• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BENTUK-BENTUK PELANGGARAN PERJANJIAN MINSK DALAM KONFLIK RUSIA-UKRAINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ANALISIS BENTUK-BENTUK PELANGGARAN PERJANJIAN MINSK DALAM KONFLIK RUSIA-UKRAINA"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BENTUK-BENTUK PELANGGARAN PERJANJIAN MINSK DALAM KONFLIK RUSIA-UKRAINA

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana (S1) pada program studi Ilmu Hubungan Internasional

Oleh Eliyah Pra Utami

45 13 023 025

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS BOSOWA 2017

(2)

i HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS BENTUK-BENTUK PELANGGARAN PERJANJIAN MINSK DALAM KONFLIK RUSIA-UKRAINA

ELIYAH PRA UTAMI 45 13 023 025

Skripsi Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:Pembimbing I, Pembimbing II,

Arief Wicaksono, S.ip,MA Zulkhair Burhan, S.Ip. MA

Diketahui Oleh:

Dekan FISIP. Universitas Bosowa

Arief Wicaksono, S.ip,MA Zulkhair Burhan,S.Ip,MA Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Intermasional

(3)

ii HALAMAN PENERIMAAN

Pada Hari Rabu, Tanggal Dua Puluh Tujuh Tahun Dua Ribu Tujuh Belas Skripsi dengan Judul “Analisis Bentuk-Bentuk Pelanggaran Perjanjian Minsk Dalam Konflik Rusia-Ukraina”.

Nama : Eliyah Pra Utami

Nomor Induk : 45 13 023 025 Jurusan : Ilmu Politik

Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional

Telah Diterima Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Sarjana Strata Satu (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa

Makassar.

Pengawas Umum :

Arief Wicaksono, S.Ip, M.A Dekan Fisip Universitas Bosowa

Panitia Ujian :

Finahliyah Hasan, S.Ip,M.A Arief Wicaksono, S.Ip. MA Ketua Sekretaris

TIM Penguji :

1. Finahliyah Hasan, S.Ip,M.A (………) 2. Arief Wicaksono, S.Ip, M.A (………)

3. Beche Bt.Mamma S.Ip, M.A (………)

4. Rosnani, S.Ip, M.A (………)

(4)

iii ABSTRAK

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah telaah pustaaka di mana penulis mengambil informasimelalui sumber kepustakaan yang berkaaitn dengan objek penelitian, serta penulis melakukan wawancara dengan penggiat dan pengamat objek penelitian. Teknik analisis data menggunakan data kualitatif yag diolah dari hasil wawancara dan sumber kepustakaan.

Hasil temuan dalam penelitian iniadalah bahwa perjanjian Minsk yang awalnya merupakan upaya untuk meredam konflik Rusia-Ukrainaternyata tidak memberikan dampak yang signifikan mengingat maraknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Pelanggaran-pelanggaran ini kemudian terjadi akibat dari desain perjanjian yang tidak berimbang dan jugabenturan kepentingan yang ingin dicapai dari kedua belah pihakserta didukung oleh tekanan- tekanan ekternal yang menimbulkan ancaman dan rasa tidak percaya diantara keduanya.

Kata Kunci: Perjanjian Minsk, Rusia, Ukraina, Konflik Rusia-Ukraina,

(5)

iv KATA PENGANTAR

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

(Q.S Al-Insyirah : 5-6)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala berkah dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “ANALISIS BENTUK-BENTUK PELANGGARAN

PERJANJIAN MINSK DALAM KONFLIK RUSIA-UKRAINA”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas IlmuSosial dan Ilmu PolitikUniversitas Bosowa Makassar. Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada kekasih Allah baginda Rasulullah SAW yang telah membawa umat islam darilembah kegelapan menuju lembah yang terang benderang seperti saat ini.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang sifatnyamembangun dari pembaca.

Skripsi ini penulis dedikasikan kepada orang-orang yang selalu memberikan dukungan dan bantuan baik berupa materil maupun moral terkhusus kepada kedua orang tua Hamzah Harun dan Suriyani Arsyad yang telah melahirkan, merawat dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan tak henti-hentinya memberikan dukungan serta melantunkan doa yang selalu mengiri langkah-langkahku hingga detik

(6)

v ini. Semoga keduanya selalu dalam naungan Allah SWT dan diberikn kesempatan untuk melihat dan menikmati kesuksesan anak-anak tercinta.

Skripsi ini juga penulis persembahkan untuk adik-adikku tersayang Nova Resti Pratiwi HS dan Novi Resti Pratiwi HS yang sebentar lagi akan merasakan suka duka bangku kuliah. Terima kasih untuk selalu mendukung dan selalu menanyakan kapan saya selesai hahaha. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada:

1. Bapak Prof.DR.Ir. Saleh Pallu M.Eng selaku Rektor Universitas Bosowa Makassar beserta jajarannya, yang telah memberikan saya kesempatan untuk menuntut ilmu di Universitas Bosowa Makassar ini.

2. Bapak Arief Wicaksono, S.Ip., MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa Makassar dan juga selaku Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan arahannya dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Zulkhair Burhan, S.Ip., MA selaku Ketua Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Bosowa atas bantuan arahan dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis dan seluruh mahasiswa HI dalam memahami disiplin Ilmu Hubungan Internasional.

4. Ibu Finahliyah Hasan, S.Ip., MA selaku dosen sekaligus Pembimbing I untuk bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis dalam memahami Ilmu Hubungan Internasional terkhusus dalam menyelesaikan skripsi ini.

(7)

vi 5. Ibu Rosnani, S.Ip., MA, Ibu Beche BT Mamma, S.Ip., MA, IbuFiviElvira, S.Ip., MA , Bapak Asy’ari, S.Ip., MA yang telah berbagi ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menjalani proses perkuliahan di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional.

6. Bapak Nurhawira Gigih Pramono, peneliti Institue of International Studies Universitas Gadjah Mada selaku narasumber dansangaat membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. My Gengs ( Ila, Ega, Bare) atas beribu-ribu kenangan alay selama 4 tahun terakhir dan juga untuk segala motivasi dan dukungan alay kalian semoga kenangan itu tidak berhenti sampai di sini dan juga terima kasih karena selalu menyediakan telinga untuk mendengar keluh kesah penulis selama ini.

8. My Beloved Classmate (Baya, Norman, Arief , Anyta) atas bantuan-bantuan dan kegilaanya yang selalu menjadi salah satu moodbooster, dan juga teman-teman seperjuangan HI 13(Salma, Puput, Ipul, Nando, Sry, Gofur, Ulfa, Indah dan Nunu) I love yo more than you think guys 

9. Lapar Squad (Ririn, Acil,Monica,Andin,Nunu,Fita,Gita,Mega,Qila,Oles,Yuli, and our one call away boy Fajar) atas segala dukungan dan kebahagiaan yang selalu diberikan sejak 2000 silam.terima kasih juga telah menjadi rumah bagi penulis untuk kembali sejak 17 tahun.

10. TTD (Kak Dia & Kak Dewi) yang juga tak henti-hentinya memberikan dukungan dan semangat sebelum bahkan sampai skripsi ini terselesaikan.

(8)

vii 11. Kepada senior-senior terbaik dan andlanku kak Ucup,Kak Herwin,Kak Aswar,Kak Fahmi, Kak Rano dll yang tidak bisa saya sebutkan satu , terima kasih untuk pengalaman, cerita, dan bantuannya selama ini serta adik-adik pengurus HIMAHI (Endah, Ovan, Sukma, Jaqlyn, Pangeran, Yaya, Titi, Tri, Angga, Syeril) dan juga adik-adik 015 dan 016 terima kasih untuk dukungan yang luar biasa dan selamat berjuang.

12. Dan terakhir terima kasih kepada Bare yang selalu membantu dan selalu ada, menemani kesana kemari dalam segala urusan, memberikan dukungan dan motivasi dan luar biasa serta selalu menjadi pendengar yang baik untuk setiap keluhan dan kebahagiaan penulis, see you on top 

Akhirnya semoga amal baik semua pihak yang telah membantu dan mendukung dapat bernilai pahala dan diterima di sisi Allah SWT. Dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan akademik pada khususnya.

Makassar, 6 September 2017

Penulis

Eliyah Pra Utami HS

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Batasan Masalah... 5

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitiaan ... 5

E. Kerangka Konseptual ... 6

F. Metode Penelitian ... 12

G. Rancangan Sistematika Pembahaasan... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

A. Konsep Hukum Perjanjian Internasional ... 15

B. Prespektif Realisme ... 20

BAB III GAMBARAN UMUM ... 25

A. Konflik Rusia-Ukraina ... 25

B. Perjanjian Minsk ... 38

BAB IV PEMBAHASAN ... 44

A. Bentuk Pelanggaran Perjanjian Minsk ... 44

A.1 Bentuk Pelanggaran Perjanjian Minsk I ... 44

(10)

ix

A.2 Bentuk Pelanggaran Perjanjian Minsk II ... 48

B. Faktor Penyebab Pelanggaraan Perjanjian Minsk ... 54

BAB V PENUTUP ... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA ...

