• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan Penerapan Metode Lean Six Sigma untuk Menurunkan Angka Produk Cacat pada Produksi Camshaft di PT. Morita Tjokro Gearindo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Usulan Penerapan Metode Lean Six Sigma untuk Menurunkan Angka Produk Cacat pada Produksi Camshaft di PT. Morita Tjokro Gearindo"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Usulan Penerapan Metode Lean Six Sigma untuk Menurunkan Angka Produk Cacat pada Produksi Camshaft

di PT. Morita Tjokro Gearindo

Hendi Ramadhani1*, Iwan Nugraha Gusniar2

1,2Program Studi Teknik Mesin, Universitas Singaperbangsa Karawang, Karawang Indonesia

*Koresponden email: 1910631150088@student.unsika.ac.id

Diterima: 5 Desember 2022 Disetujui: 13 Desember 2022

Abstract

To win the competition, companies must be able to maintain customer satisfaction, one way is by quality control. This study aims to identify defects that occur and provide recommendations for improvements to the production of camshafts at PT. Morita Tjokro Gearindo. Lean six sigma DMAIC concept is the method used in this study. The data used in this research is in the form of production data and product defects in January-June 2022. These data are obtained from company reports and other data such as work systems, then interviews and observations on the research object. From the analysis that has been done, it is known that there are still many defects above the company's tolerance limit of 0.5%. In the production of camshafts there are 3 forms of defects that occur, namely burry, lip, and no chamfer journal. The results of calculating the company's sigma value obtained a value of 4.22, which means it is already above the Indonesian industry average. Proposed improvements based on the 5W+1H analysis, namely the existence of a manual book placed on the machine, making checksheets to ensure repeated checks, and the existence of SOPs regarding briefings before work and breaks to restore the operator's focus.

Keywords: distro, apparel, marketing, SWOT, QSPM

Abstrak

Untuk memenangkan persaingan, perusahaan harus mampu menjaga kepuasan konsumen salah satu caranya dengan pengendalian kualitas. Penelitian ini ditujukan untuk mengidentifikasi cacat yang terjadi dan memberikan usulan perbaikan pada produksi camshaft di PT. Morita Tjokro Gearindo. Lean six sigma konsep DMAIC menjadi metode yang digunakan pada penelitian ini. Adapun data yang digunakan pada penelitian ini berupa data produksi dan produk cacat pada Januari-Juni 2022. Data-data tersebut didapatkan dari laporan perusahaan serta data lain seperti sistem kerja, lalu wawancara dan observasi pada objek penelitian. Dari analisis yang telah dilakukan diketahui masih banyak terjadi cacat di atas batas toleransi perusahaan yaitu 0,5%. Pada produksi camshaft ada 3 bentuk cacat yang terjadi yaitu burry, bibiri, dan no chamfer journal. Hasil perhitungan nilai sigma perusahaan didapatkan nilai 4,22 yang berarti sudah berada diatas rata-rata industri Indonesia. Usulan perbaikan berdasarkan analisis 5W+1H yaitu adanya manual book yang ditempatkan di mesin, pembuatan checksheet untuk memastikan pengecekan berulang, dan adanya SOP terkait pengarahan sebelum pekerjaan dan break untuk mengembalikan fokus operator.

Kata Kunci: industri, kualitas, produk cacat, six sigma, DMAIC

1. Pendahuluan

Pada kondisi ekonomi yang terjadi pada saat ini, perkembangan secara pesat terjadi hampir disemua sektor tidak terkecuali industri baik manufaktur ataupun jasa. Akibat dari perkembangan tersebut, peningkatan efektivitas dan juga efisiensi pada proses produksi menjadi hal yang harus terus dilakukan secara konsisten agar mampu bertahan dan terus bersaing di pasar. Dengan proses produksi yang efektif dan efisien akan menciptakan produktivitas yang tinggi dan ini membuat perusahaan lebih kuat untuk bersaing dan juga untuk terus bertumbuh secara konsisten [1]. Namun untuk dapat terus bersaing dengan konsisten tersebut, perusahaan harus terus memiliki strategi yang efektif dalam beberapa aspek seperti promosi, produksi tepat waktu, hingga mempertahankan kualitas dari produk yang dipasarkan untuk tetap sesuai keinginan pelanggan dengan memberikan penawaran harga yang kompetitif [2]. Dalam memilih produk, banyak aspek yang menjadi bahan pertimbangan konsumen salah satunya adalah kualitas. Melalui kualitas produk yang baik, tentu akan membuat konsumen loyal dan melakukan pembelian kembali terhadap produk tersebut [3]. Tujuan perusahaan seharusnya memberikan kepuasan pada konsumen, dan untuk dapat mencapai hal tersebut perusahaan perlu melakukan berbagai upaya salah satunya seperti

