• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI LAYANG-LAYANG MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI LAYANG-LAYANG MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

No Daftar : 053/S/PGSD/23/V/2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI LAYANG-LAYANG MELALUI PEMBELAJARAN

BERBASIS TEORI VAN HIELE

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pada

Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

ERMA ROSMAWATI 1004120

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI LAYANG-LAYANG MELALUI PEMBELAJARAN

BERBASIS TEORI VAN HIELE

Oleh Erma Rosmawati

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Erma Rosmawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI LAYANG-LAYANG MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS

TEORI VAN HIELE

Erma Rosmawati, Epon Nuraeni, Oyon Haki Pranata ABSTRACT

This research describes about the 5th grade of SDN Situjaya student’s ability of mathematical connections in kite material. This research was caused by the results of student’s learning about math connections in kite materials of 5th grade student’s of SDN Situjaya is low. So the researcher applied the theory of Van Hiele based learning to improve student’s mathematical connections in the kite material. It is appropriate with the guidance of the basic mathematical ability with should be possessedby any person, so the theory of Van Hiele based learning could be used. Throught pre-experimental research wich was conducted in SDN Situjaya is expected to obtain concrete evidence that the Van Hiele theory-based learning can improve student’smathematics connections ability. The statement of problem in this research is how to improve student’s mathematical connection tn the kite material through the Van Hiele theory based learning. While the goal of this research is to know the ability of student’s mathematical connections in the material through Van Hiele learning Theory. Based on hypothesis test result is revealed that the value of asymp. Sig (2-tailed) on the wilcoxon test was . 000. Therefore 0.000 < 0.05 Ha is accepted. so did hypothesis test with n-gain test. If the analysis result of the students’ data are goined and average score gain and it 0.3 the Ha is rejected and H0 is accepted. Therefore the value of n-gain in this research was 0.67, and note that the 0.67and > 0.3. then from those result it can be concluded that there is an improving in ability of student’s mathematical connections in the kite material through the Van Hiele based learning theory. In this case means that Ha is accepted.

(5)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI LAYANG-LAYANG MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS

TEORI VAN HIELE

Erma Rosmawati, Epon Nuraeni, Oyon Haki Pranata Abstrak

Penelitian ini mendeskripsikan kemampuan koneksi matematika siswa kelas V SDN Situjaya pada materi layang-layang. Penelitian ini dilatar belakangi oleh hasil belajar siswa mengenai koneksi matematika pada materi layang-layang di kelas V SDN Situjayayang rendah. Sehingga peneliti menerapkan pembelajaran berbasis teori Van Hiele untuk meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang. Teori Van Hiele ini dikemukakan oleh Pierre M. Van Hiele beserta istri. Menurut Van Hiele ada beberapa level dalam belajar Geometri, yaitu: Level 1 (visualization), level 2 (analysis), Level 3 (Abstraction), Level 3 (deduction), Level 4 (Rigor). Hal tersebut sejalan dengan tuntunan kemampuan dasar matematika yang harus dimiliki oleh setiap orang, sehingga pembelajaran berbasis teori Van Hiele berpeluang digunakan. Penelitian ini merupakan penelitian pre-eksperimen di SD Negeri Situjaya. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi laying-layang melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan tehnik pengumpulan data berupa tes. Sumber data adalah siswa kelas V SDN Situjaya, kecamatan Culamega kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada uji Wilcoxon adalah .000. oleh karena 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Begitu juga uji hipotesis dengan uji n-gain. Jika pada hasil analisis data siswa diperoleh rata-rata skor gain > 0, dan rata-rata skor n-gain > 0,3 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Sedangkan jika pada hasil analisis diperoleh rata-rata skor gain < 0, dan rata- rata skor n-gain < 0,3 maka Ha ditolak dan H0 diterima. Oleh karena nilai N-gain dalam penelitian ini adalah 0.67, dan 0.67 > 0.3. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele. Dalam hal ini berarti Ha diterima.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. KAJIAN PUSTAKA ... 9

1. Koneksi Matematika a. Pengertian Koneksi Matematika ... 9

b. Tujuan dan Jenis Koneksi Matematika ... 10

(7)

3. Teori Van Hiele ... 12

a. Pengertian ... 12

b. Karakteristik Teori Van Hiele ... 12

B. Kerangka Pemikiran ... 16

C. Hipotesis Penelitian ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 19

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

1. Lokasi Penelitian ... 19

2. Populasi Penelitian ... 20

3. Sampel Penelitian ... 21

B. Desain Penelitian ... 22

C. Metode Penelitian ... 23

D. Definisi Operasional Variabel ... 23

E. Instrumen Penelitian ... 24

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 27

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 27

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 29

3. Taraf Kesukaran Butir Soal ... 31

G. Teknik Pengumpulan Data ... 32

H. Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Hasil Penelitian ... 39

(8)

2. Deskripsi Data Hasil Posttest Koneksi Matematika ... 42

3. Deskripsi Data Hasil Pretest dan Posttest Kemampuan Koneksi Matematika Siswa pada Materi Layang-layang ... 46

4. Peningkatan Koneksi Matematika Siswa pada Materi Layang-layang (Uji N- Gain data pretest dan posttest seluruh Siswa) 48 5. Uji Hipotesis ... 51

