• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan lingkungan belajar siswa dengan minat berwirausaha : studi kasus pada kelas XII SMK BOPKRI I jln. Cik Ditiro No.37 Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan lingkungan belajar siswa dengan minat berwirausaha : studi kasus pada kelas XII SMK BOPKRI I jln. Cik Ditiro No.37 Yogyakarta."

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)

xi

BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMK BOPKRI I YOGYAKARTA

Th. Yuandhita Dian P Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha, (2) hubungan lingkungan belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha, (3) hubungan lingkungan belajar siswa di

masyarakat dengan minat berwirausaha.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK BOPKRI I, Yogyakarta pada bulan November 2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 200 siswa, yang menjadi sampel 68 siswa.

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha (thitung

= 10,557 > ttabel = 1,668), (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan

belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha (thitung = 7,799 > ttabel = 1,668), dan

(2)

xii

A Case Study on the Last Class of BOPKRI I Vocational High School Students YOGYAKARTA

Th. Yuandhita Dian P Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

The purpose of this research is to know: (1) the relationship between student’s family learning environment and entrepreneurial interest, (2) the relationship between student’s school learning environment and entrepreneurial interest, (3) the relationship between student’s learning environment in society and entrepreneurial interest.

The research was conduted at BOPKRI I Vocational High School, Yogyakarta in November 2008. Population in this research was 200 students. The samples were 68 students. The technique of taking samples was purposive random sampling. The techniques of collecting data were questionnaire and documentation. The data analysis technique was product moment correlation.

The result of the research shows that: (1) the relationship between student’s learning environment in family and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 10,557 > ttable = 1,668); (2) the relationship between student’s learning

environment in school and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount =

7,799 > ttable = 1,668); (3) the relationship between student’s learning environment in

society and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 11,036 > ttable =

(3)

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA

DENGAN MINAT BERWIRUSAHA

Studi Kasus Pada Kelas XII SMK BOPKRI I Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh:

TH. YUANDHITA DIAN. P 021334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA

DENGAN MINAT BERWIRUSAHA

Studi Kasus Pada Kelas XII SMK BOPKRI I Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh:

TH. YUANDHITA DIAN. P 021334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini Ku persembahkan untuk :

1.

Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah Nya

2.

Alm. Rm Tan Soe ie, S.J. “

Mbah Romo

3.

Papaku St. Herwanto dan Mamaku M. Rita Endah. A. W

4.

Ketiga adikku, Si kembar F. Natalia Radwi Cahyawati dan P.

Christine Radwi Suryani, dan A. Anuncia Putri

5.

Yang ada dihatiku Ign. Tommy Andre. W

6.

Sanak- saudara yang telah membantu perjuangan ini

(8)

v

MOTTO

Untuk segala sesuatu ada waktunya

Jangan memimpikan masa lalu dan jangan

mengaharapkan masa depan, hadapilah semua

yang ada saat ini dengan penuh semangat

Kita merasakan kehidupan yang sebenarnya saat

kita sudah merasakan kesedihan, menangis,

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Maret 2009

Penulis

(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : TH. YUANDHITA DIAN. P

Nomor Mahasiswa : 021334053

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA

DENGAN MINAT BERWIRUSAHA

Studi Kasus Pada Kelas XII SMK BOPKRI I Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 23 Maret 2009

Yang menyatakan

(11)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih atas berkat dan kasih-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi ini

diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi

Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang

merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran,

masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis

ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak L. Saptono S.Pd., Msi. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi, yang

dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran,

(12)

viii

4. Bapak Ign. Bondan Suratno S.Pd., M.Si dan Bapak Drs. Bambang

Purnomo SE., M.Si selaku dosen penguji, terimakasih atas kerjasamanya.

5. Bapak Widanarto P. S.Pd., M.Si. yang telah memberikan dorongan,

semangat, saran dan masukan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan

pengalaman kepada penulis selama kuliah.

7. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntasi atas segala

keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD.

8. Seluruh keluarga besar SMK BOPKRI I Yogyakata terima kasih telah

menyediakan waktu dan tempatnya untuk penelitian sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi saya.

9. Kedua Orang tua tercinta, Bapak St. Herwanto dan Ibu M. Rita Endah A.

W yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, materi, tangis

sedih dan bahagianya selama ini kepada penulis.

10.Untuk Adik-adikku tercinta Si kembar F. Natalia Radwi. C dan P. Christine

Radwi. S, serta adikku paling kecil A. Anuncia Putri terima kasih atas doa

dan dorongannya sehingga aku bisa menyelesaikan kuliah.

11.Untuk Mbah Romo “ Alm. Rm. Tan Soe Ie, S.J.” saat kepergiaanmu adalah

saat yang menyedihkan sekaligus membahagiakan buatku.

12.Untuk semua keluarga besarku Eyang putri, pakdhe dan budhe, Om dan

Tante, semua sepupuku (Arif Budi Darmawan, I. Rahmawati Prasestika

(13)

ix

Mas Ricky, mas Enggal. S, Mas Fajar, Rosa, Johan Andre), juga

keponakanku Nasywa yang lucu terima kasih untuk semangatnya.

13.Teruntuk Ign. Tommy Andre. W, yang selalu mengantarku saat aku kuliah.

Terimakasih atas dukungan, cinta dan kasih sayang yang selama ini sudah

diberikan. Mengenalmu aku merasakan hidup yang sebenarnya, aku

merasakan saat menyenangkan, bahagia bahkan sakit hati, sedih, dan

kecewa. Cepat selesaikan kuliah, walaupun sudah kerja kuliah juga tetap

harus diselesaikan.

