• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Corporate Social Responsibility (Csr) bab 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat Miskin Melalui Program Corporate Social Responsibility (Csr) bab 1"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

berkesinambungan yang meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan

negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan tujuan nasional yang termaktub

dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu melindungi segenap bangsa

dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang

berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Tujuan nasional sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan UUD 1945

seperti tersebut di atas diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara

yang berkedaulatan rakyat dan demokratis dengan mengutamakan persatuan dan

kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pembangunan nasional

tersebut dilakukan dalam segala aspek kehidupan bangsa.

Pembangunan nasional dilaksanakan secara bertahap dalam jangka panjang,

jangka menengah, dan jangka pendek, dengan mendayagunakan seluruh sumber

daya nasional untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional. Dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah ditetapkan

Visi Indonesia tahun 2014 “terwujudnya Indonesia yang sejahtera, demokratis,

dan berkeadilan”. Upaya mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat

dilakukan melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan

(2)

commit to user

bangsa. Upaya tersebut memerlukan dukungan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi yang semakin meningkat, salah satunya adalah melalui proses

pemberdayaan. Untuk mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan

berkeadilan, maka penguatan triple track strategy plus (growth, job,

pro-poor, and pro environment) akan dilanjutkan disertai pembangunan yang inklusif

dan berkeadilan (Mardikanto, 2010).

Dalam kaitannya dengan proses pemberdayaan di atas, Mardikanto (2010)

menyatakan bahwa proses pemberdayaan adalah sebagai proses perubahan,

sebagai proses pembelajaran, sebagai proses penguatan kapasitas, sebagai proses

perubahan sosial, sebagai proses pembangunan masyarakat, dan sebagai proses

pengembangan partisipasi masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sebagai

terjemahan dari kata empowerment selalu menjadi topik dan kata kunci dari upaya

pembangunan di Indonesia. World Bank pada tahun 2001 telah menetapkan

pemberdayaan sebagai suatu ujung tombak dari strategi Trisula (three pronged

strategy) untuk memerangi kemiskinan, yaitu terdiri dari: penggalakan peluang

(promoting opportunity), fasilitasi pemberdayaan (facilitating empowerment), dan

peningkatan keamanan (enhancing security).

Sehubungan dengan pembangunan nasional, maka pemberdayaan

masyarakat, dan pencapaian/peningkatan kesejahteraan masyarakat, berarti juga

menyangkut masalah kemiskinan yang sudah menjadi masalah umum di dunia.

Karena itulah pemberantasan kemiskinan masuk dalam agenda pada Millennium

Summit di New York, sebagai wujud dan kepedulian terhadap kemiskinan, dengan

(3)

commit to user

dan 18 target yang harus dicapai sebelum tahun 2015. Tujuan tersebut adalah: (1)

menghapuskan kemiskinan dan kelaparan ekstrim, (2) mencapai pendidikan dasar

secara universal, (3) mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan

wanita, (4) mengurangi kematian anak, (5) meningkatkan kesehatan ibu, (6)

melawan HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, (7) menjamin keberlajutan

pembangunan lingkungan hidup, dan (8) mengembangkan sebuah kemitraan

global bagi pembangunan (Tanaya, 2004).

Wahyudi dan Azheri (2008) menyatakan bahwa berdasarkan hasil dari

beberapa konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dirumuskan/dinyatakan

bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan

generasi saat ini tanpa harus mengorbankan kemampuan generasi yang akan

datang untuk memenuhi kebutuhannya yang berwawasan lingkungan dan

pemerataan yang seadil-adilnya. Pernyataan Wahyudi dan Azheri ini berarti

bahwa dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi, sosial, dan lingkungan harus

dilakukan secara seimbang atau dengan kata lain kebutuhan ekonomi, sosial, dan

lingkungan harus dipenuhi secara seimbang, sehingga hasilnya juga dinikmati

oleh generasi-generasi yang akan datang. Jika lingkungan dirusak dan

sumberdaya dipergunakan secara berlebihan, maka masyarakat akan menanggung

dampaknya dan ekonomi pun akan memburuk, karena itu faktor sosial, ekonomi,

dan lingkungan saling tergantung dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya.

