xi
BERWIRAUSAHA
Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMK BOPKRI I YOGYAKARTA
Th. Yuandhita Dian P Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha, (2) hubungan lingkungan belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha, (3) hubungan lingkungan belajar siswa di
masyarakat dengan minat berwirausaha.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK BOPKRI I, Yogyakarta pada bulan November 2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 200 siswa, yang menjadi sampel 68 siswa.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha (thitung
= 10,557 > ttabel = 1,668), (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan
belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha (thitung = 7,799 > ttabel = 1,668), dan
xii
A Case Study on the Last Class of BOPKRI I Vocational High School Students YOGYAKARTA
Th. Yuandhita Dian P Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
The purpose of this research is to know: (1) the relationship between student’s family learning environment and entrepreneurial interest, (2) the relationship between student’s school learning environment and entrepreneurial interest, (3) the relationship between student’s learning environment in society and entrepreneurial interest.
The research was conduted at BOPKRI I Vocational High School, Yogyakarta in November 2008. Population in this research was 200 students. The samples were 68 students. The technique of taking samples was purposive random sampling. The techniques of collecting data were questionnaire and documentation. The data analysis technique was product moment correlation.
The result of the research shows that: (1) the relationship between student’s learning environment in family and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 10,557 > ttable = 1,668); (2) the relationship between student’s learning
environment in school and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount =
7,799 > ttable = 1,668); (3) the relationship between student’s learning environment in
society and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 11,036 > ttable =
HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA
DENGAN MINAT BERWIRUSAHA
Studi Kasus Pada Kelas XII SMK BOPKRI I Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
oleh:
TH. YUANDHITA DIAN. P 021334053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA
DENGAN MINAT BERWIRUSAHA
Studi Kasus Pada Kelas XII SMK BOPKRI I Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
oleh:
TH. YUANDHITA DIAN. P 021334053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini Ku persembahkan untuk :
1.
Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah Nya
2.
Alm. Rm Tan Soe ie, S.J. “
Mbah Romo
“
3.
Papaku St. Herwanto dan Mamaku M. Rita Endah. A. W
4.
Ketiga adikku, Si kembar F. Natalia Radwi Cahyawati dan P.
Christine Radwi Suryani, dan A. Anuncia Putri
5.
Yang ada dihatiku Ign. Tommy Andre. W
6.
Sanak- saudara yang telah membantu perjuangan ini
v
MOTTO
Untuk segala sesuatu ada waktunya
Jangan memimpikan masa lalu dan jangan
mengaharapkan masa depan, hadapilah semua
yang ada saat ini dengan penuh semangat
Kita merasakan kehidupan yang sebenarnya saat
kita sudah merasakan kesedihan, menangis,
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 Maret 2009
Penulis
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : TH. YUANDHITA DIAN. P
Nomor Mahasiswa : 021334053
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA
DENGAN MINAT BERWIRUSAHA
Studi Kasus Pada Kelas XII SMK BOPKRI I Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 23 Maret 2009
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih atas berkat dan kasih-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi ini
diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi
Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang
merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran,
masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis
ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak L. Saptono S.Pd., Msi. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
3. Bapak L. Saptono S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi, yang
dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran,
viii
4. Bapak Ign. Bondan Suratno S.Pd., M.Si dan Bapak Drs. Bambang
Purnomo SE., M.Si selaku dosen penguji, terimakasih atas kerjasamanya.
5. Bapak Widanarto P. S.Pd., M.Si. yang telah memberikan dorongan,
semangat, saran dan masukan.
6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan
pengalaman kepada penulis selama kuliah.
7. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntasi atas segala
keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD.
8. Seluruh keluarga besar SMK BOPKRI I Yogyakata terima kasih telah
menyediakan waktu dan tempatnya untuk penelitian sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi saya.
9. Kedua Orang tua tercinta, Bapak St. Herwanto dan Ibu M. Rita Endah A.
W yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, materi, tangis
sedih dan bahagianya selama ini kepada penulis.
10.Untuk Adik-adikku tercinta Si kembar F. Natalia Radwi. C dan P. Christine
Radwi. S, serta adikku paling kecil A. Anuncia Putri terima kasih atas doa
dan dorongannya sehingga aku bisa menyelesaikan kuliah.
11.Untuk Mbah Romo “ Alm. Rm. Tan Soe Ie, S.J.” saat kepergiaanmu adalah
saat yang menyedihkan sekaligus membahagiakan buatku.
12.Untuk semua keluarga besarku Eyang putri, pakdhe dan budhe, Om dan
Tante, semua sepupuku (Arif Budi Darmawan, I. Rahmawati Prasestika
ix
Mas Ricky, mas Enggal. S, Mas Fajar, Rosa, Johan Andre), juga
keponakanku Nasywa yang lucu terima kasih untuk semangatnya.
13.Teruntuk Ign. Tommy Andre. W, yang selalu mengantarku saat aku kuliah.
Terimakasih atas dukungan, cinta dan kasih sayang yang selama ini sudah
diberikan. Mengenalmu aku merasakan hidup yang sebenarnya, aku
merasakan saat menyenangkan, bahagia bahkan sakit hati, sedih, dan
kecewa. Cepat selesaikan kuliah, walaupun sudah kerja kuliah juga tetap
harus diselesaikan.
14.Buat keluarga Listyo Haryono, atas dukungannya sehingga akhirnya saya
bisa menyelesaikan studi. Buat M. Indra saputra dan Bernadetha Dian
makasih untuk bantuan dan pinjaman laptopnya.