14.Buat keluarga Listyo Haryono, atas dukungannya sehingga akhirnya saya

bisa menyelesaikan studi. Buat M. Indra saputra dan Bernadetha Dian

makasih untuk bantuan dan pinjaman laptopnya.

15.Kakakku tersayang Benisius Rahmat Basuki S.Pd “Bendot” dan Gregorius

Satya matur nuwun bantuannya sebelum aku pendadaran,akhirnya kita jadi

sarjana juga Dan buat Kristina. K jangan sering bolos kuliah, cepat lulus

menyusul yang lain.

16.Teman-teman seangkatanku 2002 Hening Tyas, Fransiska Eka, Eli,

Epifania Prabaningrum, Dina, Pak guru Eko, Wiwin, Dewa, April, Thomas

dan semuanya akhirnya aku mengikuti jejak kalian menjadi sarjana.

Valentinus Hari, Tri Harso. C, Lia, V. Dianiata Sisca, Heribertus Ratna,

dan Dewi. S ayo semangat selesaikan tugas akhir kalian sebagai

mahasiswa.

17.Angkatan 1997-2007 terutama Ria, dan Anang 2000, Eky Oktamilani,

Agnes Nina 2003, Anastasia Emi, Indra wahyu, B. Yoga, Y. Dana Puspita,

(14)

x

18.Anak-anak Hitam Dewo, Ali, Wisnu Baskoro, Rere dan semuanya makasih

buat privatnya satu malam sebelum aku pendadaran.

19.Fx. Hertanti Pratiwi, Monica Ria, dan Raflia Navratilova kita senasib bu.

Buat orang-orang yang pernah menemani dan membantuku terima kasih

untuk semuanya.

20.Buat bapak-bapak dan teman-teman komunitas parkiran Universitas Sanata

Dharma, terimakasih untuk dukungannya selama ini.

21.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada

penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih

jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat

diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 13 Maret 2009

Penulis

(15)

xi

BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMK BOPKRI I YOGYAKARTA

Th. Yuandhita Dian P Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha, (2) hubungan lingkungan belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha, (3) hubungan lingkungan belajar siswa di

masyarakat dengan minat berwirausaha.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK BOPKRI I, Yogyakarta pada bulan November 2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 200 siswa, yang menjadi sampel 68 siswa.

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha (thitung

= 10,557 > ttabel = 1,668), (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan

belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha (thitung = 7,799 > ttabel = 1,668), dan

(16)

xii

A Case Study on the Last Class of BOPKRI I Vocational High School Students YOGYAKARTA

Th. Yuandhita Dian P Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

The purpose of this research is to know: (1) the relationship between student’s family learning environment and entrepreneurial interest, (2) the relationship between student’s school learning environment and entrepreneurial interest, (3) the relationship between student’s learning environment in society and entrepreneurial interest.

The research was conduted at BOPKRI I Vocational High School, Yogyakarta in November 2008. Population in this research was 200 students. The samples were 68 students. The technique of taking samples was purposive random sampling. The techniques of collecting data were questionnaire and documentation. The data analysis technique was product moment correlation.

The result of the research shows that: (1) the relationship between student’s learning environment in family and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 10,557 > ttable = 1,668); (2) the relationship between student’s learning

environment in school and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount =

7,799 > ttable = 1,668); (3) the relationship between student’s learning environment in

society and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 11,036 > ttable =

(17)

xiii

DAFTAR ISI

HAL JUDUL... i

HAL PENGESAHAN... ii

HAL PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... xi

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minat ... 6

1. Pengertian Minat ... 6

(18)

xiv

B. Kewirausahaan ... 8

1. Pengertian Wirausaha... 8

2. Karakteristik Kewirausahaan ... 11

C. Lingkungan Belajar ... 15

1. Lingkungan Keluarga... 15

2. Lingkungan Sekolah... 17

3. Lingkungan Masyarakat... 19

D. Kerangka Berpikir ... 22

E. Hipotesis Penelitian... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 28

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Uji Instrumen Penelitian ... 36

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Reliabilitas ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 42

1. Analisis Deskriptif ... 42

2. Uji Prasyarat Analisis... 43

(19)

xv

2) Uji Linieritas ... 43

3) Pengujian Htpotesis ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Gambaran Umum Sekolah ... 46

B. Visi dan Misi ... 48

1. Visi ... 48

2. Misi ... 48

C. Sumber Daya Manusia ... 49

D. Siswa SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 50

E. Pegawai Tata Usaha, Kesehatan Sekolah dan Perpustakaan ... 51

F. Fasilitas Sekolah... 51

G. Sarana dan Prasarana, dan Fasilitas Sekolah... 52

1. Perpustakaan ... 52

2. Laboratorium... 53

3. Ruang Media ... 53

a. Bimbingan dan Konseling... 53

b. UKS... 54

H. Usaha-Usaha Penempatan Lulusan ... 54

I. Kurikulum ... 54

J. Struktur Organisasi SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 55

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 57

(20)

xvi

2. Lingkungan Belajar di Sekolah... 58

3. Lingkungan belajar di Masyarakat... 59

4. Minat Berwirausaha ... 60

B. Analisis Data ... 61

1. Pengujian Prasyarat Analisis... 61

a. Uji Normalitas ... 61

b. Uji Linieritas ... 62

2. Pengujian hipotesis... 63

C. Pembahasan... 68

1. Hubungan antara Lingkungan Belajar di Keluarga dengan Minat Berwirausaha... 68

2. Hubungan antara Lingkungan Belajar di Sekolah dengan Minat Berwirausaha... 69

3. Hubungan antara Lingkungan belajar di Masyarakat dengan Minat Berwirausaha ... 70

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian... 72

C. Saran... 73

(21)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel Lingkungan Belajar Siswa di

