• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pinastiti Agustina Suciwidati F3409051

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pinastiti Agustina Suciwidati F3409051"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME

DENGAN MEDIA VIDEOTRON DI KOTA SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Oleh:

Pinastiti Agustina Suciwidati

NIM F3409051

PROGRAM DIPLOMA ΙΙI PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

(3)
(4)

commit to user

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Seseorang harus punya mimpi dan cita-cita yang tinggi untuk mencapai

kesuksesan.

Penulis mempersembahkan kepada :

- Bapak Ibu RMP Denantyo Tarpinadi tercinta, dan

(5)

commit to user

KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkanRahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan Tugas Akhirdengan

judul Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame dengan Media

Videotron di Kota Surakarta ini dapat diselesaikandengan baik.

Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Ahli Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Perpajakan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Dalam kesempatan ini penulissampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan tugas akhir ini:

1. Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Faklutas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret.

2. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Diploma 3

Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

3. Arum Kusumaningdyah, S.E., M.M., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir

yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir.

4. Drs. AG. Agung Hendratno, M.Si selaku Kepala DPPKA Bagian Dafda

Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk

melakukan magang kerja dan penelitian.

5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan tugas

akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juni 2012

(6)

commit to user

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

ABSTRACT... ii

HALAMAN PERSETUJUAN... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 1

B. Latar Belakang Masalah... 14

C. Perumusan Masalah... 17

D. Tujuan Penelitian... 18

E. Manfaat Penelitian ... 19

F. Metodologi Penelitian... 20

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 25

A. Tinjauan Pustaka...

B. Analisis Data dan Pembahasan...

25

(7)

commit to user

BAB III TEMUAN ... 73

A. Kelebihan... 73

B. Kelemahan... 74

BAB IV PENUTUP ... 76

A. Simpulan ... 76

B. Rekomendasi... 78

DAFTAR PUSTAKA

(8)

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR Halaman

2.1 Running teks (petunjuk arah) yang berada di depan

Poltabes Jebres...

47

2.2 Visualisasi Bentuk Videotron yang Terletak di

Manahan Solo...

48

2.3 Kesemrawutan reklame di jalan protokol Brig. Jend.

Slamet Riyadi...

69

2.4 Penempatan videotron di sudut jalan dan halaman mol

di Jogyakarta...

[image:8.595.127.504.212.503.2]
(9)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sistem perizinan pemasangan reklame

2 Sistem Lanjutan perizinan pemasangan reklame

3 Sistem Lanjutan perizinan pemasangan reklame

4 Sistem lanjutan pembayaran pajak reklame

5 Sistem Lanjutan perizinan pemasangan reklame

6 Sistem lanjutan perizinan pemasangan reklame

7 Sistem lanjutan perizinan pemasangan reklame

8 Sistem Penetapan Pajak Reklame

9 Sistem lanjutan pembayaran pajak reklame

10 Sistem pembayaran pajak reklame

11 Sistem Pembukuan

12 Surat Pernyataan Tugas Akhir

13 Surat Perizinan Magang dari DPPKA Surakarta

14 Surat Selesai Magang

(10)

commit to user

ii

ABSTRACT

TAX COLLECTION PROCEDURES FOR ADVERTISING BY VIDEOTRON MEDIA IN SURAKARTA

Pinastiti Agustina Suciwidati NIM F3409051

The issue of overlapping installation advertising clutter handling solution in Surakarta is by installation facilities for promotion through Videotron. Videotron is a form of video advertising prepared as a replacement billboard-advertising that is currently installed in Surakarta. Advertising Tax is significant potential to increase regional revenue.

The purposes of this research are: 1) Forms of visualization and structuring advertising in the form of Videotron; 2) Procedures for the auction; 3) Method of calculating the amount of tax advertisement; 4) Procedure for tax collection billboard; 5) Videotron mounting opinion on the way the protocol Brig. Jend. Slamet Riyadi of the taxpayer and the Government of Surakarta by such plan.

Final assignment research object is a billboard tax in the protocol of Brig. Jend Slamet Riyadi Surakarta. Research Location is in the Department of Finance and Asset Management Revenue Surakarta Regional. Data sources are the primary data and secondary data. Data collection techniques in research of this final project will be done using several methods, which are: Direct Interview, Observation, and Documentation. Technical Analysis of data using an interactive model analysis.

Based on this research can be concluded, that: 1) Videotron is a large television-sized 2 x 4 meter. Setup and Procedure for collection of ad / advertisement on Videotron arranged in Surakarta Mayor Decision No. 4 of 2001; 2) Implementation procedures in the form of advertisement in two stages i.e. Videotron through the auction process and publicity standpoint licensing procedures; 3) Method of calculating the amount of tax in the form of billboard advertising by media Videotron with the formula rate = Cost + Maintenance Costs per year.

(11)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

1. Sejarah dan Perkembang DPPKA Surakarta

Setelah Proklamasi Kemerdekan RI, sampai dengan tahun 1946 di

Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat

antara pro dan kontra Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk

sementara waktu oleh pemerintah dengan mengeluarkan Surat Penetapan

Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan Daerah

Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk baru

dengan nama Kota Surakarta. Peraturan yang telah ada tersebut kemudian

disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun

1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta.

Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44

kelurahan di Surakarta, karena 9 kelurahan diwilayah Karanganyar belum

diserahkan. Kepada Bupati Karanganyar pelaksanaan penyerahan 9 kelurahan

dari itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950 tersebut. Pelaksana

teknis pemerintah Hamite Kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan

tersebut antara lain jawatan sekertariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum,

Sosial, Kesehatan, Perusahaan P.D & K, Pamong Praja, dan jawatan

Perekonomian Penerimaan Pendapatan Daerah pada waktu itu diurusi oleh

(12)

commit to user

Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintahan,

maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang

terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan tersebut terbagi lagi

dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahaan tersebut disimpulkan

bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya

ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh urusan

pajak.

Berdasar surat keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta

tanggal 23 Febuari 1970 No.259/X.10/Kp.70 tentang Struktur Organisasi

Kotamadya Surakata termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi

bagian dan bagian itu membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas

Pemerintahan Umum, Urusan pajak diganti menjadi Bagian Pajak.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta

tanggal 30 Juni 1972 No.162/Kep/Kdh.IV/Kp.72 tentang Penghapusan

Bagian Pajak dari Dinas Baru. Dinas Baru tersebut adalah dinas Pendapatan

Daerah yang kemudian sering disebut DIPENDA.

Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) dipimpin oleh Kepala Dinas

yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada

saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi

Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Provinsi yang diserahkan

kepada Daerah dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi dan Leges.

(13)

langsung dibawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

Pendapatan Daerah.

Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) waktu itu

sebagai pelaksana walikota dibidang perencanaan, penyelenggaraan, dan

kegiatan bidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber

pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-undang Darurat No.11 Tahun 1957

tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota Surakarta

yang wewenag pemungutan dan pengelolaanya ada pada DIPENDA. Tetapi

saat itu baru 4 macam Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan

dengan Peraturan Daerah, yaitu: a) Pajak Pertunjukan yang diatur dalam

Peraturan Daerah No.1 tahun 1992; b) Pajak Reklame yang diatur dalam

Peraturan Daerah No.11 tahun 1971; c)Pajak Anjing yang diatur dalam

Peraturan daerah No. 54 tahun 1953; d)Pajak Penjualan Minuman Keras yang

diatur dalam Peraturan Daerah No.12 Tahun 1971.

DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara yang diserahkan

kepada daerah, yaitu: a) Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan

Daerah No.6 Tahun 1959; b)Pajak Pembangunan 1 yang diatur dalam

Peraturan Daerah No.8 Tahun 1960; c)Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam

Peraturan Derah No.1 Tahun 1970; d)Pajak Radio yang diatur dalam

Peraturan Daerah No.5 Tahun 1957.

Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD

(14)

commit to user

makin memperjelas keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan

Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No.473-442 tentang

Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah

lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi dilakukan

berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu

pendapatan, penetapan, pembukuan dan seterusnya. Sistem dan prosedur

tersebut terkenal dengan MAPADA (Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini

diterapkan di Kotamadya Surakarta dengan terbitnya Peraturan Daerah No.6

Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas Pendapatan

Daerah Tingkat II.

Penataan pemerintahan Kota Surakarta kembali mengalami perbaikan,

dengan pertimbangan yang matang Peraturan Daerah No.6 Tahun 1990

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat

II dirubah menjadi Peraturan Daerah Kota Surakarta. Dalam peraturan Daerah

No.6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota

Surakarta. Dalam peraturan baru ini nama Dinas Pendapatan Daerah

(DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan

Aset atau yang sering disebut dengan DPPKA. Peraturan Daerah No.6 Tahun

2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta ini

berlaku mulai 1 Januari 2009.

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) dalam

melaksanakan tugas kepemimpinan oleh seorang Kepala Dinas yang

(15)

Sekertariat Dinas. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset

(DPPKA) dibagi dalam bidang-bidang yang dipimpin langsung oleh Kepala

Bagian atau biasa disebut Kabag yang dalam menjalankan tugasnya langsung

di bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA).

2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA.

Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) adalah unsur

pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan,

dan aset daerah yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas yang berada di

bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Surakarta.

DPPKA Surakarta mempunyai tugas pokok seperti yang tercantum

dalam Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 pada Pasal 34 ayat (2) yaitu

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan

keuangan dan aset daerah. Fungsi DPPKA, antara lain: a) Penyelenggaraan

kesekretariatan dinas; b) Penyusunan rencana program,pengendalian,evaluasi

,dan pelaporan; c) Penyelengaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak

dan wajib retribusi; d) Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak

dan retribusi; e) Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi

serta pendapatan lain; f) Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak,

retribusi dan pendaptan lain; g) Penyelanggaraan pengelolaan anggaran,

(16)

commit to user

dan belanja daerah; j) Penyelangaraan administrasi keuangan daerah; k)

Penyelenggaraan sosialisasi; l) Pembinaaan jabatan fungsional; m)

Pengelolanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta

Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah

dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan sesuatu kegiatan dapat

berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat

diperlukan sesuai dengan masing-masing. Adapun tujuan disusunnya struktur

organisasi adalah: a) Mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan;

b) Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan; c)

Mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan; d)

Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan sehingga

mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.

Susunan organisasi DPPKA Surakarta sesuai dengan Perda Kota

Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat

Daerah Kota Surakarta Bagian Keempatbelas Pasal 35, Susunan Organisasi

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut :

a. Kepala.

b. Sekretariat, membawahi: 1. SubbagianPerencanaan, Evaluasi dan

Pelaporan, 2. Subbagian Keuangan, 3. SubbagianUmum dan

Kepegawaian.

c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi : 1. Seksi

(17)

d. Bidang Penetapan, membawahi:1. Seksi Perhitungan, 2. Seksi Penerbitan

Surat Ketetapan.

e. Bidang Penagihan, membawahi: 1. Seksi Penagihan dan Keberatan, 2

SeksiPengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain

f. Bidang Anggaran, membawahi: 1. Seksi Anggaran I, 2. SeksiAnggaran II.

g. Bidang Perbendaharaan, membawahi:1. Seksi Pembendaharaan I, 2.

SeksiPerbendaharaan II.

h. Bidang Akuntansi, membawahi: 1. Seksi Akuntansi I, 2. SeksiAkuntansi

II.

i. Bidang Aset, membawahi:1. Seksi PerencanaanAset, 2. SeksiPengelolaan

Aset.

j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

k. Kelompok Jabatan Fungsional, membawahi: 1. Sekretariat; 2) Bidang

pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi; 3) Bidang Penetapan; 4)

Bidang Penagihan; 5) Bidang Anggaran; 6) Bidang Perbendaharaan; 7)

Bidang Akuntansi; 8) Bidang Aset; 9) Bidang UPTD; 10) Kelompok

Jabatan Fungsional.

Dalam struktur organisasi yang baru ini Sekertariat dipimpin oleh

seorang Sekertaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas. Sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh

seorang Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung

(18)

commit to user

kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. Untuk bidang masing-masing

dipimpin oleh seorang Kepala Bidang atau Kabid yang berada dibawah dan

bertanggug jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan.

4. Diskripsi Tugas Jabatan Struktural

a. Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah

di bidang pendapatan daerah,yaitu: 1) Menyusun rencana strategis dan

program kerja tahunan dinas sesuai dengan Program Pembangunan

Daerah; 2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar

tercipta pemerataan tugas; 3) Memberi petunjuk dan arahan kepada

bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas.

b. Sekertariat

Posisi Sekertariat dibawah langsung Kepala Dinas mempunyai

tugas melaksanakan administrasi umum, perijinan, kepegawaian, dan

keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala

Dinas. Sekertariat juga bertugas untuk melaksanakan penyusunan

rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas, mengadakan

monitoring dan pengendalian secara evaluasi, dan pelaporan sesuai

dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi

Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi mempunyai

tugas yang penting yaitu menyelengarakan pembinaan dan

(19)

dan pengelolaan data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan

oleh Kepala Dinas.Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi

membawahi:

1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan

Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran,

pendataan dan pemerikasaan di lapangan terhadap Wajib Pajak

Daerah (WPD) dan Wajib Pajak Retribusi Daerah (WRD).

2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data

Tugas dari Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data adalah

menghimpun, mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data

Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah.

d. Bidang Penetapan

Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan

bimbingan dibidang perhitungan, penerbitan Surat Penetapan Pajak dan

Retribusi secara perhitungan besarnya angsuran bagi pemohon sesuai

dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang

Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:

1) Seksi Perhitungan

Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan

(20)

commit to user

2) Seksi Penertiban Surat Ketetapan

Seksi Penertiban Surat Ketetapan mempunyai tugas

menetapkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi

(SKR), dan surat-surat ketetapan pajak lainnya.

e. Bidang Penagihan

Bidang Penagiahan mempunyai tugas menyelengaakan

pembinaan dan bimbingan dibidang sumber pendapatan lain sesuai

dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang

Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:

1) Seksi Penagihan dan Keberatan

Tugas yang dipikul adalah melaksanakan penagihan

tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan

lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesainnya.