Wibisono, (2007) menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan yang

dikenal dengan konsep Sustainable Development (SD) di Indonesia dihadapkan

(4)

commit to user

dan penghentian degradasi lingkungan. Kedua tantangan ini sangat kompleks,

saling terkait dan tidak dapat dipisahkan. Kedua hal ini termaktub di dalam

deklarasi MDGs bahwa masyarakat internasional telah membangun komitmen

bersama untuk mengatasinya

Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan

memerlukan langkah-langkah penanganan dan pendekatan yang sistematik,

terpadu, dan menyeluruh dalam rangka mengurangi beban dan memenuhi hak-hak

dasar warga negara secara layak untuk mewujudkan kehidupan masyarakat

Indonesia yang bermartabat. Untuk mendukung agenda tersebut, pemerintah

telah menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan yang merupakan penyempurnaan dari Peraturan

Presiden Nomor 13 Tahun 2009 tentang Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan.

Mengacu pada Pasal 1 butir 3 Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, maka di tingkat nasional dibentuk Tim

Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang

keanggotaannya terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan

pemangku kepentingan lainnya di tingkat nasional, sedangkan di daerah dibentuk

Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Provinsi dan

Kabupaten/Kota. Selanjutnya, dalam rangka upaya percepatan pelaksanaan

prioritas pembangunan nasional, maka Presiden RI mengeluarkan INPRES

Nomor 1 Tahun 2010, yang antara lain mencakup program penanggulangan

(5)

commit to user

Wermasubun (2005) menyatakan bahwa akhir-akhir ini bersamaan dengan

tampilnya etika bisnis, masyarakat mulai menyadari adanya keterkaitan antara

nilai-nilai spiritualitas dengan keberlanjutan dan perkembangan sebuah usaha.

Dalam konteks spiritual bisnis, bisnis bukan hanya semata-mata persoalan

memaksimalkan keuntungan bagi pemilik perusahaan, tetapi juga bagaimana

bisnis yang dijalankan bisa memberikan keuntungan dan keberkahan kepada

semua pihak yang terlibat di dalamnya, sehingga pada prakteknya sebuah usaha

melakukan langkah-langkah yang harmonis dengan seluruh partisipan dan

lingkungan perusahaan berada. Berdasarkan pernyataan Wermasubun tersebut,

berarti dalam operasionalisasi suatu perusahaan harus melakukan kegiatan yang

juga memberikan manfaat kepada semua pihak (stakeholders) dalam hal ini

termasuk masyarakat miskin yang berada di sekitar wilayah perusahaan, yang

mana kegiatan tersebut sebagai pengimplementasian program CSR perusahaan.

Wermasubun (2005) lebih lanjut menegaskan bahwa perubahan-perubahan

pada tingkat kesadaran masyarakat itulah yang kemudian di Indonesia

memunculkan kesadararan baru tentang pentingnya melaksanakan apa yang

dikenal sebagai Corporate Social Responsibility (CSR), yang merupakan

komitmen perusahaan untuk mempertanggung jawabkan dampak kegiatan

operasinya dalam dimensi ekonomis, sosial dan lingkungan pada masyarakat dan

lingkungan hidupnya. Komitmen tersebut tercermin dalam kebijakan-kebijakan

yang diambil perusahaan menyangkut kegiatan bisnisnya. Hal ini karena

perkembangan dunia usaha tidak terlepas dari lingkungan eksternalnya, terutama

(6)

commit to user

kerjasama ekonomi kawasan, berkurangnya peran pemerintah, dan semakin

dominannya peran swasta dalam pembangunan ekonomi. Dinamika sosial

tersebut adalah semakin meningkatnya kesadaran dan tuntutan masyarakat tentang

hak asasi manusia (HAM), keadilan, kesetaraan sosial, lingkungan hidup, dan

pemberdayaan masyarakat (empowerring), serta informasi dan transparansi atas

aktivitas suatu perusahaan. Semua dinamika sosial ini tidak terlepas dari berbagai

dampak negatif dari beroperasinya suatu perusahaan. Bahkan keberadaan suatu

perusahaan pada suatu wilayah tertentu telah menimbulkan berbagai dampak

negatif dan kesenjangan sosial dan ekonomi serta degradasi budaya.

