• Tidak ada hasil yang ditemukan

OLEH ANIK WAHYU NINGSIH NIM 11711200648

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "OLEH ANIK WAHYU NINGSIH NIM 11711200648"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK ANAK SALEH PERSPEKTIF ZAINAL ABIDIN BIN SYAMSUDDIN

DALAM BUKU GOLDEN WAYS ANAK SHOLEH

OLEH

ANIK WAHYU NINGSIH NIM 11711200648

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

1444 H/2023 M

(2)

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK ANAK SALEH PERSPEKTIF ZAINAL ABIDIN BIN SYAMSUDDIN

DALAM BUKU GOLDEN WAYS ANAK SHOLEH

Skripsi

Diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

ANIK WAHYU NINGSIH NIM 11711200648

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU

1444 H/2023 M

(3)

i

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Saleh Perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam Buku Golden Ways Anak Sholeh, yang ditulis oleh Anik Wahyu Ningsih NIM. 11711200648 dapat diterima dan disetujui untuk diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Pekanbaru, 20 Sya‟ban 1443 H 23 Maret 2022 M

Menyetujui,

Ketua Jurusan Pembimbing

Pendidikan Agama Islam

Dr. Idris, M.Ed. Drs. Azwir Salam, M.Ag.

NIP 19760504 200501 1 005 NIP 195123 1 198603 1 052

(4)

ii

PENGESAHAN

Skripsi dengan judul Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Saleh Perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam Buku Golden Ways Anak Sholeh, yang ditulis oleh Anik Wahyu Ningsih dengan NIM. 11711200648 telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau pada tanggal 17 Jumadil Awal 1444 H/10 Januari 2023 M. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada jurusan Pendidikan Agama Islam, konsentrasi Fikih.

Pekanbaru, 17 Jumadil Akhir 1444 H 10 Januari 2023 M Mengesahkan

sidang munaqasyah

Penguji I Penguji II

Dr. Nasrul HS, S.Pd.I., MA. Hj. Nurzena, M.Ag.

Penguji III Penguji IV

Sopyan, S.Ag., M.Ag. Dr. Yanti, M.Ag.

Dekan

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Dr. H. Kadar, M.Ag.

NIP. 19650521 199402 1 001

(5)

iii

SURAT PERNYATAAN

Nama : Anik Wahyu Ningsih

NIM : 11711200648

Tempat/Tgl Lahir : Sei Garo, 13 Mei 1999 Fakultas : Tarbiyah Dan Keguruan Prodi : Pendidikan Agama Islam

Judul skripsi : Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Saleh Perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam Buku Golden Ways Anak Sholeh

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa:

1. Penulisan skripsi dengan judul sebagaimana tersebut di atas adalah hasil pemikiran dan penelitian saya sendiri.

2. Semua kutipan pada karya tulis saya ini sudah disebutkan sumbernya.

3. Oleh karena itu skripsi saya ini, saya nyatakan bebas dari plagiat.

4. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam penulisan skripsi saya tersebut, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun juga.

Pekanbaru, 01 Januari 2023 Yang membuat pernyataan

Anik Wahyu Ningsih NIM. 11711200648

(6)

iv

PENGHARGAAN

Alhamdulillahirabbil „alamin penulis ucapkan atas kehadirat Allah Swt.

Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah, serta memberikan kenikamatan berupa kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat berbingkaikan salam, penulis kirimkan kepada junjungan alam Nabi Muhammad saw. yang telah menuntun kita kepada nikmatnya keimanan seperti yang kita rasakan saat ini. Atas ridha dan nikmat yang diberikan oleh Allah Swt.

penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Saleh Perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin Dalam Buku Golden Ways Anak Sholeh” yang mana penulis selesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada jurusan Pendidikan Agama Islam konsenterasi Fikih Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Skripsi ini dapat penulis selesaikan tidak terlepas dari bantuan, dukungan, serta motivasi dari berbagai pihak, terutama kedua orang tua ayahanda Yahmen dan ibunda Maryani, suami tercinta Seger Ahmad Julianto serta buah hati tersayang Syifa Nur Rahma yang selalu hadir dan memberikan dukungan baik secara materi maupun bathin. Pada kesempatan kali ini, penulis juga ingin menyampaikan rasa terimakasih yang mendalam kepada beberapa pihak yang juga telah berkontribusi dalam proses dan peyelesaiaan penelitian penulis di Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim ini, yaitu:

1. Prof. Dr. Hairunas, M.Ag., Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta Prof. Dr. Hj Helmiati, M.Ag., Wakil Rektor I, Dr. H.

Mas‟ud Zein, M.Pd., Wakil Rektor II dan Prof. Edi Erwan.S.Pt,. M.Sc, Ph.D., Wakil Rektor III yang telah memberikan kesempatan dan kebijakan selama menempuh pendidikan di UIN Suska Riau.

2. Dr. H. Kadar M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau beserta Wakil Dekan I Dr. H. Zakarsih M.Ag., Wakil Dekan II Dr. Zubaidah Amir MZ., M.Pd., Wakil Dekan III Dr.

Amirah Diniaty M. Pd. Kons. beserta staff dan karyawan yang telah

(7)

v

memberikan fasilitas dan mempermudah segala urusan penulis selama belajar di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

3. Dr. Idris, M.Ed., ketua jurusan Pendidikan Agama Islam beserta Dr. Nasrul HS, M.A., sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam dan segenap staff yang telah banyak mengarahkan memberikan bimbingan, serta bantuan kepada penulis di jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Dra. Afrida M.Ag., ketua jurusan Pendidikan Agama Islam periode 2018-2021 dan H. Adam Malik Indra Lc, M.A., sekretaris jurusan Pendidikan Agama Islam periode 2018-2021 Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Azwir Salam, M.Ag sebagai pembimbing skripsi penulis yang telah meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan kemudahan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini.

6. Dr. Devi Arisanti, M.Ag. Penasihat Akademik (PA) yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, serta motivasi kepada penulis sehingga penulis semangat dalam menyelesaikan kuliah dengan baik.

7. Seluruh dosen jurusan Pendidikan Agama Islam yang terampil dan mempunyai kerangka ilmu di bidangnya yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan baru selama penulis menyelesaikan pendidikan di jurusan Pendidikan Agama Islam.

8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan nama satu persatu.

Terimakasih telah memberikan dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis berdo‟a, semoga semua pihak yang telah membantu dan turut berkontribusi dalam penyelesaian skripsi ini mendapatkan balasan dari Allah Swt.

dan selalu diberikan kemudahan oleh Allah Swt. dalam setiap menjalankan segala urusan.

Pekanbaru, 06 Maret 2022 Penulis,

Anik Wahyu Ningsih NIM. 11711200648

(8)

vi

PERSEMBAHAN ُِْ١ِدِّشٌا ِّْٓدهشٌا ِ هاللَّ ُِْغِت

Alhamdulillahhirobbil’alamin..

Puji syukur kepada Allah Swt. atas nikmat dan karunianya Sehingga aku dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Segenap kasih dan cinta skripsi ini ku persembahkan untuk kedua orang tua Ayahanda Yahmen dan Ibunda Maryani

yang selalu memberikan dukungan dan doa, trimakasih atas segala pengorbanannya.

Kepada mertua bapak Marijo dan ibu Tuginem

trimakasih atas dukungan dan doa. Berkat doa ayah, mamak serta doa bapak dan ibu mertua skripsi ini dapat terselesaikan.

Kepada seseorang yang selalu menemaniku, suamiku tercinta Seger Ahmad Julianto.