2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lainnya

Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber

penerimaan lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

f. Bidang Anggaran

Bidang anggaran ini bertugas untuk membuat rencana anggaran

penerimaan pajak,retribusi, dan rencana pembelanjaan keperluaan

instansi penerimaan serta mengatur pengeluaran-pengeluaran dana yang

(21)

seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja, yaitu: 1) Seksi Anggaran

I; 2) Seksi Anggaran II.

g. Bidang Perbendaharaan

Bidang Perbendaharaan memegang peranan sebagai pemegang

dana dalam instansi, bidang perbendaharaan dibantu oleh dua kelompok

seksi, yaitu: 1) Seksi Perbendaharaan I; 2) Seksi Perbendaharaan II.

h. Bidang Akuntansi

Bidang Akuntansi mempunyai tugas sebagai pencatat segala

bentuk kegiatan pendanaan, yang kemudian dibuat laporan sebagai

pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas. Bidang Akuntansi

membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1) Seksi Akuntansi I; 2) Seksi

Akuntansi II.

i. Bidang Aset

Bidang Aset bertugas untuk mecatat dan mengelola semua aset

yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta, membawahi:

1) Seksi Perncanaan Aset ini mempunyai tugas merncanakan dan

mengembangkan semua aset yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota

Surakarta sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintah.

2) Seksi Pengelolaan Asetbertugas sebagai pelaksana rencana yang

telah dibuat oleh Seksi Perencanaan Aset dan juga sebagai

(22)

commit to user

j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi

Daerah Kota Surakarta.

k. Kelompok Jabatan Fungsional.

Tugas Kelompok Jabatan Fungsional melaksanakan sebagian

tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.

5. Tata Kerja DPPKA

Dalam melaksakan tugasnya DPPKA Kotamadya II Surakarta

mendapatkan pembinaan teknis fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa

Tengah. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas menerapkan

prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi baik dalam

lingkungan DPPKA sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala Sekertariat,

Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis

Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi,

dan simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Kepala

Sekertariat, para Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung

jawab memberikan bimbingan/pembinaan kepada bawahannya serta

melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya menurut herarkis jabatan

masing-masing. Kepala Sekertariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan,

dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Bertanggung jawab kepada

(23)

Para Kepala Seksi pada DPPKA bertanggung jawab kepada Kepala

Bagian Sekertariat/Kepala Bagian yang membidanginya. Kepala Dinas,

Kepala Sekertaria, dan Kepala Seksi dilingkungan DPPKA Kotamadya Dati

II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubenur Kepala Daerah Tingkat

II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan di

lingkungan DPPKA Kotamadya Daerah Tinggkat II Surakarta Diangkat dan

diberhentikan oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta.

6. Visi dan Misi DPPKA

Visi DPPKA adalah menwujudkan peningkatan pendapatan daerah,

pengelolaan keuangan dan aset daerah yang optimal, efektif, efisien,

transparan serta akuntable, menuju kemandirian keuangan daerah untuk

mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II

Surakarata. Sedangkan Misi DPPKA adalah: 1) Meningkatkan dan

mengintensifkan pendapatan daerah secara optimal; 2) Meningkatkan

kelancaran dan ketertiban pengelolaan keuangan dan aset daerah sesuai

dengan peraturan yang berlaku; 3) Mewujudkan pengelolaan keuangan

daerah yang efektif efisien serta akuntable dengan memperhatikan azas

kepatutan dan keadilan; 4) Meningkatkan pemberdayaan aset daerah secara

(24)

commit to user

B. Latar Belakang Masalah

Salah satu sumber penerimaan daerah diperoleh melalui Pendapatan

Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut

berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pajak Daerah yang

diperoleh melalui pungutan-pungutan yang dikumpulkan dan dikelola oleh

Pemerintah Daerah sendiri. Jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh

Pemerintah Daerah, salah satunya adalah Pajak Reklame.

Pajak Reklame ini sangat potensial untuk meningkatkan Penerimaan

Daerah. Sehingga dalam penyelenggaraan pajak reklame, Pemerintah Daerah

harus melaksanakan sesuai dengan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan.

Penyelenggaraan pajak reklame tersebut, meliputi: pemberian izin reklame,

perhitungan besarnya pajak, sampai pemungutan terhadap pajak reklame

tersebut. Dalam pelaksanaan pajak reklame di daerah tentunya terdapat

permasalahan-permasalahan, demikian pula di Kota Surakarta terutama dalam

hal penataan reklame. Berbicara permasalahan penataan reklame di Kota

Surakarata memegang tidak pernah selesai. Meski kasus tersebut sudah sejak

dulu mencuat, namun hingga saat ini belum ditemukan titik terang. Bahkan

yang lebih negrinya lagi penataan reklame sudah tidak sesuai dengan

Peraturan Daerah (PERDA) No. 5 tahun 1999 dan Surat Keputusan (SK)

Walikota Nomor 4 tahun 2001. Banyak kerancuan di antaranya di dalam

SK Walikota, pasal 22 ayat dua (2) yaitu izin reklame berlaku untuk waktu

(25)

proses lelang berlaku hingga tiga tahun. Hingga saat ini perda reklame belum

berjalan secara maksimal. Akibatnya penataan reklame di Kota Solo masih

semrawut. Karena masih banyaknya reklame yang dipasang saling tumpang

tindih tanpa mengacu pada aturan yang ada. Pemda mencatat banyak reklame

dan baliho menjamur tanpa proses lelang. Saat ada titik reklame yang

dilelangkan, tiba-tiba banyak reklame-reklame disekitar lokasi tersebut yang

dibangun dengan bebas. Biro iklan yang telah memenangkan lelang titik

reklame jadi tidak bisa menjual lokasi tersebut. Sehingga perlu ada ketegasan

dalam aturan yang ada, termasuk penetapan angka pokok lelang yang saat ini

sudah dirasakan terlampau tinggi.

Isu solusi penangangan kesemrawutan pemasangan reklame yang

saling tumpang tindih di Surakarta adalah dengan pemasangan sarana

promosi melalui videotron. Videotron adalah reklame yang berbentuk video

yang disiapkan sebagai pengganti reklame-reklame yang saat ini terpasang di

Surakarta. Hal ini dilakukan untuk meringkas reklame-reklame besar yang

penataannya masih semrawut. Penataan titik-titik reklame di Surakarta

nantinya akan dibagi menjadi tiga zona atau kawasan, yaitu kawasan reklame,

kawasan reklame terbatas, dan kawasan bebas reklame. Disamping itu ada

zona atau kawasan yang nanti akan steril dari reklame yaitu di Jalan

Sudirman. Sedangkan kawasan reklame terbatas adalah sepanjang jalan

protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi dan kedepan untuk penataan reklame di

(26)

commit to user

dibangun untuk menggantikan reklame-reklame besar yang penataannya saat

ini masih terkesan semrawut.

