• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. B DENGAN

DIAGNOSA MEDIS POST OPERATIVE CLOSE FRACTURE FEMUR DEXTRA DI RSUD BANGIL PASURUAN

Oleh :

PUTRI MEISORA WULANDARI NIM 1601062

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2018

(2)

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. B DENGAN

DIAGNOSA MEDIS POST OPERATIVE CLOSE FRACTURE FEMUR DEXTRA DI RSUD BANGIL PASURUAN

Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep) Di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Oleh :

PUTRI MEISORA WULANDARI NIM 1601062

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

AKADEMI KEPERAWATAN KERTA CENDEKIA SIDOARJO

2019

(3)

SURAT PERNYATAAN

YANG BERTANDA TANGAN DI BAWAH INI :

Nama : Putri Meisora Wulandari

NIM : 1601062

Tempat, Tanggal, Lahir : Lumajang, 20 Mei 1998

Institusi : Akademi Keperawatan Kerta Cendekia

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah yang bejudul “

ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP CLOSE FRACTURE FEMUR DI RUANG MELATI RSUD BANGIL PASURUAN

” adalah bukan Karya Tulis Ilmiah oang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah desebutkan sumbernya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan in tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.

Sidoarjo, 21 juni 2019 , Yang menyatakan,

Putri Meisora W.

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

Faida Annisa, S.Kep., Ns., MNS Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns., M.Kep

NIDN. 0708078606 NPP. 89060022

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : PUTRI MEISORA WULANDARI

Judul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR.B DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP CLOSE FRAKTUR FEMUR DI RSUD BANGIL.

Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah pada tanggal 21 juni 2019

Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Faida Annisa, S.Kep., Ns., MNS Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns.,M.kep

NIDN. 0708078606 NPP. 89060022

Mengetahui, Direktur

Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowaty, S.Kep, M.Kes NIDN. 0703087801

(5)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah diuji dan disetujui oleh Tim Penguji pada sidang di Program D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Tanggal : 21 Juni 2019

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

Ketua : Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes (... ) Anggota : Faida Annisa, S.Kep.,Ns., MNS (... ) : Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep (... )

Mengetahui, Direktur

Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo

Agus Sulistyowati, S.Kep., M.Kes

NIDN. 0723087801

(6)

MOTTO

jika kamu tidak dapat berhenti memikirkannya

maka bekerja keraslah untuk mendapatkannya..

(7)

KATA PENGANTAR

Syukur Puji Tuhan Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan YME yang telah melimpahkan rahmat, anugerah serta berkatnya sehingga dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA SDR. B

DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST OP CLOSE FRACTURE FEMUR DI RSUD BANGIL” ini dengan tepat waktu sebagai persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program D3 Keperawatan di Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.

Penulisan Proposal ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Tuhan YME yang telah memberikan kesehatan sehingga bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Orang Tua yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil selama penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Ns. Agus Sulistyowati, S.Kep, M.Kes, selaku Direktur Akademi Keperawatan Kerta Cendekia.

4. Ns. Faida Annisa S.Kep, selaku Pembimbing 1 dalam pembuatan karya tulis ilmiah.

5. Dini Prastyo Wijayanti, S.Kep.Ns selaku Pembimbing 2 dalam penulisan karya tulis ilmiah.

6. Hj. Muniroh Mursan, Lc selaku petugas perpustakaan yang telah membantu dalam literatur yang dibutuhkan.

7. Pihak-pihak yang turut berjasa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis sadar bahwa karya tulis ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan, sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterima kasih apabila para pembaca berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi kesempurnaan Proposal ini.

Penulis berharap karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi keperawatan.

Sidoarjo, 21 juni 2019

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Sampul Depan ... i

Lembar Judul ... ii

Lembar Pernyataan... iii

Lembar Persetujuan ... iv

Halaman Pengesahan ... v

Motto ... vi

Persembahan ... ix

Kata pengantar ... x

Datar Isi ... xii

Daftar Tabel ...xiii

Daftar Gambar ...xiv

Daftar Lampiran ...xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Umum dan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Metode Penulisan ………. ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit ... 9

2.1.1 Defenisi... 9

2.1.2 Etiologi ... 10

2.1.3 Klasifikasi ... 11

2.1.4 Tanda dan gejala ... 11

2.1.5 Patofisiologi ... 12

2.1.6 komplikasi... 12

2.1.7 Pemeriksaan Diagnostic ... 14

2.1.8 Pencegahan ... 14

2.1.9 Penatalaksanan... 15

2.2 Dampak masalah……….. 15

2.3 Asuhan Keperawatan……… 16

2.3.2 Pengkajian ... 16

2.3.3 Pemeriksaan Fisik ... 18

2.3.4 Diadnosa Keperawatan ... 21

2.3.5 Rencana Tindakan ... 21

(9)

2.3.6 Implementasi ... 24

2.3.7 Evaluasi ... 26

2.4 Kerangka Masalah ... 27

BAB 3 TINJAUAN KASUS ... 28

3.1 Pengkajian ... 28

3.1.1 Identitas ... 28

3.1.2 Riwayat Keperawatan ... 29

3.1.2.1 Riwayat Keperawatan Sekarang ... 29

3.1.2.2 Riwayat Keperawatan Sebelumnya ... 30

3.1.2.3 Riwayat Kesehatan Keluarga ... 30

3.1.2.4 Genogram ... 31

3.1.2.5 Status Cairan dan Nutrisi ... 31

3.1.2.6 Pemeriksaan Fisik ... 32

3.2 Analisa Data ... 41

3.3 Diagnosa Keperawatan ... 44

3.4 Intervensi Keperawatan ... 44

3.5 Implementasi Perkembangan ... 48

3.6 Catatan Perkembangan... 52

3.7 Evaluasi Keperawatan ... 56

BAB 4 PEMBAHASAN ... 59

4.1 Pengkajian keperawatan ... 60

4 2 Pemeriksaan Fisik ... 60

4.3 Diagnosa keperawatan ... 62

4.4 Intervensi keperawatan ... 64

4.5 Implementasi keperawatan ... 65

4.6 Evaluasi keperawatan ... 66

BAB 5 PEMBAHASAN ... 68

5.1 Kesimpulan... 70

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(10)

DAFTAR TABEL

No Tabel Judul Tabel Hal

Tabel 3.1 Laboratrorium ... 39

Tabel 3.2 Analisa data ... 41

Tabel 3.3 Intervensi nyeri akut ... 44

Tabel 3.4 Intervensi hambatan mobilitas fisik ... 46

Tabel 3.5 implementasi tanggal 24-12-2018 ... 48

Tabel 3.6 Implementasi tanggal 25-12-2018 ... 49

Tabel 3.7 Catatan perkembangan tanggal 25-12-2018……….52

Tabel 3.8 Catatan perkembangan tanggal 26-12-2018 ... 53

Tabel 3.9 Evaluasi………. ... 56

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Gambar Judul Gambar Hal

2.1 Kerangka Masalah ... 28 3.1 Genogram ... 31

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Lampiran Halaman

Lampiran 1 Surat ijin pengambilan study kasus……….… 29

Lampiran 2 Surat balasan pengambilan study kasus………... 30

Lampiran 3 Inform Consend……… 31

Lampiran 4 lembar konsultasi……….. 32

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur adalah terputusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari, 2013). Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Mansjoer, 2015). Trauma yang paling sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang). Fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar. Fraktur cedera pada tulang diakibatkan trauma benda keras, kecelakaan atau kejadian alam. Penanganan pada fraktur adalah operasi. Fenomena yang terjadi bila pasien mengalami fraktur lebih memilih ke sangkal putung. Ini terjadi pada masyarakat karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir, selain itu takut dengan operasi yang menyebabkan penderita enggan atau takut. Laporan kasus yang menyebutkan kecacatan, rasa nyeri kronik, infeksi bahkan kematian akibat dari pengobatan yang tidak tepat.