Trimakasih atas ridho, motivasi dan doanya dan trimakasih telah banyak mengorbankan waktu, tenaga untuk menyelesaikan skripsi ini.

Serta kepada buah hati tersayang

Syifa Nur Rahma sebagai penyemangat hidupku.

Kepada adik-adikku Sugeng, Fikri dan Giman. Trimakasih telah memberikan semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Trimakasih atas segalanya, semoga Allah membalas dengan pahala yang berlipat ganda. Aamiin

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain. Dan hanya kepada tuhanmulah hendaknya kamu berharap.”

(Al-Insyirah: 6-8)

(9)

vii ABSTRAK

Anik Wahyu Ningsih, (2022): Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Saleh Perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam Buku Golden Ways Anak Sholeh.

Memiliki anak saleh merupakan dambaan bagi setiap orang tua, karena anak saleh belahan jiwa dan simpanan berharga. Orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam mendidik anaknya. Perlu kesabaran dalam mendidik dan ilmu yang memadai agar terwujud anak yang saleh. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui konsep anak saleh dan mendeskripsikan Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak saleh Perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam buku Golden Ways Anak Sholeh. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Teknik analisis menggunakan analisis isi (content analysis). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep anak saleh menurut Zainal Abidin bin Syamsuddin ialah anak saleh harus rajin beribadah dan dalam diri anak saleh terdapat beberapa karakteristik yaitu beribadah dengan benar, rajin shalat, mencintai rumah Allah, gemar infaq dan sedekah, melatih puasa, menunaikan ibadah haji, menjadi generasi Qur‟ani, merawat hati dengan zikir. Peran orang tua dalam membentuk anak saleh dalam buku Golden Ways Anak Sholeh yaitu keteladanan orang tua menempati urutan teratas dalam membentuk karakter anak. Oleh karena itu berilah teladan yang baik untuk anak. Langkah awal yang dilakukan orang tua jika mengingginkan anak saleh yaitu ajari anak ibadah yang benar dan akhlak yang baik.

Kata kunci: Peran Orang Tua, Membentuk Anak Saleh, Golden Ways Anak Sholeh

(10)

viii ABSTRACT

Anik Wahyu Ningsih, (2022) : The Role Of Parents in Shaping Pious Children on Zainal Abidin Bin Syamsuddin Perspective in the Book Golden Ways anak Sholeh.

Owning pious children were the dreaming of all parents, because pious children were soul-mates and valuable savings. Parents have a great responsibility in educating their children. It needed patience in educating and adequate knowledge in order to realize owning pious children. This research aimed at knowing the pious children concepts, and for describing the criteria representation of forming pious children on Zainal Abidin bin Syamsuddin‟s perspective in the book Golden Ways anak Sholeh. It was a library research. Documentation technique was used for collecting the data. Content analysis technique was used for analyzing the data. The findings of this research showed that the pious children concepts according to Zainal Abidin bin Syamsuddin was that pious children must be diligent in worship, and there were several characters of pious children:

worshiping properly, praying diligently, loving masjids, loving infaq and alms, fasting practice, performing the pilgrimage, being a Qu'rani generation, treating the heart with Zikir. The Criteria Representation of Forming Pious Children in the book Golden Ways anak Sholeh were exemplary parents‟ top order in shaping the children character. Therefore, it provided a good example for children that was be the first step conducted by parents if they wanted a pious child such as teaching him the right worship and good morals.

Keywords: The Role of Parents, Forming Pious Children, Golden Ways Anak Sholeh.

(11)

ix

صخلم

( ،هيسىيو ىيحو كيوأ 202 2

ةهجو هم هيحلاصلا ءاىبلأا هيىكتل ريياعم ليثمت :) باتك يف هيدلا سمش هب هيدباعلا هيز رظو

هيحلاصلا ءاىبلأل ةيبهذلا قرطلا

خاشخذِٚ حٚشٌا ءامفس ُٙٔلأ ،ذٌاٚ ًو ٍُد ٛ٘ ٓ١ذٌاصٌا ءإتلأا باجٔإ

ٕتأ ح١تشذ ٟف جش١ثو ح١ٌٚؤغِ ءات٢ا ًّذر٠ .حٕ١ّث ح١تشرٌا ٟف شثصٌا ةٍّطر٠ .ُٙئا

حفشعِ ثذثٌا از٘ ِٓ ضشغٌا .ٓ١ذٌاصٌا ءإتلأا باجٔإ ك١مذرٌ ح١فاىٌا حفشعٌّاٚ

ِٓ ٓ١ذٌاصٌا ءإتلأا ٓ٠ٛىرٌ ش١٠اعِ ً١ثّذ فصٚٚ ٓ١ذٌاصٌا ءإتلأا َٛٙفِ

ءإتلأٌ ح١ث٘زٌا قشطٌا بارو ٟف ٓ٠ذٌا ظّش ٓت ٓ٠ذتاعٌا ٓ٠ص شظٔ حٙجٚ

از٘ َذخرغ٠ .ٓ١ذٌاصٌا حعاسد َاذخرعات خأا١ثٌا عّج ح١ٕمذ .ا١ثرىِ اثذت ثذثٌا

ْأ ٌٝإ ثذثٌا از٘ جئارٔ ش١شذ .ٜٛرذٌّا ً١ٍذذ ً١ٍذرٌا ح١ٕمذ َذخرغذ .ك١ثٛرٌا ْأ اٛثج٠ ُٙٔأ ٛ٘ ٓ٠ذٌا ظّش ٓت ٓ٠ذتاعٌا ٓ٠ص ذٕع ٓ١ذٌاصٌا ءإتلأا َٛٙفِ

صٌاٚ ،حذ١ذصٌا جداثعٌا ٟ٘ٚ خاّع جذع ُٙ١فٚ ،جاثعٌا ٟف اٚذٙرج٠ ،داٙرجات جلا

ٗٔٛوٚ ،جذٌا ءادأٚ ،َا١صٌا حعساِّٚ ،حلاذصٌاٚ قافٔلإا ةدٚ ،اللَّ د١ت ةدٚ

ٓ١ذٌاصٌا ءإتلأا ٓ٠ٛىرٌ ش١٠اعِ ً١ثّذ .شوزت ةٍمٌات َاّر٘لااٚ ،ٟٔآشمٌا ً١جٌا ِٓ

حثذشٌّا ٍْٛرذ٠ ءات٢ا ياثِ ْأ ٛ٘ ٓ١ذٌاصٌا ءإتلأٌ ح١ث٘زٌا قشطٌا بارو ٟف

ُٙر١صخش ً١ىشذ ٟف ٌٝٚلأا ٟرٌا ٌٝٚلأا جٛطخٌا .ٌُٙ حٕغد جٚذل ٓو ،هٌزٌ .