Videotron merupakan benda raksasa atau perangkat keras teknologi

elektronika yang berfungsi sebagai media informasi yang mampu mendukung

percepatan dan meningkatkan kualitas informasi. Dalam era sekarang ini

informasi menjadi semacam kebutuhan hakiki bagi manusia. Videotron

sebagai media audio visual sangat efektif untuk penyebarluasan informasi.

Karena kelebihan inilah maka videotron dapat dimanfaatkan oleh pemerintah

atau pihak swasta untuk menunjang program-program pembangunan maupun

pengembangan usaha bagi masyarakat pengunanya atau produsen. Videotron

merupakan media yang cocok untuk produk komsumsi masal. Saat ini media

videotron di Surakarta sebagai media audio visual untuk penyebarluasan

informasi sudah terpasang di kawasan Manahan (jalan Adi Sucipto). Terkait

dengan pemungutan pajak reklame dengan media videotron, maka pertanyaan

mendasar adalah mekanisme bagaimana tata cara pelaksanaan lelang titik

reklame dalam bentuk videotron di Kota Surakarta; dan bagaimana cara

perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk videotron di Kota

Surakarta; bagaimana tata cara pemungutan pajak reklame dengan media

videotron di Kota Surakarta; serta Bagaimana opini pemasangan videotron di

jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi terhadap Wajib Pajak dan

Pemerintah Daerah Surakarta dengan adanya rencana tersebut. Berdasarkan

latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk memilih judul tugas

(27)

PAJAK REKLAME dengan MEDIA VIDEOTRON di KOTA

SURAKARTA ”.

C. Perumusan Masalah

Salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pajak Daerah yang

diperoleh melalui pungutan-pungutan yang dikumpulkan dan dikelola oleh

Pemerintah Daerah sendiri, salah satunya adalah Pajak Reklame. Pemda

mencatat banyak reklame dan baliho menjamur tanpa proses lelang.

Sehingga perlu ada ketegasan dalam aturan yang ada, termasuk penetapan

angka pokok lelang yang saat ini sudah dirasakan terlampau tinggi. Serta

kesemrawutan pemasangan reklame yang saling tumpang tindih. Sehingga

perlu disiapkan solusi pengganti yaitu dengan pemasangan sarana promosi

dengan videotron. Hal ini dilakukan untuk meringkas reklame-reklame besar

yang penataannya masih semrawut di Surakarta. Penataan titik-titik reklame

di Surakarta nantinya akan dibagi menjadi tiga zona atau kawasan, yaitu

kawasan reklame, kawasan reklame terbatas, dan kawasan bebas reklame.

Disamping itu ada zona atau kawasan yang nanti akan steril dari reklame

yaitu di Jalan Sudirman. Sedangkan kawasan reklame terbatas adalah

sepanjang jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi dan kedepan untuk

penataan reklame di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi akan dibangun

Videotron. Media ini dibangun untuk menggantikan reklame-reklame besar

(28)

commit to user

di Surakarta sebagai media audio visual untuk penyebarluasan informasi

sudah terpasang di kawasan Manahan (jalan Adi Sucipto).

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana bentuk visualisasi dan penataan reklame sebagai sarana

promosi dalam bentuk videotron?

2. Bagaimana tata cara pelaksanaan lelang titik reklame dalam bentuk

videotron di Kota Surakarta?

3. Bagaimana cara perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk

videotron di Kota Surakarta?

4. Bagaimana tata cara pemungutan pajak reklame dengan media videotron

di Kota Surakarta?

5. Bagaimana opini pemasangan videotron di jalan protokol Brig. Jend.

Slamet Riyadi terhadap Wajib Pajak dan Pemerintah Daerah Surakarta

dengan adanya rencana tersebut?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui dan

mendeskripsikan, sebagai berikut:

1. Bentuk visualisasi dan penataan reklame sebagai sarana promosi dalam

bentuk videotron.

2. Tata cara pelaksanaan lelang titik reklame dalam bentuk videotron di Kota

(29)

3. Cara perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk videotron di Kota

Surakarta.

4. Tata cara pemungutan pajak reklame dengan media videotron di Kota

Surakarta.

5. Opini pemasangan videotron di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi

terhadap Wajib Pajak dan Pemerintah Daerah Surakarta dengan adanya

rencana tersebut.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi Dinas Pendapatan Kota Surakarta

Dapat mengetahui kelemahan sistem yang telah ada sebagai

bahan masukan dan dapat memberikan ide-ide baru guna membantu dan

menciptakan efisiensi dalam penataan reklame yang lebih baik.

2. Bagi Penulis

Sebagai tambahan wawasan serta pengetahuan tentang

pengelolaan Pajak Reklame dan perbandingan terapan ilmu di bidang

perpajakan yang telah di peroleh selama dalam proses perkuliahan

dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi di lapangan mengenai Pajak

Reklame.

3. Bagi Pihak Lain

(30)

commit to user

informasi dan referensi, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dan

menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.

F. Metodologi Penelitian

1. Obyek penelitian

Obyek penelitian Tugas Akhir adalah pajak reklame di jalan

protokol Brig. Jend Slamet Riyadi Surakarta. Sesuai dengan Keputusan

Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang pedoman pelaksanaan

reklame BAB I Ketentuan Umum Pasal 1.b (h: 58), pajak reklame

dikenakan atas semua penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,

alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak

ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,

menganjurkan dan memujikan suatu barang, jasa ataupun untuk menarik

perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan

atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat

umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Sesuai dengan

Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang pedoman

pelaksanaan reklame pasal 22 ayat dua (2) yaitu izin reklame berlaku

untuk waktu tertentu selama-lamanya satu tahun.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset Daerah (DPPKA) Kota Surakarta yang terletak di

(31)

666911, Fax. (0271) 646631, 642038 Kode Pos 57111. Pemilihan lokasi

penelitian Tugas Akhir ini berdasarkan pada alasan, sebagai berikut:

a. Titik lokasi pajak reklame di jalan Brig. Jend. Slamet Riyadi

memiliki potensi yang tinggi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan.

b. Titik lokasi pajak reklame di jalan Brig. Jend. Slamet Riyadi

merupakan aset Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surakarta.

c. Titik lokasi pajak reklame di jalan Brig. Jend. Slamet Riyadi ini

merupakan daerah pusat perekonomian yang memiliki tingkat

kemajuan cukup pesat dalam hal penerimaan Pendapatan Asli

Daerah (PAD) Surakarta.

d. Terkait dengan akan dibangunnya videotron di jalan protokol Brig.

Jend. Slamet Riyadi sebagai zona atau kawasan reklame terbatas

merupakan permasalahan pokok dalam pengambilan Tugas akhir.

