• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan : studi kasus pada wajib pajak orang pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan : studi kasus pada wajib pajak orang pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyak"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM BERDASARKAN TINGKAT

PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGHASILAN Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Heri Tri Haryanto NIM: 062114088

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai ada atau tidaknya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menanggapi self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan.

Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Tingkat penghasilan pada dasarnya menentukan kelas sosial seseorang. Dalam kelompok kelas sosial tertentu, seorang wajib pajak akan dipengaruhi oleh sikap anggota kelompok yang lain. Munculnya persepsi wajib pajak dapat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan.

Penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli tahun 2013. Subyek dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Obyek dalam penelitian ini adalah perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan metode Chi square.

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS ON THE DIFFERENT PERCEPTION OF INDIVIDUAL TAX PAYERS ABOUT SELF ASSESSMENT SYSTEM BASED ON

EDUCATION AND INCOME LEVEL

A Case Study of Individual Tax Payers Working at the Office of Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Heri Tri Haryanto NIM: 062114088

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2013

This study aims to find out of whether there is different perception among individual tax payers about self assessment system based on education and income level. Educational institutions, as a system, has an influence in the formation of attitudes and understanding, as well as in building the foundation of moral concepts within individuals. Income level basically determines one’s social class. In a particular social class group, a tax payer will be influenced by the attitude of other members. The perception of individual tax payer about self assessment system could be determined by education and income level.

This study is a case study, undertaken during June until July 2013. The subjects of this study are individual tax payers working at the office of Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. The object of this study is the different perception of individual tax payers about self assessment system based on education and income level. Data was collected using the methods of documentation and questionare. Chi-square method was employed to analyze the data.

(3)

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG

PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM

BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT

PENGHASILAN

Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Heri Tri Haryanto

NIM : 062114088

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG

PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM

BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN TINGKAT

PENGHASILAN

Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Heri Tri Haryanto

NIM : 062114088

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika

memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal

yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui

masa depan jika Anda menunggu-nunggu.

(William Feather)

Jangan patah semangat walau apapun yang

terjadi, jika kita menyerah, maka habislah sudah

(Top)

Bagian terbaik dari hidup seseorang adalah

perbuatan-perbuatan baiknya dan kasihnya yang tidak diketahui

orang lain.

(William Wordsworth)

Skripsi ini kupersembakan untuk:

 Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

 Kedua Orang Tuaku (Soeharto dan Purwaningsih), abangku (Mas Heru) serta kakakku (Mbak Lina)

 Keluarga besar di Pontianak dan Delanggu

(8)

v

UNIVERSITAS SANATA DHARMA FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI – PROGRAM STUDI AKUNTANSI

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul: Analisis Perbedaan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Penghasilan (Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta).

Dengan ini saya menyatakan dengan segala sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri dan atau tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.

Apabila saya melakukan hal tersebut diatas, baik sengaja maupun tidak, dengan ini saya menyatakan menarik skripsi yang saya ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.

Yogyakarta, 30 Agustus 2013 Yang membuat pernyataan

(9)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Heri Tri Haryanto

Nomor Mahasiswa : 062114088

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: Analisis Perbedaan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Tingkat Penghasilan. Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya,

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 30 Agustus 2013

Yang menyatakan

(10)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi ini. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis mendapat bantuan, bimbingan dan

arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan

mengembangkan kepribadian kepada penulis.

2. Drs. YP. Supardiyono, M.Si., Akt., QIA., selaku Dosen Pembimbing yang

telah sabar membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Mulyono, MM., selaku Kepala Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dan seluruh staf atas kerjasamanya dalam penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak Soeharto, Ibu Purwaningsih, Mas Heru, Mbak Lina sebagai orang tua,

abang, kakak yang selalu mendorong, memberikan semangat dan mendoakan

penulis hingga skripsi ini dapat selesai.

5. Keluarga besar di Pontianak dan Delanggu yang selalu mendukung,

(11)

viii

6. Sahabatku: Albertus Langgeng Triyono, Wisnu Ari Prasetyo, Stephanus

Wahyu Pratama, Aloysius Wasis Wardoyo, Rory Efriandi, Pius Rezky,

Satriadi, Waskito, Yohanes Arie Chandra, Agung Nugraha, Theodosius

Yanuar, Antonius Adhi Irawan, Padam Prahara, Angelus Arie, Isa Diandra,

Gregorius Agung, Azhari, Diooz Kaldera, Ari Yuwono, Sigit Canipora,

Ricky, Kangdi, Wawan atas doa, semangat dan dukungan dari kalian semua.

7. Teman-teman Bimbingan: Langgeng, Agung, Padam, Chandra, Billy, Eska,

Adji, Yudha, Adhi, Erwin.

8. Teman-teman akuntansi angkatan 2006 atas kebersamaan belajar selama ini.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu atas segala

dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi pembaca yang berminat dan dapat

juga sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan

kritik dan saran yang dapat memberikan manfaat bagi penulis. Semoga skripsi ini

dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 30 Agustus 2013

(12)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vii

HALAMAN DAFTAR ISI ... ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ... xii

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABSTRAK ... xiv

ABSTRACT ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Pajak ... 7

B. Sistem Pemungutan Pajak ... 10

C. Pajak Penghasilan ... 11

D. Sikap Manusia ... 17

E. Persepsi ... 19

(13)

x

Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment

System ... 26

H. Hubungan antara Tingkat Penghasilan dengan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi terhadap Self Assessment System ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

C. Subyek dan Objek Penelitian ... 29

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 30

E. Variabel Penelitian ... 30

F. Teknik Pengukuran Data ... 31

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 32

H. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Deskripsi Data ... 41

B. Pengujian Data ... 44

C. Analisis Data ... 46

D. Pembahasan ... 51

BAB V PENUTUP ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Keterbatasan Penelitian ... 55

C. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

(14)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan ... 10

Tabel 3.1 Skor Penilaian ... 31

Tabel 3.2 Tingkatan Skor Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi ... 34

Tabel 3.3 Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 35

Tabel 3.4 Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 3.5 Perhitungan fh Variabel Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 3.6 Perhitungan Chi-square Variabel Tingkat Pendidikan ... 37

Tabel 3.7 Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 38

Tabel 3.8 Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 38

Tabel 3.9 Perhitungan fh Variabel Tingkat Penghasilan ... 39

Tabel 3.10 Perhitungan Chi-square Variabel Tingkat Penghasilan ... 39

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Umur ... 42

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 42

Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 43

Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ... 44

Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas ... 45

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(16)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kuesioner ... 59

Lampiran 2. Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan

Tingkat Pendidikan ... 65

Lampiran 3. Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan

Tingkat Penghasilan ... 68

(17)

xiv

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN PERSEPSI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI TERHADAP SELF ASSESSMENT SYSTEM BERDASARKAN TINGKAT

PENDIDIKAN DAN TINGKAT PENGHASILAN Studi Kasus pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Heri Tri Haryanto NIM: 062114088

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban mengenai ada atau tidaknya perbedaan persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menanggapi self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan.

Lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Tingkat penghasilan pada dasarnya menentukan kelas sosial seseorang. Dalam kelompok kelas sosial tertentu, seorang wajib pajak akan dipengaruhi oleh sikap anggota kelompok yang lain. Munculnya persepsi wajib pajak dapat ditentukan oleh tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan.

Penelitian yang dilakukan berupa studi kasus, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai bulan Juli tahun 2013. Subyek dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Obyek dalam penelitian ini adalah perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan. Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi dan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan metode Chi-square.

(18)

xv

ABSTRACT

ANALYSIS ON THE DIFFERENT PERCEPTION OF INDIVIDUAL TAX PAYERS ABOUT SELF ASSESSMENT SYSTEM BASED ON

EDUCATION AND INCOME LEVEL

A Case Study of Individual Tax Payers Working at the Office of Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Heri Tri Haryanto NIM: 062114088

SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA

2013

This study aims to find out of whether there is different perception among individual tax payers about self assessment system based on education and income level. Educational institutions, as a system, has an influence in the formation of attitudes and understanding, as well as in building the foundation of moral concepts within individuals. Income level basically determines one’s social class. In a particular social class group, a tax payer will be influenced by the attitude of other members. The perception of individual tax payer about self assessment system could be determined by education and income level.

This study is a case study, undertaken during June until July 2013. The subjects of this study are individual tax payers working at the office of Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. The object of this study is the different perception of individual tax payers about self assessment system based on education and income level. Data was collected using the methods of documentation and questionare. Chi-square method was employed to analyze the data.

(19)

1

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pajak merupakan iuran masyarakat yang dikumpulkan dari segenap

potensi sumber daya yang dimiliki oleh suatu negara. Selain itu pajak

merupakan salah satu unsur penerimaan negara yang memiliki kontribusi

yang sangat besar dan semakin diandalkan untuk kepentingan

pembangunan dan pengeluaran pemerintahan. Menurut Soemitro (1990: 5)

pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum.

Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak, pemerintah mengadakan

reformasi perpajakan tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan

undang-undang Nomor 9 Tahun 1994 dan undang-undang Nomor 16

Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Dengan

reformasi perpajakan tersebut sistem pemungutan pajak di Indonesia

berubah dari official assessment system menjadi self assessment system.

Official assessment system merupakan sistem pemungutan yang memberi

wewenang kepada fiskus untuk menentukan besarnya pajak yang terutang

oleh wajib pajak. Sedangkan self assessment system merupakan suatu

(20)

menentukan besarnya pajak terutang. Dalam sistem ini peran pemerintah

(fiskus) hanya memberikan pengarahan, penerangan dan pengawasan.

Dalam self assessment system, SPT (Surat Pemberitahuan) merupakan

sarana yang paling penting bagi wajib pajak. SPT (Surat Pemberitahuan)

adalah sarana yang paling mutlak bagi wajib pajak untuk melaporkan pajak

terutangnya dengan benar semua hal tentang wajib pajak mulai dari

identitas, kegiatan usaha atau gambaran pekerjaan hingga jumlah kekayaan

(harta) yang semuanya berkaitan dengan perpajakan. Oleh karena itu

perhatian secara penuh diberikan pada penyempurnaan SPT baik dalam

masalah bentuk, isi dan susunannya sehingga SPT merupakan cara yang

paling tepat untuk memenuhi tujuan perpajakan.

Menurut Tarjo dan Kusumawati (2006), keuntungan self assessment

system adalah wajib pajak diberi kepercayaan oleh pemerintah (fiskus)

untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang

terutang sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Kelemahan

self assessment system adalah memberikan kepercayaan kepada wajib

pajak untuk menghitung, menyetorkan dan melaporkan sendiri pajak

terutangnya. Dalam praktik pelaksanaan self assessment system sulit

berjalan sesuai dengan yang diharapkan karena wajib pajak masih

mengalami kebingungan dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

Hal ini dapat dilihat dari tingkat kesadaran wajib pajak yang masih

rendah dan banyaknya wajib pajak yang dengan sengaja tidak patuh

(21)

dan kesadaran wajib pajak ini bisa terlihat dari sangat kecilnya jumlah

mereka yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan cara

wajib pajak yang melaporkan SPT tahunannya.

Persepsi wajib pajak dapat dipengaruhi oleh latar belakang wajib

pajak. Persepsi wajib pajak yang bersifat subyektif dapat menghasilkan

penilaian yang sama atau berbeda, meskipun obyek yang dinilai sama.

Munculnya persepsi wajib pajak dapat ditentukan oleh tingkat

pendidikan dan tingkat penghasilan.

Menurut Purwantini dan Suratno (2004), Undang-undang pajak

penghasilan Tahun 2000 pada kenyataannya tidak sesederhana seperti

yang diidealkan dan tingkat pendidikan mayoritas masyarakat di

Indonesia masih tergolong rendah. Jika pemahaman masyarakat

Indonesia masih rendah maka dapat dipastikan bahwa kesadaran

masyarakat Indonesia tentang perpajakan pun rendah. Karena

pemahaman dan kesadaran masyarakat Indonesia tentang perpajakan

masih rendah maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman wajib pajak

terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan pun cenderung negatif.