(2)

melakukan pengendalian kualitas [4]. Masalah dalam kualitas adalah adanya produk yang cacat, dimana hal ini dapat menurunkan tingkat kepuasan dan kepercayaan konsumen dan membuat hasil produksi tidak efektif dan efisien. Selain dari itu, produk yang cacat tersebut akan menciptakan penambahan biaya produksi [5]. Oleh karena itu dalam masa persaingan yang ketat ini, melakukan pengendalian kualitas memiliki peran yang penting untuk menciptakan kepuasan dan kepercayaan pada konsumen. Karena secara awam dapat dipahami bahwa konsumen tidak akan kembali ketika tidak mendapat sesuatu yang sesuai dengan keinginannya [6]. Perusahaan harus terus menerus mempertahankan bahkan meningkatkan nilai produknya agar tetap menjadi pilihan bagi para konsumennya. Meningkatkan kualitas ini adalah sebuah upaya agar produk memiliki nilai yang tinggi pada pelanggan melalui produksi yang efektif dan efisien [7].

Lean six sigma DMAIC adalah metode yang dapat diterapkan untuk melakukan pengendalian kualitas dengan tujuan menekan terjadinya cacat produk.

Metode six sigma merupakan upaya perbaikan dengan cara melakukan perbaikan terus menerus dengan tujuan menekan produk cacat dengan menyederhanakan variasi yang ada pada proses produksi [8].

Model six sigma adalah perbaikan yang berfokus pada lima langkah terstruktur dimana biasa disebut sebagai konsep DMAIC (define, measure, analyze, improve, control). Dalam lean six sigma ini adalah model yang menggabungkan antara lean dan six sigma dalam kegiatan analisisnya.

PT. Morita Tjokro Gearindo adalah perusahaan manufaktur yang melayani permintaan berbagai produk dari beberapa perusahaan. Produk camshaft tipe 3TNV70 adalah salah satu produk dari hasil produksi perusahaan. Namun dari hasil yang sebelumnya diamati diketahui bahwa produk ini seringkali mengalami kecacatan produk. Sehingga perusahaan harus dapat meminimalisir terjadinya kecacatan produk. Upaya meminimalisir kecacatan ini beriringan dengan meningkatnya profit dan kepercayaan konsumen. Perusahaan harus terus menerus dapat meningkatkan kualitas produk agar tetap sesuai dengan keinginan konsumen. Lean Six Sigma dengan pendekatan DMAIC diharapkan dapat menjadi alat ukur dan bahan evaluasi untuk tingkat kecacatan pada proses produksi produk camshaft tipe 3TNV70. Selain itu penerapan metode ini digunakan untuk memberikan usulan sebagai upaya menurunkan angka kecacatan produk sehingga dapat berkurang untuk tercapainya efektivitas, efisiensi, dan keuntungan yang optimal bagi PT. Morita Tjokro Gearindo. Adapun penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengidentifikasi cacat yang terjadi pada produksi camshaft tipe 3TNV70 dan memberikan usulan perbaikan.

Adapun beberapa acuan penelitian terdahulu diantaranya, penelitian yang dilakukan [9], metode six sigma digunakan untuk menekan pemborosan pada industri garmen. Hasilnya diketahui sebanyak 13.121 pcs produk cacat selama periode Oktober - November 2018. Penelitian yang dilakukan [10], lean six sigma digunakan untuk meningkatkan kualitas di industri alat kesehatan yaitu produksi supramad bed. Hasilnya menunjukkan nilai sigma pada proses pengelasan sebesar 3,45 sedangkan pengecatan 3,53. Penelitian yang dilakukan [11], lean six sigma digunakan dalam upaya untuk menekan angka pemborosan dan meningkatkan nilai dan kualitass dari produk yang diproduksi yaitu brownies kukus. Hasil yang didapatkan yaitu rata-rata nilai sigma berada pada nilai 2,84. Penelitian yang dilakukan [12], menggunakan lean six sigma dalam usaha untuk menurunkan terjadinya produk yang rusak atau tidak sesuai pada produksi back mount frame. Hasilnya diketahui setelah penerapan lean six sigma perusahaan mampu mencapai nilai sigma 4,22. Penelitian yang dilakukan [13], penggunaan lean six sigma dilakukan untuk menekan dan meminimalkan adanya produk yang cacat dari produksi tas. Hasilnya diketahui nilai sigma perusahaan berada pada nilai 3,28 dengan CP 0,87375 yang berarti masih sangat rendah kapabilitas prosesnya.

2. Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini berupa deskriptif kuantitatif dimana ditujukan untuk mengidentifikasi produk cacat dan memberikan usulan perbaikan pada produksi camshaft Tipe 3TNV70 di PT. Morita Tjokro Gearindo. Penelitian ini diawali dengan melakukan studi pendahuluan baik secara literatur ataupun lapangan. Hal ini dilakukan untuk mempelajari objek penelitian dan juga mempelajari secara teori mengenai penggunaan dari metode yang kemudian akan diterapkan pada penelitian ini untuk menyelesaikan permasalahan. Lean six sigma menjadi menjadi metode yang digunakan pada penelitian ini.

Dalam pelaksanaannya pada kegiatan penelitian ada beberapa penggunaan data yaitu berupa laporan produksi yang mencakup data jumlah produksi dan jumlah produk cacat pada periode Januari-Juni 2022.

Data-data tersebut didapatkan melalui dokumentasi dari laporan perusahaan. Selain itu ada juga data seperti sistem kerja, penyebab cacat, proses produksi, dan lainnya yang didapatkan melalui wawancara dan observasi pada objek penelitian secara langsung. Tahapan selanjutnya setelah data didapat tersebut yaitu menganalisis dengan metode DMAIC untuk diidentifikasi dan memberikan usulan perbaikan guna menekan produk cacat yang terjadi. Dari hasil tersebut kemudian dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil

(3)

keseluruhan dari hasil yang sebelumnya telah diuraikan. Dalam pelaksanaan penelitian ini, dilakukan dalam beberapa tahapan yang kemudian dibuat dalam bentuk diagram untuk memudahkan gambaran setiap langkah yang dilaksanakan seperti Gambar 1.

Gambar 1. Alur tahapan penelitian Sumber: [14]

3. Hasil dan Pembahasan

Objek yang akan dianalisis pada penelitian ini adalah Produk camshaft Tipe 3TNV70. Produk tersebut merupakan salah satu produk PT. Morita Tjokro Gearindo yang selalu produksi setiap bulannya.

Adapun gambar produk camshaft Tipe 3TNV70 seperti pada Gambar 2.

Gambar 2. Camshaft Tipe 3TNV70 Sumber: PT, Morito Tjokro Gearindo, 2022

Dalam analisis pengendalian produk cacat menggunakan lean six sigma pendekatan DMAIC diperlukan data yang jumlah produksi serta kuantitas cacat produk. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu laporan produksi pada periode Januari-Juni 2022. Adapun hasil yang didapatkan pada penelitian ini diuraikan berdasarkan tahapan sistematis metode six sigma DMAIC sebagai berikut:

3.1. Define

PT. Morita Tjokro Gearindo (MTG) merupakan perusahaan yang telah banyak memiliki customer yang mempercayakan pembuatan part pada PT. MTG. Part camshaft Tipe 3TNV70 adalah satu dari sekian banyak hasil produksi PT. MTG. Dari berbagai banyaknya part yang diproduksi oleh PT. MTG akan tetapi yang digunakan pada penelitian ini menggunakan hasil produksi part camshaft tipe 3TNV70. Dari hasil identifikasi pada proses produksi camshaft ini, lalu diketahui bahwa terjadi cacat dengan 3 jenis yang berbeda yaitu burry pada cam end milling, visual gaber/bibiri, dan tidak ada chamfer journal. Adapun data produksi dan produk cacat dibuat dalam bentuk checksheet untuk mengidentifikasikan jumlah produk cacat berdasarkan jenisnya yaitu seperti pada Tabel 1.