(Sudaryanti,dkk, 2014).

Word Health Organization (WHO), pada tahun 2014 terdapat kurang lebih 13 juta kasus fraktur di dunia. Sementara tahun 2015 terdapat kurang lebih 18 juta kasus dan tahun 2016 mengalami peningkatan sebesar 21 juta kasus. Terjadinya kasus tersebut termasuk didalamnya adalah insiden kecelakaan, cidera olahraga, bencana alam dan lain sebagainya (Mardiono, 2015). Kecelakaan merupakan factor penyebab yang memberikan kontribusi tertinggi terhadap kasus fraktur.

Berdasarkan data dari Depkes RI (2016), di Indonesia kejadian fraktur mencapai 1.3 juta setiap tahun dengan jumlah penduduk 238 juta, dan merupakan yang

(14)

terbesar di Asia Tenggara. Kejadian fraktur di Indonesia sekitar delapan juta orang dengan jenis fraktur yang berbeda. Insiden fraktur di Indonesia 5,5 % dengan rentang setiap provinsi antara 2,2 % sampai 9 % dengan 25 % mengalami kematian, 45 % mengalami cacat fisik, 15 % memengalami stress psikologis dan 10 % mengalami kesembuhan dengan baik. Data dari rekam medik Rumah Sakit Daerah di Jawa Timur jumlah kejadian fraktur pada tahun 2016 sebanyak 553 kasus, dari jumlah tersebut fraktur ekstremitas bawah sebanyak 263 kasus (38 %).

Sedangkan kejadian dengan diagnosa fraktur femur di RSUD Bangil pada tahun 2017 sebanyak 6 kasus.

Penyebab dari fraktur adalah cedera traumatic langsung meliputi pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan atau fraktur melintang, tidak langsung meliputi pukulan langsung yang berada jauh dari lokasi benturan, dan Keadaan kelaianan patologik adalah trauma yang terjadi seperti kondisi defisiensi vitamin D, Osteoporosis. Secara umum, fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang. Selain itu, ditemukan nyeri gerak, nyeri tekan, perpendekan tulang, spasme otot, tenderness/ keempukan, mati rasa, pergerakan abnormal, dan krepitasi. Dalam kenyataan sehari-hari, fraktur yang sering terjadi adalah fraktur ekstremitas. Fraktur ekstremitas mencakup fraktur pada tulang lengan atas, lengan bawah, tangan, tungkai atas, tungkai bawah, dan kaki. Dari semua jenis fraktur, fraktur tungkai atas atau lazimnya disebut fraktur femur(tulang paha) memiliki insiden yang cukup tinggi. Umumnya fraktur femur terjadi pada batang femur 1/3tengah. Komplikasi fraktur terbagi menjadi 2 yaitu Komplikasi awal 1)

(15)

Kerusakan arteri adalah Pecahnya arteri karena trauma, 2) Sindrom Kompartemen syndrome karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat, 3) Fat embolism syndrome yaitu sel lemak yang di hasilkan masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah, 4) Infeksi dikarenakan oleh system pertahanan tubuh yang rusak pada trauma orthopedic, infeksi dimulai pada kulit dan masuk kedalam. Biasa terjadi pada open fracture atau penggunaan dalam pembedahan seperti orif, oref, 5) Syok adalah terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun. Komplikasi lanjut 1) Malunion adalah tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring. 2) Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat. 3) Non union adalah tulang yang patah dapat menjadi komplikasi yang membahayakan bagi penderita.

Penyakit fraktur ini dapat di cegah dengan 1) Pencegahan primer yaitu dapat di lakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan,terjatuh atau kecelakaan lainya. Dalam melakukan aktivitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati-hati,memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri. 2) Pencegahan sekunder yaitu dilakukan untuk mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan pertama yang tepat dan terampil pada penderita.

Mengangkat penderita dari posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan. 3) Pencegahan tersier yaitu mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan pengobatan dan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari

(16)

atau mengurangi kecacatan. Pasien close fracture perlu dirawat di rumah sakit, karena memerlukan pengobatan seperti tindakan pembedahan oleh karena itu perawat dapat meningkatkan pengetahuan keluarga tentang penyakit close fracture dengan memberikan penyuluhan tentang nutrisi, makanan harus tinggi kalsium, zat besi, protein, dan vitamin C untuk membantu proses penyembuhan tulang dan latihan ROM yang merupakan gerakan yang dalam keadaan normal dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan untuk mempertahankan atau memelihara kekuatan otot dan merangsang sirkulasi darah yang kemudian mencegah kelainan bentuk. Konsep solusi yang dilakukan rumah sakit terhadap penyakit fraktur ini dengan menerapkan prinsip 4R yaitu 1) Rekognisi adalah diagnosis dan penilaian fraktur. 2) Reduksi adalah mengembalikan atau memperbaiki bagian yang patah kedalam bentuk semula. Terdapat 2 jenis reduksi yaitu, tertutup : dilakukan pada fraktur yang sederhana sehingga dapat di reposisi dari luar kemudian di fiksasi dengan gips atau splin, terbuka pembedahan ORIF/OREF. 3) Retention adalah imobilisasi. 4) Rehabilitation adalah mengembalikan aktivitas fungsional secara maksimal .

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana Asuhan Keperawatan yang diberikan pada Klien Post Operative Close Fracture Femur di Ruang Melati RSUD BANGIL ?”

1.3 Tujuan Umum Dan Khusus

1.3.1 Tujuan umum

Mahasiswa mampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa Post Operative Close Fracture Femur di Ruang Melati RSUD BANGIL

(17)

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengkaji klien dengan diagnosa medis Post Operative Close Fracture Femur di Ruang Melati RSUD BANGIL

1.3.2.2 Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Post Operative Close Fraktur Femur di Ruang Melati RSUD BANGIL 1.3.2.3 Merencanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

Post Operative Close Fracture Femur di Ruang Melati RSUD BANGIL 1.3.2.4 Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

Post Operative Close Fracture Femur di Ruang Melati RSUD BANGIL 1.3.2.5 Mengevaluasi tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis

Post Operative Close Fracture Femur di Ruang Melati RSUD BANGIL 1.3.2.6 Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa

medis Post Operative Close Fracture Femur di Ruang Melati RSUD BANGIL

1.4 Manfaat Penelitian

Terkait dengan tujuan, maka tugas akhir ini di harapkan dapat member manfaat :

1.4.1 Akademis, hasil studi khasus ini merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya dalam hal asuhan keperawatan pada klien Post Operative Close Fracture Femur.

