya dengan Tuhan yang dipercayainya dan cara mereka untuk mengucap syukur maupun berkomunikasi lebih dalam dengan Penciptannya.
Martin Luther merupakan seorang tokoh reformasi Kristen yang terkenal berpendapat: “Saya senantiasa mencintai musik. Barang siapa menguasai musik, dikatakan telah terbentuk dengan baik dan siap untuk menjalankan segala macam tugas yang dibebankan kepadanya. Musik memang sangat perlu diajarkan di sekolah- sekolah. Kami bermaksud untuk mengumpulkan kembali lagu-lagu Mazmur Jerman bagi jemaat sehingga melalui nyanyian-nyanyian rohani ini, Firman Allah dapat tetap melekat dalam hati jemaat. Saya tidak malu mengetahui bahwa selain teologi, tidak ada kesenian yang dapat disejajarkan dengan musik. Melalui musik seperti halnya teologi, kita mampu membuat jiwa seseorang tenang sehingga ia bersukacita. Musik sebagai anugerah dari Tuhan, oleh karena itu setiap manusia memiliki tanggung jawab untuk
22 Agasatya Rama Listya, “Kontekstualisasi Musik Gereja”, Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga, 1999, 8.
17
mengupayakan musik sebagai sarana untuk mengembangkannya secara kreatif dalam ibadah.” 23
Pernyataan yang diungkapkan oleh Marthin Luther ini mewakili sebagian besar pandangan para pemimpin gereja mula-mula mengenai fungsi dan arti musik gereja yang sesungguhnya di dalam kehidupan Gereja. Dapat ditarik kesimpulan bahwa, Marthin Luther dan juga pemimpin gereja mula-mula bahkan hingga petinggi gereja pada saat ini menyadari akan keberadaan musik memiliki berbagai fungsi di bidang apa saja terutama dalam peribadahan Kristen.
2. 3. Musik dalam Ibadah
Musik di dalam kehidupan manusia memiliki berbagai fungsi, sebagai alat komunikasi, sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan diri, sebagai wadah untuk saling mengenal satu sama lain, sebagai sarana pembelajaran dan masih banyak lagi.
Dalam ibadah Kristen, musik juga termasuk sebagai salah satu komponen utama dalam proses peribadahan. Penggunaan musik dalam peribadahan Gereja setiap minggunya dapat membuktikan bahwa musik merupakan komponen penting di dalam ibadah Kristen. Selanjutnya akan dibahas bagaimana penataan Musik Gereja maupun fungsi musik di dalam Gereja.
2. 3. 1. Penataan Musik Gereja
Ibadah yang dilakukan oleh jemaat setiap minggu bukan hanya merupakan suatu rutinitas yang hanya ‘wajib’ dilakukan. Ibadah merupakan pertemuan yang dihadiri oleh jemaat-jemaat yang memiliki niat untuk bersekutu bersama dengan saudara-saudari seiman lainnya untuk mengucap syukur, memuji dan memuliakan Allah. Ibadah yang dimaksud di dalam gereja pun bukan hanya ibadah yang bertujuan menyenangkan para jemaat, namun merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mampu membawa jemaat yang mengikuti ibadah dapat merasakan dan menghayati pengalaman imannya dalam berjumpa dengan Tuhan. Ibadah seharusnya dengan
23 Paul W. Wohlgemuth, Rethinking Church Music (revised edition), (Carol stream, IIIinonis: Hope Publishing Company, 1981), 3.
18
berbagai rangkaiannya dapat menyentuh kebutuhan spiritual jemaat, entah itu untuk mengobati rasa rindu akan persekutuan dengan Allah maupun dengan sesamanya manusia. Musik di dalam peribadahan Kristen memiliki nilai yang sangat berbeda dengan musik pada kegiatan lain seperti konser maupun kegiatan duniawi yang hanya untuk memenuhi kesenangan manusia lainnya. Ibadah pada dasarnya bukan bertujuan untuk memuaskan perasaan jemaat maupun menyenangkan hati para jemaat, karena kembali lagi seperti yang sudah disampaikan bahwa ibadah bukan entertainment rohani.
Tujuan ibadah yang seharusnya dapat menyentuh kebutuhan spiritual jemaat, tentunya memerlukan ketersediaan sumberdaya yang mumpuni dalam menampilkan maupun memimpin berjalannya pujian dalam ibadah. Karena itu, diperlukan rekrutmen dan pembinaan pemusik dengan cara yang tepat untuk menangani musik instrumen maupun vokal dalam ibadah. Bahkan pada masanya, Raja Daud mengkhususkan bani Lewi sebagai penyanyi-penyanyi yang terampil di bawah asuhan Asaf, Herman dan Yedutum. Hal ini menunjukkan alangkah baiknya bila tiap Gereja mempersiapkan dengan baik pelayan gereja dalam menangani musik instrumental dan vokal.24
2. 3. 2. Fungsi Musik di dalam Gereja
Berikut akan dibahas kaitan Musik Gereja dengan ibadah, Menurut Agasatya Musik Gereja di dalam Ibadah memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1. Musik menciptakan suasana peribadatan yang sesuai dan menekankan tentang hal- hal penting dalam peribadatan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, bahwa musik dalam ibadah harus sesuai dan juga bukan hanya untuk sekedar menyenangkan hati para jemaat. Gereja juga harus memahami hal tersebut dan dapat menentukan prioritas nilai-nilai apa saja yang tetap harus dipertahankan maupun nilai-nilai apa saja yang dapat dikembangkan sesuai kebutuhan
24 Berth Penny Pahan, Perkembangan Musik Gereja dan Interpretasi Pemusik Gereja Terhadap Nyanyian Jemaat Di Gereja Sinta Kuala Kapuas – vol. 1, (Danum Pambelum: Jurnal Teologi dan Musik Gereja, 2021), 122.
