Muróbbî: Jurnal Ilmu Pendidikan
Baiq Tuhfatul Unsi
Institut Agama Islam Bani Fattah Jombang, Indonesia [email protected]
Minnaty ‘Adhimatul Wutsqo
Institut Agama Islam Bani Fattah Jombang, Indonesia [email protected]
Abstract: Based on the fact, many students feel bored and feel Arabic as a difficult subject. Students will learn well if they can construct their own understanding of what is learned. Because learning is an intellectual activity that can generate ideas through observation and build new knowledge. In order for students' applicable learning experiences to be stronger, learning is needed which gives students the opportunity to do, try, and experience it for themselves. So a teacher must be good at choosing the right learning model. Contextual learning models will be able to assist teachers in providing applicative experiences and abilities in student learning. So as to form students who are more active, creative and productive. CTL learning is a learning concept that assumes that learning will be more meaningful if students learn and experience what they learn
for themselves, not just knowing, and aims to equip students with flexible knowledge. This study uses descriptive qualitative research methods, namely research that describes existing phenomena, both natural phenomena and human engineering. The results of this research are that in its application, the teacher prepares material and methods and for the next the teacher carries out the initial learning activities and core activities as well as evaluation as the final activity. The supporting factor of this study is the existence of madrasah at the Darissulaimaniyyah Islamic boarding school. High student motivation, different educational backgrounds of students. Varied learning activities. While the inhibiting factors are differences in the level of intelligence of students, differences in educational backgrounds of students, limited time availability.
Keywords: Contextual learning models, reading skills,Arabic
PENDAHULUAN
Dalam prosesipembelajaranibahasa Arab, peserta didikidiharapkan mampuimenggunakan bahasaiArab sebagai alatikomunikasi dan kontak sosial baik secara lisan maupun tulisan, namun juga sebagai sarana dalam memahamkan orang lain. Pembelajaran disekolah tidak semata-mata difokuskan dengan pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis saja, akan tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi dilingkungannya.
Melatih keterampilan berbahasa berarti melatih keterampilan berpikir. Diantara keterampilan-keterampilan pembelajaran bahasa arab, membaca sangat penting, karena merupakan bidang kegiatan linguistik yang paling penting, dan alat untuk memperoleh pengetahuan di dunia di mana informasi dan bahan bacaan meningkat dalam jangka waktu yang relative singkat.1
Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran bahasa arab, bahasa arab diharapkan mampu menjadi alat interaksi social siswa. Namun fenomena saat ini pelajaran bahasa arab dianggap sebagai pelajaran yang
رادج: نامع( ،ةيبرعلا ةغللا سيردت في ةثيدح تاهتجا ،يلئاولا يمركلا دبع داعسو ىميلدلا ينسح يلع هط1
،يلماعلا باتكلا ٩٠٠٢
،)
:ص ٣ .
membosankan dan sulit. Oleh karenannya, guru yang inovatif sangat diperlukan dalam menyajikan materi pembelajaran bahasa arab, sehingga mampu membuang perasaan negative siswa mengenai pembelajaran bahasa arab. Model pembelajaran harus dikembangkan secara bervariasi agar menyentuh semua interest individu peserta didik yang berbeda-beda dan menghilangkan perasaan negative peserta didik terhadap bahasa arab.
Kebanyakan dari guru memilih metode ceramah sebagai strategi belajar, yang mana mendominasikan guru sebagai pokok pengetahuan.
Sehingga pengetahuan awal siswa sering terabaikan. Untuk itu, model pembelajaran yang yang memberdayakan siswayang salah satunya dengan menggunakan pembelajaran kontekstual sangatlah diperlukan. Dimana dalam pembelajaran kontekstual ini mampu menciptakan seluruh siswa terlibat dalam suasana pembelajaran, siswa tidak hanya menerima dan memahami penjelasan yang disampaikan saja, tetapi ia juga dituntut untuk mengalami sendiri. Tujuan dari pembelajaran kontekstual ini adalah agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna.
Dalam jurnal yang ditulis oleh Muhammad Mas‟ud, M.Pd.I. yang berjudul Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim di Pondok Pesantren Api Al Masykur Kab.
Semarang tertuliskan bahwa: “Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari” 2
Landasan Filosofis pembelajaran Contekstual Teaching And Learning adalah teori dari Piaget yakni kontruktivisme. Yang merupakan filosof belajar yang memfokuskan bahwa belajar tidak semata-mata menghafal, tetapi mengkonstruksikan atau membangun pengetahuan baru, melalui fakta-fakta atau kejadian-kejadian yang mereka alami dalam kehidupan mereka. Maksudnya, bahwa peserta didik mampu menyerap materi pelajaran apabila mereka dapat memahami makna dalam pelajaran yang mereka terima dan mereka bisa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki. 3
Tujuan pembelajaran kontekstual adalah “membekali peserta didik dengan pengetahuan secara fleksibel dapat diterapkan dari suatu permasalahan ke permasalahan lain, dari
2 Muhammad Mas‟ud, Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim Di Pondok Pesantren Api Al Masykur Kab. Semarang, (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga: 2020) Jurnal. hlm:09.
3 M Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual,(Semarang: Rasail Media Group,2008), hlm: 71.
suatu konteks dengan konteks lain.” Guru sebagai fasilitator atau moderator dapat melayani para peserta didik dalam pembelajaran kontekstual dengan berbagai bentuk seperti penugasan, inquiri atau menemukan, problem based learning, dan saling menghargai.
Dalam penelitian Sumarion yang menggunakan penelitian kualitatif. penelitian Sumarion ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pendekatan CTL pada pembelajaran bahasa arab. Focus penelitian adalah bagaimana rancangan dan strategi guru dalam mengelola ketujuh komponen pada model pendekatan contextual teaching and learning, bagaimana respon dan hasil belajar peserta didik setelah mengikuti pembelajaran bahasa arab. Dan hasil penelitian ini adalah strategi guru dalam mengelola pembelajaran bahasa Arab dengan model pendekatan CTL dikategorikan baik karena sesuai dengan strategi pembelajaran CTL, dalam kegiatan belajar-mengajar yang telah dilakukan komponen yang sering muncul adalah teknik bertanya dan pemodelan dan peserta didik memiliki respon positif dalam mengikuti pembelajaran. Mengenai ketuntasan hasil belajar peserta didik secara klasikal mengalami peningkatan. Perbedaan penelitian Sumarion dengan penelitian penulis adalah pada pada focus penelitian, dimana sumarion berfokus pada strategi guru dalam mengelola ketujuh komponen pada model pendekatan kontekstual, sedangkan penulis berfokus pada keterampilan membaca dalam pembelajaran bahasa arab dengan menggunakan model pembelajaran kontekstual.4
Penelitian ini merupakan penelitian yang berjenis deskriptif kualitatif, yaitu data yang dikumpulkan dalam bentuk kata dan gambar, bukan angka.5 Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan fenomena yang ada, baik fenomena alam maupun rekayasa manusia.
dalam penelitian deskriptif dilakukan survei yang sistematis, realistis dan akurat tentang fakta dan sifat dari beberapa populasi atau wilayah.
