Pengembangan Media Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Permainan Papan Kata Bagi Anak Tunagrahita Ringan
Teti Ratnawulan1 Hendri Abdul Qohar2 Sauzan Adibah Putri Rahman3 Universitas Islam Nusantara, Bandung, Indonesia1,2,3
Email: [email protected]1 [email protected]2
Abstrak
Anak tunagrahita merupakan salah satu peserta didik yang mengalami hambatan dalam intelektual di bawah rata-rata dan masih ada peserta didik yang belum mampu membaca permulaan padahal usianya sudah 15-16 tahun, sedangkan guru masih menggunakan media cetak abjad menjadikan anak kurang berminat pada pembelajaran membaca, maka dari itu peneliti berkolaborasi dengan guru mengembangkan media pembelajaran dengan menggunakan media papan kata untuk mempermudah anak mengenal huruf dan kata. Tujuan dari penelitian ini untuk mendeskripsikan pengembangan media pembelajaran membaca permulaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, studi dokumentasi dan FGD.
Hasilnya dianalisis secara induktif. Hasil penelitian menunjukkan: 1). Kemampuan salah satu anak sangat kurang, hal itu di tunjukan dengan belum mengenalnya huruf abjad konsonan dengan baik; 2).
Pelaksanaan pembelajaran dimulai dengan melakukan identifikasi kemudian asesmen dan menyusun program pembelajaran. Pada proses pembelajaran membaca permulaan di awali dengan mengabsen proses pembelajaran dilakukan dengan metode demonstrasi dan tanya jawab. Pada kegiatan akhir guru menyimpulkan pembelajaran dan mengevaluasi. Jika anak belum mencapai tujuan pembelajaran maka akan di lakukan tindak lanjut pengulangan; 3). Media saat ini berupa media cetak abjad; 4).
Bentuk media yang dikembangkan berupa papan kata. Penelitian menunjukkan bahwa media penunjang pembelajaran belum memadai mengingat pentingnya pengaruh media dalam proses pembelajaran yang efektif, kreatif dan menarik bagi peserta didik demi meningkatkan pemahaman yang lebih cepat diterima oleh peserta didik maka perlunya upaya untuk meningkatkan kualitas pengajarannya dengan senantiasa memperhatikan media yang digunakan dalam proses pembelajaran disekolah.
Kata Kunci: Pengembangan Media, Membaca Permulaan, Tunagrahita Ringan
This work is licensed under a Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 4.0 Internasional.
PENDAHULUAN
Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik, yang pada umumnya juga memiliki potensi dan kekuatan dalam mengimbangi keterbatasan yang dimilikinya. Oleh karena itu layanan pendidikan bagi mereka harus diupayakan untuk dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. Anak tunagrahita atau anak berkebutuhan khusus lainnya memiliki hak untuk memperoleh layanan pendidikan. Hal ini diatur dalam Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab IV tentang hak dan kewajiban warga negara, orang tua, masyarakat dan pemerintah, pasal 5 ayat (2) yang mengemukakan bahwa “warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus”.
Di samping hak yang dimiliki anak tunagrahita dalam memperoleh layanan pendidikan dan pengajaran, sebagai anggota masyarakat anak tunagrahita hidup dan berinteraksi dengan lingkungan keluarga dan masyarakat serta sosial budayanya. Di sini setidaknya diperlukan adanya adaptasi sosial mengingat bahwa setiap individu tidak dapat dibangun tanpa adanya individu lainnya. Menurut Nurhidayah, dkk (2013:130) mengemukakan bahwa
“anak yang mengalami hambatan kecerdasan (tunagrahita) yang memiliki tingkat
intelegensi di bawah anak normal yaitu di bawah 70 pada skala Binet dan Weschler namun anak tunagrahita masih bisa diberikan bimbingan pelajaran dengan benda yang konkrit”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat di simpulkan bahwa anak tunagrahita ringan dengan IQ di bawah 70 masih mampu diberikan bimbingan pembelajaran seperti membaca permulaan. Membaca permulaan merupakan proses kognitif dari kegiatan membaca, dalam tingkatan ini adalah kegiatan yang memerlukan pikiran atau penalaran termasuk ingatan dari semua klasifikasi anak tunagrahita, peneliti memilih anak tunagrahita ringan karena anak tunagrahita ringan memiliki karakteristik yang masih mampu dilatih agar bisa membaca.