Keluarga... . 29

Tabel 3.2 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Keluarga... 30

Tabel 3.3 Operasionalisasi variabel Lingkungan Belajar Siswa di Sekolah ... . 31

Tabel 3.4 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Sekolah... 32

Tabel 3.5 Operasionalisasi variabel Lingkungan Belajar Siswa di Masyarakat... . 33

Tabel 3.6 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Masyarakat... 34

Tabel 3.7 Operasionalisasi variabel Minat Berwirausaha ... . 35

Tabel 3.8 Skor Item Variabel Minat Berwirausaha ... 35

Tabel 3.9 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Keluarga 38 Tabel 3.10 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Sekolah.. 39

Tabel 3.11 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Masyarakat... 39

Tabel 3.12 Rangkuman Uji Validitas Minat Berwirausaha... 40

Tabel 3.13 Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Guru dan Karyawan SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 49

(22)

xviii

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di

Keluarga... . 57

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di

Sekolah ... . 58

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di

Masyarakat... . 59

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Minat Berwirausaha ... 60

Tabel 5.5 Hasil Pengujian Normalitas ... 61

(23)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner... 76

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas... 83

Lampiran 3 Data Induk ... 87

Lampiran 4 Linieritas dan Normalitas ... 98

Lampiran 5 Daftar Distribusi Frekuensi dan PAP II... 103

Lampiran 6 Pengujian Hipotesis ... 122

Lampiran 7 Tabel-tabel... 126

(24)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang

berkualitas. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pendidikan

mempunyai peranan yang penting. Melalui pendidikan dihasilkan sumber daya

manusia yang mempunyai keterampilan dan keahlian dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam proses pembangunan.

Realitas menunjukkan bahwa ada permasalahan dalam dunia

pendidikan kita. Permasalahannya adalah kurangnya relevansi antara keluaran

pendidikan dengan keterampilan kerja yang diperlukan dunia usaha. Dengan

sempitnya lapangan kerja, dampaknya adalah terus meningkatnya jumlah

pengangguran intelektual. Mayoritas pengangguran tersebut adalah mereka

yang masih berusia produktif. Oleh sebab itu tingginya angka pengangguran

terdidik sebenarnya mencerminkan “kegagalan” dalam proses pendidikan di

negeri ini. Tingginya angka pengangguran terdidik juga menunjukkan bahwa

pendidikan tidak menyiapkan lulusan untuk mampu memiliki life skill yang

memadai.

Kondisi tersebut di atas menunjukkan perlunya pemikiran ke arah

perwujudan peran yang lebih efektif dari instansi-instansi dalam rangka

membangun manusia berwirausaha. Menurut Soeroto (1983:210-221) untuk

mengatasi kelebihan persediaan tenaga kerja, perlu usaha untuk menciptakan

(25)

yang memadai dan memiliki kemampuan berwirausaha yang cukup.

Pemberian mata pelajaran kewirausahaan di sekolah dirasakan kian penting

bagi siswa dalam rangka menyiapkan mereka memasuki dunia kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan

sebagai wadah pencetak tenaga-tenaga kerja diharapkan mampu menghasilkan

lulusan dengan keunggulan keterampilan dan memiliki jiwa wirausaha.

Dengan kata lain, lulusan SMK diharapkan memiliki potensi yang lebih besar

untuk berhasil berwirausaha. Lulusan karenanya minimal memiliki

kemampuan penalaran yang cukup, wawasan yang luas, dan minat

berwirausaha yang tinggi.

Berwirausaha merupakan alternatif yang mempunyai efektifitas dan

efisiensi dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan mengatasi masalah

pengangguran pada saat ini. Faktor lingkungan mempunyai peranan penting

dalam menumbuhkan minat siswa berwirausaha. Hal demikian disebabkan

siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi siswa dengan

lingkungannya akan berdampak pada minat siswa dalam berwirausaha.

Ruang lingkup lingkungan belajar siswa secara umum adalah

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling dekat dan mendukung

siswa untuk menjadi wirausahawan. Dukungan dari keluarga akan menjadi

motivasi bagi siswa untuk berwirausaha. Minat siswa berwirausaha akan

cenderung tinggi pada lingkungan keluarga yang baik, sementara akan rendah

(26)

Lingkungan belajar di sekolah meliputi lingkungan sekitar sekolah,

keadaan sekolah, fasilitas-fasilitas yang dapat terlihat dalam proses belajar,

peranan guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan antar siswa dan

lain-lain. Lingkungan belajar di sekolah memiliki peranan penting siswa memiliki

minat berwirausaha. Adanya mata pelajaran kewirausahaan memungkinkan

siswa mengembangkan bakat kewirausahaannya. Di samping itu keikutsertaan

siswa dalam praktek kewirausahaan akan menimbulkan minat siswa untuk

berwirausaha.

Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana siswa berinteraksi

dengan anggota masyarakat lain. Masyarakat sebagian besar berwirausaha

maka akan mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha. Tanpa disuruh

siswa akan berusaha mengetahui, memperhatikan dan melibatkan diri dengan

lingkungan masyarakatnya. Bagi siswa yang berasal dari lingkungan

masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai wirausaha, maka aktivitas

lingkungan dapat menjadi pendorong aktivitas belajar, jiwa, serta mental

mereka untuk belajar berwirausaha. Sebaliknya siswa yang hidup di

lingkungan masyarakat yang sebagian profesinya bukan wirausaha tidak

terjadi demikian. Dengan demikian siswa memiliki minat yang lebih rendah

untuk berwirausaha.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk menganalisa sejauh

mana fakor lingkungan belajar berhubungan dengan minat siswa

berwirausaha. Penelitian ini selanjutnya mengambil judul “HUBUNGAN

(27)

BERWIRAUSAHA“ Studi kasus pada siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln.

Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini memusatkan

perhatian pada faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha siswa

kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Faktor tersebut

antara lain lingkungan belajar yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan

sekolah, lingkungan masyarakat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan minat

berwirausaha pada siswa?

2. Apakah ada hubungan lingkungan belajar di sekolah dengan minat

berwirausaha pada siswa?

3. Apakah ada hubungan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat

berwirausaha pada siswa?

D. Tujuan penelitian

(28)

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan belajar di keluarga

dengan minat berwirausaha pada siswa

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan belajar di sekolah

dengan minat berwirausaha pada siswa

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan belajar di masyarakat

dengan minat berwirausaha pada siswa

E. Manfaat penelitian

1. Bagi siswa

Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi minat berwirausaha sebagai wirausaha.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi penelitian

berikutnya yang berhubungan dengan lingkungan belajar terhadap minat

berwirausaha.

3. Bagi Peneliti

Mendorong untuk melakukan penelitian-penelitian lanjutan dengan

memahami variabel-variabel baru atau dilakukan dilokasi yang berbeda.

4. Bagi Guru

Menjadi masukan dalam usaha-usaha meningkatkan kualitas dan

menambah pengetahuan tentang kondisi siswa sehingga dapat

meningkatkan kemampuannya dalam mendampingi siswa, keteladanan

(29)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Minat

1. Pengertian Minat

Pengertian minat menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Purwodarminto, 1982:650) adalah perhatian; kesukaan (kecenderungan

hati) kepada sesuatu; keinginan. Minat merupakan faktor psikologis yang

dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang, selain itu minat

merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat penting untuk

kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan

sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya pada umumnya akan

memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat

sebelumnya. Oleh sebab itu Purwanto (1984:59) mengatakan bahwa minat

mengarahkan perbuatan kapada suatu tujuan dan merupakan dorongan

bagi perbuatan itu.

Menurut Winkel (1983:30), minat adalah kecenderungan yang

agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. Bila

dihubungkan dengan minat seseorang untuk berwirausaha mula-mula

seseorang akan merasa senang terhadap wirausaha. Perasaan tersebut

muncul karena seseorang telah mengenal dan karena memandang bahwa

(30)

timbul sikap positif. Seseorang akan selalu memperhatikan, berusaha

mendekati dan menyesuaikan dirinya dengan sikap wirausahawan. Dengan

demikian dapat dikatakan minat seseorang untuk berwirausaha telah

muncul.

Berdasarkan pendapat di atas, minat adalah kecenderungan yang

agak menetap dalam seseorang untuk merasa tertarik pada bidang atau hal

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. maka

minat berwirausaha dapat diartikan sebagai kecenderungan yang

mengarahkan siswa untuk berwirausaha setelah lulus SMK, yang ditandai

dengan adanya perasaan senang terhadap wirausaha, perasaan tertarik, dan

keinginan untuk manjadi wirausahawan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Pada dasarnya seseorang yang mempunyai minat yang tinggi akan

mencapi hasil yang maksimal. Hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor

yang mempengaruhi minat, Faktor-faktor yang mempengaruhi minat di

kelompokkan menjadi 2 golongan (Winkel, 1986:27-28):

a. Minat secara intrinsik

Minat seara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensi.

b. Minat secara ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul antara lain karena latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.

(31)

a. Minat Pembawaan

Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain baik kebutuhan maupun lingkungan. Biasanya minat ini muncul berdasarkan bakat yang ada. Misalnya apabila seeorang mempunyai bakat di bidang pendidikan maka ia berminat masuk FKIP

b. Minat yang muncul karena pengaruh luar

Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh-pengaruh seperti lingkungan dan kebutuhan. Misalnya siswa yang teman-temanya banyak masuk fakultas hukum, maka ia terpaksa masuk fakultas hukum pula walaupun niatnya bukan ke fakultas hukum.

B. Kewirausahaan

1. Pengertian Wirausaha

Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari

tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi

tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang

mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Zimmerer (1996)

dalam Suryana (2001:2) : “ entrepreneurship is the result of a disciplined,

systematic process of applying creativity and innovations to need and

opportunities in the market place”. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu

disiplin, proses sistematis penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam

memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar. Kewirausahaan mempelajari

tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan

berinovasi. Menurut Soeparman Soemahamijaja (1997) dalam Suryana

(2001:3), kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan

meliputi:

a. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan

(32)

berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemauannya.

b. Kemampuan memotivasi diri, untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang selalu menyala-nyala.

c. Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.

d. Kebiasaan berinisiatif yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang–ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan piranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.

e. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal(capital goods).

f. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diriuntuk selalu tepat waktu dalam segala tindakannya melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan.

g. Kemampuan mental yang dilandasi dangan agama.

h. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari

pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

Secara epistemologi, kewirausahaan merupakan nilai yang

diperlukan untuk memulai usaha atau suatu proses dalam mengerjakan

suatu yang baru dan sesuatu yang berbeda. Dua hal ini tampak dalam

definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh Zimmerer (1996:51)

dalam Suryana (2001:4) sebagai berikut: applying creativity and

innovation to solve the problem and to exploit oportunity that people face

everyday.

