• Tidak ada hasil yang ditemukan

ZULKIFLI HUSEN MAS’UD 10542034211 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ZULKIFLI HUSEN MAS’UD 10542034211 Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

iii THE INFLUENCE OF THE FACTORS THAT CAN CAUSE HYPERTENSION IN

PATIENTS COAL BARAYA HEALTH CENTERS MAKASSAR IN SOUTH SULAWESI IN 2015

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN HIPERTENSI PADA PASIEN PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR

SULAWESI SELATAN PADA TAHUN 2015

ZULKIFLI HUSEN MAS’UD 10542034211

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

2015

(2)

iv

(3)

v

(4)

vi KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah Skripsi. Penulis dengan rendah hati mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Skripsi ini utamanya kepada :

1. Ibu dr. ST Nurul Rezky Wahyuni M.Kes sebagai pembimbbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan nasehat serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

2. Kepada ibu Julianti Ibrahim sebagai dosen pembimbiing penelitian yang telah membimbing saya sehingga terselesaikanya skripsi ini.

3. Kedua orang tua saya Husen mas’ud Al-Amri dan Tafle B. Karamah S.Pd yang telah memberikan doa, bantuan dan dukungan bagi saya selaku penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Terima kasih kepada Harumi Bunga Kasih Zainuddin S.pt dan Ibu Sri Utami atas bantuanya selama ini dari awal sampai akhir penelitian dan sampai tersusunya skripsi ini yang sudah banyak membantu baik berupa tenaga dan doanya selama ini.

5. Teman-teman kelompok pembimbing Nurul Ekawati Aziz, Maulidinah Umar, dan Foffy Afrianti.

6. Kepada rekan-rekan 4STROCYTE atas bantuanya dan dukunganya selama ini serta kerjasamanya.

7. Terima kasih pula kepada seluruh responden/pasien Puskesmas Bara-Barayya yang telah membantu sehingga selesainya skripsi ini.

(5)

vii Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis memohon saran untuk memperbaiiki kekurangan tersebut. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca terutama saya sendiri. Amin

Makassar, 05 november 2014 Penulis,

(Zulkifli Husen Mas’ud)

(6)

viii

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Skripsi, Maret 2015 ZULKIFLI HUSEN MAS’UD ( 10542 0342 11)

Dr. St. Nurul Rezky Wahyuni M.Kes

“PENGARUH FAKTOR – FAKTOR RESIKO YANG DAPAT MENYEBABKAN HIPERTENSI PADA PASIEN PUSKESMAS BARA- BARAYA MAKASSAR SULAWESI SELATAN’’

ABSTRAK

Latar Belakang : Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar diseluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular (World Health Organization). Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap Prehipertensi. Semua orang yang Mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaan dan hanya 61% medikasi.

Tujuan : Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa pentingnya bagi manusia menjaga kesehatan yaitu pola makan serta mengurangi tingkat stress dalam diri agar menghindari hipertensi.

Metode : Jenis penelitian ini menggunakan metode observsional analitik dengan design case control untuk membandingkan kelompok kasus (terpapar) dan kontrol (tidak terpapar).

Pendekatan yang digunakan adalah retrospektif yaitu melihat penyebab yang terjadi dimasa lalu. Peneliti menganalisa hubungan antara umur, jenis kelamin, stress, pola makan , dan pola hidup, dengan kejadian hipertensi pada pasien.

Hasil : Hasil analisis yang dikelompokkan pada karakteristik umur yaitu tua maupun muda, dikatakan muda apabila usianya 20-30 tahun, dan dikatakan tua apabila umurnya 30 tahun keatas. Dan jumlah usia tua yaitu 75 (76,5%) yang tertinggi, dan pada usia muda yaitu 23 (23,5%) hasil ini lebih kecil dari usia yang diambil dari 98 sampel pasien.

Kesimpulan : Hasil dari prevalensi pasien yang hipertensi yaitu 49 orang (50%). Adanya hubungan antara umur dengan resiko terkena hipertensi pada pasien puskesmas Bara-Baraya.

Tidak adanya hubungan hipertensi dengan jenis kelamin, pola hidup, pola makan maupun tingkat stres pada apasien Bara- Baraya.

Kata Kunci : Hipertensi, Faktor-faktor, Resiko Hipertensi.

(7)

ix MEDICAL FACULTY MUHAMADIYAH UNIVERSITY OF MAKASSAR Skripsi, March 2015 ZULKIFLI HUSEN MAS’UD (10542 0342 11)

Dr. St. Nurul Wahyuni Rezky M.Kes

“RISK FACTORS THAT COULD CAUSE HEALTH PATIENTS WITH HYPERTENTION IN COAL BARA-BARAYA MAKASSAR, SOUTH SULAWESI’’

ABSTRACT

Background : hypertension is a major health problem throughout the world because of high prevalence and assiciated with an increased risk of cardivascular disease (World Health Organization). According to the AHA (American Heart Association) in the united state, high blood pressure found in one out of every three people or 65 million people who suffer from hypertension only one who knows his condition thirds and only 61% of medication.

Purpose: The purpose of this study was to determine how the importance of maaintaining human health are diet and reduce the level of stress in themselves in order to avoid hypertension.

Methods: This research uses a method observasional analytic case-control design to compare the case group (exposed) and control (unexposed). The approach used is that retroseptive look at the causes that occured in the past. Researchers analyzed the relationship between age, sex, stress,diet, and lifestyle with hypertension in patients.

Results: analisys were grouped on the characteristics of that age old and young, ypung said when he was 20-30 years old, and ssaid if the age of 30 years old or older. And the number of old age is 75 (76.%) were the highest, and at a young age is 23 (23,5%) is smaller than the results of old age are taken from the 98 patients samples.

Conclosiun: The results of the prevalence of hypertension patients is 49 people (50%). The existence of a rrelationnship between age and the risk of hypertension in patients Bara- Baraya heallth centerss. The absence of hypertension relationship with gender, lifestyle, diet and stress in patients with PHC Bara-Baraya.

Keywords: Hypertension, Factors, Risk of Hypertension

(8)

x

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...i

LEMBAR PANITIA SIDANG UJIAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

ABSTRAK...v

DAFTAR ISI...vii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar belakang ...1

B. Identifikasi masalah...3

C. Tujuan dan kegunaan...3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...4

A. Hipertensi...4

B. Tekanan darah...5

C. Tanda dan gejala hipertensi...9

D. Kerangka teori...21

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS...22

A. Kerangka konsep...22

B. Hipotesis...22

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN...23

A. Jenis penelitian...23

B. Waktu dan tempat penelitian...23

(9)

xi

C. Populasi dan sampel...23

D. Cara pengumpulan data...24

E. Pengolahan dan penyajian data...26

F. Analisis data...27

G. Etika penelitian...28

H. Alur penelitian...30

BAB V HASIL...31

A.Hasil penelitian...31-37 BAB VI PEMBAHASAN...39

A.Pembahasan...39-46 BAB VII TINJAUAN KEISLAMAN...47

A.Pola hidup/ perilaku menurut pandangan islam...47-49 B.Penyakit menurut pandangan islam...49-50 BAB VIII PENUTUP...51

A.Kesimpulan...51

B.Saran...52

DAFTAR PUSTAKA...53

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...54

(10)

i BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi merupakan masalah kesehatan besar di seluruh dunia sebab tingginya prevalensi dan berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (World Health Organization). Menurut AHA (American Heart Association) di Amerika, tekanan darah tinggi ditemukan satu dari setiap tiga orang atau 65 juta orang dan 28% atau 59 juta orang mengidap prehipertensi. Semua orang yang mengidap hipertensi hanya satu pertiganya yang mengetahui keadaanya dan hanya 61% medikasi.