15.Kakakku tersayang Benisius Rahmat Basuki S.Pd “Bendot” dan Gregorius
Satya matur nuwun bantuannya sebelum aku pendadaran,akhirnya kita jadi
sarjana juga Dan buat Kristina. K jangan sering bolos kuliah, cepat lulus
menyusul yang lain.
16.Teman-teman seangkatanku 2002 Hening Tyas, Fransiska Eka, Eli,
Epifania Prabaningrum, Dina, Pak guru Eko, Wiwin, Dewa, April, Thomas
dan semuanya akhirnya aku mengikuti jejak kalian menjadi sarjana.
Valentinus Hari, Tri Harso. C, Lia, V. Dianiata Sisca, Heribertus Ratna,
dan Dewi. S ayo semangat selesaikan tugas akhir kalian sebagai
mahasiswa.
17.Angkatan 1997-2007 terutama Ria, dan Anang 2000, Eky Oktamilani,
Agnes Nina 2003, Anastasia Emi, Indra wahyu, B. Yoga, Y. Dana Puspita,
x
18.Anak-anak Hitam Dewo, Ali, Wisnu Baskoro, Rere dan semuanya makasih
buat privatnya satu malam sebelum aku pendadaran.
19.Fx. Hertanti Pratiwi, Monica Ria, dan Raflia Navratilova kita senasib bu.
Buat orang-orang yang pernah menemani dan membantuku terima kasih
untuk semuanya.
20.Buat bapak-bapak dan teman-teman komunitas parkiran Universitas Sanata
Dharma, terimakasih untuk dukungannya selama ini.
21.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada
penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.
Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat
diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.
Yogyakarta, 13 Maret 2009
Penulis
xi
BERWIRAUSAHA
Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMK BOPKRI I YOGYAKARTA
Th. Yuandhita Dian P Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2009
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha, (2) hubungan lingkungan belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha, (3) hubungan lingkungan belajar siswa di
masyarakat dengan minat berwirausaha.
Penelitian ini dilaksanakan di SMK BOPKRI I, Yogyakarta pada bulan November 2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 200 siswa, yang menjadi sampel 68 siswa.
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha (thitung
= 10,557 > ttabel = 1,668), (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan
belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha (thitung = 7,799 > ttabel = 1,668), dan
xii
A Case Study on the Last Class of BOPKRI I Vocational High School Students YOGYAKARTA
Th. Yuandhita Dian P Sanata Dharma University Yogyakarta
2009
The purpose of this research is to know: (1) the relationship between student’s family learning environment and entrepreneurial interest, (2) the relationship between student’s school learning environment and entrepreneurial interest, (3) the relationship between student’s learning environment in society and entrepreneurial interest.
The research was conduted at BOPKRI I Vocational High School, Yogyakarta in November 2008. Population in this research was 200 students. The samples were 68 students. The technique of taking samples was purposive random sampling. The techniques of collecting data were questionnaire and documentation. The data analysis technique was product moment correlation.
The result of the research shows that: (1) the relationship between student’s learning environment in family and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 10,557 > ttable = 1,668); (2) the relationship between student’s learning
environment in school and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount =
7,799 > ttable = 1,668); (3) the relationship between student’s learning environment in
society and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 11,036 > ttable =
xiii
DAFTAR ISI
HAL JUDUL... i
HAL PENGESAHAN... ii
HAL PERSEMBAHAN... iv
MOTTO... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
KATA PENGANTAR... vii
ABSTRAK... xi
ABSTRACT... xii
DAFTAR ISI... xiii
DAFTAR TABEL... xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 4
C. Rumusan Masalah... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minat ... 6
1. Pengertian Minat ... 6
xiv
B. Kewirausahaan ... 8
1. Pengertian Wirausaha... 8
2. Karakteristik Kewirausahaan ... 11
C. Lingkungan Belajar ... 15
1. Lingkungan Keluarga... 15
2. Lingkungan Sekolah... 17
3. Lingkungan Masyarakat... 19
D. Kerangka Berpikir ... 22
E. Hipotesis Penelitian... 26
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 27
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 28
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 29
F. Teknik Pengumpulan Data ... 36
G. Uji Instrumen Penelitian ... 36
1. Uji Validitas ... 36
2. Uji Reliabilitas ... 40
H. Teknik Analisis Data ... 42
1. Analisis Deskriptif ... 42
2. Uji Prasyarat Analisis... 43
xv
2) Uji Linieritas ... 43
3) Pengujian Htpotesis ... 44
BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Gambaran Umum Sekolah ... 46
B. Visi dan Misi ... 48
1. Visi ... 48
2. Misi ... 48
C. Sumber Daya Manusia ... 49
D. Siswa SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 50
E. Pegawai Tata Usaha, Kesehatan Sekolah dan Perpustakaan ... 51
F. Fasilitas Sekolah... 51
G. Sarana dan Prasarana, dan Fasilitas Sekolah... 52
1. Perpustakaan ... 52
2. Laboratorium... 53
3. Ruang Media ... 53
a. Bimbingan dan Konseling... 53
b. UKS... 54
H. Usaha-Usaha Penempatan Lulusan ... 54
I. Kurikulum ... 54
J. Struktur Organisasi SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 55
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 57
xvi
2. Lingkungan Belajar di Sekolah... 58
3. Lingkungan belajar di Masyarakat... 59
4. Minat Berwirausaha ... 60
