• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Sepakbola

Pada hakikatnya permainan sepakbola merupakan permainan beregu yang menggunakan bola sepak. Sepakbola dimainkan dilapangan rumput oleh dua regu yang saling berhadapan dengan masing-masing regu terdiri dari sebelas pemain.

Dalam buku Filanesia merumuskan Bahasa Sepakbola yang Objektif Saat melakukan suatu kegiatan apapun, tentu hal yang paling penting adalah memahami sepenuhnya definisi objektif dari kegiatan tersebut. Tak salah bila sebelum berkegiatan sepakbola, kita berusaha mempelajari serta memahami definisi dan konsep dasar sepakbola. Munculah pertanyaan paling dasar dari segala dasar, yakni:

Apa itu Sepakbola? Jawabannya begitu mudah, tapi beragam. Ada yang dengan sederhana mengatakan permainan 11v11 dengan 1 bola. Lalu ada yang

Gambar 1 : Sepak Bola

Liputan6.com

mengatakan sepakbola adalah permainan yang digemari banyak orang. Apa Itu Sepakbola? Pihak lain menjabarkan sepakbola sebagai olahraga yang terdiri

6

(2)

dari teknik-taktik-fisik-mental. Pertandingan sepak bola berlangsung dua babak, dengan rincian waktu sebagai berikut ini.

Durasi pertandingan dalam satu babak: 45 menit Waktu istirahat: 15 menit

Tambahan waktu: durasi tergantung penilaian wasit terhadap waktu dalam pertandingan asli yang terbuang karena hambatan pertandingan seperti pelanggaran dan lain-lain.

Bahkan Bill Shankley dengan garang menyatakan bahwa “sepakbola adalah permainan yang lebih penting daripada soal hidup dan mati”. Semua jawaban di atas tidaklah salah. Tetapi untuk mulai mempelajari sepakbola tentu dibutuhkan suatu jawaban yang objektif, faktual dan universal. Bukan suatu jawaban yang subjektif, opini dan lokal. Artinya jawaban yang berdasarkan fakta bukan pendapat, serta berlaku di segala tempat. Jawaban yang objektif mewakili sepakbola di segala level, usia dan tempat. sepakbola cuma terdiri dari MENYERANG-BERTAHAN- TRANSISI. Fakta bahwa sepakbola harus dimenangkan dengan cetak gol lebih banyak dari kebobolan adalah sesuatu yang tak terbantahkan. Itulah yang kemudian sepakbola mengenal momen menyerang, bertahan dan transisi. Pada kerangka objektif untuk capai kemenangan dengan cetakgol lebih banyak dari kebobolan, di dalamnya terdapat pilihan-pilihan subjektif. Suatu pilihan subjektif tentang cara menyerang, bertahan dan transisi. Nah, FilosofiSepakbola Indonesia adalah suatu rumusan cara bermain yang dipilih oleh Indonesia untuk menuju ke level prestasi sepakbola tertinggi.

a. Teknik Dan Prinsip Sepakbola

Pertama, bagaimana cara mencetak gol? Sekali lagi sesuai FIFA Laws of the Game, gol hanya bisa tercipta bila tim berhasil memasukkan bola ke gawang lawan. Artinya tim harus menguasai bola untuk bisa mencetak gol. Tanpa bola, omong kosong tim bisa mencetak gol. Inilah momen pertama di dalam sepakbola yang sering disebut dengan MENYERANG. Kedua, bagaimana cara mencegah lawan mencetak gol? Satu-satunya cara adalah memaksa lawan tidak mampu memasukkan bola ke gawang kita. Artinya tim harus berusaha merebut bola agar lawan tidak dapat mencetak gol. Sama juga, tanpa bola lawan takkan bisa mencetak

(3)

gol. Inilah momen kedua di dalam sepakbola yang sering disebut dengan BERTAHAN. Sepanjang permainan berlangsung, akan selalu terjadi perpindahan momen dari MENYERANG ke BERTAHAN atau BERTAHAN ke MENYERANG. Perpindahan momen ini ditandai dengan TRANSISI. Dimana penanda di dalam permainan adalah merebut bola (transisi positif) atau kehilangan bola (transisi negatif). TRANSISI ibarat bel sekolah berbunyi sebagai penanda perpindahan momen dari satu pelajaran ke pelajaran lainnya.

Penjelasan tentang struktur permainan sepakbola di atas menunjukkan kesederhanaan sepakbola. Tidak ada cara menjelaskan struktur sepakbola yang lebih sederhana dan terstruktur selain penjelasan di atas. Sepakbola cuma terdiri dari MENYERANG-BERTAHAN-TRANSISI. Bagan di atas membuatnya menjadi lebih sederhana. Proses menyerang (membangun-selesaikan) dan bertahan (ganggu-cegah) merupakan siklus yang terus terjadi secara bergantian sepanjang permainan. Saat tim menyerang, ia akan mulai membangun serangan. Jika sukses, ia bisa menyelesaikannya. Jika gagal, ia bisa terus membangun atau kehilangan bola. Saat hilang bola, maka ia akan masuk pada fase mengganggu lawan bangun serangan. Jika berhasil dalam ganggu lawan bangun serangan, tim bisa rebut bola dan kembali bangun serangan. Jika gagal, maka tim harus masuki fase cegah lawan selesaikan serangan. Jika berhasil, tim akan rebut bola dan kembali bangun serangan. Jika gagal juga, maka berarti tim kebobolan gol.