Menurut World Health Organization (WHO) dan the International Society of Hypertension (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Di Indonesia sendiri hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni 6,7% dari populasi kematian pada semua umur. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) tahun 2007 menunjukan prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia).

Di Indonesia masalah hipertensi cenderung meningkat. Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan bahwa 8,3%

penduduk menderita hipertensi dan meningkat menjadi 27,5% pada tahun 2004.

(11)

ii Prevalensi hipertensi di Pulau Jawa 41,9%, dengan kisaran di masing-masing provinsi 36,6% - 47,7%. Prevalensi di perkotaan 39,9% (37,0% - 45,8%) dan di pedesaan 44,1(36,2%-51,7%).

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan usia. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikendalikan (minor) yaitu obesitas, kurang olah raga atau aktivitas, merokok, minum kopi, sensitivitas natrium, kadar kalium rendah, alkoholisme, stress, pekerjaan, pendidikan dan pola makan.

Penyakit hipertensi akan menjadi masalah yang serius, karena jika tidak ditangani sedini mungkin akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya seperti terjadinya penyakit jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan, dan penyakit ginjal.

Hipertensi dapat dicegah dengan menghindari faktor penyebab terjadinya hipertensi dengan pengaturan pola makan, gaya hidup yang benar, hindari kopi, merokok dan alkohol, mengurangi konsumsi garam yang berlebihan dan aktivitas yang cukup seperti olahraga yang teratur.

B. Identifikasi Masalah

Apakah faktor-faktor seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, stress, pola makan dan pola hidup dapat mempengaruhi tingkat hipertensi pada seorang pasien serta tingkat stress juga dapat mengakibatkan hipertensi pada seseorang.

(12)

iii C. Tujuan Dan Kegunaan

a. Tujuan

Tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi di puskesmas bara-barayya. seberapa pentingya bagi manusia menjaga kesehatan diri agar menghindari hipertensi.

Tujuan Khusus dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui fakto- faktor seperti umur, jenis kelamin, pola makan, pola hidup, dan stress terhadap resiko terjadinya hipertensi.

b. Kegunaan

Kegunaan dilakukannya penelitian ini adalah agar kita dapat memberikan informasi kepada masyarakat betapa pentingnya menjaga kesehatan, agar menghindari pemicu terjadinya hipertensi.

(13)

iv BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi

Hipertensi atau penyakit “darah tinggi” merupakan kondisi ketika seseorang mengalami kenaikan tekanan darah baik secara lambat atau mendadak. Diagnosis hipertensi ditegakkan jika tekanan darah sistol seseorang menetap pada 140 mmHg atau lebih. Nilai tekanan darah yang paling ideal adalah 115/75 mmHg (Agoes , 2011)1.

Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg.

Hipertensi diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder (5-10%). Dikatakan hipertensi primer bila tidak ditemukan penyebab dari peningkatan tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh penyakit/keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer (sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler, serta akibat obat (Bakri, 2008)2.

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah.

Tekanan darah (TD) ditentukan oleh dua faktor utama yaitu curah jantung dan resistensi perifer. Curah jantung adalah hasil kali denyut jantung dan isi sekuncup.

Besar ini sekuncup ditentukan oleh kekuatan kontraksi miokard dan alir balik vena.

Resistensi perifer merupakan gabungan resistensi pada pembuluh darah (arteri dan arteriol) dan viskositas darah. Resistensi pembuluh darah ditentukan oleh tonus otot polos arteri dan arteriol dan elastisitas dinding pembuluh darah.

(14)

v Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

a. Hipertensi Primer atau Esensial

Hipertensi yang tidak atau belum diketahui penyebabnya (terdapat sekitar 90% - 95% kasus). Penyebab hipertensi primer atau esensial adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan. Faktor keturunan bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat penyakit kardiovaskuler dalam keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat berupa sensitifitas terhadap natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan reaktivitas vaskuler (terhadap vasokonstriksi) dan resistensi insulin.

b. Hipertensi sekunder atau Renal

Hipertensi yang disebabkan atau sebagai akibat dari adanya penyakit lain (terdapat sekitar 5% - 10% kasus) penyebabnya antara lain hipertensi akibat penyakit ginjal (hipertensi renal), hipertensi endokrin, kelainan saraf pusat, obat-obat dan lain-lain.

B. Tekanan darah

Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada system sirkulasi.

Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan mempengaruhi homeostatsis di dalam tubuh. Dan jika sirkulasi darah menjadi tidak memadai lagi, maka terjadilah gangguan pada sistem transport oksigen, karbondioksida, dan hasil-hasil metabolisme lainnya. Di lain pihak fungsi organ-organ tubuh akan mengalami gangguan seperti gangguan pada proses pembentukan air seni di dalam ginjal ataupun pembentukan cairan cerebrospinalis dan lainnya. Sehingga mekanisme

(15)

vi pengendalian tekanan darah penting dalam rangka memeliharanya sesuai dengan batas-batas normalnya, yang dapat mempertahankan sistem sirkulasi dalam tubuh.

Menurut Ibnu (1996)3 Terdapat beberapa pusat yang mengawasi dan mengatur perubahan tekanan darah, yaitu :

1. Sistem syaraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak, misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan syaraf pusat, misalnya baroreseptor dan kemoreseptor.

2. Sistem humoral atau kimia yang dapat berlangsung lokal atau sistemik, misalnya rennin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin, asetilkolin, serotonin, adenosine dan kalsium, magnesium, hydrogen, kalium, dan sebagainya.

3. Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah, susuna kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian dalam dan di luar sistem vaskuler.1 Menurut Budiyanto (2002)4, bahwa tekanan darah sistolik (atas) adalah puncak yang tercapai ketika jantung berkontraksi dan memompakan darah keluar melalui arteri. Tekanan darah sistolik dicatat apabila terdengar bunyi pertama (Korotkoff I) pada alat pengukur darah. Tekanan darah diastolik (angka bawah) diambil ketika tekanan jatuh ketitik terendah saat jantung rileks dan mengisi darah kembali.

Tekanan darah diastolik dicatat apabila bunyi tidak terdengar lagi (KorotkoffV).

Tekanan darah rata-rata atau sering disebut mean arterial pressure (MAP) adalah tekanan di seluruh sistem arteri pada satu siklus jantung. Tekanan darah rata-

(16)

vii rata (TDR) diperoleh dengan cara membagi tekanan nadi dengan angka tiga dan ditambahkan pada tekanan diastolik. Dengan rumus sebagi berikut:

Gambar : Rumus Tekanan Darah Arteri Rata-Rata (TDR)

Tekanan darah rata-rata inilah yang merupakan hasil perkalian curah jantung dengan tahanan perifer. Nilai tekanan darah tersebut dapat berubah-ubah sesuai dengan faktor yang berpengaruh padanya seperti curah jantung, isi sekuncup, denyut jantung, tahanan perifer dan sebagainya maupun pada keadaan olah raga, usia lanjut, jenis kelamin, suku bangsa, iklim, dan penyakit-penyakit jantung atau pembuluh darahnya.

Patogenesis kelainan tekanan darah tinggi dimulai dari tekanan darah yang dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer serta dipengaruhi juga oleh tekanan atrium kanan. Pada stadium awal sebagian besar pasien hipertensi menunjukkan curah jantung yang meningkat dan kemudian diikuti dengan kenaikan tahanan perifer yang mengakibatkan kenaikan tekanan darah yang menetap.