Menurut Ningrum (2012), tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi terhadap

(22)

Menurut pendapat Engels sebagaimana dikutip oleh Shiddiq (2011),

kepala keluarga yang berpendapatan rendah, tingkat kesadaran

membayar PBB menjadi rendah karena banyak dari pendapatan mereka

untuk konsumsi sehari-hari, sehingga tidak bisa menabung termasuk

memenuhi pembayaran PBB. Sedangkan kepala keluarga yang

berpendapatan tinggi, tingkat kesadaran juga tinggi dalam membayar

PBB karena mereka mampu menabung dan bisa menyisihkan untuk

keperluan lain termasuk membayar PBB. Berdasarkan hal tersebut, jika dihubungkan dengan self assessment system maka wajib pajak yang berpenghasilan rendah diduga akan mempunyai persepsi yang cenderung negatif terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan. Sedangkan wajib pajak yang berpenghasilan tinggi diduga akan mempunyai persepsi yang cenderung positif terhadap pemenuhan kewajiban perpajakannya.

B.Rumusan Masalah

1. Apakah ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self

assessment system berdasarkan tingkat pendidikan?

2. Apakah ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self

assessment system berdasarkan tingkat penghasilan?

C.Batasan Masalah

Dari rumusan masalah yang telah dijelaskan tersebut, maka penelitian ini

hanya dibatasi pada latar belakang wajib pajak, yaitu tingkat pendidikan dan

(23)

D.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban mengenai ada

atau tidaknya perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self

assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan.

E.Manfaat Penelitian

1. Bagi Wajib Pajak

Hasil penelitian ini bermanfaat bagi wajib pajak untuk membantu

memahami self assessment system dalam perpajakan khususnya pajak

penghasilan.

2. Bagi Pemerintah (Fiskus)

Hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai koreksi atas self assessment

system, sehingga diharapkan sistem administrasi perpajakan yang efisien

benar-benar terwujud.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah bahan bacaan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai referensi kepustakaan.

4. Bagi Penulis

Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan pengetahuan dalam

menerapkan teori-teori dalam praktek yang sesungguhnya, sehingga

hasilnya dapat menambah dan melengkapi pemahaman penulis

(24)

F.Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

Pada bab ini akan diuraikan penjelasan atas teori-teori

pendukung berkaitan dengan topik penelitian dan digunakan

sebagai dasar dalam melakukan pembahasan.

Bab III Metode Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai jenis penelitian, tempat

dan waktu penelitian, subyek dan obyek penelitian, data dan

teknik pengumpulan data, variabel penelitian, teknik

pengukuran data, teknik pengujian instrumen dan teknik

analisis data.

Bab IV Analisis Data dan Pembahasan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai deskripsi data yang

diperoleh, hasil pengujian data dan teknik analisis data beserta

pembahasannya.

Bab V Penutup

Pada bab ini akan disimpulkan hasil dari analisis data

penelitian, keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian

(25)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pajak

1. Pengertian Pajak

Beberapa pengertian pajak menurut para ahli:

a. Soemitro (1990: 5):

Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan

undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal

(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan yang

digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

b. Casavera (2009: 3):

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terhutang

oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

c. Mardiasmo (2009):

Pajak adalah iuran yang diberikan kepada negara yang

berdasarkan kepada undang-undang dengan tidak dapat jasa timbal

yang langsung dapat ditunjukan dan digunakan untuk pembiayaan

(26)

Dari berbagai definisi pajak tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1) Pajak dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun

pemerintah daerah berdasarkan ketentuan undang-undang serta

aturan pelaksanaannya.

2) Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan (kontraprestasi)

secara langsung kepada individu oleh pemerintah terhadap

pembayaran pajak yang dilakukan oleh para wajib pajak.

3) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran pemerintah dalam rangka

menjalankan fungsi pemerintahan, baik secara rutin maupun

pembangunan.

2. Fungsi Pajak

Ada dua fungsi pajak (Rahayu, 2010: 25), yaitu:

a. Fungsi Budgetair

Pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara

optimal ke kas negara yang dilakukan sistem pemungutan

berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku.

b. Fungsi Regulerend

Pajak merupakan alat kebijakan pemerintah untuk mencapai tujuan

tertentu.

3. Pengelompokkan Pajak

(27)

a. Menurut golongannya

1) Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib

pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang

lain.

2) Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat

dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.

b. Menurut sifatnya

1) Pajak Subyektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan

pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib

pajak.

2) Pajak Obyektif, yaitu pajak yang berpangkal pada obyeknya, tanpa

memperhatikan keadaan diri wajib pajak.

c. Menurut lembaga pemungutnya

1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

4. Tarif Pajak

Jumlah pajak yang harus dibayar berhubungan dengan tarif. Dalam

berbagai literatur perpajakan dikenal 4 macam tarif (Rahayu, 2010: 86):

a. Tarif Tetap

Tarif pajak yang jumlah dalam satuan rupiahnya bersifat tetap

(28)

Misalnya: Tarif Bea materai dengan nilai Rp6.000,00 sebagai tanda

terima uang diatas Rp1.000.000,00.

b. Tarif Proposional

Tarif pajak yang persentasenya tetap walaupun jumlah obyek

pajaknya berubah-ubah. Semakin besar jumlah yang dijadikan sebagai

dasar, semakin besar pula jumlah utang pajak tetapi kenaikan ini

diperoleh dengan persentase sama.

Misalnya: Tarif PPN 10%, tarif PPh pasal 26, tarif PPh Badan 28%.

c. Tarif Progresif

Tarif pajak yang semakin tinggi obyek pajaknya semakin tinggi

pula persentase tarif pajaknya.

Misalnya: Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan

Lapisan penghasilan kena pajak Tarif pajak

Sampai dengan Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)

5 % (lima persen) Di atas Rp50.000.000,00 (lima puluh juta

rupiah) sampai dengan Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah)

15%

(lima belas persen)

Di atas Rp250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

25% (dua puluh lima

persen) Di atas Rp500.000.000,00 (lima ratus juta

rupiah)

30%

(tiga puluh persen)

Sumber : Undang-undang perpajakan No. 36 tahun 2008

B. Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Mardiasmo (2009: 7-8), ada tiga sistem pemungutan pajak di

(29)

1. Official Assessment System

Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada

pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang

terutang oleh wajib pajak.

2. With Holding System

Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang

kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang

bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh

wajib pajak.

3. Self Assessment System

Adalah suatu sistem pajak yang memberi wewenang kepada wajib

pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.