b. Sekolah Sepak Bola (SSB)

Sekolah sepakbola (SSB) merupakan sebuah organisasi di bidang olahraga khususnya sepakbola yang memiliki fungsi mengembangkan potensi yang dimiliki atlet. Tujuan sekolah sepakbola adalah untuk menghasilkan atlet yang berbakat atau memiliki kemampuan yang baik, mampu bersaing dengan sekolah sepakbola lainnya, dapat memuaskan masyarakat dan mempertahankankelangsungan hidup suatu organisasi khususnya di bidang sepakbola. Suryantoro (2014:27) menyatakan bahwa “sekolah sepakbola merupakan suatu lembaga yang memberikan pengetahuan atau mengajarkan tentang teknik dasar sepakbola dan teknik dasar bermain sepakbola kepada siswa mulai dari cara dan penguasaan teknik-teknik sepakbola dengan baik dan benar”. Tujuan dari sekolah sepakbola adalah sebagai wadah dan menjaring minat dan bakat anak dalam bermain sepakbola.

(4)

2. Latihan

Bompa (1994) dalam buku metodologi kepelatihan olahraga (2018:22) menyatakan bahwa latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap danperorangan, bertujuan membentuk manusia yang berfungsi fisiologis dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas. Definisi dikemukakan Kent (1994) dalam buku metodologi kepelatihan olahraga (2018:22), menyatakan bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik yang direncanakan untuk membantu mempelajari keterampilan, memperbaiki kesegaran jasmani dan terutama untuk mempersiapkan atlet dalam suatu pertandingan penting. Menurut pendapat Fox, Bowers dan Foss (1993) dalam buku metodologi kepelatihan olahraga (2018:22), menyatakan bahwa latihan adalah suatu program latihan fisik untuk mengembangkan kemampuan seorang atlet dalam menghadapi pertandingan penting. Peningkatan kemampuan keterampilan dan kapasitas energi diperhatikan sama. Bowers dan Fox (1992) menyatakan bahwa latihan adalah suatu program fisik yang direncanakan untuk memperbaiki keterampilan dan meningkatkan kapasitas energi seorang atlet untuk suatu pertandingan penting.

Pengertian latihan yang berasal dari kata practice adalah aktivitas untuk meningkatkan keterampilan (kemahiran) berolahraga dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan cabang olahraganya.

Artinya, selama dalam proses kegiatan berlatih melatih agar dapat menguasai keterampilan gerak cabang olahraganya selalu dibantu dengan menggunakan berbagai peralatan pendukung. Dalam proses berlatih melatih practice sifatnya sebagai bagian dari proses latihan yang berasal dari kata exercises. Artinya, dalam setiap proses latihan yang berasal dari latihan exercises merupakan materi latihan yang dirancang dan disusun oleh pelatih untuk satu sesi latihan atau satu kali tatap muka dalam latihan.Misalnya, susunan materi latihan dalam satu kali tatap muka pada umumnyaberisikan materi yang antara lain:

1) Pembukaan/pengantar latihan, 2) Pemanasan (warming up), 3) Latihan inti,

4) Latihan tambahan (suplemen), dan

(5)

5) Cooling down/penutup.

Latihan yang dimaksud dari kata excercises adalah materi dan bentuklatihan yang ada pada latihan inti dan latihan tambahan (suplemen). Sedangkan materi dan bentuk latihan dalam pembukan, pemanasan, dan penutupan padaumumnya sama, bagi isilah practice maupun exercises. Perencanaan latihan yang berasal dari kata training adalah penerapan dari suatu perencanaan untuk meningkatkan kemampuan berolahraga yang berisikan 10 materi teori dan praktek, metode, dan aturan pelaksanaan sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai(Sukadiyanto, 2010:

6). Salah satu ciri latihan, baik yang berasal dari kata practice,exercises, maupun training, adalah adanya beban latihan. Oleh karena diperlukannya beban latihan selama proses berlatih agar hasil latihan dapat berpengaruh terhadap peningkatan kualitas fisik, psikis, sikap, dan sosialolahragawan, sehingga puncak prestasi dapat dicapai dalam waktu yang singkat dandapat bertahan relatif lebih lama.

3. Latihan Interval

Latihan interval adalah latihan mengkombinasikan jarak lari, kecepatan lari, dan waktu istirahat. Suatu bentuk latihan yang berupa serangkaian latihan yang dikelilingi oleh periode waktu untuk melakukan kegiatan lain yang lebih ringan.

Interval Training menurut Engkos Kosasih (1985: 22) dalam indrayana (2012) menyatakan bahwa bentuk latihan yang dilakukan bergantian oleh interval-interval yang berupa waktuistirahat, contohnya lari istirahat kemudian lari lalu istirahat lagi begituseterusnya.