Peningkatan tahanan perifer pada hipertensi esensial terjadi secara bertahap dalam waktu yang lama sedangkan proses autoregulasi terjadi dalam waktu yang singkat.

Peningkatan curah jantung dan tahanan perifer dapat terjadi akibat dari berbagai faktor seperti genetik, aktivitas saraf simpatis, asupan garam, dan metabolisme natrium dalam ginjal dan faktor endotel mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi esensial (Sidabutar dan Prodjosujadi,1990)5. Peran faktor genetik terhadap hipertensi esensial dapat

(17)

viii dibuktikan dengan kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada pasien kembar monozigot dari pada heterozigot, jika salah satu diantaranya menderita hipertensi.

(18)

ix Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi Hipertensi menurut WHO

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Tingkat 1 (hipertensi ringan)

140-159 90-99

Sub grup : perbatasan 140-149 90-94

Tingkat 2 (hipertensi sedang)

160-179 100-109

Tingkat 3 (hipertensi berat)

≥ 180 ≥ 110

Hipertensi sistol terisolasi ≥ 140 < 90

Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee 7

Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Klasifikasi Hipertensi Hasil Konsensus Perhimpunan Hipertensi Indonesia Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

Normal <120 Dan <80

Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99

(19)

x

Hipertensi tahap 2 ≥ 160 Atau ≥ 100

Hipertensi sistol terisolasi

≥ 140 Dan < 90

C. Tanda tanda dan Gejala Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.

Menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial,Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat,Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

(20)

xi Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

Klasifikasi menurut WHO (1999)6 disebut bahwa yang dikatakan hipertensi apabila mempunyai tekanan darah sisitoliknya _ 140 mm Hg dan tekanan darah diastoliknya _ 90 mm Hg.14 Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg atau tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor resiko dan sebaiknya diberikan perawatan. Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan

(21)

xii ginjal. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera. Menurut Gray dkk (2005)7 , sekitar 5% kasus hipertensi telah diketahui penyebabnya, diantaranya adalah penyakit parenkim ginjal (3%), penyakit renovaskuler (1%), kelainan endokrin (1%), Koarktasio aorta, kaitan dengan kehamilan, dan akibat penggunaan obat.

Hipertensi yang telah diketahui penyebabnya disebut dengan hipertensi sekunder.

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :

1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh kejadian hipertensi).

2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya penyakit lain. Hipertensi esensial kemungkinan memiliki banyak penyebab, beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hipertensi esensial adalah salah satu faktor resiko penting untuk terjadinya penyakit cerebrovaskuler dan penyakit jantung koroner. Hipertensi esensial merupakan penyebab kesakitan dan kematian yang cukup banyak dalam masyarakat. Bila dilihat persentase kasus hipertensi secara keseluruhan, maka kasus hipertensi esensial meliputi lebih kurang 90-95% dan 5-10% lainnya adalah kasus hipertensi sekunder (Budiyanto,2002)4.4 Hanya 50% dari golongan hipertensi sekunder dapat diketahui penyebabnya, dan dari golongan ini hanya beberapa persen yang dapat diperbaiki kelainannya.16 Penderita hipertensi esensial sering tidak menimbulkan gejala sampai penyakitnya menjadi parah. Bahkan sepertiganya

(22)

xiii tidak menunjukkan gejala selama 10 atau 20 tahun. Penyakit hipertensi sering ditemukan sewaktu pemeriksaan kesehatan lengkap, dengan gejala sakit kepala, pandangan kabur. Gejala-gejala lain merasa letih, badan terasa lemah, palpitasi atau jantung berdebar-debar dengan cepat dan keras bisa teratur atau tidak, dan susah tidur.17 Diagnosis dari hipertensi esensial ditegakkan oleh eksklusi, apabila tidak ada sebab-sebab patologis yang terang. Apabila karena kemajuan penelitian lebih banyak ditemukan faktor-faktor lain dari patologi yang mendasari tekanan darah tinggi, diagnosis hipertensi esensial jumlahnya akan mengurang. Hipertensi esensial diperkirakan banyak terdapat pada keluarga tertentu secara turun-menurun, dasarnya adalah adanya faktor genetik yang dapat bersifat single dominant gene atau dapat pula poligenik. Pada penelitian yang dilakukan ternyata bahwa peningkatan tekanan darah sebetulnya sudah mulai pada umur sekitar 20-30 tahun, tetapi baru akan nyata gejalanya pada umur yang lebih lanjut, yaitu pada umur 50 tahun atau lebih. Dari itu, biasanya pada penderita berumur lebih dari 50 tahun dan tidak dapat ditemukan faktor-faktor etiologi yang pasti, maka dibuat diagnosis hipertensi esensial.

Faktor lain adalah faktor lingkungan seperti stres psikososial, obesitas, merokok, dan kurang olah raga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi primer (susalit dkk,2001)8. Penelitian epidemiologi membuktikan bahwa obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi, dibuktikan pula bahwa faktor ini berkaitan yang erat dengan timbulnya hipertensi dikemudian hari. Obesitas atau kelebihan berat badan akan meningkatkan kerja jantung dan dapat menyebabkan hipertropi jantung dalam jangka lama dan tekanan darah akan cenderung naik.

(23)

xiv Selain itu fungsi endokrin juga terganggu, sel-sel beta pancreas akan membesar, insulin plasma meningkat, dan toleransi glukosa juga meningkat. Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui saraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten. Stres yang berlangsung lama akan dapat mengakibatkan peninggian tekanan darah yang menetap (Susalit dkk,2001)8 Dalam keadaan stres pembuluh darah akan menyempit sehingga menaikkan tekanan darah.

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang ada dalam rokok yang masuk kedalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengakibatkan proses arteriosklerosis dan tekan darah tinggi.

Selain itu, merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Alkohol juga dihubungkan dengan hipertensi, Dimana peminum alkohol akan cenderung hipertensi (Sidabutar dan Prodjosujadi, 1990)5 Namun diduga, peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan darah berperan dalam menaikkan tekanan darah.

Alkohol juga diduga empunyai efek pressor langsung pada pembuluh darah, karena alkohol menghambat natrium dan kalium, sehingga terjadi peningkatan natrium intrasel dan menghambat pertukaran natrium dan kalsium seluler yang akan memudahkan kontraksi sel otot. Otot pembuluh darah akan menjadi lebih sensitive terhadap zat-zat pressor seperti angiotensin dan katekolamin.

Faktor risiko tekanan darah tinggi

Dari penelitian epidemiologi telah dibuktikan bahwa sejumlah faktor risiko hipertensi diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya manifestasi penyakit. Hipertensi esensial dipengaruhi beberapa faktor yaitu :

(24)

xv Ciri individu seperti umur, jenis kelamin, faktor riwayat keluarga serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol. Adapun gambaran faktor resiko tersebut dapat dilihat dibawah ini :

1. Umur

Terdapat kesepakatan dari para peneliti bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena pada usia tua diperlukan keadaan darah yang meningkat untuk memompakan sejumlah darah ke otak dan alat vital lainya. Pada usia tua pembuluh darah sudah mulai melemah dan dinding pembuluh darah sudah menebal. Menurut Gray (2002)7 baik pria maupun wanita, 50% dari mereka yang berusia diatas 60 tahun akan menderita hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg). Disamping itu, semakin bertambah usia, maka keadaan sistem kardiovaskuler pun semakin berkurang, seperti ditandai dengan terjadinya arterioskilosis yang dapat meningkatkan tekanan darah. Susalit dkk (2001)8 dalam bukunya menyatakan bahwa sebagian besar hipertensi esensial terjadi pada usia 24-45 tahun dan hanya 20% terjadi dibawah usia 20 tahun. Boedhi-Darmojo (2001)9 dalam naskah ilmiahnya menyimpulkan bahwa 1,8-17,8% penduduk Indonesia yang berumur di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Dalam penelitian itu juga menyebutkan bahwa umur sesudah 45 tahun prevalensi hipertensi naik terutama pada wanita.