Kreatifitas oleh Zimmerer (1996:51) dalam Suryana (2001:3)

diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan

menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi

peluang. Sedangkan inovasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk

(33)

menghadapi peluang. Dengan demikian, kewirausahaan dapat

didefinisikan sebagai kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku

yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat

dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Dalam konteks manajemen, seorang entrepreneur umumnya

memiliki kemampuan menggunakan sumber daya seperti finansial, bahan

mentah (materials) dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk

baru, bisnis baru, proses produksi, ataupun pengembangan organisasi

usaha ( Marzuki Usman, 1997 dalam Suryana 2001:3). Beberapa definisi

lain juga menekankan pada hal yang sama seperti tampak dalam pendapat

Scarborough dan Zimmerer (1993:5) dalam Suryana (2001:4) sebagai

berikut:

“an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities”

Menurut Drucker (1994) dalam Suryana (2001:10), kewirausahaan

adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to

create the new and different thing). Bygrave (1995) dalam Suryana

(2001:4) menambahkan bahwa kemampuan menciptakan sesuatu tidaklah

cukup, seorang wirausaha harus berani mengembangkan usaha dan ide-ide

barunya.

Dengan demikian esensi kewirausahaan dalam konteks manajemen

adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara

(34)

Cara-cara tersebut menurut Zimmerer (1996:51) dalam Suryana (2001:7)

mencakup:

a. Pengembangan teknologi baru (developing new technology) b. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)

c. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improving existing

products or services)

d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan

jasa yang lebih banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).

2. Karakteristik Kewirausahaan

Sama halnya dengan definisi kewirausahaan, karakteristik

kewirausahaan dikemukakan oleh berbagai pihak secara beragam.

Meredith (1996:9) dalam Suryana (2001:7) menyatakan bahwa

berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan dan sumber

daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier

dimana seseorang dalam menjalankan memiliki ciri-ciri: (1) kepribadian,

ketidaktergantungan, individualitas dan optimisme; (2) kebutuhan untuk

berprestasi berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras

mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif; (3) kemampuan untuk

mengambil resiko yang wajar; (4) perilaku sebagai pemimpin, bergaul

dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik; (5) inovatif dan

kreatif serta fleksibel; dan (6) berpandangan ke depan.

Wirausaha memiliki sejumlah karakteristik umum. M. Scarborough

dan Zimmerer (1993) yang dikutip oleh Suryana (2001:8-9)

mengemukakan delapan karakteristik sebagai berikut:

(35)

Memiliki tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri. b. Preference for moderate risk

Lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiko yang tinggi.

c. Confidence in their ability to success

Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil. d. High level of energy

Memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

e. Future orientation

Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan. f. Skill at organizing

Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

g. Desire for immediate feedback

Selalu menghendaki umpan balik yang segera. h. Value of achievement over money

Selalu menilai prestasi dengan uang.

Sementara, menurut Arthur Kuriloff dan J.M. Mempil (1993:20)

dalam Suryana (2001:9) mengemukakan karakteristik kewirausahaan

dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan antara lain: (1)

commitment, (2) moderate risk, (3) seeing opportunities, (4) objectivity,

(5) feedback, (6) optimism, (7) money, (8) proactive management.

Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai

berhasil. Ia harus tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya

berhasil. Wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat artinya

risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha

untuk terus berjuang mencari peluang sampai berhasil. Keberanian

menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong

wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil.

(36)

kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena

ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan

dipandang sebagai sumber daya.

Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki

makna-makna yang disebut nilai (Milton Rockeach, 1973) dalam Suryana

(2001:13). Konsep nilai selanjutnya dibedakan menjadi 2: (1) person has a

value dan (2) an object has value. Konsep pertama menyatakan bahwa

nilai yang dianut seseorang dijadikan sebagai ukuran baku bagi

persepsinya terhadap dunia luar. Oleh sebab itu, watak yang melekat pada

seorang wirausaha akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan dapat dipandang

sebagai sistem nilai kewirausahaan. Nilai-nilai kewirausahaan tersebut

identik dengan nilai yang melekat pada sistem nilai manajer. Sedangkan

pada pandangan ke dua, nilai dianggap sebagai sesuatu yang ada pada

objek dan merupakan milik dari objek.

Sedangkan menurut pandangan Timmons dan McClelland (1961),

Thomas F. Zimmerer (1996:6-8) dalam Suryana (2001:11-12) tentang

karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah

sebagai berikut:

a. Commitment and determination, memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang setengah hati kemungkinan akan gagal dalam berwirausaha adalah besar.

(37)

c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.

d. Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap risiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola risiko dengan cara mentransfer resiko ke pihak lain seperti banker, investor, konsumen, pemasok dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.

e. Self confidence, yaitu percaya diri, ia cenderung optimis dan tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.

f. Creatifity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekuatan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk merespons perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreatifitas yang tinggi.

g. Desire for imidiate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk mengetahui hasil dari apa yang dikerjakanya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia selalu memiliki kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.

h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.

i. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul karena ada dalam diri (internal) dan jarang dari luar.

j. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh kemasa depan yang lebih baik.

k. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha yang berhasil selalu tidak takut gagal. Ia selalu mengkonsentrasikan kemampuannya pada keberhasilan.

l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil selalu memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), ia harus memiliki taktik mediator dan negotiator pada diktaktor.

Dalam kewirausahaan ada 2 sistem yang menonjol yaitu sistem

(38)

pragmatik dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya: selalu

kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil risiko,

produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan

kemampuan mencari peluang. Sementara sistem nilai moralistik mencakup

keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama,

keteladanan dan keutamaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, pengertian

minat wirausaha sebagai suatu keadaan dimana seseorang mempunyai

perasaan senang menaruh perhatian pada sesuatu serta berusaha untuk

mengetahui, melakukan pendekatan, memperhatikan dengan seksama,

melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.

C. LINGKUNGAN BELAJAR

1. Lingkungan Keluarga

Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan

tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan Loeber (1984) seperti

dikutip oleh Muhibbin Syah (1995:138) mengatakan bahwa lingkungan

sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang

tua dan keluarga itu sendiri.