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana belajar menjadi sebuah pengalaman yang menyenangkan dengan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa arab di Mts Darissulaimaniyyah Durenan. Dalam penelitian ini, sumber data primer yang digunakan berupa hasil wawancara dengan informan tertentu, di mana di dalamnya terdapat masalah-masalah yang berkaitan dengan bagaimana belajar menjadi sebuah pengalaman yang
4 Sumarion, Skripsi, 2009, UIN Sunan Kalijaga, Model pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajran bahasa arab di MAN Wates I Kulonprogo,
5 Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. I, hlm: 5
menyenangkan dengan pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa arab. Agar peneliti mendapatkan data yang valid, maka dalam pengumpulan data peneliti menggunakan beberapa metode yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi.
PEMBAHASAN
Model Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran CTL (contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang memiliki anggapan bahwa peserta didik akan belajar lebih baik jika lingkungan yang diciptakan secara alamiyah, artinya belajar akan lebih bermakna jika peserta didik belajar dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya, bukan sebatas mengetahui. Pembelajaranyang dilakukan tidak hanya sekedar guru menyampaikan materi kepada peserta didik, tapi bagaimana peserta didik dapat memahami materi yang dipelajari.6
Menurut Dirjen Dikdasmen Depertemen Pendidikan Nasional pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.7
Menurut pendapat Elaine B. Johnson, pembelajaran kontekstual merupakan sebuah sistem yang merangsang otak dalam menyusun pola- pola yang mewujudkan makna. Lebih lanjut, Johnson mengatakan bahwa pembelajaran kontekstual adalah suatu sistem pembelajaran yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan konsep akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari peserta didik. Jadi, pembelajaran kontekstual merupakan sebuah usaha untuk menciptakan peserta didik yang aktif dalam memompa kemampuan diri , sebab peserta didik berusaha mempelajari konsep sekaligus menerapkan dan mengaitkannya dengan dunia nyata (praktek).8
Prinsip Pembelajaran Kontekstual 1. Konstruktivisme (Constructivism)
landasan berfikir dalam CTL yaitu Constructivism, dimana pengetahuan tidak hanya untuk diambil dan diingat melainkan
6 Rusman, Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,)Jakarta:Rajawali Pers,2012.hlm:332
7 Sihabudin, Strategi Pembelajaran,(Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2014),hal:150
8 Rusman, ……….hal:187.
dibangun sedikit demi sedikit yang mana hasilnya akan diperluas melalui konteks yang terbatas. Disini, belajar merupakan proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Peserta didik akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat.9
2. Menemukan (Inquiry)
kegiatan inti dari CTL adalah inquiry, setiap peserta didik didorong untuk terlibat aktif dalam proses belajar mengajar, peserta didik diminta untuk mencari dan menemukan sendiri.10 Tujuan utama kegiatan inquiry adalah mengembangkan kemampuan berfikir.
Keberhasilan pembelajaran bukan ditentukan oleh sejauh mana peserta didik menguasai materi pembelajaran, akan tetapi sejauh mna aberperan dan berproses dalam menemukan sesautu.11
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam CTL, karena pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu bermula dari bertanya.
Kebiasaan peserta didik untuk bertanya atau kemampuan guru dalam menggunakan pertanyaan yang baik akan mendorong pada peningkatan kualitas dan produktivitas pembelajaran. Dalam implementasinya, pertanyaan yang diajukan oleh guru atau peserta didik harus dijadikan alat atau pendekatan untuk menggali informasi atau sumber belajar yang ada kaitannya dengan kehidupan nyata. 12 tugas bagi guru adalah membimbing pesrta didik melalui pertanyaan yang diajukan untk mencari dan menemukan kaitan antara konsep yang dipelajari dikaitkan dengan kehidupan nyata. Dengan begitu, pembelajaran akan lebih hidup dimana akan mendorong proses dan hasil belajar yang lebih luas dan mendalam dan akan ditemukan unsur-unsur terkait.13
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)14
kebiasaan peserta didik dalam melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-temannya merupakan
9 M. Saekhan Muchith, Pembelajaran Kontekstual,(Semarang: Rasail Media Group, 2008), hal: 71
10 Khoirul Anam, Pembelajaran berbasis inquiry: Metode dan aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2017), hal: 7
11 Khoirul Anam,………,hal:20
12 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual,: konsep dan aplikasi, (Bandung: Refika Aditama, 2010), cet I,hal:12.
13 Rusman,………..hal:195
14 Sihabudin,…….,hal:195-196.
maksud dari prinsip CTL dengan Learning Community. Dalam pembelajaran ini, peserta didik dilatih untuk bekerjasama dengan sebuah kesepakatan untuk mencari hasil dari suatu permasalahan.
Hasil pembelajaran yang diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain melalui berbagai pengalaman (sharing), akan membiasakan peserta didik untuk saling memberi dan menerima, sifat ketergantungan yang positif dalam Learning Community dikembangkan.