B. Pembahasan ... 56

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 68

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Data Siswa Kelas V SDN Situjaya ... 20

3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 22

3.3 Kisi-kisi Soal Kemampuan Koneksi Matematika (Pretest dan Posttest) ... 25

3.4 Aspek Penilaian Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ... 26

3.5 Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 28

3.6 Hasil uji Validitas Instrumen ... 29

3.7 Reliability Statistic ... 31

3.8 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 32

3.9 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal ... 32

3.10 Interval Kategori ... 34

3.11 Analisis Statistik Uji Hipotesis ... 37

4.1 Interval Kategori Kemampuan Koneksi Matematika ... 39

4.2 Interval Kategori Pretest Kemampuan Koneksi Matematika Siswa pada Materi Layang-layang ... 40

4.3 Interval Kategori Posttest Kemampuan Koneksi Matematika Siswa pada Materi Layang-layang ... 43

4.4 Data Statistik Pretest Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ... 44

4.5 Data Statistik Postest Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ... 45

(10)

4.7 Kategori Interpretasi Normal Gain ... 48 4.8 Hasil Perhitungan Uji N-Gain untuk Seluruh Siswa ... 49 4.9 Rekapitulasi Kategori Peningkatan Kemampuan Koneksi

Matematika Siswa ... 50 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest ... 52 4.11 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians Data Pretest dan

Posttest ... 53

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Rumus Korelasi Product Moment ... 27

3.2 Rumus uji t ... 28

3.3 Rumus Reliabilitas ... 30

3.4 Rumus Tingkat Kesukaran ... 31

4.1 Persentase Hasil Pretest ... 41

4.2 Persentase Hasil Posttest ... 43

(12)

DAFTAR BAGAN

Bagan Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A Surat-surat ... 69

B Profil Sekolah ... 73

C Uji Coba Instrumen ... 77

D Hasil Uji Coba Instrumen... 91

E Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 96

F Instrumen Penelitian ... 119

G Hasil Kerja Siswa ... 132

H Rekapitulasi Hasil Pretest dan Posttest Siswa ... 144

I Uji Normalitas, Homogenitas dan Uji Hipotesis ... 150

J Dokumentasi Kegiatan Penelitian ... 152

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebuah organisasi professional Internasional yang bertujuan untuk memberikan peningkatan mutu dalam mengajar dan belajar matematika yang yaitu National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) menyebutkan bahwa terdapat 5 kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh seseorang dalam belajar matematika yakni problem solving skill (kemampuan pemecahan masalah), reasoning and proof skill (kemampuan penalaran dan bukti), communication skill (kemampuan komunikasi), connections skill (kemampuan koneksi atau mengkaitkan sesuatu), dan yang terakhir adalah representations skill (kemampuan representasi). Berdasar pada 5 kemampuan yang diungkapakan oleh NCTM di Amerika tersebut, maka Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) merumuskan tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum 2006 setidaknya meliputi (1) koneksi antar konsep dalam matematika dan penggunaannya dalam memecahkan masalah, (2) kemampuan penalaran, (3) kemampuan pemecahan masalah, (4) kemampuan komunikasi dan representasi, dan (5) faktor afektif. Dari kedua pernyataan yang diungkapkan oleh NCTM dan Depdiknas dalam Kurikulum 2006 tersebut, dapat disimpulkan bahwa Kemampuan koneksi matematika merupakan salah satu dari lima kemampuan standar yang harus dimiliki seseorang yang strategis untuk dikembangkan dalam tujuan pembelajaran Matematika.

(15)

2

matematika dipandang layak dan perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika di SD.

Gagasan koneksi matematika bukan merupakan hal baru dalam pendidikan matematika, karena Gagasan koneksi matematik telah diteliti sejak lama oleh W.A. Brownell tahun 1930-an. Namun pada saat itu ide koneksi matematik hanya terbatas pada koneksi pada aritmetik (Bergeson dalam Sugiman TT: 2). Koneksi matematik disebabkan karena adanya pemikiran bahwa ilmu matematika merupakan ilmu yang saling menyatu satu sama lainnya, artinya satu konsep matematika dengan konsep lain adalah saling terkait dan saling berhubungan. Selain itu, matematika juga tidak hanya terkait dengan konsep dalam matematika itu sendiri, tetapi juga terkait dengan konsep lain dalam ilmu selain matematika dan juga memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tanpa koneksi matematika maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000 hlm. 275).

Meskipun kemampuan koneksi matematika merupakan kemampuan yang strategis untuk dikembangkan dan harus dimiliki oleh seseorang, namun pada kenyataanya selama ini hasil belajar matematika siswa masih belum menunjukan hasil yang memuaskan khususnya dalam aspek koneksi matematis (Ruspiani, dalam Permana dan Sumarmo, 2007 hlm. 116 ). Hasil belajar yang belum menggembirakan tersebut antara lain karena disebabkan oleh beberapa faktor seperti faktor internal dari siswa itu sendiri maupun faktor lain seperti pengajar, sarana prasarana dan proses belajar mengajar yang dilaksanakan.