Dalman (2017:5) memberikan penjelasan bahwa “membaca bukan hanya sekedar melihat kumpulan huruf yang telah membentuk kata, kelompok kata, paragraf, dan wacana saja, tetapi lebih dari itu bahwa membaca merupakan kegiatan memahami dan menginterpretasikan lambang/ tanda/ tulisan yang bermakna sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat diterima oleh pembaca.”
Pengertian di atas dapat di simpulkan membaca adalah suatu kegiatan melihat kumpulan kalimat atau wacana dan mengartikan serta memahami makna dari bacaan tersebut. Kegiatan membaca bukan hanya melihat kumpulan huruf saja, akan tetapi juga memahami makna yang terkandung dalam tulisan. membaca adalah suatu proses kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan di SLB Negeri B Pembina Tingkat Provinsi Jawa Barat, ada anak yang belum fasih dalam membaca dan belum bisa membedakan huruf yang memiliki bentuk hampir sama. Padahal usianya sudah mencapai umur 15-16 tahun, masih mengikuti kegiatan membaca permulaan.
Dalman (2013:85) menyatakan bahwa “membaca permulaan merupakan suatu keterampilan awal yang harus dipelajari atau dikuasai pembaca. Membaca permulaan adalah tingkat awal agar bisa membaca” maka dari itu membaca permulaan sangat penting untuk anak bisa ke tahap membaca lanjut. Sedangkan proses pembelajaran membaca di SLB Negeri Pembina Tingkat Provinsi masih mengajarkan membaca dengan menggunakan media cetak abjad menjadikan anak kurang berminat pada pembelajaran membaca, maka dari itu peneliti bermaksud untuk mengembangkan media pembelajaran dengan menggunakan media papan kata untuk mempermudah anak mengenal huruf dan kata, dilengkapi dengan gambar beserta kartu huruf yang harus disusun sesuai dengan kartu gambar yang di tunjukkan.
Permainan dapat disesuaikan dengan tema yang akan dipelajari anak. Permainan ini dapat mengembangkan kemampuan membaca pada anak karena dengan pembelajaran yang menyenangkan akan dapat lebih mudah mengingat apa yang di pelajarinya.
Menurut Daryanto (2011:8) “media adalah alat untuk membantu peserta didik dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran”. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan pesan ajaran berupa materi pembelajaran kepada peserta didik agar peserta didik dapat menikmati berlangsungnya proses pembelajaran.
METODE PENELITIAN
Menurut peneliti metode ini cocok karena memuat data-data yang aktual yang sesuai dengan di lapangan, pendekatan kualitatif, yaitu data-data yang dikumpulkan dan didapatkan dari hasil observasi, praktik, dan lainya sehingga peniliti dapat menggambarkan
“Pengembangan Media Pembelajaran Membaca Permulaan Melalui Media Permainan Papan Kata Pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas V Di SLB Negeri B Pembina Tingkat Provinsi Jawa Barat”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Menurut Mukhtar (2013:28) “Penelitian deskriptif kualitatif berusaha mendeskripsikan seluruh gejala
atau keadaan yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.” Metode penelitian deskriptif kualitatif ini cocok karena dalam penelitian dapat mendeskripsikan seluruh gejala atau keadaan yang dilakukan peneliti.
Untuk memperoleh data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan beberapa teknik penelitian, antara lain:
1. Observasi. Dalam melakukan observasi, peneliti memiliki kesempatan untuk memahami terlebih dahulu secara jelas dan rinci tentang kemampuan anak dalam belajar membaca permulaan.
2. Wawancara. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Wawancara dilakukan untuk memperoleh keterangan data dan informasi dengan cara tanya jawab dan bertatap muka antara peneliti dengan informan, informan yang terkait adalah orang tua dan guru. Wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui terlaksananya pembelajaran membaca permulaan bagi anak tunagrahita. dimana data dan informasi mengenai pengembangan program pembelajaran membaca permulaan melalui media papan kata pada anak tunagrahita kelas V di SLB Negeri B Pembina Tingkat Provinsi Jawa Barat terlaksana.
3. Studi Dokumentasi. Studi dokumentasi ini meliputi bukti-bukti tertulis dan foto-foto kegiatan pembelajaran membaca permulaan dengan media yang digunakan sekolah saat ini.
4. Focus Group Discussion (FGD). Dalam penelitian ini, FGD digunakan untuk mendiskusikan pengembangan media yang akan diteliti antara peneliti dan guru kelas. FGD dalam penelitian ini adalah untuk menyusun pengembangan media dalam permbelajaran membaca permulaan melalui media papan kata yang disusun guru dan peneliti.