5. Pemodelan (Modeling)
Saat ini guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar bagi peserta didik, karena dengan segala keterbatasan dan kelebihan yang dimiliki guru akan mengalami hambatan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan peserta didik yang cukup heterogen. Dengan tahap pembuatan model, dapat dijadikan alternatif untuk mengembangkan pembelajaran agar peserta didik bisa memenuhi harapannya secara menyeluruh, dan membantu mengatasi keterbatasan yang dimiliki guru. Disini, guru menjadi model dengan melibatkan siswa. Seperti siswa ditunjuk untuk memberi contoh pada temannya.15
6. Refleksi (Reflection)
Sebagai pelajar, murid harus memantulkan kembali apa yang dilemparkan seorang guru kepadanya, yakni dengan menirukan ucapan suatu kata, latihan substitusi, latihan-latihan transformasi serta cara konfensional yang semacamnya.16 Refleksi merupakan cara berfikir tentang apa yang baru terjadi atau dipelajari (berfikir kebelakang tentang apa yang sudah terjadi) atau dilakukan dimasa lalu. Saat refleksi peserta didik diberi kesempatan untuk mencerna, menimbang, membandingkan, menghayati, dan melakukan diskusi dengan dirinya sendiri (learning to be).
7. Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment)
Tahap terakhir dalam pembelajaran kontekstual adalah penilaian.
Yangmana dengan penialaian akan mengetahui kualitas proses dan hasil pembelajaran. Secara nyata, guru akan mengetahui tingkat kemampuan peserta didik yang sebenarnya dengan melakukan penilaian secara integral selama proses program pembelajaran
15 Kokom Komalasari,………….,hal:12.
16 Prof.Dr.Azhar Arsyad,Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar.2010).hal:127.
terjadi, tidak hanya melakukan penilaian diakhir program pembelajaran saja.17
Pengembangan Materi Pembelajaran Kontekstual
Materi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik tersendiri, dimana dalam pemilihan fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang harus dibelajarkan kepada siswa hendaknya memperhatikan beberapa hal, yakni : 18
1. konteks lingkungan dimana siswa berada berkaitan dengan materi.
Seperti lingkungan social yang berkenaan dengan interaksi siswa dengan kehidupan kemasyarakatan dimana siswa mampu mengenal pola interaksi dan kehidupan dalam keluarga, masyarakat dan sekolah.
2. Materi yang dipelajari erkaitan dengan materi pelajaran lain secara terpadu, dimana memungkinkan siswa untuk aktif mencari, menggali dan menemukan konsep dan prinsip.
3. Matteri mpu diaplikasikan dalam kehidupan siswa. Dimana disini guru menggali contoh materi dari realita kehidupan siswa dan materi dikembangkan siswa dalam praktik kehidupan sehari-hari sehingga sesuai kebutuhan dan bermakna bagi kehidupan siswa.
4. Pembelajaran memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan inquiry. Disini materi pembelajaran ditemukan dan dikembangkangkan sendiri oleh siswa sedangkan guru sebagai fasilitator dan motivator. Karena pengetahuan yang dibangun sendiri oleh siswa dan dikaitkan dengan pengalaman langsung akan lebih bertahan lama.
5. kemampuan kooperatif sekaligus kemandirian berkembang. Disini guru sebaiknya mengemas materi untuk dapat didiskusikan dalam kelompok belajar kooperatif dan sekaligus materi untuk tugas mandiri siswa mengingatdalam kelompok kooperatif siswa saling berbagi dan menjadi tutor sebaya.
6. berkembangnya kemampuan melakukan refleksi, berupa kemampuan umpan balik terhadap penguasaan diri terhadap fakta, konsep, prinsip dan prosedur dalam kehidupan sehari-hari. Berikut gambaran analisis pengembangan materi pembelajaran kontekstual berdasarkan keterkaitan yang telah dipaparkan:
17 Rusman, ……….hal: 197-198.
18 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual………., hal: 38-41.
Perencanaan Model Pembelajaran Kontekstual
Model pembelajaran kontekstual dapat diterapkan di berbagai kurikulum, bidang studi, dan kelas yang berbagai macam keadaan.
Karena dalam penerapannya dalam kelas cukuplah mudah. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan pemikiran anak didik bahwa mereka akan belajar lebih bermakna dengan bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendri pengetahuan dan keterampilan barunya.
2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry dalam semua topic pembahasan pelajaran
3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya 4) Menciptakan masyarakat belajar
5) Mengahdirkan model sebagai contoh pembelajaran 6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan
7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pembelajaran Bahasa Arab
Pembelajaran bahasa bertujuan untuk memperoleh kemampuan berkomunikasi secara benar dengan orang lain dan lingkungannya, baik
secara lisan maupun tulisan ..19 Mengajar bahasa Arab sama seperti mengajar bahasa asing di semua sekolah, setiap orang yang mempelajari bahasa Arab harus mempraktekkannya karena bahasa Arab adalah mesin komunikasi dan mesin pengkomunikasi pengetahuan, perasaan, dan pendapat di antara orang-orang .20
Keterampilan Membaca
1. Pengertian Maharot Al-Qiroah
Pengajaran membaca tidak didasarkan pada dasar ilmiah, yang membaginya ke dalam tahap-tahap yang meluas sampai sebelum pendaftaran siswa di sekolah, dan itu mengambil semua tahap pendidikan dan memperhitungkan distribusi keterampilan, kemampuan, dan kebiasaan membaca yang baik. Pada tahapan tersebut dibagi menjadi lima bagian: mempersiapkan membaca, mulai mengajarkan membaca, memperluas membaca, memperluas pengalaman, meningkatkan kemampuan dan kompetensi dalam membaca, dan menyempurnakan kebiasaan, selera dan kecenderungan .21
Membaca adalah pemindahan makna langsung dari halaman tercetak ke pikiran pembaca, artinya bacaan yang kita ajarkan adalah memahami makna secara langsung dan lancar dari halaman tertulis atau tercetak. Seperti membutuhkan kemampuan untuk mengenali pola fonemik melalui simbol-simbol tertulis.22
2. Macam-Macam Maharot Al-Qiro’ah
Pada dasarnya jenis pembelajaran membaca terbagi menjadi dua jenis:23
1) Qiro’ah Shamitah bertujuan agar peserta didik mampu memahami setiap kata, memahami gaya bahasa yang dipakai (uslub) dan mengerti makna yang terkandung didalamnya.24 Qiro’ah Shamitah adalah salah satu keterampilan membaca yang paling penting yang harus diperoleh selama pembelajaran bahasa, karena merupakan salah satu tujuan pembelajaran
19 M. Khalilullah, Media Pembelajaran Bahasa Arab,( Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2012),hal: 8
،ةبوتلا ةبوتكم :ضيار( ،ةيبرعلا ةغللا ملعت قئارط ،بيطلخا ميهاربإ محمد20
٧٢٩١ :ص ،) ٧٣ .
