• Tidak ada hasil yang ditemukan

ALAT PENGUKUR KECEPATAN ANGIN PADA GEDUNG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ALAT PENGUKUR KECEPATAN ANGIN PADA GEDUNG BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51."

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

i

ALAT PENGUKUR KECEPATAN ANGIN PADA GEDUNG

BERBASIS MIKROKONTROLLER AT89S51

Penyusun : Rico Arizona

Pembimbing I : Basuki Rahmat,S.Si MT Pembimbing II : Fetti Try Anggraeni S,kom

ABSTRAK

Angin secara umum adalah setiap gerakan udara relatif terhadap permukaan bumi. Dalam pengertian teknis, yang dimaksud dengan angin adalah setiap gerakan udara yang mendatar atau hampir mendatar. Angin mempunyai arah dan kecepatan yang ditentukan oleh adanya perbedaan tekanan udara dipermukaan bumi. Angin bertiup dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Semakin besar perbedaan tekanan udara semakin besar kecepatan angin. Untuk keperluan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai Metereologi dan geofisika diperlukan suatu alat yang dapat mengukur kecepatan angin. Dalam tugas akhir ini, dibuat perangkat keras yaitu untuk mengukur kecepatan angin.

Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin menggunakan transistor sebagai pengukur kecepatan angin. Alat ini dibuat sedemikian hingga dapat mengukur kecepatan angin minimal 00,1 KM/Jam. Dan LCD 2x16 merupakan output dari hasil yang diukur sebelumnya pada alat pengukur kecepatan angin ini.

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat dan

rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun sehingga terbentuklah suatu

Tugas Akhir yang berjudul “Alat pengukur kecepatan angin pada gedung berbasis mikrokontroller AT89S51”, untuk memenuhi salah satu syarat Ujian Akhir Sarjana di Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Informatika Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jatim.

Penulis menyadari bahwasanya dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih

memiliki banyak kekurangan baik dari segi materi maupun dari segi penyusunannya

mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan penulis. Untuk itu, dengan

kerendahan hati penyusun mohon maaf dan penyusun sangat mengharapkan segala

saran dan kritikan yang sekiranya dapat membantu penyusun agar dalam penyusunan

selanjutnya bisa lebih baik lagi.

Surabaya, 25 mei 2011

(3)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan berkat kerja sama dari

berbagai pihak, baik moril maupun materil. Dan tidak lupa penulis panjatakan

rasa syukur kehadirat Allah SWT, atas semua anugerah dan pertolongan yang

tak terkira dalam hidupku. Serta tidak terlupakan iringan salam dan sholawat

bagi junjungan kami Nabi besar Muhamad SAW.

Dan tidak lupa penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

yang sebesar–besarnya kepada :

• Kedua orang tua dan keluarga penulis yang telah memberikan dukungan moril

maupun materil selama ini. Tetaplah iringi ananda dengan doa dan kasih

sayang. Doa putramu ini senantiasa kupanjatkan untuk kalian. Semoga Allah

senantiasa menjaga dan menyayanginya. Amin...

• Ir. Sutiyono, MT. selaku dekan Fakultas Teknologi Indutri Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim.

• Basuki Rahmat, S.Si., MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Informatika

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jatim dan Dosen Pembimbing

I, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan arahan dan memberi

motivasi sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

(4)

iv

• Dosen – dosen Teknik Informatika UPN “Veteran” Jatim atas bimbingan dan

ilmunya.

• Teman-teman penulis yang tidak mungkin penulis sebutkan namanya satu per

satu terima kasih telah membantu dan memberikan do’anya kepada penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini.

• Teman-teman satu daerah, yang senantiasa selalu memberikan motivasi

kepada penulis.

• Untuk Vemilia Karinda, SE. Yang tiada henti-hentinya memberikan semangat

dan do’anya, sehingga penulis termotivasi dalam menyelsaikan tugas akhir

ini.

• Rekan-rekan di Teknik Informatika UPN “Veteran” Jatim angkatan 2006

terutama kelas sore, juga teman- teman penyusun dari semua angkatan yang

secara tidak langsung telah membantu selama penyusunan tugas akhir ini.

• Dan semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak bisa disebutkan

satu-persatu.

• Semoga keikhlasan dalam membantu hingga terselesaikannya laporan Tugas

(5)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Untuk keperluan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai Kecepatan angin pada

gedung diperlukan suatu alat yang dapat mengukur kecepatan angin. Dengan

memperhatikan hal tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengembangkan suatu

alat untuk mengukur kecepatan angin pada Gedung. Sensor yang diaplikasikan untuk

pengukur kecepatan angin ini yaitu sensor yang di rancang khusus dengan

menggunakan dua buah transistor sebagai pengukur kecepatan angin dan temperatur

suhu. mikrokontroller AT895S1 sebagai pusat pengolahan datanya yang hasilnya akan

ditampilkan pada LCD 2x16. Oleh karena itu penulis mengajukan judul tugas akhir ini

dengan judul “Alat Pengukur kecepatan Angin Pada Gedung Berbasis Mikrokontroller

AT895S1”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat diambil perumusan masalah

yaitu :

a. Bagaimana proses untuk membangun sebuah aplikasi pengukur kecepatan angin pada

gedung menggunakan mikrokontroller AT89S51.

b. Membuat suatu alat yang bekerja secara otomatis yang dapat mengukur kecepatan

angin pada gedung.

c. Bagaimana membangun sebuah aplikasi pengukur kecepatan angin pada gedung

(6)

1.3 Pembatasan Masalah

Karena luasnya materi, maka dilakukan beberapa pembatasan masalah, antara lain

yaitu :

a. Mikrokontroler yang digunakan adalah AT89S51.

b. Menggunakan bahasa pemrograman ASM (assembler).

c. Prototype yang dibuat menggunakan Transistor yang digunakan sebagai

pengukur kecepatan angin atau sensor.

d. Menggunakan LCD dan sebagai pemberi informasi kecepatan angin.

e. Prototype yang di rancang beroperasi mendeteksi kecepatan angin.

Tujuan dibuatnya batasan masalah adalah agar pokok-pokok permasalahan yang

di bahas tidak melenceng dari topik yang telah diangkat.

1.4 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah, Merancang dan membangun sistem

pengukur kecepatan angin pada gedung.

1.5 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari skripsi ini antara lain sebagai berikut:

a. Memberikan masukan terhadap pembangunan gedung dari segi kenyamanan,

tata letak, serta resiko yang di hasilkan oleh kecepatan angin terhadap gedung.

b. Untuk mengetahui penyebab dan akibat yang akan menimbulkan kerusakan

pada gedung akibat kecepatan angin.

c. Sebagai petunjuk dalam penentuan faktor keamanan dalam melakukan

pelayaran

(7)

1.6 Metodologi Pembuatan Skripsi

Pembuatan Skripsi terbagi menjadi beberapa tahapan sebagai berikut:

1. Perancangan perangkat keras serta perangkat lunak.

2. Pembuatan rangkaian elektronik dan rangkaian mikrokontroler

AT89S51.

3. Menguji coba rangkaian yang sudah dibuat.

4. Menganalisa masing-masing rangkaian dan menyimpulkan hasil

dari uji coba rangkaian.

5. Penyusunan Buku Skripsi

Pada tahap ini merupakan tahap terakhir dari pengerjaan Skripsi. Buku

ini disusun sebagai laporan dari seluruh proses pengerjaan Skripsi. Dari

penyusunan buku ini diharapkan dapat memudahkan pembaca yang ingin

menyempurnakan dan mengembangkan aplikasi lebih lanjut.

1.7 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan tugas akhir ini dapat dijelaskan

seperti dibawah berikut ini :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab kesatu berisi latar belakang yang menjelaskan tentang

latar belakang permasalahan, tujuan, manfaat, dan sistematika

penulisanyang digunakan dalam laporan Skripsi ini.

(8)

Pada bab kedua erisi teori penunjang yang menguraikan tentang teori–

teori yang mendukung dari bagian-bagian perangkat atau alat yang

dibuat.

BAB III : DESAIN DAN PERANCANGAN

Pada bab ketiga berisi hal-hal yang berhubungan dengan

perancangan dan pembahasan perangkat keras tentang alat yang

dibuat.