(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konflik hingga saat ini masih menjadi isu global yang sangat signifikan baik itu konflik domestik yang terjadi di internal suatu negara maupun konflik yang terjadi dalam skema internasional yang menyangkut stabilitas keamanan aktor-aktor yang terlibat. Konflik yang terjadi dapat berupa persoalan politik, ekonomi, geografis serta sosial budaya.

Perang dunia telah berakhir, namun konflik masih terjadi terkhusus di kalangan negara-negara dan bahkan beberapa dianntranya hingga saat ini masih memanas dan dalam proses penyelesaian. Salah satu konflik yang hingga saat ini masih bergejolak adalah krisis Ukraina yang sudah terjadi sejak 2013 silam. Konflik-konflik tersebut di atas telah memakan ribuan korban dan termasuk di dalamnya adalah masyarakat sipil.

Konflik yang terjadi di Ukraina bermula ketika Victor Yanukovich yang saat itu menjabat sebagai presiden Ukraina menolak menandatangani perjanjian kerjasama dengan Uni Eropa pada November 2013. Keputusan Yanukovich itu menuai protes keras dari masyarakat pro Barat yang mengingkan agar Ukraina berintegrasi dengan Uni Eropa. Para masyarakat yang tidak setuju dengan keputusan Yanukovich tersebut

(12)

2 kemudian melakukan aksi protes di Kiev dan berhasil menggulingkan Yanukovich dari jabatannya selaku presiden Ukraina.

Konflik kemudian kembali mencuat dan menjadi lebih luas hingga ke wilayah Krimea dan Ukraina bagian Timur yang menuntut untuk memisahkan diri dari Ukraina. Rusia kemudian melakukan tindakan aneksasi ke Semenanjung Krimea mengirimkan pasukannya dengan memanfaatkan isu penggulingan Yanukovych yang kemudian menjadi konflik bersenjata antara Ukraina dan Rusia. Hal ini didukung dengan permintaan formal Yanukovych selaku mantan presiden Ukraina kepada Rusia agar membantu menegakkan hukum di Ukraina.1

Dari kasus aneksasi Rusia terhadap semenananjung Krimea tersebut mengakibatkan timbulnya pergerakan massa pro-Rusia yang semkin massif di berbagai daerah di bagian timur Ukraina. Kemudian Kiev melancarkan aksi anti terorisme skala besar kepada para kelompok separatis pro-Rusia yang mengakibatkan konflik bersenjata dan memakan banyak korban dari kedua pihak. Konflik yang terjadi antara pasukan separatis pro-Rusia yang sebagian besar dipimpin oleh rakyat Rusia melawan tentara pemerintah Ukraina ini dikenal dengan istilah “Perang Donbass”.2

1 Nick Bryant, “Ukraine’s Yanukovych asked for troops, Russia tells UN” BBC,

http://www.bbc.com/news/worldeurope-26427848, diakses pada tanggal 2 Februari 2017 10:02

2 http://blogluffyonepiece.blogspot.co.id/2015/06/makalah-konflik-ukraina.html diakses pada 7 Februari 2017 20:30

(13)

3 Dengan semakin gencarnya konflik yang terjadi maka konflik ini menuai reaksi dan kecaman dari beberapa organisasi internasional seperti PBB dan Uni Eropa yang notabenenya memliki kedekatan regional dengan rusia dan Ukraina. Uni Eropa dan PBB juga turut menyerukan kepada kedua negara yang bertikai untuk segera melakukan gencatan senjata.

Pada 5 September 2014 di Mnsk, melalui perundingan panjang maka perwakilan dari Ukraina, Rusia, Dontesk People’s Republik (DPR), Lunhansk People’s Republik (LPR) dan Organization for Security and Co-operatin in Europe (OSCE) sebagai mediator dalam pertemuan tersebut mencapai kesepakatan yang dituangkan dalam sebuah perjanjian yang dinamakan Protokol Minsk. Di mana inti dari kesepakatan tersebut adalah agar kedua negara melakukan gencatan senjata dengan menarik semua persenjataan dan pasukan asing dari zona konflik serta OSCE selaku organisasi keamanan akan memantau dan memverifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan gencatan senjata sesuai dengan kesepakatan. Namun tak lama setelah penandatangan perjanjian, banyak terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh kedua bela pihak dan keduanya saling menunding melanggar kesepakatan. Menurut hasil laporan dari OSCE sejak perjanjian Minsk, ada lebih dari 2.400 pelanggaran gencatan

(14)

4 senjata oleh kelompok militan. Lebih dari 100 tentara Ukraina dan puluhan warga sipil telah tewas hingga pada januari 2015 perjanjianMinsk dinyatakan gagal.3

Selanjutnya untuk menghidupkan kembali perjanjian Minsk yang telah gagal, perwakilan Ukraina, Rusia, dimediasi oleh Jerman dan Prancis dan dipanatu oleh OSCE kembali mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi pelaksanaan perjanjian Minsk dan membahas langkah-langkah selanjutnya dalam meredam monflik yang terjadi di bagian timur Ukraina.

Pada tanggal 12 Februari akhirnya kesepakan perjanjian Minsk ditandatangani dan mulai berlaku pada 15 Januari 2015 tepat pukul 00:00 waktu setempat.

Kesepakatan dalam perjsnjisn itu tidak jauh berbeda dengan perjanjian Minsk I yaitu, semua kubu menyepakati menarik persenjataan berat dan pembuatan zona aman dengan radius 50-140 kilometer.

Selain itu perjanjian gencatan senjata ini menekankan pentingnya pelaksanaan pemilu di Donbass dalam waktu dekat, pemberian amnesti kepada para peserta konflik bersenjata, pengesahan dari pemerintahan di Kiev dalam perundang-undangan negara tentang pemberian status khusus kepada sejumlah wilayah Donbass, serta pelaksanaan reformasi konstitusi di Ukraina.

3 CNN. 2014. Gencatan Senjata di Ukraina Timur Berakhir. Diakses dari

http://www.cnnindonesia.com/internasional/20141113160124-134-11343/gencatan-senjata- di-ukraina-timur-berakhir/ di akses pada &Februari 20:35

(15)

5 Dan dalam kesepakatan ini OSCE akan memantau langsung dan memberi kontrol penarikan pasukan asing dari wilayah Ukraina dalam pelaksanaan genjatan senjata yang berlangsung sesuai dengan perjanjian Minsk II.4

Gagalnya perjanjian Minsk I membuktikan bahwa perjanjian ini tidak mendeekskalasi konflik yang terjadi melainkan konflik yang terjadi semakin memanas akibat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

Salah satu faktor utama yang melatarbelakangi maraknya pelanggaran perjanjian Minsk adalah tekanan-tekanan pihak eksternal yang meningkatkan ketegangan diantara pihak-pihak yang bertikai sehingga menimbulkan rasa saling tidak percaya kedua pihak yang telah meratifikasi perjanjian. Hal itulah yang melatarbelakangi penelti untuk mengkaji lebih jauh faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran- penggaran dalam perjanjian Minsk guna meminimalisir konflik Ukraina-Rusia dengan mengambil judul “ANALISIS BENTUK-BENTUK PELANGGARAN PERJANJIAN MINSK DALAM KONFLIK RUSIA-UKRAINA”

B. Batasan Masalah

Konflik Ukraina-Rusia telah terjadi sejak tahun 2013 silam dan masih dalam tahap penyelesaian hingga saat ini. Berhubung peneliti akan membahas tentang faktor yang mempengaruhi pelanggaran-pelanggaran dalam perjanjian Minsk dalam upaya untuk meminimalisir potensi konflik Ukraina-Rusia maka peneliti akan membatasi

4RBTH.2015.Gencatan Senjata Berhasil Dicapai Di Minsk. Diakses dari

http://indonesia.rbth.com/politics/2015/02/13/gencatan_senjata_berhasil_dicapai_di_minsk_p akar_perdamaian_kini_berg_26845.htm diakses pada 6 Februari 2017

(16)

6 pembahasan setelah perjanjian Minsk diberlakukan yaitu pada tahun 2014 sampai awal 2017.

C. Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk-bentuk pelanggaran dalam perjanjian Minsk yang dilakukan kedua belah pihak yang bertikai?