Tabel 1. Checksheet produk cacat

No. Jumlah Produksi Jumlah Produk Cacat Persentase

Burry Bibiri No Chamfer Journal

1. 12280 120 78 23 1.80%

2. 13300 50 22 76 1.11%

3. 11220 80 0 14 0.84%

4. 12700 77 2 19 0.77%

5. 16109 110 30 9 0.92%

6. 10000 89 20 32 1.41%

7. 13332 20 11 23 0.41%

8. 10044 92 9 11 1.12%

9. 15200 19 9 5 0.22%

10. 23250 39 19 20 0.34%

11. 10200 38 13 33 0.82%

12. 10135 41 20 20 1%

Total 157770 775 233 285 1293

Sumber: Hasil analisis data, 2022 Studi Pendahuluan Pengumpulan

Data

Pengolahan Data

Analisis dan

Pembahasan Kesimpulan

(4)

Pada hasil yang ditampilkan Tabel 1 didapatkan hasil yaitu mengenai persentase terjadinya cacat tiap periode masih berada diatas batas toleransi cacat yang diperbolehkan perusahaan yaitu 0,5%. Pada posisi saat ini, perusahaan sedang meningkatkan pengendalian kualitas dan memperketat proses produksinya untuk mencapai target toleransi cacat yang diperbolehkan. Hasil yang didapatkan tersebut kemudian dapat menjadi acuan dalam menarik kesimpulan bahwa perusahaan masih sangat perlu melakukan pengendalian kualitas untuk mencapai target yang diinginkan.

Data yang didapatkan pada Tabel 1 kemudian direkapitulasi berdasarkan jenis cacat yang dimiliki dan dihasilkan seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah cacat per jenis cacat

Jenis Cacat Jumlah Jumlah Produksi

Burry 775

157.770

Bibiri 233

No Chamfer Journal 285

Total 1293

Sumber: Hasil analisis data, 2022

Berdasarkan data pada Tabel 2 dapat diketahui persentase terjadinya cacat selama periode Januari- Mei 2022 adalah sebagai berikut:

Presentasi Cacat = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐶𝑎𝑐𝑎𝑡 𝑃𝑎𝑟𝑡

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑃𝑎𝑟𝑡 × 100%

Presentasi Cacat = 1293

157.770 × 100% = 0,0082 3.2. Measure

Tahapan kedua pada siklus DMAIC adalah melakukan pengukuran pada kinerja perusahaan dalam melakukan pengendalian kualitasnya. Pengukuran ini dilakukan berdasarkan data yang telah didefinisikan pada tahapan sebelumnya. Tahap ini ditujukan untuk mengukur kemampuan proses dalam memenuhi kualitas yang telah ditetapkan sebelum adanya perbaikan. Sebelum melakukan pengukuran diidentifikasikan terlebih dahulu mengenai jenis cacat yang terjadi (Critiqal to Quality) sebagai berikut:

a. Dari proses pengamatan yang dilakukan sebelumnya, kemudian didapatkan hasil mengenai beberapa jenis cacat yang terjadi pada produksi Part Camshaft Tipe 3TNV70 sebagai berikut:

1) Burry pada cam end milling, terjadinya burry pada cam end dikarenakan part melenceng dari mesin milling.

2) Visual gaber/bibiri, terjadinya bibiri dikarenakan dibeberapa mesin posisi alat potong tidak sesuai.

3) Tidak ada Chamfer Journal, terjadinya kesalahan pada operator yaitu melewati satu langkah dalam prosedur yang seharusnya.

b. Tahapan selanjutnya yaitu membuat peta kendali yang ditujukan untuk mengetahui data yang dianalisis berada pada kondisi yang stabil atau dalam kendali atau tidak. Peta kendali yang digunakan pada tahapan ini adalah dengan peta kendali P. Terdapat beberapa tahap perhitungan dalam membuat peta kendali P dengan seperti menghitung batas atas (BKA), batas bawah (BKB) dan proporsi cacatnya. Adapun hasil perhitungan tersebut seperti pada Tabel 3.