Ife (2002) menyatakan bahwa CSR adalah konsep moral dan etis yang

berciri umum, sehingga pada tataran praktisnya harus dialirkan ke dalam

program-program kongkrit. Salah satu bentuk aktualisasi CSR yaitu

Pengembangan Masyarakat atau Community Development (CD). Program CD

dapat dilakukan perusahaan atas dasar sikap dan pandangan yang umumnya telah

ada dalam dirinya, yaitu sikap dan pandangan kedermaan. Perusahaan umumnya

memiliki sikap tersebut yang didasarkan atas dua motif sekaligus, yakni altruisme

adalah sifat lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain, dan

self interest atau kepentingan diri sendiri.

Ife (2002) lebih lanjut menyatakan bahwa CD untuk lingkungan industri

pada dasarnya dapat dipergunakan sebagai media peningkatan komitmen

masyarakat untuk dapat hidup berdampingan secara simbiotik dengan entitas

bisnis (perusahaan) beserta operasinya. Kedudukan “komunitas” (community)

(7)

commit to user

stakeholder yang secara strategis memang diharapkan memberikan dukungannya

bagi eksistensi perusahaan. Selama ini, banyak perusahaan yang telah

menerapkan program CD yang dilakukan dengan tujuan dan motif-motif

pragmatis tertentu, misalnya dalam kerangka membangun kondisi hubungan yang

lebih harmonis antara perusahaan dengan masyarakat sekitar, atau untuk

menjalin co-eksistensi damai.

CSR di Indonesia telah diatur dalam beberapa peraturan

perundang-undangan yang mengikat perusahaan negara dan korporasi swasta seperti

Undang-Undang Nomor: 19 Tahun 2003 tentang BUMN, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor: 25

Tahun 2007 Pasal 15 tentang Penanaman Modal, dan Undang-Undang Nomor: 40

Tahun 2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas yang pada intinya perusahan

yang melakukan kegiatannya di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) mempunyai kewajiban sosial terhadap bangsa Indonesia. Namun

beberapa Undang-Undang ini belum mengatur secara jelas sejauhmana

tangungjawab sosial perusahaan atau CSR ini harus dilakukan.

Dalam rangka program pengentasan kemiskinan, perusahaan diharapkan

turut mengambil peran sebagaimana telah diatur dalam perundang-undang

tersebut di atas, maka Provinsi Lampung sebagai salah satu provinsi yang

memiliki angka kemiskinan cukup tinggi di Indonesia tentu akan sangat terbantu

jika perusahaan yang ada di wilayah ini dapat berperan dalam mengatasi

kemiskinan tersebut. Hal ini karena dengan program CSR yang dimilikinya dapat

dilakukan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan

(8)

commit to user

manajemen, teknologi, sumberdaya manusia dan finasial. Berdasarkan

keunggulan atau kemampuan tersebut, maka program CSR yang dapat digunakan

untuk berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat, baik sektor ekonomi, sosial

dan lingkungan. Oleh karena itu keterlibatan perusahaan mutlak diperlukan,

karena kepedulian perusahaan terhadap masyarakat di sekitarnya mempunyai misi

dan fungsi strategis. Keberhasilan perusahaan dalam melaksanakan program CSR

melalui kegiatan-kegiatan pemberdayaan masyarakat diharapkan mampu

berperan dalam pembangunan, dan mampu menjawab tantangan dan

permasalahan masyarakat itu sendiri termasuk masalah pengentasan kemiskinan.