Gambar 2 : Interval

https://lifestyle.kompas.com/

Definisi interval training itu sendiri adalah suatu sistem latihan yang diselingi oleh interval-interval atau yang berupa masa-masa istirahat. Semisal lari-

(6)

istirahat-lari-istirahat dan seterusnya. Metode interval training adalah metode latihan yang lebih mengutamakan pemberian waktu interval (istirahat) pada saat antar set (Sukadiyanto, 2011:73). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Wiguna (2017:165) menyatakan bahwa latihan interval training merupakan bentuk latihan dengan masa-masa istirahat, masa istirahat dalam latihan interval dibedakan menjadi dua yaitu istirahat aktif (lari-lari kecil) dan istirahat pasif, namun pada dasarnya tetap pada kondisi istirahat untuk melakukan repitisi berikutnya. Lebih lanjut Syafruddin (2004:34) menyatakan bahwa pertukaran yang sistematis dari pembebanan dan pemulihan akan ditemui dalam metode ini, yang dapat meningkatkan daya tahan kecepatan, yang merupakan kemampuan penting untuk beberapa cabang olahraga, dan Syafruddin (1999:91) menyatakan bahwa “prinsip interval training merupakan prinsip latihan berdasarkan suatupergantian periode (sistimatis, siklus, rithmis, phase) dari pembebanan dan pemulihan atau bekerja dan istirahat atau dari tinggi rendahnya pembebanan”. Yang secara sederhana dapat disimpulkan bahwa metode interval adalah suatu metode latihan yang dilakukan dengan adanya selang waktu antara latihan/kerja dan istirahat. Metode interval ini selain dapat digunakan dalam latihan kekuatan dan latihan daya tahan kecepatan, juga berdasarkan intensitas atau beban latihan yang diterapkan dapat digunakan untuk pengembangan daya tahan aerobik dan daya tahan anaerobik serta untuk pengembangan jenis-jenis daya tahan lainya.

Menurut Jonath dalam Hardiansyah (2017:84) menyatakan bahwa interval training berdasarkan prinsip interval, yaitu latihan menurut interval training ditandai oleh variasi lama pembebanan (panjang jarak/besar seri latihan), variasi intensitas beban (kecepatan/beban berlebih), variasi interval beban (lama istirahat), dan bentuk istirahat terhadap pembebanan komponen- komponen beban. Kemudian Fox dalam Hardiansyah (2017:84) menyatakan bahwa rentang waktu istirahat dalam latihan yaitu:

a) Interval latihan lama, maka rasio interval antara kerja dan istirahat 1:1 . b) Interval latihan sedang, maka rasio interval antara kerja dan istirahat 1:2 . c) Interval latihan singkat dengan beban, maka rasio interval kerja dan istirahat 1:3

Dinata (2005:6) menyatakan bahwa ada 5 jenis latihan interval yang popular yaitu;

a) sprint interval : lari 40-50 meter dengan kecepatan penuh, kemudian

(7)

jogging 100-400 meter.

b) Long sprint : lari dengan kecepatan penuh, 200-600 meter dan biasanya istirahat 400 meter dengan joging.

c) endurance interval: lari jauh dengan kecepatan 60-80 % diselingi istirahat pendek.

d) Surging: lari jarak jauh pelan ditanah yang bergelombang, diselingi lari dengan kecepatan penuh. e) pace interval: lari dengan kecepatan 80-90% dengan istirahat panjang 5-3 menit, dan biasanya jarak antara 400-800 meter.

Dari uraian diatas didapat beberapa faktor yang harus dipenuhi dalamlatihan interval training, yaitu:

a) Beban atau intensitas latiha (kecepatan lari) b) Lamanya latihan (jarak lari)

c) Ulangan (repetision) lari

d) Masa istirahat (recovery interval) setelah repetisi latihan

Beban latihan dapat diterjemahkan ke dalam tempo, kecepatan dan beratnya beban. Sedangkan lamanya latihan dapat dilihat dari jarak tempuh atau waktu.

Kemudian ulangan atau repetisi dapat ditinjau dari ulangan latihan yang harus dilakukan, yang terakhir masa istirahat adalah masa berhenti melakukan latihan atau istirahat diantara latihan-latihan tersebut.

Interval training dibagi menjadi dua yaitu, a) interval intensif dan

b) interval ekstensif. Interval intensif lebih mengarah ke pengembangan sistem energi anaerobik, sedangkan interval ekstensif mengarah ke pengembangan daya tahan kardiorespirasi yang sistem energinya dominan menggunakan aerobik.

Menurut Harsono dalam Suhdy (2018) menyatakan bahwa latihan interval intensif adalah latihan untuk meningkatkan kecepatan, power, otomatis gerak teknik dan lain-lain.Interval intensif dilakukan dengan jumlah beban yang relatif singkat dengan intensitas berkisar antara 80%-90%. Sedangkan menurut Sulastio (2016) dalam jurnalnya di Journal Sport Area Penjaskesrek FKIP Universitas Islam Riau menyatakan bahwa metode latihan interval intensif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

(8)

a. Intensitas Latihan

Intensitas latihan tinggi yaitu antara 80 – 90% dari kemampuan atau kapasitas maksimal.

b. Volume Latihan

Volume latihan ini tergantung dari tingkat intensitas latihan yangdilakukan, karena metode ini intensitasnya tinggi, maka repetisinya lebih sedikit dibandingkan dengan metode interval ekstensif.

c. Interval/istirahat

Istirahat antar repetisi relatif lama. Pemulihan dapat dilakukan dengan istirahat aktif jogging atau jalan.

d. Durasi

Lamanya beban latihan relatif singkat karena intensitas latihan yang rendah yaitu antara 80 – 90 % dari kapasitas maksimal.