ُ١ٍعذٚ حذ١ذصٌا جداثعٌا ُّٙ١ٍعذ ٟ٘ ٓ١ذٌاصٌا ءإتلأا اٚداسأ ارإ ءات٢ا ا٘زخر٠ .حّ٠شىٌا قلاخلأا :ةيساسلأا تاملكلا قرطلا باتك ،هيحلاصلا ءاىبلأا هيىكتل ريياعم ،ليثمت

يحلاصلا ءاىبلأل ةيبهذلا

ن

(12)

x DAFTAR ISI

PERSETUJUAN ... i

PENGESAHAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

PENGHARGAAN ... iv

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Penegasan Istilah ... 7

C. Fokus Penelitian ... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORI ... 10

A. Kajian Teoretis ... 10

1. Pembentukan Anak Saleh... 10

a. Pengertian Anak Saleh ... 10

b. Karakteristik Anak Saleh ... 11

c. Membentuk Anak Saleh ... 14

2. Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Saleh ... 16

B. Penelitian Relevan ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

A. Jenis Penelitian ... 26

B. Waktu Penelitian ... 26

C. Sumber Data ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

BAB IV PAPARAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Gambaran Umum Buku Golden Ways Anak sholeh ... 32

B. Analisis Konsep Anak Saleh melalui Buku Golden Ways Anak Sholeh Karya Zainal Abidin bin Syamsuddin ... 36

1. Beribadah dengan benar……….….…. 37

2. Rajin shalat……….….………. 38

3. Mencintai rumah Allah……….….…... 43

4. Gemar infaq dan sedekah……….……. 45

5. Melatih puasa……….….………... 48

6. Menunaikan ibadah haji……….……… 50

7. Menjadi generasi Qu‟ani……….……... 52

8. Merawat hati dengan zikir……….…… 53

(13)

xi

C. Analisis Peran Orang Tua Dalam Membentuk Anak Sholeh

melalui Buku Golden Ways Anak Sholeh Karya Zainal Abidin bin

Syamsuddin ... 56

1. Pengorbanan orang tua ... 56

2. Perlu keteladanan ... 60

3. Harus kompak ... 64

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan... 67

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP PENULIS

(14)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel IV.1 Identitas Buku Golden Ways Anak Sholeh ... 34 Tabel IV.2 Konsep Anak Saleh menurut Zainal Abidin bin Syamsuddin 36 Tabel IV.3 Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Sholeh melalui

buku Golden Ways Anak Sholeh Karya Zainal Abidin bin

Syamsuddin ... 56

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Buku tampak depan

Identitas buku Daftar isi buku

Buku tampak belakang

Lampiran II Surat Keterangan Pembimbing Lampiran III Blangko Bimbingan Proposal Lampiran V Pengesahan Perbaikan Proposa Lampiran VI Blangko Bimbingan Skripsi

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Buku Golden Ways Anak Sholeh merupakan salah satu karya Zainal Abidin bin Syamsuddin yang di dalamnya banyak berisikan mengenai kriteria membentuk anak saleh, yang bisa dijadikan untuk panduan orang tua dalam mendidik putra-putrinya menjadi anak saleh dan salehah yang senantiasa beribadah kepada Rabb-nya sesuai dengan tuntunan Rasulnya, berbakti kepada kedua orang tuanya dan bermanfaat bagi umat disekitarnya. Buku ini berusaha menyajikan landasan tekstual bagi setiap kriteria membentuk anak saleh yang diperaktekan oleh orang tua. Landasan teksual itu adalah ayat-ayat yang merupakan firman Allah dan hadits-hadits yang merupakan petunjuk dari Rasulallah SAW yang terkait dengan kriteria membentuk anak saleh. Buku Golden Ways Anak Sholeh dapat dijadikan panduan orang tua untuk mendidik anak, agar menjadi anak saleh. Setiap orang tua pasti menginginkan anak yang saleh, karena anak saleh dapat menyejukkan pandangan.

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga.

Pendidik atau Pembina pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh anak waktu kecilnya, merupakan unsur penting dalam pribadinya.1

1 Zakiyah Daradjat, 2003 Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT Bulan Bintang), h 35 & 74

(17)

2

Anak merupakan anugrah sekaligus amanah. Sebagai anugrah, kelahiran anak merupakan hal yang menggembirakan, penuh berkah, dan karena itu harus disyukuri bersama. Sebagai amanah, anak harus dipandang sebagai bagian dari kehidupan kita yang harus kita perhatikan perkembangan intelektualitas dan spiritualitasnya.2

Anak saleh merupakan kekayaan orang tua yang paling berharga, simpanan yang paling mahal, tabungan akhirat yang sangat mulia, dan investasi yang sangat menguntungkan. Agar orang tua bisa membentuk kesalehan anak-anaknya, maka harus berpegang teguh kepada ajaran al-Quran dan as-Sunnah sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih, memiliki kemauan tinggi dan ilmu yang cukup untuk mendidik anak, membimbing akidah dan akhlak, memberi teladan baik dan menjauhkan mereka dari teman-teman yang buruk dan lingkungan yang rusak.3

Mendidik anak adalah tanggung jawab besar. Sayangnya, tidak sedikit orang tua yang melalaikan dan menyepelekan tanggung jawab ini. Mereka menelantarkan dan mengabaikan pendidikan anak. Mereka tidak memperhatikan dan mengarahkan anak mereka. Namun, ketika mereka menjumpai sikap pembangkangan dan penyimpangan pada anak, mereka marah dan mengeluh. Mereka tidak tahu bahwa merekalah penyebab utama pembangkangan dan penyimpangan anak tersebut. Contohnya saat anak sudah memasuki dunia pendidikan maka orang tua melepaskan sepenuhnya

2 Muhammad Zaairul Haq & Sekar Dina Fatimah, 2015, Cara Jitu Mendidik Anak Agar Saleh dan Salehah, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo), h 9

3 Zainal Abidin bin Syamsuddin, 2019, Golden Ways Anak Sholeh, (DKI Jakarta: Pustaka Imam Bonjol), h 23 & 3-4

(18)

3

pendidikan kepada guru, padahal orang tua adalah pendidik utama. Karena anak banyak menghabiskan waktunya di rumah. Oleh karena itu sebagai orang tua harus memiliki ilmu yang memadai untuk mendidik anak mereka secara Islami, agar nantinya anak mereka menjadi anak yang saleh.

Adapun, sebagian orang tua terbiasa melakukan kemungkaran di depan anak mereka. Contohnya adalah merokok, mendengar musik, mononton film- film tercela, menonton sinetron-sinetron televisi, wanita berhias didepan putri- putrinya, dan sering keluar rumah tanpa adanya keperluan. Dengan ini semua, kedua orang tua menjelma sebagai teladan buruk bagi anak-anaknya.

Termasuk juga ketika orang tua melihat anak melakukan suatu kemungkaran, namun tidak berbuat apa pun. Ini adalah kesalahan dan membuat anak merasa nikmat dengan kemungkarannya.4

Berkaitan hal ini, sangat perlu adanya pembahasan mengenai peran orang tua dalam membentuk anak saleh, karena orang tua sangat berperan dalam membentuk kesalehan anak, barang siapa yang teledor dalam mengajari anaknya tentang sesuatu hal yang bermanfaat, maka ia telah berbuat kesalahan kepadanya, sehingga kebanyakan kedurhakaan anak berawal dari keteledoran orang tua dalam mendidik anak.5

Permasalahan tentang cara mendidik anak agar menjadi anak saleh yang telah dipaparkan tersebut, pemikiran Zainal Abidin bin Syamsuddin menjadi sangat penting, terkait dengan keteledoran orang tua dalam mendidik anak. Pemikiran Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam bukunya dengan judul

4 Muhammad Al-Hamd, 2020, Good Parenting: Cara Benar dan Tepat Mendidik Anak dalam Islam, (Sukoharjo: PQS Sumber Ilmu), h 23

5 Zainal Abidin bin Syamsuddin, Op.Cit, h 12

(19)

4

Golden Ways Anak Sholeh yang menjelaskan mengenai beberapa kriteria membentuk anak sholeh, berikut ini pemikiran yang terdapat dalam buku tersebut yakni:

Orang tua harus berusaha mendidik anak-anaknya dengan kesabaran dan keuletan sambil terus berdoa agar anaknya menjadi anak yang saleh, karena anak juga bisa membuat orang tua menyimpang. Oleh sebab itu Islam sangat menganjurkan kepada orang tua, agar senantiasa mendidik buah hatinya, agar menjadi anak saleh yang bertakwa. Memiliki anak saleh yang bertakwa merupakan tujuan utama hidup berumah tangga.