،ةينانبللا ةيرصلما رادلا :ةرهاقلا(،قيبطتلاو ةيرظنلا ينب ةيبرعلا ةغللا ميلعت ،ةتاحش نسح21
٧٢٢٣ :ص) ٧٧٣ .
غلب ينقطانلل ةيبرعلا ةغللا ميلعت ،ةقانلا لماك دوممح22
ةيدوعسلا ةيبرعلا ةبتكلما :ةمّركلما ةكم( ،هسيردت قرطو هلخادمو هسسأ :ىرخأ تا
، ىرقلا مأ ةعماج لياعلا ميلعتلا ةرازو :ص)٥٨٩١
٥٩١ .
23 Munir. Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab.(Jakarta: Kencana,2017),hal:41-42.
24 Munir, Perencanaan Sistem ………… hal: 41
bahasa dan sarana pembelajaran dan kelanjutannya. Ini juga merupakan alat yang penting bagi siswa, karena memungkinkan mereka untuk memberikan informasi mereka, mengembangkan kemampuan prestasi mereka, dan menghabiskan waktu luang mereka dengan cara yang menarik dan bermanfaat. Baik tujuannya untuk mencapai suatu kelompok, antara lain :25 (1) Kembangkan kemampuan untuk menangkap ringkasan dari apa yang dibaca, yaitu memahami pesan, bukan simbol. (2) Mengembangkan kemampuan untuk mengetahui hal-hal baru dalam berbagai bidang ilmu. (3) Kembangkan kemampuan membaca kilat dalam buku-buku yang tidak membutuhkan meditasi. (4) Mengembangkan kemampuan membaca untuk kesenangan, hiburan dan menghabiskan waktu.
2) Qiro’ah Jahriyah bertujuan agar peserta didik mampu memahami sifat dan makhroj huruf, gaya bahasa, intonasi, dan berhenti serta setidaknya bacaan secara tepat sesuai dengan kaidah gramatika.26
Membaca lisan merupakan keterampilan khusus yang dapat dipelajari sebagai tujuan itu sendiri, dan juga dapat menjadi sarana atau tahapan dalam mempelajari keterampilan membaca secara keseluruhan. Membaca lisan dipandang sebagai langkah pertama dan penting untuk membaca dalam hati dan juga untuk menulis. Pentingnya keterampilan ini adalah sebagai sarana dan tujuan, tetapi guru biasanya mengabaikan pengajarannya karena ketidaktahuan akan tujuan dan komponennya.27
Hasil Penelitian
Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa arab
Dalam pelaksanaan penerapan model kontekstual dalam pembelajaran maharoh qiroah bahasa arab yang telah dilakukan di kelas setelah melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi saat mengikuti
:ص...،ةقانلا لماك دوممح25
٥٨١ .
26 Munir, Perencanaan Sistem ………..hal: 42.
هسسأ :ىرخأ تاغلب ينقطانلل ةيبرعلا ةغللا ميلعت ،ةقانلا لماك دوممح27
- لخادم - ،ىرقلا مأ ةعماج :ةمركلما ةكم( ،هسيردت قرط
:ص ،)٥٨٩١ ٥٨٥ .
proses belajar mengajar di dalam kelas dilaksanakan melalui beberapa tahapan, yaitu persiapan, pelaksanaan dan evaluasi.
1. Persiapan
Sebelum melaksanakan proses pembelajaran, seorang guru harus menyiapkan materi pelajaran yang akan diberikan kepada peserta didiknya dan metode yang akan digunakan. Metode berperan sangat penting dalam menumbuhkan pemahaman siswa didik, karena metode adalah cara untuk menyampaikan materi pelajaran dan mewujudkan suasana belajar siswa didik. Hal tersebut sesuai dalam hasil wawancara dengan guru mata pelajaran bahasa arab bahwa dalam penuturannya, sebelum pembelajaran dimulai beliau mempersiapkan diri terlebih dahulu meliputi materi pelajaran maupun metode yang digunakan. Sedangkan untuk pertemuan selanjutnya, beliau akan memberitahukan materi apa yang akan dibahas, sehingga siswa dapat mempelajarinya terlebih dahulu.28
Terkait dengan penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa Arab, peneliti mengamati persiapan yang dilakukan guru mata pelajaran bahasa Arab bahwa guru menyiapkan materi pelajaran dan merencanakan pembelajaran dan metode yang akan dilakukan. Metode yang digunakan dalam setiap pembelajaran disesuaikan dengan materi yang ada, dengan memanfaatkan kelebihan dari metode yang digunakan. Sehingga sesuai dengan kebutuhan guru, siswa dan tujuan pembelajaran. Dan metode kontekstual ini diterapkan guru mata pelajaran dalam pokok materi seperti mengenal alamat, hobi, mengenal jam, profesi dan bilangan. 29
Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikatakan oleh Acep Hermawan bahwa : Metode pembelajaran adalah tingkat perencanaan program yang bersifat menyeluruh yang berhubungan erat dengan langkah-langkah penyampaian materi pelajaran secara prosedural, tidak saling bertentangan dan tidak bertentangan dengan pendekatan.30
Dan dikuatkan oleh pendapat Mulyasa bahwa persiapan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan perencanaan secara tertulis maupun tidak tertulis. Fungsinya adalah
28 Puji Astutik, guru mata pelajaran bahasa arab, wawancara, pada 13 oktober 2021 pukul 07.30
29 Observasi di kantor madrasah pada 3 Oktober 2021
30Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014), hal 168
lebih mendorong guru untuk semakin siap dalam melakukan kegiatan pembelajaran.31
Lalu dilengkapi dengan pendapat Sihabuddin bahwa, metode memiliki peran yang sangat strategis dalam mengajar, metode berperan sebagai rambu-rambu atau “bagaimana memproses”
pembelajaran sehingga dapat berjalan dengan baik dan sistematis.
Bahkan dapat dikatakan proses pembelajaran tidak dapat berlangsung tanpa adanya suatu metode.32
2. Pelaksanaan Kegiatan Awal
Saat memulai kegatan pelajaran, kegiatan awal yang dilakukan adalah guru mengucapkan salam, kemudian mengkondisikan kelas agar peserta didik siap untuk mengikuti pelajaran. Selanjutnya guru memberi motivasi siswa agar semangat belajar, mengikuti pembelajaran dengan baik, berani mengemukakan pendapat dan menjelaskan tujuan pembelajaran setelah itu, guru membentuk kelompok siswa menjadi beberapa kelompok untuk mendiskusikan pelajaran.