19
2. Sebagai respon jemaat terhadap bagian-bagian dari tata ibadah, baik yang merupakan votum dan salam, pengakuan dosa, pelayanan firman, pengakuan iman percaya, pengutusan maupun pemberkatan yang bersifat sangat pribadi. Dalam ibadah tentunya tidak mungkin hanya pelayan saja yang memberikan respon setiap adanya kegiatan dalam ibadah, musik merupakan salah satu bentuk respon dari jemaat mengenai tatanan ibadah yang berjalan. Tentunya dengan musik juga seluruh suasana ibadah akan terasa berbeda dengan cara penyampaian musik itu masing-masing.
3. Mengajarkan tentang doktrin-doktrin Kristiani, kasih Allah kepada dunia serta pengakuan bahwa Allah berkuasa dalam kehidupan manusia. Musik Gereja tentunya memiliki lirik yang berisi mengenai penggambaran hati jemaat dalam bersyukur, menyampaikan suka, menyampaikan kasih, bahkan menyampaikan penghiburan dibalik keadaan duka. Lirik yang berisi berbagai makna tersebut tentunya akan memberikan suasana ibadah yang berbeda pula, dimana melalui lirik jemaat dapat dengan leluasa menyampaikan keadaan hati mereka. Bahkan bisa saja pada tiap jemaat memiliki penggambaran suasana yang berbeda dalam satu lirik yang sama namun tetap memiliki makna yang sama pula.
2. 3. 3. Peran Musik Gereja
Menurut White pada bukunya yang berjudul ”Pengantar Ibadah Kristen”, musik merupakan suatu sarana yang lebih ekspresif yang lebih dapat menyampaikan perasaan dari pada dengan mengucapkan kata-kata dengan berbagai kecepatan, pola nada, keras lembut, melodi dan ritmenya menjadikan musik lebih dapat menyampaikan suatu perasaan dengan ekspresif.25 Banyak penyampaian makna yang terkadang dengan menggunakan musik akan lebih berhasil dari pada dengan menggunakan perkataan yang mungkin terlalu berbelit dan menyulitkan pendengar untuk memahaminya.
Pendapat White tentunya dapat kita lihat dari kehidupan sehari-hari, bagaimana pendengar musik terkadang dapat ikut merasakan kesedihan maupun kebahagiaan yang tersirat di dalam suatu musik yang didengar. Dalam hal tersebut, tentunya menciptakan
25 James F. White, Pengantar Ibadah Kristen (Surabaya: BPK Gunung Mulia, 2002), 103.
20
suatu musik yang dapat dipahami dengan mudah adalah kunci agar penyampaian pesan dari suatu musik dapat berhasil. Musik yang menyulitkan akan kehilangan fungsinya karena menjadi penghalang bagi pendengar untuk dapat mengekspresikan isi hatinya.
Begitu pula dengan musik gereja, musik gereja yang menyulitkan untuk jemaat memahaminya tentu akan dapat menghilangkan fungsinya sebagai sarana untuk mengekspresikan isi hati jemaat.
Menurut Anton Ampu Lembang, peranan musik dalam ibadah adalah sebagai berikut,26 Pertama, sebagai sarana memuji Tuhan. Tujuan utama dilakukannya ibadah adalah tidak lain dan tidak bukan untuk memuji Tuhan. Kedua, sebagai sarana persekutuan. Maksud musik sebagai sarana persekutuan ialah kembali lagi dengan menggunakan musik sebagai pemersatu jemaat dalam pujian dan penyembahan di dalam ibadah. Ketiga, sebagai sarana pembinaan. Maksudnya ialah, musik dapat berperan untuk menasehati, menguatkan, memberikan dorongan, memerintah, menghibur satu sama lain untuk menghadapi persoalan hidup sebagai pengikut Kristus.
Keempat, sebagai sarana pengajaran. Musik akan jauh lebih efektif bila digunakan sebagai sarana pembelajaran, ini dikarenakan musik lebih mudah mengerti melalui rangkaian melodi, harmoni dan ritme yang dimilikinya dari pada pendekatan dengan menggunakan verbal (kata-kata)
2. 4. Teori Musik Gerejawi
Hingga saat ini, perkembangan peran musik gerejawi di dalam ibadah semakin berkembang beriringan dengan perkembangan dan pertumbuhan Gereja maupun Iman jemaat. Musik gerejawi telah menjadi bagian integral dalam kegiatan peribadahan Kristen. Kebenaran dan dampaknya telah menghasilkan proporsi yang sangat besar dalam teori praktik, khususnya di Gereja-gereja dunia Barat dan di Indonesia, terutama di Gereja-gereja kontemporer.27 Pada definisinya sendiri, Prier mengatakan bahwa
“Istilah musik gereja secara harafiah berarti musik yang dipakai dalam gereja atau
26 Anton Ampu Lembang, Musik Rock dalam Konteks Ibadah dan Keketatan Teologis, Jurnal Amanat Agung, Volume 2, No. 2, Jakarta, STT Amanat Agung, 2006, 252-255.
