• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH RESPIRATORY MUSCLE STRETCH Pengaruh Respiratory Muscle Stretch Gymnastics (RMSG) Terhadap Peningkatan Mobilitas Dinding Dada Pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH RESPIRATORY MUSCLE STRETCH Pengaruh Respiratory Muscle Stretch Gymnastics (RMSG) Terhadap Peningkatan Mobilitas Dinding Dada Pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH RESPIRATORY MUSCLE STRETCH

GYMNASTICS (RMSG) TERHADAP PENINGKATAN

MOBILITAS DINDING DADA PADA PENDERITA

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi

Disusun Oleh:

SANTY NUR FAJRIAH

J 110 100 046

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV FISIOTERAPI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)

PENGARUH RESPIRATORY MUSCLE STRETCH GYMNASTICS (RMSG) TERHADAP PENINGKATAN MOBILITAS DINDING DADA PADA

PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

Santy Nur Fajriah

Program Studi Diploma IV Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A Yani Tromol Pos 1 Pabelan, Kartasura Surakarta E-mail: shanty_fajriah@yahoo.com

ABSTRAK

Latar Belakang: Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit

dengan karakteristik terbatasnya aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Salah satu permasalahan yang ditimbulkan akibat PPOK adalah penurunan mobilitas dinding dada, hal ini disebabkan karena spasme otot pernapasan sebagai akibat dari kelelahan otot pernapasan. Salah satu intervensi fisioterapi yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan mobilitas dinding dada adalah

Respiratory Muscle Stretch Gymnastics (RMSG), yaitu suatu desain latihan

peregangan otot pernapasan yang bertujuan untuk mengulur otot inspirasi dinding dada ketika inspirasi dan otot ekpirasi dinding dada ketika ekspirasi. Dimana

stretching (peregangan) adalah suatu gerakan terapeutik yang bertujuan untuk

memanjangkan struktur jaringan lunak yang memendek.

Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh

RMSG terhadap peningkatan mobilitas dinding dada pada penderita PPOK.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment

dengan desain penelitian Pre Test and Post Test with Control Group Design. Responden dalam penelitian ini adalah pasien di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Surakarta dan dilakukan pada bulan Mei-Juni 2014 dengan total sampel berjumlah 10 orang, diambil dengan menggunakan teknik Purposive

Sampling, pengukuran mobilitas dinding dada dengan menggunakan midline. Hasil: Uji pengaruh menggunakan Wilcoxon Test, pada kelompok ekperimen

diperoleh hasil p = < 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh RMSG terhadap peningkatan mobilitas dinding dada pada penderita PPOK. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh hasil p = > 0,05, menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap peningkatan mobilitas dinding dada. Sedangkan uji beda pengaruh menggunakan Mann-Whitney Test diperoleh hasil p = < 0,05, menunjukkan bahwa ada perbedaan pengaruh antara kelompok eksperimen dan kontrol.

Kesimpulan: Ada pengaruh RMSG terhadap peningkatan mobilitas dinding dada

pada penderita PPOK.

Kata kunci: Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), Respiratory Muscle

(5)

PENDAHULUAN

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah suatu penyakit dengan

karakteristik terbatasnya aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel.

Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat progresif dan berhubungan dengan

respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel atau gas berbahaya (GOLD,

2013). Penyakit yang masuk ke dalam kelompok PPOK adalah bronkitis kronik

dan emfisema (Djojodibroto, 2012; NICE, 2010).

PPOK ditandai dengan peningkatan tahanan jalan napas, penjebakan udara,

dan hiperinflasi paru. Ketika volum paru meningkat, otot-otot inspirasi akan

memendek secara pasif yang secara mekanik akan menyebabkannya dalam posisi

yang merugikan. Oleh karena itu, pasien PPOK sering memiliki keterbatasan

mobilitas diafragma dan secara relatif akan mempegaruhi pergerakan

toracoabdominal (Yamaguti et al., 2012). Selain itu, penurunan mobilitas dinding

dada juga dapat terjadi karena akibat dari kelelahan otot pernapasan dimana hal

ini jika terus berlanjut akan menyebabkan spasme otot pernapasan sehingga akan

menurunkan kemampuan mobilitas dinding dada (Antariksa, 2009 dalam

Sriyanto, 2012).