Sedangkan interval ekstensif menurut Suharno dalam Suhdy (2018) menyatakan bahwa latihan interval ekstensif adalah bentuk latihan yang di gunakan untuk meningkatkan daya tahan aerobik (endurance). Latihan interval ektensif dimaksudkan beban latihan yang diberikan kepada atlet memiliki ciri-ciri antara lain sebagai berikut: Metode latihan interval ekstensif menurut Roethig dan Grossing dalam Yunus (2001) menyatakan bahwa “pelaksanaannya ditandai dengan intensitas menengah, volume beban bebas berdasarkan banyak pengulangan serta diiringi dengan istrahat tidak penuh atau sempurna”. Istirahat yang tidak penuh adalah latihan harus kembali dimulai apabila denyut jantung sudah mendekati kearah 120-140 kali/permenit. Istirahat tidak penuh ini dapat dilakukan dengan istirahat pasif (tidur, berdiri,duduk) dan dalam istirahat aktif (lari kecil, jalan).

Adapun ciri-ciri latihan interval ekstensif menurut R.Boyke dalam Oktoriko (2006) adalah sebagai berikut : 1) Intensitas latihan antara 60%-80%, untuk latihan dengan beban intensitasnya 50%-80% dari kemampuan maksimal, 2) Volume latihan, apabila stimulus intensitas rendah, maka volume diperbesar, bila melakukan suatu pekerjaan dengan intensitas sedang maka istirahat harus diperbanyak, 3) Istirahat antara repitisi latihan adalah singkat.

Penurunan istirahat dapat dilakukan dengan mengukur denyut jantung setelah melakukan latihan. Penurunan denyut jantung sampai antara 125-130 denyut/menit bagi atlet lanjutan. Sedangkan untuk pemula sampai di antara 110-

(9)

120 denyut/menit dan istirahat dilakukan dengan aktif. Sedangkan menurut Syafruddin, (1999:92) menyatakan bahwa ciri-ciri metode interval ekstensif adalah intensitas beban sedang yaitu 60% - 80%, jumlah/volume beban tinggi dan banyak ulangan yaitu 20-30 kali perseri, interval/istirahat tidak penuh yaitu 45-90 detik perseri, dan efeklatihan yang ditimbulkan adalah peningkatan daya tahan kecepatan.

Lebih lanjut menurut Syafruddin, (1999:92) menyatakan bahwa metode latihan interval ekstensif mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

1) Intensitas Latihan

Yaitu dengan intensitas medium atau rendah, 60 – 80 % untuk latihan lari dari kemampuan maksimalnya.

2) Volume Latihan

Volume latihan ini tergantung dari tingkat intensitas latihan yangdilakukan, karena metode ini intensitasnya rendah, maka repetisinya lebih banyak dibandingkan dengan metode interval intensif.

3) Interval/Istirahat

Istirahat antar repetisi relatif singkat.Pemulihan dapat dilakukan dengan istirahat aktif jogging atau jalan.

4) Durasi

Lamanya beban latihan relatif panjang karena intensitas latihan yang rendah yaitu antara 60 – 80 % dari kapasitas maksimal.

Interval training dapat diterapkan pada semua atlet, hanya saja dosis latihan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai masing-masing atlet itu sendiri. Metode latihan interval ekstensif merupakan metode yang dirasa paling tepat untuk meningkatkan kualitas fisik khususnya peningkatan daya tahan (Vo2 Max) seorang tak kecuali atlet bulu tangkis, karena pada saat malakukan latihan interval ekstensif aktivitas serta pendayagunaan sistem energi sama dengan olahraga bulu tangkis yaitu aerobik-anaerobik. Hal ini dapat dilihat dari akumulasi waktu bermain yang lama mulai dari game pertama sampai dengan game terakhir, kemudian dalam setiap rally tempo bermain cukup cepat sehingga intensitas kerja menjadi tinggi, selain hal di atas juga dapat dilihat dari prinsip latihan interval ekstensif yang disederhanakan menjadi “selang- seling melakukan aktivitas – istirahat secara berulang”, seperti halnya interval training pada umumnya,

(10)

permainan bulu tangkis terdapat waktu istirahat meski sebentar diantara pergantian poin atau selesai rally. Metode latihan ini dapat meningkatkan kemampuan kinerja fisik sebagaimana dikatakan oleh Bayati dalam Hardiansyah (2017:85) menyatakan bahwa bentuk pelatihan ini telah ditemukan untuk memperbaiki indikator kapasitas fisik seperti pengangkatan laktat dari darah, penyerapan oksigen maksimal, kekuatan aerobik maksimal.

Manfaat latihan interval ekstensif. Latihan interval ekstensif merupakan metode yang tepat untuk meningkatkan kualitas fisik para olahragawan. Pada metode latihan interval ekstensif lebih mengutamakan pemberian waktu interval (istirahat/pemulihan) pada saat antar repetisi, seperti halnya interval training pada umumnya. Latihan interval training dengan rasio kerja dan istirahat yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan maka, sangat baik dalam membina khususnya daya tahan dan stamina, serta kebugaran tubuh.