27 Novita Romauli Saragih, Musik Gerejawi, (Jakarta: Media Sains Indonesia, 2022), 2.
21
musik khusus dari umat sebagai suatu persekutuan gereja, namun secara khusus yang dimaksudkan adalah musik ibadah.” Prier juga mengatakan bahwa musik gereja dapat dikatakan sebagai musik seni, yakni musik yang bermutu tinggi dengan menimba dari kesenian suatu zaman dan musik praktis, yakni musik yang diciptakan terutama untuk dipakai dalam prefasi, aklamasi dan sebagainya.28 Pernyataan Prier ini sejalan dengan bagaimana keadaan setiap masanya masyarakat akan memiliki pandangan atau nilai seni yang berbeda, penilaian seni pada zaman ini terutama musik belum tentu memiliki penilaian yang sama pula pada zaman dahulu. Musik yang digunakan sebagai Musik Gerejawi tentunya bukan merupakan aliran musik yang sembarang, setiap gereja pastinya memiliki warna musik sendiri untuk menggambarkan ciri khas mereka maupun sebagai wujud ucapan syukur mereka kepada Allah dan cara jemaat untuk memenuhi kebutuhan perkembangan imannya.
Musik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu musik gerejawi dan musik sekuler.
Musik Gerejawi adalah musik yang ada di dalam Gereja, dimana musik gerejawi masih dapat dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu musik ibadah/liturgi dan musik rohani.29 Sebagai berikut:
1. Musik Ibadah/liturgi
Pada prakteknya, jemaat sering sekali bingung melihat perbedaan antara musik ibadah/liturgi dan musik rohani, bahkan tidak sedikit pula jemaat yang menganggap dua hal tersebut adalah sama. Karl Edmund Prier pada bukunya yang berjudul “Sakralitas Musik Rohani” menyampaikan bahwa musik ibadah dan rohani memang harus dibedakan, yaitu bahwa musik ibadah ditulis sebagai bagian integral dari ibadah yang merupakan media untuk jemaat memberikan permohonan, renungan, penginjilan, ucapan syukur, atau iringan peribadatan. Berdasarkan sifatnya, musik ibadah tentunya tidak akan bebas nilai, musik ibadah harus tertata, sesuai dengan aturan baik dalam nada, irama, lirik dan komponen musik lainnya. Karena komponen tersebut pastinya akan memberikan kesan berbeda pada setiap musik yang ada. Komponen
28 Karl-Edmund Prier, Musik Gereja Zaman Sekarang, (Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi, 1998), 54.
29 Adolf Heuken, Ensiklopedia Gereja, (Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka, 2005), 40.
22
penting yang sangat diperhatikan pada musik ibadah ialah liriknya. Dimana pada liriknya semua ucapan syukur dan puji-pujian dapat disampaikan oleh jemaat pada saat beribadah tentunya dengan tatanan Bahasa yang lebih cocok dalam konteks ibadah.
2. Musik Rohani
Sedangkan musik rohani dapat bersumber dari pengalaman iman keagamaan atau sikap suci.30 Dengan tujuan dan fungsi yang berbeda, seharusnya perbedaan antara musik ibadah dan musik rohani dapat terlihat. Musik rohani dalam penciptaannya tidak terlalu harus terikat pada suatu aturan dan berfokus sebagai fungsinya untuk hiburan, pementasan, pertemuan, pelajaran dan lainnya. Komponen yang paling diperhatikan pada musik rohani ialah arangemen sesuai berkembangnya zaman dan kebutuhan jemaat. Musik rohani biasanya dapat diciptakan oleh jemaat yang ingin mengucapkan syukur dan penyampaian bentuk penyertaan Tuhan di dalam hidupnya kepada orang-orang sekitarnya. Musik Rohani biasanya juga merupakan sarana bagi jemaat untuk mengekspresikan bagaimana sukacita penyertaan Allah di dalam hidupnya pada saat kapan saja dan dimana saja.
Sama seperti musik pada umumnya, Musik Gerejawi memiliki dua unsur yaitu instrumental dan vokal. Maka dari itu, Musik Gerejawi berdasarkan bentuknya dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu Musik Instrumental dan Musik Vokal.31
1. Musik Instrumental
Musik instrumental didefinisikan sebagai berbagai instrumen musik yang digunakan untuk mendukung berjalannya sebuah ibadah. Dalam prakteknya, musik instrumental biasa diwujudkan untuk berfungsi sebagai pengiring nyanyian jemaat dan fungsi liturgis. Bukan hanya pada masa ini, di dalam Alkitab juga sudah banyak disampaikan bahwa instrumen musik seperti gambus, kecapi, harpa seruling, sangkakala dan sebagainya telah banyak digunakan untuk melaksanakan keberlangsungan ibadah. Alkitab sendiripun tidak ada menyampaikan Batasan jenis
30 Karl Edmud Prier, Sakralitas Musik Rohani dalam majalah Gong Media dan Seni (Yogyakarta:
Yayasan Media dan Seni Tradisi, 2000), 4.