3. Sumber Data

a. Data Primer yang digunakan adalah data yang diperoleh langsung

dari obyek yang diteliti berupa data-data tentang

permasalahan-permasalahan penangangan kesemrawutan pemasangan reklame

yang saling tumpang tindih di jalan protokol Brig. Jend. Slamet

Riyadi. Pemasangan sarana promosi dengan videotron. Videotron

adalah reklame yang berbentuk video yang disiapkan sebagai

(32)

commit to user

reklame-reklame yang besar yang penataannya masih semrawut

dijalan slamet riyadi karena jalan protokol tersebut akan ditetapkan

sebagai zona atau kawasan reklame terbatas.

b. Data Sekunder yang digunakan berupa data dokumentasi yaitu data

yang diperoleh dari buku-buku, literatur, makalah-makalah, majalah,

undang-undang pajak, surat keputusan, dan data lain yang terkait

dengan permasalahan dalam penelitian ini. Data sekunder ini bersifat

melengkapi data primer dan juga digunakan sebagai landasan teori

untuk memecahkan masalah dalam penelitian Tugas Akhir yang

akan dilakukan.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian Tugas Akhir yang

akan dilakukan ini menggunakan beberapa metode, sebagai berikut:

a. Metode Wawancara

Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui

wawancara secara langsung dengan informan untuk memperoleh

data yang diperlukan mengenai Pajak Reklame. Informan dalam

penelitian yang akan dilakukan ini yaitu Drs. AG. Agung Hendratno,

M.Si selakuKepala Bidang Pendaftaran, Pendataan dan

Dokumentasi; Puguhno Mersiyanto, SE., MM selaku Kasi

Pendaftaran dan Pendataan; Sumitro,S.SOS selaku Staf seksi

Pendaftaran dan Pendataan di Dinas Pendapatan Pengelolaan

(33)

b. Metode Observasi

Observasi adalah kegiatan mengumpulkan dan mencari data

secara langsung terjun ke lapangan untuk mengamati bagaimana

pelaksanaan pemungutan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta serta pengamatan di

titik-titik lokasi penataan reklame di jalan protokol Brid Jend Slamet

Riyadi Surakarta.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari

buku-buku, majalah, surat kabar, Undang-undang Peraturan

Pemerintah, Peraturan Pemerintah dan sumber-sumber lain yang

dianggap penting dan berkaitan dengan penulisan tugas akhir ini.

5. Teknik Analisis Data

Teknis Analisis Data adalah suatu teknik menyeleksi,

mengorganisasikan dan menganalisis data sehingga menghasilkan data

yang obyektif. Dalam penarikan kesimpulan atau verifikasi dari hasil

penelitian setelah memandang data yang tersaji cukup memungkinkan

untuk ditarik kesimpulan. Proses analisis model interaktif dimulai dari

pengumpulan data dan penyajian data, pada saat pengumpulan data

berakhir maka untuk menarik kesimpulan dilakukan penarikan direduksi

(34)

commit to user

kurang mendukung maka pengumpulan data harus dilakukan kembali

(35)

commit to user

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendapatan Daerah

Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-undang Republik

Indonesia No. 25 Tahun 1999 yaitu sumber keuangan daerah yang digali

dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak

daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Dalam rangka

kelancaran pembangunan daerah maka dibentuk daerah otonomi di

tingkat kabupaten dan kota agar dapat dilaksanakan pembangunan sesuai

kemampuan dan pemberdayaan daerah. Pembiayaan belanja

pembangunan juga tergantung pada sumber Pendapatan Asli Daerah.

Berdasarkan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

dijelaskan bahwa untuk membiayai pembangunan di daerah,

penerimaannya bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (pajak, retribusi,

hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang

dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah). Pemerintah daerah

melakukan upaya maksimal dalam pengumpulan pajak dan retribusi

daerah. Besarnya penerimaan daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah

(PAD) akan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan

(36)

commit to user

pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat sesuai dengan harapan yang

di inginkan dalam otonomi daerah.

2. Pajak

2.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajakmenurut pendapat beberapa ahli, antara lain:1)

Usman dan K. Subroto(Usman dan Subroto, 1980 : 46), “Pajak diartikan

sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang hasilnya digunakan untuk pembiayaan

pengeluaran umum pemerintah yang balas jasanya tidak secara langsung

diberikan pada pembayaran sedangkan pelaksanaannya dimana perlu

dapat dipaksakan”; 2) Rochmad Soemitro(Soemitro dalam Mardiasmo,

2003:1), menyatakan: “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat cara

timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditujukan dan digunakan

untuk membayar pengeluaran umum”.

Menurut Undang–undang No. 18 Tahun 1987, sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak

daerah dan retribusi daerah. Maka yang dimaksud dengan pajak daerah

adalah “Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib

yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa

imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

(37)

membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan daerah”. Bentuk

pajak daerah antara lain: Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak Restauran,

Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hiburan, Pajak Pengambilan Galian

Golongan C.

Berdasarkan pendapat para ahli dan Undang-undang tersebut

diatas dapat disimpulkan, bahwa pajak adalah iuran atau pungutan yang

digunakan oleh suatu badan yang bersifat umum (negara) untuk

memasukkan uang ke dalam kas negara dalam menutupi segala

pengeluaran yang telah dilakukan di mana pemungutannya dapat

dipaksakan oleh kekuatan publik.

2.2 Fungsi pajak

Dalam pembuatan peraturan pajak daerah, harus didasarkan pada

pemungutan pajak secara umum yaitu demi meningkatkan kesejahteraan

umum. Untuk meningkatkan kesejahtaraan umum tidak hanya

memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara saja, tetapi juga

harus mempunyai sifat mengatur untuk meningkatkan taraf kehidupan

masyarakat. Pemasukan uang demi meningkatkan kesejahtaraan umum

perlu ditingkatkan lagi serta pemungutannya harus berasaskan dan

dilaksanakan menurut norma-norma yang berlaku. Fungsi pajak menurut

Mardiasmo (2003:1) dibagi menjadi dua yaitu 1) Fungsi budgetair, dalam

fungsi budgetair ini pemungutan pajak bertujuan untuk memasukkan

(38)

commit to user

baik untuk pengeluaran rutin dalam melaksanakan mekanisme

pemerintahan maupun pengeluaran untuk membiayai pembangunan; dan

2) Fungsi mengatur, pada lapangan perekonomian, pengaturan pajak

memberikan dorongan kepada pengusahan untuk memperbesar

produksinya, dapat juga memberikan keringanan atau pembesaran pajak

pada para penabung dengan maksud menarik uang dari masyarakat dan

menyalurkannya, antara lain ke sektor produktif. Dengan adanya industri

baru maka dapat menampung tenaga kerja yang lebih bayak, sehingga

pengangguran berkurang dan pemerataan pendapatan akan dapat

terlaksana untuk mencapai keadilan sosial ekonomi dalam masyarakat.