C. Pajak Penghasilan

1. Pengertian Pajak Penghasilan

Ada beberapa pengertian pajak penghasilan (PPh) yang

dikemukakan oleh beberapa penulis antara lain:

a. Pajak panghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subyek

pajak atas penghasilan yang diterima atau yang diperolehnya

dalam satu tahun pajak (Resmi, 2003: 74).

b. Pajak penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan

kegiatan yang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi yang

disingkat PPh 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,

(30)

yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri

sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan

sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Tahun 2008

(Direktorat Jenderal Pajak).

2. Subyek Pajak Penghasilan

Yang termasuk subyek pajak menurut Undang-undang perpajakan

Nomor 36 Tahun 2008 adalah:

a. Orang pribadi

Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi

yang berada di Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan dan orang pribadi

Indonesia yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan

melalui bentuk usaha tetap di Indonesia.

b. Badan

Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha yang meliputi perseoran

terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha

milik negara, firma dan bentuk badan usaha apapun yang didirikan

atau bertempat kedudukan di Indonesia.

c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan

yang berhak.

d. Bentuk usaha tetap

(31)

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang

berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluhtiga)

hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak

didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

3. Yang tidak termasuk subyek pajak menurut Undang-undang

perpajakan Nomor 36 tahun 2008 adalah:

a. Kantor perwakilan negara asing.

b. Pejabat-pejabat perwakilan diplomatik dan konsultan atau

pejabat-pejabat lain dari negara asing dan orang-orang yang diperbantukan

kepada mereka yang bekerja pada dan bertempat tinggal

bersama-sama mereka dengan syarat bukan warga negara Indonesia dan di

Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan di luar

jabatan atau pekerjaannya tersebut serta negara bersangkutan

memberi perlakuan timbal balik.

c. Organisasi-organisasi internasional dengan syarat:

1) Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut.

2) Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh

penghasilan dari Indonesia selain memberikan pinjaman kepada

pemerintah yang dananya berasal dari iuran para anggota.

d. Pejabat-pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana

(32)

Indonesia dan tidak menjalankan usaha, kegiatan, atau pekerjaan

lain untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

4. Obyek Pajak Penghasilan

Obyek pajak berdasarkan Undang-undang perpajakan Nomor 36

tahun 2008 yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima

atau diperoleh wajib pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun

dari luar Indonesia yang dapat dipakai atau menambah kekayaan wajib

pajak yang bersangkutan dengan mana dan dalam bentuk apa pun.

Penghasilan yang termasuk obyek pajak menurut Undang-undang

perpajakan:

a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa

yang diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, komisi, bonus,

tunjangan, atau imbalan dalam bentuk lainnya, misalnya: uang

lembur dan lain-lain.

b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan atau

penghargaan.

c. Laba usaha.

d. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta.

e. Bunga termasuk premium, diskonto, imbalan karena jaminan

pengembalian utang.

f. Deviden, merupakan bagian laba yang diperolah pemegang

saham.

(33)

dengan cara atau perhitungan apapun, baik dilakukan secara

berkala atau tidak, sebagai suatu imbalan.

h. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan harta.

i. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.

j. Keuntungan karena pembebasan utang.

k. Keuntungan karena selisih kurs.

l. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.

m. Premi asuransi.

n. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya

yang terdiri dari wajib pajak yang menjalankan usaha atau

pekerjaan bebas, sepanjang iuran tersebut ditentukan berdasarkan

volume kegiatan usaha atau pekerjaan bebas anggotanya.

5. Yang Tidak Termasuk Obyek Pajak Penghasilan

Penghasilan yang tidak termasuk obyek pajak berdasarkan

Undang-undang perpajakan Nomor 36 tahun 2008 antara lain:

a. Bantuan atau sumbangan atau harta hibah yang diterima oleh

keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus atau satu derajat, dan

oleh badan keagamaan atau pendidikan atau sosial atau pengusaha

kecil koperasi yang ditetapkan Menteri Keuangan. Sepanjang tidak

ada hubungannya dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau

penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.

b. Warisan.

(34)

kenikmatan.

d. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi

sehubungan dengan asuransi kecelakaan, kesehatan, jiwa,

dwiguna, dan beasiswa.

e. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang

pendiriannya telah disahkan Menteri Keuangan, baik yang dibayar

oleh pemberi kerja maupun pegawai.

f. Bagian laba yang diterima anggota perseroan komanditer yang

modalnya tidak terbagi atas saham, persekutuan, perkumpulan,

firma, dan kongsi.

g. Bunga obligasi yang diperoleh perusahaan reksa dana.

6. Penghasilan dan Pekerjaan Bebas

a. Penghasilan

Pengertian penghasilan menurut Undang-undang perpajakan

Nomor 36 tahun 2008:

Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis

yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak baik yang berasal

dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai

untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan

nama dan dalam bentuk apa pun.

Pengelompokkan penghasilan berdasarkan aliran tambahan

kemampuan ekonomis dibagi menjadi:

(35)

bebas.

2) Penghasilan dari usaha dan kegiatan.

3) Penghasilan dari modal, yang berupa harta bergerak maupun

harta tak bergerak.

4) Penghasilan lain-lain, seperti hadiah, pembebasan hutang,

keuntungan selisih kurs, selisih lebih karena penilaian kembali

aktiva tetap.

b. Pekerjaan Bebas

Pekerjaan bebas berdasarkan ketentuan umum dan tata cara

perpajakan Undang-undang No. 28 tahun 2007 adalah pekerjaan

yang dilakukan oleh orang pribadi yang mempunyai keahlian

khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yang tidak

terikat oleh suatu hubungan kerja.

D. Sikap Manusia

Menurut LaPierre sebagaimana dikutip oleh Azwar (1995: 5), sikap

didefinisikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan

antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,

atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial

yang telah terkondisikan. Menurut Berkowitz sebagaimana dikutip oleh

Azwar (1995: 5), sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah

perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak

mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut.

(36)

(1995: 7), sikap seseorang terhadap suatu obyek selalu berperanan

sebagai perantara antara responsnya dan obyek yang bersangkutan.