Provinsi Lampung dengan penduduk 7.813.622 jiwa yang tersebar di 14

Kabupaten/ Kota memiliki 194 perusahaan besar dan menengah, khususnya

perusahaan yang bergerak di bidang pertanian dan industri berbasis pertanian

(agroindustri). Dari jumlah penduduk Provinsi Lampung di atas terdapat

1.298.710 jiwa atau 16,93% penduduk yang tergolong miskin. Penduduk miskin

adalah penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan (GK) Rp. 234.073,- per

kapita per bulan (BPS, 2011). Keadaan ini menggambarkan bahwa keberadaan

perusahaan-perusahaan di daerah ini belum mampu secara optimal berperan dalam

mempercepat pembangunan wilayah termasuk mengurangi penduduk miskin di

daerah yang bersangkutan. Sumaryo (2009) bahkan menyatakan bahwa

perusahaan-perusahaan di Provinsi Lampung belum semuanya melaksanakan

program CSR yang menjadi kewajiban bagi perusahaan untuk peduli pada

(9)

commit to user

Salah satu perusahaan di Provinsi Lampung yang selama ini cukup giat

melaksanakan program CSR adalah perusahaan PTPN-7 (Persero). Sejak tahun

2008 PTPN-7 telah melakukan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan

pelaksanaan program CSR perusahaan tersebut. Kegiatan-kegiatan tersebut

tertuang dalam Program CSR PTPN-7 Peduli, yaitu program peduli pada tujuh

bidang kegiatan Kemitraan, Bencana Alam, Pendidikan, Kesehatan,

Pembangunan, Keagamaan, dan Lingkungan. Namun demikian sampai saat ini

belum ada pengkajian mengenai pengaruh program CSR PTPN-7 tersebut

terhadap pengurangan masyarakat miskin di sekitar lokasi perusahaan. Oleh

karena itu penelitian ini berusaha untuk mengetahui pelaksanaan program CSR

PTPN-7 dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan masyarakat miskin yang berada

di wilayah sekitar perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, perlu diteliti bagaimana pelaksanaan program

CSR oleh perusahaan dalam aspek pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan,

bagaimana dukungan kelembagaan dan partisipasi masyarakat, serta sejauhmana

dampaknya terhadap keberdayaan masyarakat miskin sekitar perusahaan tersebut.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah profil (karakteristik dan penyebab) masyarakat miskin sekitar

(10)

commit to user

(2) Bagaimanakah pelaksanaan program CSR yang telah dilaksanakan oleh

perusahaan?

(3) Bagaimanakah persepsi perusahaan, masyarakat, dan birokrasi terhadap

program CSR?

(4) Bagaimanakah dukungan kelembagaan terhadap program CSR?

(5) Bagaimanakah partisipasi masyarakat dalam program CSR?

(6) Bagaimanakah kedinamikaan kelompok kemitraan program CSR?

(7) Bagaimanakah kinerja kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh perusahaan

melalui program CSR?

(8) Bagaimanakah hasil dan manfaat program CSR perusahaan terhadap

penanggulangan kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan?

(9) Bagaimanakah model dan strategi pemberdayaan masyarakat melalui

program CSR berdasarkan profil kemiskinan masyarakat miskin sekitar

perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

(1) Mengkaji profil (karakteristik dan penyebab) masyarakat miskin sekitar

perusahaan.

(2) Mengkaji praktek (program/kegiatan) CSR yang telah dilaksanakan oleh

perusahaan..

(3) Mengkaji persepsi perusahaan, masyarakat, dan birokrasi terhadap kegiatan

(11)

commit to user

(4) Mengkaji dukungan kelembagaan terhadap program CSR.

(5) Mengkaji partisipasi masyarakat dalam program CSR.

(6) Mengkaji dinamika kelompok kemitraan program CSR.

(7) Mengkaji kinerja kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program CSR.

(8) Merumuskan hasil dan manfaat program CSR perusahaan terhadap

penanggulangan kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan.

(9) Merumuskan model dan strategi kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui

program CSR berdasarkan profil kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu :

(1) Manfaat Teoritis, bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan

khususnya ilmu penyuluhan pembangunan/pemberdayaan masyarakat.