Agar anak menjadi saleh, langkah awal yang harus dilakukan oleh orang tua adalah mendidik secara benar, mengikat anak dengan syariat Allah dan sunnah Rasul-Nya, menguatkan dengan tauhid, mengembalikan kepada akidah yang lurus, ibadah yang benar dan akhlak yang mulia, sehingga mereka tumbuh dewasa diatas ketakwaan dan kebaikan. Pendidikan anak harus ditekankan pada penguatan tauhid dan akhlak, membersihkan kehidupan umat manusia dari berbagai macam bid‟ah dan khurafat, karena hal itu merupakan bentuk awal kaderisasi umat dalam rangka mengemban misi Islam di masa yang akan datang.6

Berdasarkan dua contoh pemikiran yang terdapat dalam buku Golden Ways Anak Sholeh dapat di ketahui bahwa di dalam buku tersebut didapati cara mendidik anak agar menjadi anak saleh yang tentunya bagi penulis sangat penting untuk dipahami dan diteliti dengan baik dan benar.

6 Ibid, h 2-5

(20)

5

Adapun beberapa alasan penulis untuk memilih buku Golden Ways Anak Sholeh karya Zainal Abidin bin Syamsuddin ini adalah:

Pertama, buku ini merupakan karangan Zainal Abidin bin Syamsuddin yang mana beliau adalah seorang ulama pendiri sebuah pondok pesantren di desa Talokwohmojo, kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora pada tahun 1900, dan di sana sekarang menjadi basis penggemblengan tarekat terbesar di kabupaten blora. Beliau tidak hanya mengajarkan ilmu fikih dan ilmu al- Quran saja, pada tahun 1908 ia resmi diangkat sebagai mursyid tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah. Artinya ia telah mendapatkan izin mengajar dan membaiat para santri tarekat di Desa Talokwohmojo pada khususnya dan warga desa sekitar pada umumnya.

Kedua, buku ini berisi tentang peran orang tua dalam mendidik anak agar menjadi anak saleh, dalam mendidik orang tua harus sabar, ikhlas, dan selalu mendekatkan diri kepada Allah dan berdoa memohon pertolongan-Nya agar dimudahkan dalam mendidik anaknya dan dijadikan anaknya menjadi anak yang saleh.

Ketiga, buku ini sangat cocok sebagai bahan bacaan bagi kalangan masyarakat, terutama orang tua karena banyak membahas mengenai cara mendidik anak secara islami.

Keempat, buku ini bisa menjadi panduan orang tua dalam mendidik putra-putrinya menjadi anak saleh yang senantiasa beribadah kepada Rabb- Nya sesuai dengan tuntutan Rasul-Nya, berbakti kepada kedua orang tuanya dan bermanfaat bagi umat disekitarnya.

(21)

6

Adapun kaitannya dengan Pendidikan agama Islam yaitu pendidikan utama terdapat dalam keluarga. Namun perlu diketahui bahwa pendidikan anak tidak hanya diperankan oleh kedua orang tua saja, akan tetapi banyak sekali pihak yang turut serta dalam mewarnai corak pendidikan si anak.

Pihak yang memiliki peran besar dalam hal ini adalah sekolah. Sekolah memiliki peran dan pengaruh yang amat besar. Di sekolah anak menghabiskan sebagian besar waktunya. Sekolah adalah lingkungan kedua setelah rumah.

Guru menjadi figur dan tokoh panutan bagi anak-anak. Dengan mudah mereka mendengar dan memperaktikkan ucapan maupun perbuatan sang guru. Karena itulah kita harus sungguh-sungguh memilih sekolah yang terbaik bagi anak- anak kita. Pilihlah sekolah yang kurikulum pendidikannya kita ketahui, serta visi dan misi pembinaannya dibangun atas manhaj (cara beragama) yang lurus.

Lihatlah para pengajarnya, apakah mereka terpercaya dan selamat dalam lingkungan pergaulannya.7

Tujuan pendidikan anak dalam Islam adalah menyiapkan individu untuk beribadah kepada Allah SWT. Totalitas agama Islam tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, puasa dan haji. Tetapi setiap perbuatan yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan ibadah.8

Berdasarkan paparan yang telah dijelaskan, maka penulis tertarik untuk mendalami kandungan isi buku Golden Ways Anak Sholeh tersebut dengan judul “Peran Orang Tua Dalam Membentuk Anak Saleh Perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin Dalam Buku Golden Ways Anak Sholeh”

7 Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan, 2014, Mencetak Generasi Rabbani: Mendidik Buah Hati Mengapai Ridha Illahi, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i), h 232-233

8 Yusuf Muhammad al-Hasan, 2010, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Darul Haq), h 8

(22)

7

B. Penegasan Istilah 1. Peran Orang Tua

Peran dalam KBBI adalah perangkat tingkat yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat.9 Peran adalah kemampuan atau kesiapan yang dimiliki seorang untuk mempengaruhi, mendorong, mengajak orang lain agar menerima pengaruh itu sendiri.

Selanjutnya berbuat sesuatu yang akan membantu pencapaian suatu maksut dan tujuan tertentu.10

Jadi dapat diketahui bahwa peran merupakan suatu wujud dari pelaksana orang tua dalam mengajak, berpartisipasi atau bertugas sebagai orang tua yang memiliki tanggung jawab terhadap anaknya agar membantu mencapai tujuan yang diinginkan.

Sedangkan orang tua adalah ayah atau ibu yang menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya, karena dari orang tua lah mereka mula-mula menerima pendidikan. Orang tua memegang peranan penting untuk baik buruknya seorang anak.11

2. Anak Saleh

Anak saleh terdiri dari dua kata yaitu anak dan saleh. Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara hubungan pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan

9 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 2003, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pustaka), h 854

10 Syaful Segala, 2009, Supervisi Pembelajaran dan Profesi Pendidikan (Bandung:

Alfabeta), h 117

11 Zakia Darazat, 2001, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara), h 35

(23)

8

karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.12Kata anak saleh dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah anak yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah.13

3. Buku Golden Ways Anak Sholeh Karya Zainal Abidin bin Syamsuddin Buku Golden Ways Anak Sholeh ini bisa dijadikan panduan orang tua dalam mendidik putra-putrinya menjadi anak saleh yang senantiasa beribadah kepada rabb-Nya sesuai dengan tuntutan Rasul-Nya.

C. Fokus Penelitian

Dalam pembahasan mengenai membentuk anak saleh, nilai-nilai pendidikan dan pengajaran yang terkandung di dalamnya sangatlah luas.

Diantaranya yakni: nilai pendidikan ruhiyah dan amaliyah sejak dini. Namun penulis hanya memfokuskan penelitian tentang peran orang tua dalam membentuk anak sholeh perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam buku Golden Ways Anak Sholeh, dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Konsep anak saleh menurut Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam buku Golden Ways Anak Sholeh?

2. Bagaimana peran orang tua dalam membentuk anak saleh perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam buku Golden Ways Anak Sholeh?

12 M. Nasir Djamil, 2013, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika), h 8

13 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka), h 1249

(24)

9

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui konsep anak saleh dalam buku Golden Ways Anak Sholeh

b. Untuk mendeskripsikan peran orang tua dalam membentuk anak saleh perspektif Zainal Abidin bin Syamsuddin dalam buku Golden Ways Anak Sholeh

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoretis

Penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan informasi keilmuan dan menambah wawasan tentang peran orang tua dalam membentuk anak saleh.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi peneliti selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan teori mengenai peran orang tua dalam membentuk anak saleh.