Sebagaimana penuturan guru bahasa Arab bahwa sebelum pembelajaran dimulai, beliau terlebih dahulu mengucapkan salam, kemudian menanyakan kabar siswa dan mengabsen kehadiran siswa pada hari tersebut, yang dilanjutkan dengan mengkondisikan siswa dan membangkitkan motivasi siswa dalammenghadapi pelajaran. 33
Dikuatkan oleh pendapat Usman bahwa tahap awal dalam memulai pembelajaran dapat dilakukan melalui beberapa kegiatan yang pertama dengan menarik perhatian siswa, kedua membangkitkan motivasi siswa, ketiga memberikan acuan melalui berbagai ssaha seperti menginformasikan tujuan pembelajaran, dan yang keempat mengaitkan antara materi yang akan dipelajari dengan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki siswa.34
Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti pelaksnaan pembelajaran yang dilakukan yang pertama adalah guru menjelaskan isi dan maksud materi yang
31 E. Mulyasa,Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2005),hal: 79
32 Sihabuddin, Strategi Pembelajaran, (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press, 2014), hal 79
33 Puji Astutik, guru mata pelajaran bahasa arab, wawancara, pada 13 oktober 2021 pukul 07.30
34 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional (Bandung: PT remaja rosdakarya, 1994), hal: 85
diajarkan secara garis besar dan siswa menyimak penjelasan materi.
Sebagaimana penuturan salah satu siswa kelas 8 bahwa pada saat penjelasan materi, guru menjelaskannya secara garis besarnya. Guru menyampaikan topic materi pada point-point pentingnya saja.
Karena nantinya kami yang akan menemukan dan mengkonstruksi sendiri penjelasan materi secara detail. Jadi, kami harus benar-benar menyimak penjelasan guru dan berkonsentrasi.35 Sebagaimana pendapat Majid bahwa kegiatan inti setidaknya mencakup penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi dengan menggunakan pendekatan, metode, sarana dan media yang sesuai, pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa dan melakukan pemeriksaan mengenai pemahaman siswa.36
Yang kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua yaitu guru meminta siswa mengamati dan menganalisis gambar tentang materi yang diajarkan dan menghafalkan kosa kata yang bersangkutan dengan materi. Sebagaimana pendapat Almasdi bahwa dengan mengembangkan pemikiran siswa melalui menemukan sendiri dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru akan lebih bermakna bagi siswa dibandingkan hanya menerima pengetahuan dari guru saja.37
Yang ketiga yaitu siswa membaca teks bacaan secara bergilir, menerjemahkan teks, menentukan pokok pikiran disetiap paragraph serta mengulas kkandungan isi bacaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Farida bahwa dalam pembelajaran,peran guru dalam proses membaca adalah menciptakan pengalaman yang memperkenalkan, memelihara, ataupun memperluas kemampuan siswa untuk memahami teks.38
Yang keempat yaitu guru memberikan pertanyaan dan kesempatan siswa untuk bertanya tentang kosa kata yang belum diketahui atau memberikan komentar terhadap gambar maupun pokok pikiran dalam teks bacaan. Siswa perlu dilatih untuk merumuskan pertanyaan terkait topic yang akan dipelajari karena dapat meningkatkan keingintahuan dan mengembangkan
35 Tita Munawwaroh, Wawancara pada 28 Oktober 2021
36 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standart kompetensi guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal: 104
37 Almasdi , Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis kompetensi,(Jakarta: Persada Media,2005), cet I, Hal: 57
38 Farida Rahim, Pengajaran membaca di sekolah dasar,( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hal:06
kemampuan siswa. Sebagaimana pendapat Daryanto mengenai pertanyaan yang diajukan guru dalam upaya memotivasi siswa dalam merumuskan pertanyaan bahwa guru yang efektif mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan pengetahuannya.39
Yang kelima, guru memberikan jawaban atas pertanyaan siswa dan menjelaskan secara langsung atau dengan menggunakan media seperti gambar. Sebagaimana pendapat Majid bahwa kegiatan inti setidaknya mencakup penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi dengan menggunakan pendekatan, metode, sarana dan media yang sesuai, pemberian bimbingan bagi pemahaman siswa dan melakukan pemeriksaan mengenai pemahaman siswa.40
Yang selanjtunya adalah guru memberikan tugas kelompok dengan teman sebangku dengan meminta siswa merumuskan kembali hasil temuan dari pertanyaan atau komentar siswa dan meminta siswa menganalisis kembali hasil dari pertanyaan atau komentar bersama kelompok masing-masing. Sebagaimana pendapat Masnur Muslich bahwa belajar dalam bentuk berbagi informasi dan pengalaman, saling merespon dan saling berkomunikasi tidak hanya membantu siswa dalam belajar dan konsisten dalam pelajaran, namun juga membantu siswa untuk belajar hidup bekerja sama dan berdampingan.41
Dikuatkan oleh Permendikbud nomor 81a Tahun 2013 bahwa memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan atau experiment maupun hasil dan kegiatan mengumpulkan informasi. Dan kompetensi yang dapat dikembangkan dalam kegiatan mengolah informasi dengan menalar dan berfikir rasional adalah sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.42
Dan yang terakhir adalah menyimpulkan bersama hasil temuan yang telah dirumuskan sebagai kegiatan refleksi. Sebagaimana pendapat Hosnan bahwa dalam kegiatan mengkomunikasikan
39 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik 2013,……. hal: 65
40 Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standart kompetensi guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal: 104
41 Masnur Muslich, KTSP Pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), hal:42
42 Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik 2013,……. hal: 70
kompetensi yang diharapkan dapat berkembang yakni sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas serta mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.43
Diperkuat dengan pendapat Almasdi mengenai garis besar langkah penerapan pembelajaran kontektual yakni mengembangkan pemikiran siswa dengan menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, melaksanakan kegiatan inquiry, mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya, menciptakan masyarakat belajar, menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, melakukan refleksi diakhir pertemuan dan melakukan penilaian autentik dengan berbagai cara.44
3. Evaluasi
Penilaian atau evaluasi yang dilakukan guru dalam pembelajaran ini menggunakan beberapa macam cara penilaian seperti:
a. Respon siswa terhadap pembelajaran
Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan belajar yang dilakukan siswa, baik dari segi pengetahuan dan keterampilan siswa. Dimana penilaian ini tidak hanya ditekankan pada hasil belajar saja, tetapi juga pada proses belajar siswa. Dalam penilaian ini, terdapat penilaian kompetensi sikap yakni penilaian diri siswa. Sebagaimana penuturan guru mata pelajaran bahasa Arab bahwa Untuk evaluasi atau penilaian, setiap kali pembelajaran guru melakukan penilaian. Dimana penilaian ini diambil dari bagaimana respon siswa saat pelajaran.