Menurut Roestiyah (1982:163), faktor-faktor yang datang dari

keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :

a. Cara mendidik

(39)

tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak. c. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

e. Latar belakang kebudayaan pendidikan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

Menurut Winkel (1989:108), keadaan sosial-ekonomi menunjukkan

pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup

atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai seberapa jauh keluarga

dapat membekali siswa dengan perlengkapan material untuk belajar.

Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki

keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau rendah. Dari keadaan ini

tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak

pergaulan antara orang tua dan anak, serta pandangan keluarga mengenai

pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan

itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai

(40)

otomatis atau dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu,

kerap menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar atau

menghambatnya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga dan

sikap anak dalam menanggapi lingkungannya dapat menentukan

keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam

pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat

menunjang keberhasilan belajarnya.

2. Lingkungan Sekolah

Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang

membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal pengetahuan

dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar maka dia

berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua. Berdasarkan

kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam kehidupan anak

didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang mendampingi

belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak perkembangan

yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (Winkel, 1989:2).

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan

pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja

melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan.

Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah

materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah

(41)

Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :

a. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Siswa juga akan merasa jauh dari guru, akibatnya siswa merasa segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Cara penyajian

Guru pada jaman dulu biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Hubungan antar murid

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.

d. Standar pelajaran di atas ukuran

Guru berpendidikan, untuk mempertahankan wibawanya, kadang memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

e. Media pendidikan

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitasnya.

f. Kurikulum

(42)

g. Keadaan gedung

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.

h. Waktu sekolah

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan, karena anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan disiplin

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.

j. Metode belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu, termasuk pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

3. Lingkungan Masyarakat

Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah

bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan

dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut terjadi

dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan

(43)

dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu di

jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan

yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol

dengan siapa mereka bergaul.

Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan berupa

buku-buku, novel, majalah, koran, kurang dapat dipertanggungjawabkan

secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku yang bukan

buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar. Maka, bacaan perlu

diawasi dan diseleksi. Televisi yang banyak menyajikan hiburan yang

berupa film-film akan dapat mengakibatkan anak untuk malas belajar dan

moral bagi anak akan rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan

pemerkosaan. Hal ini juga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara

pendidikan.

Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga.

Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat.

Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan

pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergaulan yang

salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab sendiri seorang

pelajar.

Muhibbin Syah (1995:137) mengatakan bahwa kondisi sebuah

kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan

kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum

(44)

subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Dengan kondisi masyarakat

yang demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak

akan terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.

Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai alasan

untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang

atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan

berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak dapat terseret pada

kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa yang

berpengaruh terhadap prestasi siswa menurut (Roestiyah, 1982:159-162)

adalah sebagai berikut:

a. Mass Media

Banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah yang kurang dipertanggungjawabkan secara pendidikan kadang-kadang mebuat anak asyik membaca buku bukan buku pelajaran sehingga anak akan lupa tugas belajarnya. Selain itu semakin maraknya perkembangan teknologi yang semakin modern seperti televisi, radio, internet yang kurang menguntungkan dalam dunia pendidikan membuat anak berkurang dalam belajar.

b. Teman Bergaul

Anak memang perlu bergaul dengan anak yang lain di lingkungan masyarakat sekitar untuk mengembangkan sosialisasinya tetapi dalam pergaulannya perlu di jaga supaya dalam pergaulan dengan temannya dapat membatasi dan mengontrol dengan siapa mereka bergaul sehingga tidak mengganggu kegiatan lain.

c. Kegiatan Lain

Di samping belajar di rumah anak mempunyai kegiatan-kegiatan di luar sekolah seperti olah raga, bermain drama, kumpul bersama teman-teman dan sebagainya. Hal ini perlu diawasi dan dibatasi agar jangan sampai anak melupakan kewajiban untuk belajar.

d. Cara Hidup Lingkungan

(45)

dapat mendukung anak rajin belajar maka anak tersebut memiliki kesadaran untuk belajar sendiri.

Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar,

dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar.

Roestiyah (1982:162-163) mengatakan bahwa di lingkungan yang

anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin

belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang

rendah, jika teman-teman di sekitarnya mendapat prestasi belajar tinggi.

Oleh karena itu anak akan berusaha belajar keras agar tidak ketinggalan

dengan teman-temannya. Apabila teman-teman di sekitarnya itu teman

sekelasnya, anak dapat mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini

dimaksudkan agar ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.

Biasanya dalam lingkungan masyarakat yang aman damai dan tidak

ada gangguan yang berarti dalam proses belajar di masyarakat akan

mendukung siswa untuk belajar secara optimal yang memperoleh prestasi

belajar siswa tinggi pula. Sebagai contoh diberlakukannya jam belajar

malam masyarakat secara menyeluruh ke setiap masyarakat maka hal ini

akan membuat para siswa merasa memiliki kewajiban sebagai seorang

pelajar.