2) Bagi masyarakat muslim hasil penelitian ini merupakan sarana untuk menambah wawasan keilmuan mengenai peran orang tua dalam membentuk anak sholeh, ilmu yang di peroleh dapat diamalkan dan diterapkan.

(25)

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Konsep Teoretis

1. Pembentukan Anak Saleh a. Pengertian Anak Saleh

Anak saleh terdiri dari dua kata yaitu anak dan saleh. Anak menurut bahasa adalah keturunan kedua sebagai hasil antara hubungan pria dan wanita. Dalam konsideran Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak, dikatakan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.14

Kata anak saleh dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah anak yang taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah.15 Dalam ajaran Islam, orang saleh sering disebut dengan istilah takwa. Salah satu kriteria orang yang bertaqwa adalah menjahui larangan Allah dan melaksanakan perintah-Nya. Dalam sebuah ayat Al-quran dijelaskan bahwa orang yang bertaqwa adalah orang yang menjadikan Al-quran sebagai pedoman dan petunjuk hidup. Allah Swt menggunakan kata muttaqin untuk menyebut orang bertaqwa. Kata ini menggambarkan

14 M. Nasir Djamil, 2013, Anak Bukan Untuk Dihukum, (Jakarta: Sinar Grafika), h 8

15 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2005, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:

Balai Pustaka), h 1249

(26)

11

pribadi yang berakhlak mulia, berakal sempurna, menjaga kesucian dan tulus.16

b. Karakteristik Anak Saleh 1) Bertakwa

Dalam ajaran Islam, orang saleh sering disebut dengan istilah takwa. Salah satu kriteria orang yang bertakwa adalah menjahui larangan Allah dan menjahui larangan-Nya. Dalam sebuah ayat al-Quran dijelaskan bahwa orang yang bertakwa adalah orang yang menjadikan Al-Qur‟an sebagai pedoman dan petunjuk hidup. Tentang ciri-ciri orang yang bertakwa, Allah Swt, menerangkan dalam firman-Nya berikut ini:



































Artinya: Kitab (AlQur‟an) itu tidak ada keraguan padanya;

petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang kami anugrahkan kepada mereka. (QS. Al-Baqarah [2]: 2-3)

Berdasarkan firman Allah Swt tersebut, dapat diketahui bahwa ciri orang bertakwa (saleh) adalah beriman kepada Allah, mendirikan salat dan bersedekah.17

Menjadi orang saleh atau bertakwa merupakan perintah dari Allah Swt, dan Rasul-Nya. Artinya setiap mukmin (umat Islam)

16Rizem Aizid, 2019, Orang Tua Saleh Anak Ikut Saleh, (Yogyakarta: Semesta Hikmah Publishing), h 30-31

17 Ibid, h 30-31

(27)

12

diwajibkan untuk bertakwa kepada Allah dan Rasul-Nya. Hal ini sebagaimana firman Allah Swt:



























Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; jangan sekali- kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (QS. Ali Imran [3]: 102)

Dapat dikatakan bahwa orang bertakwa adalah orang saleh.

Secara lebih detail dan spesifik, orang saleh memiliki ciri-ciri:

tenang, jujur, patuh, setia, memelihara dan mematuhi kewajibannya kepada Allah Swt, serta menyerahkan diri sepenuhnya keapada Allah.18

2) Rajin Shalat

Dalam konteks keIslaman, shalat merupakan tiang agama.

Ini berarti shalat merupakan amaliah yang tidak boleh dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kaum muslimin. Ia merupakan suatu keniscayaan yang harus terdapat pada kepribadian umat Islam. Dengan kata lain, kualitas Islam dan iman seseorang tidak akan pernah sempurna apabila tidak menjalankan shalat.

Allah berfirman dalam Al-Qur‟an:

18 Ibid, h 33

(28)

13













































Artinya: “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-kitab (Al-Qur‟an) dan dirikanlah shalat.

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari pada ibadah-ibadah yang lain).

Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.

Al-Ankabut [29]: 45)

Ayat tersebut secara jelas menegaskan bahwa orang yang senantiasa menjaga dan meningkatkan kualitas shalatnya akan tercegah dari perbuatan keji dan mungkar. Hal ini tiada lain karena shalat menjadi wasilah yang berfungsi mendekatkan si pengamal kepada Allah dan menjauhkannya dari setiap perbuatan keji dan mungkar.19

3) Berpuasa

Puasa dikenal sebagai ibadah yang sangat menekankan pengekangan terhadap hawa nafsu. Pengekangan ini tentu saja memiliki tujuan spiritual yang mendalam, di antaranya yaitu sebagai upaya menjernihkan batiniah kaum muslimin serta meningkatkan kekuatan mereka dalam menjaga keimanan dan memerangi hawa nafsu yang bersifat merusak. Ini berarti sukses

19 Muhammad Zaairul Haq & Sekar Dina Fatimah, 2015, Cara Jitu Mendidik Anak Agar Saleh dan Salehah, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo), h 122-123

(29)

14

tidaknya ibadah puasa seoarng muslim bisa diukur salah satunya dengan kesuksesannya dalam melawan hawa nafsu dan menjaga diri agar tidak mudah terjerumus ke jurangnya.20

Puasa itu ibadah rohani sekaligus jasmani. Melalui puasa, anak akan belajar bersikap ikhlas dan tulus kepada Allah. Ia akan merasa selalu diawasi oleh-Nya di dalam kesendirian. Ia akan terlatih menahan hasrat pada makanan meski lapar, dan dari minuman sekalipun haus. Puasa telah menguatkan daya control anak-anak terhadap segala keinginan duniawi. Ia pun akan terbiasa bersabar dan tabah.21

c. Membentuk Anak Saleh

Dalam membentuk anak saleh perlu adanya pengorbanan dan ilmu yang memadai. Oleh karena itu orang tua harus memiliki ilmu pengetahuan agama Islam agar dapat membetuk anaknya menjadi anak yang saleh. Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling menentukan kualitasnya ke depan, karena masa-masa ini disebut golden age (masa-masa emas) yang paling mudah membentuk mereka.

Dalam membentuk anak saleh ada beberapa hal yang harus dilakukan, yaitu:

1) Pendidikan Keimanan

Pendidikan keimanan merupakan pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga. Pendidikan keimanan

20 Ibid, h 132

21 Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan, 2014, Mencetak Generasi Rabbani: Mendidik Buah Hati Mengapai Ridha Illahi, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i), h 85

(30)

15

berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri yang ada pada anak melalui bimbingan agama.

Didalam pendidikan iman ini ada beberapa hal yang bisa dilakukan, diantaranya:

a) Menanamkan keyakinan kepada Allah Swt. Dan Rasul-Nya.

b) Menanamkan kepada anak perasaan selalu ingat kepada Allah Swt. Dalam setiap tindakan dan keadaan mereka.

2). Pendidikan Ibadah

Pendidikan ibadah merupakan kegiatan yang bertujuan mendorong yang diajar terampil memperbuat pekerjaan ibadah itu, baik dari segi kegiatan anggota badan, ataupun dari segi bacaan.