Respon diklasifikasikan dalam tiga macam, yaitu respons kognitif

(respons perseptual dan pernyataan mengenai apa yang diyakini),

respons afektif (respons syarat simpatetik dan pernyataan afeksi), serta

respons perilaku atau konatif (respons berupa tindakan dan pernyataan

mengenai perilaku). Sikap seseorang sudah dapat terlihat dengan

melihat salah satu diantara ketiga bentuk respons tersebut, tetapi

deskripsi lengkap mengenai sikap individu harus diperoleh dengan

melihat ketiga macam respons tersebut secara lengkap.

STIMULI (individu, situasi, isyu sosial, kelompok sosial, dan objek sikap lainnya)

Respons syaraf simpatetik

Pernyataan lisan tentang afek

Respons perseptual

Pernyataan lisan tentang keyakinan

AFEK

KOGNISI

Tindakan yang tampak

Pernyataan lisan mengenai perilaku

[image:36.595.103.518.260.652.2]

PERILAKU SIKAP

(37)

E. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Menurut Gibson (1989) persepsi adalah proses kognitif yang

dipergunakan oleh individu untuk menafsirkan dan memahami

dunia sekitarnya (terhadap obyek). Gibson juga menjelaskan bahwa

persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh

individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan arti kepada

stimulus secara berbeda meskipun obyeknya sama. Cara individu

melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri

(Panjaitan, 2013).

Menurut Walgito (1993) persepsi seseorang merupakan proses

aktif yang memegang peranan, bukan hanya stimulus yang

mengenainya tetapi juga individu sebagai satu kesatuan dengan

pengalaman-pengalamannya, motivasi serta sikapnya yang relevan

dalam menanggapi stimulus. Individu dalam hubungannya dengan

dunia luar selalu melakukan pengamatan untuk dapat mengartikan

rangsangan yang diterima dan alat indera dipergunakan sebagai

penghubung antara individu dengan dunia luar. Agar proses

pengamatan itu terjadi, maka diperlukan obyek yang diamati alat

indera yang cukup baik dan perhatian merupakan langkah pertama

sebagai suatu persiapan dalam mengadakan pengamatan

(Mahalapie, 2012).

(38)

seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan

masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang

berarti. Persepsi dapat diartikan sebagai suatu proses kategorisasi

dan interpretasi yang bersifat selektif.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya

dibagi menjadi 2 (Panjaitan, 2013), yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu

faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup

beberapa hal antara lain:

1) Fisiologis

Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi

yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi

usaha untuk memberikan arti terhadap lingkungan

sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi pada tiap

orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap

lingkungan juga dapat berbeda.

2) Perhatian

Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan

untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik

dan fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap

(39)

obyek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi

terhadap suatu obyek.

3) Minat

Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada

seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang

digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance

merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan

tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai

minat.

4) Kebutuhan yang searah

Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya seseorang

individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat

memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

5) Pengalaman dan ingatan

Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada ingatan dalam

arti sejauh mana seseorang dapat mengingat

kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam

pengertian luas.

6) Suasana hati

Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini

menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu

yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam

(40)

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi merupakan

karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat

didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut

pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan

mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau

menerimanya. Sementara itu faktor eksternal yang

mempengaruhi persepsi adalah:

1) Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya suatu obyek

maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan

mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk

ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian

pada gilirannya membentuk persepsi.

2) Warna dari obyek-obyek

Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak akan

lebih dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang

sedikit.

3) Keunikan dan kekontrasan stimulus

Stimulus luar yang penampilannya dengan latar belakang

dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan individu

(41)

4) Intensitas dan kekuatan dari stimulus

Stimulus dari luar akan memberi makna lebih bila lebih

sering diperhatikan dibandingkan dengan yang hanya sekali

dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu

obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

5) Motion atau gerakan

Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek

yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan

dibandingkan obyek yang diam.

F. Hasil Penelitian Sebelumnya

Penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Purwantini dan Suratno (2004)

dengan judul “Analisis Perbedaan Sikap Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap

Self Assessment System Pajak Penghasilan Berdasarkan Latar Belakang Wajib

Pajak” menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan sikap wajib pajak orang

pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan ditinjau dari latar belakang tingkat pendidikan wajib pajak, ada perbedaan sikap wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan ditinjau dari latar belakang jenis pekerjaan wajib pajak dan tidak ada perbedaan sikap wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system pajak penghasilan ditinjau dari latar belakang tingkat penghasilan wajib pajak.

(42)

tinggi pengetahuan diberikan hanya pada jurusan-jurusan tertentu misalnya jurusan yang terdapat pada fakultas ekonomi dan fakultas hukum sedangkan jurusan pada fakultas lain tidak diberikan. Seseorang yang ingin memahami bidang perpajakan tidak cukup hanya mengandalkan materi yang mereka peroleh dari pendidikan formal tetapi perlu mengikuti program pelatihan perpajakan tertentu misalnya kursus Brevet A dan B. Kurangnya pengetahuan wajib pajak tentang perpajakan inilah yang menyebabkan tidak adanya perbedaan sikap wajib pajak terhadap self assessment system.

(43)

Wajib pajak yang bekerja pada pemberi kerja dan memiliki kegiatan usaha/usaha bebas yang bersikap positif lebih kecil dibandingkan dengan wajib pajak yang berlatar belakang lainnya. Menurut peneliti hal ini disebabkan oleh adanya sistem yang memaksa semua wajib pajak untuk melaporkan seluruh penghasilannya darimanapun asal penghasilan tersebut. Penghasilan yang diperoleh dari lembaga tempat mereka bekerja akan dilaporkan, tetapi seingkali wajib pajak kurang terbuka untuk melaporkan penghasilan yang telah mereka peroleh dari usaha bebas, apalagi kalau usaha tersebut belum berbadan hukum. Wajib pajak yang memiliki usaha bebas juga memiliki kecenderungan bersikap positif. Bagi wajib pajak yang memiliki usaha bebas, sikap tersebut disebabkan karena mereka dihadapkan pada mekanisme bahwa mereka akan mendapat banyak kesempatan untuk berkembang dalam dunia bisnis setelah memiliki NPWP. Beberapa lembaga keuangan dan bank mensyaratkan calon debitur harus memiliki NPWP untuk pengajuan kredit usaha mereka.