BAB IV : IMPLEMENTASI SITEM DAN ANALISA

Pada bab keempat memuat hasil pengamatan dan pembahasan dari

hasil pembuatan alat yang dibuat.

BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab kelima berisi penjelasan lingkungan uji cobia alat,

pelaksanaan uji coba dan evaluasi dari hasil uji coba yang telah

dilakukan untuk kelayakan pemakaian alat.

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab keenam berisi kesimpulan dan saran untuk pengembangan

alat lebih lanjut dalam upaya memperbaiki kelemahan pada alat guna

untuk mendapatkan hasil kinerja alat yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi tentang literatur sebagai teori pendukung pembahasan pada

Tugas akhir ini.

(9)

DASAR TEORI

2.1 KERANGKA TEORI

Angin secara umum adalah setiap gerakan udara relatif terhadap permukaan

bumi. Dalam pengertian teknis, yang

dimaksud dengan angin adalah setiap gerakan udara yang mendatar atau hampir

mendatar. Angin mempunyai arah dan kecepatan

yang ditentukan oleh adanya perbedaan tekanan udara dipermukaan bumi. Angin

bertiup dari tempat bertekanan tinggi ke tempat bertekanan rendah. Semakin besar

perbedaan tekanan udara semakin besar kecepatan angin.

2.2 BEBERAPA MACAM ANGIN

Angin mempunyai kecepatan dan energi yang dapat mendorong benda-benda

yang dilewatinya. Kecepatan angin dinyatakan dalam km/jam, m/detik, atau dalam

knot ( 1 knot = 1 mil/jam = 1,8 km/jam ). Dalam pelayaran lazimnya menggunakan

ukuran kecepatan knot dan dalam penerbangan selain knot juga digunakan ukuran

km/jam atau m/detik.

Angin mempunyai energi yang besarnya setara dengan kecepatannya; makin

kencang makin besar energi yang dibawanya. Berkaitan dengan energi tersebut oleh

Admiral Beaufort dari angkan laut Inggris pada awal abad-19 angin dibedakan

tingkatnya menurut dampak yang ditimbulkan, dan menyusunnya dalam skala yang

selanjutnya dikenal dengan “skala Beaufort”. Kenudian pada tahun 1906 G.C.

Simpson dalam Meteorological Office Publication no. 180, London, mengemukakan

(10)

dengan V = kecepatan angin dinyatakan dalam m/dt, dan B besarnya skala. Dengan

skala Beaufort dikenali tanda-tanda sebagai berikut .

Skala Beaufort 0 : Keadaan tenang; asap dari cerobong industri kelihatan

Skala Beaufort 12: Angin sangat kencang yang kecepatannya lebih dari 60 knot. Di

darat banyak menimbulkan pohon tumbang dan di laut menimbulkan gelombang

sangat tinggi.Berdasarkan kecepatannya angin diberi tingkatan yang diberi nama:

a. Angin teduh, adalahangin yang kecepatannya kurang dari 1 knot.

b. Angin ribut, adalah angin yang luar biasa kekuatannya lebih dari 28 knot. c. Angin ribut kuat, adalah angin ribut yang kecepatannya 41 sampai 47 knot. d. Angin ribut hebat, adalah angin ribut yang kecepatannya lebih dari 48 knot. e. Angin ribut lemah, adalah angin ribut yang kecepatannya 25 sampai 33 knot. f. Angin ribut sedang, adalah angin ribut yang kecepatannya 25 sampai 33 knot.

Berbagai nama angin juga diberikan berdasarkan sifat fisis dan berdasarkan teori

atau disebut angin teoritik antara lain.

a. Angin geostrofik adalah angin mendatar yang secara teori dihasilkan dari adanya

keseimbangan antara gaya Corioli dan landaian mendatar tekanan. Dalam fisika

keseimbangan tersebut dinyatakan dengan rumus : Vg = – g/f Әp/Әn; dengan g =

percepatan gravitas bumi, f = faktor Corioli, p = tekanan atmosfer, dan Әp/Әn =

landaian tekanan sepanjang arah garis n tegaklurus isobar. Angin geostrofikk

arahnya Hampir sejajar dengan arah isobar.

b. Angin alobar adalah (1). Komponen angin yang secara teori dihasilkan oleh

ketidak seragaman perubahan lokal dari tekanan mengikut waktu. (2). Kecepatan

angin yang timbul dari adanya keseimbangan antara gaya Corioli dan percepatan

(11)

c. Angin isalobar, adalah angin yang secara teori ditimbulkan oleh perubahan

lokal tekanan mengikut waktu.

d. Angin landaian adalah komponen kecepatan angin yang tegaklurus garis

kontur tekanan tetap di suatu titik pada peta ketinggian. Secara teori angin

landaian (Vgr) dihasilkan dari adanya keseimbangan antara gaya Corioli dan gaya

sentripetal dengan landaian mendatar tekanan, dan dinyatakan dengan rumus :

Vgr2/R + f Vgr = – g Әp/Әn; dengan R = jejari lengkungan lintasan, f = faktor

Corioli, g = percepatan gravitas bumi, Әp/Әn = landaian tekanan tegak lurus

isobar.

e. Angin langkisau adalah angin kuat yang mendadak terjadi dalam waktu

singkat yang kemudian diikuti keadaan tenang (ta ada angin); umumnya hanya

disebutkan langkisau saja

f. Angin membujur setara adalah angin khayalan, dalam penerbangan, yang

diwujudkan seperti angin sebenarnya dengan kecepatan seragam sebesar

kecepatan rata-rata pesawat terbang terhadap bumi dan selalu sejajar dengan

lintasannya.

g. Angin pilin adalah badai angin kecil dengan udara di dalamnya berputar

mengelilingi pusat yang bertekanan rendah; kadang-kadang putaran udara

menjulur ke atas sampai beberapa ratus meter dan menimbulkan pilin debu bila

bila terjadi di padang pasir

h. Angin puyuh, adalah putaran kuat turus udara berbentuk juntaian yang

terdapat pada bagian bawah awan Kumulonimbus dan hampir selalu tampak

sebagai awan corong. Pusarnya bergaris tengah beberapa ratus meter. Biasanya

berputar siklonal (mengiri bila dilihat dari atas) dengan kecepatan sekitar 150 –

(12)

mempunyai potensi kekuatan sangat merusak. Di Indonesia angin puyuh disebut

juga “puting beliung”.

i. Angin semu, adalah angin yang arah dan kecepatannya diukur dari benda

yang bergerak. Besar arah dan kecepatannya sama dengan beda vektor antara

angin sebenarnya dan kecepatan benda bergerak.

j. Angin sekal setara, adalah sama dengan angn membujur setara

k. Angin termal adalah angin yang secara teori diturunkan dari perbedaan suhu

dan tekanan dalam lapisan atmosfer. Dalam praktik angin termal dinyatakan

sebagai beda vektor angin di suatu paras dan vektor angin paada paras

dibawahnya. Misalkan pada paras 500 mb vektor angin V5 dan pada a.paras 700

mb V7 maka angin termal dalam lapisan antara paras 700 mb dan 500 mb ditulis :

VT = V5 – V7

Di lintang tengah dan tinggi belahan bumi utara, di sekitar daerah dingin, arah

angin termal adalah siklonik (mengiri), dan di sekitar daerah panas antisiklonik

(menganan). Sebaliknya di belahan bumi selatan, di sekitar daerah dingin arah angin

termal adalah antisiklonik (mengiri), dan di sekitar daerah panas siklonik (menganan).