B. Analisis Data ... 61
1. Pengujian Prasyarat Analisis... 61
a. Uji Normalitas ... 61
b. Uji Linieritas ... 62
2. Pengujian hipotesis... 63
C. Pembahasan... 68
1. Hubungan antara Lingkungan Belajar di Keluarga dengan Minat Berwirausaha... 68
2. Hubungan antara Lingkungan Belajar di Sekolah dengan Minat Berwirausaha... 69
3. Hubungan antara Lingkungan belajar di Masyarakat dengan Minat Berwirausaha ... 70
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72
B. Keterbatasan Penelitian... 72
C. Saran... 73
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel Lingkungan Belajar Siswa di
Keluarga... . 29
Tabel 3.2 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Keluarga... 30
Tabel 3.3 Operasionalisasi variabel Lingkungan Belajar Siswa di Sekolah ... . 31
Tabel 3.4 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Sekolah... 32
Tabel 3.5 Operasionalisasi variabel Lingkungan Belajar Siswa di Masyarakat... . 33
Tabel 3.6 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Masyarakat... 34
Tabel 3.7 Operasionalisasi variabel Minat Berwirausaha ... . 35
Tabel 3.8 Skor Item Variabel Minat Berwirausaha ... 35
Tabel 3.9 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Keluarga 38 Tabel 3.10 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Sekolah.. 39
Tabel 3.11 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Masyarakat... 39
Tabel 3.12 Rangkuman Uji Validitas Minat Berwirausaha... 40
Tabel 3.13 Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 42
Tabel 4.1 Guru dan Karyawan SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 49
xviii
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di
Keluarga... . 57
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di
Sekolah ... . 58
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di
Masyarakat... . 59
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Minat Berwirausaha ... 60
Tabel 5.5 Hasil Pengujian Normalitas ... 61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner... 76
Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas... 83
Lampiran 3 Data Induk ... 87
Lampiran 4 Linieritas dan Normalitas ... 98
Lampiran 5 Daftar Distribusi Frekuensi dan PAP II... 103
Lampiran 6 Pengujian Hipotesis ... 122
Lampiran 7 Tabel-tabel... 126
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang
berkualitas. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pendidikan
mempunyai peranan yang penting. Melalui pendidikan dihasilkan sumber daya
manusia yang mempunyai keterampilan dan keahlian dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam proses pembangunan.
Realitas menunjukkan bahwa ada permasalahan dalam dunia
pendidikan kita. Permasalahannya adalah kurangnya relevansi antara keluaran
pendidikan dengan keterampilan kerja yang diperlukan dunia usaha. Dengan
sempitnya lapangan kerja, dampaknya adalah terus meningkatnya jumlah
pengangguran intelektual. Mayoritas pengangguran tersebut adalah mereka
yang masih berusia produktif. Oleh sebab itu tingginya angka pengangguran
terdidik sebenarnya mencerminkan “kegagalan” dalam proses pendidikan di
negeri ini. Tingginya angka pengangguran terdidik juga menunjukkan bahwa
pendidikan tidak menyiapkan lulusan untuk mampu memiliki life skill yang
memadai.
Kondisi tersebut di atas menunjukkan perlunya pemikiran ke arah
perwujudan peran yang lebih efektif dari instansi-instansi dalam rangka
membangun manusia berwirausaha. Menurut Soeroto (1983:210-221) untuk
mengatasi kelebihan persediaan tenaga kerja, perlu usaha untuk menciptakan
yang memadai dan memiliki kemampuan berwirausaha yang cukup.
Pemberian mata pelajaran kewirausahaan di sekolah dirasakan kian penting
bagi siswa dalam rangka menyiapkan mereka memasuki dunia kerja.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan
sebagai wadah pencetak tenaga-tenaga kerja diharapkan mampu menghasilkan
lulusan dengan keunggulan keterampilan dan memiliki jiwa wirausaha.
Dengan kata lain, lulusan SMK diharapkan memiliki potensi yang lebih besar
untuk berhasil berwirausaha. Lulusan karenanya minimal memiliki
kemampuan penalaran yang cukup, wawasan yang luas, dan minat
berwirausaha yang tinggi.
Berwirausaha merupakan alternatif yang mempunyai efektifitas dan
efisiensi dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan mengatasi masalah
pengangguran pada saat ini. Faktor lingkungan mempunyai peranan penting
dalam menumbuhkan minat siswa berwirausaha. Hal demikian disebabkan
siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi siswa dengan
lingkungannya akan berdampak pada minat siswa dalam berwirausaha.
Ruang lingkup lingkungan belajar siswa secara umum adalah
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling dekat dan mendukung
siswa untuk menjadi wirausahawan. Dukungan dari keluarga akan menjadi
motivasi bagi siswa untuk berwirausaha. Minat siswa berwirausaha akan
cenderung tinggi pada lingkungan keluarga yang baik, sementara akan rendah
Lingkungan belajar di sekolah meliputi lingkungan sekitar sekolah,
keadaan sekolah, fasilitas-fasilitas yang dapat terlihat dalam proses belajar,
peranan guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan antar siswa dan
lain-lain. Lingkungan belajar di sekolah memiliki peranan penting siswa memiliki
minat berwirausaha. Adanya mata pelajaran kewirausahaan memungkinkan
siswa mengembangkan bakat kewirausahaannya. Di samping itu keikutsertaan
siswa dalam praktek kewirausahaan akan menimbulkan minat siswa untuk
berwirausaha.