Penurunan mobilitas dinding dada ini merupakan salah satu permasalahan

serius yang terjadi akibat PPOK, seperti yang dikemukakan Watchie (2010),

bahwa dinding dada yang secara konseptual dipertimbangankan sebagai organ

pemompa apabila terjadi penurunan atau kerusakan akan mengakibatkan disfungsi

(6)

pergerakan dinding dada yang normal sangat penting untuk ekspansi paru yang

efektif dan proses ventilasi berikutnya.

Salah satu intervensi fisioterapi yang dapat diberikan untuk meningkatkan

kemampuan mobilitas dinding dada pada penderita PPOK adalah Respiratory

Muscle Stretch Gymnastics (RMSG) (Malaguti et al., 2009). RMSG adalah suatu

desain latihan yang bertujuan untuk mengulur otot inspirasi dinding dada ketika

inspirasi dan otot ekspirasi dinding dada ketika ekspirasi, yang merupakan anjuran

dalam rehabilitasi pasien PPOK. RMSG dirancang untuk mengurangi kekakuan

dinding dada, khususnya otot-otot pernapasan dinding dada sehingga dapat

meningkatkan kemampuan mobilitas dinding dada. Selain itu, RMSG juga dapat

mengurangi sesak napas, menurunkan FRC (Functional Residual Capacity) dan

hiperinflasi, dan meningkatkan VC (Vital Capacity) (Yamada et al., 1996; Ito et

al., 1999; Kakizaki et al., 1999; Miyahara et al., 2000; Aida et al, 2002;

Minoguchi et al., 2002; Bhasin, 2010; Bhasin dan Mishra, 2012; Yoshimi et al.,

2012; Nishigaki et al., 2013).

TUJUAN

Untuk mengetahui pengaruh RMSG terhadap peningkatan mobilitas dinding

dada pada penderita PPOK.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment dengan desain

penelitian Pre Test and Post Test with Control Group Design. Responden dalam

penelitian ini adalah pasien di Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM)

(7)

10 orang yang diambil dengan teknik purposive sampling. Dimana dalam hal ini,

responden dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol. Pada kelompok eksperimen, responden diberikan latihan RMSG 3 kali

sehari selama 4 minggu, sedangkan pada kelompok kontrol, responden tidak

diberikan latihan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berikut ini adalah grafik nilai rata-rata pre dan post test mobilitas dinding

dada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol:

0

axila ICS 4 xipoid

n

Mobilitas Dinding Dada Kelompok Eksperimen

pre

post

Grafik 1. Nilai rata-rata pre dan post test mobilitas dinding dada kelompok eksperimen

Mobilitas Dinding Dada Kelompok Kontrol

pre

post

(8)

Dari grafik 1 diketahui bahwa pada kelompok eksperimen, baik garis dada

bagian axila, ICS 4, maupun xipoid, terjadi peningkatan mobilitas dinding dada

yang signifikan. Sedangkan dari grafik 2 diketahui bahwa pada kelompok kontrol,

garis dada bagian axila dan xipoid sama sekali tidak terjadi peningkatan, bahkan

pada garis dada bagian ICS 4 mengalami penurunan. Hal ini sesuai dengan uji

pengaruh pada kelompok eksperimen maupun kelompok kntrol dengan

menggunakan Wilcoxon Test, yaitu pada kelompok ekperimen diperoleh hasil p =

< 0,05 yang berarti bahwa ada pengaruh RMSG terhadap peningkatan mobilitas

dinding dada pada penderita PPOK. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh

hasil p = > 0,05, yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh terhadap

peningkatan mobilitas dinding dada. Sedangkan uji beda pengaruh menggunakan

Mann-Whitney Test diperoleh hasil p = < 0,05, menunjukkan bahwa ada

perbedaan pengaruh antara kelompok eksperimen dan kontrol.