2. Riwayat keluarga

Peran faktor riwayat keluarga terhadapa hipertensi esensial dapat dengan berbagai fakta yang dijumpai, seperti adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih

(25)

xvi banyak dijumpai pada pasien kembar monozigot daripada heterozigot, jika salah satunya diantaranya menderita hipertensi. Hipertensi akibat dari riwayat keluarga juga disebabkan faktor genetik pada keluarga tersebut. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik. Gen angiotensinogen berperan penting dalam produksi zat penekan angiotensin, yang mana zat tersebut dapat meningkatkan tekanan darah. Terjadinya perubahan bahan angiostensinogen menjadi menjadi angiotensin I dan di dalam sirkulasi pulmonal angiotensin I diubah menjadi angiotensin II dan selanjutnya bahan angiostensin II inilah yang berperan merangsang beberapa pusat yang penting dan mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan darah.

3. Obesitas

Obesitas adalah keadaan dimana terjadi penumpukan lemak yang berkelebihan di dalam tubuh dan dapat diekspresikan dengan perbandingan berat badan serta tinggi badan yang meningkat. Obesitas atau kegemukan merupakan faktor risiko yang sering dikaitkan dengan hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi pada individu yang semula normotensi bertambah dengan meningkatnya berat badan. Individu dengan kelebihan berat badan 20% memiliki risiko hipertensi 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan berat badan normal (Suarthana, 2001)10, Penelitian The Second National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES II) penderita berat badan lebih (overweight) yang berumur 20-75 tahun dengan BMI > 27 akan mengalami kemungkinan hipertensi 3 kali lipat dibandingkan dengan tidak berat badan lebih (Hendromartono,2002)11. Penelitian Sigarlaki (2000)12 yang dilakukan di RSU FK-UKI menyatakan bahwa

(26)

xvii ada hubungan orang yang berat badan berlebihan dengan kejadian hipertensi.

Dalam penelitian itu mempunyai OR sebesar 3,74 artinya bahwa orang yang obesitas mempunyai risiko untuk menderita hipertensi sebesar 3,74 kali dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas.

4. Stres

Stres menurut Greenberg (2002)13 adalah interaksi antara seseorang dengan lingkungan termasuk penilaian seseorang terhadap tekanan dari suatu kejadian dan kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tekanan tersebut, keadaan ini diikuti respon secara psikologis, fisiologis, dan perilaku. Respon secara psikologis antara lain berupa emosi, kecemasan, depresi, dan perasaan stres. Sedangkan respon secara fisiologis dapat berupa rangsangan fisik meningkat, perut mulas, badan berkeringat, jantung berdebar-debar. Respon secara perilaku antara lain mudah marah, mudah lupa, susah berkonsentrasi. Stres terdiri dari 3 unsur sebagai berikut:

a. Stresor (penyebab stres), yaitu sumber stres yang berbentuk kejadian- kejadian yang menyangkut dirinya sendiri atau orang lain maupun lingkungan hidup, atau stimulus yang mendorong kebutuhan beradaptasi.

b. Orang yang mengalami stres, yang kemudian melakukan berbagai respon, secara fisiologis maupun psikologis untuk mengalami stress.

c. Transaction, yaitu hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara orang yang sedang mengalami stres dengan keadaan penuh stres.

Secara fisiologis, respon terhadap stres dipengaruhi oleh system neuroendokrin.

Sistem neuroendokrin terdiri dari kelenjar endokrin yang dikontrol oleh sistem

(27)

xviii saraf. Selama stres, sistem saraf simpatik mengaktifkan dua sistem utama dalam sistem endokrin yaitu:

1. Sistem medula adrenal-simpatik (Sympatic- adrenal medulary system)/

Sympathetic activation Stresor yang dirasakan membuat saraf simpatik mengaktifkan medula adrenal yang menghasilkan kartekolamin (adrenalin dan noradrenalin yang disebut juga epinephrin dan norepinephrin). Hal itu menyebabkan perubahan pada tekanan darah, detak jantung, berkeringat, pembesaran pupil mata. Respon ini sama dengan fight or flight response yang dikemukakan. Kartekolamin memiliki efek pada jaringan tubuh dan dapat menyebabkan perubahan pada sistem imun tubuh.

2. Sistem HPA (Hypotalamic-pituitary- adrenocortical)/ Hypotalamicpituitary- adrenocortical activation Aktivasi sistem aksis HPA dimulai dengan sekresi CRH (Corticotropin– Releasing Hormone/ hormon pelepas kortikotropin). CRH kemudian memicu kelenjar pituitari anterior untuk melepaskan glukokortikoid yang paling penting dan berhubungan dengan stress yaitu kortisol. Kartekolamin mengaktifkan amigdala yang ada di dalam otak yang memacu respon emosional terhadap situasi yang membuat stres. Selama waktu stres kartekolamin juga menekan aktivasi dalam otak yang berhubungan dengan emosional, konsentrasi, penghambatan dan pikiran tidak rasional. Kortikosteroid merupakan neuromodulator terhadap konsolidasi ingatan, kecemasan, serta asupan makan.

Rangsangan stres yang meningkatkan kortikosteroid dan kortikolamin menstimulasi b endorphin dari hipotalamus dan mensekresikan pripiomelanocortin (POMC) yang mempengaruhi analgesi dan emosional.

Klasifikasi Stres

Stuart dan Sundeen (1998)14 mengklasifikasikan tingkat stres, yaitu:

1) Stres ringan

(28)

xix Pada tingkat stres ini sering terjadi pada kehidupan sehari-hari dan kondisi ini dapat membantu individu menjadi waspada dan bagaimana mencegah berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

2) Stres sedang

Pada stres tingkat ini individu lebih memfokuskan hal penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga mempersempit lahan persepsinya.

3) Stres berat

Pada tingkat ini lahan persepsi individu sangat menurun dan cenderung memusatkan perhatian pada hal-hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi stres. Individu tersebut mencoba memusatkan perhatian pada lahan lain dan memerlukan banyak pengarahan.

5. Merokok

Menurut WHO (1999)6, individu yang terus menerus menggunakan tembakau cenderung meningkatkan risiko hipertensi, hal ini disebabkan karena adanya konsumsi komulatif dari penggunaan tembakau. Merokok dapat meningkatkan tekanan darah, meskipun pada beberapa penelitian didapatkan kelompok perokok dengan tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan kelompok yang tidak merokok (Susalit dkk,2001)8. Menyatakan bahwa orang yang merokok mempunyai risiko untuk menderita hipertensi sebesar 2,39 kali dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai kebiasaan merokok.