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana siswa berinteraksi
dengan anggota masyarakat lain. Masyarakat sebagian besar berwirausaha
maka akan mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha. Tanpa disuruh
siswa akan berusaha mengetahui, memperhatikan dan melibatkan diri dengan
lingkungan masyarakatnya. Bagi siswa yang berasal dari lingkungan
masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai wirausaha, maka aktivitas
lingkungan dapat menjadi pendorong aktivitas belajar, jiwa, serta mental
mereka untuk belajar berwirausaha. Sebaliknya siswa yang hidup di
lingkungan masyarakat yang sebagian profesinya bukan wirausaha tidak
terjadi demikian. Dengan demikian siswa memiliki minat yang lebih rendah
untuk berwirausaha.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk menganalisa sejauh
mana fakor lingkungan belajar berhubungan dengan minat siswa
berwirausaha. Penelitian ini selanjutnya mengambil judul “HUBUNGAN
BERWIRAUSAHA“ Studi kasus pada siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln.
Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini memusatkan
perhatian pada faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha siswa
kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Faktor tersebut
antara lain lingkungan belajar yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, lingkungan masyarakat.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apakah ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan minat
berwirausaha pada siswa?
2. Apakah ada hubungan lingkungan belajar di sekolah dengan minat
berwirausaha pada siswa?
3. Apakah ada hubungan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat
berwirausaha pada siswa?
D. Tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan belajar di keluarga
dengan minat berwirausaha pada siswa
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan belajar di sekolah
dengan minat berwirausaha pada siswa
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan belajar di masyarakat
dengan minat berwirausaha pada siswa
E. Manfaat penelitian
1. Bagi siswa
Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi minat berwirausaha sebagai wirausaha.
2. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi penelitian
berikutnya yang berhubungan dengan lingkungan belajar terhadap minat
berwirausaha.
3. Bagi Peneliti
Mendorong untuk melakukan penelitian-penelitian lanjutan dengan
memahami variabel-variabel baru atau dilakukan dilokasi yang berbeda.
4. Bagi Guru
Menjadi masukan dalam usaha-usaha meningkatkan kualitas dan
menambah pengetahuan tentang kondisi siswa sehingga dapat
meningkatkan kemampuannya dalam mendampingi siswa, keteladanan
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Minat
1. Pengertian Minat
Pengertian minat menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
(Purwodarminto, 1982:650) adalah perhatian; kesukaan (kecenderungan
hati) kepada sesuatu; keinginan. Minat merupakan faktor psikologis yang
dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang, selain itu minat
merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat penting untuk
kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan
sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya pada umumnya akan
memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat
sebelumnya. Oleh sebab itu Purwanto (1984:59) mengatakan bahwa minat
mengarahkan perbuatan kapada suatu tujuan dan merupakan dorongan
bagi perbuatan itu.
Menurut Winkel (1983:30), minat adalah kecenderungan yang
agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. Bila
dihubungkan dengan minat seseorang untuk berwirausaha mula-mula
seseorang akan merasa senang terhadap wirausaha. Perasaan tersebut
muncul karena seseorang telah mengenal dan karena memandang bahwa
timbul sikap positif. Seseorang akan selalu memperhatikan, berusaha
mendekati dan menyesuaikan dirinya dengan sikap wirausahawan. Dengan
demikian dapat dikatakan minat seseorang untuk berwirausaha telah
muncul.
Berdasarkan pendapat di atas, minat adalah kecenderungan yang
agak menetap dalam seseorang untuk merasa tertarik pada bidang atau hal
tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. maka
minat berwirausaha dapat diartikan sebagai kecenderungan yang
mengarahkan siswa untuk berwirausaha setelah lulus SMK, yang ditandai
dengan adanya perasaan senang terhadap wirausaha, perasaan tertarik, dan
keinginan untuk manjadi wirausahawan.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Pada dasarnya seseorang yang mempunyai minat yang tinggi akan
mencapi hasil yang maksimal. Hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor
yang mempengaruhi minat, Faktor-faktor yang mempengaruhi minat di
kelompokkan menjadi 2 golongan (Winkel, 1986:27-28):
a. Minat secara intrinsik
Minat seara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensi.
b. Minat secara ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul antara lain karena latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.
a. Minat Pembawaan
Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain baik kebutuhan maupun lingkungan. Biasanya minat ini muncul berdasarkan bakat yang ada. Misalnya apabila seeorang mempunyai bakat di bidang pendidikan maka ia berminat masuk FKIP
b. Minat yang muncul karena pengaruh luar
Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh-pengaruh seperti lingkungan dan kebutuhan. Misalnya siswa yang teman-temanya banyak masuk fakultas hukum, maka ia terpaksa masuk fakultas hukum pula walaupun niatnya bukan ke fakultas hukum.
B. Kewirausahaan
1. Pengertian Wirausaha
Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari
tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi
tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang
mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Zimmerer (1996)
dalam Suryana (2001:2) : “ entrepreneurship is the result of a disciplined,
systematic process of applying creativity and innovations to need and
opportunities in the market place”. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu
disiplin, proses sistematis penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam
memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar. Kewirausahaan mempelajari
tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan
berinovasi. Menurut Soeparman Soemahamijaja (1997) dalam Suryana
(2001:3), kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan
meliputi:
a. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan
berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemauannya.
b. Kemampuan memotivasi diri, untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang selalu menyala-nyala.
c. Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.
d. Kebiasaan berinisiatif yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang–ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan piranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.
e. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal(capital goods).
f. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diriuntuk selalu tepat waktu dalam segala tindakannya melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan.
g. Kemampuan mental yang dilandasi dangan agama.
h. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari
pengalaman yang baik maupun menyakitkan.
Secara epistemologi, kewirausahaan merupakan nilai yang
diperlukan untuk memulai usaha atau suatu proses dalam mengerjakan
suatu yang baru dan sesuatu yang berbeda. Dua hal ini tampak dalam
definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh Zimmerer (1996:51)
dalam Suryana (2001:4) sebagai berikut: applying creativity and
innovation to solve the problem and to exploit oportunity that people face
everyday.