2. Faktor apakah yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran-pelanggaran dalam perjanjian Minsk?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan dalam perjanjian Minsk.

b. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pelanggaran- pelanggaran dalam perjanjian Minsk

2. Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Memberikan informasi dan menjadi refrensi pengetahuan mengenai perjanjian Minsk dan Konflik Ukraina-Rusia khususnya kepada para

(17)

7 penstudi atau peneliti yang fokus terhadap konflik yang berlangsung antara Ukraina dan Rusia yang masih terjadi hingga saat ini.

b. Menambah pembendarahaan refrensi di Perpustakaan Program Studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Bosowa Makassar.

c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Ilmu Hubungan Internasional FISIP Universitas Bosowa Makassar.

E. Kerangka Konseptual

1. Konsep Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional adalah sumber hukum dari hukum internasional.

Dewasa ini perjanjian internasional telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Pada era global saat ini, tidak ada negara yang tidak terlibat perjanjian dengan negara lain dan tidak diatur dalam perjanjiaan internasional.5 Oleh sebab itu perjanjian internasional memiliki peran yang penting dalam mengatur hubungan antar negara.

Dalam konvensi Wina 1969 dikatakan bahwa perjanjian internasional (treaty) merupakan persetujuan internasional yang diadakan oleh dua negara atau lebih untuk mengadakan hukum tertentu dalam bentuk tertulis dan seterusnya, sehingga

5 Boer Mauna, Hukum Internasiona: Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, (Bandung: Alumni, 2013), hal.82

(18)

8 perjanjian internasional dalam bentuk lisan tidak dapat dimasukan dalam jenis treaty, walaupun perjanjian lisan itu melahirkan kewajiban internasional.6

Pentingnya perjanjian internasional dalam hukum internasional dapat terungkap dalam Piagam Mahkamah Internasional yang menempatkan perjanjian internasional pada urutan pertama pasal 38 ayat (1) dalam menyelesaikan konflik. Piagam ini menegaskan bahwa bagi Mahkamah yang tugasnya memberi keputusan sesuai dengan hukum internasional maka setiap perselisihan yang diajukan padanya akan berlaku perjanjian-perjanjian internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus, yang mengandung ketentuan-ketentuan hukum yang diakui secara tegas oleh negara-negara yang bersengketa.7

Perjanjian internasional bersifat mengikat negara pihak. Sifat mengikat ini berarti negara pihak suatu perjanjian harus mentaati dan menghormati pelaksanaan perjanjian tersebut. Dan sebagaina telah diatur dalam pasal 26 Kovensi Wina bahwatiap perjanjian yang berlku hrus dilaksanakan dengan itikad baik oleh negara- negara pihak.

Seperti halnya dengan perjanjian Minsk yang telah disepakati oleh pihak Ukraina dan Rusia sebagai salah satu upaya untuk menghentikan konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia. Perjanjian yang berisi tentang kesepakatan untuk melakukan gencatan senjata di bagian timur Ukraina sebagai pusat konflik antara

6 Ibid, hal.4

7 http://syaichuhamid.blogspot.co.id/2012/07/hukum-perjanjian-internasional_09.html diakses pada 19 Februari 2017

(19)

9 Ukraina dan Rusia ini menjadi titik acuan bagi kedua negara yang telah meratifikasinya.

Perjanjian Minsk kemudian mengikat kedua negara yang telah menyepakatinya. Dimana kedua pihak harus menarik senjata berat 15 kilometer dari zona konflik sesaat setelah perjanjian Minsk ditandatangani Dan perjanjian ini kemudian berakhir dan dinyatakan gagal.

Sebagaimana telah diatur dalam konvensi Wina 1969 berkaitan indikator yang menyebabkan batalnya suatu perjanjian internasional adalah terdapat penyalahgunaan atau kecuraangan serta pelanggaran dalam pelaksanaan perjanjian internasional.

Dalam perjanjian Minsk pelanggaran-pelanggaran terus terjadi. Rusia menyuplai persenjataan berat kepada separatis setelah perjanjian Minsk berlaku dan hal ini menyebabkan ratusan warga sipil dan tentara Ukraina tewas. Halini ditanggapi pihak Ukrainaa dengan menyerangkembali sehinggagencatan senjata kembali dilanggar. Pelanggaran perjanjian oleh salah satupihak adaalah pelaanggaran yang cukup berat karena dampaknya akan menimbulkan berbagai persoalan.

Kedua negara kemudian saling membenarkan tindakan mereka dengan alasan perlindungan atas negaranya dan saling menuding salah satu pihak yang memulai melanggar perjanjian.

Berdasarkan hal ini dalam pasal 27 Konvensi Wina diatur bahwa pihak-pihak perjanjian tidak boleh mengemukakan ketentuan-ketentuan hukum nasionalnya sebagai alasan untuk membenarkan tindakan suatu negara tidak melaksanakan perjanjian internasional.

(20)

10 Dengan maraknya pelanggaran dan sesuai apa yang tertera dalam Konvensi Wina 1969 tentang hukum perjanjian internasional, perjnjian Minsk kemudian dinyatakan batal/gagal pada Januari 2015.

2. Prespektif Realisme

Realisme merupakan suatu teori yang merupakan bentuk penolakan atas idealisme pada periode pasca-Perang Dunia II. Teori realis menganggap bahwa negara adalah sebuah entitas tertinggi dalam sistem internasional.

Menurut Hobbes yang merupakan salah satu filsuf dalam realisme, negara itu diibaratkan seperti manusia yang sifatnya serigala bagi serigala yang lain. Negara akan selalu berkonflik satu sama lain untuk memenuhi kepentingan nasionalnya. Oleh sebab itu perang tidak bisa dihindari.

Negara mencoba untuk memenuhi kepentingannya menggunakan power yang mereka miliki di mana power yang dimaksud adalah kapabilitas negara untuk bertindak. Dalam realisme setiap negara adalah berdaulat (sovereignty) dan bisa menentukan arah kebijakannya sendiri-sendiri (self-determination). Sehingga teori realis menganggap bahwa negara adalah sebuah entitas tertinggi dalam sistem internasional.

Keadaan yang menjadikan negara sebagai pusat dan entitas tertinggi dalam tatanan sistem internasional inilah yang dinamakan dengan kondisi anarki, yang

(21)

11 berarti tidak adanya sebuah otoritas kedaulatan pusat untuk mengatur berbagai hubungan di antara negara-negara.8

Gagalnya perjanjian Minsk pada Konflik Ukraina-Rusia relevan dengan teori realisme. Dalam realisme negara itu diibaratkan layaknya manusia yang notabenenya selfish atau lebih mementingkan dirinya sendiri. Sebagaimana yang terjandi antar dua aktor yang menandatangani perjanjian Minsk, keduanya tetap mengejar kepentingan mereka dengan cara saling menyerang meskipun berbagai upaya damai telah disepakati bersama di dalam perjanjian Minsk.

Rusia yang memiliki kepentingan akan wilayah Crimea karena armada laut hitam, gencar menyuplai persenjataan kepada pihak separatis Pro-Rusia yang sangat jelas melanggar perjanjian Minsk. Pihak Ukraina yang juga ingin merebut kembali wilayahnya di bagian timur kembali mengirim pasukannya yang kemudian menyebabkan banyak korban tewas.

Dalam realis negara-negara hanya akan terlibat dalam kesepakatan-kesepakatan kerja sama ketika hal tersebut cocok bagi negaranya.9 Sehingga kesepakatan seperti Perjanjian Minsk yang dilakukan antara Ukraina dan Rusia bisa dilanggar atau diingkari jika kesepakatan tersebut bertentangan dengan kepentingan nasionalnya.

Dalam realisme kekuasaan (power) merupakan satu hal yang penting setelah kepentingan nasional. Sebagiamana yang dikatan oleh Hans J. Morgenthau bahwa sebuah negara akan mengejar kepentingan dengan cara memperkuat power yang

8 Jill Steans & Llyod Pettiford, Hubungan Internasional Prespektif dan Tema hal.52

9 Ibid. Hal.73

(22)

12 dimiliki. Esensi kekuasaan dalam teori realisme adalah kemampuan untuk mengubah tingkah laku untuk mendominasi. Dalam konflik Ukraina-Rusia yang sudah terjadi sejak 2013 silam, kedua negara yang bertikai saling beradu kekuatan menggunakan hard-power masing-masing.

Rusia yang notabenenya memiliki kapabilitas militer yang cukup kuat juga menggunkan soft-powernya yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh negara lawan dalam hal ini Ukraina tetapi juga berdampak terhadap mitra kerjasamanya yaitu Uni ropa. Mengingat bahwa Rusia yang juga merupakan salah satu negara pengekspor gas terbesar yang di mana jalur pipanya melewati Ukraina yang juga bergantung pada gas dari Rusia menghentikan suplai gasnya.

