SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN : “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
M. Imam Muklas NPM : 0643010395
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGDI ILMU KOMUNIKASI JAWA TIMUR
Nama : M. Imam Muklas
NPM : 0643010395
Progdi : Ilmu Komunikasi
Fakultas : Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Telah Disetujui Untuk Mengikuti Ujian Skripsi Menyetujui,
Pembimbing Utama
Ir. H. Didiek Tranggono, MSi NIP. 195812251990011001
Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
pemberi nafas hidup pada seluruh makhluk. Hanya kepadaNya-lah syukur dipanjatkan atas selesainya skripsi ini. Sejujurnya penulis akui bahwa pendapat sulit ada benarnya, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri
karena itu, kebanggaan penulis bukanlah pada selesainya skripsi ini melainkan kemenangan dicapai tidak lepas dari bantuan berbagai pihak selama proses
penyelesaian skripsi ini.
Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada Bapak Ir. H. Didiek Tranggono, MSi selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan perhatian untuk memberikan bimbingan, pengarahan dan masukan yang berarti kepada penulis selama masa
penyusunan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang turut mendukung tersusunnya skripsi ini, antara
lain:
1. Bapak Prof. DR. Ir. Teguh Soedarto, MP Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Ibu Dra. Ec.Hj. Suparwati, MSi Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak dan Ibu beserta keluarga yang selalu berdoa untuk kesuksesan Penulis dalam meraih cita-cita.
6. Terakhir namun sangat berarti bagi penulis, ucapan terima kasih kepada
teman angkatan 2005 Progdi Ilmu Komunikasi.
Sungguh penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna dan
penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa skripsi ini akan berguna bagi rekan-rekan di Progdi Ilmu Komunikasi, maka saran serta kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.
Surabaya, Maret 2011
HALAMAN JUDUL……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN SKRIPSI …………... Ii HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI …… iii
KATA PENGANTAR ………. Iv
2.1.3 Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa... 10
2.1.4. Pengertian Motif... 13
2.1.5. Model Uses and Gratifications... 15
2.1.6. Isi Tabloit Posmo ... 18
2.1.7. Pembaca Tabloit Sebagai Khalayak Aktif media Massa ... 21
3.1.1. Motif... 26
3.2 Populasi, Sampel, dan Metode Penarikan Sampel... 33
3.2.1 Populasi... 33
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 34
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 36
3.4. Teknik Analisis Data... 36
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 37
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 37
4.1.1 Tabloit Posmo ... 37
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 41
4.2.1 Identitas Responden ... 41
4.2.2 Motif Responden Pembaca Tabloit Posmo ... 47
4.2.2.1 Motif kognitif 47 4.2.2.2 Motif diversi 55
4.2.2.3 Motif Identitas Personal 60 4.2.3 Motif responden keseluruhan dalam membaca tabloid Posmo 66 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1 Kesimpulan ... 67
5.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
Tabel 2. Jenis Kelamin Responden……… 35
Tabel 3. Pendidikan Responden... 36
Tabel 4. Pernah membaca tabloid POSMO... 37
Tabel 5. Frekuensi membaca tabloid Posmo dalam satu bulan... 38
Tabel 6. Memperoleh informasi mengenai fenomena, peristiwa maupun kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik... 39 Tabel 7. Mengetahui siapa dan bagaimana fenomena atau peristiwa kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik... 40
Tabel 8. Mengetahui segala informasi keperluan untuk cari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh dari penyakit, banyak rejeki, naik jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan merusak seperti santet, tenung, gendam... 41 Tabel 9. Mempercayai segala informasi fenomena atau peristiwa kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik... 42
Tabel 10. Skor motif kognitif responden... 50
Tabel 11. Membaca tabloid Posmo hanya sebagai hiburan saja... 52
Tabel 12. Membaca tabloid Posmo hanya sekedar mengisi waktu luang 53 Tabel 13. Membaca tabloid Posmo saya dapat melepaskan diri dari kejenuhan dalam melakukan aktivitas sehari-hari... 54
Tabel 14. Membaca tabloid Posmo saya dapat pencerahan dalam menyelesaikan masalah-masalah pribadi saya... 55
Tabel 15. Skor motif diversi responden... 56
Deskriptif Motif Masyarakat Surabaya Membaca Tabloid Posmo)
Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui bagaimana motif masyarakat Surabaya pembaca tabloid Posmo. Tabloid posmo merupakan tabloid khusus yang membahas berbagai hal mengenai klenik. Tabloid posmo mengupas berbagai hal, fenomena, peristiwa maupun kejadian di liat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Tabloid posmo berisikan kolom kontak batin, off print, majelis gaib posmo, laput, sufi, pakuwon, alternatif, lapsus, horoskop, bali, muhibah, serat, pasugihan, kejawen, pakeliran, meditasi, pasundan dan iklan. Dari penelitian ini dapat diketahui bagaimana motif masyarakat Surabaya dengan indikator tinggi, sedang dan rendah terhadap tabloid Posmo.
Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah model uses and gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. pengklasifikasian motif digunakan kategori motif Blumler yaitu :Motif Cognitif (kebutuhan akan informasi) Motif Diversi (hiburan), Motif Identititas Personal (Personal Identity)
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah masyarakat Surabaya yang pernah membaca tabloid Posmo dengan batasan usia responden adalah 30 tahun sampai 70 tahun Teknik sampling dalam penelitian ini adalah teknik non probability sampling yaitu purposive sampling. Orang yang menjadi sampel dalam penelitian diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan penelitian.
1. Latar Belakang Masalah
Salah satu kebutuhan yang cukup penting bagi masyarakat adalah kebutuhan akan informasi. Pada umumnya masyarakat selalu mencari
informasi yang dianggapnya perlu untuk mereka ketahui. Masyarakat dapat mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya maupun ditempat lain
melalui informasi yang diperolehnya. Melalui informasi masyarakat dapat memperluas pandangan dan wawasan, serta dapat meningkatkan kedudukan dan peranannya dalam strata sosial di masyarakat. Peristiwa-peristiwa atau
informasi yang terjadi disekitarnya tersebut dapat diketahui melalui media massa seperti media cetak. Kehidupan media cetak juga ditentukan oleh kondisi dimana media cetak tersebut muncul, yakni adanya sistem politik,
sistem kekuasaan, serta kultur kekuasaan. Dari sisi lain sesuai dengan sifat media yang selalu kenyal dan dinamis, media cetak di Indonesia berkembang
dengan segala sisinya. Selain mengikuti waktu periodik terbitnya setiap pagi atau petang, sebagai media harian, mingguan atau bulanan dan sesekali menerbitkan edisi khusus. Pengaruh unsur khalayak dalam media cetak juga
sangat penting. Segala upaya penerbitan media cetak, sejatinya tertuju pada pemenuhan kebutuhan dan kepentingan publik. Media cetak melakukan
psikologi pembaca. Psikologi disini tertuju pada dorongan hati, selera,
kepuasan, mimpi, popularitas, kehidupan modern, kesulitan hidup.
Usaha media cetak untuk mempertahankan dan menjaring pembaca
mengindikasikan adanya khalayak yang beragam, khalayak pembaca biasanya teralokasi ke spesifikasi kelompok publik tertentu. Khalayak media cetak mempunyai banyak keragaman jenis dan karakteristik, karena media cetak kini
sudah demikian penting bagi hidup bermasyarakat. Maka kerap yang dimaksud khalayak media adalah menyangkut suatu populasi yang luas, namun kini
khalayak massa itu berpilah kedalam penggolongan khalayak tertentu (a specialized audience). Hal ini mengakibatkan perlunya membedakan antara
khalayak dari sebuah media massa dengan khalayak berita dari sebuah media
khusus sifat penerbitannya. (Santana,2005:211)
Media massa cetak memiliki keunggulan dalam hal informasi yang
disajikan, salah satunya bentuk tulisan yang dapat mudah dipahami karena dapat dibaca berulang-ulang sehingga berita atau pesan yang disampaikan dapat dimengerti, selain informasi yang dikemas dalam bentuk tulisan juga
sangat mudah didokumentasikan. Dalam hal ini media massa cetak yang diambil oleh peneliti adalah media cetak yang berbentuk tabloid. Tabloid
mingguan, dwimingguan) yang terfokus pada hal-hal yang lebih “tidak serius”,
terutama masalah selebritas, olah raga, kriminal maupun masalah budaya. Salah satu tabloid yang terbit di Indonesia adalah tabloid Posmo,
dengan slogan “membuka mata batin”. Tabloid posmo diterbitkan oleh
PT. Ubede Media Ahiwarta Surabaya, dengan Surat ijin (SIUPP) no; 1142/SK/Menpen/SIUPP/199 tanggal 31 Maret 1999. Tabloid posmo
merupakan tabloid khusus yang membahas berbagai hal mengenai klenik. Tabloid posmo didistribusikan di pulau jawa maupun di luar pulau jawa.