1.4.2 Secara praktis, tugas akhir ini akan bermanfaat bagi : 1.4.2.1 Bagi pelayanan keperawatan di RS

(18)

Hasil studi khasus ini dapat menjadikan masuka bagi pelayanan di RS agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan Post Operative Close Fracture Femur dengan baik.

1.4.2.2 Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti berikutnya, yang akan melakukan study khasus pada asuhan keperawatan pada sdr B dengan Post Operative Close Fracture Femur.

1.4.2.3 Bagi profesi kesehatan

Sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan keperawan pada klien dengan Post Oerative Close Fracture Femur.

1.5 Metode Penulisan

1.5.1 Metode

Metode deskriptif yaitu metode yang sifatnya mengungkapkan peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang yang meliputi studi pustakaan yang mempelajari, , membahas data dengan studi pendekatan proses keperawatan dengan langkah-lankah pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data 1.5.2.1 Wawancara

(19)

Data di ambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan sdr B, keluarga maupun tim kesehatan lain.

1.5.2.2 Observasi

Data yang diambil melalui pengamatan pada klien.

1.5.2.3 Pemeriksaan

Meliputi pemeriksaan fisik dan laboratorium yang dapat menunjagn menegakkan diagnose dan penanganan selanjutnya.

1.5.2.4 Sumber Data 1) Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari klien.

2) Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat klien, catatan medic perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.

3) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan yaitu pelajari buku sumber yang

berhubungan dengan judul studi khasus dan masalah yang di bahas.

(20)

1.6 Sistematika Penulisan

Supaya lebih jelas dan lebih mudah dalam mempelajari dan memahami studi khasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1.6.1 Bagian awal, memuat halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi.

1.6.2 Bagian inti, terdiri dari 5 bab, yang masing-masing terdiri dari sub bab berikut ini :

1.6.2.1 Bab 1: pendahuluan,berisi latar belakang masalah,tujuan,manfaat penelitian,sitematika penulisan studi kasus.

1.6.2.2 Bab 2 : Tinjauan pustaka, berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan klien dengan diagnose Close Fraktur serta kerangka masalah.

1.6.2.3 Bab 3 : Tinjauan kasus berisi tentang diskripsi data hasil pengkajian, diagnose, perencanaan, pelaksanaandan evaluasi.

1.6.2.4 Bab 4 : Pembahasan berisi tentang perbandingan antara teori dengan kenyataan yang ada di lapangan.

1.6.2.5 Bab 5 : Penutup, berisi dengan simpulan dan saran.

1.6.3 Bagian akhir, terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab II ini akan di uraikan secara teoritis mengenai konsep dasar Post Operative Close Fracture Femur. Konsep dasar Post Operative Close Fracture Femur akan diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis . asuhan keperawatan akan diuraikan masalah-masalah yang muncul, dengan melakukan asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, diagnose, perencanaaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.1 Konsep Penyakit

2.1.1. Pengertian

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur atau patahan tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang umumnya disebabkan karena rudapaksa. (Lukman dan Ningsi, Nurna, 2013)

Fraktur adalah terputusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan (E. Oerswari,2013).

Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian),Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (Muttaqin.2015).

Fraktur dibagi atas fraktur terbuka, yaitu jika patahan tulang itu

(22)

menembus kulit sehingga berhubungan dengan udara luar, dan fraktur tertutup, yaitu jika fragmen tulang tidak berhubungan dengan dunia luar.

Secara umum,fraktur terbuka bisa diketahui dengan melihat adanya tulang yang menusuk kulit dari dalam, biasanya disertai perdarahan. Adapun fraktur tertutup, bisa diketahui dengan melihat bagian yang dicurigai mengalami pembengkakan, terdapat kelainan bentuk berupa sudut yang bisa mengarah ke samping, depan, atau belakang.

Jadi, kesimpulan fraktur femur tertutup adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang disebabkan oleh trauma benda keras namun patahan tulang itu tidak menembus kulit sehingga tidak berhubungan dengan udara luar (Suratun,2015).

2.1.2. Etiologi

Umumnya fraktur disebabkan oeh trauma atau aktivitas fisik dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang. Penyebab dari fracture adalah

2.1.2.1 Trauma langsung, terjadi pada tempat trauma (pukulan langsung, gaya meremuk)

2.1.2.2 Trauma tak langsung, tidak langsung, terjadi tidak pada tempat trauma (gerakan puntir mendadak, kontraksi otot ekstrim)

2.1.2.3 Trauma patologis, terjadi pada tulang yang mengalami kelainan (kista, neoplasma, osteoporosis). Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olahraga, pekerjaan atau luka yang disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor (Muttaqin. 2014).

(23)

2.1.3 Klasifikasi

Menurut Brunner & Suddarth, 2013, terdapat beberapa tipe fraktur yaitu:

2.1.3.1 Fraktur tertutup atau fraktur sederhana tidak menyebakan robekan di kulit.

2.1.3.2 Fraktur terbuka,atau fraktur campuran atau fraktur kompleks merupakan patah dengan luka pada kulit atau membran mukosa meluas ke tulang yang fraktur.Fraktur terbuka diberi peringkat sebagai berikut,

1) Derajat I dengan luka bersih sepanjang kurang dari 1cm

2) Derajat II dengan luka lebih luas dengan tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas.

3) Derajat III dengan luka sangat terkontaminasi dan menyebabkan kerusakan jaringan lunak yang luas(tipe paling berat).

2.1.4 Tanda dan Gejala

Gejala umum menurut Lukman dan Ningsih, Nurna (2015) :

2.1.4.1 Pembengkakan : Edema muncul secara cepat dari lokasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

2.1.4.2 Deformitas : Daya tarik kekuatan otot yang menyebabkan fragmen tulang berpindah.

2.1.4.3 Nyeri : Disebabkan karena spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.

(24)

2.1.4.4 Krepitasi : bunyi gemeretak yang di sebabkan akibat gesekan ujung-ujung tulang yang patah

2.1.4.5 Tendernes / keempukan

2.1.4.6 Terdapat trauma (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh di kamar mandi pada orang tua)

2.1.4.7 Kehilangan sensasi : mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya syaraf / perdarahan.

2.1.5 Patofisiologi

Menurut Wahid (2013), Tulang bersifat rapuh namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk menahan. Tapi apabila tekanan eksternal yang datang lebih besar dari yang diserap tulang, maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan rusaknya atau terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur, periosteum dan pembuluh darah serta saraf dalam korteks, marrow dan jaringan lunak yang membungkus tulang rusak. Perdarahan terjadi karena kerusakan tersebut dan terbentuklah hematoma di rongga medulla tulang. Jaringan tulang akan segera berdekatan kebagian tulang yang patah. Jaringan yang mengalami nekrosis ini menstimulasi terjadinya respons inflamasi yang di tandai dengan vasodilatasi, eksudasi plasma, dan leukosit dan inflitrasi sel darah putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang nantinya.

(25)

2.1.6 Komplikasi menurut Bima (2014) 2.1.6.1 Komplikasi awal

1) Kerusakan arteri

Pecahnya arteri karena trauma dapat di tandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun dan cyanosis pada bagian distal.