Perbedaan pengaruh tersebut sejalan dengan pendapat GOLD (2013) dan

Sharma dan Arneja (2009) dalam Hasibuan (2010) bahwa dalam penatalaksanaan

penderita PPOK, disamping pemberian terapi secara farmakologis dan

penghentian merokok juga diperlukan terapi non-farmakologis yakni rehabilitasi

paru. Dimana menurut Miyahara et al. (2000) dan Bhasin (2010), rehabilitasi paru

adalah suatu dasar ilmiah, multidisiplin, dan intervensi yang lengkap untuk pasien

dengan penyakit respirasi kronik. Rehabilitasi paru dirancang untuk meningkatkan

efek dari terapi farmakologis, meningkatkan kemampuan fisik, mengurangi gejala,

(9)

biasanya meliputi terapi fisik, latihan pemeliharaan, dan edukasi, ditambah

dengan Respiratory Muscle Stretch Gymnastics (RMSG).

RMSG adalah adalah suatu desain latihan yang bertujuan untuk mengulur

(meregang/memanjangkan) otot inspirasi dinding dada ketika inspirasi dan otot

ekpirasi dinding dada ketika ekspirasi (Yamada et al., 1996). Sedangkan

stretching atau peregangan merupakan istilah umum yang digunakan untuk

menggambarkan suatu gerakan terapeutik yang bertujuan untuk memanjangkan

struktur jaringan lunak yang memendek baik secara patologis maupun non

patologis sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi (Freshmen, 2002).

Taylor at al. (1990), menyatakan bahwa efek stretching pada serabut otot

yaitu mempengaruhi sarcomer yang merupakan unit kontraksi dasar pada serabut

otot. Pada saat terjadi suatu penguluran maka serabut otot akan terulur penuh

melebihi panjang serabut otot itu pada kondisi normalnya. Ketika penguluran

terjadi akan menyebabkan serabut yang berada pada posisi tidak teratur akan

berubah posisnya sehingga menjadi lurus sesuai dengan arah ketegangan yang

diterima. Perubahan dan pelurusan posisi ini memulihkan jaringan parut untuk

kembali normal.

Menurut Yukez (2011), stretching bertujuan untuk membuat otot dan

persendian menjadi fleksibel dan elastis. Dari pernyataan tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa, RMSG dimana dalam hal ini merupakan latihan peregangan

(stretching), ketika diterapakan pada otot pernapasan yaitu otot inspirasi

(diafragma, skalenus, interkostalis parasternal, dan interkostalis eksternus), otot

(10)

pektoralis minor, trapezius, dan erector spine) dan otot ekspirasi (abdominal dan

interkostalis internus), maka dapat memberikan efek meningkatnya fleksibilitas

dan elastisitas dari otot tersebut, yang pada akhirnya akan menyebabkan

peningkatan mobilitas dinding dada. Hal ini telah sesuai dengan pendapat

Nishigaki et al. (2013) bahwa latihan penguluran (peregangan) otot pernapasan

dapat meningkatkan kemampuan mobilitas dinding dada dan fungsi paru.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu Respiratory Muscle Stretch Gymnastics

(RMSG) dapat berpengaruh terhadap peningkatan mobilitas dinding dada pada

penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK).

Saran yang diberikan adalah perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

menambah dan memperbanyak responden penelitian serta memperpanjang waktu

penelitian. Selain itu, perlu juga dikaji lebih lanjut mengenai variabel-variabel lain

yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian. Sehingga diperoleh hasil

yang lebih bak dan bervariatif.

DAFTAR PUSTAKA

Adedoyin, R.A., Adeleke, O.E., Fehintola, A.O., Erhabor, G.E., and Bisiriyu, L.A. 2012. Reference Values for Chest Expansion among Adult Residents in Ile-Ife. J Yoga Phys Ther. 2 (3): 1-4.

Aida, N., Shibuya, M., Yoshiro, K., Komoda, M., dan Inoue, T. 2002. Respiratory Muscle Stretch Gymnastics in Patients with Post Coronary Arteri Bypass Grafting Pain: Impact on Respiratory Muscle Fungtion, Activity, Mood, and Exercise Capasity. J ed Dent Sci. 49: 157-170.