D. Kerangka Berpikir

(46)

Faktor keluarga merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk

menjadi seorang wirausahawan. Lingkungan keluarga bahkan dapat

menjadi penentu kesuksesan seseorang dalam berwirausaha. Menurut Tim

Kewirausahaan (2002:3), keluarga merupakan faktor yang paling

mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Dukungan dan

dorongan dari keluarga akan menjadi motivasi bagi seseorang untuk

berwirausaha. Hasil penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan

Ekowati Christina (2001) dalam penelitiannya yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa SMK untuk Berwiraswasta”,

menyatakan bahwa lingkungan di keluarga dapat memberikan sumbangan

positif terhadap minat siswa berwirausaha. Jika sebuah keluarga memiliki

perhatian yang besar terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

siswa seperti cara mendidik, suasana keluarga, pengertian orang tua,

keadaan sosial ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan

pendidikan, maka tingkat keberhasilan belajar siswa akan semakin baik

khususnya pada mata pelajaran kewirausahaan. Dukungan dari keluarga

akan menjadi motivasi bagi siswa untuk berwirausaha. Minat siswa

berwirausaha akan cenderung tinggi pada lingkungan keluarga yang baik,

sementara akan rendah pada siswa yang berasal dari lingkungan keluarga

yang cenderung buruk. Sebab dalam lingkungan keluarga yang baik

keluarga akan memberikan perhatian yang berhubungan dengan

pembentukan sikap kewirausahaan, hal ini akan menimbulkan minat yang

(47)

2. Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Sekolah dengan Minat Berwirausaha Pada siswa

Lingkungan belajar di sekolah dipengaruhi oleh interaksi guru

dengan murid, hubungan antar murid, standar pelajaran di atas ukuran,

cara penyajian, media pendidikan, keadaan gedung, metode belajar, waktu

sekolah, kurikulum, tugas rumah, dan pelaksanaan disiplian (Roestiyah

1982:159-161) yang akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa.

Seorang guru yang mempunyai metode mengajar yang baik, cara

penyajian yang baik dengan menggunakan media yang menarik, waktu

belajar yang tepat, dapat membantu siswa dalam belajar. Siswa akan lebih

mudah memahami materi pelajaran dengan baik, sehingga tingkat

keberhasilan belajarnya juga lebih tinggi, khususnya pada mata pelajaran

kewirausahaan.

Lingkungan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang

memadai seperti ruang kelas, media pembelajaran yang menarik, dan cara

penyajian yang baik akan mendukung siswa dalam mengembangkan minat

kewirausahaannya. Dengan pelajaran kewirausahaan, siswa dapat

mengembangkan bakat kewirausahaannya. Keberhasilan siswa dalam

mengikuti praktek kewirausahaan akan menimbulkan minat yang tinggi

untuk berwirausaha, karena mereka mempunyai harapan serta rasa percaya

diri yang tinggi. Dengan harapan dan rasa percaya diri yang tinggi

(48)

keinginan dan harapan yang tinggi untuk keberhasilan dalam

berwirausaha.

3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Masyarakat dengan Minat Berwirausaha

Faktor-faktor lingkungan belajar di masyarakat yang mempengaruhi

keberhasilan siswa dalam belajar (Roestiyah, 1982:159-162) antara lain

mass media, teman bergaul, cara hidup lingkungan dan kegiatan lain.

Buku bacaan tentang kewirausahaan, pemilihan teman bergaul, yang tidak

mendukung untuk berwirausaha, kegiatan-kegiatan lain yang padat, serta

cara hidup bertetangga akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan

siswa dalam belajar berwirausaha. Masyarakat sebagian besar

berwirausaha maka akan mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha.

Tanpa disuruh siswa akan berusaha mengetahui, memperhatikan dan

melibatkan diri dengan lingkungan masyarakat yang berwirausaha

sedangkan siswa yang tinggal dilingkunagan tidak berwirausaha akan

menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana siswa tinggal dimana siswa

tinggal siswa yang tinggal di lingkungan masyarakat yang berwirausaha

memiliki minat yang lebih tinggi untuk berwirausaha. Sebaliknya siswa

yang tinggal di lingkungan yang tidak berwirausaha memiliki minat yang

(49)

E. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan minat berwirausaha

pada siswa.

2. Ada hubungan lingkungan belajar di sekolah terhadap dengan minat

berwirausaha pada siswa.

3. Ada hubungan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat

berwirausaha pada siswa.

4. Ada hubungan lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di

sekolah, dan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat berwirausaha

(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diterapkan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan studi penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas. Penelitian ini merupakan studi kasus siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Hasil penelitian ini berlaku bagi kasus yang penulis teliti dan belum tentu dapat diterapkan pada kasus-kasus lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah

(51)

lingkungan belajar siswa yang meliputi: lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di sekolah, lingkungan belajar di masyarakat, dan minat siswa berwirausaha.

D. Populasi, Sampel dan Teknik penarikan sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dibedakan satu sama lain. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian sebanyak 200 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah wakil dari populasi yang diteliti. Sampel penelitian adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian sebanyak 68 siswa.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling

(52)

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Lingkungan Belajar

a. Lingkungan Belajar di Keluarga

[image:52.595.84.511.181.752.2]

Lingkungan belajar di keluarga dapat menentukan keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya. Indikator lingkungan belajar di keluarga terdiri dari suasana kondusif keluarga, perhatian orang tua terhadap anak, dan keadaan sosial ekonomi orang tua. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel lingkungan belajar siswa di keluarga:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar siswa di Keluarga

No butir Dimensi Indikator

Positif Negatif 1. Cara mendidik

2. Suasana keluarga

3. Pengertian orang tua

4. Keadaan sosial ekonomi keluarga a. Memanjakan anaknya. b. Mendidik bertanggung jawab a. Menyenangkan b. Akrab

c. Penuh kasih sayang d. Saling memotivasi

a. Pemberian tugas rumah b. Menyemangati c. Membantu kesulitan anak. d. Memantau a. Kemampuan memahami kebutuhan pokok b. Ketersediaan sarana

(53)

5. Latar belakang kebudayaan

c. Ketersediaan sarana pendukung belajar.

a. Tingkat pendidikan keluarga.

b. Kebisaan-kebiasaan hidup dikeluarga

13

14

15

[image:53.595.83.514.115.656.2]