Meskipun penaksiran tersebut hanya untuk lintang tengah dan tinggi, tetapi dapat

digunakan untuk menaksir imbasnya di kawasan tropik atau Indonesia.Dengan angin

termal dapat ditaksir adanya lataan suhu atau energi dan arah penjalarannya. Dalam

lapisan batas (dari permukaan sampai sekitar 3 km atau paras 700 mb) , proyeksi

ujung vektor angin termal membentuk garis spiral yang disebut spiral Ekman. Bila

(13)

2.3 ANGIN SEBAGAI PETUNJUK CUACA

Dari angin dapat dikenali bebagai fenomena cuaca. Misalnya, di daerah

mengumpulnya angin di dekat permukaan bumi udara cenderung bergerak ke atas

sehingga menimbulkan banyak awan dan hujan. Sebaliknya di daerah angina

menyebar udara cenderung bergerak ke bawah sehingga di atas daerah tersebut awan

sulit tumbuh. Bila ngin kencang terus-menerus bertiup di atas lautan dapat

menimbulkan gelombang besar. Bila di suatu daerah arah angina sejajar tetapi kearah

samping kecepatannya banyak berbeda menimbulkan gesekan sehingga udara

berputar; demikian pula dapat menimbulkan putaran bila arah angina di suatu sisi

berlawanan arah dengan angina di sisi sebelahan.

Sumber: soerjadi wirjohamidjojo(www.blogger.com/profil)

2.4. KECEPATAN ANGIN DI INDONESIA

Rata-rata secara global kecepatan angin di darat adalah sekitar 30 - 40 km/jam.

akan tetapi kecepatan rata2 angin di daratan sangat tergantung pada dimana kita

mengukur kecepatan angin tersebut dan kapan kita melakukan pengukuran. sebagai

contoh wilayah Indonesia bagian Timur seperti NTT, NTB, Sulsel dan pantai selatan

Jawa mempunyai kecepatan angin rata-rata yang cukup tinggi yaitu 5 m/s, sementara

di indonesia bagian barat cenderung lebih rendah dari nilai tersebut.

Untuk pengukuran kecepatan angin yang lebih baik memang dilakukan pada

ketinggian 10 m, dengan pertimbangan efek dari lapisan perbatas dan korelasi eddy

sudah tidak mempengaruhi kecepatan angin lagi. tapi rata2 stasiun cuaca, terutama di

Indonesia melakukan pengukuran pada 0,5 m hingga 2 m. Sebagian besar stasiun

cuaca bahkan mengambil nilai tengahnya dengan menempatkan anemometer dalam

sangkar cuaca yang berketinggian 1,2 m.

(14)

1). Teori gerakan udara

Gerakan udara terjadi akibat pemanasan lapisan udara yang berbeda- beda.

Bangunan tinggi peredaran udara pada bagian atas, sehingga dibelakang bangunan

tinggi terjadi perputaran angin yang berlawaman, sehingga dapat menghasilkan

perputaran udara yang baik bagi bangunan rendah dibelakangnya.

Gambar 2.1. Pembalikan arah angin oleh bangunan tinggi

Pada bangunan tertutup dan sejajar dibutuhkan jarak sekitar tujuh kali

tinggi bangunan untuk membuat kecepatan angin kembali ke permukaan.

Gambar 2.2. Gerakan udara antara deretan bangunan.

(15)

2.5 Transistor sebagai sensor kecepatan angin

Peralatan ini menggunakan kenyataan bahwa suatu aliran udara mempunyai

pengaruh mendinginkan terhadap obyek yang lebih hangat di bandingkan dengan

benda-benda di sekelilingnya, maka transistor di kopel secara termal dengan sebuah

transistor (T1) yang di lewati arus secara kontinu. Kecepatan angin di ukur dengan

membandingkan tegangan pada sebuah dioda yang di inginkan pada sebuah dioda

acuan (T3). Tegangan ini masing-masing di berikan ke masukan tak menjungkir dan

menjungkir dari sebuah penguat operasi.

Penguat ini distel ke penguatan 1000, melewatkan arus ke transistor pemanas

ke resistor R1. Jika angin mendingikan dioada, panjaran maju pada dioda tersebut

naik (2mV/derajatC) sehingga menyebabkan tegangan pada masukan tak menjungkir

penguat operasi naik. Sebagai hasilnya tegangan keluaran penguat operasi naik untuk

memberikan arus kerja basis yang lebih banyak untuk T1 sehingga membangkitkan

panas lebih banyak dalam transitor ini. Penguat operasi ini berusaha untuk

mengkompensasi turunnya suhu yang mengarah ke kenaikan dalam hal arus kolektor

T1.

Kepekaan yang tinggi di peroleh dengan membuat suhu T2 lebih tinggi sekitar

5 derajat dari sekelilingnya. Ini dapat di peroleh dengan menstel alat ukur dengan

memberikan offset sekitar 5 mA bila tidak ada angin berhembus. Resistor R1 diplih

denganm sedemikian rupa sehingga arus yang melewati R1 tidak berlebihan.

Dalam rangkaian ini, T1 di perlihatkan sebagai sebuah BC 639, tetapi BC 547

juga dapat di gunakan. Arus kolektor maksimal kemudian harus di batasi ke 100 mA,

jika rangkaian cenderung berosilasi, penguatan IC1 harus dikurangi dengan

(16)

Gambar 2.2 bentuk fisik transistor

Gambar 2.3 transistor yang telah dikopel secara termal

2.6 Gambaran Umum Mikrokontroler

Mikrokontroler merupakan suatu IC yang di dalamnya berisi CPU, ROM,

RAM, dan I/O. Dengan adanya CPU tersebut maka mikrokontroler dapat melakukan

proses berfikir berdasarkan program yang telah diberikan kepadanya. Mikrokontroler

banyak terdapat pada peralatan elektronik yang serba otomatis, mesin fax, dan

peralatan elektronik lainnya. Mikrokontroler dapat disebut pula sebagai komputer

yang berukuran kecil yang berdaya rendah sehingga sebuah baterai dapat

memberikan daya. Mikrokontroler terdiri dari beberapa bagian seperti yang terlihat

(17)

Gambar 2.4 Susunan mikrokontroler

Pada gambar tersebut tampak suatu mikrokontroler standart yang tersusun

atas komponen-komponen sebagai berikut :

A. Central Processing Unit (CPU)

CPU merupakan bagian utama dalam suatu mikrokontroler. CPU pada

mikrokontroler ada yang berukuran 8 bit ada pula yang berukuran 16 bit. CPU ini

akan membaca program yang tersimpan di dalam ROM dan melaksanakannya.

B. Read Only Memory (ROM)

ROM merupakan suatu memori (alat untuk mengingat) yang sifatnya hanya

dibaca saja. Dengan demikian ROM tidak dapat ditulisi. Dalam dunia mikrokontroler

ROM digunakan untuk menyimpan program bagi mikrokontroler tersebut. Program

tersimpan dalm format biner (‘0’ atau ‘1’). Susunan bilangan biner tersebut bila telah

(18)

C. Random Acces Memory (RAM)

Berbeda dengan ROM, RAM adalah jenis memori selain dapat dibaca juga

dapat ditulis berulang kali. Tentunya dalam pemakaian mikrokontroler ada semacam

data yang bisa berubah pada saat mikrokontroler tersebut bekerja. Perubahan data

tersebut tentunya juga akan tersimpan ke dalam memori. Isi pada RAM akan hilang

jika catu daya listrik hilang.

D. Input / Output (I/O)

Untuk berkomunikasi dengan dunia luar, maka mikrokontroler menggunakan

terminal I/O (port I/O), yang digunakan untuk masukan atau keluaran.

E. Komponen lainnya

Beberapa mikrokontroler memiliki timer/counter, ADC (Analog to Digital

Converter), dan komponen lainnya. Pemilihan komponen tambahan yang sesuai

dengan tugas mikrokontr oler akan sangat membantu perancangan sehingga dapat

mempertahankan ukuran yang kecil. Apabila komponen-komponen tersebut belum

ada pada suatu mikrokontroler, umumnya komponen tersebut masih dapat

ditambahkan pada sistem mikrokontroler melalui port-portnya.

2.7 Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler AT89S51 adalah mikrokontroler CMOS 8 bit keluaran Atmel

dengan kapasitas Flash memory sebesar 4K bytes. Selain itu AT89S51 juga

mempunyai kapasitas RAM sebesar 128 bytes, 32 saluran I/O, Watchdog timer, dua

pointer data, dua timer/counter 16-bit. Memori Flash digunakan untuk menyimpan

perintah (instruksi) berstandar MCS-51, sehingga memungkinkan mikrokontroler ini

(19)

tidak memerlukan external memory (memori luar) untuk menyimpan source code

tersebut.