Tabel 3. Data peta kendali P

No. Jumlah Produksi Jumlah Produk Cacat Proporsi Cacat UCL LCL

1. 12280 221 0.01800 0.0863 0

2. 13300 148 0.01113 0.0863 0

3. 11220 94 0.00838 0.0863 0

4. 12700 98 0.00772 0.0863 0

5. 16109 149 0.00925 0.0863 0

6. 10000 141 0.01410 0.0863 0

7. 13332 54 0.00405 0.0863 0

8. 10044 112 0.01115 0.0863 0

9. 15200 33 0.00217 0.0863 0

10. 23250 78 0.00335 0.0863 0

11. 10200 84 0.00824 0.0863 0

12. 10135 81 0.00799 0.0863 0

Total 157770 1293

Sumber: Hasil analisis data, 2022

(5)

Berdasarkan Tabel 3 diperoleh nilai untuk tiap kriteria peta kendali pada setiap sampel data. Dari hasil tersebut kemudian dibuat dalam bentuk grafik peta kendali P yaitu pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil peta kendali P Sumber: Hasil Analisis Data, 2022

c. Mengidentifikasi Kapabilitas Proses

Tahapan measure selanjutnya adalah mengidentifikasi kapabilitas proses perusahaan untuk mengetahui nilai DPU, DPO, DPMO, hingga nilai sigma perusahaan. Menurut ref. [15], terdapat 9 langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi kapabilitas proses tersebut yaitu tampil pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil identifikasi kapabilitas proses

Langkah Tindakan Persamaan Hasil Perhitungan

1. Proses yang ingin diketahui --- Produksi Camshaft Tipe

3TNV70 2. Banyaknya jumlah produk yang diproduksi

dalam proses --- 157770

3. Banyaknya produk yang tidak sesuai atau

cacat --- 1293

4. Mengukur tingkat cacat yang terjadi

berdasarkan jumlah yang didapat = (tahap 3) / (tahap 2) 0.008195474 5. Banyaknya jenis cacat yang mengakibatkan

kegagalan produk (CTQ)

= banyaknya karakteristik

CTQ 3

6. Mengukur kemungkinan tingkat cacat dalam

setiap satuan CTQ = (tahap 4) / (tahap 5) 0.002731825

7. Mengukur kemungkinan terjadinya cacat

dalam setiap satu juta kesempatan (DPMO) = (tahap 6) x 1.000.000 2731.824808 8. Mengonversikan DPMO ke dalam bentuk

nilai sigma --- 4,2-4,3

9. Menyimpulkan hasil yang didapatkan ---

Kapabilitas sigma adalah 4,2 (sudah berada di atas rata-rata

industri Indonesia pada nilai sigma 2)

Sumber: Hasil analisis data, 2022

Berdasarkan hasil pada Tabel 4 dapat diketahui perusahaan memiliki nilai sigma 4,2 dimana ini sudah sangat tinggi dan jauh melewati standar rata-rata industri Indonesia dengan nilai sigma 2. Namun demikian, pengendalian kualitas harus tetap dilakukan dengan fokus mencapai target perusahaan dan berupaya mencapai nilai sigma 6 dengan 0 kecacatan.

d. Identifikasi Cacat Dominan

Dari hasil yang telah didapatkan pada tahapan sebelumnya, kemudian diidentifikasikan mengenai frekuensi cacat yang paling tinggi tiap jenisnya atau paling dominan terjadi. Tujuan dari dilakukannya hal tersebut adalah untuk penentuan prioritas cacat yang akan diperbaiki terlebih dahulu. Penentuan

0,00000 0,01000 0,02000 0,03000 0,04000 0,05000 0,06000 0,07000 0,08000 0,09000 0,10000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Proporsi Cacat UCL LCL

(6)

cacat dominan ini menggunakan diagram Pareto dengan terlebih dahulu menghitung frekuensi dan persentase kumulatif seperti pada Tabel 5.

Tabel 5. Hasil perhitungan identifikasi cacat dominan

Jenis Cacat Jumlah FK % Kumulatif

Burry 775 775 60%

Bibiri 233 1008 78%

No Chamfer Journal 285 1293 100%

Total 1293

Sumber: Hasil analisis data, 2022

Dari hasil yang didapatkan pada Tabel 5 kemudian dibuatkan dalam bentuk diagram Pareto agar lebih mudah mengidentifikasikan hasil yang didapatkan. Diagram Pareto merupakan adalah suatu diagram yang berfungsi untuk menampilkan data yang diurutkan berdasarkan kuantitas tiap variabel data tersebut dari tertinggi hingga terendah. Hasil diagram Pareto yang didapatkan pada Gambar 4.

Gambar 4. Hasil diagram Pareto Sumber: Hasil analisis data, 2022

Berdasarkan diagram Pareto diatas, maka diketahui jenis cacat yang paling tinggi dan paling tinggi frekuensi terjadinya adalah burry. Maka dari hasil tersebut jenis cacat burry selanjutnya akan menjadi prioritas perbaikan dan dianalisis pada tahapan selanjutnya.