Ringkasnya, anak yang diajar itu dapat melakukan ibadah dengan mudah karena memiliki pengetahuan tentang itu dan mendorong agar ia senang melakukan ibadah itu dengan baik, terutama ibadah wajib sehari-hari seperti shalat, berpuasa dan lain-lain. Dalam pendidikan ini ibu sebagai madrasah untuk anak-anaknya sehingga sebagai orang tua ajari dan biasakan anak taat beribadah.22

3). Pendidikan Akhlak

Akhlak dalam pengertian Islam adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan agama, yang baik menurut akhlak adalah apa yang baik menurut ajaran agama. Dan yang buruk menurut akhlak adalah apa yang dianggap buruk oleh ajaran agama

22 Zakiah Daradjat, 2001, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. (Jakarta: Bumi Aksara) h 76

(31)

16

Islam. Sebagai orang tua yang baik ada beberapa hal praktis yang perlu kita sampaikan kepada anak-anak kita agarmereka berakhlak Islami, antara lain:

a) Mengucapkan salam ketika msuk rumah

b) Pamit dan minta izin kepada orang tua bila hendak berpergian c) Ketika masuk rumah membaca basmallah dan mendahulukan

kaki kanan

d) Membaca doa sebelum dan sesudah buang hajat e) Berdoa sebelum dan sesudah tidur

f) Membersihkan diri, mencuci kaki atau badan setelah buang air kecil dan buang air besar.

g) Menjauhkan diri dari kata-kata kotor.23 2. Peran Orang Tua dalam Membentuk Anak Saleh

Islam mengajarkan bahwa setiap individu merupakan pemimpin, setidaknya untuk dirinya sendiri. Ayah dan ibu juga merupakan pemimpin untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka. Dalam konteks ini, ayah berperan sebagai pemimpin keluarga, sedangkan ibu berperan sebagai pemimpin bagi madrasah keluarga.

Ibu ibarat madrasah bagi keluarganya. Fungsi madrasah adalah tempat memberikan pendidikan, tempat menuntut ilmu. Artinya madrasah adalah tempat mulia yang di dalamnya terdapat kemuliaan, dan berfungsi menjadikan orang-orang yang berada di dalamnya sebagai orang-orang

23 Muhammad Ali al-Hasyimi, 1999, Jati Diri Wanita Muslim, (Jakarta: Pustaka al- Kautsa), h 213-214

(32)

17

mulia. Dengan memahami potensi ibu sebagai madrasah bagi keluarganya, sudah selayaknya potensi ini diwujudkan dalam kehidupan yang sesungguhnya. Dengan demikian terbentuklah semacam institusi pendidikan utama dan pertama yang diniatkan sebagai usaha mewujudkan generasi muslim yang baru yang tangguh secara spiritual dan intelektual.

Inilah peran dan tugas utama seorang ibu. Ia adalah pendidik paling utama yang harus senantiasa mengajarkan keutamaan kepada anak-anaknya. Ia ibarat tali panjang yang digunakan anak-anaknya untuk naik menuju surga.

Apabila tali itu rapuh, sang anak akan jatuh dan gagal dalam kehidupannya. Apabila tali itu kuat, akan sangat membantu sang anak untuk naik dan meraih kemuliaan derajat di dunia dan akhirat.24

Seorang pendidik yang baik akan selalu mencari sarana dan metode pendidikan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan akidah dan akhlak anak, dalam pembentukan pengetahuan, mental, dan sosialnya.

Adapun metode pendidikan yang sangat berpengaruh dalam pembentukan anak saleh, diantaranya sebagai berikut:

a. Mendidik dengan Keteladanan

Keteladanan dalam pendidikan adalah cara yang paling efektif dan berhasil dalam mempersipakan anak dari segi akhlak, membentuk mental, dan sosialnya. Hal itu dikarenakan pendidik adalah panutan atau idola dalam pandangan anak dan contoh yang baik di mata mereka. Anak akan mengikuti tingkah laku pendidiknya, meniru

24 Muhammad Zaairul Haq & Sekar Dina Fatimah, Op. Cit h 34-37

(33)

18

akhlaknya, baik disadari maupun tidak. Bahkan, semua bentuk perkataan dan perbuatan pendidik akan terpatri dalam diri anak dan menjadi bagian dari persepsinya.

Dari sini keteladanan menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada baik buruknya anak. Jika pendidik adalah seorang yang jujur dan terpercaya, maka anak pun akan tumbuh dalam kejujuran dan sikap amanah. Namun, jika pendidik adalah seorang yang pendusta dan khianat maka anak juga akan tumbuh dalam kebiasaan dusta dan tidak bisa dipercaya.25

b. Mendidik dengan Kebiasaan

Telah ditetapkan dalam syariat Islam bahwa anak semenjak lahir sudah diciptakan dalam keadaan bertauhid yang murni, agama yang lurus, dan iman kepada Allah. Sebagaimana yang difirmankan Allah Swt.















































Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS. Ar-Rum [30]: 30)

25 Abdullah Nashih Ulwan: Penerjemah Arif Rahman Hakim, 2019, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Solo: Penerbit Insan Kamil) h 516

(34)

19

Maksudnya, yaitu dilahirkan dalam keadaan tauhid dan iman kepada Allah. Dari sini, tibalah saatnya pembiasaan, pendiktean, dan pendisiplinan mengambil perannya dalam pertumbuhan anak dan menguatkan tauhid yang murni, akhlak yang mulia, jiwa yang agung, dan etika syariat yang lurus. Sudah tidak dipersilisihkan lagi bahwa ketika anak memiliki dua faktor ini: faktor pendidikan Islan yang kuhur dan faktor lingkungan yang kondusif, sudah bisa dipastikan anak tersebut akan tumbuh dalam iman yang kuat, memiliki akhlak Islam, serta mencapai puncak keagungan jiwa dan pribadi yang mulia.

Mengenai Faktor pendidikan Islam ini, Rasulallah Saw. Telah menguatkannya dengan hadits:

ٍَٓغَد ٍبَدَأ ِِْٓ ًََضْفَأ ًٍْذَٔ ِِْٓ اٌذٌَاَٚ ًََذَٔ َاِ

“Tidak ada hadiah yang diberikan seorang ayah kepada anaknya yang lebih baik daripada pendidikan yang baik.” (HR. At-Tirmidzi)

Sedangkan mengenai faktor lingkungan yang kondusif, Rasulallah Saw. bersabda sebagai berikut:

ِفٌا ٍََٝع ُذٌَُٛ٠ ٍد ٌُْٛ َِْٛ ًُُّو ِِٗٔاَغِّجَُّ٠ َْٚأ ,ِِٗٔاَشِّصَُٕ٠َْٚأ ,ِِٗٔاَدَُِّٛٙ٠ ُٖاََٛتَأَف ,ِجَشْط

“Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR.

Al-Bukhari)

Dapat dipahami dari hadits ini bahwa jika anak memiliki dua orang tua muslim yang shalih, pasti keduanya akan selalu mengajarkan prinsip-prinsip iman dan Islam sehingga anak tumbuh dengan akidah

(35)

20

keimanan dan keIslaman yang kuat. Inilah yang dimaksud dengan faktor lingkungan yang kondusif. 26

c. Mendidik dengan Nasihat

Nasihat memiliki pengaruh yang besar untuk membuat anak mengerti tentang hakikat sesuatu dan memberinya kesadaran tentang prinsip-prinsip Islam. Nasihat yang baik termasuk sarana terbaik dalam upaya mendekatkan diri kepada jiwa si anak. Apalagi jika nsihat yang kita ucapkan itu tulus dari lubuk hati yang terdalam. Nasihat demikian akan memberikan pengaruh positif yang langsung menghujam dalam hati anak didik.

Supaya nasihat yang disampaikan membawa perbaikan yang signifikan, perlu diperhatikan beberapa kiat berikut:

1) Ulang-ulangilah nasihat

Kiat ini penting mengingat tabiat manusia adalah lupa.