Perdamaian dalam realisme merupakan hal yang negatif karena tatanan sistem internasional yang anarki dan sifat dasar negara yang notabnenya kompetitif dan konfliktual.

Dalam teori realisme, gencatan senjata bukanlah dasar perdamaian dan keamanan yang tepat. Darpada memusatkan perhatian pada gencatan senjata, negara malah harus mempersiapkan diri untuk perang karena konflik tidak terelakkan. Dalam realisme kemungkinan terbaik untuk mencegah perang adalah dengan perimbangan kekuasaan (balance of power).

(23)

13 F. Metode Penelitian

1. Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif- eksplanatif. Di mana dalam hal ini akan dapat menggamabrkan dan mencari faktor perjanjian Minsk tidak efektif dalam meminimalisir konflik Ukraina-Rusia.

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, jenis data yang digunakan peneliti adalah data primer.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari narasumber seperti dari hasil olahan kuesioner, hasil wawancara. Di samping itu peneliti juga menggunakan data sekunder yaitu melalui penelusuran beberapa literature berupa buku dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan berupa jurnal serta hasil generalisasi fakta-fakta yang tersebar.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa :

1.Telaah Pustaka (library research), dimana peneliti akan mengumpulkan data dengan menelusuri berbagai literatur seperti buku, jurnal ilmiah dan juga melakukan penelusuran data melalui internet.

2. Wawancara (interview), dimana peneliti akan mengumpulkan data berdasarkan pandangan para ahli yang konsen dibidang penelitian tersebut. Di

(24)

14 sini peneliti akan melakukan wawancara tidak langsung (inderect interview), di mana peneliti dan narasumber mengadakan kontak secara tidak langsung melalui surat elektronik (e-mail) atau perantara pihak ketiga. Adapun yang akan menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah KIKE (Komunitas Indonesia untuk Kawasan Eropa).

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisa kualitatif, yaitu di mana ditekankan pada fakta-fakta yang ada yang berasal dari hasil wawancara serta kutipan dari sumber-sumber kepustakaan.

G. Rancangan Sistematika Pembahasan

Hasil penelitian dan analisa dalam penelitian iniakan disusun dalam karyatulis ilmiah (skripsi) dengan rancangan sistematika pembahasan sebagai berikut :

1. Bab pertama yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka konseptual, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

2. Bab kedua, yaitu tinjauan pustaka berupa penelusuran pustaka yang akan menjelaskan tentang konsep yang digunakan.

3. Bab ketiga, yaitu berisi gambaran umum tentang obyek penelitian dalam hal ini profil konflik Ukraina-Rusia dan perjanjian Minsk.

(25)

15 4. Bab keempat, yaitu berisi analisi penelitian tentang perjanjian Minsk dan konflik Ukraina-Rusia khususnya faktor yang menjadikan perjanjian Minsk tidak efektif dalam meminimalisir Konflik Ukraina-Rusia.

5. Bab kelima, yaitu penutup berisi kesimpulan dan saran-saran.

(26)

16 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hukum Perjanjian Internasional

A.1 Pengertian

Perjanjian internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum tertentu.10 Menurut Mochtar Kusumaatmadja perjanjian internasional adalah sebuah kesepakatan yang diadakan antar negara-negara bersangkutan dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu. Menurut Mochtar syarat suatu perjanjian dikatakan sebagai perjanjian internasional adalah apabila diadakan oleh subjek hukum internasional yang masuk kedalam masyarakat internasional. Subjek dalam hukum internasional itu sendiri adalah negara, takhta suci, organisasi internasional, dan individu dalam hal ini pemberontak dan pihak yang terkait dalam sengketa (kaum bellegerensi).11

Dalam pasal 2 Konvensi Wina 1969, perjanjian internasional adalah suatu persetujuan yang dibuat antar negara-negara dalam bentuk tertulis, dan diatur oleh hukum internasional, apakah dalam instrumen tunggal ataau dua lebih instrumen yang berkaitan dan apapun nama yang diberikan padanya. Kemudan definisiini

10 Rudy, May.T, “Hukum Internasional II”, PT.Refika Aditama, Bandung, 2011, Hal.123

11 Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja, S.H., LL.M., Pengantar Hukum Internasional, Bina Cipta, Bandung-Jakarta, 1990, hlm. 79 & 84.

(27)

17 dikembangkan pada pasal1 ayat 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri, yaitu perjanjian internasional adalaah perjanjian dalam bentuk dan sebutaan apapun yang diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara tertulis oleh Pemerintah Republik Indonesia dengan satu atau lebih negara, organisasi internasional atau subjek hukum inernasional lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada Pemerintah Republik Indonesia yang bersifat hukum publik.12

Berdasarkan definisi-definisi di atas maka perjanjian internasional dapat disimpulkan yaitu merupakan sebuah subjek hukum internasional yang berupa kesepakatan-kesepakatan yang dibuat oleh negara yang kemudian mengikat negara- negara terkait serta mempunyai akibat-akibat hukum yag telah diatur dalam hukum internasional.

A.2 Asas Dasar Perjanjian Internasional sebagai Dasar Hukum Internasional

Di era globalisasi dewasa ini khususnya dalam tatanan masyarakat internasional, perjanjian internasional memainkan peran penting dalam mengatur kehidupan dan pergaulan antar bangsa dan negara. Di era dimana interdependensi sangat dominan, tidak ada satu negara yang tidak terikat dan diatur oleh perjanjian dalam kehidupan internasionalnya. Melalui perjanjian internasional tiap negara menggariskan dasar kerjasama mereka, mengatur berbagaikegiatan, serta

12 Prof.Dr.Boer Mauna, Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global, PT.Alumni, Bandung, 2013, hal.84-85

(28)

18 menyelesaikan berbagai konflik demi kelangsungan hidup masyarakat di tiap negara itu sendiri.13

Perjanjian internasional merupakan sumber hukum internasional yang paaling utama karena menampung kehendak atau persetujuan negara atau subjek hukum internasional yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang di mana persetujuan tersebut akan menjadi dasar hukum untuk mengatur kegiatan subjek hukum internasional yang sifatnya mengikat.

Sesuai hukum internasional, setiap negara mempunyai hak untuk membuat perjanjian internasional.14 Pada dsarnya negaraa yang berbentuk federal , negara- negara bagian tidak memiliki wewenang untuk membuat perjanjian internasional karena wewenang tersebut terletak pada pemerintah federal. Namun berdasarkan konstitusi, negara bagian untuk hal-hal tertentu dapat membuat perjanjian internasional.

Pada awalnya pembuatan perjanjian-perjanjian internasional haya diatur oleh hukum kebiasaan internasional hingga pada tanggal 26 Maret s/d 24 Mei 1968 diselenggarakn suatu Konferensi Internasional di Wina yang kemudian menghasilkan Vienna Convention on the Laew of Treaties yang ditandatangani pada tanggal 23 Mei 1969. Konfensi ini kemudian mulai berlaku pada tanggal 27 Januari 1980 dan telah

13 Ibid. Hal.82

14 Jawahir Thontowi,SH.,Ph.D & Pranoto Iskandar, SH, “Hukum Internasional Kontemporer”, PT.Rafika Aditama, Bandung, 2006, hal.56

(29)

19 menjadi hukum internasional positif. Hingga pada Desember 1999, 90 negra telah menjadi pihak pada Konvensi tersebut.15

A.3 Akibat Perjanjian Internasional

Perjanjian internasional mengikat para pihak dan kemudian negara-negara pihak pada perjanjian harus menerapkan ketentuan-ketentuan perjanjiann tersebut dalam peraturan perundang-undangan nasional. Pengimplementasian perjanjian intrnasional memberikan akibat-akibat bagi negara-negara pihak, negara lain serta berakibat pada peraturan perundangan-undangan nasional.16

Perjanjian internasional sebagai sumber utama hukum internasional bersifat mengikat negara pihak. Dimana sifat mengikat ini berarti negara pihak suatu perjanjian harus mentaati dan menghormati pelaksanaan perjanjian tersebut.

Sebagaimana yang tertera pada pasal 26 Konvensi Wina tentang hukam perjanjian bahwa tiap-tiap perjanjian yang berlaku mengikat negara-negara pihak dan harus dilaksanakan dengan itikad baik.17

Di sisi lain kebanyakan perjanjian-perjanjian internasional tidak dapat menimbulkan kewajiban-kewajiban dan memberikan hak pada negara ketiga dengan kata lain tidak memberikan hak kepada negara ketiga. Jadi suatu negara ketiga tidak

15 Ibid.

16 Prof.Dr.Boer Mauna, op.cit, 135

17 Ibid

(30)

20 dapat menuntut hak dari ketentuan-ketentuan suatu perjanjian bila negara tersebut bukan pihak pada perjanjian tersebut kecuali atas persetujuan negara-negara pihak.