31 Mawene, Gereja yang Bernyanyi, (Yogyakarta: Andi, 2004), 34.
23
musik instrumentlia yang dapat digunakan dalam kebaktian. Pada perkembangannya, banyak gereja yang memilih organ sebagai salah satu instrumen yang paling sering digunakan, yang mana organ merupakan ciptaan oleh seorang ahli teknik berkebangsaan Yunani bernama Kthesibios pada abad ke 3 SM.
Perkembangan musik berjalan secara linier dengan perkembangan jaman, musik pun turut berkembang dengan sebutan musik kontemporer. Begitu juga halnya dengan musik gerejawi. Semakin banyak Gereja Protestan yang awalnya menggunakan hymne sebagai musik ibadahnya menjadi beralih menggunakan jenis musik kontemporer dalam peribadatan dengan pertimbangan bahwa hymne dinilai sudah tidak relevan lagi bagi kaum muda. Maka perubahan ini merupakan sebuah usaha yang dapat dilakukan oleh gereja untuk menarik perhatian kaum muda dengan mengadopsi musik kontemporer agar tidak berpindah ke gereja lain.
Pada praktiknya, penyajian musik di dalam gereja sering sekali menjadi penyebab terjadinya bentrokan antar generasi. 32 Musik kontemporer memang menjadi suatu bagian dari Pengabaran Injil untuk berusaha menarik perhatian kaum muda, namun tetap saja tidak semua orang dapat mengikuti dan nyaman dengan nyanyian berinstrumen yang digunakan di gereja masa kini. Berbagai tanggapan pro dan kontra pun tak dapat terhindarkan, bahkan tanggapan kontra timbul dari pemimpin gereja.
Mereka menilai musik kristen kontemporer bukanlah musik yang diberkati oleh Tuhan, karena menimbulkan dampak yang negatif melalui syair dan penampilan penyanyinya, sangat duniawi, kurang rohani dan dipakai untuk mencari popularitas pribadi.33 Adanya pro dan kontra ini menjadi suatu dilemma bagi gereja masa kini yang mengharuskan gereja dapat menyikapi hal ini dengan bijaksana. Musik Kristen kontemporer memang menarik perhatian kaum muda, namun dalam implementasinya juga tetap harus memperhatikan kebutuhan generasi sebelumnya dan memberikan penghargaan kepada
32 Winnardo Saragih, Misi Musik: Menyembah atau Menghujat Allah, (Yogyakarta: Andi, 2008), 90.
33 Winnardo Saragih, Misi Musik: Menyembah atau Menghujat Allah, (Yogyakarta: Andi, 2008), 91.
24
hymne maupun mazmur yaitu menjadikannya sebagai warisan Kekristenan sejak masa lalu.
2. Musik Vokal
Musik vokal, merupakan musik berupa nyanyian yang langsung dilagukan oleh jemat. Syair dapat lebih efektif dalam menyampaikan pesan kepada pendengar ataupun penyanyi suatu lagu jika dapat disandarkan pada sebuah rangkaian melodi.
Kita sudah mengenal penggunaan Mazmur, hymne dan nyanyian rohani. Pada masa kini nyanyian rohani kontemporer berupa lagu-lagu pop juga sudah banyak digunakan gereja. Tetapi yang harus diingat adalah terlalu banyak nyanyian baru dapat membuat jemaat membisu karena nyanyian yang sulit. Seperti yang sudah disampaikan tadi, bila suatu nyanyian semakin sulit maka akan dapat menghilangkan fungsi dari musik itu sendiri sebagai penggambaran perasaan maupun isi hati manusia.
Musik instrumentalia berfungsi untuk mengiringi nyanyian jemaat, tetapi tidak semua nyanyian harus dibawakan dengan iringan musik. Hal itu yang disebut musik acapella (berasal dari kata alla dan capella) yang merujuk kepada jenis musik yang digunakan di dalam gereja atau kapel, yaitu bernyanyi tanpa iringan. Beberapa nyanyian tetap terdengar merdu meskipun dibawakan tanpa iringan.
Paduan Suara merupakan bagian dari musik vokal dalam musik gerejawi.