Namun begitu, jangan berlebihan menasehati anak sebab jiwanya akan bosan apabila terus-menerus dinasehati tanpa henti atau jeda yang cukup lama.

2) Pilihlah waktu yang tepat

Yaitu ketika kondisi kejiwaan kita sedang kondusif. Jangan berikan nasihat saat anda diliputi amarah atau saat anak sedang marah. Sebab jika menasehati anak ketika anak sedang marah, maka nasihat itu akan cenderung didorong oleh kemarahan.

26 Ibid, h 542-543

(36)

21

Amarah pun akan mendorong anda mengucapkan kata-kata yang berbau sentimen. Jika demikian, jiwa anak cenderung menolaknya karena ia yakin nasihat itu hanya pelampiasan amarah saja.27

3) Gunakanlah kata-kata yang mudah dipahami

Pergunakanlah kata-kata yang mudah dipahami anak kita, sesuai dengan usia serta daya tangkap dan nalarnya. Sebab berbicara kepada sesuatu kaum yang tidak dapat dipahami akal mereka akan berdampak pada berpaling dari kebenaran yang kita sampaikan.28

d. Mendidik dengan Perhatian/Pengawasan

Maksud dari pendidikan dengan perhatian adalah mengikuti perkembangan anak dan mengawasinya dalam pembentukan akidah, akhlak, mental dan sosialnya. Begitu juga dengan terus mengecek keadaannya dalam pendidikan fisik dan intelektualnya.

Tidak diragukan bahwa mendidik dengan cara ini dianggap sebagai salah satu dari asas yang kuat dalam membentuk manusia yang seimbang, yaitu yang memberikan semua haknya sesuai dengan porsinya msing-masing, yang sanggup mengemban semua tanggung jawab yang harus dipikulnya, yang melakukan semua kewajibannya, dan yang terbentuk menjadi muslim hakiki sebagai batu pertama untuk membangun fondasi Islam yang kokoh.

27 Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan, Op.Cit, h 200-201

28 Ibid, h 201

(37)

22

Islam dengan prinsip-prinsipnya yang holistik dan abadi mendorong para orang tua dan pendidik lainnya untuk selalu memperhatikan dan mengawasi anak-anak mereka di semua aspek kehidupan dan pendidikannya. Berikut ini nash yang mendorong untuk melakukan perhatian dan pengawasan.















































Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. At-Tahrim[66]: 6)

Bagaimana pendidik menjaga keluarga dan anak-anaknya dari api neraka, jika ia tidak memerintahkan kebaikan dan melarang kejelekan kepada mereka, juga tidak memperhatikan dan mengawasi keadaan mereka ? Ali bin Abi Thalib berkata mengenai firman Allah,

“Jagalah diri kalian,” yaitu didiklah dan ajarilah mereka. Umar berkata, “Kalian larang mereka dari apa yang Allah larang untuk kalian, kalian perintah mereka dengan apa yang Allah perintahkan kepada kalian. Maka itulah yang menjadi penjaga antara mereka dan api neraka.”29

29 Abdullah Nashih Ulwan: Penerjemah Arif Rahman Hakim. Op, Cit, h 603

(38)

23

B. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan skripsi mengenai Peran Orang Tua Dalam Membentuk Anak Saleh yang penulis tela‟ah dan sebagai rujukan dilakukannya penelitian ini sebagai berikut:

1. Peran Ibu Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Sholeh Menurut Konsep Islam. Penelitian ini dilakukan oleh Anis Choirunnisa, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulallah pada tahun 2013.

Penelitian ini membahas tentang bagaimana peran ibu dalam membentuk kepribadian anak saleh. Ibu adalah madrasah pertama untuk anak-anaknya, oleh karena itu seoarang ibu harus memiliki ilmu yang memadai dalam mendidik anak-anaknya. Penelitian ini membahas seorang ibu sangat berperan dalam mendidik agar anaknya menjadi anak yang saleh.30 Penelitian penulis dan penelitian saudari Anis Choirunnisa memiliki persamaan yaitu sama-sama meneliti konsep anak saleh. Namun bedanya, penelitian saudari Anis Choirunnisa membahas mengenai peran ibu dalam membentuk kepribadian anak saleh usia 2-6 tahun menurut konsep Islam, sedangkan penulis membahas mengenai konsep anak saleh dan kriteria membentuk anak saleh yang terdapat dalam buku Golden Ways Anak Sholeh karya Zainal Abidin bin Syamsuddin.

2. Ciri-Ciri Anak Shaleh Dalam Al-Quran. Penelitian ini dilakukan oleh Ilham Paehoh, mahasiswa jurusan Ilmu Al-Quran dan Tafsir Fakultas

30 Anis Choirunnisa, 2013, Peran Ibu Dalam Pembentukan Kepribadian Anak Sholeh Menurut Konsep Islam, Skripsi, (Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatulallah)

(39)

24

Ushuluddin dan Filsafat, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh pada tahun 2016. Penelitin ini membahas mengenai ciri-ciri anak saleh dalam al-Quran yaitu patuh kepada perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, berbakti dan menjaga kehormatan orang tua, anak saleh menurut al-Quran adalah orang yang senantiasa mencegah perbuatan mungkar dan bersegera mengerjakan kebajikan.31 Penelitian penulis dan penelitian saudara Ilham Paehoh memiliki persamaan yaitu sama-sama meneliti mengenai anak saleh. Namun perbedaannya, yaitu penelitian ini menjelaskan cri-ciri anak saleh dalam al-Quran, sedangkan penulis membahas mengenai konsep anak saleh dan kriteria membentuk anak saleh yang terdapat dalam buku Golden Ways Anak Sholeh karya Zainal Abidin bin Syamsuddin.

3. Konsep Pendidikan Anak Sholeh Perspektif Abdullah Nashih Ulwan, Penelitian ini dilakukan oleh Ahmad Tijani, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam dan Fakultas Tarbiyah, Universitas IAIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2009. Penelitin ini membahas mengenai konsep pendidikan anak saleh perspektif Abdullah Nashih Ulwan adalah bahwa anak yang taat dan bersungguh-sunguh dalam menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya dengan bersumber pada nilai-nilai Islam serta menjadikan Islam sebagai agamanya, Al-Quran sebagai pedomannya dan Rasulallah sebagai pemimpin dan tauladannya.32

31 Ilham Paehoh, Ciri-Ciri Anak Shaleh Dalam Al-Quran, Skripsi, (Universitas slam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh)

32Ahmad Tinjani, 2009, Konsep Pendidikan Anak Sholeh Perspektif Abdullah Nashih Ulwan, Skripsi, (Universitas IAIN Sunan Ampel Surabaya)

(40)

25

Penelitian penulis dan penelitian saudara Ahmad Tinjani memiliki persamaan yaitu sama-sama meneliti mengenai anak saleh. Namun perbedaannya, yaitu penelitian ini menjelaskan konsep pendidikan anak, saleh perspektif Abdullah Nashih Ulwan sedangkan penulis membahas mengenai konsep anak saleh dan kriteria membentuk anak saleh yang terdapat dalam buku Golden Ways Anak Sholeh karya Zainal Abidin bin Syamsuddin.

(41)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini ialah penelitian kepustakaan (Library Research). Dalam riset pustaka, sumber perpustakaan dimanfaatkan untuk memperoleh data penelitiannya. Hal ini bermaksud bahwa riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan. Rangkaian kegiatan riset pustaka ialah berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengelola bahan penelitian.33 Bahan-bahan koleksi yang dimaksud ialah karya ilmiah seperti kitab, buku, jurnal, artikel, dan sebagainya.