2) Sindrom kompartemen

Terjebaknya otot, tulang, saraf dan pembulu darah dalam jaringan parut, yang disebabkan karena edema dan perdarahan yang menekan otot saraf dan pembulu darah, atau karena tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat

3) Fat embolism syndrome

Sel lemak yang di hasilkan masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen dalam darah menjadi rendah, hal tersebut ditandai dengan gangguan pernapasan, takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.

4) Infeksi

Dikarenakan oleh system pertahanan tubuh yang rusak pada trauma orthopedic, infeksi dimulai pada kulit dan masuk kedalam.

Biasa terjadi pada open fracture atau penggunaan dalam pembedahan seperti orif, oref.

5) Syok

Terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan oksigenasi menurun.

(26)

2.1.6.2 Komplikasi lanjut

1) Malunion adalah tulang yang patah telah sembuh dalam posisi yang tidak seharusnya, membentuk sudut atau miring.

2) Delayed union adalah proses penyembuhan yang terus berjalan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat setelah waktu 3 bulan untuk anggota gerak atas, 5 bulan untuk anggota gerak bawah.

3. Non union adalah tulang yang patah dapat menjadi komplikasi yang membahayakan bagi penderita.

2.1.7 Pemeriksaan diagnostic (Lukman dan Ningsih, Nurna.2014 )

2.1.7.1 Pemeriksaan rontgen, menentukan lokasi, luasnya fraktur dan jenis fraktur 2.1.7.2 CT Scan tulang, mengidentifikasi lokasi dan panjang tulang di daerah yang

sulit di evaluasi

2.1.7.3 Hitung darah lengkap, hematocrit dan leukosit mungkin meningkat atau menurun

2.1.7.4 Kreatinin, trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal 2.1.8 Pencegahan

2.1.8.1 Pencegahan primer : Dapat di lakukan dengan upaya menghindari terjadinya trauma benturan,terjatuh atau kecelakaan lainya.Dalam melakukan aktivitas yang berat atau mobilisasi yang cepat dilakukan dengan cara hati-hati,memperhatikan pedoman keselamatan dengan memakai alat pelindung diri.

2.1.8.2 Pencegahan sekunder: Dilakukan untuk mengurangi akibat-akibat yang lebih serius dari terjadinya fraktur dengan memberikan pertolongan

(27)

pertama yang tepat dan terampil pada penderita.Mengangkat penderita dari posisi yang benar agar tidak memperparah bagian tubuh yang terkena fraktur untuk selanjutnya dilakukan pengobatan.

2.1.8.3 Pencegahan tersier: Mengurangi terjadinya komplikasi yang lebih berat dan memberikan pengobatan dan tindakan pemulihan yang tepat untuk menghindari atau mengurangi kecacatan.

2.1.9 Penatalaksaan fraktur (Muttaqin, 2014)

2.1.7.1 Rekognisi adalah diagnosis dan penilaian fraktur

2.1.7.2 Reduksi adalah mengembalikan atau memperbaiki bagian yang patah kedalam bentuk semula. Terdapat 2 jenis reduksi yaitu

1) Tertutup : Dilakukan pada fraktur yang sederhana sehingga dapat di reposisi dari luar kemudian di fiksasi dengan gips atau splin.

2) Terbuka : Pembedahan orif/oref 2.1.7.3 Retention adalah imobilisasi

2.1.7.4 Rehabilitationadalah mengembalikan aktivitas fungsional secara maksimal

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

2.2.1 Pengkajian 2.2.1.1 Identitas klien

Nama, jenis kelamin laki-laki di usia produktif dikarenakan aktivias seperti olahraga, pekerjaan dan sebagainya, sedangkan pada perempuan pada usia diatas 50 tahun dikarenakan kerusakan sendi seperti osteoporosis, usia laki-laki umumya di bawah 45 tahun, sedangkan perempuan di atas 50 tahun , bahkan juga tidak menutup kemungkinan

(28)

pada usia produktif atau pada anak, alamat, agama, bahasa yang digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dimana pekerjaan yang berat seperti kuli bangunan, kurir sangat beresiko terjadi fraktur, golongan darah, nomor register, tanggal dan jam masuk rumah sakit (MRS), dan diagnosis medis.

2.2.2.2 Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien digunakan

P: Provoking Incident: faktor presipitasi nyeri.

Q: Quality of Pain: nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien. seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.

R: Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.

S: Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan klien, bisa berdasarkan skala nyeri atau klien menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.

T: Time: lama nyeri berlangsung.

2.2.2.3 Riwayat Penyakit Sekarang

Pada Kaji kronologi terjadinya trauma yang menyebabkan patah tulang femur, pertolongan apa yang di dapatkan, apakah sudah berobat kedukun patah tulang, obat apa saja yang sudah di konsumsi.

(29)

2.2.2.4 Riwayat Penyakit Dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab fraktur dan memberi petunjuk berapa lama tulang tersebut akan menyambung.

Penyakit-penyakit tertentu seperti kanker tulang yang menyebabkan fraktur patologis yang sering sulit untuk menyambung. Selain itu, penyakit diabetes dengan luka di kaki sanagt beresiko terjadinya osteomyelitis akut maupun kronik dan juga diabetes menghambat proses penyembuhan tulang

2.2.2.5 Riwayat Penyakit Keluarga

Penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit tulang merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya fraktur, seperti diabetes, osteoporosis yang sering terjadi pada beberapa keturunan, dan kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik

2.2.2.6 Riwayat Psikososial

Merupakan respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien dalam keluarga dan masyarakat serta respon atau pengaruhnya dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat

2.2.3 Pemeriksaan fisik 2.2.3.1 Keadaan umum

Menjelaskan tentang kesadaran penderita, kesakitan atau keadaan penyakit, dan TTV tidak normal karena gangguan fisik.

(30)

2.2.3.2 B1 (Breathing)

Menjelaskan tentang sisten pernafasan klien.

1) Inspeksi : bentuk dada klien nampak simetris kanan dan kiri, pola nafas teratur irama regular. Tidak terpasang alat bantu nafas O2. Retraksi otot bantu nafas tidak ada.

2) Palpasi : Tidak Ada nyeri tekan. Vocal vremitus sama antara kanan dan kiri. Susunan ruas tulang belakan normal.

3) Perkusi : Thorax didapatkan sonor.

4) Auskultasi : Suara nafas vesikuler. Tidak ada bunyi nafas tambahan seperti wheezing atau ronchi. Biasanya sistem respirasi dalam keadaan normal.

1) Inspeksi : Klien tidak ada cyanosis , clabing vinger tidak ada.

2) Palpasi : Ictus kordis tidak teraba, tidak teraba pembesaran jantung, tidak terdapat nyeri dada, nadi meningkat atau tidak. CRT dapat kembali < 3 detik.

3) Perkusi : Suara pekak .

4) Auskultasi : Didapatkan bunyi irama regular. Pulsasi kuat posisi tidur, bunyi jantung s1 terdapat di ICS V garis mid clavicula kiri terdengar lub dan s2 terdapat di ICS 2 garis sternalis kiri terdengar dub.

(31)

2.2.3.4 B3 (Brain)

Menjelaskan kesadaran klien, ada tidaknya gangguan persyarafan pada klien.

1) Inspeksi : Kesadaran klien baik/ composmentis. Orientasi klien baik (klien dapat mengenali waktu, dan tempat). Klien kadang mengeluh pusing tetapi klien tidak mengalami kejang, kaku kuduk(-), brudsky (-). Babinsky(-), nyeri kepala ataupun kelainan dari nervus cranialis yang lainnya.