5. Validasi. Validasi dalam penelitian ini adalah pengesahan bentuk media pembelajaran membaca permulaan melalui media papan kata pada anak tunagrahita ringan di SLB Cimareme Kab. Sumedang & SLB Negeri B Sumedang.
Teknik Analisis Data
Analisis data pada hakikatnya adalah sebuah kegiatan untuk memberikan makna atau memaknai data dengan mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda dan mengkategorikan menjadi bagian-bagian berdasarkan pengelompokkan tertentu sehingga diperoleh suatu temuan terhadap rumusan masalah yang di ajukan.
Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:
1. Data Reduction (Reduksi Data). Data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi reduksi, yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, membuang yang tidak perlu di isi dari data. dan di cari tema dan polanya sebab data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak dan perlu di catat secara teliti dan rinci. Dengan melakukan reduksi data memberikan gambaran yang lebih jelas, mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila di perlukan. Reduksi data dapat di lakukan dengan bantuan komputer dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.
Data ini diperoleh dari hasil wawancara dan observasi tentang pengembangan media pembelajaran membaca permulaan melalui permainan papan kata bagi anak tunagrahita ringan Kelas V di SLB Negeri B Pembina Tingkat Provinsi Jawa Barat terkait penelitian telah dilakukan.
2. Data Display (Penyajian Data). Setelah data di reduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah
dengan teks yang bersifat naratif. Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan yakni yang tadinya berbentuk instrumen di ubah menjadi bentuk teks yang bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi). Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menemukan makna data yang telah disajikan. Setelah di mendapatkan hasil data lalu mengubah data instrumen menjadi teks, Dari data- data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan dan kemudian kesimpulan tersebut di verifikasi serta diuji validitasnya.
Subjek Penelitian
Peneliti menggunakan subjek yang akan di teliti berjumlah 7 responden yang terdiri dari 2 peserta didik 1 guru kelas, 1 guru kurikulum, 1 guru mata pelajaran dan 2 validator Menurut Arikunto (2016:26) “subjek penelitian adalah memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan” dari ketiga subjek tersebut pasti memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda maka dari itu peneliti membutuhkan 2 atau lebih subjek untuk pembanding.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Kemampuan anak tunagrahita kelas V di SLB Negeri B Pembina tingkat provinsi dalam mengenal huruf dan membaca kata yakni di antara 2 anak terlihat jauh perbedaan kemampuannya, kemampuan EN menunjukkan huruf lebih unggul daripada kemampuan TKK, namun pada menunjukkan huruf vokal, EN dan TKK mampu menunjukkannya dengan baik. Pada menunjukan huruf konsonan, TKK belum mampu menunjukan huruf meskipun telah di bantu oleh guru, sedangkan EN belum tahu, tetapi setelah di bantu guru dengan menyebutkan ciri-cirinya EN mampu menjawabnya. Pada kemampuan menyebutkan huruf yang di tunjukkan, TKK dan EN mampu menyebutkan huruf vokal dengan baik namun pada huruf konsonan EN bisa menjawabnya dengan mengulang ucapan guru, EN bisa menyebutkan huruf konsonan dengan sendirinya. Untuk kemampuan membedakan huruf EN masih lebih unggul daripada TKK walaupun TKK dan EN sama-sama sudah mengenal huruf vokal dan untuk membedakan huruf konsonan EN masih memerlukan bantuan guru, TKK meskipun sudah di bantu guru tetapi tetap tidak bisa membedakannya.
Pada membaca suku kata, membaca kata pola kalimat V-KV dan KV-KVEN mampu membacanya dengan bantuan dieja oleh guru begitu juga TKK mampu membacanya setelah di ejakan namun ada beberapa kata yang di jawab asal-asalan. menurut Astati dan Mulyati (2015:22) hal ini terjadi karena “Permasalahan yang muncul pada diri setiap anak berbeda- beda Walaupun demikian ada pula kesamaan masalah yang dirasakan oleh sekelompok dari mereka” maka dari itu kemampuan yang dimiliki TKK dan EN tidak dikarenakan masalah yang muncul pada diri anak itu berbeda-beda. Sebelum pembelajaran guru melaksanakan asesmen terlebih dahulu lalu guru melakukan identifikasi setelah itu baru melakukan asesmen dan terakhir menyusun program pembelajaran tujuannya yaitu untuk mengetahui kemampuan anak dan mengetahui hambatan apa yang dialami oleh anak. Menurut Soendari (2015:34) “asesmen merupakan suatu penilaian yang komprehensif dan melibatkan anggota tim untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan anak”.