Guru memberikan penilaian keseharian siswa saat belajar dimana beliau akan mengetahui tingkat kemampuan peserta didik yang sebenarnya dengan melakukan penilaian secara integral selama proses program pembelajaran terjadi, tidak hanya melakukan penilaian diakhir program pembelajaran saja karena penilaian juga merupakan salah satu prinsip dari pembelajaran kontekstual.
Dalam buku yang ditulis Kokom Komalasari, terdapat pembaruan yang tampak pada penialaian autentik yakni menyadarkan siswa tentang apa yang harus dikerjakan akan
43 M. Hosnan, Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran Abad 21, (Bogor:
Ghalia Indonesia, 2014), hal: 37
44 Almasdi , Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis kompetensi,(Jakarta: Persada Media,2005), cet I, Hal: 57
dinilai, penilaian yang dipustakan pada siswa dan menilai siswa yang berbeda kemampuan , gaya belajar dan latar belakang kultural.45
Sebagaimana pendapat Kunandar bahwa penilaian yang dilakukan terbagi menjadi tiga kompetensi salah satunya yaitu kompetensi sikap melalui penilaian diri siswa, observasi dan penilaian antar siswa (peer evaluation) dalam pembelajaran.46 b. Penugasan yang berkaitan dengan pembelajaran
Seusai pembelajaran guru memberikan penugasan yang berkaitan dengan pembelajaran, dengan memberikan penugasan guru akan menilai kompetensi pengetahuan siswa yakni mengetahui tingkat kemampuan peserta didik yang sebenarnya terhadap pembelajaran. Sebagaimana dalam penuturan salah satu siswa dikelas 8 bahwa dalam evaluasi pembelajaran biasanya guru memberikan penugasan dan ulangan harian seusai pelajaran. Tugas yang diberikan biasanya berupa isian dan diberikan diakhir pembelajaran.
Sebagaimana pendapat Trianto bahwa tujuan penilaian autentik adalah mengevaluasi kemampuan siswa, yakni bagaimana siswa mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan kedalam tugas.47
c. Ulangan harian
Yang selanjutnya cara penilaian yang dilakukan adalah dengan ulangan harian. Dimana guru akan memberikan soal yang berkaitan dengan pembelajaran. Dengan penilaian ini, guru bisa memberikan remedial dan pengayaan bagi siswa sesuai tingkat kemampuan mereka. Selain respon siswa saat pembelajaran dan penugasan yang berikan guru diakhir pertemuan, guru juga memberikan ujian harian setelah materi pembelajaran dituntaskan. Dengan begitu guru bisa memberikan remedial dan pengayaan bagi siswa sesuai dengan tingkat kemampuan mereka.
45 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual,: konsep dan aplikasi, (Bandung: Refika Aditama, 2010), cet I, hal:148
46 Kunandar, penilaian autentik(penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta: Raja Grafindo PErsada, 2014), hal:52-53.
47 Trianto, mendesain pembelajaran inovatif-progresif,(Jakarta: Kencana,2010),hal:119
Sebagaimana pendapat Kunandar bahwa penilaian yang dilakukan terbagi menjadi tiga kompetensi yakni kompetensi sikap melalui penilaian diri siswa dalam pembelajaran, kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan dan penugasan dan yang terakhir adalah kompetensi keterampilan melalui penialaian demonstrasi siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas sesuai dengan kegiatan pembelajaran.48
Faktor pendukung Penerapan metode pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa arab
Dalam meraih sesuatu, pasti membutuhkan faktor pendukung untuk menunjang keberhasilannya. Termasuk dalam hal sebuah pembelajaran, untuk mencapai tujuannya pasti membutuhkan faktor pendukung baginya. Dalam penelitian, penulis membahas tentang pembelajaran Maharoh al-Qiroah bahasa Arab dengan menggunakan metode kontekstual di MTs Darissulaimaniyyah di kelas VIII. Faktor- faktor pendukung dalam pembelajaran membaca teks bahasa Arab yang ditemukan peneliti, di antaranya adalah :
1. Madrasah diniyyah di pesantren Darissulaimaniyyah
Di pesantren Darissulaimaniyyah, terdapat lembaga non formal yaitu madrasah diniyyah, di mana di lembaga tersebut mengajarkan pembelajaran kitab kuning. Pembelajaran kitab kuning mencakup ilmu nahwu dan shorof yang dapat menunjang kemampuan pembelajaran tersebut. Di mana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap pembelajaran bahasa Arab di sekolah.
Sebagaimana dalam Direktorat Jendral Kelembagaan Islam tentang Pondok Pesantren dan Madrasah diniyyah bahwa pendidikan di pesantren meliputi pendidikan islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatan dan pendidikan lainnya yang sejenis.49
Diperkuat dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional ditetapkan bahwa madrasah diniyyah merupakan