2.2.3.5 B4 (Bladder)

1) Inspeksi : Kaji oliguria, anuria, adanya retensi urin, rasa sakit atau panas saat berkemih. Didapat bentuk alat kelamin normal, kebersihan alat kelami bersih, urin bau khas warna kuning.

2) Palpasi : Tidak ada masa atau nyeri tekan.

1) Inspeksi : Keadaan mulut bersih, mukosa lembab, kebiasaan bab klien tidak ada masalah.

2) Palpasi : Keadaan abdomen tegang atau tidak, turgor kulit kembali

< 3 detik .

3) Perkusi : Suara timpani ada pantulan gelombang cairan.

4) Auskultasi : Peristaltik usus normal kurang lebih 20x/menit.

1) Inspeksi : Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai terbatas.

Kulit sedikit kotor pada area luka post op, terdapat pembengkakan atau tidak, terdapat perubahan warna pada lokasi luka post op.

(32)

2) Palpasi : Kelembapan kulit lembab, akral hangat, turgor kulit dapat kembali < 3 detik atau menurun di sekitar fraktur, kekuatan otot tangan dan kaki klien maksimal atau tidak. Aktifitas klien di bantu oleh keluarga karena klien post operasi harus menggunakan alat bantu seperti krek atau jagrak untuk menopangnya.

2.2.2 Diagnosa keperawatan

2.2.2.1 Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, pembengkakan dan imobilisasi.

2.2.4.2 Hambatan mobilitas fisik b.d luka pasca bedah

2.2.4.3 Resiko tinggi infeksi b.d kemasukan agen infeksi, perawatan luka yang salah.

2.2.3.1 Diagnosa 1: Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, pembengkakan dan imobilisasi.

Tujuan dan kriteria hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil :

1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 3) skala nyeri 1-3

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 5) Tanda vital dalam batas normal

1) Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penyebab nyeri Rasional : Menambah pengetahuan pasien dan keluarga tentang nyeri

(33)

2) Ajarkan pasien tentang teknik distraksi rileksasi dengan cara mengajak berbicara, mendengarkan musik dsb, dan nafas dalam, mencium aroma terapi lalu hembuskan melalui mulut secara perlahan

Rasional : Melaksanakan tindakan dependen perawat untuk mengurangi rasa nyeri dan membantu menurunkan ketegangan otot sehingga dapat mengurangi rasa nyeri dan stres.

3) Kaji skala nyeri 0= tidak nyeri 1-3= nyeri ringan 4-6= nyeri sedang 7-9= nyeri berat 10 = sangat nyeri

4) Posisikan pasien senyaman mungkin atau semifowler Rasional : memaksimalkan ekspansi paru dan menurunkan upaya pernapasan

5) Observasi tanda-tanda vital

Rasional : peningkatan tekanan darah dan nadi dapat mengindikasikan penyakit kronis

6) Berikan analgetik, Kolaborasi dengan tim dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.

Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri atau mengantisipasi lebih awal bila timbul nyeri.

(34)

2.2.5.2 Diagnosa 2 : Hambatan mobilitas fisik b.d luka pasca bedah

Tujuan dan kriteria hasil :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mobilitas fisik dapat meningkat atau optimal dengan kriteria hasil :

1) Dapat melakukan aktivitas secara mandiri 2) Klien mampu menggunakan alat gerak 3) Kekuatan otot klien meningkat

4) Klien mampu mobilisasi dengan bantuan minimal Intervensi :

1) Bina hubungan saling percaya

2) Tingkatkan aktivitas klien sampai kemampuan

Rasional : Menghindari aktivitas yang berlebihan, sehingga berakibat fatal 3) Bantu klien untuk merawat diri sendiri dan pemenuhan kebutuhan dasar

Rasional : Dilakukan dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan dasar klien

4) Ajarkan klien untuk berlatih menggunakan alat bantu Rasional : Supaya klien berjalan dengan menggunakan alat bantu 5) Kosultasi dengan tim dokter dan kolaborasi dengan fisioterapi untuk kolaborasi

Rasional : Konsultasi dan kolaborasi untuk menjalankan kerjasama dan tidak terjadi komplikasi

(35)

2.2.5.3 Diagnosa 3: Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kemasukan agen infeksi, perawatan luka yang salah

Tujuan dan kriteria hasil : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan tidak terjadi infeksi dengan Kriteria hasil :

1) Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Luka post op tampak bersih

3) Jumlah leukosit dalam batas normal Intervensi :

1) Kaji adanya tanda-tanda terjadinya infeksi

Rasional : perawat harus memantau apabila terjadi peningkatan nyeri, edema dan demam

2) Lakukan perawatan luka secara steril

Rasional : teknik perawatan luka secara steril dapat mengurangi kontaminasi kuman

3) Pantau atau batasi kunjungan

Rasional : mengurangi resiko kontak infeksi dengan orang lain

4) Bantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas sesuai toleransi Rasional : menunjukan kemampuan secara umum dan merangsang pengembalian sistem imun

5) Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi dan periksa HDL Rasional : satu atau beberapa agenis di berikan yang bergantung pada siifat pathogen dan infeksi yang terjadi, Leukosit yang meningkat pertanda terjadinya infeksi

(36)

2.2.4 Implementasi

Pada tahap pelaksanaan ini, fase pelaksanaan terdiri dari berbagai kegiatan yaitu : Intervensi dilaksanakan sesuai dengan renacana setelah dilakukan konsulidasi. Keterampilan interpersonal, intelektual, technical, dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat. Keamanan fisik dan psikologia dilindungi. Dokumentasi intervensi dan respon klien (Budi Anna Keliat,2014).

2.2.6.1 Diagnosa 1: Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, pembengkakan dan imobilisasi.

1) Menjelaskan pada klien dan keluarga tentang penyebab nyeri 2) Mengajarkan pasien tentang teknik distraksi rileksasi dengan cara

mengajak berbicara, mendengarkan musik dsb, dan nafas dalam, mencium aroma terapi lalu hembuskan melalui mulut secara perlahan

3) Mengkaji skala nyeri 0= tidak nyeri 1-3= nyeri ringan 4-6= nyeri sedang 7-9= nyeri berat 10= sangat nyeri

4) Memposisikan pasien senyaman mungkin atau semifowler 5) Mengobservasi tanda-tanda vital

6) Memberikan analgetik, Kolaborasi dengan tim dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil.

(37)

2.2.6.2 Diagnosa 2 : Hambatan mobilitas fisik b.d luka pasca bedah 1) Bina hubungan saling percaya

2) Tingkatkan aktivitas klien sampai kemampuan

3) Bantu klien untuk merawat diri sendiri dan pemenuhan kebutuhan dasar

4) Ajarkan klien untuk berlatih menggunakan alat bantu

5) Kosultasi dengan tim dokter dan kolaborasi dengan fisioterapi untuk kolaborasi

2.2.6.3 Diagnosa 3: Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kemasukan agen infeksi, perawatan luka yang salah

1) Mengkaji adanya tanda-tanda terjadinya infeksi 2) Melakukan perawatan luka steril

3) Memantau atau batasi kunjungan

4) Membantu perawatan diri dan keterbatasan aktivitas sesuai toleransi

5) Mengolaborasikan pemberian antibiotic sesuai indikasi dan periksa HDL

2.2.5 Evaluasi

Tahap evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil yang diinginkandan respon pasien terhadap dan keefektifan intervensi keperawatan. Kemudian mengganti rencana perawatan jika diperlukan. Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan (Verney, 2013).