Sebelum menyampaikan materi menurut Suprihatiningrum (2011:125) kegiatan awal pada pembelajaran sebagai berikut: 1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; 2) mengajukan persyaratan-persyaratan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; 3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dicapai; dan 4) menyampaikan cakupan
materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Pembelajaran membaca permulaan di awali dengan mengulang pembelajaran yang sebelumnya dipelajari lalu guru mengenalkan huruf abjad dengan metode demonstrasi setelah itu guru akan mengetes anak secara individu dengan memberikan tugas yang telah di pelajari. Jika anak belum mencapai tujuan pembelajaran maka akan di lakukan tindak lanjut pengulangan. Hal ini di jelaskan oleh Kartadinata (1999; 75-79) ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan dalam membantu masalah belajar peserta didik yaitu : Remidial teaching atau pengajaran perbaikan, kegiatan pengayaan, peningkatan motivasi belajar, peningkatan ketrampilan belajar, pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik.
Media yang digunakan saat ini adalah media berbentuk media abjad yang di print-out oleh guru kelas, belum ada media tetap untuk pembelajaran membaca permulaan. Media saat ini hanya mampu dipakai sementara saja karena media yang di gunakan saat ini terbilang media yang gampang rusak dan hilang. Pada kenyataannya media sangatlah berpengaruh dalam pembelajaran Hal ini sebagaimana di jelaskan oleh Daryanto (2011:8) “media adalah alat untuk membantu peserta didik dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapai tujuan pembelajaran” maka dari itu media pembelajaran terbilang penting sebagai alat bantu yang memudahkan guru dan anak pada proses pembelajaran.
Bentuk pengembangan media yang di diskusikan peneliti dengan guru melihat dari kemampuan yang belum sesuai dengan target seharusnya dan bentuk media yang tidak menarik perhatian anak. Maka peneliti dan guru mengembangkan media membaca permulaan dengan membuat media papan kata yang diharapkan bisa meningkatkan kemampuan pada pembelajaran membaca pada anak. Bahan yang digunakan terbilang mudah untuk dicari dan media ini bisa di pakai dalam jangka waktu yang lama karena media pada setiap pembelajaran itu perlu karena terdapat perbedaan hasil belajar hal ini di perkuat dengan penelitian yang telah dilakukan Dayan kahar (2020:13) bahwa “Terdapat perbedaan hasil belajar penggunaan media dan pembelajaran konvensional”
Hasil penelitian dari kedua anak diperoleh bahwa terdapat perbedaan dari anak berinsial TKK dan anak berinsial EN. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang saat ini berlangsung belum efektif terhadap salah satu peserta didik maka dari itu dengan adanya penelitian pengembangan media ini dapat membantu peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran.
KESIMPULAN
Kemampuan salah satu anak tunagrahita ringan dalam membaca permulaan sangat kurang, hal tersebut di tunjukan dengan belum mengenal huruf abjad konsonan dengan baik, dan untuk mengenal suku kata, pola kata V-KV dan KV-KV anak masih perlu bantuan.
Pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan dimulai dengan melakukan identifikasi kemudian melakukan penilaian dan terakhir menyusun program pembelajaran. Pada proses pembelajaran membaca permulaan di awali dengan mengulang pembelajaran yang sebelumnya, lalu guru mengenalkan huruf abjad dengan metode demonstrasi dan tanya jawab dengan menggunakan media cetak abjad, evaluasi dilakukan dalam proses pembelajaran.
Pada kegiatan akhir guru menyimpulkan pembelajaran dan mengevaluasi. Jika anak belum mencapai tujuan pembelajaran maka akan di lakukan tindak lanjut pengulangan. Media pembelajaran membaca permulaan di SLB Negeri B Pembina Tingkat Provinsi masih berupa media abjad yang di cetak oleh guru belum ada media tetap untuk belajar membaca permulaan. Bentuk media papan kata yang dikembangkan beralas dari papan infraboard yang beri pembatas oleh stik eskrim dengan velcro prepet untuk menempelkan kartu gambar di sebelah kanan dan kartu abjad diseblah kiri.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2002. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Abidin, Yunus. (2012). Pembelajaran membaca berbasis pendidikan karakter. Bandung:
Refika Aditama.