Tabloid posmo mengupas berbagai hal, fenomena, peristiwa maupun kejadian di liat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Tabloid posmo berisikan kolom kontak batin, off print, majelis gaib posmo, laput, sufi, pakuwon,
alternatif, lapsus, horoskop, bali, muhibah, serat, pasugihan, kejawen, pakeliran, meditasi, pasundan dan iklan. (Posmo,2010:edisi 609)
Relevansi isi tabloid posmo dengan masyarakat secara umum bahwa
posmo (post modernisme) didefinisikan sebagai suatu pemikiran/filosofi yang menisbikan segala kebenaran, tidak ada kebenaran mutlak. Semua relatif,
tergantung siapa yang mengintrepretasikan kebenaran. Konsekuensi posmo yang merelatifkan kebenaran adalah bentuk-bentuk spiritualisme yang bersifat panteistik. Masyarakat Indonesia adalah salah satu negara yang mempercayai
klenik. Di semua tempat selalu ada orang maupun benda atau makhluk apapun itu yang jadi tujuan orang-orang untuk meminta sesuatu. Mulai dari
benda-benda bertuah. Klenik yang bisa diartikan mempercayai suatu kekuatan di luar
kuasa manusia yang diwujudkan dalam bentuk benda-benda atau hapalan-hapalan, termasuk juga di dalamnya santet, susuk, jimat-jimat. Klenik adalah
bagian dari syirik yang sifatnya bisa samar, maupun terang. Masyarakat Indonesia telah begitu terbiasa dengan perilaku ini, mulai dari rakyat kecil sampai pejabat, pengusaha dan politikus juga melakukannya. Mulai dari
keperluan untuk cari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh dari penyakit, banyak rejeki, naik
jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan merusak seperti santet, tenung, gendam. Seolah masyarakat tidak bisa hidup bila tidak melakukan klenik.
Klenik pada dasarnya tidak bisa dinalar dengan logika. Klenik bekerja
berdasarkan salah satu atau gabungan dari sugesti, adanya pihak ketiga dan faktor nasib. (http://www.henriwiratsongko.co.cc/2009/01/perilaku-klenik-politikus.html)
Dalam terbitannya, tabloid posmo lebih mengembangkan cerita human interest. Khalayak pembaca diajak mengenali persoalan dengan ringan,
mengalir dan tidak rumit. Tiap soal menjelaskan melalui peristiwa. Peristiwa demi peristiwa yang menjalin kisah yang membingkai tema besar kemanusiaan. Human interest berarti berbagai hal yang terkait dengan
ketertarikan dan minat orang-seorang. Kisah-kisah human interest bisa menyangkut tentang people dan things, orang-orang dan pikirannya.
kisah-kisah tentang pikiran orang. Terlebih kisah-kisah tentang orang-seorang itu lebih
disukai yang bersifat tidak biasa dibanding yang lazim terjadi. Akan tetapi, ketidak biasaan orang itu bukan hal yang utama. Pada hakikatnya bukan people
atau orang-seorang yang diburu, tapi ketidakbiasaan peristiwa itu penting, segala sesuatu yang menyangkut orang ialah sesuatu yang hidup titik berat terletak pada peristiwa-peristiwa hidup. Ketidakbiasaan peristiwa merupakan
penarik cerita berikutnya. Kisah-kisah feature tidak muncul dari tempat yang bersifat formal. Cerita bersifat human interest tidak terjadi di tempat yang
sudah solid kejadiannya. Kisah human interest tidak terdeteksi pola dan rincian kejadiannya. (Santana, 2005:35-37)
Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa termasuk di
dalamnya tabloid posmo, tentu saja tidak terlepas dari adanya kebutuhan serta dorongan yang timbul dan berkembang dalam diri individu sehingga seseorang
menggunakan tabloid posmo sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang sering disebut motif, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan mempertahankan eksistensinya. (Effendi, 1984 : 45). Kebutuhan yang
terkait dengan munculnya motif seseorang dalam membaca media massa cetak dibagi menjadi 3, yaitu kebutuhan kognitif (kebutuhan akan informasi),
Adanya kebutuhan untuk membaca tabloid posmo, sebagai jawaban
dari adanya motif membaca. Kebutuhan inilah yang mendorong individu untuk bersikap dan bahkan berperilaku. Namun kebutuhan pada setiap individu
tidaklah sama, kebutuhan yang tidak sama ini sesuai dengan keingintahuan individu tersebut yang tumbuh sejalan dengan tingkat perkembangannya. Dengan adanya kebutuhan tersebut, maka peneliti akan tahu apa yang
mendasari pembaca dalam membaca tabloid posmo, dimana motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat, dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri
individu dalam melakukan sesuatu.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana motif masyarakat tentang tabloid posmo tersebut.
Beberapa hal yang menjadi latar belakang penelitian salah satunya bahwa tabloid posmo telah sampai pada tahun ke 11 dalam terbitannya dan telah
mencapai edisi 609 maka dapat diasumsikan bahwa tabloid posmo banyak di konsumsi masyarakat sebagai media informasi yang menarik. Jaringan distribusi yang tersebar diseluruh pelosok nusantara menjadikan tabloid posmo
mempunyai distribusi meliputi pulau jawa dan luar pulau jawa. Masyarakat dalam penelitian ini adalah masyarakat surabaya yang membaca tabloid posmo
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana motif masyarakat
Surabaya membaca Tabloid Posmo”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui motif masyarakat Surabaya dalam membaca tabloid Posmo.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Kegunaan teoritis yaitu :
a. Menerapkan teori komunikasi massa mengenai motif
pembaca dalam membaca tabloid.
b. Sebagai bahan acuan serta menambah referensi perpustakaan khususnya ilmu komunikasi kepada
peneliti yang lain.
2. Kegunaan praktis yaitu penelitian ini diharapkan memberikan
masukan tentang minat pembaca terhadap tabloid dimana pembaca selalu mencari informasi apapun yang sedang terjadi di
2.1. Landasan Teori
2.1.1 Sifat Berita
Dalam setiap pesannya, pelaporan jurnalisme mesti membawa muatan
fakta. Setiap keping informasi mengimplikasikan realitas peristiwa
kemasyarakatan. Tiap pesan menjadi netral dari kemungkinan buruk penafsiran
subyektif, yang tak berkaitan dengan kepentingan dan kebutuhan masyarakat.
Berita bersifat stabil dan bisa diperkirakan. Sifat stable dan predictable, terkait
dengan standarisasi pesan. Tiap bahasa berita punya ciri yang dikenali
masyarakat, acuan simboliknya diketahui. Tiap media memiliki pedoman untuk
menyampaikan pemberitaan. Setiap pesan jurnalistik bersifat massal, bahasa
berita ialah bahasa komoditas yang memiliki nilai tukar simbolik dan ekonomi.
Nilai tukar simboliknya mengacu kepada unsur-unsur “component of the story”.
Sifat berita adalah sebagai berikut; (a) Akurat, keakurasian adalah ketepatan dan
kepastian mencatat: pertanyaan, nama, waktu, umur, kutipan, kata definitif, atau
ekspresi kalimat dan seterusnya. (b) Seimbang (balanced), ialah keseimbangan
dalam meletakkan perhatian, kelengkapan data, penekanan, perhubungan dengan
kehidupan sosial serta perluasan kepentingannya kepada sejumlah khalayak. Agar
pembaca dapat mengkontruksi kembali peristiwa-berita secara netral. (c)
yang mengandung opini dan sifat emosional. (d) Ringkas dan Jelas, ialah
mengupayakan sajian pemberitaan secara ringkas, jelas dan sederhana; melalui
gaya penulisan yang langsung, pendek, tepat, dan koheren dan menghindari frase
klise, diksi sembrono dan kedangkalan. (e) Aktual, ialah soal “kehangatan”
waktu-peristiwa mengikuti dinamika perubahan peristiwa yang terjadi dan harus
dilaporkan kepada khalayak.
2.1.2 Nilai Berita
Nilai berita (news values), menurut Downie Jr Dan Kaiser dalam Santana,
merupakan istilah yang tidak mudah didefinisikan. Istilah ini meliputi segala
sesuatu yang tidak mudah di konsepsikan. Ketinggian nilainya tidak mudah untuk
dikonkretkan. Nilai berita juga menjadi tambahan rumit bila dikaitkan dengan
sulitnya membuat konsep apa yang disebut berita. Maka, elemen-elemen nilai
berita ialah; a) Immediacy, immediacy kerap diistilahkan dengan timelines.