3.3. Analyze

Dari hasil yang didapatkan pada tahap sebelumnya, diketahui burry memiliki nilai kumulatif tertinggi yaitu 60%. Maka dari itu, proses analisis untuk memberikan usulan perbaikan akan dititik beratkan terlebih dahulu pada cacat burry. Tahapan ini akan dilakukan dengan menganalisis penyebab terjadinya cacat burry dengan bantuan penggunaan diagram sebab-akibat. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebab cacat sehingga dapat ditentukan usulan perbaikan berdasarkan tiap jenis penyebab terjadinya cacat. Terdapat beberapa faktor yang akan dianalisis dalam

Burry No Chamfer

Journal Bibiri

Jumlah 775 285 233

% Kumulatif 60% 82% 100%

0%

20%

40%

60%

80%

100%

0 200 400 600 800 1000 1200

(7)

Gambar 5. Hasil diagram fishbone jenis cacat burry Sumber: Hasil analisis data, 2022

Hasil yang didapatkan pada Gambar 5 merupakan diagram sebab akibat terjadinya cacat burry. Dari hasil tersebut kemudian dijelaskan pada setiap faktornya yaitu sebagai berikut:

a. Material

Pada aspek material tidak ada penyebab yang menjadi faktor terjadinya cacat burry.

b. Mesin

Pada faktor mesin sebagai penyebab terjadinya cacat diketahui mesin milling posisi pisau tidak sesuai atau tidak center menjadi alasan terjadinya burry.

c. Metode

Pada faktor metode, burry pada cam end terjadi karena diantaranya kesalahan dalam menentukan posisi part yang tidak sesuai atau posisi tidak center.

d. Manusia

Operator kurang fokus dan kurang teliti menjadi penyebab terjadinya cacat burry pada end cam jika dikaji dari aspek manusia.

e. Lingkungan

Pada faktor lingkungan terjadinya burry pada cam end diantaranya karena adanya peristiwa listrik padam tanpa pemberitahuan atau secara tiba-tiba.

3.4. Improve

Tahap selanjutnya pada siklus DMAIC adalah improve yang bertujuan untuk menganalisis perbaikan yang dapat dilakukan untuk menekan terjadinya cacat pada produksi part camshaft Tipe 3TNV70. Dalam penelitian ini, tidak sampai kepada tahap pelaksanaan dari usulan yang diberikan. Penelitian ini hanya berfokus pada pemberian usulan untuk memperbaiki kondisi kerja yang terjadi, kemudian pelaksanaan dikembalikan pada pihak perusahaan. Hal ini karena adanya keterbatasan seperti waktu, kebijakan, dan pertimbangan lainnya. Adapun usulan perbaikan yang diberikan, dihasilkan melalui pembuatan tabel 5W+1H dengan hasil seperti pada Tabel 6.

(8)

Tabel 6. Hasil Analisis 5W+ 1H Waktu

terjadi Defect terjadi Terjadinya

defect Penyebab (Why) Penanggung

Jawab Perbaikan

(When) (What) (Where) Faktor

Penyebab Penyebab (Who) (How)

Saat berlangsung

proses produksi

Burry pada Cam End

Pada mesin milling alat potong tidak center dengan

dies

Material - Operator

Produksi -

Mesin

Penyebab mesin milling

posisi alat potong tidak

center atau tidak sesuai

Operator Produksi

Adanya manual book penggunaan

mesin dan ditempatkan pada mesin agar

operator tidak lupa

Metode

Posisi part tidak sesuai

dengan stopper atau tidak center

Operator Produksi

Adanya SOP perihal pengecekan berulang dan dibuat dalam worksheet

Manusia

Operator kurang fokus

dan teliti

Operator Produksi

Adanya pengarahan

sebelum melakukan pekerjaan dan ada break untuk

memusatkan kembali fokus

operator Sumber: Hasil analisis data, 2022

3.5. Control

Pada penelitian ini, penerapan DMAIC hanya sampai pada tahap memberikan usulan perbaikan yang kemudian dapat diterapkan oleh perusahaan. Sehingga pada tahap control penelitian ini tidak memberikan hasil perbandingan antara sebelum dan setelah diterapkannya perbaikan yang diusulkan. Adapun hal-hal yang diberikan pada tahap control pada penelitian ini yaitu berupa aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengawasi proyek peningkatan kualitas yang sedang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Melakukan peningkatan sumber daya yang dimiliki perusahaan secara konsisten baik dari manusia, mesin, ataupun metode kerja

2. Melakukan pengendalian kualitas dengan metode DMAIC secara kontinu untuk mengontrol nilai sigma perusahaan dan terus meningkatnya.