2.7 Arsitektur Mikrokontroler AT89S51

Mikrokontroler ini mempunyai empat port I/O, akumulator, register, RAM

internal, stack pointer, Arithmetic Logic Unit (ALU), pengunci (latch), dan rangkaian

osilasi yang membuat mikrokontroler ini dapat beroperasi hanya dengan sekeping

IC. Secara fisik, mikrokontroler AT89S51 mempunyai 40 pin, 32 pin diantaranya

adalah pin untuk keperluan port masukan atau keluaran. Satu port paralel terdiri dari 8

pin, dengan demikian 32 pin tersebut membentuk 4 buah port paralel, yang

masing-masing dikenal dengan Port 0, Port 1, Port 2 dan Port 3.

Di bawah ini merupakan susunan pin AT89S51 :

(20)

Berikut penjelasan dari masing-masing pin dan port :

1). Port 0

Port 0 merupakan port I/O 8 bit open drain dua arah. Sebagai sebuah port,

setiap pin dapat mengendalikan 8 input TTL. Ketika logika “1” dituliskan ke

port 0, maka port dapat digunakan sebagai input dengan high impedansi. Port 0

dapat juga dikonfigurasikan untuk multipleksing dengan address/data bus selama

mengakses memori program atau data eksternal.

2). Port 1

Port 1 merupakan port I/0 8 bit dua arah dengan internal pull up. Buffer output

port 1 dapat mengendalikan empat TTL input. Ketika logika “1” dituliskan

ke port 1, maka port ini akan mendapatkan internal pull up dan dapat

digunakan sebagai input. Port 1 juga menerima alamat byte rendah selama

pemrograman dan verifikasi Flash.

Port Pin Fungsi Alternatif :

P1.5 MOSI ( digunakan untuk In System Programming )

P1.6 MISO ( digunakan untuk In System Programming )

P1.7 SCK ( digunakan untuk In System Programming )

3). Port 2

Port 2 merupakan port I/O 8 bit dua arah dengan internal pull up. Buffer

output port 2 dapat mengendalikan empat TTL input. Ketika logika “1”

dituliskan ke port 2, maka port ini akan mendapatkan internal pull up dan dapat

(21)

4). Port 3

Port 3 merupakan port I/O 8 bit dua arah dengan internal pull up. Buffer

output port 3 dapat mengendalikan empat TTL input. Ketika logika “1”

dituliskan ke port 3, maka port ini akan mendapatkan internal pull up dan dapat

digunakan sebagai input.

5). Pin 1 sampai 8

Berfungsi sebagai: P1.0_ P1.7. Pin 1 sampai 8 merupakan saluran I/O 8 bit

yang bersifat dua arah, dengan internal pull-up yang dapat digunakan untuk

berbagai keperluan seperti mengendalikan 4 input TTL. Port ini juga

digunakan sebagai saluran alamat saat pemrograman dan verifikasi. Pada pin

6,7,8 terdapat port pin yang digunakan pada saat download program.

6). Pin 9

Berfungsi sebagai : RST. Pin 9 Merupakan masukan reset bagi

mikrokontroler. Reset akan aktif dengan memberikan input high selama 2

cycle.

7). Pin 10 sampai 17

Berfungsi sebagai : P3.0 _ P3.7. Pin 10 sampai 17 merupakan saluran I/O 8

bit dua arah dengan internal pull-up. Di samping sebagai saluran I/O, port ini

memiliki fungsi pengganti. Bila fungsi pengganti tidak dipakai maka dapat

digunakan sebagai port paralel 8 bit serbaguna. Selain itu, sebagian Port 3 dapat

(22)

Tabel. 2.1 Fungsi Khusus port 3

Pin Fungsi

P3.0 RXD masukan port serial

P3.1 TXD keluaran port serial

P3.2 INT0 masukan interupsi 0

P3.3 INT1 masukan interupsi 1

P3.4 T0 masukan Timer/Counter 0

P3.5 T1 masukan Timer/Counter 1

P3.6 WR pulsa penulisan data memori luar

P3.7 RD pulsa pembacaan data memori luar

8). Pin 18

Berfungsi sebagai : XTAL2. Pin 18 merupakan keluaran dari rangkaian

osilasi mikrokontroler.

9). Pin 19

Berfungsi sebagai : XTAL1. Pin 19 merupakan masukan untuk rangkaian

(23)

10). Pin 20

Berfungsi sebagai : GND. Pin 20 merupakan ground dari sumber tegangan.

11). Pin 21 sampai 28

Berfungsi sebagai : P2.0_P2.7. Pin 21 sampai 28 merupakan saluran I/O 8 bit

dua arah dengan internal pull-up.Saat pengambilan data dari program memori

eksternal atau selama pengaksesan data memori eksternal yang menggunakan

alamat 16 bit. Port 2 berfungsi sebagai saluran alamat tinggi (A8–A15).

Akan tetapi, saat mengakses data memori eksternal yang menggunakan alamat

8 bit, Port 2 mengeluarkan isi P2 pada Special Function Register.

12). Pin 29

Berfungsi sebagai : PSEN. Pin ini berfungsi pada saat mengeksekusi program

yang terletak pada memori eksternal. Program Strobe Enable (PSEN) akan

aktif dua kali setiap cycle.

13). Pin 30

Berfungsi sebagai : ALE/PROG. Pin ini dapat berfungsi sebagai Address

Latch Enable (ALE) yang menahan low bytes address pada saat

mengakses memori eksternal. Sedangkan pada saat Flash Programming

(PROG) berfungsi sebagai pulsa input selama proses pemrograman.

14). Pin 31

Berfungsi sebagai : EA/VPP. Pada kondisi low, pin ini akan berfungsi sebagai

External Access Enable (EA) yaitu mikrokontroler akan menjalankan program

(24)

untuk menjalankan program yang ada pada memori internal. Pin ini juga

berfungsi sebagai masukan tegangan selama proses pemrograman.

15). Pin 32 sampai 39

Berfungsi sebagai : D7_ D0 (A7 _A0). Pin 32 sampai 39 ialah Port 0 yang

merupakan saluran I/O 8 bit open collector dan dapat juga digunakan sebagai

multipleks bus alamat rendah dan bus data selama adanya akses ke memori

program eksternal. Saat proses pemrograman dan verifikasi, Port 0 digunakan

sebagai saluran data.

16). Pin 40

Berfungsi sebagai : VCC. Pin 40 merupakan masukan sumber tegangan positif

bagi mikrokontroler.

2.2.2 Memori Internal AT89S51 Memori internal AT89S51 terdiri dari 3 bagian yaitu

ROM, RAM dan SFR.

1. Read Only Memory (ROM)

ROM adalah memori tempat menyimpan program/source code. Sifat ROM

adalah non-volatile yaitu data/program tidak akan hilang walaupun tegangan supply

tidak ada. Kapasitas ROM tergantung dari tipe mikrokontroler.Untuk AT89S51

kapasitas ROM adalah 4 KByte. ROM pada AT89S51 menempati address 0000 s/d

(25)

2. Random Access Memory (RAM)

RAM adalah memori tempat menyimpan data sementara. Sifat RAM

adalah volatile yaitu data akan hilang jika tegangan supply tidak ada. Kapasitas

RAM tergantung pada tipe mikrokontroler.

Pada AT89S51 RAM dibagi menjadi 2 yaitu :

A. LOWER 128 byte yang menempati address 00 s/d 7F.

RAM ini dapat diakses dengan pengalamatan langsung (direct) maupun tak

langsung (indirect).

B. UPPER 128 byte yang menempati address 80 s/d FF.

Address ini sama dengan address SFR meski secara fisik benar–benar berbeda.

RAM ini hanya dapat diakses dengan pengalamatan tak langsung saja.

C. Special Function Register (SFR)

SFR adalah register dengan fungsi tertentu. Misalnya, register TMOD dan

TCON adalah timer control register yang berfungsi mengatur fasilitas timer

(26)

2.2.3 Osilator dan Clock

Agar dapat meneksekusi program, mikrokontroler membutuhkan pulsa

clock. Pulsa ini dapat dihasilkan dengan memasang rangkaian resonator pada

pin XTAL1 dan XTAL2. Frekuensi kerja maksimum AT89S51 adalah 33

MHz. Rangkaian osilator yang bisa digunakan pada mikrokontroler.