2.3 Sistem Pemungutan Pajak

Waluyo (2007:17) mengemukakan bahwa ada beberapa sistem

pemungutan pajak, yaitu: a) Official Assessment System. Wewenang

pemungutan pajak ada pada fiskus. Fiskus berhak menentukan besarnya

utang pajak orang pribadi maupun badan dengan mengeluarkan Surat

Ketetapan Pajak (SKP), yang merupakan bukti timbulnya suatu utang

pajak. Wajib Pajak pasif menunggu ketetapan fiskal mengenai utang

pajaknya; b) SemiSelf Assessment System.Suatu sistem pemungutan pajak

dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu Wajib Pajak dan fiskus.

Mekanisme pelaksanaan dalam system ini berdasarkan suatu anggapan

bahwa Wajib Pajak pada awal tahun menaksir sendiri besarnya pajak

(39)

System. Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk

menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada

pihak ketiga, dan bukan oleh fiskus maupun oleh Wajib Pajak itu sendiri.

2.4 Syarat Pemungutan Pajak

Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan, maka

pemungutan pajak harus memenuhi beberapa persyaratan.

Persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan), bahwa dalam

mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan

dengan kemampuan masing-masing wajib pajak.

b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat

yuridis), hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan

keadilan, baik bagi negara maupun warganya.

c. Tidak menggangu perekonomian (syarat ekonomi), pemungutan

pajak tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi maupun

perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian

masyarakat.

d. Pemungutan pajak harus efesien (syarat financial), sesuai dengan

fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan

sehingga lebih rendah dari hasil pungutan.

e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana, dengan adanya

(40)

commit to user

2.5 Pengelompokan Pajak

Ilyas (2001:17) menggolongkan jenis-jenis pajak menjadi 3 (tiga)

golongan, yaitu:

a. Pengelompokan pajak menurut sifatnya terdiri dari:

1) Pajak Langsung yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib

Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada

orang lain, contoh: Pajak Penghasilan.

2) Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh: Pajak

Pertambahan Nilai.

b. Pengelompokan pajak menurut sasaran/objeknya terdiri dari:

1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang

berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti

memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, contoh: Pajak

Penghasilan.

2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang

berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri

Wajib Pajak, contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak

Penjualan atas Barang Mewah.

c. Pengelompokan Pajak menurut lembaga pemungut terdiri dari:

1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara,

(41)

2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah

Daerah dan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak

Daerah terdiri atas: a) Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan

Bermotor, dan b) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel,

Pajak Reklame, Pajak Restoran, Pajak Parkir.

2.6 Hambatan Pemungutan Pajak

Hambatan Pemungutan Pajak menurut terdiri dari dua

perlawanan, yaitu: a). Perlawanan Pasif, masyarakat enggan (pasif)

membayar pajak disebabkan antara lain: 1. Perkembangan intelektuel dan

moral masyarakat, 2. Sistem Perpajakan yang mungkin sulit dipahami

masyarakat; 3. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan

dengan baik; b). Perlawanan aktif, meliputi semua usaha dan perbuatan

yang secara secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk

menghindari pajak.

2.7 Tarif Pajak

Tarif pajak ada empat macam yang terdiri dari: a) Tarif

Sebanding atau Proporsional, yaitu tarif yang berupa presentase yang

tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya

pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai

pajak. Contoh: Pajak Reklame sebesar 25% dari NJOP; b) Tarif Tetap,

yaitu tarif yang berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapa jumlah

(42)

commit to user

nomiunal berapapun adalah Rp 6000,00; c) Tarif Progresif, yaitu

presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai

pajak semakin besar. Contoh: Pasal 17 Undang-Undang Pajak

Penghasilan; d) Tarif Degresif, yaitu presentase tarif yang digunakan

semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.

3. Pajak Daerah

Pajak Daerah merupakan salah satu andalan Pendapatan Asli

Daerah disamping Retribusi Daerah. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan

Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang dipisahkan. Menurut

Undang-Undang nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 34 Tahun 2000, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan

oleh orang pribadi atau badan kepada Pemerintah Daerah tanpa imbalan

langsung yang seimbang. Pajak Daerah dapat dipaksakan berdasarkan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang hasilnya digunakan

untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan

daerah. Berdasarkan kriteria di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

Pajak Daerah adalah pajak yang ditetapkan dan dipungut di wilayah

daerah dan ada bagi hasil antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

(43)

3.1 Ciri-Ciri Pajak Daerah.

Untuk mempertahankan prinsip-prinsip Pajak Daerah maka

perpajakan daerah harus memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri yang

dimaksud sebagai berikut: a) Pajak Daerah secara ekonomis dapat

dipungut, berarti perbandingan antara penerimaan pajak harus lebih besar

dibandingkan ongkos pemungutannya; b) Relatif stabil, artinya

penerimaan pajaknya tidak berfluktuatif terlalu besar, kadang-kadang

meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara tajam; c) Tax

base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan (benefit)

dan kemampuan untuk membayar (ability to pay).

3.2 Ketentuan Pungutan Pajak daerah dan Retribusi Daerah

Pengaturan kewenangan pengenaan pemungutan Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah di Indonesia telah diatur sejak lama, terutama sejak

tahun 1997 dengan dikeluarkannya UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak

Daerah dan Retribusi Daerah. Namun dalam perkembangannya UU No.

18 Tahun 1997 dianggap kurang memberikan peluang kepada Daerah

untuk mengadakan pungutan baru. Walaupun dalam UU tersebut

sebenarnya memberikan kewenangan kepada daerah, namun harus

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Pada waktu UU No. 18

Tahun 1997 berlaku belum ada satupun daerah yang mengusulkan

pungutan baru karena dianggap hal tersebut sulit dilakukan.

(44)

commit to user

pusat juga dianggap telah mengurangi Otonomi Daerah. Seiring dengan

keluarnya UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999, maka UU No. 18

Tahun 1997 menjadi UU No. 34 Tahun 2000, diharapkan Pajak Daerah

dan Retribusi Daerah akan menjadi salah satu Pendapatan Asli Daerah

yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan

pembangunan daerah. Dalam UU No. 34 Tahun 2000 pasal 2 ayat 2 dan

Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi daerah menjelaskan jenis-jenis Pajak Daerah yang dapat

dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota.