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Keluarga

Skor Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

b. Lingkungan Belajar di Sekolah

(54)
[image:54.595.82.510.201.747.2]

lingkungan yang kondusif untuk belajar. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel lingkungan belajar siswa di sekolah:

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar siswa di Sekolah

No butir Dimensi Indikator

Positif Negatif 1. Interaksi guru

dan murid

2.Cara penyajian

3.Hubungan antar siswa

4.Standar pengajaran di atas ukuran

5. Media pendidikan

6.Kurikulum

a. Hubungan guru dan murid yang akrab b. Partisipasi siswa

dikelas

a. Ketepatan metode mengajar

b. Variasi mengajar

a. Persaingan antar group di dalam kelas b. Ketersediaan

kelompok belajar

a. Guru memperhatikan kemampuan

siswanya

b. Guru memperhatikan aspek kepribadian dan psikis siswa c. Fokus pada proses

bukan hasil belajar

a. Ketersediaan dokumen b. Ketersediaan

labolatorium c. Ketersediaan

perpustakaan d. Kualitas media

pendidikan

a. Kerencanaan pembelajaran yang jelas

(55)

7.Keadaan gedung 8.Waktu sekolah 9.Pelaksanaan disiplin 10.Metode belajar 11.Tugas Rumah

a. Jumlah kelas yang cukup

a. Penggunaan waktu yang sebaik-baiknya b Kondisi yang baik

a. Pelaksanaan disiplin yang kurang b. Tidak ada sangsi

a. Cara belajar yang tepat

b. Belajar secara teratur c. Pembagian waktu

yang baik

a. Guru memberi tugas rumah 17 18 19 22 23 24 25 20 21

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut:

[image:55.595.85.509.110.635.2]

Tabel 3.4

Skor item variabel lingkungan belajar di Sekolah

Skor Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

c. Lingkungan Belajar di Masyarakat

(56)
[image:56.595.84.507.236.682.2]

lebih muda. Tetapi perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Indikator belajar dimasyarakat terdiri dari mass media, teman bergaul, kegiatan lain dan cara hidup lingkungan. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel lingkungan belajar siswa di masyarakat:

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar Siswa di Masyarakat

No butir Dimensi Indikator

Positif Negatif 1.Mass media 2.Teman bergaul 3.Kegiatan lain 4.Cara hidup lingkungan

a. ketersediaan buku bacaan/perpustakaan b. ketersediaan

televisi/radio, dll c. ketersediaan Warnet

a. batasan teman bergaul b. mengatur waktu dalam

bermain dan belajar c. mengembangkan

sosialisasi

a. kegiatan diluar sekolah b. diawasi c. dibatasi

d. tidak lupa kewajiban belajar

a. lingkungan yang mendukung b. jam belajar

masyarakat c. kesadaran belajar

(57)
[image:57.595.87.514.194.646.2]

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Skor item variabel lingkungan belajar di Masyarakat

Skor Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

Sangat Tidak Setuju 1 4

2. Minat Siswa Berwirausaha a. Variabel Minat Berwirausaha

(58)

Tabel 3.7

Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha

No butir Dimensi Indikator

Positif Negatif 1.Faktor dari dalam

2.Faktor dari luar

a. Ketertarikan b. Perasaan senang c. Keinginan untuk berwirausaha d. Rasa ingin tahu e. Kemampuan d. Pendirian

a. Menyesuaikan diri dengan sikap wirausaha b. Harapan untuk

memperoleh manfaat 1, 3,5 2,4 6,8,9 11,14,15 12,13,16 17 18 20 7 10 19

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyatan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Skor item variabel minat berwirausaha

Skor Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3

(59)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi sesuai keadaan responden sebenarnya. Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di sekolah, lingkungan belajar di masyarakat, dan minat berwirausaha siswa.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan melihat cacatan-catatan yang ada di instansi pendidikan atau sekolah yang berhubungan dengan penelitian.

G. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Untuk menguji validitas eksternal digunakan rumus korelasi Product Moment

(60)

rxy =

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

2 2

2 2

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

X = skor masing-masing item tes ke-i Y = skor total setiap item tes ke-i n = jumlah item pertanyaan

ΣX = jumlah dari X (jumlah skor butir soal)

ΣY = jumlah total skor butir soal

Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi (rhit) bernilai positif

dan lebih besar atau sama dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%.

Demikian sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (rhit)

lebih kecil dari rtabel dengan taraf signifikansi 5%.

(61)
[image:61.595.84.511.153.628.2]

Tabel 3.9

Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Keluarga

No.

Item rhitung rtabel Keterangan

1 0,374 0,239 Valid

2 0,275 0,239 Valid

3 0,577 0,239 Vali

Gambar

Tabel  5.3  Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di
Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar siswa di Keluarga
Tabel 3.2 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Keluarga
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar siswa di Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

performansi kerja, antara lain adalah berpikir kreatif karyawan.. Munandar (

[r]

Terdapat hubungan antara pemberian pendidikan higiene perorangan dengan kesembuhan 9x lebih besar (OR= 9,37, p < 0,001). Nagelkerke Square = 44,2 % mengandung arti bahwa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perpindahan panas meningkat sebesar 8,9% pada variasi sudut fin 45 0 dengan interval fin 20mm arah aliran berlawanan (counter

[r]

Jasa Konsultasi 3.000.000 1 Paket Aceh Utara APBD 18-Mar 25-Apr 01-Mei 01-Agust 66 0603236 DINAS KESEHATAN Perencanaan Rehab Pustu. Seumirah Kecamatan

Panjang alat pemukul tidak boleh lebih dari 87 cm (34 inci) dan diameter atau garis tengah pada bagian yang besar tidak boleh lebih dari 6 cm (2½ inci).. Berat pemukul tidak

1. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dosen pembimbing I atas bimbingan dan