American Lung Association (ALA). 2013. Trend in COPD (Chronic Bronchitis

(11)

American Thoracic Society dan European Respiratory Society (ATS dan ERS). 2004. Standard for the Diagnosis and Care of Patients with Chronic

Obstructive Pulmonary Disease. American Thoracic Society and European

Respiratory Society.

Basuki, N. 2007. Fisioterapi Kardiopulmonal. Politeknik Kesehatan Surakarta.

Bhasin, P. 2010. Effect of Short Term Pulmonary Rehabilitation With or Without

Respiratory Muscle Stretch Gymnastics in Chronic Obstructive Pulmonary Disease Subject. Dissertation. Karnataka: Rajiv Gandhi University of Health

Sciences.

Bhasin, P. and Mishra, S. 2012. Respiratory Muscle Stretch Gymnastics: an Epoch to Progress Further. J Phys Ther. 5: 30-32.

Bockenhauer. S.E., Chen, H., Julliard, K.N., and Weedon, J. 2007. Measuring Thoracic Excursion: Reliability of the Cloth Tape Measure Technique. J Am

Osteopath Assoc. 107 (5): 191-196.

Brashers, V.L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan dan Manajemen. Edisi ke-2. Dialih bahasakan oleh Kuncara, HY. Jakarta: EGC.

Clarkson, H.M. 2000. Musculoskeletal Assesment. 2nd ed. Baltimore: Lippincott Williams & Wilkins.

Djojodibroto, D. 2012. Respiratory Medicine, Jakarta: EGC.

Fachri, M., Yunus, F., Wiyono, W.H., dan Kekalih, A. 2012. Perbandingan Nilai Hormon Testosteron dan Growth Hormone pada Berbagai Derajat Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil. J Respir Indo. 32 (4): 208-217.

Francis, C. 2011. Perawatan Respirasi. Dialih bahasakan oleh Hasianna, ST. Jakarta: Erlangga.

Freshmen. 2002. F.H.S. Flexibility. Rev: 8-2 SIH. Fitnes unit # 4. American college of sports medicine.

Global Initiative for Chronic Obstruktive Lung Disease (GOLD). 2013. Global

Strategy For The Diagnosis, Menagement, and Prevention of COPD. Global

Initiative for Chronic Obstruktive Lung Disease (GOLD).

Goodman, C.C. dan Boissonnault, WG. 1998. Pathology: Implications for the

Physical herapist. United States of America: W.B Saunders Company.

Hansel, T.T. dan Barnes, P.J. 2003. An Atlas of Chronic Obstructive Pulmonary

(12)

Hasibuan, S. 2010. Manfaat Program Rehabilitasi Paru pada Penderita PPOK

Stabil. Tesis. Padang: Fakultas Kedokteran UNAND.

Hillegass, E. 2011. Essentials of Cardiopulmonary Physical Therapy. 3rd ed. Canada: Elsevier Saunders.

Ito, M., Kakizaki, F., Tsuzura, Y., and Yamada, M. 1999. Immediate Effect of Respiratory Muscle Stretch Gymnastics and Diaphragmatic Breathing on Respiratory Pattern. Internal Medicine. 38 (2): 126-132.

Kakizaki, F., Shibuya, M., Yamazaki, T., Yamada, M., Suzuki, H., and Homma, I. 1999. Preliminary Report n the Effect of Respiratory muscle Stretch Gymnastics on Chest Wall Mobility in Patients With Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Respiratory Care. 44 (4): 409-414.

Kepmenkes. 2008. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruksi Kronik. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Khumaidah. 2009. Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gangguan

Fungsi Paru pada pekerja Mebel PT Kota Jati Furnindo Desa Suwawal Kecamatan Milonggo kabupaten Jepara. Tesis. Semarang: Universitas

Diponegoro.

Kisner, C. and Colby, L.A. 2007. Therapeutic Exercise: Foundations and

Techniques. 5th ed. Philadelphia: F. A. Davis Company.