Besarnya tarif yang berlaku definitif untuk pajak ditetapkan

dengan Peraturan Daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif

maksimum yang telah ditentukan dalam UU tersebut. Dasar pengenaan

tarif Pajak Daerah ada dalam UU No. 34/2000 Pasal 3 ayat (1). Berikut

jenis Pajak Daerah beserta tarif maksimal yang dapat dipungut oleh

Pemerintah Daerah :

1. Jenis Pajak Propinsi

Jenis pajak prosinsi terdiri atas, berikut: a) Pajak Kendaraan

Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5% (lima persen); b) Bea Balik

Nama Kendaraan Bermotor di Atas Air 10% (sepuluh persen); c)

Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5% (lima persen); d) Pajak

Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 20% (dua puluh

(45)

Hasil penerimaan Pajak Provinsi sebagian diperuntukkan bagi

daerah Kabupaten atau Kota di Wilayah Provinsi yang bersangkutan

dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di

Atas Air dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan

Kendaraan di Atas Air diserahkan kepada daerah Kabupaten

atau Kota paling sedikit 30% (tiga puluh persen);

b. Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor

diserahkan kepada daerah Kabupaten atau Kota peling sedikit

70% (tujuh puluh persen);

c. Hasil penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air

Bawah Tanah dan Air Permukaan diserahkan kepada Kabupaten

atau Kota paling sedikit 70% (tujuh puluh persen).

2. Jenis Pajak Kabupaten atau Kota

Dalam pengelolaan pemungutan pajak daerah berpedoman pada

peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-undang No. 34 Tahun

2000 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, menyebutkan jenis-jenis

pajak daerah terdiri dari: a) Pajak Hotel 10% (sepuluh persen); b) Pajak

Restoran 10% (sepuluh persen); c) Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima

persen); d) Pajak Reklame 25% (dua puluh lima persen); e) Pajak

Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen); f) Pajak Pengambilan Bahan

Galian Golongan C 20% (dua puluh persen).Pengertian dari masing-masing

(46)

commit to user

a. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan Hotel. Hotel adalah

bangunan yang khusus disediakan bagi orang-orang untuk dapat

menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau

fasilitas lain dengan dipungut termasuk bangunan lainya yang

menyatu, dikelola dan dimiliki pihak yang sama, kecuali untuk

pertokoan dan perkantoran.

b. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan makanan. Restoran

adalah tempat menyantap makanan dan atau minimal yang

disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk jasa boga

atau catering.

c. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan

adalah semua jenis pertunjukan, permainan, ketangkasan, dan

atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton

atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak

termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga.

d. Pajak Reklame ada dua pengenaan pajak reklame yaitu sebagai

beikut: 1) pajak atas penyenggaraan reklame. Reklame

merupakan benda, alat perbuatan, atau media yang menurut

bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial,

dipergunaan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau

memuji suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk mencari

perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang

(47)

suatu tempat umum kecuali yang perlukan oleh pemerintah. 2)

Pajak Reklame tempat reklame adalah tempat reklame diluar

badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik

yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang

disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat

penitipan kendaran bermotor dan garasi kendaraan bermotor

yang memungut bayaran.

e. Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga

listrik, dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut

tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh

pemerintah daerah.

f. Pajak Pengambilan dan pengolahan bahan galian Golongan C

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Selain memungut pajak, Pemerintah daerah juga bisa memungut

retribusi. Adapun yang dimaksud retribusi menurut Undang-undang No.

34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:

Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan

daerah sebagai pembayaran atas jasa atau diberikan oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Seperti dengan

pajak, retribusi juga ditetapkan dengan peraturan daerah. Retribusi

dipungut dengan menggunakan surat keterangan retribusi daerah atau

(48)

commit to user

Berdasarkan hal tersebut diatas maka seharusnya masyarakat

menyadari bahwa tujuan pemungutan pajak dan retribusi adalah untuk

pembangunan daerah dan untuk lebih menegakkan kemandirian dalam

pembiayaan pembangunan daerah, sebab kemungkinan pada dasarnya

akan lebih menjamin ketahanan daerah khususnya ketahanan dibidang

ekonomi.

Kesadaran yang tinggi dalam melakukan pembayaran pajak akan

menjadikan pembangunan dapat lebih digiatkan lagi, sebaliknya apabila

masyarakat menyadari maka penerimaan atau pemasukan uang akan

berkurang, dengan sedirinya pembangunan kurang lancar. Demikian pula

penerimaan pendapatan yang dikelola oleh pemerintah terutama pajak

daerah seluruhnya untuk kepentingan daerah sendiri dan untuk

melaksanakan pembangunan daerah.

4. Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.

Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk

dan corak ragamnya untuk tujuan komersial. Dipergunakan untuk

memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau

orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa

atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau

didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh

(49)

4.1 Pengertian Pajak Reklame

Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 tahun

2001 tentang Pajak Daerah, Pajak Reklame adalah pungutan daerah atas

penyelenggaraan reklame. Sedangkan pengertian dari reklame adalah

benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan

corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk

memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau

orang untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau

orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar

dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.

4.2 Objek dan subjek Pajak Reklame

Objek pajak reklame di sini adalah semua penyelenggaraan

reklame.Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang

menyelenggarakan atau melakukan pemasangan Reklame.Sementara itu,

yang dimaksud Wajib Pajak Reklame adalah Orang Pribadi atau Badan

yang menyelenggarakan Reklame yang mempunyai kewajiban untuk

membayar pajak tersebut.

4.3 Jenis-Jenis Pajak Reklame

Sebagaimana dimaksud pada Peraturan daerah No.4 Tahun 2001

tentang pajak reklame, jenis-jenis pajak reklame terdiri atas sembilan

(50)

commit to user

a. Reklame Papan atau Bilboard

Reklame papan atau billboard adalah reklame yang

diselenggarakan dengan menggunakan bahan kayu, plastik, fibre

glass, mika, plastik kaca, batu, logam, alat penyinar atau bahan lain

yang berbentuk lampu pijar atau antara lain yang bersinar yang

dipasang pada tempat yang disediakan berdiri sendiri atau dengan

cara digantungkan atau ditempelkan.

b. Reklame Kain

Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan bahan kain, dan atau bahan lain yang sejenis dengan

itu. Reklame kain contohnya adalah umbul-umbul, reklame jenis ini

sering digunakan pada acara-acara insidentiil, atau acara-acara

tertentu saja.

c. Reklame Melekat atau Stiker

Reklame Melekat atau Stiker adalah reklame yang berbentuk

lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara diberikan atau dapat

diminta untuk ditempelkan, dipasang, pada suatu benda milik pribadi

atau prasarana umum.

d. Reklame Selebaran

Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk selebaran

lepas diselenggarakan dengan cara diberikan atau dapat diminta

dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang,

(51)

g. Reklame Berjalan

Reklame berjalan adalah reklame yang berpindah dari lokasi

satu atau ke lokasi lain dengan suara atau tidak dengan suara.

Reklame pada bis yang berjalan dengan iklan ban mobil, jamu

tradisional dan mie instans adalah contoh reklame berjalan.

f. Reklame Kendaraan

Reklame kendaraan adalah reklame yang ditempatkan atau

ditempelkan pada kendaraan yang digerakkan oleh tenaga mekanik,

tenaga lain yang perusahaan dan perwakilannya berdomosili di

wilayah daaerah. Reklame jenis ini hampir sama dengan reklame

berjalan bisa kita lihat pada mobil-mobil suatu perusahaan.

g. Reklame Udara

Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan gas, pesawat, atau alat lain yang sejenis. Reklame ini

digunakan pada saat insidentiil saja misalnya launching produk.

h. Reklame Suara

Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan

menggunakan kata-kata yang diucapkan dengan atau yang

ditimbulkan dari atau oleh penggunaan alat atau pesawat apapun,

reklame jenis ini jarang sekali digunakan tetapi bukan berarti tidak

pernah, karena dirasa kurang efektif untuk berpromosi menurut

(52)

commit to user

i. Reklame peragaan

Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan

dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai

suara.