Kreatifitas oleh Zimmerer (1996:51) dalam Suryana (2001:3)
diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan
menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi
peluang. Sedangkan inovasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk
menghadapi peluang. Dengan demikian, kewirausahaan dapat
didefinisikan sebagai kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku
yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat
dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.
Dalam konteks manajemen, seorang entrepreneur umumnya
memiliki kemampuan menggunakan sumber daya seperti finansial, bahan
mentah (materials) dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk
baru, bisnis baru, proses produksi, ataupun pengembangan organisasi
usaha ( Marzuki Usman, 1997 dalam Suryana 2001:3). Beberapa definisi
lain juga menekankan pada hal yang sama seperti tampak dalam pendapat
Scarborough dan Zimmerer (1993:5) dalam Suryana (2001:4) sebagai
berikut:
“an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities”
Menurut Drucker (1994) dalam Suryana (2001:10), kewirausahaan
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to
create the new and different thing). Bygrave (1995) dalam Suryana
(2001:4) menambahkan bahwa kemampuan menciptakan sesuatu tidaklah
cukup, seorang wirausaha harus berani mengembangkan usaha dan ide-ide
barunya.
Dengan demikian esensi kewirausahaan dalam konteks manajemen
adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara
Cara-cara tersebut menurut Zimmerer (1996:51) dalam Suryana (2001:7)
mencakup:
a. Pengembangan teknologi baru (developing new technology) b. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
c. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improving existing
products or services)
d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan
jasa yang lebih banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).
2. Karakteristik Kewirausahaan
Sama halnya dengan definisi kewirausahaan, karakteristik
kewirausahaan dikemukakan oleh berbagai pihak secara beragam.
Meredith (1996:9) dalam Suryana (2001:7) menyatakan bahwa
berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan dan sumber
daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier
dimana seseorang dalam menjalankan memiliki ciri-ciri: (1) kepribadian,
ketidaktergantungan, individualitas dan optimisme; (2) kebutuhan untuk
berprestasi berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras
mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif; (3) kemampuan untuk
mengambil resiko yang wajar; (4) perilaku sebagai pemimpin, bergaul
dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik; (5) inovatif dan
kreatif serta fleksibel; dan (6) berpandangan ke depan.
Wirausaha memiliki sejumlah karakteristik umum. M. Scarborough
dan Zimmerer (1993) yang dikutip oleh Suryana (2001:8-9)
mengemukakan delapan karakteristik sebagai berikut:
Memiliki tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri. b. Preference for moderate risk
Lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiko yang tinggi.
c. Confidence in their ability to success
Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil. d. High level of energy
Memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.
e. Future orientation
Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan. f. Skill at organizing
Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.
g. Desire for immediate feedback
Selalu menghendaki umpan balik yang segera. h. Value of achievement over money
Selalu menilai prestasi dengan uang.
Sementara, menurut Arthur Kuriloff dan J.M. Mempil (1993:20)
dalam Suryana (2001:9) mengemukakan karakteristik kewirausahaan
dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan antara lain: (1)
commitment, (2) moderate risk, (3) seeing opportunities, (4) objectivity,
(5) feedback, (6) optimism, (7) money, (8) proactive management.
Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai
berhasil. Ia harus tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya
berhasil. Wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat artinya
risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha
untuk terus berjuang mencari peluang sampai berhasil. Keberanian
menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong
wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil.
kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena
ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan
dipandang sebagai sumber daya.
Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki
makna-makna yang disebut nilai (Milton Rockeach, 1973) dalam Suryana
(2001:13). Konsep nilai selanjutnya dibedakan menjadi 2: (1) person has a
value dan (2) an object has value. Konsep pertama menyatakan bahwa
nilai yang dianut seseorang dijadikan sebagai ukuran baku bagi
persepsinya terhadap dunia luar. Oleh sebab itu, watak yang melekat pada
seorang wirausaha akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan dapat dipandang
sebagai sistem nilai kewirausahaan. Nilai-nilai kewirausahaan tersebut
identik dengan nilai yang melekat pada sistem nilai manajer. Sedangkan
pada pandangan ke dua, nilai dianggap sebagai sesuatu yang ada pada
objek dan merupakan milik dari objek.
Sedangkan menurut pandangan Timmons dan McClelland (1961),
Thomas F. Zimmerer (1996:6-8) dalam Suryana (2001:11-12) tentang
karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah
sebagai berikut:
a. Commitment and determination, memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang setengah hati kemungkinan akan gagal dalam berwirausaha adalah besar.
c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.
d. Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap risiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola risiko dengan cara mentransfer resiko ke pihak lain seperti banker, investor, konsumen, pemasok dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.
e. Self confidence, yaitu percaya diri, ia cenderung optimis dan tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.
f. Creatifity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekuatan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk merespons perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreatifitas yang tinggi.
g. Desire for imidiate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk mengetahui hasil dari apa yang dikerjakanya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia selalu memiliki kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.
h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.
i. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul karena ada dalam diri (internal) dan jarang dari luar.
j. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh kemasa depan yang lebih baik.
k. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha yang berhasil selalu tidak takut gagal. Ia selalu mengkonsentrasikan kemampuannya pada keberhasilan.
l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil selalu memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), ia harus memiliki taktik mediator dan negotiator pada diktaktor.