Jenis latihan ini cocok diterapkan pada cabang olahraga seperti sepak bola, bulu tangkis, dan olahraga lainnya yang menurut para ahli fisiologis berpendapat bahwa latihan endurance adalah sangat penting bagi semua cabang olahraga. Hal ini dapat membuat seorang atlet dapat bertanding dengan waktu yang cukup lama tanpa merasakan kelelahan atau dapat meningkatkan prestasi dengan latihan tersebut.

a. Latihan Interval Ekstensif Menggunakan Lintasan 400 meter

Daya tahan atau kemampuan aerobik merupakan biomotor atau komponen kondisi fisik yang paling dasar dan paling besar peranannya pada perfoma asiswa ketika berlatih maupun bertanding sepakbola. Oleh sebab itu, adanya upaya peneliti untuk meningkatkan Vo2 Max siswa sepakbola putra usia 15 SSB Kaber Subang dalam satu bentuk latihan sekaligus dengan menggunakan metode latihan yaitu, latihan interval training dengan metode interval ekstensif menggunakanlintasan 400 meter. Dalam metode ini siswa disuruh berlari dengan jarak 400 meter dengan kecepatan menengah atau sesuai dengan pace masing-masing yang sudah disesuaikan dengan kaidah interval ekstensif secara berulang-ulang. Karena dalam melakukan latihan siswa harus menempuh jarak yang telah ditentukan, sertaadanya target waktu yang harus ditempuh maka latihan ini bertujuan selain untuk meningkatan kemampuan daya tahan kardiorespirasi atau Vo2 Max, juga merupakan

(11)

bagian upaya penelitian guna meningkatkan kemampuan power otot tungkai. Oleh karena itu, atlet pun dituntut untuk selalu melakukan segala bentuk latihan dengan maksimal maka, semangat anak- anak perlu dijaga agar selama melakukan hingga akhir selalu dengan sungguh-sungguh dan dapat menghasilkan hasil sesuai yang diharapkan. Salah satu caranya dengan memberikan motivasi ekstrinsik kepada mereka. Diharapkan dengan adanya motivasi ekstrinsik yang diberikan ke anak didik atau siswa mereka dapat melakukan latihan dengan semangat juang tinggi dan berusaha memberikan yang terbaik. Meskipun dalam hal ini peran dan pengamatan dari pelatih sangat dibutuhkan demi terlaksananya latihan yang maksimal. Adapun progam latihan atau treatment dalam penelitian inidi bagi menjadi dua kelompok, yang sebelumnya telah disesuaikan dengan kemampuan/pace larinya masing- masing menggunakan rumus VCR. Menurut Pahalawidi (Universitas Negeri Jakarta) rumus AEROBIC PACE / VCR :

• TES LARI 30 – 60 MENIT

• VCR (CRITICAL SPEED) = M/SEC.

• = 100% VCR EXAMPLE:

HASIL TES LARI: 60’ = 18.000M VCR = 18.000/3600 = 5.0 M/SEC.

or = 3:20 MIN/KM, 400m = 80”

70% = 4:46 MIN/KM or 3,5 M/SEC

Progam latihan atau treatment penelitian ini sebagai berikut:

i. Hasil lari 30 menit : 4.273 km

VCR : 4.273 km / 1800 detik = 2,4 m/detik

100% : 2,4 m/detik

400 m

(lintasan yang dipakai) : 400 / 2,4 =166 detik Interval Ekstensif : 100 / 110 x 166 = 151 detik Interval/istirahat : 151 detik

(12)

ii. Hasil lari 30 menit : 3.606 km

VCR : 3.606 km / 1800 detik = 2 m/detik

100% : 2,0 m/detik

400 m

(lintasan yang dipakai) : 400 / 2 =199,6 detik

Interval Ekstensif : 100 / 110 x 199,6 = 181,5 detik Interval/istirahat : 181 detik

Progam latihan atau treatment di atas tidak disetujui expert judgemen, karena target denyut jantung (DJ) yang harus dipenuhi untuk latihan kardiorespirasi atau otot jantung dan paru-paru (Vo2 Max) adalah antara 160- 170/permenit, oleh sebab itu pihak expert judgemen memberikan saran untuk memodifikasi progam treatment dengan merubah waktu tempuh/pace dan interval menjadi: kelompok A) waktu tempuh 120 detik, dan waktu interval 105 detik, dengan rasio kerja dan istirahat 1:3/4. Sedangkan kelompok B) waktu tempuh 150 detik, dan waktu interval 112 detik, dengan rasio kerja dan istirahat 1:3/4.

4. Kondisi Fisik

Kondisi fisik adalah kapasitas seseorang untuk melakukan kerja fisik dengan kemampuan bertingkat. Kondisi fisik dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif.

Mengembangkan atau meningkatkan kondisi fisik berarti mengembangkan dan meningkatkan kemampuan fisik (physical abilities) atlet. Kemampuan fisik mencakup dua komponen, yaitu komponen kesegaran jasmani (physical fitness) dan komponen kesegaran gerak (motor fitness). Kesegaran jasmani terdiri dari kekuatan otot, daya tahan otot, daya tahan kardiovaskular, dan fleksibilitas. Sedangkan komponen kesegaran gerak atau motorik terdiri dari kecepatan, koordinasi, kelincahan, daya ledak otot, dan keseimbangan. Komponen kesegaran gerak atau dapat dilatih. Kemampuan motorik pada awal latihan secara umum sama,komponen-

(13)

komponen tersebut menjadi semakin spesifik dengan dilakukannya latihan. Sudah banyak tes yang dapat menguji komponen-komponennya. Komponen-komponen kondisi fisik bila diuraikan adalah sebagai berikut:

1) Kekuatan otot, yaitu kemampuan untuk memindahkan bagian tubuh dengan cepat bersamaan dengan melakukan kerja otot secara maksimal.