Komponen utamanya adalah quartz crystal yang dihubungkan dengan

kapasitor.Nilai kapasitornya biasanya 33pF

(27)

2.2.4 Bahasa Assembly Mikrokontroler AT89S51

Secara fisik, mikrokontroler bekerja dengan membaca instruksi yang

tersimpan di dalam memori. Mikrokontroler menentukan alamat dari memori

program yang akan dibaca dan melakukan proses baca data di memori. Data yang

dibaca diinterprestasikan sebagai instruksi. Alamat instruksi disimpan oleh

mikrokontroler di register, yang dikenal sebagai program counter.Instruksi ini

misalnya program aritmatika yang melibatkan 2 register.

Mikrokontroler AT89S51 memiliki sekumpulan instruksi yang sangat lengkap.

Instruksi MOV untuk byte dan bit dikelompokkan sesuai dengan mode pengalamatan

(addressing modes). Mode pengalamatan menjelaskan bagaimana operand

dioperasikan. Label mnemonic operand 1 operand 2 komentar (isi memori) (opcode)

4000 7430 MOV A, #35H ;copy 35H ke akumulator A Isi memori ialah bilangan

heksadesimal yang dikenal oleh mikrokontroler yang merupakan representasi dari

bahasa assembly yang telah dibuat. Mnemonic atau opcode ialah kode yang akan

melakukan aksi terhadap operand. Operand ialah data yang diproses oleh opcode.

Sebuah opcode bisa membutuhkan 1, 2 atau lebih operand, kadang juga tidak perlu

operand. Sedangkan komentar dapat menggunakan tanda titik koma (;).

2.2.5 Instruksi Mikrokontroler AT89S51

Instruksi pada mikrokontroler digunakan untuk menjalankan program sesuai

dengan perintah yang diinginkan. Di bawah ini merupakan instruksi yang dapat

(28)

1). ACALL (Absolute Call)

Instruksi ACALL digunakan untuk memanggil sub rutin program

Contoh :

START:

ACALL TUNDA ; Panggil Procedure penundaan waktu ….

TUNDA:

; Label Tunda

MOV R7,#0FFH ; Isikan Register 7 dengan data 0FFH(255)

2). ADD (Add Immediate Data)

Instruksi ini akan menambah 8 bit data langsung ke dalam isi akumulator dan

menyimpan hasilnya pada akumulator.

Contoh : Add A, #data

Add A, #@R1 ; Add indirect address

Add A, R6 ; Add register

Add A, 30H ; Add memori

3). CJNE (Compare Indirect Address to Immediate Data)

Instruksi ini akan membandingkan data langsung dengan lokasi memori yang

dialamati oleh register R atau Akumulator A. Apabila tidak sama maka instruksi

(29)

Format : CJNE R,#data,Alamat kode

Instruksi CLR akan mereset data akumulator menjadi 00H.

Format : CLR A

5). DEC (Decrement Indirect Address)

Instruksi DEC akan mengurangi isi lokasi memori yang ditujukan oleh

register R dengan 1 dan hasilnya disimpan pada lokasi tersebut.

Contoh: DEC 40H

DEC R7 ; decrement register

6). DJNZ

(Decrement Register And Jump If Not Zero) Instruksi DJNZ akan mengurangi nilai

register dengan 1 dan jika hasilnya sudah 0 maka instruksi selanjutnya akan

dieksekusi. Jika belum 0 akan menuju ke alamat kode.

Format : DJNZ Rr,Alamat Kode

(30)

Instruksi INC akan menambahkan isi memori dengan 1 dan menyimpannya pada

alamat tersebut.

Contoh: INC A

INC R7 ; increment register

8). JMP (Jump to sum of Accumulator and Data Pointer)

Instruksi JMP untuk memerintahkan loncat kesuatu alamat kode tertentu.

Format : JMP alamat kode.

Contoh :

Loop: …

RL A ; Geser data Akumulator ke kiri

ACALL Long_Delay ; Panggil Procedure penundaan waktu

JMP Loop ; Loncat ke Procedure Loop

9). MOV

Instruksi ini untuk memindahkan isi akumulator/register atau data dari nilai luar

atau alamat lain.

Contoh :

MOV A,#40H

MOV @RO,A

(31)

MOV DPTR, #20H

MOVC A, @A+DPTR ; pindahkan kode memori offset dari data pointer ke A

MOVX @DPTR, A ; Pindahkan akumulator ke memori eksternal yang dialamati

; oleh data pointer

10). RET (Return from subroutine)

Instruksi untuk kembali dari suatu subrutin program ke alamat terakhir subrutin

tersebut di panggil.

11). SETB (Set Bit)

Instruksi SETB untuk mengaktikan atau memberikan logika 1 pada sebuah

bit data.

Format :

SETB A.1 (memberikan logika 1 pada accumulator bit ke 1)

SETB P1.1 (memberikan logika 1 pada Port 1 bit ke 1)

12). CLRB (Clear Bit)

Instruksi CLRB untuk memberikan logika 0 pada sebuat bit data.

Format :

CLRB A.1 ; memberikan logika 0 pada accumulator bit ke 1

(32)

2.4 Liquid Crystal Display (LCD)

LCD merupakan salah satu komponen penting dalam pembuatan tugas akhir

ini karena LCD dapat menampilkan perintah-perintah yang harus dijalankan oleh

pemakai.LCD mempunyai kemampuan untuk menampilkan tidak hanya angka,

huruf abjad, kata-kata tapi juga simbol-simbol.

Jenis dan ukuran LCD bermacam-macam, antara lain 2x16, 2x20, 2x40, dan

lain-lain. LCD mempunyai dua bagian penting yaitu backlight yang berguna jika

digunakan pada malam hari dan contrast yang berfungsi untuk mempertajam tampilan

(33)

Tabel 2.2 Fungsi pin LCD

Fungsi dari masing– masing pin pada LCD adalah pin pertama dan kedua

merupakan pin untuk tegangan suplai sebesar 5 volt, untuk pin ketiga harus

ditambahkan resistor variabel 4K7 atau 5K ke pin ini sebagai pengatur kontras

tampilan yang diinginkan.

Pin keempat berfungsi untuk memasukkan input command atau input data, jika ingin

memasukkan input command maka pin 4 diberikan logic low (0), dan jika ingin

(34)

Fungsi pin kelima untuk read atau write, jika diinginkan untuk membaca karakter data

atau status informasi dari register (read) maka harus diberi masukan high (1), begitu

pula sebaliknya untuk menuliskan karakter data (write) maka harus diberi masukan

low (0). Pada pin ini dapat dihubungkan ke ground bila tidak diinginkan

pembacaan dari LCD dan hanya dapat digunakan untuk mentransfer data ke LCD.

Pin keenam berfungsi sebagai enable, yaitu sebagai pengatur transfer command atau

karakter data ke dalam LCD. Untuk menulis ke dalam LCD data ditransfer waktu

terjadi perubahan dari high ke low, untuk membaca dari LCD dapat dilakukan

ketika terjadi transisi perubahan dari low ke high.

Pin-pin dari nomor 7 sampai 14 merupakan data 8 bit yang dapat ditransfer dalam 2

bentuk yaitu 1 kali 8 bit atau 2 kali 4 bit, pin ini akan langsung terhubung ke

pin-pin mikrokontroler sebagai input/output. Untuk pin-pin nomor 15-16 berfungsi sebagai

backlight.

2.7 KAPASITOR (KONDENSATOR)

Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan

dengan huruf "C" adalah suatu komponen elektronika yang dapat menyimpan

energi/muatan listrik di dalam medan magnet listrik, dengan cara mengumpulkan

ketidakseimbangan internal dari muatan listrik.

Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu

bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya udara vakum,

keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka

muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya

(35)

satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan

sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah

oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak

ada konduksi pada ujung-ujung kakinya.

a) Kondensator elektrolit

Kondensator elektrolit atau Electrolytic Condenser (sering disingkat Elco)

adalah kondensator yang biasanya berbentuk tabung, mempunyai dua kutub kaki

berpolaritas positif dan negatif, ditandai oleh kaki yang panjang positif sedangkan

yang pendek negatif atau yang dekat tanda minus ( - ) adalah kaki negatif. Nilai

kapasitasnya dari 0,47 µF (mikroFarad) sampai ribuan mikroFarad dengan voltase

kerja dari beberapa volt hingga ribuan volt.