Artinya terkait dengan kesegeraan peristiwa yang dilaporkan. b) Proximity,
khalayak berita akan tertarik dengan berbagai peristiwa yang terjadi didekatnya.
Proximity ialah keterdekatan peristiwa dengan pembaca atau pemirsa dalam
keseharian hidup mereka. c) Consequence, berita yang mengubah kehidupan
pembaca adalah berita yang mengandung nilai konsekuensi. d) Conflict,
perseteruan antar individu, antar tim atau kelompok, sampai antar negara
merupakan elemen-elemen natural dari berita-berita yang mengandung konflik. e)
segera oleh masyarakat. f) Sex, kerap sex menjadi satu elemen utama dari sebuah
pemberitaan. Tapi sex sering pula menjadi elemen tambahan bagi pemberitaan
tertentu. g) Emotion, elemen emotion ini kadang dinamakan dengan elemen
human interest. Elemen ini menyangkut kisah-kisah yang mengandung kesedihan,
kemarahan, simpati, ambisi, cinta, kebencian, kebahagian atau humor. h)
Prominance, elemen ini adalah unsur yang menjadi dasar istilah “names make
news” nama membuat berita. i) Suspense, elemen ini menunjukkan sesuatu yang
ditunggu-tunggu, terhadap sebuah peristiwa oleh masyarakat. j) Progress, elemen
ini merupakan elemen perkembangan peristiwa yang ditunggu masyarakat.
2.1.3. Teori Kebutuhan Terhadap Media Massa
Kebutuhan melalui media massa dipenuhi melalui surat kabar,
majalah, radio, televisi, dan film, baik dalam isinya maupun melalui daya
terpaannya (exposure) serta konteks sosial tempat dimana terpaan
berlangsung.
Secara umum Katz Gueviricht dan Haas (Effendy,1993:294)
berkeyakinan terhadap tipologi kebutuhan manusia yang berkaitan dengan
media yang diklasifikasikan dalam lima kelompok, yaitu :
a. Kebutuhan Kognitif
Yaitu kebutuhan–kebutuhan yang berkaitan dengan usaha–usaha untuk
memperkuat informasi, pengetahuan, serta pengertian tentang
mengerti dan menguasai lingkungan. Kebutuhan kognitif juga dapat
dipenuhi oleh adanya dorongan–dorongan seperti keingintahuan
(curiosity) dan penjelajahan (explaratory) pada diri kita.
b. Kebutuhan Afektif
Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha–usaha
untuk memperkuat pengalaman-pengalaman yang bersifat keindahan,
kesenangan dan emosional. Mencari kesenangan dan hiburan
merupakan motivasi yang pada umumnya dapat dipenuhi oleh media.
c. Kebutuhan Integratif Personal
Yaitu kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan usaha–usaha
untuk memperkuat kepercayaan, kesetiaan dan status pribadi.
Kebutuhan seperti ini dapat diperoleh dari adanya keinginan setiap
individu untuk meningkatkan harga diri.
d. Kebutuhan Integratif Sosial
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan usaha-usaha untuk
memperkuat kontak dengan keluarga, teman-teman dan dengan alam
sekelilingnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut didasarkan oleh adanya
keinginan setiap individu untuk berafiliasi.
e. Kebutuhan Akan Pelarian
Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat untuk melarikan diri
Dan pada pendapat McQuail (2002:72) terhadap tipologi kebutuhan
manusia yang berkaitan dengan media yang diklasifikasikan dalam 4 kelompok
sebagai berikut :
1. Motif Kognitif
Kebutuhan akan informasi dan kebutuhan untuk mencapai tingkat
tertentu yang diinginkan, yang terdiri dari :
a. Mencari berita tentang peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia.
b. Mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah praktis, pendapat
dan hal-hal yang berkaitan dengan penentuan pilihan.
c. Memuaskan rasa ingin tahu dan minat umum.
d. Keinginan untuk belajar (pendidikan terhadap diri sendiri).
2. Motif Identitas Pribadi (Personal Identity)
Kebutuhan menggunakan isi media untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi
khlayak sendiri, yang terdiri dari :
a. Menemukan penunjang nilai-nilai pribadi.
b. Menemukan model perilaku, panutan atau figur untuk dicontoh.
c. Mengidentifikasikan diri dengan nilai-nilai lain (dalam media).
d. Meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri.
3. Motif Integrasi dan Interaksi Sosial (Personal Relationships)
a. Memperoleh pengetahuan tentang keadaan orang lain; empati social.
b. Menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial.
c. Memperoleh teman selain dari manusia (media).
d. Memungkinkan individu untuk dapat menghubungi sanak-keluarga,
teman, dan masyarakat.
4. Motif Hiburan (Diversi)
Kebutuhan akan pelepasan dari tekanan dan kebutuhan akan hiburan,
yang terdiri dari:
a. Melepaskan diri atau terpisah dari permasalahan.
b. Bersantai.
c. Memperoleh kenikmatan jiwa dan estetis.
d. Mengisi waktu.
2.1.4. Pengertian Motif
Dalam melakukan suatu tindakan atau perbuatan pasti didasarkan pada
motif–motif tertentu. Pengertian motif tidak dapat dipisahkan daripada kebutuhan
(need). Seseorang atau suatu organisme yang berbuat atau melakukan sesuatu,
sedikit banyak adanya kebutuhan di dalam dirinya atau ada sesuatu yang hendak
dicapai.
Motif menurut W. A Gerungan adalah :
“Motif merupakan suatu pengertian yang
dorongan–dorongan dalam diri manusia yang
menyababkan individu berbuat sesuatu. Motif
manusia merupakan dorongan, keinginan, hasrat,
dan tenaga penggerak lainnya yang berasal dari
dirinya, untuk melakukan sesuatu. Motif–motif itu
memberikan tujuan dan arah kepada tingkah laku
kita”. (Gerungan, 1991 : 140).
Menurut Teevan dan Smith mengatakan bahwa motivasi
merupakan konstruksi yang mengaktifkan perilaku, sedangkan komponen
yang lebih spesifik dari motivasi yang berhubungan dengan tipe perilaku
tertentu disebut motif. Selanjutnya mereka berpendapat bahwa motif
mempunyai dua fungsi, yaitu memberi daya untuk menggerakkan perilaku
dan fungsi yang lain adalah menggerakkan perilaku. Sedangkan menurut
Purwanto motif adalah sebagai seluruh aktifitas mental yang dirasakan
atau dialami yang memberikan kondisi sehingga terjadi suatu perilaku.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya motif
itu timbul karena adanya kebutuhan, atau dengan kata lain motif
merupakan ciri dari kebutuhan, dan berfungsi menggerakkan serta
mengarahkan perilaku untuk mencapai tujuan tertentu.
Ada beberapa pengklasifikasian motif dari berbagai ahli
komunikasi, tetapi dalam penelitian ini digunakan kategori motif Blumler
1. Motif Kognitif (kebutuhan akan informasi)
Motif ini berkenaan dengan individu untuk mencari berita atau
informasi tentang peristiwa atau kondisi yang berkaitan dengan
lingkungan terdekat, masyarakat dan dunia, dorongan mencari
konfirmasi untuk menentukan pendapat suatu pilihan. Dorongan rasa
ingin tahu, dorongan belajar serta dorongan untuk memperoleh rasa
aman melalui pengetahuan yang didapat.
2. Motif Diversi (hiburan)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk melepaskan diri
dari permasalahan atau ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh
kenikmatan jiwa dan penyaluran emosi.
3. Motif Identititas Personal (Personal Identity)
Motif ini berkenaan dengan dorongan individu untuk memperkuat atau
menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi
khalayak sendiri menemukan model perilaku diri dengan nilai-nilai,
meningkatkan harga diri, dan meningkatkan pemahaman diri.
2.1.5. Model Uses and Gratifications
Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi
permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku
khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial
media untuk mencapai tujuan khusus (Effendy, 2003 : 289). Dalam pengertian ini
tersirat pengertian bahwa komunikasi berguna (utility), bahwa konsumsi media
diarahkan oleh motif (itentionality), bahwa perilaku media mencerminkan
kepentingan dan preferensi (selectivity), dan bahwa khalayak sebenarnya kepala
batu (stubborn). (Rakhmat, 1999 : 65). Sedangkan asumsi dasar dari model ini
adalah :
1. Khalayak dianggap aktif, artinya sebagian penting dari penggunaan
media massa diasumsikan mempunyai tujuan.
2. Dalam proses komunikasi massa banyak inisiatif untuk nmengaitkan
pemuasan kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada anggota
khalayak.
3. Media massa harus bersaing dengan sumber–sumber lain yang
memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media hanyalah
bagian dari rentangan kebutuhan yang lebih luas. Bagaimana
kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat tergantung
kepada perilaku khalayak yang bersangkutan.