A.4 Batalnya Suatu Perjanjian Internasional

Sebuah perjanjian yang telah dibuat dapat dibatalkan dalamkondisi yang telah disepakati dalam Konvensi Wina pasal 42 ayat 1 yang mengatakan “the validity of a treaty or of the consent of a State to be bound by a treaty may be impeached only through the application of the present Convention.” Hal ini bertujuan agar negara

yang bersangkutan tidak mengelak akan kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian tersebut.18

Adapun beberapa indikator yang menyebabkan batalnya suatu perjanjian internasional adalah :

1. Apabila kepala negara tetap meratifikasi perjanjian internasional tanpa mengindahkan konstitusi serta tanpa adanya persetujuan dari lembaga legislatif.

2. Penggunaan kekerasan dengan ancaman (treath) atau kekuatan militer (use of force). Dalam hal ini sebagaimana yang telah tertera dalam piagam PBB pasal 2 ayat 4 bahwa segala macam kekerasan baik dalam bentuk ancaman dan kekuatan militer sangat dilarang.19

18 Article 42 (1) Vienna Convention on Treaty Chapter Six “Batal dan Berakhirnya Perjanjian Internasional”. Hal. 64

19 Ibid, hal.68

(31)

21 3. Adanya kekeliruan yang dimana dalam hal ini kekeliriuan tersebut mengenai unsur pokok atau inti dari perjanjian itu sendiri dan tidak termasuk jika kekeliruan mengenai redaksi naskah.20

4. Adanya penipuan juga mengakibatkan batalnya suatu perjanjian internasional dan negara pihak yang menjadi korban dari penipuan dapat menarik kesepakatanya untuk terikat dalam perjanjian tersebut.21

Sebagaimana dalam bab V ILC terdpat beberapa indikator pembenaran atas adanya pelanggaran dalam suatu kesepakatan internasional, dan salah satu indikator yang paling utama adalah tindakan untuk membela diri. Suatu negara diijinkan untuk bertindak dalam cara yang bertentangan dengan perjanjian internasional yang diembannya dengan tujuan untuk membela diri sebagaimana dinyatakan dlam Piagam PBB. 22 Hak atas beladiri merupakan hak yang melekat pada sebuah negara yang berdaulat. Upaya bela diri juga merupakan bentuk pertahanan suatu negara dan bukanlah persoalan hukum.

B. Prespektif Realisme

Realisme adalah tradisi teoritik yang mendominasi studi hubungan internasional selama masa Perang Dingin. Pendekatan teoritik ini menggambarkan hubungan internasional sebagai suatu pergulatan memperebutkan kekuasaan diantara

20 Pasal 48 (2) Konvensi Wina

21 Pasal 49Konvensi Wina

22 Ibid. Hal 201

(32)

22 negara-negara yang masing-masing mengejar kepentingan nasionalnya sendiri dan umumnya pesimistik mengenai prospek upaya penghapusan konflik dan perang.

Realisme mendominasi masa Perang Dingin karena gagasan ini bisa memberi penjelasan yang sederhana tetapi cukup meyakinkan mengenai perang, aliansi, imperialisme, hambatan terhadap kerjasama, dan berbagai fenomena internasional, dan karena penekanannya pada kompetisi waktu itu sesuai dengan sifat pokok persaingan AS-Uni Soviet (US).23

Setelah Perang Dunia II, Realisme muncul sebagai pandangan bersama dalam Hubungan Internasional. Kaum realis berpendapat bahwa fokus penelitian politik dunia seharusnya terletak pada proses menemukan berbagai pendorong penting yang menggerakan hubungan-hubungan antar negara. Kaum realis percaaya bahwa pengejaran terhadap kekuasaan dan kepentingan nasional adalah kekuatan utama yang menggerakkan perpolitikan dunia.24

Kaum realis juga beranggapan bahwa negara harus bersiap-siap untuk perang dibanding memusatkan perhatian pada gencatan senjata sebagai dasar perdamaian dan keamanan. Karena konflik tak terelakkan maka kemungkinan terbaik untuk mencegah perang adalah dengan meningkatkan power untuk menghadapi kemungkinan agresi asing yang akan terjadi.

23 M.Saeri, “Teori Hubungan Internasional Sebuah Pendekatan Paradigmatik”, Jurnal Transnasional, vol.3, No.2, 2012 , hal.6

24 Jill Steans & Llyod Pettiford, “Hubungan Internasional Prespektif dan Tema”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2009, hal. 48

(33)

23 B.1 Realisme menurut Hans.J.Morgenthau

Morgenthau adalah seorang filsuf berkebangsaan Jerman. Beliau menulis sebuah buku yakni “Politic Amoung Nation” yang kemudian menjadi masterpiece dalam studi hubungan internasional. Morgenthau adalah salah satu tokoh penganut realisme klasik yang pemikirannya masih digunakan dan relevan terhadap politik inernasional kontemporer saat ini.

Dalam bukunya Politic Amoung Nation: Struggle For Power and Peace yang diterbitkan pada tahun 1948, Morgenthau mengemukakan enam prinsip realisme politik.25 Keenam prinsip tersebut adalah:

1. Politik seperti masyarakat pada umumnya, yang diaur oleh hukum objektif yang berakar pada sifat dasar manusia.

2. Pilar utama dari realisme politik adalah kepentingan nasional yang dalam hal ini dikaitkan sebagai upaya untuk terus menambah power (kekuasaan)

3. Realisme menganggap kepentingan suatu negara yang didiefinisikan sebagai kekuasaan dapat berubah-ubah tergantung waktu dan lingkungan

4. Dalam realisme politik menyadari pentingnya moral dalam politik praktis namun terkadang suatu negara mengabaikan peranan moral dalam bertindak guna mencapai kepentingan nasionalnya.

25 Relevansi Realisme Politik H.J.Morgenthau Terhadap Politik Internasional Kontemporer, hal.1

(34)

24 5. Tidak ada suatu moral yang dapat diberlakukan secara universal, karena semuanya itu tergantung tempat dan waktu serta kebudayaan masyarakat yang telah ada.

6. Realisme politik tetap mempertahankan politik itu sendiri.

Berdasarkan keenam prinsip realisme politik yang dikemukakan oleh Hans.J.Morgenthau sangat relevan dengan konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia yang mulai memanas sejak 2013 silam. Dari keenam prinsip realisme politi menurut Hans Morgenthau, penulis akan lebih spesifik membahas 4 prinsip yang relevan dengan konflik yang terjadi antara Ukraina dan Rusia, yaitu sebagai berikut:

1. Sifat dasar manusia (human nature) dimaksud di sini adalah lebih kepada sifat yang telah melekat pada tiap manusia sejak dulu dan hingga kini masih tetap melekat pada diri individu. Dimana self-centered, self regarding, self interested adalah beberapa contoh sifat dasar manusia yang dimaksud mengingat karena pada dasarnya manusia memiliki naluri untuk terus mengejar dan memperjuangkan kepentingan dirinya. Manusia yang notabenenya memiliki sifat dasar tersebut kemudian terefleksikan oleh sifat negara dalam hubungannya dengan negara lain.26

2. Kepentingan nasional yang diperjuangkan oleh suatu negara sangat erat kaitannya dengan pencapaian power. Menurut Morgenthau power tidak hanya

26 Martin Griffiths, Steven C. Roach, “Fifty Key Thingkers in Internationl Relations”, Routledge, Canada, 2009, hal.51

(35)

25 sebatas sasaran tapi juga sebagai tujuan negara guna mencapai kepentingannya. Negara akan terus memperbesar powernya dengan menggunakan power yang sudah mereka miliki power di sini juga tidak hanya sebatas kapabilitas militer atau dalam bentuk fisik saja, akan tetapi power di sini juga dapat diartikan dalam bentuk ancaman atau tekanan secara psikologis.27

3. Kepentinngan nasional yang dikaitkan sebagai power suatu negara dapat berubah tergantung waktu dan keadaan. Hal ini kemudian tertuang dalam suatu kebijakan luar negeri suatu negara terhadap negara lain yang berbeda- beda tergantung dari kepentingan nasional negara tersebut terhadap negara yang ditujunya.