3. Melakukan evaluasi secara berkala terkait dengan hasil kerja, kebijakan, serta kualitas kinerja semua karyawannya.

4. Menerapkan sistem pengendalian kualitas pada semua elemen tidak hanya produksi yaitu seperti penerimaan bahan baku, pengiriman produk jadi, dan lainnya.

Aktivitas-aktivitas tersebut dapat dilakukan dalam upaya mengendalikan kualitas secara konsisten dan tetap menjaga proyek pengendalian kualitas yang sedang dilakukan agar berjalan optimal

4. Kesimpulan

Produksi camshaft tipe 3TNV70 di PT. Morita Tjokro Gearindo pada praktiknya masih sering mengalami kecacatan produk. Dari batas toleransi cacat produk yang ditetapkan yaitu 0,5% produksi camshaft tipe 3TNV70 masih sering melebihi batas tersebut bahkan hingga di atas 1%. Penerapan six sigma DMAIC diharapkan dapat mengidentifikasi cacat dan memberikan usulan untuk menekan terjadinya cacat produk. Pada produksi camshaft didapatkan tiga kategori cacat yang terjadi yaitu burry, bibiri, dan no chamfer journal. Hasil perhitungan nilai sigma perusahaan didapatkan nilai 4,22 yang berarti sudah berada diatas rata-rata industri Indonesia. Berdasarkan hasil diagram Pareto jenis cacat tertinggi yaitu burry dengan 60% yang disebabkan dari faktor material, metode, dan lingkungan. Usulan perbaikan berdasarkan analisis 5W+1H yaitu adanya manual book yang ditempatkan di mesin, pembuatan checksheet untuk memastikan

(9)

pengecekan berulang, dan adanya SOP terkait pengarahan sebelum pekerjaan dan adanya break untuk mengembalikan fokus operator.

. 5. Referensi

[1] H. Supriyanto, “Pemberdayaan dan Penguatan Daya Saing Usaha dengan Penerapan Lean Six-Sigma Concept, Studi Kasus,” J. Ekon. Manaj. Sumber Daya, vol. 20, no. 1, pp. 8–17, 2018, doi:

10.23917/dayasaing.v20i1.5997.

[2] Zaman, Akhmad Nidhomuz, “Pendekatan Lean Six Sigma dalam Perbaikan dan Pengurangan Waste untuk Peningkatan Produktifitas pada Produksi Pipa Tubing di PT J,” SITEKIN J. Sains, Teknol. dan Ind., vol. 19, no. 1, pp. 90–99, 2021, [Online]. Available: http://ejournal.uin- suska.ac.id/index.php/sitekin/article/view/14543.

[3] A. Ridwan, F. Arina, and A. Permana, “Peningkatan kualitas dan efisiensi pada proses produksi dunnage menggunakan metode lean six sigma (Studi kasus di PT. XYZ),” Tek. J. Sains dan Teknol., vol. 16, no. 2, pp. 186–199, 2020, doi: 10.36055/tjst.v16i2.9618.

[4] A. Juwito and A. Z. Al-Faritsyi, “Analisis Pengendalian Kualitas untuk Mengurangi Cacat Produk dengan Metode Six Sigma di UMKM Makmur Santosa,” J. Cakrawala Ilm., vol. 1, no. 12, pp. 3295–

3315, 2022, [Online]. Available: http://bajangjournal.com/index.php/JCI.

[5] I. Rinjani, W. Wahyudin, and B. Nugraha, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Cacat pada Lensa Tipe X Menggunakan Lean Six Sigma dengan Konsep DMAIC,” J. Pendidik. dan Apl. Ind., vol. 8, no. 1, pp. 18–30, 2021, doi: 10.33592/unistek.v8i1.878.

[6] M. Subana, S. Sahrupi, and S. Supriyadi, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Coil dengan Pendekatan Metode Six Sigma,” JiTEKH, vol. 9, no. 1, pp. 46–51, 2021, doi:

10.35447/jitekh.v9i1.333.