2) Daya tahan otot, yaitu kemampuan untuk mengkontraksikan otot secara terus- menerus dalam waktu yang relatif lama dengan beban tertentu.

3) Daya tahan kardiovaskular, yaitu kemampuan sistem jantung, paru, dan peredaran darah untuk menjalankan kerja terus-menerus secara efektif.

4) Fleksibilitas, yaitu efektifitas dalam penyesuaian bentuk tubuh untuk segala aktivitas dengan penguluran tubuh yang luas.

5) Kecepatan, yaitu kemampuan untuk memindahkan tubuh atau bagian tubuh dengan cepat. Terdapat banyak cabang olahraga yang bergantung pada kecepatan untuk dapat mengalahkan lawan. Sebagai contoh, pemain sepak bola harus berlari cepat ke arah bola untuk menerima operan.

6) Koordinasi, yaitu kemampuan untuk melakukan bermacam-macam gerakan berbeda ke dalam pola gerakan tunggal secara efektif dan terintegrasi. Sebagai contoh, koordinasi tangan-mata untuk menggiring bola basket menggunakan tangan dan mata secara bersamaan.

7) Kelincahan, yaitu kemampuan melakukan gerakan yang konstan dan cepat, kemudian mengubah arah gerakan tanpa kehilangan keseimbangan. Sebagai contoh, mengubah arah gerakan untuk memukul bola tenis.

8) Daya ledak otot, yaitu kemampuan untuk menggunakan otot dengan kekuatan maksimal yang dikerahkan dalam waktu singkat.

9) Keseimbangan, yaitu kemampuan kontrol dan stabilisasi tubuh saat berdiri diam atau saat bergerak. Sebagai contoh, in-line skating.

5. Daya Tahan

Daya tahan umum merupakan kemampuan tubuh untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti (Lambert, Viljoen, Bosch, Pearce, & Sayers, 2005) Daya tahan termasuk salah satu

(14)

komponen penting dalam aspek kebugaran jasmani. Banyak orang yang melakukan olahraga dengan tujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh (Tanja

C. Roy, Barbara A. Springer, Vancil McNult, 2010). Daya tahan jantung dan paru- paru atau general endurance dapat ditingkatkan melalui latihan yang berlangsung pada jarak yang jauh dan waktu yang cukup lama (Hottenrott, Ludyga, & Schulze, 2012) seperti naik ke puncak gunung, lintas alam (cross country), renang jarak jauh (long swimming), dan lari jarak jauh (long running) (Olstad, Bjørlykke, &

Olstad, 2019).

Pengertian daya tahan ditinjau dari kerja otot adalah kemampuan kerja otot atau sekelompok otot dalam jangka waktu tertentu (Bird, Bird, Tarpenning, &

Marino, 2005) sedang pengertian daya dari sistem energi adalah kemampuan kerja organ-organ tubuh dalam jangka waktu tertentu. Istilah daya tahan dalam dunia olahraga dikenal sebagai kemampuan organ tubuh olahragawan untuk melawan kelelahan selama berlangsungnya aktivitas atau kerja (Pageaux & Lepers, 2018).

Latihan daya tahan dipengaruhi dan berdampak pada kualitas sistemkardiovaskular, pernapasan dan sistem peredaran darah (Nystoriak & Bhatnagar, 2018). Oleh karana itu faktor yang berpengaruh terhadap daya tahan adalah kemampuan maksimal dalam memenuhi komsumsi oksigen yang biasa di kenal dengan istilah Vo2 Max (Bruno, Smirmaul, Bertucci, & Inaian, 2013).

Daya tahan merupakan salah satu komponen biomotorik yang sangat dibutuhkan dalam aktivitas fisik, merupakan salah satu komponen yang terpenting dari kesegaran jasmani. Daya tahan diartikan sebagai waktu bertahan yaitu lamanya seseorang dapat melakukan suatu intensitas kerja atau jauh dari keletihan.

komponen yang juga perlu di perhatikan bagi seorang olahragawan salah satunya yaitu daya tahan. Terdapat dua macam daya tahan antara lain: daya tahan otot dan daya tahan pada umumnya. Di dalam daya tahan umum sendiri terbagi menjadi 2 macam, yakni daya tahan aerobik dan daya tahan anaerobik. Daya tahan aerobik ialah keahlian seseorang, dimana ketika tubuhnya melakukan gerak dalam durasi lama dan dengan dibatasi waktu dari sedang sampai cepat, individu tersebut tidak merasa kelelahan. Sukadiyanto (2005: 61) menyatakan bahwa daya tahan aerobik merupakan keahlian pemain dalam menguasai sesuatu yang berat dari latihan yang dilakukan di waktu yang lebih dari 3 menit terus menerus. Daya tahan diartikan sebagai waktu bertahan yaitu lamanya seseorang dapat melakukan suatu intensitas

(15)

kerja atau jauh dari keletihan. Daya tahan merupakan salah satu komponen biomotorik yang sangat dibutuhkan dalam aktivitas fisik, merupakan salah satu komponen yang terpenting dari kesegaran jasmani. Daya tahan diartikan sebagai waktu bertahan yaitu lamanya seseorang dapat melakukan suatu intensitas kerja atau jauh dari keletihan. Dari beberapa pengertian daya tahan yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan, “bahwa daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi berulang-ulang tanpa timbul kelelahan. Sedangkan daya tahan kardiorespirasi adalah kemampuan seluruh tubuh untuk melakukan aktivitas pada jangka waktu yang lama tanpa timbulnya kelelahan.