Gambar 2.8 Bentuk fisik dari kondensator elektrolit

b) Kondensator Keramik (Ceramic Capacitor)

Bentuknya ada yang bulat tipis, ada yang persegi empat berwarna merah,

hijau, coklat dan lain-lain. Dalam pemasangan di papan rangkaian (PCB), boleh

dibolak-balik karena tidak mempunyai kaki positif dan negatif. Mempunyai

(36)

(KpF). Dengan tegangan kerja maksimal 25 volt sampai 100 volt, tetapi ada juga

yang sampai ribuan volt.

Gambar 2.9 Bentuk fisik dari kondensator keramik

2.8IC Regurator 7805

adalah sebuah keluarga sirkuit terpadu regulator tegangan linier monolitik

bernilai tetap. Keluarga 78xx adalah pilihan utama bagi banyak sirkuit elektronika

yang memerlukan catu daya teregulasi karena mudah digunakan dan harganya relatif

murah. Untuk spesifikasi IC individual, xx digantikan dengan angka dua digit yang

mengindikasikan tegangan keluaran yang didesain, contohnya 7805 mempunyai

keluaran 5 volt dan 7812 memberikan 12 volt. Keluarga 78xx adalah regulator

tegangan positif, yaitu regulator yang didesain untuk memberikan tegangan keluaran

yang relatif positif terhadap ground bersama. Keluarga 79xx adalah peranti

komplementer yang didesain untuk catu negatif. IC 78xx dan 79xx dapat digunakan

bersamaan untuk memberikan regulasi tegangan terhadap pencatu daya split.

IC 78xx mempunyai tiga terminal dan sering ditemui dengan kemasan TO220,

walaupun begitu, kemasan pasang-permukaan D2PAK dan kemasan logam TO3 juga

(37)

tegangan keluaran hingga kira-kira 36 volt, dan biasanya mempu pemberi arus listrik

hingga 1.5 Ampere (kemasan yang lebih kecil atau lebih besar mungkin memberikan

arus yang lebih kecil atau lebih besar).

Gambar 2.10 Bentuk fisik dari IC Regurator 7805

2.9 Dioda

Dioda adalah komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor.

Dioda memiliki fungsi hanya mengalirkan arus satu arah saja. Struktur dioda adalah

sambungan semikonduktor P dan N. Satu sisi adalah semikonduktor dengan tipe P

dan satu sisinya yang lain adalah tipe N.

Dengan struktur demikian arus hanya akan mengalir dari sisi P menuju sisi N.

Dibawah ini gambar simbol dan struktur dioda serta bentuk karakteristik dioda.

(38)

2.10 Transistor

Transistor adalah semikonduktor yang memiliki peranan yang sangat penting

dalam dunia elektronik analog ataupun digital. Komponen ini mempunyi banyak

fungsi dalam dunia elektronik, diantaranya sebagai penguat, switching (saklar),

modulasi signal, stabilitas tegangan dll.

Transistor memiliki tiga kaki yang memiliki fungsi dan nama berbeda, yaitu Basis

(B), Emitor (E), dan Colector (C) Fungsi utama atau tujuan utama pembuatan

transistor adalah sebagai penguat (amplifier), namun dikarenakan sifatnya, transistor

ini dapat digunakan dalam keperluan lain misalnya sebagai suatu saklar elektronis.

Susunan fisik transistor adalah merupakan gandengan dari bahan semikonduktor tipe

P dan N seperti digambarkan dibawah ini.

Gambar 2.12 Transistor

2.11 Resistor

Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan untuk membatasi

jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Kemampuan resistor dalam

menghambat arus listrik sangat beragam disesuaikan dengan nilai resistansi resistor

(39)

Bentuk resistor yang umum adalah seperti tabung dengan dua kaki di kiri dan kanan.

Pada badannya terdapat lingkaran membentuk cincin kode warna untuk mengetahui

besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter.

Gambar 2.13 Resistor

2.12 Buzzer

Buzzer atau sering disebut pengeras suara adalah komponen elektronika yang

mampu mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara. Proses mengubah sinyal

ini dilakukan dengan cara menggerakkan komponennya yang berbentuk selaput.

(40)

BAB III

DESAIN DAN PERANCANGAN

Pada BAB III ini akan dibahas perancangan sistem baik pada perangkat

keras (hardware) dan perangkat lunak (software) perangkat keras meliputi :

1) Sistem Minimum.

2) Rangkaian Buzzer dan Sensor.

3) Display LCD

4) Kabel penghubung

5). Minimum Sistem AT89S51

3.3 Perancangan Perangkat Elektronika.

Diagram blok di bawah ini merupakan gambaran secara besar dari jalanya

sistem yang dibuat dalam tugas akhir ini.

(41)

3.4 Rangkaian Buzzer

Pada alat ini buzzer berfungsi untuk indikator bunyi atau penanda

apabila daya atau kecepatan angin mencapai daya maksimal. mikrokontroler,

rangkaian buzzer menggunakan transistor A733 (general purpose), pada

dasarnya, buzzer di hubungkan ke tegangan Vcc 5 Volt (dengan batasan arus oleh

resistor 1K ohm), karena adanya transistor, maka buzzer mendapatkan arus atau

tidaknya tergantung dari kondisi transistor saat itu, jika transistor ON

(karena adanya arus low pada basis, dengan pemberian logika ‘0’), maka buzzer

mendapat tegangan Vcc, namun sebaliknya jika transistor OFF (karena

adanya arus high pada basis, dengan pemberian logika ‘1’), maka buzzer juga

OFF. Skema rangkaian buzzer di pelihatkan pada Gambar 3.2

(42)

1). Sensor (Transistor)

Rangkaian sensor Penguat ini distel ke penguatan 1000, melewatkan arus ke

transistor pemanas ke resistor R1. Jika angin mendingikan dioda, panjaran maju

pada dioda tersebut naik (2mV/derajatC) sehingga menyebabkan tegangan pada

masukan tak menjungkir penguat operasi naik.Sebagai hasilnya tegangan keluaran

penguat operasi naik untuk memberikan arus kerja basis yang lebih banyak untuk

T1 sehingga membangkitkan panas lebih banyak dalam transitor ini. Penguat

operasi ini berusaha untuk mengkompensasi turunnya suhu yang mengarah ke

kenaikan dalam hal arus kolektor T1.

2). Display LCD

Perangkat ini digunakan sebagai output atau penampil dari hasil yang

sudah diproses pada mikrokontroler.

3). Kabel penghubung

Perangkat ini berfungsi untuk menyambung sensor dengan LCD yang

nantinya sensor memberikan informasi ke LCD melalui kabel data yang di

pasang.

3.1.2 Software

1). Proteus 7 Profesional

Proteus sebagai program yang digunakan untuk merancang rangkaian

elektronik

2). Program compiler ASM51 dan program downloader AEC ISP ASM51

adalah program compiler berbasis windows untuk mikrokontroler keluarga

ATMEL. Pemrograman pada mikrokontroler AT89S51 menggunakan bahasa

(43)

adalah untuk me-load file berekstensi “.asm”yang sudah dibuat dengan

menggunakan Notepad untuk dirubah menjadi file berektensi “.hex”. Setelah

file dirubah menjadi “.hex” kemudian di-load dengan menggunakan program

compiler AEC ISP. Tujuannya adalah untuk memasukkan program mikro ke

dalam downloader mikrokontroler AT89S51.

3.3 Rancangan Skematik

Perancangan papan rangkaian menggunakan software Proteus 7

Profesional.Langkah pertama adalah menggambar skema rangkaian

pada\schematic editor. Kemudian dari schematic editor komponen yang dirangkai

dipindahkan ke layout PCB.