[7] M. I. Maulana and H. C. Wahyuni, “Improving the Quality of the Goods Delivery Supply Chain System with the Integration of Lean Six Sigma and AHP Methods,” in Procedia of Engineering and Life Science, 2021, vol. 1, no. 1, pp. 1–9, doi: 10.21070/pels.v1i1.848.

[8] S. Suhartini and M. Ramadhan, “Analisis Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Cacat Pada Produk Sepatu Menggunakan Metode Six Sigma dan Kaizen,” J. Manaj. dan Tek. Ind., vol. 22, no.

1, pp. 55–64, 2021, doi: 10.30587/matrik.v22i1.2517.

[9] Y. Setyaningsih, D. N. Izzhati, and Jazuli, “Usulan Perbaikan untuk Mengurangi Pemborosan dengan Pendekatan Lean Six Sigma,” Appl. Ind. Eng. J., vol. 5, no. 1, pp. 19–29, 2021, doi:

10.33633/aiej.v5i1.5096.

[10] D. Harits, Y. W. Praswoto, and W. I. Kurnia, “Usulan Peningkatan Kualitas Supramak Bed Menggunakan Pendekatan Lean Six Sigma dan Kaizen,” Performa Media Ilm. Tek. Ind., vol. 21, no.

1, pp. 13–19, 2022, doi: 10.20961/performa.21.1.50955.

[11] S. A. Nurfaidah, “Reduksi Waste dan Peningkatan Kualitas pada Proses Produksi Brownies Kukus Cokelat dengan Menggunakan Metode Lean Six Sigma,” J. Ris. Tek. Ind., vol. 1, no. 2, pp. 180–188, 2022, doi: 10.29313/jrti.v1i2.510.

[12] I. Rahmadi and M. Bernik, “Penerapan Lean Six Sigma Pada Ukm Untuk Meningkatkan Kualitas Produk Pendukung Perangkat Telekomunikasi,” ISEI Bus. Manag. Rev., vol. 2, no. 1, pp. 9–24, 2018, [Online]. Available: http://jurnal.iseibandung.or.id/index.php/ibmr.

[13] A. Z. Al-Faritsy and C. Aprilian, “Analisis Pengendalian Kualitas Untuk Mengurangi Cacat Produk Tas Dengan Metode Six Sigma Dan Kaizen,” J. Cakrawala Ilm., vol. 1, no. 11, pp. 2733–2744, 2022.

[14] H. Hamdani, W. Wahyudin, and C. G. G. Putra, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk 4L45W 21 . 5 MY Menggunakan Seven Tools dan Kaizen,” Go-Integratif J. Tek. Sist. dan Ind., vol. 02, no. 02, pp. 112–123, 2021.

[15] V. Gasperz, Pedoman Implementasi Program Six Sigma Terintegrasi Dengan ISO 9001:2000, MBNQA, dan HACCP. Bogor: Gramedia, 2002.

Referensi

Dokumen terkait

Izin lainnya terkait pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58 ayat (1) huruf e adalah ketentuan izin usaha pertambangan, perkebunan, pariwisata,

Puji syukur penulis panjatkan kehadhirat Allah SWT, yang telah memberikan rahnat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Efektifitas

Tabel 7 menunjukkan bahwa sistem pakar fuzzy ini dapat digunakan sebagai alat diagnosis penyakit gigi periodontal karena hasil perhitungan level periodontal

Guna memperoleh optimalisasi pencapaian hasil, pada pelaksanaan program/kegiatan yang dilaksanakan di Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Mojokerto, baik dalam

Essentials of Dental Radiography and Radiology, 3th edition, Eric Whaites, Edinburg London Newyork Oxfort Philadelphia St.Louis Sydney Toronto, Churchill

Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja memiliki pemahaman sangat baik sebesar 87,5 persen tentang peranan orang tua menurut Ulangan 6:6-8 dan orang tua memiliki

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui faktor-faktor yang menyebabkan produk cacat pada proses produksi ring stabil di bengkel teknik X disebabkan oleh 4

Segala puji bagi Allah SWT sehingga penulis dapat menyelesaikan “Tugas Akhir” yang berjudul “Usulan Perbaikan Produksi Untuk Mengurangi Cacat dengan Metode Six Sigma (Studi