Volume O2 max ini adalah suatu tingkatan kemampuan tubuh yang dinyatakan dalam liter per menit atau milliliter/menit/kg berat badan (Cade et al., 2018). Setiap sel dalam tubuh manusia membutuhkan oksigen untuk mengubah makanan menjadi ATP (adenosine triphosphate) (Salin, Auer, Rey, Selman, &

Metcalfe, 2015) yang siap dipakai untuk kerja tiap sel yang paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah otot dalam keadaan istirahat. Sel otot yang berkontraksi membutuhkan 8 banyak ATP. Akibatnya otot yang dipakai dalam latihan membutuhkan lebih banyak oksigen dan menghasilkan CO2 (Gunawan, Millah, & Hartadji, 2017).

Daya tahan (endurance), menurut Sukadiyanto dalam Luthfi (2019:33) menyatakan bahwa daya tahan atau ketahanan jika ditinjau dari kerja otot adalah kemampuan kerja otot atau sekelompok otot dalam jangka waktu yang lama, sedangkan ketahanan dalam sistem energi kemampuan kerja organ tubuh dalam waktu tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ketahanan sangat erat kaitannya dengan durasi waktu dan intensitas kerja. Menurut Hinson dalam Suharjana (2017) menyatakan bahwa untuk mengembangkan daya tahan aerobic dapat digunakan dengan beberapa metode antara lain : 1. Continuous training, 2.

Interval training, 3. Circuit training.

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dibutuhkan guna mendukung kajian teoritis yang telah dikemukakan. Penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ari Romadona yang berjudul “PENGARUH LATIHAN FARTLEK DAN INTERVAL TRAINING TERHADAP KEMAMPUAN DAYA TAHAN PADA PEMAIN SSB ROKED GRESIK U-17 TAHUN”.

(16)

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh latihan fartlek terhadap peningkatan dayatahan pada pemain U-17 tahun SSB Roked Gresik, mengetahui pengaruh latihan interval training terhadap peningkatan daya tahan pada pemain U-17 tahun SSB

Roked Gresik, mengetetahui perbedaan latihan fartlek dan interval training

terhadap kemampuan daya tahan pada pemain U-17 tahun SSB Roked Gresik. Hasil Setelah peneliti melakukan penelitian dengan judul pengaruh latihan Fartlek dan Interval training terhadap kemampuan daya tahan pada pemain SSB Roked Gresik U17 Tahun, menurut rumusan masalah pada awal penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan yaitu:

1. Adanya pengaruh yang signifikan dari model latihan Fartlek terhadap kemampuan daya tahan pada pemain SSB Roked Gresik U17 tahun.

2. Adanya pengaruh yang signifikan dari model Latihan Interval training terhadap kemampuan daya tahan pada pemain SSB Roked Gresik U17 tahun.

3. Tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan diantara kelompok Fartlek dan Interval training pada pemain SSB Roked Gresik U-17 tahun.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhsana El Cintami Lanos yang berjudul

“PENGARUH LATIHAN INTERVAL TRAINING ISTIRAHAT AKTIF TERHADAP PENINGKATAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2MAX) SISWA SSB OGAN ILIR”

Tujuan untuk mengetahui apakahada pengaruh latihan interval training istirahat aktif terhadap peningkatan daya tahan aerobik (VO2max) siswa SSB Ogan Ilir.

Penelitian ini menggunakan metode experimen. Berdasarkan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.Latihan interval training istirahat aktif dapat meningkatkan daya tahan aerobik (VO2max) siswa SSB Ogan Ilir yang diukur menggunakan metode lari 2,4 km, hal ini dapat dilihat dari penurunan ratarata waktu dari pretestkeposttest kelompok eksperimen dari 13,22 ke 13,06 atau rata-rata waktu tempuh menjadi lebih cepat sebesar 0,54%. 2.Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan interval training istirahat aktif dapat digunakan sebagai metode latihan untuk meningkatkan daya tahan aerobik (VO2max).

(17)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Hendra Rustiawan yang berjudul “PENGARUH LATIHAN INTERVAL TRAINING DENGAN RUNNING CIRCUIT TERHADAP PENINGKATAN VO2 MAX” Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh latihan interval training dengan latihan running circuit terhadap peningkatan Vo2 Max.

Berdasarkan hasil analisis data yang sudah dijelaskan sebelumnya, penulis menyimpulkan bahwa latihan interval training dengan latihan running circuit berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan Vo2 Max pada komunitas running loka Kabupaten Ciamis. Untuk lebih jelasnya kesimpulan secara keseluruhan dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Latihan interval training memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan Vo2 Max pada komunitas lari running loka Kabupaten Ciamis.

2. Latihan running circuit memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan Vo2 Max pada komunitas lari running loka Kabupaten Ciamis.

3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara latihan interval training dengan latihan running circuit terhadap peningkatan Vo2 Max pada komunitas lari running loka Kabupaten Ciamis.