4. Banyak pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan
anggota khalayak artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk
melaporkan kepentingan dan motif pada situasi–situasi tertentu.
5. Penilaian tentang arti cultural dari media massa harus ditangguhkan
Dengan model ini yang diteliti ialah (1) sumber sosial dan psikologis dari
(2) kebutuhan, yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau
sumber-sumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media
(atau keterlibatan dalam kegiatan lain), dan menghasilkan (6) pemenuhan
kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan seringkali akibat–akibat yang tidak
dikehendaki (Rakhmat, 1999 : 65).
Untuk lebih jelasnya Model Uses and Gratifications dalam Rakhmat
(1999: 66) digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Model Uses And Gratifications
Asumsi dari teori ini adalah khalayak yang aktif yang sengaja
menggunakan media karena didorong oleh motif-motif tertentu untuk mencapai
tujuan khusus. Pembaca dalam membaca tabloid Posmo karena ingin memenuhi
kebutuhannya akan informasi, hiburan, dan identitas personal, dikarenakan tabloid
Posmo berisikan kolom kontak batin, off print, majelis gaib posmo, laput, sufi, Anteseden Motif Penggunaan Media Efek
1. Variabel 1. Personal 1. Hubungan 1.Kepuasan
Individual 2. Diversi 2. Jenis Isi 2. Pengetahuan 2. Variabel 3. Identitas 3. Hubungan 3. Kepuasan
pakuwon, alternatif, lapsus, horoskop, bali, muhibah, serat, pasugihan, kejawen,
pakeliran, meditasi, pasundan dan iklan
Pembaca tabloid Posmo juga ingin memenuhi kebutuhannya untuk
menggunakan isi media guna memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting
dalam kehidupan/situasi khalayak sendiri misalnya, dengan membaca tabloid
Posmo maka para pembaca dapat saling bertukar informasi dengan teman-teman
di lingkungan sekitarnya.
Jadi jelaslah individu menggunakan media massa karena didorong oleh
motif-motif tertentu. Artinya, individu mencari pemuasan sejumlah kebutuhan
dari penggunaan media karena didorong oleh sejumlah motif yang
mempengaruhinya. Ada berbagai kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh media
massa. Kita ingin mencari kesenangan, media massa dapat dapat memberikan
hiburan. Kita mengalami goncangan batin, media massa memberikan kesempatan
untuk melarikan diri dari kenyataan. Kita kesepian dan media massa juga dapat
berfungsi sebagai sahabat. (Rakhmat, 1999 : 207)
2.1.6. Isi Tabloid Posmo
Tabloid posmo merupakan tabloid khusus yang membahas berbagai hal
mengenai klenik. Tabloid posmo didistribusikan di pulau jawa maupun di luar pulau jawa. Tabloid posmo mengupas berbagai hal, fenomena, peristiwa maupun
meditasi, pasundan dan iklan. (Posmo,2010:edisi 609)
Relevansi isi tabloid posmo dengan masyarakat secara umum bahwa
posmo (post modernisme) didefinisikan sebagai suatu pemikiran/filosofi yang menisbikan segala kebenaran, tidak ada kebenaran mutlak. Semua relatif, tergantung siapa yang mengintrepretasikan kebenaran. Konsekuensi posmo yang
merelatifkan kebenaran adalah bentuk-bentuk spiritualisme yang bersifat panteistik. Masyarakat Indonesia adalah salah satu negara yang mempercayai
klenik. Di semua tempat selalu ada orang maupun benda atau makhluk apapun itu yang jadi tujuan orang-orang untuk meminta sesuatu. Mulai dari paranormal, buku-buku primbon, tempat-tempat yang dikeramatkan, benda-benda bertuah.
Klenik yang bisa diartikan mempercayai suatu kekuatan di luar kuasa manusia yang diwujudkan dalam bentuk benda-benda atau hapalan-hapalan, termasuk juga di dalamnya santet, susuk, jimat-jimat. Klenik adalah bagian dari syirik yang
sifatnya bisa samar, maupun terang. Masyarakat Indonesia telah begitu terbiasa dengan perilaku ini, mulai dari rakyat kecil sampai pejabat, pengusaha dan
politikus juga melakukannya. Mulai dari keperluan untuk cari jodoh, cari penglarisan, agar naik kelas, agar disegani orang, ingin cepat punya anak, sembuh
dari penyakit, banyak rejeki, naik jabatan, bahkan sampai hal yang negatif dan
merusak seperti santet, tenung, gendam. Seolah masyarakat tidak bisa hidup bila tidak melakukan klenik. Klenik pada dasarnya tidak bisa dinalar dengan logika.
ringan, mengalir dan tidak rumit. Tiap soal menjelaskan melalui peristiwa. Peristiwa demi peristiwa yang menjalin kisah yang membingkai tema besar
kemanusiaan. Human interest berarti berbagai hal yang terkait dengan ketertarikan dan minat orang-seorang. Kisah-kisah human interest bisa menyangkut tentang people dan things, orang-orang dan pikirannya. Pengisahan
tentang orang-seorang lebih diminati khalayak daripada kisah-kisah tentang pikiran orang. Terlebih kisah tentang orang-seorang itu lebih disukai yang bersifat
tidak biasa dibanding yang lazim terjadi. Akan tetapi, ketidak biasaan orang itu bukan hal yang utama. Pada hakikatnya bukan people atau orang-seorang yang diburu, tapi ketidakbiasaan peristiwa itu penting, segala sesuatu yang menyangkut
orang ialah sesuatu yang hidup titik berat terletak pada peristiwa-peristiwa hidup. Ketidakbiasaan peristiwa merupakan penarik cerita berikutnya. Kisah-kisah feature tidak muncul dari tempat yang bersifat formal. Cerita bersifat human
interest tidak terjadi di tempat yang sudah solid kejadiannya. Kisah human
interest tidak terdeteksi pola dan rincian kejadiannya. (Santana, 2005:35-37)
Dalam hubungannya dengan penggunaan media massa termasuk di dalamnya tabloid posmo, tentu saja tidak terlepas dari adanya kebutuhan serta dorongan yang timbul dan berkembang dalam diri individu sehingga seseorang
menggunakan tabloid posmo sebagai sumber informasinya. Dorongan inilah yang sering disebut motif, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup dan
diversi (kebutuhan akan hiburan) dan kebutuhan identitas personal (kebutuhan untuk memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan situasi
khalayak sendiri).
Adanya kebutuhan untuk membaca tabloid posmo, sebagai jawaban dari adanya motif membaca. Kebutuhan inilah yang mendorong individu untuk
bersikap dan bahkan berperilaku. Namun kebutuhan pada setiap individu tidaklah sama, kebutuhan yang tidak sama ini sesuai dengan keingintahuan individu
tersebut yang tumbuh sejalan dengan tingkat perkembangannya. Dengan adanya kebutuhan tersebut, maka peneliti akan tahu apa yang mendasari pembaca dalam membaca tabloid posmo, dimana motif merupakan dorongan, keinginan, hasrat,
dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri individu dalam melakukan sesuatu.
2.1.7 Pembaca Tabloid Sebagai Khalayak Aktif Media Massa
Pembaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai orang
yang membaca. Pembaca majalah berarti orang yang membaca majalah. Pembaca
majalah dapat diklasifikasikan menurut segmen–segmen demografis, ataupun
secara geografis, psikografis, dan dari kebijakan editorial.
Salah satu prinsip teori Uses and Gratifications adalah bahwa khalayak
secara aktif memanfaatkan media. Artinya, anggota khalayak secara aktif
Little John (2002 : 577) lebih jelas mengungkapkan empat karakteristik khalayak
aktif, yaitu :
1. Selectivity : khalayak yang aktif melakukan pertimbangan
dan seleksi untuk menentukan media yang
digunakan.
2. Utilirianism : khalayak yang aktif menggunakan media untuk
memenuhi kebutuhan dan untuk mencapai
tujuannya.
3. Intentionality : menunjukan bahwa salah satu kegunaan media
adalah mememberi kepuasan.
4. Involvement or effort : khalayak mengikuti dan berpikir dengan aktif
dan aktif menggunakan media. Dengan kata lain
khalayak tidak begitu mudah dipengaruhi oleh
media.