Fungsi utama paduan suara yang benar pada dasarnya adalah untuk membantu jemaat dalam bernyanyi, misalnya dalam mengenalkan lagu baru atau lagu yang sulit, hal ini menekankan juga bahwa pada dasarnya paduan suara dibentuk bukan untuk sebagai tontonan atau hiburan bagi jemaat dalam proses ibadah. Ini juga membawa pengaruh pada penempatan paduan suara yang sebenarnya, yaitu di belakang atau di tengah- tengah jemaat sehingga paduan suara turut bernyanyi bersama jemaat. Suatu kesalahan jika Paduan Suara hanya menjadi tontonan atau mengambil alih semua nyanyian jemaat seperti di abad-abad sebelum reformasi, nyanyian jemaat sempat kehilangan perannya, karena diambil oleh pengaruh Roma, nyanyian jemaat diserahkan kepada paduan suara.34
34 James F. White, Pengantar Ibadah Kristen (Surabaya: BPK Gunung Mulia, 2002), 106.
25 BAB III
HASIL PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM HKBP SIBOLGA KOTA 3. 1. Sejarah Singkat HKBP Sibolga Kota
Pada tahun 1870 sudah ada jemaat di Sibolga, dari Sibolga semakin tersebar sampai kepada kampung yang berada di laut Kabupaten Tapanuli Tengah. Tempat beribadah masih berada di Sibolga Julu, kemudian mulailah dibuka gereja-gereja yang baru di kota Sibolga yaitu HKBP Sibolga Kota, HKBP Sibolga Baru, HKBP Sambas, HKBP Sarudik, HKBP Pardomuan Nauli dan HKBP Pantai Galilea.
Pada tahun 1951 semua jemaat yang ada di Simaremare beribadah di Sibolga Julu. Namun mengingat sudah semakin banyak jumlah jemaat di Simaremare, dan banyak yang jauh, maka jemaat itu memberi permintaan agar diadakan partangiangan di Simaremare. Pada 27 Oktober 1951 Pendeta menyetujui hal tersebut terlebih setelah terpilihnya Sintua (Penatua), St. M. Situmeang bersama dengan St. A. Tamba.
Merekalah yang melayani partangiangan di Simaremare sambil memperhatikan semua anggota jemaat yang berada disana.
Melihat sudah banyaknya jemaat di Simaremare, mereka meminta agar diadakan ibadah minggu di Simaremare yang berada di gereja Gereformed (GKI sekarang).
Permintaan jemaat HKBP tersebut disetujui oleh mereka, Pendeta juga menyetujui dibukanya peribadatan disana, maka sudah ada 300 jemaat pada saat itu.
Semakin bertambahnya jumlah jemaat yang datang dari luar Sibolga masuk dan tinggal di Simaremare, terlebih para pejabat di pemerintahan/swasta yang berpengaruh dan memberi hatinya kepada gereja. Disepakati untuk mendirikan gereja di Simaremare, maka dibentuklah panitia pembangunan. Melalui mereka akhirnya gereja tersebut dapat berdiri yang berlokasi di jl. H. Zainul Arifin dengan ukuran 8x12 meter, dengan berlantaikan semen, beratap seng, dan berdinding papan.
Pada 13 Oktober 1957 gereja HKBP Sibolga Kota telah berdiri dengan kokoh dan telah diresmikan oleh Ompui Emeritus Ds. TS. Sihombing. Berikut nama-nama
26
yang telah melayani pada saat itu Guru Huria Gr. S. Hasugian, Bibelvrouw M. Br.
Sihombing, St. M. Situmeang, St. M.S. Simanjuntak, St. N. Hutauruk, St. A. Tamba, St. S. Hutauruk, St. M. Samosir, St. P. Panggabean.
Pada 13 Oktober 1958 Pdt. P. Hasibuan ditugaskan menjadi Pendeta sekaligus melakukan tugas Guru Huria. Semakin lama bertambah juga yang harus diperhatikan di gereja tersebut, yaitu mendirikan rumah dinas gereja. Terlihat kesetiaan seluruh warga gereja, pelayan, dan panitia pembangunan untuk mensukseskan hal tersebut.
Berdirilah rumah dinas dengan ukuran 20 x 6 meter, yang ditempati oleh Pendeta dan Guru Huria. Pada 15 Oktober 1961 Ompui Emeritus Ds. TS. Sihombing datang untuk meresmikan rumah dinas yang telah selesai dibangun dan diresmikan HKBP Sibolga Kota menjadi gereja Ressort Sibolga II bersama dengan pagarannya yaitu HKBP Sibolga Baru, HKBP Sambas, HKBP Sarudik, dan HKBP Pardomuan Nauli dan HKBP Pantai Galilea. Dari sinilah dinaikan lonceng gereja yang dikirimkan oleh D.I.
Panjaitan dari Jerman saat dirinya menjadi anggota militer disana. Pendeta yang melayani di tempat tersebut yaitu A.B. Simanjuntak, sekaligus melakukan tugas Guru Huria dan Biv. M. Br. Sihombing. Jumlah jemaat semakin lama semakin bertambah maka jumlah Sintua ditambah dari setiap lingkungan.
Kemudian gedung gereja diperbesar dengan ukuran 24 x 18 meter, dan pada 13 Oktober 1963 dilakukan Peletakan Batu Pertama melalui Ompui Ds. TS. Sihombing.
Tahun berganti tahun Pendeta, Guru Huria, Bibelvrouw tetap juga berganti dalam melayani di gereja tersebut. Begitu juga dengan Sintua dan panitia pembangunan.
Semua pelayan dan jemaat tetap memikirkan agar semakin fokus dalam pembangunan fisik gereja.