(2) Manfaat Praktis, meliputi:

(a) Sebagai bahan pertimbangan bagi Instansi/lembaga terkait dalam

merumuskan kebijakan pembangunan khususnya pengembangan industri

pertanian yang mengeksploitasi sumberdaya alam dalam kaitannya dengan

program pemberdayaan masyarakat miskin.

(b) Sebagai masukan atau rekomendasi secara ilmiah kepada perusahaan

dalam rangka menerapkan program-program CSR guna mengatasi

kemiskinan masyarakat sekitar perusahaan.

(12)

commit to user E. Orisinalitas Penelitian

Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang

praktek CSR dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

(1) Strike, Gao, dan Bansal (2006), dengan judul Being good while being bad:

social responsibility and the international diversification of US firm.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penerapan CSR terhadap

keberlangsungan perusahaan. Penelitian ini menggunakan metoda Kualitatif

deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa Perusahaan-perusahaan

di Amerika Serikat menunjukkan bahwa CSR dapat menjadi suatu sinyal

positif bagi perusahaan yang mengumumkan menjalankan program tersebut.

Namun kegagalan dalam penentuan suatu tindakan yang dibuat oleh

perusahaan akan menimbulkan dampak yang tidak dapat diukur dengan jelas

dengan dijalankannya CSR oleh perusahaan.

(2) Zainuri (2005), dengan judul Keluarga Miskin dalam Program Pengembangan

Kecamatan menurut Persepektif Pekerjaan Sosial (Studi Kasus di Kecamatan

Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelawan Provinsi Riau).

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Memahami pola hubungan masyarakat

mempengaruhi kehidupan keluarga miskin, (2) Memahami upaya pemberdayaan

masyarakat yang telah dilaksanakan, (3) Menganalisis PPK menurut perpektif

pekerjaan sosial. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif deskriptif.

Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: (1) Pola hubungan PPK terhadap

keluarga miskin kurang partisipatif, karena kurang dilibatkan dalam kegiatan

(13)

commit to user

adalah kegiatan ekonomi, pendidikan, dan pembangunan saran fisik jalan,

jembatan, gedung sekolah, (3) Hasil pemberdayaan PPK melalui sarana fisik

tidak menyentuh keluarga miskin, karena itu PPK kurang memberikan

peluang kepada keluarga miskin secara jelas.

(3) Waskitho (2009), dengan judul Strategi dan Aksi Pemberdayaan Masyarakat

dalam Program Penanggulangan Kemiskinan di DIY.

Penelitian ini bertujuan untuk mengakji sejauhmana kemajuan yang dirasakan

kelompok dan masyarakat yang dapat dijadikan ukuran pembanding dari

manfaat yang diterima individu. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif

deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa program

penanggulangan kemiskinan perlu melibatkan partisipasi masyarakat dengan

pembentukan kelompok-kelompok. Hal ini sesuai dengan misi pemberdayaan

individu, kelompok dan masyarakat, serta sitem nilai yang berkembang di

masyarakat, yaitu kebersamaan (kolektifitas), solidaritas kelompok dan

kegotongroyongan. Partisipasi tersebut dalam bentuk pembangunan fisik,

ekonomi, sosial dan budaya masyarakat lokal.

(4) Widiharsono (2006), dengan judul Pemberdayaan Kelompok Usaha Bersama

Batu Bata untuk Meningkatkan Pendapatan Keluarga Miskin (Studi Kasus di

Desa Mantaren II Kecamatan Kahayan Hilir Kabupaten Pulau Pisau

Provinsi Kalimantan Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui

performa kelebagaan KUBE, dan mengetahui sejauhmana dukungan pihak luar,

interaksi KUBE dengan kelompok lokal lain, dan dukungan komunitas dalam

(14)

commit to user

harapan dalam pengembangan kelembagaan KUBE. (3) Menghasilkan strategi

dan menyusun program aksi pemberdayaan KUBE untuk meningkatkan

pendapatan Keluarga Miskin. Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif

deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: (1) KUBE-KUBE

didesa Mantaren II memiliki cukup potensi yang dapat dikembangkan untuk

keberhasilan KUBE, seperti tersedianya bahan baku yang melimpah,

dimilikinya keterampilan, keuletan bekerja, anggota memiliki orientasi ke

depan, adanya peluang pasar, (2) Keberhasilan KUBE belum dapat

diwujudkan. Hal ini karena masih dijumpainya permasalahan kurangnya

permodalan, lemahnya kepengurusan KUBE, belum terbangunnya jaringan

kemitraan dengan pihak luar. (3) Untuk mengatasi masalah tersebut maka

perlu disusun rancangan program pemberdayaann KUBE yang meliputi : (a)

Kegiatan penguatan Modal KUBE, yang dilakukan melalui membentuk arisan

untuk memupuk modal swadaya kelompok, mengupayakan kepada

pemerintah, lembaga keuangan, danswasta untuk dapat memberikan

pembinaan dengan memberikan sejumlah modal usaha bagi KUBE. (b)

Kegiatan Revitalisasi Organisasi KUBE, yang dilakukan dengan mengadakan

pergantian pengurus sebagai penyegaran, melakukan pertemuan rutin tiap

bulan, mengadakan pembagian tugas terhadap anggota kelompok, serta

membuat dan menyepakati aturan main dan tata tertib kelompok secara

tertulis. (c) Membangun Kemitraan, dengan melakukan promosi melalui

kegiatan pameran produksi, membangun jaringan kepada pengusaha atau

(15)

commit to user

pemerintah agar memberikan penekanan kepada para pengusaha atau rekanan

untuk memanfaatkan produksi lokal. (d) Pendampingan, yaitu dengan

menempatkan seorang pendamping dari Petugas Sosial Masyarakat, sebagai

fasilitator dan mediator dalam kegiatan di dalam maupun di luar KUBE

(5) Claudiana (2007), dengan judul Pelaksanaan Program Penanggulangan

Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) di Desa Kaligawe, Kecamatan Pedan

Kabupaten Klaten. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Bagaimana

proses P2KP dilaksanakan. (2) Bagaimana kontribusi P2KP terhadap tridaya

pada masyarakat miskin. (3) Bagaimana ketercapaian program P2KP dalam

pemecahan masalah masyarakat miskin. Penelitian ini menggunakan metode

Kualitatif deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: (1)

Penanggulangan kemiskinan melalui kegiatan tidak langsung menjawab

masalah dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat karena P2KP lebih

menekankan pada kemandirian masyarakat agar dapat mengatasi sendiri

masalah yang mereka hadapi. (2) Pelaksanaan P2KP telah memberikan

kontribusi terhadap pencapaian dua dari tiga tujuan P2KP yakni terbentuknya

badan keswadayaan masyarakat (BKM) dan terbukanya akses pelayanan

masyarakat khususnya warga miskin dalam bidang lingkungan, sosial dan

ekonomi atau Tridaya. (3) Belum optimalnya capaian pelaksanaan P2KP

dipengaruhi oleh strategi dan mekanisme input yang tidak sesuai dengan

kebutuhan masyarakat untuk memecahkan berbagai masalah yang dihadapi.

(6) Mujiyadi (2008), dengan judul Implementasi Program Pemberdayaan Fakir

(16)

commit to user

pembagian wilayah konsentrasi (daerah terpencil, perdesaan, pinggiran kota,

perkotaan , pantai, pinggiran hutan, wilayah perbatasan dan wilayah

industri) yakni Sawahlunto (Sumatera Barat), Bintan (Riau Kepulauan),

Bengkulu Utara (Bengkulu), Majalengka (Jawa Barat), Rembang (Jawa

Tengah), Tulung Agung (Jawa Timur), Gianyar (Bali), dan Bellu (Nusa

Tenggara Timur). Dengan tujuan untuk: (1) Mengidentifikasi faktor yang

mempengaruhi pelaksanaan P2FM. (2) Mengidentifikasi hasil capaian P2FM.

Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif deskriptif. Kesimpulan hasil

penelitian adalah bahwa: (1) Ada lima komponen kunci yaitu modal,

keterampilan melalui pelatihan, komitmen, pemahaman tentang

kemasyarakatan, dan pemasaran mempengaruhi keberhasilan proses

pemberdayaan. (2) Secara ekonomi pemberdayaan melalui P2FM belum bisa

meningkatkan pendapatan keluarga, tetapi secara non-ekonomi dapat

dirasakan manfaatnya oleh anggota KUBE bahwa status sosial mereka

meningkat karena telah memiliki usaha ternak kambing atau sapi yang

merupakan usaha ekonomi mereka.

(7) Taufik, et al. (2007), dengan judul Upaya Penanggulangan Kemiskinan

Berbasis Pemberdayaan Masyarakat Lokal di Kelurahan Bintoro,

Kecamatan Demak, Kabupaten Demak. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui: Apakah kegiatan pengembangan tridaya (fisik, ekonomi, dan

sosial) dapat mengurangi angka kemiskinan. Dan mengetahui bagaimana

intensitas dan partisipasi masyarakat miskin dalam pembentukan Badan

(17)

commit to user

deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: (1) dari ketiga program

tridaya yang menjadi prioritas utama program P2KP menunjukkan bahwa

program daya fisik dan daya sosial lebih berhasil bila dibandingkan dengan

daya ekonomi. Secara keseluruhan program P2KP ini telah berhasil

menumbuhkan kebersamaan atau keswadayaan terutama untuk

kegiatan-kegiatan fisik dan sosial. Hal tersebut menunjukkan sisi positif program P2KP

yang berhasil menumbuhkan modal sosial yang sangat penting bagi

keberlanjutan program dan kegiatan yang telah berjalan. Namun, masih

rendahnya partisipasi kelompok miskin dalam pembentukkan BKM serta

banyaknya anggota KSM yang bukan berasal dari kelompok miskin.

(8) Wahyuni (2006), dengan judul Corporate Social Responsibility (CSR)

Mewujudkan Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Program PT. Ultrajaya

Milk Industry & Trading Company Tbk Cimareme Padalarang Bandung.

Penelitian ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan pemberdayaan masyarakat

sebagai perwujudan Corporate Social Responsibility (CSR) di PT. Ultrajaya

Milk Industry & Trading Company Tbk. Penelitian ini menggunakan metode

Kualitatif deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: aktivitas

CSR PT Ultrajaya, mampu membantu kelompok rentan di komunitas, melalui

program air bersih dan beasiswa bagi keluarga miskin.

(9) Simanjuntak (2008), dengan judul Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (studi di kelurahan

Margahayu Kota Bekasi). Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui

(18)

commit to user

Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat miskin dan Peranan fasilitator

dalam proses pemberdayaan masyarakat miskin. (3) Hambatan apa yang

dijumpai dan usaha mengatasinya. Penelitian ini menggunakan metode

Kualitatif deskriptif. Kesimpulan hasil penelitian adalah bahwa: (1) Terdapat

aspek-aspek pemberdayaan dalam P2KP sebagai salah satu kebijakan

penanggulangan kemiskinan, tetapi pada tataran implementasi di lapangan

penerapan aspek-aspek pemberdayaan masih rendah, ini dapat dilihat dari

dominannya fasilitator, RW/RT maupun pengurus BKM dalam pembentukan

dan pemilihan pengurus kelompok, perencanaan program (proposal) usaha

serta perguliran dana. (2) Dalam tataran ini KSM hanya pelaksana pasif tanpa

ikut terlibat. Sasaran program belum mengakses kelompok miskin yang

mengalami kerentanan sosial dan ketidakberdayaan, karena 90% dari anggota

KSM adalah warga masyarakat yang telah memiliki usaha awal walaupun

masih disebut "warga miskin". (3) Proses pelaksanaan P2KP adalah

pemberdayaan program pada tingkat BKM, karena upaya-upaya pencapaian

target ekonomis saja yang selalu mengutamakan hasil daripada proses.