Ade, Sanjaya. (2011). Model-model Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Adipurnomo, Haryono. (2006). Sumber dan Media Pembelajaran. Malang: Departemen Pendidikan Nasional.
Agus M. Hardjana, ( 2011). Stres Tanpa Distres: Seni Mengolah Stres Yogyakarta: Kanisius.
Agustin, Mubajir. (2011). Permasalahan Belajar dan Inovasi Pembelajaran. Bandung: Refika Aditama.
Apriyanto, Nunung. (2012). Seluk-Beluk Tunagrahita & Strategi Pembelajarannya.
Yogjakarta: JAVALITERA.
Aqib, Zainal. (2013). Model-model, Media, dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (Inovatif).
Bandung: Yrama Widya.
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad Azhar. (2010). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Astati & Mulyati Lis. (2015) Pendidikan Anak Tunagrahita. Bandung: Amanah Offset.
Bisjoe, A. R. H. (2018). Menjaring Data dan Informasi Penelitian Melalui FGD (Focus Group Discussion): Belajar dari Praktik Lapang. Buletin Eboni, 15(1), 17-27.
Dadang Garnida, (2015). Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung: Rafika Aditama.
Dalman. (2013). Keterampilan Membaca. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih. (2001). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.
Daryanto. (2011). Media Pembelajaraan. Bandung: Satu Nusa.
Depdikbud. (1994). Pedoman Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan Dasar-Sekolah Dasar.
Jakarta: BP Dharma Bakti.
Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003.t entang Sistem Pendidikan Nasional.
Fachriandy, M. L. (2022). Pengaruh Program Pelayanan Sosial Terhadap Penyandang Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw) Pangeran Hidayatullah Kabupaten Cianjur (Doctoral dissertation, FISIP UNPAS).
Farida Rahim. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta : Bumi Aksara.
Indriana, Dina. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogjakarta: DIVA Press
J. Wantah Maria. (2007). Pengembangan Kemandirian Anak Tunagrahita Mampu Latih.
Bandung: Departemen Pendidikan Nasional.
Jamil Suprihatiningrum. (2014). Strategi Pembelajaran.Yogyakarta: Ar-RuzzMedia.
John W. Santrock (2007). Perkembangan Anak. Jilid 1 Edisi kesebelas. Jakarta: Erlangga.
Kemis & Ati Rosnawati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita. Bandung:
Luxima Metro Media.
Mangunsong, F. (2009). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus Jilid I. Jakarta:
Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi.
Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi (GP Press Group).
Novi Resmini, dkk. (2006). Membaca dan Menulis di SD: Teori dan Pengajarannya. Bandung:
UPI PRESS.
Nurbiana, Dhieni, dkk. 2008. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Nurhidayah, N., Anafi, A. T., & Putri, D. A. Developing a Module of Alphabet Creation (Mokha) as Teachingmedia to Introduce Alphabets to Childrenwith Mild Mental Retardation (Doctoral dissertation, Yogyakarta State University).
Nurseto, T. (2011). Membuat media pembelajaran yang menarik. Jurnal Ekonomi dan pendidikan, 8(1).
Rukayah. (2004). Membaca dan Menulis Permulaan dan Alternatif Membantu Siswa yang Berkesulitan. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Saeful, Dedi. (2010). Penerapan Metode Multisensori Dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Anak Berkesulitan Belajar. Skripsi pada FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sanjaya, Wina. (2012). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.
Soemantri, S. (2018). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT Refika Aditama
Soendari dan Mulyani. (2015) Asesmen dalam Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: Amanah Offset.
Sudaryono. (2017). Pengantar Manajemen: Teori dan Kasus. Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).
Sugiyono (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharyono, Bagyo. 2005. Wayang Beber Wonosari. Wonogiri: Bina Citra Pustaka .
Tarigan, H. G (1994). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung. Penerbit Angkasa.
Tarigan, H. G. (2015). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tersiana, Andra. 2018. Metode Penelitian. Yogyakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Widyastuti, D., & Ayu, A. (2019). Tingkat Ketergantungan Lansia Berdasarkan Usia Dan Jenis Kelamin Di Panti Sosial Trsena Werda Nirwana Puri Samarinda. Borneo Nursing Journal (BNJ), 1(1), 1-15.