(38)

2.2.7.1 Diagnosa 1: Nyeri akut b.d prosedur pembedahan, pembengkakan dan 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)

2) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 3) skala nyeri 1-3

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 5) Tanda vital dalam batas normal

2.2.7.2 Diagnosa 2 : Hambatan mobilitas fisik b.d luka pasca bedah 1) Dapat melakukan aktivitas secara mandiri

2) Klien mampu menggunakan alat gerak 3) Kekuatan otot klien meningkat

4) Klien mampu mobilisasi dengan bantuan minimal

2.2.7.3 Diagnosa 3: Resiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan kemasukan agen infeksi, perawatan luka yang salah

1) Pasien bebas dari tanda dan gejala infeksi 2) Luka post op tampak bersih

3) Jumlah leukosit dalam batas normal

(39)

2.1 Kerangka masalah menurut (Carwin, 2009)

Trauma Langsung Trauma Tidak Trauma Patologis

Langsung

Fraktur

Diskontuinitas

Pergesera n

Tindakan operatif

Nyeri

Fragme n

Jaringan akut

tulang

Perubahan jaringan

Kerusakan Fragmen

Post bedah

sekitar Tulang

Pergeseran fragmen Spasme otot Tekanan sumsum

Adanya perlukaan

tulang lebih tinggi

tulang

dari kapiler

Peningkatan Luka operasi

Tekanan

Deformatis

Kapiler

Melepaskan

katekolamin Nyeri akut

Gangguan fungsi Pelepasan

Metabolisme

asam

Pemasangan gips/

ekstremitas histamin

lemak bebat

Protein

Hambatan Bergabung dg

Hambatan

plasma hilang

mobilitas fisik trombosit mobilitas fisik

Edema Emboli Luka insisi

Leserasi kulit

Penekanan Penyumbatan

Inflamasi bakteri

pembuluh pembuluh darah

darah

Perawatan luka

Kerusakan tidak steril Putus Vena / arteri integritas kulit Ketidakefektifan

Resiko infeksi

perfusi jaringan

Resiko infeksi

perdarahan

Kehilangan Resiko syok

(40)

Gambar 2.1 pohon masalah klien dengan post op close fracture femur 27

(41)

BAB 3

TINJAUAN KASUS

Untuk mendapatkan gambaran nyata tentang pelaksanaan asuhan keperawatan medikal bedah dengan diagnosa medis Post Operatif Close Fraktur Femur dextra maka penulis menyajikan suatu kasus yang penulis amati mulai tanggal 24 Desember 2018 –27 desember 2019 dengan data pengkajian pada tanggal 24 Desember 2018 jam 09.00 WIB. Anamnesa diperoleh dari pasien dan file register sebagai berikut.

3.1 Pengkajian

Data diambil pada tanggal 24 Desember 2018 pada pukul 09.00 WIB di Ruang melati RSUD bangil pasuruan. Klien masuk rumah sakit (MRS) pada tanggal 18 desember 2018. Pada saat pengkajian, diagnosa medis pada klien adalah Post Operative Close fraktur femur dextra.

3.1.1 Identitas Klien

Klien atas nama Sdr. B berusia 16 tahun, bersuku Jawa, agama Islam, mempunyai tingkat pendidikan SMA, pekerjaan pelajar. Sdr. B beralamatkan Grogolan Winong Gempol, Pasuruan.

Untuk penanggung jawab pembiayaan selama perawatan adalah Tn. R yang merupakan ayahnya berusia 47 tahun, berpendidikan SMP, bekerja swasta, dan beralamatkan Grogolan Winong Gempol, Pasuruan.

(42)

29

3.1.2 Riwayat Keperawatan 3.1.2.1 Keluhan Utama:

Sdr B mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, nyeri seperti tertusuk-tusuk pada pertengahan paha, skala nyeri 6 yang dirasa, nyeri semakin bertambah saat kaki dibuat gerak.

3.1.2.2 Riwayat penyakit saat ini

Pasien mengatakan pada tanggal 18 desember 2018 jatuh dari sepeda motor di daerah Buduran Nusa 2, menabrak mobil yang tiba-tiba di berhentikan oleh polisi, saat jatuh sdr B sempat tidak sadarkan diri. Mual-, muntah -, pusing-, nyeri paha kanan +, Kejadian kurang lebih jam 09.00 WIB pagi. Kemudian di bawa ke IGD pada jam 11.10 WIB untuk dilakukan tindakan medis lebih lanjut. Kemudian di transfer ke ruang rawat inap melati untuk di lakukan asuhan keperawatan, dan observasi, dan rencana selanjutnya yaitu operasi close fraktur pada tanggal 19 desember 2018 pukul 09.00-10.30 WIB, setelah itu pasien di pindah lagi ke ruang RR untuk di lakukan observasi anastesi selama 6 jam, kemudian pindah lagi di ruang Melati. Sdr B mengatakan nyeri pada luka bekas post op.

dengan spesifikasi PQRST sebagai berikut.

P: Nyeri disebabkan karena luka post op

Q: Nyeri seperti tertusuk jarum dan terbakar pada luka.

R: Lokasi nyeri terdapat pada paha kanan dikarenakan luka post op dengan jahitan jelujur dengan panjang luka sekitar 20 cm

(43)

30

S: Klien di pasang gip penyangga dan di tutup dengan tensokraf. Pasien mengatakan nyeri dengan skala nyeri 6 menggunakan smltzer yaitu nyeri luka sedang-berat.

T: Nyeri dirasakan saat sdr B bergerak.

3.1.2.3 Riwayat Keperawatan Sebelumnya 1) Penyakit yang pernah diderita:

Pasien Mengatakan tidak pernah mengalami fraktur sebelumnya, pasien juga tidak pernah menderita penyakit yang menular atau pun menurun seperti Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, Jantung.

2) Operasi

Sdr B mengatakan belum pernah melakukan tindakan operasi sebelumnya.

3) Alergi

Sdr B tidak mempunyai alergi baik itu pada makanan ataupun pada obat-obatan

3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga

1) Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga:

Sdr B Mengatakan bahwa anggota keluarganya tidak pernah menderita penyakit yang menular atau pun menurun seperti Hipertensi, Diabetes Militus, Asma, Jantung.

2) Lingkungan rumah dan komunitas

Lingkungan rumah sdr B cukup bersih, terdapat ventilasi di setiap ruangan, sampah di buang di kebun lalu di bakar. Keadaan rumah baik.

(44)

31

3) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Sdr B mengatakan tidak memiliki kebiasaan-kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatannya.

3.1.2.5 Status Cairan dan nutrisi

Sdr B memiliki nafsu makan yang normal dan terbukti dengan porsi makan yang diberikan tiga kali setiap harinya selalu habis baik di rumah maupun di rumah sakit.Untuk minum, sdr B mengkonsumsi air putih sebanyak1000 mL setiap harinya sdr B berdasarkan advice dokter dan ahli gizi tidak ada pantangan makan, serta diberikan diet tinggi kalori tinggi protein (TKTP). Klien tidak memiliki keluhan lain pada status cairan dan nutrisi ini.