Penelitian kepustakaan adalah penelitian kualitatif, bekerja pada takaran analitik dan bersifat perspectif emic, yakni memperoleh data bukan berdasarkan pada persepsi peneliti, tetapi berdasarkan fakta-fakta konseptual maupun fakta teoretis.34

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian karya sastra melalui analisis dokumen berupa studi pustaka yang bersifat kualitatif. Penelitian ini tidak terbatas oleh tempat, sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan juli-september2021

33 Mestika Zed, 2008, Metode Penelitian Kepustakaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia), h 1-3

34 Amir Hamzah, 2020, Metode Penelitian Kepustakaan library Reseach, (Malang:

Literasi Nusantara), h 9

(42)

27

C. Sumber Data

Menurut Suharismi arikunto, sumber data adalah subyek dari mana data-data diperoleh.35 Peneliti mendapatkan informasi mengenai data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dari sumber primer dan sukender.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah bahan pustaka yang menjadi kajian utama atau pokok penelitian.36 Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah buku yang berjudul Golden Ways Anak Sholeh, salah satu karya Zainal Abidin bin Syamsuddin (DKI Jakarta: Pustaka Imam Bonjol, 2019), 348 halaman.

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah dokumen-dokumen yang dapat menjelaskan tentang dokumen primer.37 Sumber data sekunder dalam penelitian ini ialah beberapa literatur berupa buku, jurnal atau tulisan- tulisan tokoh lain yang di dalamnya terdapat uraian mengenai kriteria membentuk anak sholeh. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Al-Qur‟an al Karim

b. Mencetak Generasi Rabbani Mendidik Buah Hati Mengapai Ridha Illahi karya Abu Ihsan al-Atsari & Ummu Ihsan (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi‟i, 2014)

35 Suharismi Arikunto, 2019, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta), h 107

36 Amir Hamzah, Op.Cit, h 58

37 Ibid, h 58

(43)

28

c. Orang Tua Saleh Anak Ikut Saleh karya Rizem Aizid (Yogyakarta:

Semesta Hikmah Publishing, 2019)

d. Fikih Pendidikan Anak karya Syaikh Musthafa Al-„Adawy (Jakarta:

Qisthi Press, 2015)

e. Good Parenthing Cara Benar dan Tepat Mendidik Anak dalam Islam karya Muhammad Al-Hamd (Sukoharjo: PQS Sumber Ilmu, 2020) f. Begini Seharusnya Mendidik Anak karya Al-Maghribi bin as-Sa‟id al-

Maghribi, (Jakarta: Darul Haq, 2020)

g. Cara Jitu Mendidik Anak Agar Saleh dan Salehah karya Muhammad Zaairul Haq & Sekar Dina Fatimah (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2015)

h. Bimbingan Islam Untuk Hidup Muslim Karya Ahmad Hatta dkk (Jakarta timur: Maghfirah Pustaka, 2018)

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah upaya yang dilakukan untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.38 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik telaah dokumen atau biasa disebut dengan studi dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu suatu cara pencarian data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.39

38 Ibid, h. 59

39 Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:

Rineka Cipta), h 231

(44)

29

Beberapa langkah yang harus dilakukan saat melakukan pengumpulan data dalam penelitian kepustakaan sebagai berikut:

1. Peneliti Menghimpun literatur yang berkaitan dengan kriteria membentuk anak saleh.

2. Mengklasifikasi buku-buku, dokumen-dokumen atau sumber data lain berdasar tingkatan kepentingannya, sumber primer, sekunder dan tersier.

Peneliti Mengklasifikasi buku-buku berdasar dokumen primer dan sekunder.

3. Mengutip data-data yang diperlukan sesuai fokus penelitian lengkap dengan sumbernya sesuai dengan teknik sitasi ilmiah. Yaitu peneliti mengutip pemikiran-pemikiran Zainal Abidin bin Syamsuddin tentang kriteria membentuk anak saleh.

4. Melakukan konfirmasi atau cross check data dari sumber utama dengan sumber lain untuk kepentingan validitas dan reabilitas atau trushwortness.

5. Peneliti mengelompokkan data berdasarkan sistematika penelitian.40

E. Tehnik Analisis Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis Isi (Content Analysis). Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan muatan sebuah teks berupa kata-kata, makna gambar, simbol, gagasan, tema, dan segala bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Teknik ini tidak sekedar mengkaji persoalan isi teks yang komunikatif, melainkan juga mengungkap bentuk linguistiknya.

40 Amir Hamzah, Op, Cit. h 60

(45)

30

Metode analisis isi berusaha melihat konsistensi makna dalam sebuah teks yang dijabarkan dalam pola-pola terstruktur dan membawa peneliti dalam pemahaman sistem nilai dibalik teks. Tujuan dari analisis isi untuk menguraikan dan menyimpulkan isi dari proses komunikasi (lisan atau tulisan).41

Dengan demikian penelitian ini hanya terfokus pada buku Golden Ways Anak Sholeh yang ditulis oleh Zainal Abidin bin Syamsuddin, dengan menggunakan teknik analisis isi (Content Analysis), untuk mengetahui Peran Orang Tua Dalam Membentuk Anak Saleh yang terdapat dalam buku Golden Ways Anak Sholeh. Adapun langkah-langkah analisis data dalam buku Golden Ways Anak Sholeh antara lain:

1. Meringkas data agar mudah dipahami dan ditafsirkan secara objektif, logis dan proposional, data dapat dihubungkan dan memiliki hubungan dengan pembahasan-pembahasan lainnya.

2. Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dari berbagai bacaan dan telaah kemudian ditarik berbagai pola, tema, atau topik-topik pembahasan pada bab-bab pembahasan. Penarikan berbagai pola, tema, dan topik diupayakan relevan dengan persoalan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Data yang diperoleh dikembangkan berdasarkan jenisnya (primer, sekunder dan tersier) untuk mengurangi atau menghindari kesalahan dalam menarik sintesis sebuah pandangan atau menghindari kesalahan dalam menarik sintesis sebuah pandangan atau teori yang disampaikan oleh pakar

41 Ibid, h 74

Referensi

Dokumen terkait

Mendarab dan membahagi unit ukuran dengan nombor satu digit melibatkan unit yang sama dan berbeza.

Responden dengan pengetahuan kurang bisa di sebabkan karena ibu-ibu tidak pernah mendapatkan penyuluhan dan tidak berkonsultasi pada petugas kesehatan untuk mendapatkan

Kamera dari Android dapat berfungsi sebagai mata dari robot humanoid tersebut, dan membuat robot yang awalnya bergerak dengan menggunakan remote control menjadi bergerak

NO NAMA SEKOLAH KECAMATAN NAMA REKENING (BUKAN NAMA PRIBADI) NOMOR REKENING NAMA BANK... Lettu

Pada tahun 2016 ini, sesuai dengan Surat Keputusan Rektor Unsyiah Nomor 503 Tahun 2016 tentang buku panduan penyusunan kurikulum Uiniversitas Syiah Kuala tahun 2016-2020

Pendugaan pola pewarisan karakter khususnya karakter warna dapat memberikan gambaran tentang metode seleksi yang mungkin diterapkan dalam menangani generasi

Padang lamun merupakan salah satu ekosistem perairan yang produktif dan penting, hal ini berkaitan dengan fungsinya sebagai stabilitas dan penahan sedimen,

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mengembangkan teknologi mobile dengan membangun aplikasi kamera pengintai yang dapat digunakan sebagai media