Dalam kewirausahaan ada 2 sistem yang menonjol yaitu sistem
pragmatik dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya: selalu
kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil risiko,
produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan
kemampuan mencari peluang. Sementara sistem nilai moralistik mencakup
keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama,
keteladanan dan keutamaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, pengertian
minat wirausaha sebagai suatu keadaan dimana seseorang mempunyai
perasaan senang menaruh perhatian pada sesuatu serta berusaha untuk
mengetahui, melakukan pendekatan, memperhatikan dengan seksama,
melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.
C. LINGKUNGAN BELAJAR
1. Lingkungan Keluarga
Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan
tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan Loeber (1984) seperti
dikutip oleh Muhibbin Syah (1995:138) mengatakan bahwa lingkungan
sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang
tua dan keluarga itu sendiri.
Menurut Roestiyah (1982:163), faktor-faktor yang datang dari
keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :
a. Cara mendidik
tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.
b. Suasana keluarga
Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak. c. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.
d. Keadaan sosial ekonomi keluarga
Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.
e. Latar belakang kebudayaan pendidikan
Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.
Menurut Winkel (1989:108), keadaan sosial-ekonomi menunjukkan
pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup
atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai seberapa jauh keluarga
dapat membekali siswa dengan perlengkapan material untuk belajar.
Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki
keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau rendah. Dari keadaan ini
tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak
pergaulan antara orang tua dan anak, serta pandangan keluarga mengenai
pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan
itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai
otomatis atau dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu,
kerap menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar atau
menghambatnya.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga dan
sikap anak dalam menanggapi lingkungannya dapat menentukan
keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam
pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat
menunjang keberhasilan belajarnya.
2. Lingkungan Sekolah
Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang
membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal pengetahuan
dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar maka dia
berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua. Berdasarkan
kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam kehidupan anak
didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang mendampingi
belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak perkembangan
yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (Winkel, 1989:2).
Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan
pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja
melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan.
Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah
materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah
Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :
a. Interaksi guru dan murid
Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Siswa juga akan merasa jauh dari guru, akibatnya siswa merasa segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
b. Cara penyajian
Guru pada jaman dulu biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.
c. Hubungan antar murid
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.
d. Standar pelajaran di atas ukuran
Guru berpendidikan, untuk mempertahankan wibawanya, kadang memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.
e. Media pendidikan
Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitasnya.
f. Kurikulum
g. Keadaan gedung
Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.
h. Waktu sekolah
Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan, karena anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.
i. Pelaksanaan disiplin
Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.
j. Metode belajar
Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu, termasuk pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.
k. Tugas rumah
Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
3. Lingkungan Masyarakat
Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah
bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan
dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut terjadi
dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan
dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu di
jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan
yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol
dengan siapa mereka bergaul.
Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan berupa
buku-buku, novel, majalah, koran, kurang dapat dipertanggungjawabkan
secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku yang bukan
buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar. Maka, bacaan perlu
diawasi dan diseleksi. Televisi yang banyak menyajikan hiburan yang
berupa film-film akan dapat mengakibatkan anak untuk malas belajar dan
moral bagi anak akan rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan
pemerkosaan. Hal ini juga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara
pendidikan.
Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.
Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.
Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan
pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergaulan yang
salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab sendiri seorang
pelajar.
Muhibbin Syah (1995:137) mengatakan bahwa kondisi sebuah
kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan
kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum
subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Dengan kondisi masyarakat
yang demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak
akan terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.
Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai alasan
untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang
atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan
berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak dapat terseret pada
kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa yang
berpengaruh terhadap prestasi siswa menurut (Roestiyah, 1982:159-162)
adalah sebagai berikut:
a. Mass Media
Banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah yang kurang dipertanggungjawabkan secara pendidikan kadang-kadang mebuat anak asyik membaca buku bukan buku pelajaran sehingga anak akan lupa tugas belajarnya. Selain itu semakin maraknya perkembangan teknologi yang semakin modern seperti televisi, radio, internet yang kurang menguntungkan dalam dunia pendidikan membuat anak berkurang dalam belajar.
b. Teman Bergaul
Anak memang perlu bergaul dengan anak yang lain di lingkungan masyarakat sekitar untuk mengembangkan sosialisasinya tetapi dalam pergaulannya perlu di jaga supaya dalam pergaulan dengan temannya dapat membatasi dan mengontrol dengan siapa mereka bergaul sehingga tidak mengganggu kegiatan lain.
c. Kegiatan Lain
Di samping belajar di rumah anak mempunyai kegiatan-kegiatan di luar sekolah seperti olah raga, bermain drama, kumpul bersama teman-teman dan sebagainya. Hal ini perlu diawasi dan dibatasi agar jangan sampai anak melupakan kewajiban untuk belajar.
d. Cara Hidup Lingkungan
dapat mendukung anak rajin belajar maka anak tersebut memiliki kesadaran untuk belajar sendiri.
Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar,
dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar.
Roestiyah (1982:162-163) mengatakan bahwa di lingkungan yang
anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin
belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang
rendah, jika teman-teman di sekitarnya mendapat prestasi belajar tinggi.
Oleh karena itu anak akan berusaha belajar keras agar tidak ketinggalan
dengan teman-temannya. Apabila teman-teman di sekitarnya itu teman
sekelasnya, anak dapat mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini
dimaksudkan agar ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.
Biasanya dalam lingkungan masyarakat yang aman damai dan tidak
ada gangguan yang berarti dalam proses belajar di masyarakat akan
mendukung siswa untuk belajar secara optimal yang memperoleh prestasi
belajar siswa tinggi pula. Sebagai contoh diberlakukannya jam belajar
malam masyarakat secara menyeluruh ke setiap masyarakat maka hal ini
akan membuat para siswa merasa memiliki kewajiban sebagai seorang
pelajar.