4. Salah satu penelitian yang ada dan berkaitan dengan penelitian yang akan diteliti, salah satunya ditulis oleh Fahma Dharma Budi Patria (2016) dengan judul

”Pengaruh Latihan Fartlek Dan Interval Training Terhadap Peningkatan Vo2 Max Atlet Pencak Silat Persaudaraan Setia Hati Terate Cabang Blitar Tahun 2016”

Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan riset eksperimental,desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah two group pretest-posttestdesign. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik pengambilan sampel jenuh dan didapatkan sampel keseluruhan atlet yang berjumlah 30 atlet. Teknik pengumpulan data menggunakan tes Multistage fitness test. Dari hasil pengujian kelompok fartlek menggunakan uji-t, diperoleh t hitung = 8,402 dan harga t tabel untuk α = 0,05 dan d.b (N-1) = 14 yaitu 2,145. Sedangkan kelompok Interval Training diperoleh t hitung sebesar 7,203 dan harga t tabel untuk α = 0,05 dan d.b (N-1) = 14 yaitu 2,145.

dilakukan perbandingan rata-rata kedua kelompok perlakuan. Dari tabel tersebut diperoleh hasil bahwa kelompok perlakuan fartlek memiliki rata- rata post-test sebesar 41,887 dengan peningkatan sebesar 5,5257% dari nilai rata-rata pre-test sebesar 39,693. Sedangkan kelompok interval training memiliki rata-rata post-test

(18)

sebesar 44,34 dengan peningkata sebesar 10,0794% dari nilai rata-rata pre-test sebesar 40,28. Pada besaran nilai rata-rata kedua kelompok tersebut, dapat diketahui bahwa kelompokinterval training memiliki persentase peningkatan yang lebih besar dari pada kelompok fartlek.

C. Kerangka Berpikir

Menurut Sugiyono (2017:60) menyatakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting . Dalam olahrga sepakbola kondisi daya tahan fisik merupakan salah satu hal dasar yang digunakan pada saat bertanding, daya tahan fisik merupakan pondasi awal bagipemain sepakbola karena semakin baik kondisi daya tahan fisik maka akan semakin lama daya tahan pada saat bertanding. Alat ukur kondisi daya tahan fisik salah satunya dengan Bleep test.

Banyak masalah yang sering ada di SSB Karya Bersama Subang U-15 mengenai kondisi daya tahan fisik. Kondisi daya tahan fisik Siswa masih kurang dan dibawah rata-rata. Dengan demikian kondisi daya tahan fisik tersebut harus diperbaiki dengan meningkatkan latihan yaitu dengan cara latihan interval agar kondisi daya tahan fisik SSB Karya Bersama dapat meningkat dan ada perubahan dari sebelumnya.

Latihan interval yang dilakukan ini sangat mudah. Latihan interval juga juga merupakan latihan dasar yang diberikan oleh para pelatih. Latihan interval bisa dilakukan di trek lari dimana saja. Dalam latihan interval siswa hanya melakukan lari berulang-ulang dengan waktu istiraha yang terstruktur.

Dalam penelitian ini siswa diberikan tes awal beep test kemudian diberikan latihan interval, setelah itu dilakukan lagi beep test selanjutnyaapakah adapengaruh.

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan-pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya.” Senada dengan Sugiyono (2014, hlm. 64) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian,” Artinya, hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara Peneliti terhadap permasalahan yang akan

(19)

diuji kebenarannya melalui sebuah penelitian. Dalam merumuskan hipotesis, Maksum dalam Jakariyadi (2016:61) menyatakan bahwa “untuk dapat merumuskan hipotesis dengan baik diperlukan informasi sebanyak mungkin dengan jalan banyak membaca literatur terkait dengan masalah yang ingin dipecahkan.”

Berdasarkan pernyataan diatas, penelitian ini menyimpulkan bahwaterdapat Pengaruh Latihan interval terhadap kondisi daya tahan fisik SSB Karya Bersama Subang U-15.

Referensi

Dokumen terkait

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana

Pada Bab II ini akan dikaji pustaka yang relevan dengan penelitian yang berjudul: “Penerapan Pendekatan Konstruktivistik Melalui Dialog untuk Meningkatkan Kemampuan

dikenal sebelumnya, dan ditemukan pada sebagian besar genus Shorea, sehingga penetapan strukturnya dilakukan dengan pembandingan data spektrum UV dan IR serta perbandingan

Model Stimulasi Kecerdasan Visual Spasial Dan Kecerdasan Kinestetik Anak Usia Dini Melalui Metode Kindergarten Watching Siaga Bencana Gempa Bumi Di Paud

Perbandingan Debt To Equity menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat kinerja perusahaan yang diukur dengan Debt To Equity antara periode sebelum

Abdullah bin Mubarok berkata, “Sungguh mengembalikan satu dirham yang berasal dari harta yang syubhat lebih baik bagiku daripada bersedeqah dengan seratus ribu dirham”..

Maka dari itu pembuatan pesan politik yang dilakukan oleh Abdullah Abu Bakar dan Lilik Muhibbah sangat refresentatif karena menyentuh nurani masyarakat Kediri, khususnya

Dilihat dari volume pengaduan yang masuk, yang menggambarkan kepedulian para pelapor terhadap isu keamanan Internet menjadi tanggung jawab pihak-pihak terkait dengan