Pada 06 Mei 1985 dibentuk panitia pembangunan sopo bertingkat di belakang gereja melalui Pdt. P. Sihombing (+). Semakin terlihat kesetiaan jemaat dan pelayan untuk melancarkannya. Terlihat dari hampir semua yang memberikan hati, tenaga, waktu, dan begitu pula dengan keperluan lainnya seperti, semen, pasir, batu, makanan, minuman dan berbagai materi juga. Sangat luar biasa terlihat partisipasi jemaat pada
27
saat itu, bergotong-royong menjemput batu ke Pinangsori, memecahkan batu, mencor dan yang lainnya. Melalui kesetiaan semua jemaat maka proses pembangunan berjalan dengan cepat seperti sekarang ini.
Pada 27 Agustus 2000 HKBP Sarudik menjadi jemaat yang mandiri dan telah menjadi satu Ressort. Pada 28 Januari 2001 HKBP Sambas, HKBP Sibolga Baru, dan HKBP Pardomuan Nauli sudah menjadi satu Ressort yang dinamakan dengan Ressort Sibolga Nauli. Tinggallah ressort Sibolga II. Sibolga Kota dan gereja pagarannya yaitu HKBP Pantai Galilea. Pantai Galilea berdiri pada tahun 1997. Banyak jemaat 2515 jiwa, banyak kepala keluarga (KK) 696 jiwa, pelayan 29 orang, kaum bapak 573 jiwa, kaum ibu 683 jiwa, kaum anak-anak laki-laki dan perempuan 656 jiwa. Sampai sekarang ini keadaan peribadatan jemaat HKBP Sibolga Kota diadakan tiga kali masuk yaitu Sekolah Minggu pukul 07.30-08.45, Bahasa Indonesia pukul 08.45-10.15, Bahasa Batak pukul 10.15-12.00.
Pada tahun 2020 pelayan yang melayani di Gereja HKBP Sibolga Kota memiliki pelayan full timer sebanyak tiga orang yaitu Pdt. Jhon H. Titov Hutagalung, S.Th. MM, Gr. Jahemat Tamba, dan Bvr. Nova Ance Larosa. Selain pelayan full timer gereja tersebut memiliki 20 orang Sintua dan 5 orang calon Sintua.
3. 2. Latar Belakang Jemaat
Jemaat merupakan kumpulan orang-orang yang percaya kepada Kristus dan Gereja merupakan tempat peribadatan dan persekutuan para jemaat tersebut. Oleh karena itu banyak jemaat gereja yang memiliki latar belakang kehidupan yang berbeda dan setiap warga gereja yang berbeda pula. Itu semua dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan letak geografis yang ada. Kota Sibolga merupakan kota yang berada di tepi pantai barat pulau Sumatera pada kawasan teluk Tapian Nauli. Letak geografis dari Kota Sibolga yang merupakan titik temu dari berbagai daerah menyebabkan Kota Sibolga memiliki berbagai etnis masyarakat di dalamnya. Adapun etnis yang menempati Kota Sibolga ialah Batak Toba, Nias, Angkola, Karo, Melayu, Pesisir dan lainnya. Sebagai
28
kota yang terletak di pesisir pantai, budaya pesisir yang masih mendominasi etnis di Kota Sibolga.
HKBP Sibolga Kota merupakan salah satu tempat beribadah yang berdiri di Kota Sibolga. Meskipun budaya pesisir yang mendominasi, tidak sedikit gereja HKBP yang berdiri di kota Sibolga tetap bertahan menggunakan bahasa Batak Toba dan Bahasa Indonesia. Hal ini menjadi suatu bentuk usaha bagi gereja HKBP untuk mempertahankan nilai budaya suku Batak Toba.
Jemaat HKBP Sibolga Kota terdiri dari berbagai kalangan sosial, diantaranya adalah berdagang, wiraswasta, penarik becak, supir, Nelayan, Beternak, Paralong- along (Pedagang ikan Eceran), Parengge-rengge (Pedagang sayur mayur dan keperluan dapur lainnya), PNS, Pegawai Swasta, Guru, Kepala bagian di pemerintahan, dan masih banyak lagi. Pekerjaan mayoritas para Jemaat adalah PNS. Namun tidak jarang juga terdapat keluarga yang mempunyai pekerjaan rangkap, misalnya bertani dan PNS, bertani dan guru, bertani dan menarik becak, bertani dan pegawai swasta. Kesadaran Jemaat terhadap pendidikan kepada anak-anak sangat tinggi. Hal itu bisa dilihat bahwa sangat jarang anak-anak tidak sekolah pada jenjang SD, SMP, dan SMA. Bisa juga dilihat bahwa ketika mereka tamat dari SMA, mereka bersemangat untuk melanjutkan pendidikan mereka perguruan tinggi yang ada diluar kota. Tak sedikit pula anak muda perantau yang bergereja di HKBP Sibolga Kota, mereka yang sedang bekerja maupun mengemban pendidikan di Sibolga datang ke HKBP Sibolga Kota untuk bergereja setiap hari minggu bahkan mengikuti kegiatan ibadah lainnya. Banyaknya anak muda inilah yang menjadi suatu alasan bagi HKBP Sibolga Kota juga mencoba untuk mengikuti perkembangan zaman dengan menggunakan ibadah kontemporer pada peribadatan hari minggu yang ditetapkan khusus oleh majelis gereja HKBP Sibolga Kota.