3.1.2.6 Genogram (3 generasi)

Keterangan:

: Laki-Laki : Perempuan : Klien : Meninggal : Serumah

Gambar 3.1 Genogram

(45)

32

3.1.2.6 Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum: cukup; kesadaran: composmentis; GCS: 4-5-6, Tanda Vital:

(1) Tensi : 120/80 mmHg.

(2) Suhu :36,4oC (Lokasi pengukuran: Axilla).

(3) Nadi : 80x/menit (Lokasi penghitungan: Radialis).

(4) Respirasi : 20 x/menit..

3.1.7.3 Respirasi (B1)

1) Bentuk dada: Simetris.

2) Susunan ruas tulang belakang: Normal.

3) Pola napas:

(1) Irama: Teratur.

(2) Jenis: Vesikuler.

4) Retraksi otot bantu napas: Tidak ada retraksi otot bantu napas.

5) Perkusi thorax: Sonor.

6) Lain-lain: Tidak ada.

Masalah Keperawatan: Tidak adamasalah keperawatan.

3.1.7.4 Kardiovaskuler (B2) 1) Nyeri dada: Tidak.

2) Irama jantung: Teratur.

3) Pulsasi:Kuat;Posisi: Ictuscordis.

4) Bunyi jantung:SıS₂ tunggal.

5) CRT: ≤ 3 detik.

6) Cianosis : Tidak ada sianosis.

(46)

33

7) Clubbing finger : Tidak ada.

8) JVP: Tidak ada pembesaran JVP.

9) Lain-lain:Tidak ada.

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.7.5 Persyarafan (B3)

1) Kesadaran: Composmentis; GCS: 4-5-6.

2) Orientasi: Waktu = baik, orang=baik, tempat=baik.

3) Kejang: Tidak ada kejang, Jenis: -.

4) Kaku kuduk: Tidak ada.

5) Brudsky 1: Tidak ada.

6) Nyeri kepala: Tidak ada.

7) Istirahat/tidur: Siang: 3 jam/hari,Malam: 6jam/hari.

8) Kelainan nervus cranialis: Tidak ada kelainan.

9) Lain-lain: Tidak ada.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.7.6 Genetourinaria (B4)

1) Bentuk alat kelamin: Tidak terkaji.

2) Libido: Kemauan: Normal;Kemampuan: Normal.

3) Kebersihan: Tidak terkaji.

4) Frekuensi berkemih: Setelah keluar dari RR 6–7x/hari,Teratur, Jumlah:±1800cc/24 jam, Bau: Khas urin, Warna: Kuning, Tempat yang digunakan: Kamar mandi.

5) Alat bantu yang digunakan: Klien tidak dipasang selang kateter.

6) Lain-lain: Tidak ada.

(47)

34

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.7.7 Pencernaan (B5)

1) Mulut: Bersih;Mukosa: Lembab;Bibir: Normal;Gigi: Bersih dan tidak ada caries;Kebiasaan gosok gigi: Selama di rumah klien gosok gigi 2x sehari, di rumah sakit gosok gigi 2x sehari.

2) Tenggorokan: Tidak ada kesulitan menelan.

Tidak ada kesulitan.

Tidak ada kemerahan.

Tidak ada pembesaran tonsil.

3) Abdomen: tegang Asites Kembung

4) Kebiasaan BAB: Setelah keluar dari RR 1x sehari; Konsistensi:

Lembek;Warna: Kuning kecoklatan; Bau: Khas feses;Tempat yang biasa digunakan: Kamar mandi.

5) Masalah eliminasi alvi: Tidak ada.

6) Pemakaian obat pencahar: Tidak menggunakan obat pencahar.

7) Lain-lain: Tidak ada.

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan 3.1.7.8 Muskuloskeletal dan integumen (B6)

1) Kemampuan pergerakan sendi dan tungkai (ROM): pada tangan kiri terbatas. Tangan kiri Terpasang infus, ekstremitas tangan kanan terpasang gips.

(48)

35

2) Kekuatan otot:

5 4

1 5

3) Fraktur: Ada; Lokasi: femur dektra 4) Dislokasi: Tidak ada.

5) Kulit: Luka bekas operasi (+) pada femur, terbalut kasa steril, dibalut dan belum di buka.

6) Akral: Hangat.

7) Turgor: <3 detik.

8) Kelembaban: Lembab.

9) Oedema: tidak terdapat oedema 10) Kebersihan kulit: Bersih.

11) Lain-lain: klien dapat ke kamar mandi sendiri dengan bantuan kruk dan keluarga, klien di seka dan berpakaian di tempat tidur di bantu dengan keluarga, klien dapat makan sendiri di tempat tidur tanpa bantuan, saat bergerak klien tampak berhati-hati dan terkadang menyeringai. Klien mengatakan tidak dapat beraktifitas tanpa bantuan kruk.

Masalah keperawatan : nyeri akut, hambatan mobilitas fisik.

3.1.7.9 Penginderaan (B7) 1) Mata:

(1) Pupil: Isokor.

(2) Reflek cahaya: +/+.

(3) Konjugtiva: Merah muda.

(49)

36

(4) Sklera: Putih.

(5) Palpebra: Normal.

(6) Strabismus: Tidak ada.

(7) Ketajaman penglihatan: Normal.

(8) Alat bantu: Tidak menggunakan alat bantu kacamata.

(9) Lain-lain: Tidak ada.

2) Hidung: Normal.

(1) Mukosa hidung: Lembab.

(2) Sekret: Tidak ada.

(3) Ketajaman penciuman: Normal.

(4) Kelainan lain: Tidak ada.

3) Telinga: Bentuk: Simetris.

4) Keluhan: Tidak ada.

5) Ketajaman pendengaran: Baik.

6) Alat bantu: Tidak menggunakan alat bantu pendengaran.

7) Perasa:

Manis

Pahit

Asam

Asin.

8) Peraba: Klien bisa mersakan sentuhan.

Masalah Keperawatan:Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.7.10 Endokrin (B8)

1) Pembesaran kelenjar thyroid: Tidak adapembesaran kelenjar thyroid.

(50)

37

2) Pembesaran kelenjar parotis: Tidak ada pembesaran kelenjar parotis.

3) Lain-lain: Tidak banyak keringat.

Tidak ada penurunan BB.

Tidak ada Polidipsi.

Tidak ada Polifagi.

Tidak ada Poliuri.

4) Luka gangrene: Tidak ada.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.7.11 Data Psikososial :

1) Gambaran diri/citra diri :

(1) Tanggapan tentang tubuhnya : sdr B menyukai semua bagian tubuhnya dan bersyukur mempunyai anggota tubuh yang lengkap.

(2) Bagian tubuh yang disukai : Semua anggota tubuhnya (3) Bagian tubuh yang kurang disukai : Tidak ada

2) Identitas :

(1) Status klien dalam keluarga : Anak.

(2) Kepuasan sdr B terhadap status dan posisi dalam keluarga : klien senang terhadap status dan posisinya sebagai anak.

(3) Kepuasan sdr B terhadap jenis kelamin : Klien bersyukur menjadi seorang laki-laki.