3.2.2 Rangkaian Sistem Minimum AT89S51.

Digunakan untuk menyimpan berapa kecepatan angin yang telah di ukur,

memeriksa kode kunci yang dimasukkan, dan mengatur tampilan pada LCD,

Selain itu, tugas mikrokontroler lainnya adalah men-drive indikator output berupa

LED dan buzzer. Berikut adalah gambar rangkaian mikrokontroller yang

(44)
(45)

3.4 Tahap Penyelesaian

Setelah selesai melakukan perancangan alat-alat, langkah selanjutnya

adalah perakitan. Tahap perakitan dimulai dengan urutan sebagai berikut :

1). Merangkai komponen elektronik

Komponen elektronik, minimum sistem AT89S51, transistor, LCD

dan buzzer,dirangkai sesuai dengan perancangan yang telah dibuat.

Komponen dipasang pada tempatnya sesuai dengan layout PCB.

2). Memasang PCB ke dalam box

PCB yang sudah dipasangi komponen elektronik dan komponen

mikrokontroler dipasang ke dalam box agar lebih rapi dan teratur.

3). Pemrograman mikrokontroler AT89S51

Pemrograman dilakukan setelah semua komponen elektronika dan

komponen mikrokontroler terpasang dengan benar. Pemrograman dilakukan

dengan menggunakan bahasa Assembler. Listin program ditulis dengan

menggunakan program Notepad dan file disimpan dengan ekstensi “.asm”.

Kemudian file “.asm” tersebut di-load dengan program compiler ASM51

untuk dirubah menjadi file “.hex”. Setelah file dirubah menjadi file “.hex”

kemudian di-load dengan menggunakan program compiler EC ISP.

Tujuannya adalah untuk memasukkan program mikro ke dalam

downloader mikrokontroler AT89S51.

Untuk proses pemrograman keIC AT89S51 ditunjukkan seperti di

bawah ini :

a. Program ditulis dengan menggunakan Notepad kemudian untuk merubah

(46)

b. Dibuka program compiler ASM51 untuk merubah file rico.asm menjadi

rico.hex.

c. Dibuka program downloader AEC ISP

Kemudian memilih pada bagian A lalu memasukkan nama program yang akan

didownload. Nama filenya adalah rico.hex. Proses akan berlanjut dengan

inisialisasi memori program seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

d. Proses selanjutnya adalah mendownload program ke IC AT89S51 dengan

memilih pada bagian E.

4). Finishing

Setelah semuanya terpasang dengan baik,maka tahap selanjutnya adalah

tahap finishing dengan merapikan kabel-kabel dan merapikan box.

5). Ujicoba

Setelah terpasang menjadi sebuah prototipe sensor pendeteksi jarak

pada mobil dengan baik,maka dilakukan ujicoba. Ujicoba dilakukan dengan

melakukan tes untuk mengukur jarak yang telah ditentukan. Jarak yang

(47)

3.5 Sistem Alur kerja mikrokontroller

(48)
(49)

IMPLEMENTASI SISTEM

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum program pengukur kecepatan

angin dibuat dan pada akhirnya dapat dijalankan dengan baik, cara mengimplementasikan

program yang sudah dibuat.

4.1 Kebutuhan Perangkat Sistem

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai perangkat keras dan perangkat lunak

yang digunakan pada implementasi sistem ini. Perangkat keras yang digunakan adalah

sebagai berikut:

1) Personal komputer untuk desain skema rangkaian, pembuatan software, dan proses

programming ke PEROM AT89S51.

2) Peralatan (downloader, kabel serial DB9)

(50)

Transistor C945P331

Sedangkan perangkat lunak yang digunakan dalam perancangan aplikasi ini adalah

sebagai berikut :

1) Proteus 7 Profesional

2) ISP Flash programmer version 3.0a

3) MIDE-51

4.2 Implementasi Minimum AT89S51

Implementasi minimum AT89S51 dibuat untuk proses utama untuk menjalankan

suatu sistem kerja yang kita inginkan. Mikrokontroler AT89S51 sebuah media

penyimpanan program yang kita dibuat. Implementasi mikrokontroler AT89S51 tersebut

(51)

4.2.1 Rangkaian Minimum AT89S51

Pada rangkaian minimum AT89S51 adalah rangkaian utama pada sistem

mikrokontroler AT89S51. Didalam mikrokontroelr AT89S51 ada sebuah program untuk

menjalankan subuah sistem yang mau dijalankan. Gambar rangkaian minimum AT89S51

dapat dilihat pada Gambar 4.1

(52)

Setelah merangkai komponen-komponen pada PCB, tahap implementasi yang terakhir

adalah menggabungkan rangkaian PCB dengan adaptor dan kontak, kabel pararel,

Berikut ini adalah gambar keseruruhan rangkaian alat, Gambar 4.2 (a) LCD,(b) Kontak, (c)

Rangkaian mikrokontroller.

Gambar 4.2 Rangkaian alat keseluruhan

4.3 Prosedur Pemasangan Program Pada Mikrokontroller AT89S51

Agar listing program yang dibaca Mikrokontroller, maka listing program yang

awalnya berekstensi .ASM harus diconvert menjadi .hex. Untuk memasang program pada

Chip AT89S51 Pertama-tama program yang sudah dibuat sebelumnya harus dicompile

terlebih dahulu, untuk memastikan tidak ada error, karena jika ada yang error maka

program tidak akan bisa dibuat. A

(53)

4.3.1 Download Program Ke dalam Mikrokontroler

Untuk proses donwload program ke dalam IC mikrokontroler software yang

digunakan ISP-Flash programmer Version 3.0a. Pada proses pembuatan program, program

diketik dalam bahasa assembler. Kemudian di compile dalam dengan compiler asm51,

menjadi file object. Deri object di compile menjadi file dalam bentuk hex. Untuk menulis

program dalam bahasa asember kita bisa memanfaatkan teks editor, seperti notepad, editor

dos, dsb. Setelah kita menulis program dalam teks editor, kita perlu simpan file kita dengan

ekstensi .asm, kemudian kita simpan pada folder dengan lokasi yang sama dengan lokasi

copiler ASM51.

Langkah-Langkah Download:

Tampilan MIDE-51

(54)

Tuliskan Program dalam page M-IDE studio MCS-51 dalam bahasa Assembly (ASM51

assembler) Simpan Program misal di D:/Program_mikro, kemudihan lakukan Proses Build

current file seperti tampak pada Gambar 4.4. Apabila tidak terjadi error maka pada

tampilan bawah akan muncul pesan seperti yang ditunjukan dalam Gambar 4.5.

Gambar 4.4 Proses Build current file

(55)

setelah proses build sukses selanjutnya buka software ISP Flash Programmer V3.0a

sebagai catatan software ISP Flash Programmer V3.0a tidak memerlukan proses instalasi

sehingga akan lebih mudah dan praktis digunakan.

Gambar 4.6 Tampilan software ISP Flash Programmer V3.0a

(56)

Seperti tampak pada jendela software ISP-Programmer Versi 3.0a terdapat beberapa

tombol, antara lain tombol Read, Write, Open file, Save file, Disp Buffer, Verifty,

Write LBs, Signature, Reload File, dan About. Selain itu juga ditampilkan bagian yang

digunakan untuk memilih jenis IC mikrokontroller yang akan di gunakan.

Dalam jendela tersebut ditunjukan bahwa hanya beberapa IC mikrokontroller yang proses

donwload programnya adalah seperti yang terdapat dalam tabel berikut.

Tabel 4.8 Mikrokontroller yang kompatibel untuk

software ISP-Programmer Versi 3.0a

Langkah selanjutnya adalah koneksikan atau hubungan antara project board

mikrokontroller (downloader) dengan komputer (PC atau laptop) setelah koneksi dilakukan

dengan benar, maka dilakukan uji koneksi. Apakah komputer mengenali adanya hardware

mikrokontroller yang telah dihubungkan ke komputer dengan kabel data, klik tombol

(57)

Sebelum mulai mencari file *.hex yang akan di-download, pastikan komputer mendeteksi

mikrokontroller yang akan diisi dengan program. Setelah itu klik tombol Open file

kemudian akan muncul jendela Open Hex File pilih file *.hex yang akan kita donwload,

lalu klik jendela Open Hex File tersebut.