D. Kerangka Berpikir
Faktor keluarga merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk
menjadi seorang wirausahawan. Lingkungan keluarga bahkan dapat
menjadi penentu kesuksesan seseorang dalam berwirausaha. Menurut Tim
Kewirausahaan (2002:3), keluarga merupakan faktor yang paling
mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Dukungan dan
dorongan dari keluarga akan menjadi motivasi bagi seseorang untuk
berwirausaha. Hasil penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan
Ekowati Christina (2001) dalam penelitiannya yang berjudul
“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa SMK untuk Berwiraswasta”,
menyatakan bahwa lingkungan di keluarga dapat memberikan sumbangan
positif terhadap minat siswa berwirausaha. Jika sebuah keluarga memiliki
perhatian yang besar terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa seperti cara mendidik, suasana keluarga, pengertian orang tua,
keadaan sosial ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan
pendidikan, maka tingkat keberhasilan belajar siswa akan semakin baik
khususnya pada mata pelajaran kewirausahaan. Dukungan dari keluarga
akan menjadi motivasi bagi siswa untuk berwirausaha. Minat siswa
berwirausaha akan cenderung tinggi pada lingkungan keluarga yang baik,
sementara akan rendah pada siswa yang berasal dari lingkungan keluarga
yang cenderung buruk. Sebab dalam lingkungan keluarga yang baik
keluarga akan memberikan perhatian yang berhubungan dengan
pembentukan sikap kewirausahaan, hal ini akan menimbulkan minat yang
2. Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Sekolah dengan Minat Berwirausaha Pada siswa
Lingkungan belajar di sekolah dipengaruhi oleh interaksi guru
dengan murid, hubungan antar murid, standar pelajaran di atas ukuran,
cara penyajian, media pendidikan, keadaan gedung, metode belajar, waktu
sekolah, kurikulum, tugas rumah, dan pelaksanaan disiplian (Roestiyah
1982:159-161) yang akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa.
Seorang guru yang mempunyai metode mengajar yang baik, cara
penyajian yang baik dengan menggunakan media yang menarik, waktu
belajar yang tepat, dapat membantu siswa dalam belajar. Siswa akan lebih
mudah memahami materi pelajaran dengan baik, sehingga tingkat
keberhasilan belajarnya juga lebih tinggi, khususnya pada mata pelajaran
kewirausahaan.
Lingkungan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang
memadai seperti ruang kelas, media pembelajaran yang menarik, dan cara
penyajian yang baik akan mendukung siswa dalam mengembangkan minat
kewirausahaannya. Dengan pelajaran kewirausahaan, siswa dapat
mengembangkan bakat kewirausahaannya. Keberhasilan siswa dalam
mengikuti praktek kewirausahaan akan menimbulkan minat yang tinggi
untuk berwirausaha, karena mereka mempunyai harapan serta rasa percaya
diri yang tinggi. Dengan harapan dan rasa percaya diri yang tinggi
keinginan dan harapan yang tinggi untuk keberhasilan dalam
berwirausaha.
3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Masyarakat dengan Minat Berwirausaha
Faktor-faktor lingkungan belajar di masyarakat yang mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam belajar (Roestiyah, 1982:159-162) antara lain
mass media, teman bergaul, cara hidup lingkungan dan kegiatan lain.
Buku bacaan tentang kewirausahaan, pemilihan teman bergaul, yang tidak
mendukung untuk berwirausaha, kegiatan-kegiatan lain yang padat, serta
cara hidup bertetangga akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan
siswa dalam belajar berwirausaha. Masyarakat sebagian besar
berwirausaha maka akan mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha.
Tanpa disuruh siswa akan berusaha mengetahui, memperhatikan dan
melibatkan diri dengan lingkungan masyarakat yang berwirausaha
sedangkan siswa yang tinggal dilingkunagan tidak berwirausaha akan
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana siswa tinggal dimana siswa
tinggal siswa yang tinggal di lingkungan masyarakat yang berwirausaha
memiliki minat yang lebih tinggi untuk berwirausaha. Sebaliknya siswa
yang tinggal di lingkungan yang tidak berwirausaha memiliki minat yang
E. HIPOTESIS PENELITIAN
1. Ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan minat berwirausaha
pada siswa.
2. Ada hubungan lingkungan belajar di sekolah terhadap dengan minat
berwirausaha pada siswa.
3. Ada hubungan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat
berwirausaha pada siswa.
4. Ada hubungan lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di
sekolah, dan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat berwirausaha
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang diterapkan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan studi penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas. Penelitian ini merupakan studi kasus siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Hasil penelitian ini berlaku bagi kasus yang penulis teliti dan belum tentu dapat diterapkan pada kasus-kasus lain.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.
2. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008.
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah
lingkungan belajar siswa yang meliputi: lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di sekolah, lingkungan belajar di masyarakat, dan minat siswa berwirausaha.
D. Populasi, Sampel dan Teknik penarikan sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dibedakan satu sama lain. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian sebanyak 200 siswa.
2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah wakil dari populasi yang diteliti. Sampel penelitian adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian sebanyak 68 siswa.