(44)

menekankan pajak sebagai suatu kewajiban yang disertai sanksi bila seseorang tidak melakukan kewajiban perpajakan.

G. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Self Assessment System

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2002: 263). Menurut Azwar (1995: 35-36), lembaga pendidikan sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan serta ajaran-ajarannya.

(45)

Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan

Ha1: Ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan

H. Hubungan Antara Tingkat Penghasilan Dengan Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Terhadap Self Assessment System

Menurut Pasal 4 UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh), penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa pun.

(46)

Ho2: Tidak ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat penghasilan

(47)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah studi kasus. Studi

kasus adalah penelitian dengan mengolah dan menganalisis data yang

diperoleh kemudian menarik kesimpulan. Kesimpulan yang didapat

hanya berlaku pada obyek (daerah) yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan

Juli 2013.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang atau badan yang berhubungan

dengan obyek penelitian dan dapat memberikan informasi tentang

obyek penelitian tersebut. Subyek dalam penelitian ini adalah wajib

pajak orang pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda Provinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah suatu hal yang menjadi pokok penelitian.

(48)

orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat

pendidikan dan tingkat penghasilan.

D. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data primer yang digunakan untuk penelitian ini diperoleh dengan

cara menyebarkan kuesioner secara langsung kepada responden.

Kuesioner yang disebarkan berisi pertanyaan-pertanyaan yang bersifat

tertutup. Kuesioner ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian satu yang

berisikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum untuk

mendapatkan data tentang responden dan bagian kedua yang berisikan

pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan variabel-variabel

penelitian untuk mendapatkan data penelitian. Kuesioner tersebut

langsung dibagikan kepada responden yang bekerja di Biro Organisasi

Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala obyek penelitian, atau apa saja yang

menjadi titik perhatian suatu penelitian. Variabel terikat yang diukur

dalam penelitian ini adalah persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap

self assessment system dan terdiri dari dua variabel bebas yaitu tingkat

pendidikan dan tingkat penghasilan. Untuk memperoleh data tersebut

digunakan sejumlah pertanyaan yang dapat mengungkapkan persepsi

wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system. Pertanyaan

(49)

Bagian I : Berisi pertanyaan mengenai data diri atau karakteristik

responden.

Bagian II : Berisi tentang pernyataan mengenai persepsi wajib pajak

orang pribadi terhadap self assessment system.

Pertanyaan yang diberikan kepada responden meliputi:

1. Persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan fungsi

penghitungan pajak yang terutang.

2. Persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan fungsi

pembayaran pajak yang terutang.

3. Persepsi wajib pajak orang pribadi terkait dengan fungsi pelaporan

pajak yang terutang.

F. Teknik Pengukuran Data

Pengukuran persepsi dalam penelitian ini menggunakan skor

penilaian yaitu skala likert dengan skor 1 sampai 4. Pemberian skor

tersebut dimaksudkan untuk memberi gambaran penilaian persepsi wajib

pajak orang pribadi terhadap self assessment system yang dapat dilihat dari

[image:49.595.100.512.261.601.2]

hasil kuesioner yang sudah dirancang oleh penulis.

Tabel 3.1 Skor Penilaian

Alternatif Jawaban Skor Penilaian Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Tidak Setuju (TS) 2 Setuju (S) 3 Sangat Setuju (SS) 4

(50)

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas Instrumen

Suatu skala pengukuran disebut valid bila ia melakukan apa yang

seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur

(Kuncoro, 2003: 151). Untuk mengungkapkan keadaan suatu faktor

disusun sejumlah pertanyaan yang disebut dengan butir atau indikator,

sedangkan faktor atau variabel penelitian yang dilihat tersebut dinamakan

sebagai konstruk.

Validitas suatu pertanyaan dalam kuesioner dapat diketahui dengan

cara membandingkan tingkat signifikansi koefisien korelasi tersebut

dengan taraf signifikan yang ditentukan, apabila hasilnya lebih besar dari

taraf signifikansi yang ditentukan maka setiap pertanyaan dalam

kuesioner tersebut tidak valid (Ghozali, 2005: 47). Untuk menguji

validitas ini akan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari

Karl Pearson (Sugiyono, 2005: 182):

  

 

2 2

2

 

2

Y

Y

n

X

X

n

Y

X

XY

n

r

xy Keterangan:

rxy = Koefisien korelasi setiap pertanyaan

X = Nilai total skor masing-masing variabel X

Y = Nilai total skor masing-masing variabel Y

(51)

Jika r hitung > r tabel dengan taraf signifikansi 5% (α = 5%), maka

instrumen tersebut dikatakan valid.

Jika r hitung < r tabel dengan taraf signifikansi 5% (α = 5%), maka

instrumen tersebut dikatakan tidak valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil

pengukuran tetap konsisten, jika dilakukan pengukuran dua kali atau

lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang

sama. Setelah itu apabila alat ukur telah dinyatakan valid, maka langkah

selanjutnya alat ukur tersebut dapat diukur reliabilitasnya dengan

menggunakan teknik Spearman-Brown, yaitu teknik belah dua awal-akhir

(Sugiyono, 2005: 122). Rumus formula tersebut:

ri =

b b

r r

1 2

Keterangan:

ri = Reliabilitas internal seluruh instrumen

rb = Korelasi Product Moment antara belahan pertama dan kedua

Apabila ri > r tabel dengan taraf signifikansi 5% (α = 5%), maka

instumen/alat ukur memenuhi syarat reliabilitas.

Apabila ri < r tabel dengan taraf signifikansi 5% (α = 5%), maka

instumen/alat ukur tidak memenuhi syarat reliabilitas.

H. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah yang ada mengenai persepsi wajib

(52)

Chi-square. Analisis ini digunakan untuk menguji hipotesis terhadap

perbedaan lebih dari dua proporsi.