29
3. 3. Pandangan Jemaat HKBP Sibolga Kota Terhadap Peran Musik dalam Ibadah
Jemaat HKBP Sibolga Kota yang memiliki berbagai latar belakang maupun sudah hidup berdampingan dengan orang-orang yang memiliki perbedaan, tentunya tidak menutup kemungkinan bahwa setiap jemaat memiliki karakteristik masing- masing dan cara menikmati sesuatu dengan cara masing-masing. Adanya perbedaan usia, perbedaan profesi maupun perbedaan-perbedaan lainnya tentu akan memberikan perbedaan pola pandang pula bagi tiap-tiap jemaat. Perbedaan pola pikir berdasarkan usia yang tidak terelakkan pun juga terdapat pada pandangan jemaat mengenai peran musik di dalam ibadah.
3.3.1. Pandangan Kaum Pemuda HKBP Sibolga Kota Terhadap Peran Musik dalam Ibadah
Kaum pemuda yang sering dianggap sebagai ‘calon penerus’ gereja, tentunya perkembangan imannya sangat diperhatikan oleh segala pihak di gereja baik orang tua mereka, maupun majelis gereja sendiri. Sama halnya dengan pemuda yang ada di HKBP Sibolga Kota yang biasa disebut sebagai NAPOSO BULUNG HKBP SIBOLGA KOTA, tentunya berbagai pihak yang ada di HKBP Sibolga Kota memasang berbagai harapan yang besar kepada mereka. Pemuda yang ada di HKBP Sibolga Kota juga memiliki berbagai latar belakang. Ada yang merupakan anak daerah dimana dari dahulu hingga sekarang menetap dan dewasa di HKBP Sibolga Kota, ada pula yang anak daerah namun pernah merantau kemudian kembali lagi ke HKBP Sibolga Kota sehingga membawa berbagai pembelajaran luar yang ia dapatkan, maupun ada yang merupakan pendatang baru yang hanya sementara menjadi jemaat di HKBP Sibolga Kota karena berbagai alasan seperti bersekolah maupun bekerja. Kaum pemuda ini memiliki berbagai pandangan dan penilaian mengenai musik di dalam ibadah gereja mereka, diantara mereka ada yang merasa bahwa musik di HKBP Sibolga Kota pada saat ibadah tradisional yaitu ibadah yang sering didatangi kaum orang tua pada pukul 10.00 WIB terasa sangat monoton dan bahkan terkadang dapat membuat
30
rasa kantuk datang sehingga sulit untuk berkonsentrasi dalam ibadah.35 Ada pula yang merasa bahwa musik di HKBP Sibolga Kota pada saat ibadah tradisional dapat memberikan kesan khusuk yang dapat membuat jemaat dapat mengikuti proses berjalannya ibadah dengan konsentrasi penuh dan fokus untuk memuji dan memuliakan Tuhan, suasana tersebut dapat memberikan rasa nyaman pula bagi jemaat yang sedang beribadah.36 Dua pandangan yang berbeda ini dapat mempengaruhi pula pada pilihan kaum muda dalam beribadah ketika di daerah lain.
3.3.2. Pandangan Kaum Bapak dan Ibu HKBP Sibolga Kota Terhadap Peran Musik dalam Ibadah
Tak jauh berbeda dengan kaum pemuda, jemaat HKBP Sibolga Kota kaum Bapak dan Ibu tentunya juga memiliki latar belakang yang beragam. Diantara mereka ada yang pernah pergi merantau dan kembali lagi ke HKBP Sibolga Kota dan ada pula yang dari kecil hingga saat ini selalu di HKBP Sibolga Kota. Dengan berbagai latar belakang tersebut, memberikan kesan yang berbeda pula bagi jemaat kaum Bapak dan Ibu dalam menghadapi dan menikmati musik yang ada di HKBP Sibolga Kota.
Diantara mereka berpendapat bahwa ketukan yang jelas dan naik turun nada yang jelas dengan mengikuti organ berpanduan dari buku ende/kidung jemaat lebih memberikan makna berkesan dan yang selalu mereka rindukan setiap minggunya.37 Ada pula di antara mereka yang merasa bahwa memang musik di dalam peribadahan HKBP Sibolga Kota dibutuhkan suatu perubahan yang dapat memberikan kesan baru dan dapat memikat minat para kaum muda yang akan menjadi generasi penerus gereja HKBP Sibolga Kota.38
35 Wawancara dengan Anisa Dewi Butar-butar, Jumat, 28 Oktober 2022, Pukul 15.00 WIB
36 Wawancara dengan Yessa Purwasi , Sabtu, 29 Oktober 2022, Pukul 17.00 WIB
37 Wawancara dengan anggota Jemaat “kaum bapak” Nuarsen Sitinjak, Selasa 01 November 2022, Pukul 18.00 WIB
38 Wawancara dengan anggota Jemaat “kaum bapak” Nuarsen Sitinjak,Selasa 01 November 2022, Pukul 18.00 WIB
31
3.3.3. Pandangan Majelis Gereja HKBP Sibolga Kota Terhadap Peran Musik dalam Ibadah
HKBP Sibolga Kota, merupakan gereja yang bergabung dengan sinode HKBP.