4.4 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklame

Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklamemenurut Peraturan

Daerah Kota Surakarta No 4 Tahun 2001 tentang Dasar Pengenaan dan

Tarif Pajak adalah sebagai berikut :

a. Memperhitungkan dengan memperhatikan kawasan/zona

penempatan, jenis, jangka waktu penyelenggaraan dan ukuran media

reklame.

b. Reklame yang diselenggarakan orang pribadi atau badan yang

memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, maka nilai sewa

reklame dihitung berdasarkan besarnya biaya pemasangan,

pemeliharaan, lama pemasangan, nilai strategis lokasi reklame, jenis

reklame, ketinggian pemasangan dan ukuran media.

c. Reklame yang diselenggarakan pihak ketiga, maka nilai sewa

reklame ditentukan berdasarkan jumlah pembayaran untuk suatu

masa penyelenggaraan reklame dengan memperhatikan biaya

pemasangan, pemeliharaan, waktu, nilai strategis lokasi reklame,

(53)

4.5 TataPenetapan Pajak Reklame

Terdapat beberapa tahapan dalam Tata cara penetapan pajak

reklame, sebagai berikut :

1) Langkah pertama wajib pajak akan diberikan Surat Pemberitahuan

Terutang Pajak Daerah (SPTPD) setelah wajib pajak

menyelenggarakan/atau mendirikan reklame. Wajib pajak yang

belum membayar pajak reklame akan ditetapkan sebagai pajak

terutang. Kemudian Pemerintah Daerah akan menerbitkan Surat

Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) kepada wajib pajak tersebut. Surat

Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) adalah surat keputusan yang

menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;

2) Selanjutnya, apabila SKPD tidak dibayar atau kurang bayar setelah

lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima akan

dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan

ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi

administrasi berupa bunga dan denda.

3) Jika surat-surat tersebut (pada nomor 1 dan 2) tidak dipenuhi atau

tidak dihiraukan oleh wajib pajak, maka Wali Kota dapat

menerbitkan:1)Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar

(SKPDKB). SKPDKB adalah surat keputusan yang menentukan

(54)

commit to user

dan jumlah yang masih harus dibayar; 2)Surat Ketetapan Pajak

Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). SKPDKBT adalah

surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang

ditetapkan; 3) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN).

SKPDN adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang

terutang sama besarnya dengan kredit pajak, atau pajak tidak

terutang dan tidak ada kredit pajak.

4.6 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame

Tata cara pembayaran dan penagihan pajak reklame menurut

Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 Pasal 26 sampai

pasal 31 adalah :

1. Pembayaran Pajak Reklame ini dilakukan di kas daerah atau tempat

lain yang ditunjuk oleh Wali Kota sesuai waktu yang ditentukan

dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.

Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Wali Kota

dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk

mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Angsuran pembayaran

pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan

dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum

dibayar atau kurang bayar.

2. Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban untuk membayar

(55)

reklame, maka petugas berhak melakukan penagihan. Adapun

langkah-langkah dalam penagihan adalah sebagai berikut:a) Wali

Kota akan menerbitkan Surat Teguran kepada wajib pajak yang tidak

memenuhi kewajibanya setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh

termpo pembayaran; b) Wali Kota akan menerbitkan Surat Paksa

kepada wajib pajak, apabila setelah 21 (dua puluh satu) hari setelah

tanggal Surat Teguran Wajib Pajak tidak melunasi pajak

terutanganya; c) Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi

dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan

Surat Paksa, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah

melaksanakan penyitaan; d) Setelah dilakukan penyitaan, Wajib

Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah lewat 10

(sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melakukan

penyitaan, Wali Kota mengajukan permintaan penetapan tanggal

pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.

B. PEMBAHASAN

1. Bentuk Visualisasi dan Penataan Reklame sebagai Sarana Promosi

dalam Bentuk Videotron

a. Bentuk Visualisasi Videotron sebagai Sarana Promosi

Menurut Bedjo Sukarno (2011: 4) disebutkan bahwa, Videotron

(56)

commit to user

dan meningkatkan kualitas informasi. Pada era sekarang ini informasi

menjadi semacam kebutuhan hakiki bagi manusia dan mampu

menempatkan diri bagaikan primadona dan menjadi komoditas yang

sangat potensial untuk memperoleh keuntungan ideal maupun materil.

Informasi yang bersumber dari manusia dan atau peristiwa dapat diolah

atau diproduksi menjadi karya artistik, proses produksi menjadi

pendekatan artistik yang menguntungkan keindahan.

Gambar

GAMBAR  Halaman
Gambar 2.1 Running teks (petunjuk arah)yang berada di depan Poltabes Jebres (Dokumentasi Pinastiti, 2012)
Gambar 2.2 Visualisasi Bentuk Videotron yang Terletak di Manahan  Solo (Dokumentasi Pinastiti, 2012)
Gambar 2.3. Kesemrawutan reklame di jalan protokol Brig. Jend. Slamet commit to user Riyadi (Dokumentasi Pinastiti, 2012)
+2

Referensi

Dokumen terkait

tersebut adalah berbagai aktivitas subak, produk-produk wisata yang berbasis subak, menu lokal masyarakat, dan cinderamata lokal yang diproduksi yang sesuai dengan

kendaraan bermotor adalah kewajiban setiap orang yang memiliki kendaraan bermotor. Pendidikan Kewarganegaraan memegang peranan penting dalam membentuk warga negara

7. Kebijakan pengembangan KEK diharapkan dapat meningkatkan daya saing nasional melalui penyiapan kawasan yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis yang berfungsi

Tujuan penelitian ini adalah tersusunnya perangkat IPA terpadu tema minuman kemasan yang memiliki kriteria kelayakan teoritis, kelayakan empiris dan hasil belajar

siswa sehingga tujuan penjas dapat tercapai. Tambahan waktu tersebut bisa dilakukan di luar jam sekolah seperti kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler merupakan kegiatan

Masyarakat di Desa dapat melakukan pengawasan secara langsung dan tidak langsung untuk memastikan : (i) seluruh proses pelaksanaan kegiatan di Desa berjalan

4.3 Dokumen Luaran Semua dokumen luaran daripada UPSI yang diguna sebagai rujukan untuk melaksanakan Sistem Pengurusan Kualiti tetapi UPSI tidak terlibat dalam

Strategi penetrasi pasar adalah suatu strategi yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Pati untuk meningkatkan pengembangan budidaya bawang merah dengan menggunakan