Langkah-langkah pengujian analisis Chi-square adalah:

1. Menentukan tingkat persepsi orang pribadi yang bekerja di Biro

Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengenai self

assessment system, maka dicari interval skor persepsi terlebih dahulu

dengan rumus:

Dalam penelitian ini skor tertinggi dari interval kuesioner adalah 4 dan

skor terendah adalah 1, serta banyaknya skor adalah 4. Sehingga setelah

dimasukkan dalam rumus, nilai intervalnya adalah:

Persepsi wajib pajak orang pribadi yang bekerja di Biro Organisasi Setda

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang self assessment system

[image:52.595.100.515.191.653.2]

dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Tingkatan Skor Persepsi Wajib Pajak Orang Pribadi Skor Persepsi Wajib Pajak Keterangan

1,00 – 1,75 Sangat Tidak Setuju >1,75 – 2,50 Tidak Setuju >2,50 – 3,25 Setuju >3,25 – 4,00 Sangat Setuju

2. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif untuk masing-masing

(53)

Untuk variabel tingkat pendidikan:

Ho1: Tidak ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan.

Ho1: µ1=µ2=...=µk

Ha1: Ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan.

Ha1: µ1≠µ2≠...≠µk

Untuk variabel tingkat penghasilan:

Ho2: Tidak ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat penghasilan.

Ho2: µ1=µ2=...=µk

Ha2: Ada perbedaan persepsi wajib pajak orang pribadi terhadap self assessment system berdasarkan tingkat penghasilan.

Ha2: µ1≠µ2≠...≠µk

3. Menghitung Chi-square dari variabel tingkat pendidikan.

[image:53.595.109.513.218.602.2]

a. Memasukkan data kuesioner ke dalam tabel

Tabel 3.3 Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Responden Tingkat Pendidikan

Skor Pertanyaan

Jumlah Mean X1 X2 X3 X4 Xdst

1

2 Dst

b. Memasukkan data kuesioner dalam tabel frekuensi skor persepsi wajib

(54)
[image:54.595.98.517.119.614.2]

Tabel 3.4 Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Sangat Tidak Setuju Tidak

Setuju Setuju

Sangat Setuju Jumlah 1,00 s.d 1,75 1,76 s.d 2,50 2,51 s.d 3,25 3,26 s.d 4,00

c. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh) dari variabel pendidikan,

dengan rumus:

n

n

n

E

ij

io

oj

/

Keterangan:

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

n = jumlah responden

Tabel 3.5 Perhitungan fh Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Persepsi WP Terhadap Self Assessment System

Jumlah Sangat

Tidak Setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat Setuju

d. Menghitung Chi-square dari variabel tingkat pendidikan dengan taraf

(55)
[image:55.595.96.513.114.586.2]

Tabel 3.6 Perhitungan Chi-square Variabel Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan fo fh fo-fh (fo-fh)2 (fo-fh)2/fh

Jumlah

Analisis Chi-square menggunakan rumus sebagai berikut:

k

i h

h o

f

f

f

x

1

2 2

dengan derajat kebebasan = (r-1)(c-1)

Keterangan:

x2 = Chi-square

fo = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

e. Mengambil keputusan

Ho1 tidak berhasil ditolak, Ha1 berhasil ditolak, jika x2 hitung < x2

tabel.

Ho1 berhasil ditolak, Ha1 tidak berhasil ditolak, jika x2 hitung > x2

(56)

Ho1 ditolak

x2 tabel 0

Untuk menjawab rumusan masalah yang kedua, dilakukan

langkah-langkah sebagai berikut:

4. Menghitung Chi-square dari variabel tingkat penghasilan.

[image:56.595.97.512.99.720.2]

a. Memasukkan data kuesioner ke dalam tabel

Tabel 3.7 Rekapitulasi Data Kuesioner Berdasarkan Tingkat Penghasilan

Responden Tingkat Penghasilan

Skor Pertanyaan

Jumlah Mean X1 X2 X3 X4 Xdst

1

2

Dst

b. Memasukkan data kuesioner dalam tabel frekuensi skor persepsi wajib

pajak berdasarkan tingkat penghasilan

Tabel 3.8 Frekuensi Skor Persepsi Wajib Pajak Berdasarkan Tingkat Penghasilan

Tingkat Penghasilan Sangat Tidak Setuju Tidak

Setuju Setuju

Sangat Setuju Jumlah 1,00 s.d 1,75 1,76 s.d 2,50 2,51 s.d 3,25 3,26 s.d 4,00

c. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fh) dari variabel tingkat

(57)

n

n

n

E

ij

io

oj

/

Keterangan:

nio = jumlah baris ke-i

noj = jumlah kolom ke-j

[image:57.595.102.515.142.710.2]

n = jumlah responden

Tabel 3.9 Perhitungan fh Variabel Tingkat Penghasilan

Tingkat Penghasilan

Persepsi WP Terhadap Self Assessment System

Jumlah Sangat

Tidak Setuju

Tidak

Setuju Setuju

Sangat Setuju

d. Menghitung Chi-square dari variabel tingkat penghasilan dengan taraf

signifikansi 5%

Tabel 3.10 Perhitungan Chi-square Variabel Tingkat Penghasilan

Tingkat Penghasilan fo fh fo-fh (fo-fh)2 (fo-fh)2/fh

(58)

x2 tabel 0

Ho2 ditolak

Analisis Chi-square menggunakan rumus sebagai berikut:

k

i h

h o

f

f

f

x

1

2 2

dengan derajat kebebasan = (r-1)(c-1)

Keterangan:

x2 = Chi-square

fo = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

e. Mengambil keputusan

[image:58.595.99.511.136.611.2]

Ho2 tidak berhasil ditolak, Ha2 berhasil ditolak, jika x2 hitung < x2

tabel.

Ho2 berhasil ditolak, Ha2 tidak berhasil ditolak, jika x2 hitung > x2

tabel.

(59)

41

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Dalam penelitian ini jumlah responden yang berada di Biro Organisasi

Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 112 responden. Kuesioner

disebarkan kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang bekerja di Biro Organisasi

Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang beralamat di Jl. Malioboro

No. 14, Kompleks Kepatihan, Danurejan Yogyakarta. Data pribadi responden

diperoleh dengan menggunakan sumber data primer yang dihasilkan oleh

kuesioner. Data pribadi responden meliputi umur, jenis kelamin, tingkat

pendidikan dan tingkat penghasilan.

Dari 112 kuesioner yang disebarkan hanya 104 kuesioner yang kembali

atau tingkat pengembalian kuesioner sebesar 92,86%, maka dari 104

kuesioner tersebut dapat diketahui gambaran Wajib Pajak Orang Pribadi

terhadap self assessment system berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat

penghasilan.