Dengan kata lain untuk memenuhi sebagian kebutuhannya,
khalayak bebas untuk memilih dan menggunakan sejumlah media beserta
isinya atau sumber-sumber rujukan lainnya (non media) sepanjang itu
media dapat menunjang atau memperteguh (reinforcement) nilai, sikap,
dan pengalamannya terhadap suatu obyek tertentu. Berkaitan dengan jenis
medium dan isi yang dipilih, konsep khalayak aktif memiliki kaitan
dengan motif dan juga berarti bahwa khalayak mempunyai kecenderungan
2.2. Kerangka Berpikir
Tabloid merupakan salah satu media cetak. Media ini adalah suatu media
yang statis dan mengutamakan pesan-pesan visual, terdiri dari sejumlah kata,
gambar, atau foto dalam tata warna. Tabloid lebih menspesialisasikan produknya
untuk menjangkau konsumen tertentu, yang pada umumnya memuat iklan
berlingkup nasional dan dengan produk bermutu tinggi untuk mencapai sasaran
menengah ke atas (Kasali, 1992 : 109).
Pernyataan bahwa majalah adalah sebagai media massa yang mampu
memenuhi sejumlah kebutuhan khalayak yang berangkat dari asumsi teori
Uses and Gratification, dimana teori tersebut didasarkan pada setiap
individu yang memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi.
Kebutuhan-kebutuhan inilah yang memunculkan motif menggunakan media massa,
khususnya tabloid sehingga menimbulkan ketertarikan untuk membacanya.
Tabloid dapat memenuhi dari sejumlah kebutuhan yang dimiliki
khalayak melalui rubrik-rubrik yang disajikan. Menitik beratkan isi media
pada apa yang diinginkan khalayak, berarti mengasumsikan khalayak
menggunakan media (memilih isi) bukan merupakan kegiatan yang
kebetulan atau dipengaruhi faktor eksternal, melainkan suatu perilaku yang
didorong oleh motif-motif tertentu. Blumler dalam Rakhmat (1999 : 66)
1. Motif Kognitif (kebutuhan akan informasi) motif ini berkenaan
dengan individu untuk mencari berita atau informasi tentang
peristiwa atau kondisi yang berkaitan dengan lingkungan terdekat,
masyarakat dan dunia, dorongan mencari konfirmasi untuk
menentukan pendapat suatu pilihan. Dorongan rasa ingin tahu,
dorongan belajar, serta dorongan untuk memperoleh rasa aman
melalui pengetahuan yang didapat.
2. Motif Diversi (kebutuhan akan hiburan) motif ini berkenaan dengan
dorongan individu untuk melepaskan diri dari permasalahan atau
ketegangan, dorongan bersantai, memperoleh kenikmatan jiwa dan
penyaluran emosi.
3. Motif Identitas Personal (personal identity) motif ini berkenaan
dengan dorongan individu untuk memperkuat atau menonjolkan
sesuatu yang penting dalam kehidupan atau situasi khalayak sendiri
menemukan model perilaku diri dengan nilai-nilai, meningkatkan
harga diri, dan meningkatkan pemahaman diri.
Pengklasifikasian diatas dapat diartikan sebagai keinginan untuk
menambah pengetahuan baru, keinginan untuk mencari hiburan, dan keinginan
untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar.
Dalam hal ini peneliti berusaha melihat bagaimana motif pembaca tabloid
Gambar 2 : Kerangka Berpikir Penelitian Tentang Motif Pembaca Tabloid
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dengan
menggunakan tipe penelitian deskriptif, yakni bermaksud memberikan gambaran
tentang : Bagaimana motif masyarakat Surabaya membaca tabloid Posmo ?
3.1. Definisi Operasional
3.1.1. Motif
Untuk memudahkan pengukuran, maka dalam penelitian ini
digunakan kategori motif menurut Blumler dalam Rakhmat (2001 : 66),
dimana motif tersebut meliputi :
1. Motif Kognitif
Kebutuhan individu dalam menggunakan media massa untuk
mendapatkan informasi yentang informasi terdekat. Pembaca dalam
membaca tabloid Posmo diasumsikan mempunyai tujuan mencari
hal-hal yang baru antara lain :
a. Mencari informasi yang dibutuhkan.
b. Mencari tambahan pengetahuan atau wawasan.
c. Mengetahui informasi terbaru.
d. Mencari bimbingan yang berkaitan dengan masalah kehidupan
2. Motif Diversi
Kebutuhan individu dalam menggunakan media massa untuk
mencari hiburan antara lain :
a. Mengisi waktu luang.
b. Bersantai.
c. Penyaluran emosi, dengan membaca hal-hal yang disukai
membuat perasaan lebih tenang
d. Melepaskan diri dari kejenuhan
3. Motif Identitas Personal
Kebutuhan individu dalam menggunakan media massa untuk
memperkuat/menonjolkan sesuatu yang penting dalam
kehidupan/situasi khalayak sendiri. Dalam hal ini berkaitan dengan
keinginan untuk mengikuti keadaan disekitarnya, antara lain :
a. Ikut-ikutan teman/orang lain yang membaca tabloid Posmo.
b. Dapat memberikan berbagai macam informasi yang diperoleh
kepada teman/orang lain.
c. Dapat menjadikan segala informasi yang diperoleh sebagai bahan
pembicaraan (masukan) dengan teman/orang lain.
d. Dapat mendiskusikan berbagai macam informasi yang diperoleh
Indikator untuk motif pembaca di Surabaya dapat ditunjukkan melalui
total skor dari seluruh jawaban responden atas pernyataan-pernyataan yang
diajukan dalam kuisioner, sehingga untuk mempermudah dapat diuraikan sebagai
berikut :
STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1
TS (Tidak Setuju) diberi skor 2
S (Setuju) diberi skor 3
SS (Sangat Setuju) diberi skor 4
Dalam penelitian ini tidak digunakan alternatif jawaban ragu-ragu
(undecided), alasannya menurut Hadi (1981 : 20) adalah sebagai berikut:
a. Kategori undecided memiliki arti ganda, bisa diartikan belum dapat
memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban yang
memiliki arti ganda (multi interpretable) ini tidak diharapkan dalam
instrument.
b. Tersedianya jawaban di tengah menimbulkan kecenderungan
menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi mereka
yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.
c. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data
penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat
dijaring oleh responden.
Motif pembaca dalam membaca tabloid Posmo digolongkan tiga
jawaban masing-masing responden. Jumlah skor yang menjadi batasan skor untuk
lebar interval tingkat rendah, sedang, dan tinggi menggunakan rumus :
Skor jawaban tertinggi – skor jawaban terendah
Jenjang yang diinginkan
Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh lebar interval untuk
mengetahui motif pembaca dalam membaca tabloid Posmo, untuk lebih jelasnya
dapat digambarkan sebagai berrikut :
1. Pada motif Kognitif terdapat 4 pernyataan tentang responden yang
membaca tabloid Posmo akan mencari informasi yang dibutuhkan,
responden ingin tambahan pengetahuan, responden mengetahui
informasi terbaru, responden ingin mencari bimbingan yang
berkaitan dengan permasalahan yang membutuhkan penyelesaian,
maka :
(4 x 4) – (4 x 1) 16 - 4 12
Motif Kognitif = = = = 4
3 3 3
Batasan skor untuk mengetahui motif kognitif responden yang
membaca tabloid Posmo adalah rendah (tidak bagus), sedang
(netral), tinggi (bagus) :
Jumlah skor 4 – 8 dalam kategori penilaian rendah
Jumlah skor 13 – 16 dalam kategori penilaian tinggi
Responden yang mempunyai penilaian rendah mereka dianggap
tidak membutuhkan informasi tertentu dalam membaca tabloid
Posmo.
Responden yang mempunyai penilaian sedang dalam kategori ini
adalah mereka yang tidak terlalu membutuhkan informasi tabloid
Posmo.
Responden yang mempunyai penilaian tinggi dalam kategori ini
adalah responden yang sangat membutuhkan dan antusias terhadap
segala informasi yang ada didalam tabloid Posmo.
2. Pada motif Diversi terdapat 4 pernyataan tentang responden yang
membaca tabloid Posmo untuk mengisi waktu luang, responden
ingin bersantai, responden ingin menyalurkan emosi dengan
membaca hal-hal yang disukai dapat membuat perasaan lebih tenang,
responden ingin melepaskan diri dari kejenuhan dalam melakukan
aktivitas, maka :
(4 x 4) – (4 x 1) 16 – 4 12
Motif Diversi = = = = 4
3 3 3
Batasan skor untuk mengetahui motif diversi responden yang
membaca tabloid Posmo adalah rendah (tidak bagus), sedang
(netral), tinggi (bagus) :
Jumlah skor 4 – 8 dalam kategori penilaian rendah
Jumlah skor 9 – 12 dalam kategori penilaian sedang
Jumlah skor 13 – 16 dalam kategori penilaian tinggi
Responden yang mempunyai penilaian rendah mereka dianggap
tidak mempunyai motif diversi terhadap tabloid Posmo yaitu
membaca tabloid Posmo untuk mengisi waktu luang, bersantai,
menyalurkan emosi dengan membaca hal-hal yang disukai dapat
membuat perasaan lebih tenang, melepaskan diri dari kejenuhan
dalam melakukan aktivitas mencari informasi tertentu.