4. Dalam realisme lebih cenderung mengabaikan peranan moral dalam menjalankan politik praktis. Bagi suatu negara ada moral yang dianggap lebih tinggi yaitu national survival, maka moral tersebut akan dilanggar. Masalah mengenai moral juga muncul akibat berbedanya standar atau pandangan mengenai moral dari setiap negara. Maka tidak ada moral yang dapat diberlakukan secara universal. Yang menjadikan masalah adalah apa yang dianggap baik oleh suatu negara belum tentu baik bagi negara lain begitu juga sebaliknya.

27 Ibid

(36)

26 BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Konflik Rusia-Ukraina

A.1 Asal Usul Konflik Rusia-Ukraina

Konflik Ukraina yang mulai terjadi sejak 2013 silam hingga kini belum menemukan titik terang khususnya di kedua pihak yang bertikai yaitu Ukraina dan Rusia. Berbagai upaya damai telah dilakukan oleh kedua pihak gunaa untuk mendeeskalasi konflik yang terjadi yakni dengan menyepakati gencatan senjata di mana telah diatur di dalam Perjanjian Minsk yang mulai diberlakukan sejak 2014 silam. Namun maraknya pelanggaran yang dilakukan oleh kedua pihak maka Ukraina dan Rusia yang kemudian di mediatori oleh Jerman dan Paris dan dipantau langsung oleh Organization for Security and Co-operatin in Europe (OSCE) mengamandemen perjanjian yang kemudian menhasilkan perjanjian yang dikenal dengan Prjanjian Minsk II yang mulai berlaku pada taanggan 15 Februai 2015.

Krisis Ukraina bermula ketika presiden Ukraina saat itu Victor Yanukovich menolak menandatangi Perjanjian Stabilitasi dan Asosiasi (PSA) dengan Uni Eropa pada 28-29 November 2013 dalam hal perdagangan bebas demi mewujudkan stabilitas politik dan ekonomi Ukraina yang indipenden. Selain menolak menandatangani kerjasama dengan Uni Eropa, pemerintah Ukraina juga mnunjukkan

(37)

27 independensinya kepada pihak Rusia dengan mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi impor produk dari Rusia ke pasar Ukraina28

Tindakan Ukraina ini kemudian dibalas oleh Rusia dengan menghambat ekspor produk ke Ukraina serta menghentikan suplai gas ke Ukraina yang dimana pihak Ukraina sangat bergantung terhadap suplai gas dari Rusia. Tekanan dari pihak Rusia yang juga melakukan pengawasan ketat terhadap transportasi barang dari Ukraina ke Rusia menyebabkan kerugian bagi pihak Ukraina. Tindakan Rusia ini dilakukan karena kedekatan Ukraina dengan pihak barat dalam hal ini Uni Eropa.

Karena merasa terancam dengan kedekatan Ukraina denga Uni Eropa, Rusia kemudian mengambil langkah dengan memberingan potongan harga gas Rusia sebesar 30 persen yang kemudian diterima baik oleh Ukraina karena ekonomi yang semakin terdesak. Hal itu karena dari segi ekonomi, 25% tujuan ekspor Ukraina adalah ke Rusia dan pada tahun 2013, impor gas Ukraina dari Rusia mencapai lebih dari 92%. Perdagangan Ukraina-Rusia di tahun 2013 tumbuh lebih dari 18% dan perdagangan Ukraina dengan negara-negara Uni Pabean meningkat 34% di tahun 2011, 11% di tahun 2012, dan 2-3% di tahun 2013.29

28 Kamasa, Frasminggi, Krisis Ukraina Dan Dampaknya Terhadap Tatanan Politik Global Dan Regional”, hal.90, 2014

29 Rika Dragneva-Lewers & Katryna Wolczuk, “Russia, the Eurasian Customs Union and the EU:

Cooperation, Stagnationor Rivalry?” National Security & Defence, 2013, No.4-5, hlm. 108;

Information-Analytical Bulletin of the Cabinet of Ministers of Ukraine, “Ukraine wants global free trade”

(38)

28 Keputusan presiden Victor Yanukovich pada saat itu kemudian menuai banyak kritikan dari masyarakat pro-Ukraina yang menuding Victor Yanukovich lebih cenderung ke Rusia. Demonstrasi yang awalnya berjalan damai dengan tuntutan untuk berintegrasi dengan Uni Eropa berubah menjadi anarkis disertai dengan isu pergantian rezim. Munculnya kaum radikal beraliran fasis yaitu Spilna Sprava dan Partai Svoboda yang beraliran neo-Nazi dalam demonstrasi massa serta diberlakukannya UU anti protes menjadi pemicu utama terjadinya bentrokan.

Bentrokan kemudian pecah ditandai dengan aksi saling tembak antara demonstran dan polisi Ukraina pada 19 dan 22 Januari 2014 yang mengakibatkan 80 orang tewas dan 700 lainnya mengalami luka-luka. Di samping itu, 108 polisi di tembak dan 63 dalam keadaan kritis.30

Dari kasus penembakan tersebut kemudian menjadi aksi saling tuding antara Barat dan Rusia. Barat menuding Rusia menjadi dalang dibalik aksi penembakan tersebut karena berdasarkan klarifikasi dari kementrian dalam negeri Ukraina bahwa mereka hanya menggunakan senjata karet untuk membubarkan demonstran.

Begitupun sebaliknya, Rusia kemudian menuding pihak Barat membiayai dan menfasilitasi para Euromaidan dengan senjata.

Pergerakan massa yang kemudian mendeklarasikan diri mereka dengan sebutan

“Euromaidan” berhasil menggulingkan presiden Victor Yanukovich yang dituding

30 RT, ”Kiev allow police to use firearms, demand armed rioters lay down weapons”,

http://rt.com/news/ukraine-kiev-firearms-weapons-police-934/ , diakses pada 27 desember 2016

(39)

29 cenderung pro-Rusia pada Februari 2014. Konflik yang terjadi kemudia menjalar hingga ke Semenanjung Crimea yang menjadi tempat pangkalan militer Rusia.

Masyarakat Crimea yang notabenenya adalah orang-orang dengan etnis Rusia kemudian ingin memisahkan diri dari Ukraina dan berintegrasi dengan Rusia. Milisi pro-Rusia kemudian melakukan referendum secara sepihak pada bulan maret. Bahkan dua provinsi di Ukraina bagian timur kemudian mendeklarasikan dirinya dengan membentuk “Republik Rakyat Donetsk” dan “Republik Rakyat Luhansk”.pemerintah pusat kemudian menolak deklarasi tersebut dan mengancam akan mengirimkan pasukannya jika deklarasi tersebut tidak dibatalkan.

A.2 Intervensi Rusia Sebelum dan Setelah “Euromaidan”

Berdasarkan sejarah, Eropa Timur menjadi kawasan paling penting dan strategis bagi Rusia. Selama perang dingin berlangsung, Rusia yang saat itu masih tergabung di dalam Uni Soviet berhasil menempatkan Ukraiana dan negara-negara Uni Soviet di Eropa Timur yang lain sebagai buffer zone guna untuk mngimbangi militer Barat. Menjelang berakhirnya perang dingin, negara-negara komunis di Eropa Timur mulai mengarah menuju demokrasi, sehingga menjadikan Soviet runtuh didukung dengan kegagalan sistem politik dan ekonomi.31

Rusia sebagai pewaris tunggal Uni Soviet kemudian berupaya untuk tetap mepertahankn eksistensinya di negara-negara bekas Soviet dengan membentuk

31 Muhammad, Ali, ”Selamat Datang Perang Dingin!”: Kepentingan Rusia di Krimea dan Ukraina Timur dan Ketegangan Hubungan dengan Barat”, Hal.3

(40)

30 Persemakmuran Negara-Negara Merdeka (CIS) namum perlahan mulai ditinggalkan oleh negara-negara bekas Soviet.

Gambar 3.2 Peta wilayah Crimea

Ukraina kemudian menjadi kawasan penting bagi Rusia karena Pangkalan Angkatan Laut Rusia berada di Ukraina tepatnya di wilayah Sevastovol yang menjadi kunci strategis kemanan dan pertahan Rusia di kawasan ropa Timur. Rusia dan Ukraina kemudian menandatangani perjanjian persahabatan, kerjasama dan kemitraan pada 1997. Di mana dalam perjanjian itu Rusia kemudian mengakui status Sevastovol masuk bagian dari Ukraina dan Ukraina meberikan hak Rusia untuk mempertahankan armada lautnya di perairan Sevastovol.32

Sejak presiden Victor Yanukovich berhasil dilengserkan oleh para demonstran pro-Barat kondisi politik Ukraina menjadi tidak stabil dan bahkan mengalami pergolakan diperparah dengan isu keterlibatan Rusia dalam upaya Krimea untuk

32 Hadi Rahman, Radhitya, “Aneksasi Krimea oleh Rusia”, Hal.36

(41)

31 memisahkan diri.33 Hal ini didukung dengan sikap Rusia yang menolak untuk mengakui adanya otoritas baru di Ukraina karena dianggap fasis dan dapat mengancam keamanan etnis Rusia yang ada di Ukraina. Rusia menyatakan masih menganggap Victor Ynukovich sebagai presiden Ukraina yang sah dan mempertanyakan legitimasi pemerintahan Ukraina yang baru hingga pasca terpilihnya presiden Ukraina yang baru yaitu Petro Poroshenko dalam pilpres 25 Mei 2014 akhirnya membuat Rusia melunak.34

Intervensi Rusia atas Krimea juga terbukti ketika pada 16 Maret 2014 Krimea melaksanakan refrendum dan mendeklarasikan untuk berintegrasi dengan Rusia.