LaPier, T.K., Cook, A., Droege, K., Oliverson, R., Rulon, R., Stuhr, E., Yates, D., and Devine, N. 2000. Intertester and Intratester Reliability of Chest Wxcursion Measurements in Subjects Without Impairment.

Cardiopulmonary Physical Therapy. 11 (3): 94-98.

Leflet, D.H. 2005. HEMME Aproach to Soft-Tissue Therapy. Floida: HEMME Aproach Publications.

Lolo, J.L. 1999. Hubungan Kelebihan Berat Badan dengan Faal Paru. Karya Akhir. Semarang: Universitas Diponegoro Semarang.

Luklukaningsih, Z. 2010. Sinopsis Fisioterapi untuk Terapi Latihan. Yogjakarta: Nuha Medika.

Malaguti, C., Rodelli, R.R., de Souza, L.M., Domingues, M., and Corso, S.D. 2009. Reliability of Chest Mobility and Correlation With Pulmonary Function in Patients With Chronic Obstructive Pulmonary Disease.

(13)

McPhee, S.J. dan Ganong, W.F. 2010. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju

Kedokteran Klinis. Edisi ke-5. Dialih bahasakan oleh Pendit BU. Jakarta:

EGC.

Minoguchi, H., Shibuya, M., Miyagawa, T., Kokubu, F., Yamada, M., Tanaka, H., Altose, M.D., Adachi, M., and Homma, I. 2002. Cross-Over Comparison between Respiratory Muscle Stretch Gymnastics and Inspiratory Muscle Training. Internal Medicine. 41 (10): 805-812.

Miyahara, N., Eda, R., Takeyama, H., Kunichika, N., Moriyama, M., Aoe, K., Kohara, H., Chikamori, K., Maeda, T., and Harada, M. 2000. Effect of Short-term Pulmonary Rehabilitation on Exercise Capacity and Quality of Life in Patient with Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Acta Med

Okayama. 54 (4): 179-184.

Mohan, V., Dzulkifli, N.H., Justine, M., Haron, R., H.L.J., and Rathinam, C. 2012. Intrarater Reliability of Chest Expansion using Tape Measure Technique. Bangladesh Journal of Medical Science. 11 (4): 307-311.

Moll, J.M.H. dan Wright. 1972. An Objective Clinical Study of Chest Expansion.

Annals of the Rheumatic Disease. 31 (1): 1-8.

National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES). 2009.

Anthropometry Procedures Manual. National Health and Nutrition

Examination Survey (NHANES).

National Institute for Health and Clinical Exellence (NICE). 2010. Chronic

Obstructive Pulmonary Disease: Management of Chronic Obstructive Pulmonary Disease in Adults in Primary and Secondary Care. National

Institute for Health and Clinical Exellence.

Nishigaki Y, Mizuguchi, H., Takeda, E., Koike, T., Ando, T., Kawamura, K., Shimbo, T., Ishikawa, H., Fujimoto, M., Saotome, I., Odo, R., Omoda, K., Yamashita, S., Yamada, T., Omi, T., Matsushita, Y., Takeda, M., Sekiguchi, S., Tanaka, S., Fujie, M., Inokuchi, H., and Fujitani, J. 2013. Development of New Measurement System of Thoracic Excursion woth Biofeedback: Reliability and Validity. Journal of NeuroEngineering and Rehabilitation. 10 (45): 1-6.

Noll, D.R., Degenhardt, B.F., Johnson, J.C., and Burt, S.A. 2008. Immediate Effect of Osteopathic Manipulative Treatment in Elderly Patients With Chronic Obstruktive Pulmonary Disease. J Am Osteopath Assoc. 108 (5): 251-259.

(14)

Olsen, M.F., Linstrand, H., Broberg, J.L., and Westerdahl, E. 2011. Measuring Chest Expansion; A Study Comparing Two Different Instructions. Advances

in Physiotherapy. 13: 128–132.

Paulin, E., Brunetto, A.F., and Carvalho, C.R.F. 2003. Effect of Physical Exercise Program Designed to Increase Thoracic Expansion in Chronic Obstructive Pulmonary Disease Patients. J Pneumologia. 29 (5).