6 . Konsumsi minuman yang mengandung kafein

Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di dalam makanan contohya biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (Cola nitida), guarana, dan maté. Ia terkenal dengan rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan pernafasan. Kafein juga bersifat diuretik (dapat dikeluarkan melalui air kencing). Minuman yang mengandung kafein, seperti minuman

(29)

xx suplemen, sudah sejak lama dianggap tidak terlalu menguntungkan bagi kesehatan tubuh. Apalagi bila diminum secara berlebihan. Para ahli juga memperbincangkan bahwa kafein punya potensi menyebabkan kanker dan penyakit hati. Kafein sebagai salah satu bahan kimia yang banyak terkandung dalam minuman dan makanan yang akrab dikonsumsi sehari-hari seperti kopi, teh, minuman cola, minuman suplemen dan obat-obatan. Padahal kafein merupakan salah satu zat yang berbahaya bagi kesehatan dan sudah dibuktikan dari berbagai macam penelitian (jika dikonsumsi berlebihan) Agaknya merupakan hal yang wajib untuk mengenal lebih jauh apa sebenarnya kafein tersebut. Kafein sendiri bisa sebagai stimulan. Dua cangkir kopi, mampu meningkatkan kewaspadaan dan konsentrasi. Studi lain juga memberikan argumentasi, kopi mampu membantu petugas shift malam mempertahankan konsentrasi, mengurangi potensi kecelakaan industri, mengurangi kelelahan pengemudi, serta risiko kecelakaan dijalan raya.

D. Kerangka Teori

(30)

xxi BAB III

A.KERANGKA KONSEP

KETERANGAN

: VARIABEL INDEPENDENT : VARIABEL DEPENDENT

B. Hipotesis

Hipotesis nol adalah hipotesis yang dimana umur, jenis kelamin, stress, pola makan dan pola hidup yang tidak berhubungan dengan tingkat kenaikan hipertensi pada pasien Puskesmas Bara-Baraya.

Hipotesis alternanif adalah hipotesis yang dimaksudkan dimana umur, jenis kelamin, stress, pola makan dan pola hidup dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi pada pasien Puskesmas Bara-Baraya.

VARIABEL INDEPENDENT 1. UMUR

2. JENIS KELAMIN 3. PEKERJAAN 4. POLA HIDUP 5. POLA MAKAN 6. STRESS

VARIABEL DEPENDENT

HIPERTENSI

(31)

xxii BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode observsional analitik dengan design case control untuk membandingkan kelompok kasus (terpapar) dan kontrol (tidak terpapar). Pendekatan yang digunakan adalah retrospektif yaitu melihat penyebab yang terjadi di masa lalu. Peneliti menganalisa hubungan antara umur, jenis kelamin pekerjaan, stress, pola makan, dan pola hidup dengan kejadian hipertensi pada pasien (bare & smeltzer 2001)14.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan pada bulan Desember 2014 - Januari 2015.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Puskesmas Bara-Baraya.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berkunjung ke bagian penyakit umum baik yang hipertensi maupun yang tidak hipertensi untuk menjadi bahan perbandingan di Puskesmas Bara-Baraya.

2. Sampel

(32)

xxiii Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang mengalami Hipertensi dengan tekanan darah > 140/90 maupun yang tidak hipertensi dengan tekanan darah <140/90 untuk menjadi bahan perbandingan di Puskesmas Bara-Baraya dan akan diberikan kuisioner.

3. Besar sampel dan Rumus besar Sampel

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan oleh rumus lemeshow:

𝑛 = 𝑍1−𝛼 22 𝑃(1 − 𝑃)𝑁

𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑍1−𝛼 22 𝑃(1 − 𝑃) Keterangan :

α : deviat baku alfa = 1,96

P : Proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 0.5 d : Tingkat Kesalahan = 0.08

N : Populasi penelitian = 277 Maka :

𝑛 = 𝑍1−𝛼 22 𝑃(1 − 𝑃)𝑁

𝑑2(𝑁 − 1) + 𝑍1−𝛼 22 𝑃(1 − 𝑃)

𝑛 = 1.962𝑥0.5𝑥(1 − 0.5)𝑥277

0.082𝑥(277 − 1) + 1.962𝑥0.5𝑥(1 − 0.5) 𝑛 = 98

Jadi, terdapat 98 responden yang dijadikan sampel dalam melakukan analisis.

Karena jenis penelitian ini adalah case control maka sampel untuk kelompok kasus dan kontrol adalah 1 : 1 atau masing-masing 49 sampel.

(33)

xxiv Metode pengumpulan sampel adalah Nonprobabilitiy Sampling dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu dengan cara pengambilan sampel ini dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai sampel terpenuhi. Teknik pengambilan sampel didasarkan pada kriteria inklusi dan ekslusi yang telah di tetapkan oleh peneliti untuk menetukan dapat tidaknya sampel tersebut digunakan, tujuannya agar sampel yang ada dapat mewakili keseluruhan popoulasi yg ada.

Kriteria inklusi

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.

1.Kriteria Inklusi

a. Pasien Hipertensi >140/90 dan tidak hipertensi <140/90 di puskesmas Bara- Baraya.

b. Pasien yang bersedia untuk mengisi kuisioner yang telah diberikan, di Puskesmas Bara-Baraya.

Kriteria Ekslusi 2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian a. Pasien yang mengalami Hipertensi pada wanita hamil di Puskesmas Bara-

Baraya.

b. Pasien hipertensi yang sedang menjalani terapi akupunktur.

(34)

xxv E. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melihat hasil pengukuran darah pasien dan meminta pasien untuk mengisi kuisioner pola makan dan stres apabila hasil pengukuran darah pasien terbukti bahwa pasien mengalami hipertensi >140/90 dan tidak hipertensi <140/90 untuk jadi bahan perbandingan.

F. Pengolahan dan Penyajian Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputerisasi program SPSS for windows.

Dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Penyuntingan data dimulai di lapangan dan setelah data terkumpul, kuesioner diperiksa dan apabila terdapat kuesioner yang tidak lengkap jawabannya, maka kuesioner tersebut akan dilengkapi kembali.

2. Coding

Apabila semua data telah terkumpul dan selesai diedit di lapangan, kemudian akan dilakukan pengkodean variabel sebelum dipindahkan ke format aplikasi SPSS.

3. Entry Data

Entry data adalah kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana dengan menggunakan tabel kontigensi. Pada penelitian ini data diolah menggunakan program Excel dan SPSS.

4. Tabulasi data

(35)

xxvi Proses perhitungan yang telah ditempatkan kedalam masing-masing kategori dan disusun dalam tabel yang mudah dimengerti.

G. Analisis data

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer. Adapun analisis yang akan dilakukan meliputi:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendiskripsikan karakteristik dari variabel penelitian. Hasil analisis dari masing-masing variabel kemudian dimasukan ke tabel distribusi frekuwensi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan diantara dua variabel. Dalam penelitian ini akan dibandingkan distribusi silang antara kedua variabel yang berhungan. Kemudian akan dilakukan uji statistik untuk menyimpulkan hubungan antara kedua variabel tersebut bermakna atau tidak.

Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji chisquare (x2) jika memenuhi syarat yaitu tidak ada sel yang nilai observed yang bernilai nol dan tidak ada sel yang mempunyai nilai yang expected kurang dari 5. Jika tidak memenuhi syarat maka akan dilakukan uji Fisher.

H. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian kesehatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian, mengingat penelitian keseheatan berhubungan langsung dengan

(36)

xxvii manusia, maka segi etika harus diperhatikan. Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain.

1. Persetujuan Responden (Informed Cosent)

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed Consent adalah subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka mereka harus menanda tangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien.

Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut antara lain : partisipasi pasien, tujuan dilakukan tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi, dan lain-lain.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau mencantumkan nama Responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan keberhasilan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

(37)

xxviii Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti hanya kelompok tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

(38)

xxix I. ALUR PENELITIAN

PASIEN YANG BEROBAT JALAN DI PUSKESMAS BARA-BARAYYA

KRITERIA INKLUSI PASIEN HIPERTENSI DENGAN TEKANAN DARAH DIATAS 140/90 DAN PASIEN TIDAK HIPERTENSI DENGAN

TEKANAN DARAH DIBAWAH 140/90

DIBERIKAN KUISIONER

PENGUMPULAN DATA HASIL DARI KUISIONER

MENGANALISIS DATA YANG TELAH DIKUMPULKAN

(39)

xxx BAB V

HASIL

Berdasarkan hasil dari penelitian mengenai Pengaruh Pola Makan, Pola Hidup, dan Tingkat Stres Yang Dapat Menyebabkan Hipertensi Pada Pasien Puskesmas Bara-Baraya

1. Analisis Univariat

Tabel 1 : Karakteristik Responden Puskesmas Bara-baraya

Kelompok N (%)

Hipertensi 49 50

Tidak Hipertensi 49 50

TOTAL 98 100

Dari tabel 1 diatas dapat terlihat hasil dari kelompok responden hipertensi maupun yang tidak hipertensi sampel yang digunakan jumlahnya sama yaitu pada pasien hipertensi 49 orang (50%), dan pada pasien yang tidak hipertensi juga 49 orang (50%).

(40)

xxxi Tabel 2 : Karakeristik Umum Responden Puskesmas Bara-baraya

Karakteristik Umum Hipertensi (%) Non Hipertensi (%) Usia

-Muda (20-30) 5 10,2 18 36,7

-Tua (30-60) 44 89,8 31 63,3

Jenis Kelamin

-Laki-laki 24 49 25 51

-Perempuan 25 51 24 49

Pendidikan

-Tidak tamat SD/sederajat 7 14,3 0 0

-Tamat SD/sederajat 9 18,4 1 2,0

-Tamat SMP/Sederajat 8 16,3 6 12,2

-Ta mat SMA/sederajat 19 38,8 21 42,9

-Tamat S1/Diploma 6 12,2 21 42,9

Pekerjaan

-PNS 2 4,1 10 20,4

-Pegawai Swasta 4 8,2 8 16,3

-Wiraswasta 9 18,4 10 20,4

-Tidak Bekerja 34 64,4 21 56,1

Hasil analisis yang diperoleh pada tabel 2 dapat diketahui bahwa karakteristik umur responden yang digolongkan muda antara umur 20-30 tahun terdapat 5 (10,2%) responden yang mengalami hipertensi, dan yang tidak hipertensi sebanyak 18 (36,7%), lalu karakteristik yang digolongkan umur tua 30-60 tahun terdapat responden yang hipertensi sebanyak 44 (89,8%) dan yang tidak hipertensi sebanyak 31 (63,3%). dengan total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

(41)

xxxii Hasil yang diperoleh pada tabel 2 dapat diketahui bahwa karakteristik jenis kelamin responden laki-laki yang hipertensi sebanyak 24 (49%) dan responden laki- laki yang tidak hipertensi sebanyak 25 (51%), lalu pada karakteristik jenis kelamin responden perempuan yang hipertensi sebanyak 25 (51%) dan pada karakteristik Jenis kelamin responden perempuan yang tidak hipertensi sebanyak 24 (49%).

Total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

Hasil yang diperoleh pada tabel 2 dapat diketahui bahwa karakteristik pendidikan pasien dikelompokkan menjadi lima kategori, yaitu tidak tamat SD/sederajat sebanyak 7 (14,3%) responden yang hipertensi dan 0(0%) responden yang tidak hipertensi , tamat SD/sederajat sebanyak 9 ( 18,4%) responden yang hipertensi dan sebanyak 1 (2,0%) responden , tamat SMP/sederajat sebanyak 8 (16,3%) responden yang hipertensi dan sebanyak 6 (12,2%) responden yang tidak hipertensi, tamat SMA/sederajat sebanyak 19 (38,8%) responden yang hipertensi dan sebanyak 21 (42,9%) responden tidak hipertensi , tamat S1/Diploma sebanyak 6 (12,2%) responden yang hipertensi dan sebanyak 21 (42,9%) responden yang tidak hipertensi.

Hasil yang diperoleh pada tabel 2 yaitu dilihat dari aspek pekerjaan pasien yang dikelompokkan menjadi kategori yaitu Pegawai Negeri Sipil sebanyak 2 (4,1%) responden yang hipertensi dan 10 (20,4%) responden yang tidak hipertensi, Pegawai swasta sebanyak 4 (8,2%) responden yang hipertensi dan sebanyak 8 (16,3%) yang tidak hipertensi, Wiraswasta sebanyak 9 (18,4%) responden yang hipertensi dan sebanyak 10 (20,4%) yang tidak hipertensi, Tidak bekerja(pengangguran) sebanyak 34 (64,4%) responden yang hipertensi dan

(42)

xxxiii sebanyak 21 (56,1%) yang tidak hipertensi, Total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

Tabel 3: Pola makan Responden Puskesmas Bara-baraya

Pola Makan Hipertensi Tidak Hipertensi Total

n % n % n %

Buruk Baik TOTAL

28 21 49

57.1 42,9 100

35 14 49

71.4 28.6 100

63 35 98

64.3 35.7 98

Hasil analisis dilihat dari baik maupun buruknya pola makan yang tidak berpengaruh nyata pada nilai p>0,005. Pada responden yang hipertensi dengan pola makan yang buruk sebanyak 28(57,1%) , dan pada responden yang tidak hipertensi dengan pola makan yang buruk sebanyak 35(71,4%), lalu pada responden yang hipertensi dengan pola makan yang baik sebanyak 21(42,9%). dan pada responden yang tidak hipertensi dengan pola makan yang baik sebanyak 14(28,6%). Total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

Tabel 4. Pola Hidup Responden Puskesmas Bara-baraya

Pola Hidup Hipertensi Tidak Hipertensi Total

n % n % n %

Buruk Baik TOTAL

44 5 49

89,8 10,2 100

41 8 49

83,7 16,3 100

85 13 98

86,7 13,3 100

(43)

xxxiv Hasil analisis yang terlihat dari tabel pola hidup terbagi atas dua yaitu baik dan buruk yang hasilnya tidak berpengaruh nyata pada nilai p>0,005. pada responden yang pola hidupnya buruk dan mengalami hipertrensi sebanyak 44(89,8%), dan pada responden yang pola hidupnya buruk yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 41(83,7%). Lalu pada responden yang pola hidupnya baik dan mengalami hipertensi sebanyak 5(10,2%) dan pada responden yang pola hidupnya baik dan tidak hipertensi sebanyak 8(16,3%). Total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

Tabel 5.faktor Stress Responden Puskesmas Bara-Barayya.

Stres Hipertensi Tidak Hipertensi Total

n % n % n %

Ya Tidak TOTAL

40 9 49

81,6 18,4 100

41 8 49

83,7 16,3 100

81 17 98

82,7 17,3 100

Hasil analisis pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebahagian besar pasien mengalami stres. Tetapi hasil tersebut tidak berpengaruh nyata yang dapat terlihat pada nilai p>0,005. Jumlah responden yang mengalami stres dan hipertensi sebanyak 40(81,6%) dan responden yang mengalami stress dan tidak hipertensi sebanyak 41(83,7%). Lalu responden yang tidak mengalami stress dan hipertensi sebanyak 9(18,4%) dan responden yang tidak mengalami stress dan tidak hipertensi sebanyak 8(16,3%), Total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

(44)

xxxv

(45)

xxxvi Tabel 6. Hubungan Pekerjaan dengan Hipertensi Responden Puskesmas Bara-

Baraya.