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling
E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Lingkungan Belajar
a. Lingkungan Belajar di Keluarga
[image:52.595.84.511.181.752.2]Lingkungan belajar di keluarga dapat menentukan keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya. Indikator lingkungan belajar di keluarga terdiri dari suasana kondusif keluarga, perhatian orang tua terhadap anak, dan keadaan sosial ekonomi orang tua. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel lingkungan belajar siswa di keluarga:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar siswa di Keluarga
No butir Dimensi Indikator
Positif Negatif 1. Cara mendidik
2. Suasana keluarga
3. Pengertian orang tua
4. Keadaan sosial ekonomi keluarga a. Memanjakan anaknya. b. Mendidik bertanggung jawab a. Menyenangkan b. Akrab
c. Penuh kasih sayang d. Saling memotivasi
a. Pemberian tugas rumah b. Menyemangati c. Membantu kesulitan anak. d. Memantau a. Kemampuan memahami kebutuhan pokok b. Ketersediaan sarana
5. Latar belakang kebudayaan
c. Ketersediaan sarana pendukung belajar.
a. Tingkat pendidikan keluarga.
b. Kebisaan-kebiasaan hidup dikeluarga
13
14
15
[image:53.595.83.514.115.656.2]Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut.
Tabel 3.2
Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Keluarga
Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
b. Lingkungan Belajar di Sekolah
lingkungan yang kondusif untuk belajar. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel lingkungan belajar siswa di sekolah:
Tabel 3.3
Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar siswa di Sekolah
No butir Dimensi Indikator
Positif Negatif 1. Interaksi guru
dan murid
2.Cara penyajian
3.Hubungan antar siswa
4.Standar pengajaran di atas ukuran
5. Media pendidikan
6.Kurikulum
a. Hubungan guru dan murid yang akrab b. Partisipasi siswa
dikelas
a. Ketepatan metode mengajar
b. Variasi mengajar
a. Persaingan antar group di dalam kelas b. Ketersediaan
kelompok belajar
a. Guru memperhatikan kemampuan
siswanya
b. Guru memperhatikan aspek kepribadian dan psikis siswa c. Fokus pada proses
bukan hasil belajar
a. Ketersediaan dokumen b. Ketersediaan
labolatorium c. Ketersediaan
perpustakaan d. Kualitas media
pendidikan
a. Kerencanaan pembelajaran yang jelas
7.Keadaan gedung 8.Waktu sekolah 9.Pelaksanaan disiplin 10.Metode belajar 11.Tugas Rumah
a. Jumlah kelas yang cukup
a. Penggunaan waktu yang sebaik-baiknya b Kondisi yang baik
a. Pelaksanaan disiplin yang kurang b. Tidak ada sangsi
a. Cara belajar yang tepat
b. Belajar secara teratur c. Pembagian waktu
yang baik
a. Guru memberi tugas rumah 17 18 19 22 23 24 25 20 21
Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut:
[image:55.595.85.509.110.635.2]Tabel 3.4
Skor item variabel lingkungan belajar di Sekolah
Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
c. Lingkungan Belajar di Masyarakat
lebih muda. Tetapi perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Indikator belajar dimasyarakat terdiri dari mass media, teman bergaul, kegiatan lain dan cara hidup lingkungan. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel lingkungan belajar siswa di masyarakat:
Tabel 3.5
Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar Siswa di Masyarakat
No butir Dimensi Indikator
Positif Negatif 1.Mass media 2.Teman bergaul 3.Kegiatan lain 4.Cara hidup lingkungan
a. ketersediaan buku bacaan/perpustakaan b. ketersediaan
televisi/radio, dll c. ketersediaan Warnet
a. batasan teman bergaul b. mengatur waktu dalam
bermain dan belajar c. mengembangkan
sosialisasi
a. kegiatan diluar sekolah b. diawasi c. dibatasi
d. tidak lupa kewajiban belajar
a. lingkungan yang mendukung b. jam belajar
masyarakat c. kesadaran belajar
Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6
Skor item variabel lingkungan belajar di Masyarakat
Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
Sangat Tidak Setuju 1 4
2. Minat Siswa Berwirausaha a. Variabel Minat Berwirausaha
Tabel 3.7
Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha
No butir Dimensi Indikator
Positif Negatif 1.Faktor dari dalam
2.Faktor dari luar
a. Ketertarikan b. Perasaan senang c. Keinginan untuk berwirausaha d. Rasa ingin tahu e. Kemampuan d. Pendirian
a. Menyesuaikan diri dengan sikap wirausaha b. Harapan untuk
memperoleh manfaat 1, 3,5 2,4 6,8,9 11,14,15 12,13,16 17 18 20 7 10 19
Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyatan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut:
Tabel 3.8
Skor item variabel minat berwirausaha
Skor Jawaban
Positif Negatif
Sangat Setuju 4 1
Setuju 3 2
Tidak Setuju 2 3
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi sesuai keadaan responden sebenarnya. Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di sekolah, lingkungan belajar di masyarakat, dan minat berwirausaha siswa.
2. Dokumentasi
Pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan melihat cacatan-catatan yang ada di instansi pendidikan atau sekolah yang berhubungan dengan penelitian.
G. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Untuk menguji validitas eksternal digunakan rumus korelasi Product Moment
rxy =
(
)( )
(
)
{
∑
∑
−∑
∑
}
{
∑
∑
−( )
∑
}
−
2 2
2 2
Y Y
N X X
N
Y X XY
N
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
X = skor masing-masing item tes ke-i Y = skor total setiap item tes ke-i n = jumlah item pertanyaan
ΣX = jumlah dari X (jumlah skor butir soal)
ΣY = jumlah total skor butir soal
Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi (rhit) bernilai positif
dan lebih besar atau sama dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%.
Demikian sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (rhit)
lebih kecil dari rtabel dengan taraf signifikansi 5%.
Tabel 3.9
Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Keluarga
No.
Item rhitung rtabel Keterangan
1 0,374 0,239 Valid
2 0,275 0,239 Valid
3 0,577 0,239 Vali