Price, S.A. dan Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. 6th ed. Dialih bahasakan oleh Pendit, B.U. Jakarta: EGC.

Pryor, J.A. dan Webber B.A. 1998. Physiotherapy for Respiratory and Cardiac

Problem. 2nd ed. Singapore: Longman Singapore Publishers.

Rahmatika, A. 2009. Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik

yang Dirawat Inap di RSUD Aceh Tamiang. Skripsi. Medan: Universitas

Sumatera Utara.

Sriyanto, B. 2012. Pengaruh Chest Therapy terhadap Pengembangan Sangkar

Thorak pada Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK). Skripsi.

Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Suradi. 2007. Pengaruh Rokok pada Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)

Tinjauan Patogenensis, Klinis dan Sosial. Surakarta: Universitas Sebelas

Maret Surakarta. Diakses dari http://si.uns.ac.id/profil/

Taylor, D.C., Dalton, J.D., Seaber, A.V., and Garret, W.E. 1990. Viscoelastic Properties of Muscle-Tendon Units: The Biomechanical Effects of Sstretching. American Journal of Sports Medicine. 18 (3): 300-309.

The Japanese Respiratory Society (The JRS). 2004. Guidelines for the Diagnosis

and Treatment of COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease). 2nd ed. The Japanese Respiratory Society.

Vijayan, V.K. 2013. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Indian J Med Res. 137: 251-269.

Watchie, J. 2010. Cardiovascular and Pulmonary Physical Therapy. 2nd ed. United States of Amerika: Elsevier Saunders.

Yamada, M., Shibuya, M., Kanamaru, A., Tanaka, K., Suzuki, H., Altose, M.D., and Homma, I. 1996. Benefit of Respiratory Muscle Stretch Gymnastics in Chronic Respiratory Disease. Showa Univ J Med Sci. 8 (1): 63-71.

(15)

Diaphragmatic Breathing Training Program Improves Abdominal Motion During Natural Breathing in Patients With Chronic Obstructive Pulmonary Disease: A Randomized Controlled Trial. Arch Phys Med Rehabil. 93: 571-577.

Yoshimi, K., Ueki, J., Seyama, K., Takizawa, M., Yamaguchi, S., Kitahara, E., Fukazawa, S., Takahama, Y., Ichikawa, M., Takashi, K., and Fukuchi, Y. 2012. Pulmonary Rehabilitation Program including Respiratory Conditioning for Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD): Improved Hyperinflation and Expiratory Flow During tidal Breathing. J

Thorac Dis. 4(3): 259-264.

Gambar

Grafik 1. Nilai rata-rata pre dan post test mobilitas dinding dada kelompok eksperimen

Referensi

Dokumen terkait

Nilai repeatability yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan nilai yang tinggi yakni 0,86 untuk pertumbuhan diameter serta 0,73.. untuk pertumbuhan

Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa Model Pembelajaran Ko- operatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE ) merupakan salah satu cara yang tepat untuk

Untuk proses pembelajaran pada pertemuan kelima, yaitu pelaksanaan tes akhir berjalan dengan lancar, siswa begitu tenang dan fokus dalam menjawab soal- soal tes

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil” (Sugiyono, 2013, hlm. Berdasarkan teknik sampling yang digunakan, maka sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN

Hasil pengujian sifat fisis menunjukkan bahwa kayu jamuju, pasang, dan rasamala yang digunakan masih dalam kondisi segar, kadar airnya lebih dari 30% (Tabel 1), sehingga

Berdasarkan hasil penelitian awal di Madrasah Ibtidaiyah Se-Kabupaten Way Kanan tersebut muncul permasalahan bahwa walaupun kepala madrasah memiliki

Hasil penelitian yang menunjukan bahwa return on assset tidak berpengaruh terhadap struktur modal hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh. Wardoyo dan

Pembelajaran advokasi merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang masih dianggap asing oleh banyak guru, oleh sebab itu guru diharapkan mampu mengembangkan model