48 Kunandar, penilaian autentik(penilaian hasil belajar ………., hal:52-53.
49 Direktorat Jendral Kelembagaan Islam, Pondok Pesantren dan Madrasah diniyyah, (Jakarta: Departemen Agama RI 2003), hal:1
salah satu dari sebuah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan kepada siswa dalam bidang keagamaan.50
2. Motivasi belajar
Salah satu faktor pendukung dalam kesuksesan sebuah proses pembelajaran adalah motivasi belajar siswa-siswi yang tinggi, namun dalam hal motivasi, tidak semua siswa memiliki motivasi dan minat yang tinggi dalam belajar bahasa arab. Kebanyakan dari mereka adalah yang sudah mampu menguasai materi. Sebagaimana yang dikatakan Mulyasa bahwa motivasi merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena siswa akan belajar dengan sungguh- sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi.51
3. Latar belakang pendidikan siswa yang berbeda
Jika siswa sudah pernah mengenal bahasa arab mereka cenderung positif dalam merespon pembelajaran. Dan bagi siswa yang belum pernah mengenal bahasa arab, sedikit demi sedikit guru membimbing pengenalan bahasa arab. Latar belakang pendidikan siswa yang berbeda sangat berpengaruh pada kemampuan memahami teks bacaan bahasa arab. Sebagaimana yang dikatakan kokom komalasari bahwasannya metode ini bisa menjadi ideal apabila didukung oleh kepemimpinan sekolah, sarana dan prasarana yang memadai, kualitas guru, kondisi siswa (latar belakang, motivasi belajar, budaya membaca), dana pembelajaran, waktu pembelajaran, dukungan orangtua, masyarakat dan istansi sebagai sumber belajar dan kejelasan kurikulum dan tingkat kesulitan materi.52 4. Kegiatan pembelajaran yang bervariasi
Pembelajaran yang bervariasi dapat mendorong motivasi dan semangat siswa selama pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang variatif dapat menumbuhkan semangat siswa dan mengurangi rasa bosan.
Hal ini sesuai dengan teori Acep Hermawan yang mengatakan bahwa kegiatan belajar mengajar akan menjadi sangat variatif dan tidak
50 Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Dirjen Kelembagaan Agama, pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyyah (Jakarta: Departemen Agama RI, 2003) hal: 03
51 E. Mulyasa, menjadi guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan.(Bandung: Remaja Rosdakarya,2005),hal:174
52 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual,:……….., hal: 248.
terfokus pada satu kegiatan dalam metode ini diharapkan akan membuat kegiatan ini memacu motivasi para pelajar dalam belajar bahasa arab.53 Factor penghambat Penerapan model pembelajaran kontekstual dalam pembelajaran keterampilan membaca bahasa arab
Dalam meraih sesuatu, pasti ditemukan faktor penghambat dalam berjalannya sesuatu. Termasuk dalam hal sebuah pembelajaran, untuk mencapai tujuannya pasti terdapat factor penghambat didalamnya.
Faktor-faktor penghambat dalam pembelajaran membaca teks bahasa Arab dengan menggunakan metode kontekstual yang ditemukan peneliti, di antaranya adalah :
1. Perbedaan tingkat kecerdasan siswa.
Walaupun sudah menjadi karakteristik tersendiri bagi setiap individu, kecerdasan siswa dapat menjadi penghambat dan pendukung dalam proses belajar, dimana anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang baik mereka akan dengan mudah menerima materi dan bagi mereka yang tingkat kecerdasannya rendah, cenderung merasa sulit dalam menerima materi.
Sebagaimana yang dikatakan kokom komalasari bahwasannya metode ini bisa menjadi ideal apabila didukung oleh kepemimpinan sekolah, sarana dan prasarana yang memadai, kualitas guru, kondisi siswa (latar belakang, motivasi belajar, budaya membaca), dana pembelajaran, waktu pembelajaran yang terbatas, dukungan orangtua, masyarakat dan istansi sebagai sumber belajar dan kejelasan kurikulum dan tingkat kesulitan materi.54
Hal ini juga didukung oleh perkataan Wina Sanjaya bahwa terdapat beberapa factor yag dapat mempengaruhi kegiatan proses pembelajaran diantaranya factor guru, factor siswa, sarana, alat, media yang tersedia serta lingkungan.55
2. Perbedaan latar belakang pendidikan siswa
Perbedaan latar belakang pendidikan siswa berpengaruh dalam kemampuan memahami teks bahasa arab. Jika latar belakang pendidikan siswa dari Madrasah Ibtidaiyah mereka akan dengan enjoy dalam
53Acep Hermawan, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung, Remaja Rosdakarya, 2011), H: 198
54 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual,:……….., hal: 248.
55 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi standard proses pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prenada Media, 2019), hal: 52
mengikuti pelajaran karena sudah terbiasa dan mengenal bahasa arab, berbeda dengan siswa dari Sekolah Dasar mereka akan mulai mengenal, merasa kesulitan,dan beradaptasi dalam mempelajari bahasa arab.
Sebagaiman perkataan Zuharini bahwasannya factor penghambat dalam suatu pembelajaran diantaranya adalah kesulitan dalam menhadapi perbedaan karakteristik peserta didik, perbedaan individu yang meliputi intelegensi, watak dan latar belakang peserta didik, kesulitan menentukan materi yang cocok dengan kejiwaan peserta didik dan jenjang peserta didik, kesulitan menyesuaikan materi pelajaran dengan berbagai metode agar peserta didik tidak mudah bosan, kesulitan dalam memperoleh sumber dan alat pembelajaran, kesulitan dalam mengadakan evaluasi dan pengaturan waktu.56
3. Keterbatasan waktu
Ketersediaan waktu yang cukup menjadi factor yang penting dalam kesuksesan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus mengefisienkan waktu agar tujuan yang dicapai juga bisa maksimal. Guru harus pandai mengatur waktu yang tersedia dengan sebaik mungkin. Dimana dalam pembelajaran tidak hanya menggunakan satu jenis kegiatan pembelajaran, sehingga waktu yang tersedia harus diefisiensikan dengan materi. Namun dalam kelas lain peneliti menemukan adanya waktu yang kurang efisien dalam pembelajaran karena adanya beberapa factor seperti mengkondisikan kelas.
Sebagaimana yang dikatakan kokom komalasari bahwasannya metode ini bisa menjadi ideal apabila didukung oleh kepemimpinan sekolah, sarana dan prasarana yang memadai, kualitas guru, kondisi siswa (latar belakang, motivasi belajar, budaya membaca), dana pembelajaran, waktu pembelajaran yang terbatas, dukungan orangtua, masyarakat dan istansi sebagai sumber belajar dan kejelasan kurikulum dan tingkat kesulitan materi.57
KESIMPULAN
Penelitian ini membahas tentang metode kontekstual pada pembelajaran bahasa arab yang mana dalam metode kontekstual mengaitkan antara materi dan kehidupan nyata peserta didik. Dengan menggunakan metode CTL ini belajar akan menjadi pengalaman yang menyenangkan.