Responden yang mempunyai penilaian sedang dalam kategori ini
adalah mereka yang tidak terlalu mempunyai motif diversi terhadap
tabloid Posmo.
Responden yang mempunyai penilaian tinggi dalam kategori ini
adalah responden yang sangat membutuhkan dan antusias terhadap
tabloid Posmo yaitu membaca tabloid Posmo untuk mengisi waktu
luang, bersantai, menyalurkan emosi dengan membaca hal-hal yang
disukai dapat membuat perasaan lebih tenang, melepaskan diri dari
3. Pada motif Identitas Personal terdapat 4 pernyataan tentang
responden yang membaca tabloid Posmo karena ikut-ikutan
teman/orang lain, responden ingin menceritakan informasi yang
diperoleh kepada teman/orang lain, responden ingin menjadikan
informasi yang diperoleh sebagai bahan pembicaraan (masukan)
dengan teman/orang lain, responden ingin mendiskusikan informasi
yang diperoleh kepada teman/orang lain, maka :
(4 x 4) – (4 x 1) 16 – 4 12
Motif Identitas Personal = = = = 4
3 3 3
Batasan skor untuk mengetahui motif Identitas Personal responden
yang membaca tabloid Posmo adalah rendah (tidak bagus), sedang
(netral), tinggi (bagus) :
Jumlah skor 4 – 8 dalam kategori penilaian rendah
Jumlah skor 9 – 12 dalam kategori penilaian sedang
Jumlah skor 13 – 16 dalam kategori penilaian tinggi
Responden yang mempunyai penilaian rendah mereka dianggap
tidak membutuhkan Identitas Personal dalam membaca tabloid
Responden yang mempunyai penilaian sedang dalam kategori ini
adalah mereka yang tidak terlalu ingin menunjukkan identitas
personal mereka apabila membaca tabloid Posmo.
Responden yang mempunyai penilaian tinggi dalam kategori ini
adalah responden yang sangat membutuhkan dan antusias terhadap
segala informasi yang ada didalam tabloid Posmo. Motif mereka ini
dalam membaca tabloid Posmo karena ikut-ikutan teman/orang lain,
responden ingin menceritakan informasi yang diperoleh kepada
teman/orang lain, responden ingin menjadikan informasi yang
diperoleh sebagai bahan pembicaraan (masukan) dengan
teman/orang lain, responden ingin mendiskusikan informasi yang
diperoleh kepada teman/orang lain
3.2. Populasi, Sampel, dan Metode Penarikan Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Surabaya.
Berdasarkan data yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, sampai
dengan Bulan Desember 2007. Jumlah penduduk Kota Surabaya yang terdaftar di
Kartu keluarga hingga Desember 2007 adalah 2.861.928 jiwa atau sebanyak
755.914 Kepala keluarga.
Komposisi penduduk Kota Surabaya pada Tahun 2007 berdasarkan jenis kelamin
penduduk perempuan. (http://www.surabaya.go.id/demografis.php). Selain karena
merupakan kota besar kedua di Indonesia dan terbesar di Jawa Timur, kota
Surabaya mempunyai penduduk heterogen yang mayoritas terbagi dalam tiga
kategori budaya daerah yaitu “Surabaya” (Suroboyoan), “Madura” (Maduraan),
dan “Mataraman” (Kulonan). Sehingga secara demografis masyarakat yang
tinggal di Surabaya dapat menjadi representasi dari beberapa daerah atau kota di
Jawa Timur. (www.wikipedia.org).
3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel
Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah masyarakat Surabaya
yang berumur 30-70 tahun. Akan tetapi karena mengingat populasi yang terlalu
besar yaitu 2.861.928 orang. Maka peneliti akan menetapkan sampel yang
dianggap mewakili populasi dengan jumlah yang lebih kecil. Jumlah sampel yang
dihitung dengan rumus Yamane (Rahmat, 2001 : 82) sebagai berikut :
N
n =
Nd² + 1
Keterangan :
N = Ukuran / besar populasi
n = Ukuran / besar sampel
Jadi
N
n =
N.(d)² + 1
2.861.928 n =
2.861.928 (0,1) + 1
n = 100
Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah teknik non
probability sampling yaitu purposive sampling. Orang yang menjadi sampel
dalam penelitian diseleksi atas dasar kriteria-kriteria tertentu berdasarkan tujuan
penelitian. Maka sampel yang akan diteliti adalah masyarakat Surabaya yang
membaca tabloid Posmo minimal tiga kali dan yang berumur 30-70 tahun. Usia
30 tahun sampai 70 tahun adalah usia dimulainya tahap kemasakan (maturity)
sampai pada tahap tua (senility) secara umum tahap ini ditandai dengan
kesibukan, kebahagian, dan produktivitas. Pada tahap usia pertengahan antara 50
tahun sampai 70 tahun ada perubahan penyesuaian dalam kepribadian sebagai
respon terhadap perubahan fisik, sosial dan psikologikal. Pada tahap usia akhir
melibatkan penyesuaian sejumlah kehilangan keluarga dan sahabat, pensiun
kehilangan status di masyarakat mengikuti perasaan kesendirian dan tidak aman.
motif masyarakat dalam membaca tabloid Posmo berkaitan dengan psikologi
kepribadian responden.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber,
yaitu :
a. Data Primer
Diperoleh melalui daftar pertanyaan dan pernyataan berstruktur kepada
responden yang ada dalam kuisioner.
b. Data Sekunder
Diperoleh melalui bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Bahan-bahan pustaka yang digunakan bisa berupa
buku-buku, internet, atau informasi lain.
3.4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh dari hasil kuisioner dimasukkan
ke dalam tabel frekuensi yang selanjutnya dianalisis secara deskriptif. Pengolahan
data dari kuisioner terdiri dari : mengedit, mengkode dan memasukkan data
4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian
4.1.1 Tabloid Posmo
Tabloid posmo diterbitkan oleh PT. Ubede Media Ahiwarta Surabaya,
dengan Surat ijin (SIUPP) no; 1142/SK/Menpen/SIUPP/199 tanggal 31 Maret 1999. Tabloid posmo merupakan tabloid khusus yang membahas berbagai hal
mengenai klenik. Tabloid posmo didistribusikan di pulau jawa maupun di luar pulau jawa. Tabloid posmo mengupas berbagai hal, fenomena, peristiwa maupun kejadian di liat dari sudut pandang mistik maupun klenik. Tabloid
posmo berisikan kolom kontak batin, off print, majelis gaib posmo, wuku-wuku, laput, sufi, pakuwon, alternatif, lapsus, horoskop, bali, muhibah, serat, pasugihan, kejawen, pakeliran, meditasi, pasundan dan iklan.
Salah satu kolom yang menarik perhatian pembaca menurut informasi yang didapatkan melalui deep interview dengan redaksional di Tabloid Posmo
adalah kolom wuku-wuku. Contoh artikel wuku-wuku yang dimuat pada Periode: Minggu Wage-Sabtu Kliwon (16-22 Juli 2010) Dewa: Bathara Kuwera. Keris yang cocok: Pandhawa, Rarasindhuwa, Sempana Badhong,
Semar Mesem, Semar Getak, Semar Tinandu dan Brojol. Perwatakan: Ludiro kumukus angganda arum : berwibawa, tegas, jujur, waspada, dermawan pada
pemberani, optimis. Burung Gagak : senang menyepi, menyenangi hal-hal ghaib. Gedhong di depan; berwibawa, suka pamer dan pemboros. Siaga dengan
keris terhunus: waspada dan tajam nalurinya. KASO 23 Juni -2 Agustus Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku Wuye Umum: Peluang emas kembali melayang, hambatan besar gencar menerjang. Gerak cepat kontrol
emosi, dasar sial menuai rugi. Perjalanan luar kota sangat menggoda, hati ditata harus ditunda.Keuangan : Sumber pendapatan harian tak menggembirakan.