Maka daripada itu, seluruh struktur dalam majelis gereja mengikuti ketetapan yang ditetapkan oleh HKBP Pusat. Majelis gereja di HKBP Sibolga Kota saling bekerjasama di dalam kasih Tuhan untuk membantu dan mengatur segala urusan gereja di HKBP Sibolga Kota maupun jemaatnya. HKBP Sibolga Kota yang merupakan suatu ressort dari HKBP yang berada di Sibolga Kota memiliki majelis gereja diantaranya : dua puluh enam orang sintua, satu orang guru huria, satu orang bible vrow yang mana majelis gereja ini dipimpin oleh pendeta resort Amang Maslan Situmorang, S.Th.
Berlangsungnya tatanan ibadah yang terbentuk di HKBP Sibolga Kota tentunya dikarenakan oleh berbagai hasil diskusi para majelis gereja HKBP Sibolga Kota dan mengikuti arahan dari HKBP Pusat. Majelis gereja HKBP Sibolga Kota selalu memperhitungkan segala kemungkinan dan segala cara yang dapat mereka lakukan untuk mendukung para jemaat yang ada di HKBP Sibolga Kota untuk dapat tetap melaksanakan ibadah minggu mereka dengan baik di HKBP Sibolga Kota.39 Mulai dari menyediakan waktu yang tepat agar seluruh jemaat dapat menghadiri ibadah, kenyamanan jemaat pada saat beribadah dengan menjaga kebersihan gereja dan bahkan menyediakan variasi ibadah yang dapat memberikan kesan “baru” pada jemaat yang beribadah agar tidak merasa bosan.40 Terlihat dengan kebijakan yang disepakati oleh para majelis gereja HKBP Sibolga Kota memutuskan bahwa diadakan setiap minggu ke-5 ibadah kontemporer di ibadah minggu sore, kebijakan ini telah memberikan respon yang baik dari berbagai jemaat terutama kaum pemuda.41
39, Wawancara dengan Majelis Gereja St. I Matondang, Senin 31 Oktober 2022, Pukul 15:00 WIB
40 Wawancara dengan Majelis Gereja St. M Siregar,Senin 31 Oktober 2022, Pukul 16.00 WIB
41 Wawancara dengan Majelis Gereja St. R br. Siburian,Senin 31 Oktober 2022, Pukul !5.30 WIB
32
3. 4. Pandangan Jemaat HKBP Sibolga Kota Terhadap Ibadah Kontemporer.
Seperti yang telah disampaikan oleh penulis sebelumnya, HKBP Sibolga Kota termasuk Gereja yang juga mengadaptasi ibadah kontemporer pada proses peribadatannya. Hal ini dilakukan tentunya untuk mempertahankan minat kaum pemuda datang beribadah di gereja HKBP Sibolga Kota. Berbagai kaum jemaat tentunya memiliki pandangan yang berbeda terhadap dilaksanakannya adaptasi ibadah kontemporer tersebut.
3.4.1. Pandangan Kaum Pemuda HKBP Sibolga Kota Terhadap Ibadah Kontemporer
Kaum Pemuda merupakan salah satu faktor yang paling utama dilaksanakannya ibadah kontemporer di gereja HKBP Sibolga Kota. Seperti yang telah disampaikan oleh penulis, banyak kaum pemuda yang lebih tertarik dengan adanya ibadah kontemporer dibandingkan ibadah tradisional yang mereka nilai terlalu monoton.
Kaum pemuda yang berada di HKBP Sibolga Kota tidak semua dari mereka pertama kali merasakan ibadah kontemporer dari HKBP Sibolga Kota, ada juga diantara mereka yang justru merasakan tatanan ibadah kontemporer dari gereja tempat mereka beribadah di tempat lain entah karena mereka sedang merantau ataupun memang niat mereka untuk bergereja ditempat lain. Perbedaan yang mereka rasakan terasa signifikan antara ibadah tradisional dan ibadah kontemporer, dengan perbedaan tersebut ada diantara mereka yang merasa nyaman dan ada pula yang malah merasa tidak nyaman karena mereka tidak familiar dengan tatanan ibadah yang baru mereka ikuti tersebut.42 Dibalik perbedaan pandangan tersebut, kaum pemuda setuju bahwa dengan diadakannya ibadah kontemporer dapat mempengaruhi minat kaum pemuda untuk mengikuti ibadah di HKBP Sibolga Kota. Salah satu diantara mereka, berpendapat bahwa dengan ibadah kontemporer gereja HKBP Sibolga Kota akan dapat menjadi gereja yang tetap mengikuti perkembangan zaman dan perkembangan
42 Wawancara dengan Anisa Dewi Butar-butar dan Simon Matondang, Minggu 30 Oktober 2022, Pukul 20.30 WIB