56 Zuharini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama(Jakarta: Ramadhani,1993), hal: 100
57 Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual,:……….., hal: 248.
Penerapan Model Pembelajaran Kontekstual dalam Pembelajaran Bahasa Arab Keterampilan Membaca di Madrasah Tsanawiyyah Darissulaimaniyyah di kelas VIII adalah Persiapan pelaksanaan Model Pembelajaran Kontekstual. Saat pembelajaran dimulai, langkah pertama setelah menyampaikan isi dan tujuan dari pembelajaran secara garis besar, siswa diminta untuk mengamati gambar tentang materi dan menganalisis apa yang diamati beserta menghafalkan mufrodat yang berkaitan dengan materi, kemudian guru meminta siswa membaca teks bacaan secara bergilir, guru memberikan pertanyaan dan memberikan kesempatan siswa untuk bertanya, guru menjawab dan mejelaskan secara langsung atau dengan menggunakan media seperti gambar. Selanjutnya guru memberikan tugas kelompok dengan teman sebangku, dan yang terakhir siswa bersama kelompok masing-masing menyimpulkan hasil temuan yang telah dirumuskan sebagai kegiatan refleksi. Evaluasi pembelajaran dilakukan setiap pembelajaran dengan menilai keaktifan dan respon siswa selama belajar, penugasan setiap akhir pelajaran dan ulangan harian.
Faktor Pendukung dari Metode Kontekstual ini adalah terdapat pendidikan non formal atau madrasah diniyah di pesantren Darissulaimaniyyah, tingginya motivasi siswa, latar belakang pendidikan siswa yang berbeda. Kegiatan pembelajaran yang bervaritif. Aapun faktor Penghambat dari Metode Kontekstual ini adalah perbedaan tingkat kecerdasan siswa, perbedaan latar belakang pendidikan siswa, ketersediaan waktu yang terbatas.
DAFTAR PUSTAKA
دبع يمركلا
،يلئاولا هط
يلع ينسح ىميلدلا داعسو
، ٩٠٠٢
، تاهتجا ةثيدح
في
سيردت ةغللا
،ةيبرعلا ( نامع : رادج باتكلا يلماعلا
)
،ةقانلا دوممح
،لماك ٧٢٩١
، ميلعت ةغللا ةيبرعلا ينقطانلل تاغلب
ىرخأ : هسسأ
هلخادمو قرطو
،هسيردت ( ةمّركلما ةكم : ةبتكلما ةيبرعلا ةيدوعسلا ةرازو
ميلعتلا
لياعلا ةعماج مأ ىرقلا )
،بيطلخا محمد
،ميهاربإ ٧٢٩١ قئارط،
ملعت ةغللا
،ةيبرعلا ( ضيار : ةبوتكم ةبوتلا )
ةتاحش ، نسح ، ٧٢٢٣ ، ميلعت ةغللا ةيبرعلا ينب ةيرظنلا
،قيبطتلاو (
ةرهاقلا : رادلا
ةيرصلما ةينانبللا )
Almasdi, 2005, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum berbasis kompetensi (Jakarta: Persada Media)
Anam, Khoirul 2017, Pembelajaran berbasis inquiry: Metode dan aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar)
Arsyad, Azhar 2010, Bahasa Arab dan Metode Pengajarannya. (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar).
Danim, Sudarwan, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif Rancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Penelitian Pemula Bidang Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: Remaja Rosdakarya)
Daryanto, 2014, Pendekatan Pembelajaran Saintifik 2013, (Yogyakarta: Gava Media)
Direktorat Jendral Kelembagaan Islam, 2003, Pondok Pesantren dan Madrasah diniyyah, (Jakarta: Departemen Agama RI)
Direktorat Pendidikan Keagamaan dan Pondok Pesantren Dirjen Kelembagaan Agama, 2003, pedoman Penyelenggaraan dan Pembinaan Madrasah Diniyyah (Jakarta: Departemen Agama RI)
Hermawan, Acep, 2011, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,(Bandung, Remaja Rosdakarya)
Hosnan, M. 2014. Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran Abad 21, (Bogor: Ghalia Indonesia)
Khalilullah. M, 2012. Media Pembelajaran Bahasa Arab ( Yogyakarta:
Aswaja Pressindo)
Komalasari, Kokom.2010. Pembelajaran Kontekstual : konsep dan aplikasi, (Bandung: Refika Aditama)
Kunandar, 2014. penilaian autentik (penilaian hasil belajar peserta didik berdasarkan kurikulum 2013), (Jakarta: Raja Grafindo Persada) Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran: Mengembangkan standart
kompetensi guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
Mas‟ud, Muhammad.2020. Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Contextual Teaching And Learning Melalui Kitab Ta’lim Muta’alim Di Pondok Pesantren Api Al Masykur Kab. Semarang, (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LP2M) IAIN Salatiga) Jurnal.
Muchith, M. Saekhan.2008. Pembelajaran Kontekstual,(Semarang: Rasail Media Group)
Mulyasa, E. 2005, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK (Bandung: PT Remaja Rosdakarya)
Mulyasa, E. 2005. menjadi guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya)
Munir. 2017. Perencanaan Sistem Pengajaran Bahasa Arab.(Jakarta: Kencana) Muslich, Masnur. 2009. KTSP Pembelajaran berbasis kompetensi dan
kontekstual, (Jakarta: Bumi Aksara)
Rahim, Farida. 2008. Pengajaran membaca di sekolah dasar ( Jakarta: PT Bumi Aksara)
Rusman, 2012. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru,)Jakarta:Rajawali Pers)
Sanjaya, Wina. 2019. Strategi Pembelajaran berorientasi standard proses pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media)
Sihabuddin, 2014. Strategi Pembelajaran, (Surabaya:UIN Sunan Ampel Press)
Sumarion, Skripsi, 2009, UIN Sunan Kalijaga, Model pendekatan contextual teaching and learning dalam pembelajran bahasa arab di MAN Wates I Kulonprogo
Trianto, 2010. mendesain pembelajaran inovatif-progresif,(Jakarta: Kencana) Usman, Moh.Uzer.1994. Menjadi Guru Professional (Bandung: PT remaja
rosdakarya)
Zuharini, dkk.1993, Metodologi Pendidikan Agama (Jakarta: Ramadhani)