Pihak Rusia kemudian menganggap bahwa hasil referendum Krimea yang kemudian mendeklrasikan dirinya untuk bergabung dengan Rusia adalah sesuatu yang legal dan valid. Rusia juga mengakui hasil referendum dan deklarasi Krimea bahkan ketika otoritas Ukraina, Amerika Serikat dan Uni Eropa menentang referedum tersebut.35

Rusia juga menfasilitasi masyarakat Krimea dan masyarakat asing yang berbahasa Rusia dalam kehidupan sehari-hari dengan menyediakan paspor sebagai warga negara Rusia.36 Hal itu kemudian meningkatkan ketegangan dan memberikan tekanan kepada pemerintah Ukraina dan Barat yang mendukungnya. Pihak barat

33 Dewan Kementrian Republik Otonom Krimea, Regional Profile:The Autonoumous Republic of Crimea, 2013, hal 3

34 Alexey Lossan, “Putin: Rusia Siap Akui Pemilu Ukraina” RBTH Indonesia, http://indonesia.rbthlm.com/politics/2014/05/28/

putin_rusia_siap_akui_pemilu_ukraina_23923.html,

35 Pikulicka, Agnieszka & Richard Sakwa, “Ukraine and Russia : People, Politics, Propaganda, and Prespectives”, hal.90

36 Ibid.

(42)

32 dalam hal ini Amerika Serikat dan Uni Eropa kemudian mengancam akan memberikan sanksi kepada masyarakat yang mendukung gerakan separatis dalam Krisis Ukraina. Setelah referendum Krimea Rusia kemudian mengambil tindakan aneksasi terhadap Semenanjung Krimea. Rusia berpendapat bahwa referendum Krimea adalah keinginan warga Krimea itu sendiri.

A.3 Aneksasi Krimea Oleh Rusia

A.3.1 Integrasi Krimea dengan Rusia

Gambar 3.3

Pecahnya konflik yang terjadi antara kelompok Euromaidan dengan masyarakat pro-Rusia mulai memasuki babak baru semenjak pihak Rusia mengirim pasukan militernyanya ke wilayah Krimea yang merupakan salah satu wilayah kedaulatan Ukraina. Semenanjung Krimea merupakan salah satu wilayah dari Uni Soviet yang kemudian diberikan kepada Ukraina secara sepihak oleh presiden Soviet saat itu yaitu Nikita Khruschev yang masih memiliki kekerabatan etnis dengan Ukraina pada

(43)

33 1954.37 Semenjak saat itu Krimea menjadi wilayah yang semiotonom yang dimana secara politik memiliki relasi yang kuat dengan Ukraina namun secara budaya memiliki ikatan yang lebih condong ke Rusia.

Aneksasi yang dilakukan oleh Rusia di Krimea diawali dengan menguasai kantor-kantor pemerintahan, infrastruktur yang berhubungan dengan komunikasi,pangkalan militer dan daerah di mana terdapat gudang persenjataan.38 Rusia beranggapan bahwa akan adanya pembersihan atas etnik Rusia di Krimea dan Ukraina Timur oleh masyarakat yang telah menggulingkan Victor Ynukovich sehingga Rusia mengambil tindakan aneksasi untuk melindungi etnik Rusia dikalangan tersebut.

Krimea kemudian melaksanakan referendum untuk memisahkan diri dari Ukraina dan memutuskan untuk berintegrasi dengan Rusia dengan 96% masyarakat Krimea mendukung referendum tersebut. Negara Barat dan Uni Eropa tidak mengakui dan menganggap bahwa referendum Krimea tidak sah dan melanggar konstitusi Ukraina. Sedangkan Rusia mengakui referendum tersebut dan beranggapan bahwa hasil referendum itu adalah murni keinginan dari masyarakat Krimea.

37 Candradewi, Renny, “What Russia Want for Ukraina is to consider its interes”, JurnalPhobia, Journal Issue: Vol:1/No.01/6March 2014, Hal.7

38 Oleksandr V. Thurcynov.2014. “Kiev’s Messages to Mosow, Ukraine’s President Rebuffs Russian

‘Imperialism’”. http://

www.nytime.com/2014/03/12/ukraine/president/rebuffs/russian/imperialism.html. Diakses pada 29Desember 2016

(44)

34 Terkait dengan aneksasi Krimea oleh Rusia, DewanKeamanan PBB kemudian mengeluarkan resolusi yang di rancang oleh Amerika Serikat bahwa referendum daerah otonomi khusus Krimea tidak memiliki validitas dan mendesak negara-negara lain untuk tidak mengakui referendum itu.39 Namun Rusia kemudian menggunakan hak vetonya atas resolusi ini sehingga status Krimea telah berintegrasi dengan Rusia meskipun masih menjadi kontravensi di lingkungan internasional.

A.3.2 Kepentingan Rusia Atas Krimea

Krimea memiliki arti penting dan merupakan daeraah yang sangat strategis bagia. Adapun beberapa kepentingan dan arti penting Krimea bagi Rusia adalah sebagai berikut:

1. Krimea memiliki arti penting bagi Rusia. sejak masa kepemimpinan Peter The Great (1682), Rusia berupaya menguasai kota pelabuhan yang airnya tidak beku selama musim dingin, sehingga kapal-kapal dagang dan militer Rusia dapat berlayar sepanjang tahundan wilayah yang terdekat dari Rusia adalah Laut Hitam yang berada di kota Sevastopol yang di mana masuk ke dalam wilayah Krimea. Rusia dan Ukraina kemudian menyepakati sebuah perjanjian berkaitan dengan penggunaan Armada Laut Hitam tersebut. Sebagaimana hasil kesepakatan dari perjanjian kerjasama Rusia-Ukraina bahwa Armada Laut Hitam Rusia berhak menetap di Krimea hingga tahun 2017 dan

39 http://m.tempo.co/read/news/2014/03/16/117562653/Rusia-Veto-Resolusi-DK-PBB- tentangCrimea, Maria Rita Hasugian, Rusia Veto Resolusi DK PBB tentang Crimea, diakses pada tanggal 29 Desember 2016

(45)

35 perjanjian tersebut telah diperpanjang hingga 2042.40 Sebelimnya pada 2008 Ukraina pernah berencana untuk tidak mempebaharui kontrak perjanjiaan, namun pihak Rusia terus memberikan tekanan dengan menaikan harga gas yang diekspor ke Ukraina. Semenanjung Krimea menjadi alasan strategis Rusia dalaam aneksasi Krimea karena akan memberikan kemajuan yang sangat signifikan bagi pertahanan dan kemanan Rusia khususnya dalam meningkatkan kapabilitas militernya dengan menguasai Armada Laut Hitam.

Terlebih lagi jalur pipa gas Rusia yang terhubung dengan negara-negara di Eropa Barat melewati wilayah Krimea khususnya pelabuhan sevastovol.

Gambar 3.4 peta jalur pipa gas Rusia di Ukraina

2. Krimea merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya adalah etnik Rusia dan dari segi bahasa juga mayoritas berbahasa Rusia.

40 Jakarta Gear, 2014, Krisis Ukraina-Rusia. www.JakartaGear.com/Krisis Ukraina-Rusia/ Diaskes 3 Agustus 2016

(46)

36 Gambar 3.4 Peta sebaran penduduk Ukraina berbahasa Rusia

Wilayah Krimea dihuni oleh 3 etnik utama yaitu Rusia (69%),Ukraina (20%), Tatar Krimea (15%), dan sisanya etnik lain(6%).41 Oleh sebab itu Rusia sangat mendukung keinginan masyarakat Krimea untuk berintegrasi dengan Rusia. Hal ini pulalah yang menjadi alasan Rusia untuk menganeksasi Krimea dengan alasan harus melindungi etnis Rusia yang ada di Ukraina khususnya di Krimea.