(51)

38

3) Peran :

(1) Tanggapan sdr B tentang perannya : Klien menjalani peran sebagai anak.

(2) Kemampuan/kesanggupan klien melaksanakan perannya :sdr B mampu dan sanggup menjalankan tugasnya sebagai anak.

4) Ideal diri :

(1) Harapan sdr B terhadap tubuhnya : sdr B ingin tubuhnya sehat kembali dan dapat melakukan aktivitas kembali

(2) Posisi (dalam pekerjaan) : sdr B tidak bekerja (3) Sekolah : sdr B masih sekolah SMA

(4) Keluarga : -

(5) Masyarakat : Anggota masyarakat

(6) Harapan klien tentang penyakit yang diderita dan tenaga kesehatan : sdr B berharap penyakitnya dapat sembuh dengan bantuan tenaga kesahatan

5) Harga diri :

Tanggapan sdr B terhadap harga dirinya : sdr B menghargai dirinya 6) Data sosial :

(1) Hubungan sdr B dengan keluarga : Baik (2) Hubungan sdr B dengan klien lain : Baik (3) Dukungan keluarga terhadap klien : Baik (4) Reaksi sdr B saat interaksi : sdr B kooperatif

(52)

39

7) Data Spritual

(1) Konsep tentang penguasa kehidupan : sdr B percaya dengan keyakinannya

(2) Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Keluarga

(3) Ritual agama yang bermakna/berarti/harapan saat ini : Beribadah dan berdoa

(4) Sarana/peralatan/org yang diperlukan untuk melaksanakan ritual : sdr B beribadah di atas tempat tidur

(5) Keyakinan terhadap kesembuhan penyakit : sdr B yakin bisa sembuh

(6) Persepsi terhadap penyakit : sdr B menganggap penyakitnya adalah ujian.

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan.

Laboratorim pada tanggal 18 desember 2018

Berikut ini adalah hasil pemeriksaan Laboratorium terakhir sebelum pasien di lakukan tindakan keperawatan .

Tabel 3.1 Hasil Pemeriksaan laboratorium sdr. B dengan diagnose medis Post Operatif Close Fraktur Femur Dextra di Ruang Melati rsud bangil pasuruan

Pemeriksaan Hasil Nilai normal

WBC (Leukosit) 22,23 4,50-13,00/uL

RBC (Eritrosit) 4,2 4.2-6.1/uL

HGB (Hemoglobin) 12,5 12,1-18 g/dL

HCT 36,4 37,0-52,0%

(53)

40

PLT (Trombosit) 382 156-408/uL

MCV 87,1 79,0-99,0 fl

MCH 29,9 27,0-31,0 pg

MCHC 34,3 33,0-37,0 g/dL

RDW-SD 39,0 35,0-47,0 fl

RDW-CV 12,7 11,5-14,5%

PDW 10,1 9,0-13,0 fl

MPV 9,0 9,0-17,0 fl

P-LCR 17,6 13,0-43,0 %

PCT 0,3 0,2-0,4%

EO% 0,00 0,00-3,00%

BASO% 0,10 0,00-1,00%

NEUT% 92,0 50,0-70,0%

LYMPH% 4,0 25,0-4,00%

MONO% 3,9 2,0-8,0%

EO 0,01 10^3/uL

BASO 0,02 10^3/uL

MONO 0,86 10^3/uL

NEUT 20,4 2,0-7,7 /uL

LYMPH 0,9 0,8-4,0/uL

3.1.7.13 Pemeriksaan X-Ray

Hasil pemeriksaan X-Ray pada tanggal 20 desember 2018 didapatkan hasil Close Fraktur Femur dextra

(54)

41

3.1.7.14 Therapi

Tanggal 24 desember 2018

1) Infus Ringer Laktat 20 tpm

mengganti cairan yang hilang 2) Injeksi Cefotaxime 2×1 gram

antibiotic 3) Injeksi Cetorolac 2x10 mg →

anti inflamasi meredakan peradangan setelah operasi

3) Injeksi Antrain 3x500 mg

anti nyeri 4) Injeksi ranitidine 2x 50 mg →

menghambat sekresi asam lambung 3.2 Diagnosa Keperawatan

3.2.1 Analisa Data

Tanggal : 24 desember 2018 Nama Klien : Sdr.B

Umur : 16 tahun

No. RM : 1899571

Tabel 3.2 AnalisaData Pada Sdr.B Dengan Diagnosa Post Operative Close Fraktur Femur dextra

No. Data Etiologi Problem

1. DS: Klien mengeluh nyeri Tindakan operatif Nyeri Akut pada daerah luka bekas

operasi. Nyeri seperti di tusuk

tusuk. Dari skala 1-10 Klien Adanya terputusnya memilih score 6 untuk kontinuitas jaringan menggambarkan rasa nyerinya. kulit dan tulang Nyeri semakin bertambah saat

kaki di buat gerak.

P : Nyeri di sebabkan karena luka post operasi

Q : Nyeri seperti tertusuk jarum dan terbakar pada luka R : Nyeri dirasa mulai dari

(55)

42

2.

.

selangkangan sampai lutut S : Skala nyeri 6

T : Nyeri bertambah saat klien bergerak

DO:

- k/u cukup.

- Saat bergerak klien tampak berhati-hati - wajah tampak

menyeringai

- Luka bekas operasi (+) terbalut kasa steril dan dibalut, belum belum di buka

TTV :

- TD : 130/80 mmHg - S : 36,8oC

- N : 84 x/menit - RR : 21 x/menit

DS : klien mengatakan tidak bisa melakukan aktivitas tanpa bantuan keluarga dan kruk.

DO :

- Klien dapat ke kamar mandi dengan bantuan kruk dan keluarga - Klien di seka dan

berpakaian di tempat tidur oleh keluarganya.

- Klien dapat makan sendiri tanpa bantuan.

- Saat bergerak klien dengan tampak berhati hati dan terkadang menyeriangi.

- Kekuatan otot

5 4

15

- ADL : total sebagian mandiri

Hambatan Tindakan operatif mobilitas fisik

Adanya perlukaan

Pemasangan gips dan bebat

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan atas nikmat yang telah Allah SWT berikan, karena berkat rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan akhir Diploma III di

Perubahan ini dicatat dengan stiker putih bergambar bayi atau simbol lingkaran berwarna putih.Kemungkinan lendir tampak kental dan keruh.Perasaan lengket dan

Sembilan skripsi yaitu skripsi nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 dinilai baik dalam tujuan karena tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan, dapat diperiksa apakah tujuan

Sedangkan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Dalam hal peralatan, masih perlu me- nyesuaikan dengan perkembangan teknologi mutakhir; sekolah tidak memiliki panduan prakerin, pembekalan hanya dilakukan se- minggu

berlimpah, murah, kuat dan ringan, namun belum dimanfaatkan secara optimal bagi kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengembangkan bahan rotan

Menurut Santrock (dalam Alfina,2014) santri yang memiliki kemampuan self-regulated learning menunjukan karateristik mengatur tujuan belajar untuk mengembangkan ilmu

Sekuen trnL-F kurang sesuai jika digunakan untuk membangun pohon filogenetik (Brinegar, 2009), akan tetapi data hasil penelitian menunjukkan adanya subtitusi