Variabel Hipertensi Tidak

Hipertensi Total Ya % Tidak % Total % Stress

Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja

Hipertensi Tidak Hipertensi Hipertensi

Tidak Hipertensi

13 27

23 18

86,7 79,4

83,2 85,7

2 7

5 3

13,3 20,6

17,9 14,3

15 34

28 21

100 100

100 100

Total 81 82,7 17 17,3 98 100

Hasil analisis yang didapatkan pada tabel di atas menunjukan tidak berpengaruh nyata yang terlihat pada tabel nilai p>0,005. kelompok hipertensi yang bekerja dan yang mengalami stress sebanyak 13(86,7%) responden sedangkan yang bekerja, tidak mengalami stress sebanyak 2(13,3%) responden. Kelompok hipertensi yang tidak bekerja mengalami stress sebanyak 27(79,4%) responden, sedangkan yang tidak bekerja dan tidak mengalami stress sebanyak 7(20,6%) responden. Pada kelompok tidak hipertensi dan yang sedang bekerja mengalami stress sebanyak 23(82,1%) responden, sedangkan yang tidak hipertensi dan tidak mengalami stress sebanyak 5(17,9%) responden. Kelompok tidak hipertensi dan tidak bekerja yang mengalami stress sebanyak 18(85,7%) responden, sedangkan yang tidak hipertensi juga tidak bekerja dan tidak mengalami stress sebanyak 3(14,3%) responden. Total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

(46)

xxxvii 2. Analisis Bivarat

Tabel 7: Karakteristik Umur Responden Puskesmas Bara-Baraya.

Umur

Hipertensi Tidak Hipertensi

Total P

Value

n % n % n %

30-60 20-30 TOTAL

44 5 49

89,8 10,2 100

31 18 54

63,3 36,7 100

75 23 98

76,5 23,5 100

0,002

Hasil analisis yang dikelompokkan pada karakteristik umur yaitu tua maupun muda, berpengaruh nyata terlihat pada nilai p<0,05 dikatakan muda apabila usianya 20-30 tahun, dan dikatakan tua apabila umurnya 30-60 tahun. Dan jumlah usia tua yaitu 75 antara kisaran umur 30-60 tahun (76,5%) yang tertinggi mengalami hipertensi dan yang mengalami hipertensi sebanyak 44 orang yang tidak hipertensi 31 orang , dan pada usia muda yaitu 23 antara kisaran umur 20-30 tahun (23,5%) hasil ini lebih sedikit dari jumlah usia tua yang mengalami hipertensi dimana yang hipertensi 5 orang dan tidak hipertensi 18 orang, diambil dari 98 sampel pasien.

Pada usia tua pembuluh darah sudah mulai melemah dan dinding pembuluh darah sudah menebal. Menurut Gray (2002)7 baik pria maupun wanita, 50% dari mereka yang berusia diatas 60 tahun akan menderita hipertensi sistolik terisolasi (TD sistolik 160 mmHg dan diastolik 90 mmHg). Disamping itu, semakin bertambah usia, maka keadaan sistem kardiovaskuler pun semakin berkurang,

(47)

xxxviii seperti ditandai dengan terjadinya aterosklerosis yang dapat meningkatkan tekanan darah. Susalit dkk (2001)8 dalam bukunya menyatakan bahwa sebagian besar hipertensi esensial terjadi pada usia 24-45 tahun dan hanya 20% terjadi dibawah usia 20 tahun. Boedhi-Darmojo (2001)9 dalam naskah ilmiahnya menyimpulkan bahwa 1,8-17,8% penduduk Indonesia yang berumur di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Dalam penelitian itu juga menyebutkan bahwa umur sesudah 45 tahun prevalensi hipertensi naik terutama pada wanita.

(48)

xxxix BAB VI

PEMBAHASAN

Peneliti melakukan pembahasan hasil pemelitian didalam bab ini. Peneliti membahas hubungan antara variabel independent dan variabel dependent dengan total subjek penelitian sebanyak 98 responden terdiri dari 49 responden yang hipertensi dan 49 yang tidak hipertensi. Gambaran masing-masing independent dan hubungannya dengan variabel dependent telah diuji dan dianalisis secara univariat dan bivariat. Variabel independent yang diteliti adalah Pola makan, Pola hidup dan Stres sedangkan umur dan jenis kelamin adalah variabel independent yang tidak diteliti, Sedangkan Variabel dependent yang diteliti adalah hipertensi.

a. Hubungan Penyebab Hipertensi 1. Umur

Hasil analisis yang dikelompokkan pada karakteristik umur yaitu tua maupun muda berpengaruh nyata dengan hubungan hipertensi yang ditunjukkan nilai p<0,005, dikatakan muda apabila usianya 20-30 tahun, dan dikatakan tua apabila umurnya 30 tahun keatas. Dan jumlah usia tua yaitu 75 (76,5%) yang tertinggi, dan pada usia muda yaitu 23 (23,5%). dimana dapat diketahui bahwa karakteristik umur responden yang digolongkan muda antara umur 20-30 tahun terdapat 5 (10,2%) responden yang mengalami hipertensi, dan yang tidak hipertensi sebanyak 18 (36,7%), lalu karakteristik yang digolongkan umur tua 30-60 tahun terdapat

(49)

xl responden yang hipertensi sebanyak 44 (89,8%) dan yang tidak hipertensi sebanyak 31 (63,3%). dengan total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

Hasil ini lebih kecil dari usia tua yang diambil dari 98 sampel pasien. Dari uji statistik dilihat hubungan usia terhadap terjadinya hipertensi dimana semakin tua seseorang maka resiko terjadinya hipertensi semakin besar.

Berdasarkan pada pernyataan Black dan Hawks (2005)20, subjek penelitian berada pada rentang usia yang rentan menderita hipertensi yang dimulai dari usia 30 tahun keatas yang rentan akan resiko terjadinya hipertensi. Konsep ini mendukung bahwa umur adalah resiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh bebrapa penelitian sebelumnya.

Sugiharto (2007)16 menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi dan merupakan salah satu faktor resiko hipertensi.

Umur 36-45 tahun mempunyai resiko menderita hipertensi 1,23 kali, umur 45-55 tahun 2,22 kali, dan umur 56-65 tahun 4,76 dibandingkan dengan umur yang lebih muda (Sugiharto,2007)16.

Peningkatan kejadian hipertensi yang dipengaruhi oleh bertambahnya umur terjadi secara alami sebagai proses menua dan didukung oleh beberapa faktor eksternal. Hal ini berkaitan dengan perubahan struktur dan fungsi kardiovaskuler.

Seiring dengan bertambahnya umur, dinding ventrikel kiri dan katub jantung menebal serta elastisitas pembuluh darah menurun. Atherosclerosis meningkat, terutama pada individu dengan gaya hidup individu yang tidak sehat. Kondisi inilah

(50)

xli yang menyebabkan peningkatan tekanan darah sistolik maupun distolik yang berdampak pada tekanan darah.

2. Jenis Kelamin

Dari hasil yang diperolah pada tabel 1 dapat diketahui bahwa secara karakteristik jenis kelamin pasien hipertensi pada Puskesmas Bara-Baraya yaitu pada Laki-laki sebanyak 49 orang dengan presentase 50%, dan pada pasien Perempuan sebanyak 49 orang dengan presentase 50%. Total keduanya yaitu 98 Orang/Sampel penelitian yang menunjukan bahwa terdapat perbandingan yang sama antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan.

Faktor jenis kelamin pada hipertensi menurut teori, Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.

Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45 - 55 tahun sebelum lanjut usia (Anggraini, Waren et. al, 2008)21

(51)

xlii Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan Black dan izzo (1999)15 yang menyatakan bahwa tingkat kejadian hipertensi akan lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan pada usia dibawah 55 tahun dan akan menjadi sebanding pada usia 55-75 tahun. Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan jumlah sampel yang sama perbandingannya antara sampel laki-laki maupun sampel perempuan yang ditemukan pada saat pemberian kuisioner atau saat pengambilan sampel pasien.

Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Sugiarto (2007)16 yang meneliti hubungan antara jenis kelamin perempuan dengan hipertensi, hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa jenis kelamin perempuan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi. Persamaan hasil dari penelitian ini adalah sama-sama menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan hipertensi.

3. Pola makan

Hasil analisis dilihat dari baik maupun buruknya pola makan pada pasien dapat terlihat bahwa pola makan yang buruk yaitu 63 (64,3%), dan pola makan yang baik yaitu 35 (35,7%). Dimana responden yang hipertensi dengan pola makan yang buruk sebanyak 28 (57.1%), dan pada responden yang tidak hipertensi dengan pola makan yang buruk sebanyak 35(71,4%), lalu pada responden yang hipertensi dengan pola makan yang baik sebanyak 21 (42,9%) dan pada responden yang tidak hipertensi dengan pola makan yang baik sebanyak 14 (28,%). Total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

(52)

xliii Hasil uji statistik penelitian ini tidak menunjukkan bahwa pola makan dapat berpengaruh terjadinya hipertensi. Hal ini berbeda dengan peneliti sebelumnya Sugiarto (2007)16 mengatakan bahwa pola makan yang tidak seimbang dimana contohnya memakan makanan yang tinggi akan sodium akan mengakibatkan seseorang akan menderita hipertensi dimana seseorang yang terbiasa mengkonsumsi makanan asin beresiko menderita hipertensi 3,95 kali dibandingkan dengan orang yang tidak banyak mengkonsumsi makanan yang asin.

Hasil analisis yang lainnya yaitu memakan makanan yang tinggi akan lemak jenuh tidak memperlihatkan bahwa memakan makanan yang tinggi akan lemak jenuh akan mengakibatkan hipertensi. Walaupun berbeda dengan pendapat Braverman (2006)18 yang menyatakan bahwa mengkonsumsi makanan lemak jenuh secara berlebih akan mengakibatkan hipertensi.

Peneliti dalam penelitian ini menghubungkan antara pola makan dengan mengkonsumsi makanan asin dan mengkonsumsi makanan yang tinggi akan lemak jenuh, melalui pertanyaan dari kuisioner. Pertanyaan ini mengidentifikasi konsumsi makanan asin maupun berlemak jenuh dengan demikuian pertanyaan kuisoner yang ditunjukkan untuk mengidentifikasi pola makan pada pasien puskesmas Bara- baraya.

4. Pola hidup

Hasil analisis yang terlihat dari baik maupun buruknya pola hidup pada paseien dapat terlihat yang tinggi pada pola hidup yang buruk sebanyak 85 (86,7%), dan pola hidupnya yang baik yaitu 13 (13,3%). Dari hasil uji statistik mengenai pola hidup pasien mempelihatkan pada responden yang pola hidupnya buruk dan

(53)

xliv mengalami hipertrensi sebanyak 44 (89.8%), dan pada responden yang pola hidupnya buruk yang tidak mengalami hipertensi sebanyak 41 (83,7%). Lalu pada responden yang pola hidupnya baik dan mengalami hipertensi sebanyak 5 (10,2%) dan pada responden yang pola hidupnya baik dan tidak hipertensi sebanyak 8 (16,3%). Total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

Dari hasil uji analisis bahwa pola hidup tidak berhubungan dengan terjadinya hipertensi. Pola hidup yang dimaksudkan yaitu kebiasaan merokok maupun kebiasaan olahraga yang menjadi pola hidup pasien yang ada dalam pertanyaan kuisioner yang menjadi acuan hasil penelitian. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Roslina (2007)16 yang menyatakan bahwa kebiasaan merokok dapat mengakibatkan hipertensi dan kebiasaan olahraga dapat memperlambat resiko hipertensi pasien.

5. Stres

Hasil analisis pada tabel 5 diatas menunjukkan bahwa sebehagian besar pasien mengalami stres. Jumlah subjek penelitian yang termasuk kategori stres yaitu sebanyak 81 (82,7%) dari 98 sampel pasien, dan yang tidak termasuk kategori tidak stres sebanyak 17 (17,3%) dari 98 sampel pasien. Hasil uji statistik menunjukkan Jumlah responden yang mengalami stres dan hipertensi sebanyak 40 (81,6%) dan responden yang mengalami stress dan tidak hipertensi sebanyak 41 (83,7%). Lalu responden yang tidak mengalami stress dan hipertensi sebanyak 9 (18,4%) dan responden yang tidak mengalami stress dan tidak hipertensi sebanyak 8 (16,3%), Total dari keseluruhan sampel penelitian sebanyak 98 responden.

(54)

xlv Dari hasil uji analis tidak ada hubungan stres dengan tingkat hipertensi. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Sugiharto (2007)16 yang menyatakan bahwa stres mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian hipertensi.

Beberapa teori juga mengatakan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara stres dan hipertensi.

Perbedaan hasil penelitian saat ini dengan penelitian yang lainnya maupun berbagai teori kemungkinan disebabkan oleh beberapa faktor keterbatasan penelitian yaitu subjek penelitian yang jumlahnya sebanyak 98 responden, dan tempat melakukan penelitian di daerah puskesmas bara-barayya makassar.

Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor subjek yang bukan semua penderita hipertensi. Kemungkinan lain adalah subjek penelitian mempunyai koping stres yang efektif yang tidak secara khusus diteliti pada penelitian ini.

6. Pekerjaan

Hasil analisis pada tabel 2 yaitu dilihat dari aspek pekerjaan pasien yang dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu Pegawai Negeri Sipil, Pegawai swasta, Wiraswasta, Tidak bekerja. dilihat dari aspek pekerjaan pasien yang dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu Pegawai Negeri Sipil sebanyak 2 (4,1%) responden yang hipertensi dan 10 (20,4%) responden yang tidak hipertensi, Pegawai swasta sebanyak 4 (8,2%) responden yang hipertensi dan sebanyak 8 (16,3%) yang tidak hipertensi, Wiraswasta sebanyak 9 (18,4%) responden yang hipertensi dan sebanyak 10 (20,4%) yang tidak hipertensi, Tidak bekerja(pengangguran) sebanyak 34 (64,4%) responden yang hipertensi dan

Referensi

Dokumen terkait

Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah bayi yang telah memperoleh 4 kali pelayanan kesehatan sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.. x

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik penderita berdasarkan jumlah, kelompok usia yang terbanyak, perbandingan jenis kelamin, tipe, keluhan utama, gejala

sebagaimana dinyatakan dalam ayat tersebut, penentu jenis kelamin bayi adalah air mani, yang berasal dari ayah. Pengetahuan tentang hal ini, yang tak mungkin dapat diketahui di masa

In the second model (which also included fibrinogen and serum metabolic parameters, such as uric acid, albumin, total bilirubin, and ferritin) strong associations were evident

bahwa berdasarkan BAB VIII Pasal 103 Perda Nomor 10 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Lalu Lintas Angkutan Jalan di Wilayah Kota Tasikmalaya telah diatur ketentuan mengenai

Bogor :Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.. Geografi Desa

(+) di Sabouraud Dextrosa Agar olive oil yang mengandung ketokonazol 1%, 1 (1,7%) dinyatakan Pityrosporum ovale (+) dan 29 (48,3%) dinyatakan Pityrosporum

C3 PG 4 3.10.2 Memilih kalimat saran terhadap permasalahan sederhana Disajikan teks, peserta didik menentukan hak anak sebagai anggota keluarga di rumah dengan