A.3.3 Pergerakan Massa di Timur Ukraina

Lepasnya wilayah Krimea atas Ukrana dan berintegrasi dengan Rusia juga menimbulkan gejolak yang sama di wilayah timr Ukraina yaitu di daerah Donbass.

Masyarakat separatis pro-Rusia membuat sebuah gerakan yang menuntut diadakannya referendum untuk melepaskan diri dari Ukraina. Demonstrasi yang berpusat di dua kota di Donbass yaitu Donetsk dan Luhansk dimulai pada awal Maret

41 Public Opinion Survey Residents of the Autonomous Republic of Crimea May 16 – 30, 2013, diakses dari http://www.iri.org/sites/default/files/2013-October- 7-Survey-of-Crimean-Public- Opinion,- May-16-30-2013.pdf, diakses pada 26 April 2017

(47)

37 2014.42 Pergerkan massa yang menuntut pemerintah untuk mengadakan referendum unntuk memisahkan diri dari Ukraina seperti yang terjadi di Krimea berjalan dengan anarkis. Para demonstran pro-Rusia ini berhasil menaklukkan dan menguasai gedung- gedung pemeritahan dan mennerobos keamanan. Para demonstran juga memasuki bangunan-bangunan penting dan merusak segala fasilitas di dalamnya.

Pada 1-6 Maret 2014 para demonstran menjlankan aksinya di wilayah Donetsk, namun aksi tersebut berhasil dibendung oleh pemerintah lokal dengan menurunkan paukan khusus Ukraina. Pada bulan April keadaan kembali memanas karena para separatis pro-Rusia kembali menyerang dengan jumlah pasukan yang lebih banyak lagi dan berhasil menaklukkan pasukan khusus Ukraaina. Sebanyak 1.000-2.000 orang massa pro-Rusia memasuki kota Donestsk dan berkumpul di pusat kota untuk menuntut referendum dan massa kemudian menyerang kantor pemerintahan dan mengambil alih dan menguasai dua lantai pertama.43 Demonstran kemudian mengancam akan mengambil alih kekuasaan atas mandat rakyat dan juga mengancam untuk memberhentikan pemerintah dan pparlemn jika referendum tidak diadaakan.

Mereka juga mengadakan pertemuan dan voting dimana hasilnya mereka sepakat

42 Radio Suara Vietnam.2014.Demonstrasi di Provinsi-Provinsi Ukraina Timur untuk menuntut diadakannnya Referendum. http://vovworld.vn/id-id/Berita/Demonstrasi-di-provinsiprovinsi- Ukraina-Timur-untuk-menuntut-diadakannya-referendum/221508.vov diaskes pada 30 April 2017

43 BBC.2014.Ukraine: Pro-Russians Storm Offices in Donetsk, Luhansk, Kharkiv.

http://www.bbc.com/news/world-europe-26910210 diakses pada tanggal 30 April 2017

(48)

38 untuk meraih kemerdekaannya dan memisahkan diri dari Ukraina serta memproklamirkan terbentuknya Republik Rakyat Donetsk(DPR).44

Dalam waktu yang sama, para demonstran pro-Rusia juga melakukan aksi yang sama di daerah Luhansk dengan menguasai kantor pemerintahan dan menuntut pemberian kekuasaan untuk mengatur daerahnya sendiriatau berintegrasi dengan Rusia.45 Pada 27 April 2014 majelis kerakyatan Luhansk kemudian membentuk Republik Rakyat Luhansk (LPR)46 LPR kemudian melakukan aksi perdananya dan menuntut pemerintah untuk membebaskan semua demonstran dan menjadikan Rusia sebagai bahasa resmi serta menuntut pembebasan atas wilayah mereka. Pihak LPR juga memberikan ultimatum kepada pemerintah jika tuntutannya tidak dikabulkan maka mereka akan melakukan pemberontakan yang lebih besar lagi bersama dengan DPR.

44 Donetsk People’s Republic (DPR) adalah negara bentukan massa separatis pro-Rusia di wilayah Donetsk itu sendiri sebagai bentuk upaya melepaskan diridari Ukraina.

45 Interfax. 20114. Luhansk Prosecutors Launch Probes Into Federalizationa Support Rallies.

Diaskes dari http://en.interfax.com.ua/news/general/201534.html diaskes pada tanggal 30 April 2017

46 Luhansk People’s Republic merupakan negara yang dideklarasikan oleh majelis kerakyatan Luhansk untuk mendapatkan kebebasan dan bergabung dengan Rusia.

(49)

39 Gambar 3.5 Peta Konflik Ukraita Timur

Berdasarkan pada peta diatas, konflik tidak hanya terjadi di wilayah Donetsk dan Luhansk tapi juga sebagian wilayah di UkrainaTimur meskipun keadaannya relatif lebih tenang. Serta keadaan Krimea yang sudah berada di bawah kekuasaan Rusia menjadi patokan bagi separatis di wilayah Donetsk dan Luhansk untuk lebih gencar menuntut pemisahan diri dari pemerintah Ukraina.

Di tengah aksi para separatis yang semakin memanas, pemerinah Ukraina kemudian mengeluarkan ultimatum kepada para demostran untuk segera mengakhiri aksinya selambat-lambatnya tanggal 15 April 2014 dan mengancam akan

mengirimkan pasukan untuk melakukan operasi antiteror untuk merebut kembali wilyah Ukraina.47 Namun para separatis tidak mengindahkan ultimatum tersebut

47 BBC. 2014. Ukraine Says Donetsk ‘Anti-Terror Operation’ Under Way. Diakses dari http://www.bbc.com/news/world-Europe/27035196 diaksespada tanggal 30 April 2017

(50)

40 sehingga pemerintah kemudian mengirimkan pasukan dan aksi saling tembak pun tak terelakkan yang kemudian mengakibatkan banyak korban tewas dan luka-luka.

Konflik ini kemudian memberikan kerugian yang signifikan bagi Ukraina khususnya di bidang ekonomi mengingat selama konflik terjadi, pabrik-pabrik dan insustri besar berhenti untuk beroperasi.selain itu Ukraina juga harusmenambah anggaran untuk kebutuhan militernya selama konflik. Di samping itu, Rusia jugaa menghentikan bantuannya kepada pihak Ukraina mengingatsebelumnya

perekonomian Ukraina sangat terbantu oleh Rusia. Bahkan Rusia memberikan fasilitas kepada para separatis berupa persenjataan meskipun seringkali Rusia tidak mengakui hal tersebut.48

Pertempuran yang terjadi antara separatis dan pasukan Ukraina terus berlanjut hingga September 2014. Ukraina kemudian menerima usulan dari OSCE selaku organisasi keamanan kawasan Eropa untuk mengadakn pertemuan guna

menyelesaikan konflik yang terjadi. Pertemuan yang diadakan pada tanggal 5 September 2014 dihadiri oleh pihak Ukraina, Rusia, LPR dan DPR serta OSCE selaku mediator yang kemudian dari pertemuan ini mengahsilkan sebuah kesepakatan yang dikenal dengan Perjanjian Minsk I.

48 Nurul Arifin, Perang Donbass (Ukraina Timur) Tahun 2014, 2016, hal.47

Referensi

Dokumen terkait

Adapun teori pembelajaran yang diterapkan dalam menjalankan sistem nilai lebih cenderung menggunakan Behavioristik yang mendorong peserta didik untuk wajib patuh pada

Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Karanganyar tentang Keputusan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Karanganyar Nomor 24/Kpts/KPU-Kab-012.329506/2013 tentang

Amnesti pajak adalah program pengampunan yang diberikan oleh Pemerintah kepada Wajib Pajak meliputi penghapusan pajak yang seharusnya terutang, penghapusan sanksi

Realisasi Anggaran DPD RI Tahun Anggaran 2013 telah mengalami 8 (delapan) kali revisi, sesuai dengan keputusan lembaga DPD RI (pimpinan/alat kelengkapan) dalam

3. Siswa dapat menentukan posisi titik koordinat tertentu dengan menggunakan pola titik koordinat sebelumnya untuk membuat sebuah garis yang bersesuaian..

Tenaga kerja adalah faktor produksi yang hidup, dinamis dan sekaligus merupakan kesatuan ekonomis, psikologis dan sosial, hal ini berarti bahwa tenaga kerja

• Selain itu hal yang terpenting dalam mempelajari struktur data adalah eratkaitannya dengan pemilihan struktur data yang tepat membuat suatu algoritma yang

Stout, dan Gary Cokins yang diahli bahasakan oleh David Wijaya (2011:504), Analisis Cost-Volume- Laba merupakan suatu metode untuk menganalisis bagaimana pengaruh keputusan