Pemasukan tak terduga tanpa kejutan. Atur pengeluaran sesuai kemampuan.Remaja : Cerita lama masih tersisa, diluar duga selalu menggoda. Lembaran baru perlu dibuka, hilang satu mendapat dua. Hati-hati kala bicara,
lepas kendali buyar semua. Kesehatan : Rawan gangguan influenza, liver, reumatik dan pencernaan. Hindari es, air dingin, daging berlemak daun-daunan berwarna hijau. Atur istirahat, senam ringan jalan pagi. Permata :
Zamrud-Aquamarin-Mata Kucing-Kristal.Asmara : Yang berkeluarga gencatan senjata. Yang berpacaran damai tapi gersang. Yang baru naksir cemburu buta. Hari
buruk: Senin Kliwon. KARO 3 Agustus-25 Agustus; Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku WuyeUmum : Peluang emas mendadak hilang, hambatan besar datang menerjang. Kontrol emosi penuh strategi, dasar
sial untung berlari. Perjalanan luar kota menggiurkan, usah tergoda lupakan semua.Keuangan : Sumber pendapatan harian merosot tajam. Pemasukan tak
kembali. Biar saja hati bicara, kala senja tiba saatnya.Kesehatan : Rawan gangguan pusing kepala, stress dan jantung. Hindari makanan berlemak, es,
strop, sirup, teh dan kopi pahit. Jaga kondisi atur istirahat senam ringan jalan pagi.Permata : Kristal-Biduri Bulan-Aquamarin-Topaz Kuning.Asmara : Yang berkeluarga waspadai pihak ketiga. Yang berpacaran rawan godaan. Yang baru
naksir dapat pandangan baru. Hari Buruk : Senin Kliwon. KATELU 26 Agustus-18 September Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku
Wuye.Umum: Peluang emas datang bertadang, hambatan besar pergi menghilang. Tata emosi atur strategi, untung di tangan tinggal menanti. Perjalanan luar kota penuh harapan, tetap waspada hati-hati di jalan.Keuangan :
Sumber pendapatan harian menggebirakan. Pemasukan tak terduga penuh kejutan. Atur pengeluaran sesuai rencana. Remaja: Yang diimpi jadi, yang diharap dapat. Jauh mengantri, dekat merapat. Jaga emosi bahagia didapat, o
lalaaa hati bahagia. Kesehatan: Waspadai gangguan pernapasan, nyeri otot syaraf dan nyeri lambung. Tata pola makan, hindari: es, strop, sirup, makanan
berlemak dan daun daunan warna hijau. Atur istirahat jaga kondisi, senam ringan jalan pagiPermata : Giok-Aquamarin-Zamrud-Onix Hitam.Asmara : Yang berkeluarga kembali damai. Yang berpacaran kembali mesra. Hari buruk:
Senin Kliwon. KAPAT 19 September-13 Oktober Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku Wuye.Umum : Peluang emas dikiri kanan, hambatan
waspada.Keuangan : Sumber pendapatan harian melonjak tajam. Pemasukan tak terduga penuh kejutan. Atur pengeluaran sesuai rencana. Remaja : Ada
dusta di balik cinta, hati merana dikhianati. Patah tumbuh hilang berganti, putus satu cari lagi. Sama yang baru, lebih nyaman. Kesehatan: Waspadai gangguan batuk, pernapasan dan nyeri otot syaraf. Tata pola makan, hindari :
es, strop, sirup, makanan berlemak daun-daunan berwarna hijau. Atur istirahat jaga kondisi, olah napas medhitasi.Permata : Berlian-Zamrud-Onix Hitam-
Mutiara. Asmara : Yang berkeluarga gencatan senjata. Yang berpacaran perang syaraf. Hari buruk : Senin Kliwon. KALIMO 14 Oktober – 9 November Sorog Rotasi + 5 Mongso Kaso dipengaruhi Wuku Wuye.Umum : Kesempatan emas
dalam jangkauan, hambatan besar tinggal kenangan. Bertindak cepat tanpa strategi, untung besar telah menanti. Perjalanan luar kota menjanjikan, bila dicoba bawa suasana baru.Keuangan : Sumber pendapatan harian melonjak
tajam. Pemasukan tak terduga penuh kejutan. Atur pengeluaran sesuai rencana.Remaja : Hati -hati kala bicara, lupa daratan lahir derita. Kata manis
penuh puja, hati terbelah cinta merana. Harga diri lebih berarti, undur diri mencari ganti.Kesehatan : Waspadai gangguan Ginjal, Stress dan jantung. Tata pola makan, hindari: daun-daunan, kopi pahit daging berlemak. Atur istirahat
Buruk : Senin Kliwon.
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data
Sebagaimana yang telah ditetapkan sebelumnya, sampel penelitian ini berjumlah 100 orang. Dengan alat ukur yang digunakan adalah dengan
menggunakan kuisioner dan disebar pada seluruh sampel penelitian sebagai responden. Setelah diisi dan ditabulasi, keadaan data yang diperoleh dianalisa
secara deskriptif berdasarkan tabel frekuensi.
4.2.1 Identitas responden
Identitas responden dari penelitian ini adalah identitas responden berdasarkan wilayah yang telah ditentukan dalam penelitian meliputi usia, jenis kelamin, pekerjaan responden
Tabel.1 Usia Responden
(n =100)
Kelompok Usia Responden F %
1 30-35 Tahun 17 17
2 36-40 Tahun 26 26
3 41-45 Tahun 25 25
4 46-50 Tahun 21 21
5 51-55 Tahun 9 9
6 56-70 Tahun 1 1
Total 100 100
Dari tabel usia responden yang diolah berdasarkan hasil survei
dilapangan menunjukkan bahwa kelompok usia responden 30 tahun sampai 35
tahun mempunyai prosentase sebesar 17 persen, kemudian kelompok usia 36
tahun sampai 40 tahun sebesar 26 persen, kelompok usia 41 tahun sampai 45
tahun sebesar 25 persen, kelompok usia 46 tahun sampai 50 tahun mempunyai
prosentase sebesar 21 persen, kelompok usia 51 tahun sampai 55 tahun
mempunyai prosentase sebesar 9 persen dan kelompok usia 56 tahun sampai 60
tahun hanya 1 persen. Mayoritas responden dari hasil penelitian ini adalah 26
persen dengan kelompok usia 36 tahun sampai 40 tahun.
Dari data peneliti menyebutkan bahwa komposisi kelompok
umur/struktur usia pada tahun 2007 penduduk Kota Surabaya
(www.surabaya.go.id) dapat dijelaskan bahwa proporsi terbanyak adalah pada
kelompok usia 36-45 Tahun (524.829 jiwa) dan 46-59 Tahun (464.205 jiwa).
Dari data inilah salah satu alasan peneliti memfokuskan batasan usia responden
dalam penelitian ini. Peneliti membatasi usia responden sebagai sampel dalam
penelitian dengan batas usia 30 tahun sampai 70 tahun, pembatasan ini dengan
dilihat dari segi psikologis bahwa seseorang pada umur tersebut memulai
tahapan kemasakan (maturity) sampai pada tahap tua (senility), secara umum
tahap ini ditandai dengan kesibukan, kebahagian dan produktivitas. Pada tahap
dalam kepribadian sebagai respon terhadap perubahan fisik, sosial dan
psikologikal. Pada tahap usia akhir melibatkan penyesuaian sejumlah
kehilangan keluarga dan sahabat, pensiun kehilangan status di masyarakat
mengikuti perasaan kesendirian dan tidak aman. Peneliti mengamati pada sisi
kehidupan budaya responden, pada umumnya responden ini masih sangat
kental dengan dengan budaya atau norma budaya yang dianut, responden yang
di tinggal Surabaya terdiri dari tiga klan, yaitu mataraman, suroboyoan dan
kulonan. Pada umumnya mereka sangat peka terhadap religi dan hal yang sifat
klenik.
Dari hasil penelitian ini pula dapat diketahui segmentasi pembaca
tabloid Posmo yang tertuju pada usia diantara 30 tahun sampai 70 tahun.
Pembaca usia ini yang masih percaya dengan adanya hal bersifat mistik, klenik
bahkan diantara sebagai penganut aliran budaya jawa. Mereka membutuhkan
media Posmo sebagai jembatan informasi yang memberikan nilai-nilai tambah
terhadap pemahaman budaya yang dipercaya.
Tabel.2
Jenis Kelamin Responden (n =100)
Jenis kelamin responden F %
1 Laki-laki 35 35
2 Perempuan 65 65
Total 100 100
Dari hasil tabel menunjukan bahwa mayoritas responden yang didapat
dalam survei di lapangan adalah berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 65
persen dan responden dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 35 persen.
prosentase yang sangat jauh ini diasumsikan bahwa ketika responden
mengobservasi lingkungan dan data dilapangan banyak ditemui kaum
perempuan, mereka mempunyai aktifitas yang sangat beragam seperti ibu
rumah tangga, pemilik warung, toko dan untuk kaum laki-laki ditemui
dilapangan dengan kondisi sebagai pensiunan dan beberapa diantaranya
berprofesi sebagai tukang becak, dilihat dari tingkat SES responden yang
ditemui ini mereka yang masih percaya terhadap budaya dan pandangan yang
bersifat klenik dan mistik rata-rata adalah masyarakat dengan tingkat
perekonomian yang dibawah rata-rata. Mereka ini mencari tambahan nilai-nilai
kehidupan dari membaca tabloid Posmo sebagai panduan kehidupan sehari-hari
mereka. Kaum perempuan yang paling banyak ditemui dan sebagai responden
ini mempunyai waktu luang yang cukup banyak untuk membaca media
ataupun menonton televisi.