Gambar 4.9 Open File

Langkah berikutnya adalah menuliskan (write) atau men-download data hesadesimal dari

komputer menuju IC mikrokontroller. Caranya adalah dengan meng-klik tombol Write

hingga muncul jendela Programming the uController seperti tampak pada gambar dibawah

(58)

Gambar 4.10 klik tombol Write

Gambar 4.9 Programming the uController

Setelah proses loading program ke mikrokontroller selesai akan muncul jendela Write yang

di dalamnya tertulis “Programing/Verify OK”. Jendela itu menunjukan bahwa proses

download program ke mikrokontroller telah selesai dan berhasil.

(59)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi – fungsi yang telah

direncanakan bekerja dengan baik atau tidak. Pengujian alat juga berguna untuk

mengetahui tingkat kinerja dari fungsi tersebut. Setelah dilakukan pengujian, maka

hendaknya melakukan ujian ukuran / analisa dan terhadap apa yang diuji untuk

mengetahui keberhasilan dari alat yang di buat.

Pengujian ini meliputi :

Pengujian hardware dilakukan untuk mengetahui bagaimana kinerja hardware

yang telah dibuat, pengujian ini meliputi :

5.1.1. Rangkaian Sensor angin (transistor)

Peralatan ini menggunakan kenyataan bahwa suatu aliran udara

mempunyai pengaruh mendinginkan terhadap obyek yang lebih hangat di

bandingkan dengan benda-benda di sekelilingnya, maka transistor di kopel

secara termal dengan sebuah transisitor (T1) yang di lewati arus secara

kontinu. Kecepatan angin di ukur dengan membandingkan tegangan pada

(60)

5.1.1.1. Pengujian kalibrasi kecepatan angin

a. Peralatan yang dibutuhkan

Menggunakan kipas angin berkuran sedang, digunakan kipas

angin dengan ukuran sedang ini agar angin yang di pancarkan bisa

stabil dan akurasi hasil pengukuran sesuai dengan yang di terapkan.

b. Membutuhkan alat ukur seperti anomemeter atau alat ukur

putaran roda sepeda motor (speedometer) sebagai pembanding,

dengan tujuan untuk menyamai kalibrasi kecepatan angin.

Cara pengujian.

1) Kipas angin diarahkan ke sensor pada jarak yang berbeda-beda

namun dengan ketentuan jarak 10-20 cm.

2) Mengukur kecepatan yang dipancarkan oleh kipas angin.

Tabel 5.2 Data Pengujian Sensor angin

(61)

40 16,9 km/jam 16 km/jam Bahaya

50 15,2 km/jam 15 km/jam Bahaya

5.2 Pengujian keseluruhan alat.

Pada tahap ini pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang di

buat telah berjalan atau tidak. Langkah yang dilakukan pada pengujian ini adalah:

a. Memastikan bahwa semua komponen, kabel dan alat telah terpasang dengan

benar.

b. Menyalakan alat, apakah sudah siap untuk di ujicoba.

c. Menstabilkan sensor angin terlebih dahulu, agar dalam proses pengukuran

dapat diperoleh akurasi data yang diinginkan.

d. Lampu LED biru dan merah akan menyala bersamaan dengan kondisi alat

sedang ON, dan kecepatan angin pada kecepatan 00,1 atau 00,2 km/jam.

e. Lampu LED biru akan terus menyala bersamaan dengan bunyi buzzer disaat

kecepatan angin mendekati level “HATI-HATI, BAHAYA dan SANGAT

(62)

Gambar 5.1 lampu LED menyala bersamaan.

Adapun bentuk fisik mekanik dari perangkat ini adalah sebagai berikut:

(63)

Gambar 5.3 Bentuk Fisik Perangkat Mekanik saat kondisi sedang ON.

Gambar 5.4 bentuk fisik LCD pada saat kondisi awal.

Pada tampilan LCD pada gambar diatas adalah dimana kondisi angin

menunjukkan kecepatan 00,2 km/jam, dan itu merupakan kondisi dimana kecepatan

angin yang diperoleh adalah didalam ruangan. Karena setiap ruangan pasti terdapat

(64)

BAB VI

PENUTUP

Dari pengujian alat pada tugas akhir ini, dapat ditarik kesimpulan dan

saran yang nantinya dapat berguna untuk pengembangan alat ini secara lebih

baik lagi.

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisa yang telah dikemukakan pada bab

sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Cara kerja dari alat “pengukur kecepatan angin pada gedung” ini yaitu

untuk mengukur berapa besar kecepatan angin pada gedung yang

nantinya mungkin sangat berguna untuk diketahui, pada pengujian

prototype ini angin yang mencapai level sangat bahaya adalah dengan

keterangan 15,1 - 15,2 km/jam. Namun jika kecepatan angin pada level

yang sesungguhnya adalah mencapai 151-152 km/jam.

b. Alat ini akan membutuhkan kipas angin yang mempunyai kekuatan angin

yang fokus, karena angin yang ada di sekitar akan sangat mempengaruhi

daya kipas angin yang digunakan sebagai tes uji, untuk itu data yang

akurat diharapkan dapat diperoleh dari hasil ujicoba alat.

c. Kalibrasi yang digunakan adalah speedometer atau pengukur putaran roda

(65)

6.2 Saran

Dari hasil pembahasan, maka saran yang dapat disampaikan adalah

sebagai berikut :

a. Alat ini mungkin lebih baik di beri banyak buzzer atau LED yang bisa

menjadi tanda apabila angin mencapai level yang tinggi.

b. Sebaiknya alat ini dapat dikembangkan lagi dengan menggunakan

pengukuran dengan skala besar dan lebih berguna nantinya.

c. Kalibrasi yang digunakan harus lebih akkurat agar hasil pembanding

(66)

• Arsyad, Sofyan, Ilmu Iklim dan Pengairan, CV Yasagama, Jakarta, 1983.

• Barry Gwoollard, Elektronika Praktis Cetakan Kedua, PT. Praditya Paramita,

Jakarta, 1998.

• Ibnu Malik, Muhammad, Anistardi, Bereksperimen dengan Mikrokontroller

8031, Elex Media Komputindo,

• Jakarta, 1997. Malvino Leach, Prinsip-Prinsip dan Penerapan digital Edisi

ketiga, Erlangga, Jakarta, 1992.

• Malvino, Paul Albert, Prinsip – Prinsip Elektronika Jilid

I, Diterjemahkan oleh Sahat Pakpahan, Erlangga, Jakarta, 1996.

• Millman, Halkias, Elektronika Terpadu, Erlangga , Jakarta, 1993.

• Roger L. Tokheim, Sutisna, Prinsip-Prinsip Digital Edisi

• Kedua, Erlangga, 1994. Putra, Agfianto Eko, Belajar Mikrokontroler

Kumpulan Artikel - 103 - Energi Angin / Wind Turbine / Wind Mill

• Lippsmeier , Georg , “ Bangunan Tropis “ PT Gelora Aksara Pertama , Cetakan Pertama , 1994

Gambar

Gambar 2.2. Gerakan udara antara deretan bangunan.
Gambar 2.2 bentuk fisik transistor
Gambar 2.5  Susunan pin AT89S51
Tabel. 2.1 Fungsi Khusus port 3
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) "Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah: apa yang saksi nyatakan di sidang peradilan. b) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa

Dengan keberhasilan yang dilakukan oleh beberapa peneliti dalam meramalkan model hidrologi menggunakan metode ANFIS, maka dalam penelitian ini akan menguji tingkat

dan uji lanjutan menggunakan Tukey HSD menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan atau pengaruh yang signifikan (P>0,05) antara konsentrasi bakteri Lactobacillus

menggunakan metode electroless kodeposisi sangat tergantung pada tingkat penggabungan lapisan komposit tersebut antara matriks Ni-P dan penguat nano partikel Al 2 O 3 Hal

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan 1).Bagaimana partisipasi pemuda karang taruna di desa Ambarwinangun dalam menumbuhkan karakter tanggung jawab,

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengembangkan bahan ajar fisika kuantum berbasis masalah

Bermain musik merupakan salah satu cara untuk dapat mengembangkan kreativitas anak dengan melatih kemampuan kedua belah otak, karena bermain musik itu menyenangkan seperti yang

Mekanisme pengusulan Aset NV Volkshuisvesting untuk menerbitkan Surat Persetujuan Prinsip sebagai Barang Milik Negara atau Barang Milik Daerah sebagaimana dimaksud