1. Umur Responden

Dari 104 responden dapat diketahui data wajib pajak yang berada di

Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

(60)
[image:60.595.98.512.96.683.2]

Tabel 4.1 Data Responden Berdasarkan Umur

Umur Responden Jumlah Responden

Persentase (%) 20 – 30 tahun 1 0,96 31 – 40 tahun 46 44,23 41 – 50 tahun 40 38,46 Di atas 50 tahun 17 16,35 Total 104 100

Sumber: Data primer diolah

Dari tabel 4.1 didapatkan pengelompokkan responden berdasarkan

umur, umur responden 20 – 30 tahun berjumlah 1 orang atau sebesar

0,96%, umur responden 31 – 40 tahun berjumlah 46 orang atau sebesar

44,23%, umur responden 41 – 50 tahun berjumlah 40 orang atau sebesar

38,46% dan umur responden 51 – 60 tahun berjumlah 17 orang atau

sebesar 16,35%. Dari tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa dari 104

responden yang ada jumlah umur yang paling banyak dimiliki responden

adalah umur 31 – 40 tahun dengan jumlah 46 orang atau sebesar 44,23%.

2. Jenis Kelamin Responden

Dari 104 responden dapat diketahui data wajib pajak yang berada di

Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

[image:60.595.199.456.114.237.2]

jenis kelamin, sebagai berikut:

Tabel 4.2 Data Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Responden

Persentase (%) Laki-laki 57 54,81 Perempuan 47 45,19 Total 104 100

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat dari 104 responden, responden

yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 57 orang atau sebesar 54,81%

(61)

tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa dari 104 responden yang ada jumlah

jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis kelamin laki-laki dengan

jumlah 57 orang atau sebesar 54,81%.

3. Pendidikan Terakhir Responden

Dari 104 responden dapat diketahui data wajib pajak yang berada di

Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

[image:61.595.99.512.256.564.2]

tingkat pendidikan, sebagai berikut:

Tabel 4.3 Data Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Responden

Persentase (%) SLTA/SMA 25 24,04 D-3/Akademika 16 15,38 Jenjang S-1 49 47,12 Jenjang S-2 13 12,50 Jenjang S-3 1 0,96

Total 104 100

Sumber: Data primer diolah

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan pengelompokkan responden

berdasarkan tingkat pendidikan, responden dengan tingkat pendidikan

SLTA/SMA berjumlah 25 orang atau sebesar 24,04%, responden dengan

tingkat pendidikan D-3/Akademika berjumlah 16 orang atau sebesar

15,38%, responden dengan tingkat pendidikan S-1 berjumlah 49 orang

atau sebesar 47,12%, responden dengan tingkat pendidikan S-2 berjumlah

13 orang atau sebesar 12,50% dan responden dengan tingkat pendidikan

S-3 berjumlah 1 orang atau sebesar 0,96%. Dari tabel 4.S-3 dapat disimpulkan

bahwa tingkat pendidikan tertinggi yang paling banyak dijumpai adalah

responden dengan tingkat pendidikan S-1 yaitu berjumlah 49 orang atau

(62)

4. Rata-rata Penghasilan per Bulan

Dari 104 responden dapat diketahui data wajib pajak yang berada di

Biro Organisasi Setda Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

[image:62.595.96.513.224.607.2]

tingkat penghasilan, sebagai berikut:

Tabel 4.4 Data Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan

Tingkat Penghasilan Jumlah Responden

Persentase (%) Rp2.000.000,00 – Rp3.000.000,00 65 62,50 Rp3.000.000,00 – Rp4.000.000,00 29 27,88 > Rp4.000.000,00 10 9,62

Total 104 100

Sumber: Data primer diolah

Dari tabel 4.4 didapatkan pengelompokkan responden berdasarkan

tingkat penghasilan, responden yang memiliki penghasilan

Rp2.000.000,00 – Rp3.000.000,00 berjumlah 65 orang atau sebesar

62,50%, responden yang memiliki penghasilan Rp3.000.000,00 –

Rp4.000.000,00 berjumlah 29 orang atau sebesar 27,88% dan responden

yang memiliki penghasilan lebih dari Rp4.000.000,00 berjumlah 10 orang

atau sebesar 9,62%. Dari tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa dari 104

responden yang ada tingkat penghasilan yang paling banyak dimiliki

responden adalah sebesar Rp2.000.000,00 – Rp3.000.000,00 dengan

jumlah 65

Gambar

Gambar 2.1 Konsepsi Skematik Mengenai Sikap  ................................
Tabel 2.1 Tarif Pajak Penghasilan Lapisan penghasilan kena pajak
Gambar 2.1 Konsepsi Skematik Mengenai Sikap
Tabel 3.1 Skor Penilaian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti sungguh bersyukur bahwa pada akhimya skripsi yang berjudul Motivasi Belajar dan Sikap Terhadap Pendidikan Formal Pada Atlet Bulutangkis PB WIMA.. Surabaya

ekspor gambir Sumatera Barat ke pasar luar negeri dengan judul penelitian “Analisis Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Volume Ekspor Gambir Sumatera Barat”. 1.3

Pihak-pihak lainnya yang biasanya terlibat untuk mendukung sistem pembayaran Internet adalah penyedia sertifikat digital, baik untuk Visa (misalnya VeriSign) maupun

Dengan memeriksa RPP yang telah dikumpulkan dari mahasiswa praktikan PPL yang ada di sekolah mitra, meliputi: kompetensi dasar, indikator, tujuan, pembelajaran, model/

[4.30] Menimbang keterangan sebagaimana dimaksud di atas, Majelis berpendapat bahwa pendapat Termohon yang menolak memberikan informasi atas alasan permohonan

Hal ini tidak berlaku pada PBAS randu yang juga menggunakan modulus bilangan prima (2 31 ).. muncul sehingga nilai peluang pada matriks peluang transisi hanya

SCoRS adalah suatu instrumen pengukuran terhadap fungsi kognitif pasien skizofrenia yang berbasis wawancara.Instrumen pengukuran ini memiliki 20 butir pertanyaan yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari proses pengambilan minyak cendana dari kayu cendana dengan menggunakan metode microwave hydrodistillation, mempelajari