Padahal kebijakan makronya kegiatan P2KP tidak hanya bersifat ekonomis,

tetapi juga bersifat sosial seperti peningkatan SDM masyarakat miskin.

(10) Ermadiani dan Bambang (2007), dengan judul Penerapan Corporate

Governance (CG) dalam Mewujudkan Corporate Social Responsibility (CSR)

pada PT. Pertamina (Persero) Unit Pengolahan III. Tujuan penelitian ini

adalah untuk: mengetahui bagaimana penerapan dan peran CGdalam

(19)

commit to user

Kualitatif deskriptif. Kesimpulan penelitian adalah: (1) Penerapan CG sangat

berperan dalam mewujudkan CSR, (2) Penerapan CG telah menigkatkan

komitmen sekaligus kemampuan keuangan perusahaan untuk membiayai

semua kegiatan CSR-nya secara optimal, (3) Komitmen perusahaan untuk

melaksanakan CSR harus diimbangi dengan kemampuan keuangan

perusahaan, (4) Keberhasilan perusahaan menerapkan CG dan CSR akan

menjamin kelancaran dan kelangsungan hidup perusahaan.

Dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu sebagaimana diuraikan

di atas, penelitian ini memiliki keunikan dalam hal:

(1) Titikberat penelitian adalah mengamati proses penanggulangan kemiskinan

melalui program pemberdayaan masyarakat yang telah dilakukan perusahaan.

(2) Fokus penelitian ini adalah masyarakat miskin di wilayah sekitar perusahaan.

(3) Program pemberdayaan masyarakat miskin dilakukan oleh perusahaan sebagai

bentuk tanggungjawab sosial dan lingkungan.

(4) Pemberdayaan masyarakat miskin tersebut sebagai implementasi dari program

tanggungjawab sosial perusahaan (CSR).

(5) Lingkup penelitian lebih holistik dalam melihat berbagai aspek baik aspek

ekonomi, aspek sosial, maupun aspek lingkungan. Pada umumnya

penelitian-penelitian terdahulu hanya melihat salah satu aspek tersebut.

(6) Tujuan penelitian tidak sekedar melihat implementasi program CSR

perusahaan, tetapi juga berusaha mendalami bagaimana kemanfaatan

(20)

commit to user

pemerintah, dukungan kelembagaan ekonomi, dan partisipasi masyarakat itu

sendiri terhadap kegiatan pemberdayaan melalui program CSR.

Dengan demikian penelitian ini merupakan hal yang baru dan asli, karena

sesuai dengan asas-asas keilmuan yang jujur, rasional, obyektif, dan terbuka, serta

dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan terbuka untuk

kritikan-kritikan yang sifatnya membangun terkait dengan topik dan permasalahan

Referensi

Dokumen terkait

Ragam hias bangunan candi dalam bentuk relief yang dipahatkan pada bagian bidang datar yang terdapat di dinding luar candi, baik pada bagian kaki, tubuh, atap

Dari hasil singkronisasi antara pernyataan dari partisipan dan informan, peneliti menyimpulkan bahwa dampak psikologis yang dialami oleh siswi terkait, itu dikarenakan

Hasil penelitian membuktikan bahwa sabun cair dengan ekstrak minyak dedak padi mempunyai zona penghambatan yang sama dengan sabun dettol yang mengandung triclosan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa apabila benih bawang merah varietas Bima akan diproduksi di dataran rendah maka umbi benih harus divernalisasi pada suhu 10±2°C selama 30

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan salah satu masalah yang dihadapi pada saat tahap perencanaan yaitu menentukan jumlah masing-masing jenis kamar sehingga

Kota Bandung merupakan kota yang terkenal akan wisata kulinernya termasuk kuliner bakso, pecinta bakso khususnya di tanah air mengalami meningkatan dari tahun ke

 Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan

produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian smartphone Samsung jenis android pada karyawan telkomsel regional Medan. Kata Kunci : Harga, Brand Image,