Dari hasil tabel menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan responden
adalah SMU dengan prosentase sebesar 59 persen. Selanjutnya dengan
prosentase sebesar 28 persen adalah berpendidikan sarjana maupun diploma,
13 persen responden dengan pendidikan terakhir adalah SMP. Banyaknya
responden dengan pendidikan akhir Sekolah Menengah Umum atau dahulu
disebut sebagai Sekolah Menengah Atas, disebabkan banyak hal salah satunya
adalah masalah perekonomian. Berkaitan dengan prosentase mayoritas usia
responden dan prosentase mayoritas perempuan, diasumsikan bahwa nilai
budaya lama yang kurang benar masih dianut, khusus untuk perempuan ‘tidak
perlu sekolah tinggi karena nantinya juga menjadi ibu rumah tangga nilai ini
lah yang kurang sesuai dengan kondisi perekonomian sekarang ini’. Mayoritas
para perempuan ini sekarang mencoba bertahan hidup dengan berwirausaha
seperti usaha warung maupun toko kelontong. Keterbatasan kemampuan
pendidikan terkadang juga menjadi hambatan bagi mereka untuk bertahan di
kondisi seperti sekarang ini.
Tabel. 4
Pernah membaca tabloid POSMO ( n =100 )
Dari hasil survei menunjukkan bahwa 100 persen responden
menunjukkan bahwa eksistensi dan citra dari tabloid Posmo sebagai tabloid
yang membahas supranatural, mistik, klenik masih bagus dan hal ini dapat
dibuktikan bahwa 100 persen responden menyatakan pernah membaca tabloid
Posmo. Dari hasil survei ini juga diasumsikan bahwa jaringan maupun jalur
distribusi tabloid Posmo sangat luas, masyarakat dari seluruh pelosok dapat
mengkonsumsi tabloid ini sebagai bagian dari kebutuhan media mereka. Selain
ini dari sisi lain mengapa responden mengkonsumsi tabloid ini karena dilihat
dari sisi bentuk percetakan yaitu berbentuk tabloid, ilustrasi halaman depan
atau cover yang menarik, tema atau judul setiap terbitan bersifat bombastis dan
selalu dikaitkan dengan fenomena yang sedang terjadi di kehidupan manusia,
cara penulisan yang bersifat feature juga menarik bagi pembaca usia 30 tahun
keatas dimana mereka membaca informasinya lugas dan tidak perlu
pemahaman yang rumit.
Tabel .5
Frekuensi membaca tabloid Posmo dalam satu bulan ( n =100 )
Sumber: Kuisioner B no 6
Dari hasil tabel menunjukkan bahwa mayoritas responden yang
membaca posmo dalam satu bulan dengan prosentase tertinggi yaitu 37 persen
adalah responden yang membaca 2 kali dalam satu bulan. Kemudian 30 persen
responden menyatakan membaca tabloid Posmo 3 kali dalam satu bulan, 26
persen responden menyatakan membaca 1 kali dalam satu bulan. Dan 7 persen
responden menyatakan membaca 4 kali dalam satu bulan. Dari keseluruhan
hasil tabel dapat diasumsikan bahwa frekuensi responden dalam membaca
tabloid Posmo dikategorikan tinggi, rata-rata responden membaca 1 kali
sampai 3 kali dalam satu bulan. Tinggi frekuensi ini berkaitan dengan
informasi yang disediakan oleh tabloid posmo sangat dibutuhkan, mereka para
responden ini merupakan responden perempuan dengan pendidikan yang tidak
terlalu tinggi namun mereka membutuhkan media untuk bagian dari
kehidupannya, terlepas dari isi tabloid yang merupakan manfaat bagi
responden atau tidak.
4.2.2 Motif responden membaca tabloid Posmo
4.2.2.1 Motif Kognitif
Tabel.6
( n =100 )
Sumber: Kuisoner C no. 7
Memperoleh informasi mengenai fenomena, peristiwa maupun kejadian di lihat dari sudut pandang mistik maupun klenik
Dari hasil tabel mengenai motif kognitif responden membaca tabloid
Posmo adalah untuk memperoleh informasi mengenai fenomena, peristiwa
maupun kejadian di lihat dari sudut pandangan mistik maupun klenik mayoritas
responden menyatakan setuju dengan jumlah prosentase sebesar 66 persen.
sebanyak 34 persen responden menyatakan sangat setuju bahwa mereka
dengan membaca tabloid Posmo mereka memperoleh informasi tersebut. Dari
hasil kognitif ini dapat diasumsikan bahwa mereka yang menjawab sangat
setuju adalah responden yang sangat antusias terhadap fenomena maupun
peristiwa mistik dan klenik. Mistik adalah ruang atau wilayah gaib yang dapat
dirambah dan dipahami manusia, sebagai upayanya untuk memahami Tuhan
Yang Maha Kuasa. Dalam agama Islam ruang mistik untuk memahami
sejatinya Tuhan dikenal dengan istilah tasawuf. Mistik lebih fleksibel jika
dibandingkan dengan agama, sebab mistik tidak mempersoalkan apa latar
belakang ajaran, agama, budaya orang yang ingin menghayati. Hal itu tidak
menimbulkan resiko terjadinya benturan nilai-nilai, karena dalam tradisi mistik
yang sesungguhnya, keberagaman akan dikupas, lalu mengambil sisi
maknawiahnya yang bersifat hakekat atau esensial. Klenik merupakan
pemahaman terhadap suatu kejadian yang dihubungkan dengan hukum sebab
akibat yang berkaitan dengan kekuatan gaib (metafisik) yang tidak lain
bersumber dari Tuhan Yang Maha Suci dan di dalam agama manapun unsur
negatif. Walau bermakna sama, namun perbedaan bahasa dan istilah yang
digunakan, terkadang membuat masyarakat dengan mudah terjerumus ke
dalam pola pikir yang sempit. Masyarakat seperti yang direpresentasikan oleh
responden yang menjawab sangat setuju, beranggapan bahwa kehidupan
sehari-hari merupakan sebuah bagian dari fenomena mistik maupun klenik dan
selalu mengait-ngaitkan suatu masalah atau kejadian dengan hal-hal yang
berbau klenik dalam berbagai kisi kehidupannya. Seolah-olah jika tidak
mengkaitkan dengan klenik dan mistik, hidup mereka ada yang kurang. Bahkan
tidak jarang untuk melakukan sesuatu atau mengambil satu keputusan penting
pun, mereka menunggu wangsit atau mimpi terlebih dulu dan fenomena
semacam inilah yang paling banyak berada di sekitar kita.
Berbeda dengan mayoritas responden yang menyatakan setuju bahwa
mereka memperoleh informasi mengenai klenik dan mistik berawal dari
membaca tabloid posmo, mereka ini termasuk golongan yang menganggap
biasa perihal mistik maupun klenik namun mereka ini juga percaya mengenai
hal tersebut, hal ini dapat diasumsikan bahwa meski mereka menganggap hal
tersebut biasa namun mereka tetap saja menjadi bagian dari responden yang
menyatakan pernah membaca tabloid Posmo. Responden ini merupakan masuk
juga seperti kategori responden yang sebelumnya namun dalam kategori ini
Tabel.7
( n =100 )
Sumber: Kuisoner C no. 8
Dari hasil tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas responden
menyatakan setuju sebesar 62 persen, dan yang menyatakan sangat setuju
sebesar 38 persen. Pernyataan responden ini semua mengarah kepada
pernyataan yang positif dimana dengan membaca tabloid Posmo mereka dapat
mengetahui siapa dan bagaimana fenomena atau peristiwa kejadian dilihat dari
sudut pandang mistik maupun klenik. Responden yang menyatakan sangat
setuju merupakan responden dalam kelompok antusias atau fanatik perihal
fenomena klenik, responden ini biasanya masuk dalam responden dengan usia
antar 40 tahun keatas, didasari dengan rendahnya tingkat pendidikan dan
mereka biasanya menganggap apa yang fenomena mistik dan klenik
merupakan acuan norma dan menjadi simbol tersendiri bagi kehidupan mereka.
Alam gaib, mistik dan klenik memang selalu menarik perhatian, lantaran ada
lorong-lorong misteri yang membuat orang penasaran. Sebuah dunia yang tidak
terang benar, tetapi mengusik keingintahuan. Tak terhitung berapa banyak Mengetahui siapa dan bagaimana fenomena atau peristiwa kejadian di lihat
dari sudut pandang mistik maupun klenik