(16)

3

matematika di SD. Namun pada kenyataannya di lapangan, justru latihan untuk mengkoneksikan materi matematika ini sangatlah kurang. Apabila siswa mampu mengkaitkan ide-ide matematika maka pemahaman matematikanya akan semakin dalam dan bertahan lama karena mereka mampu melihat keterkaitan antar topik dalam matematika, dengan konteks selain matematika, dan dengan pengalaman hidup sehari-hari (NCTM, 2000). Bahkan koneksi matematika sekarang dengan matematika jaman dahulu, misalkan dengan matematika zaman Yunani, dapat meningkatkan pembelajaran matematika dan menambah motivasi siswa (Banihashemi, dalam Sugiman t.t. hlm. 2).

Bruner dan Kenney dalam Bell (dalam Sugiman t.t. hlm. 3) mengemukakan teorema dalam proses belajar matematika (Theorems on Learning Mathematics). Kedua ahli tersebut mencetuskan teorema dalam pembelajaran matematika. Yaitu (1) teorema pengkonstruksian (construction theorem) dimana teori pengkonstruksian ini memandang perlu adanya peran representasi terkait dengan konsep matematika, prinsip, dan aturan matematika (2) teorema penotasian (notation theorem) dimana dalam teorema penotasian ini memandang representasi atau pemodelan akan lebih mudah ketika menggunakan simbol, (3) teorema pengontrasan dan keragaman (theorem of contrast and variation) dimana teorema ini memandang perlu adanya situasi yang kontras dan juga beragam dalam pembelajaran matematika, dan (4) teorema koneksi (theorem of connectivity) dimana teorema ini memandang perlu adanya keterkaitan antar konsep dalam matematika, konsep matematika dengan ilmu lain dan konsep matematika dengan. Kelima teorema tersebut bekerja secara simultan dalam setiap proses pembelajaran matematika. Teorema koneksi sangat penting untuk melihat bahwa matematika adalah ilmu yang koheren dan tidak terpartisi atas berbagai cabangnya. Cabang-cabang dalam matematika, seperti aljabar, geometri, trigonometri, statistika, satu sama lain saling kait mengkait.

(17)

4

adalah ilmu yang tidak terpisah-pisah dan merupakan satu kesatuan. Untuk bisa berpikir dan belajar tentang koneksi topik-topik matematika diperlukan cara pandang yang menyeluruh. Bruner dan Kenney menyebutkan bahwa setiap konsep, prinsip, dan keterampilan dalam matematika dikoneksikan dengan konsep, prinsip, dan keterampilan lainnya. Struktur koneksi yang terdapat di antara cabang-cabang matematika memungkinkan siswa melakukan penalaran matematik secara analitik dan sintesik. Dengan kegiatan mengkoneksikan konsep ini, kemampuan matematik siswa akan lebih berkembang. Bentuk koneksi yang utama yaitu mencari keterkaitan/ koneksi juga hubungan diantara berbagai macam struktur dalam matematika. Dalam pembelajaran matematika, siswa perlu menyadari secara pribadi adanya koneksi dari materi matematika yang mereka pelajari, tanpa perlu dikontrol secara penuh oleh guru. Struktur ilmu matematika sangat jelas dan ringkas. Sehingga dengan cara mengkoneksikan antar materi dalam matematika, materi matematika akan lebih mudah dipahami oleh siswa.

Geometri merupakan salah satu di antara banyak cabang matematika yang juga diajarkan di SD. Dengan mempelajari geometri dapat menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah dan pemberian alasan serta dapat mendukung banyak topik lain dalam matematika (Kennedy dalam Nuraeni 2010, hlm. 2).

(18)

5

Namun pada kenyataanya, siswa di masih belum memahami secara penuh materi geometri yang diajarkan. Khususnya dalam hal mengkoneksikan bangun datar layang-layang dengan bangun datar lain.

Berdasarkan paparan diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian langsung kepada siswa SD guna mengetahui keadaan yang sebenarnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika. Untuk itu penulis akan melakukan penelitian Pre Eksperimen di SDN Situjaya kelas V.

Permasalahan kesulitan siswa dalam hal mengkoneksikan materi layang-layang dengan materi lain dimungkinkan karena faktor lain yang mempengaruhi proses belajar mengajar matematika, seperti siswa yang kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran, pengajar yang kurang mampu memberikan pengarahan dan tuntunan untuk siswa mengkoneksikan materi dalam matematika, pra sarana, sarana dan penilaian juga teori belajar yang digunakan. (Hudoyo, dalam Nuraeni 2010, hlm. 2).

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan koneksi matematis adalah model pembelajaran berbasis teori Van Hiele . Van Hiele menyatakan bahwa ada beberapa tahapan dalam belajar Geometri, ia menyebut tahapan tersebut adalah tahap 0 – 4 yang kemudian ia revisi menjadi level 1- 5. Tahapan tersebut yaitu: Level 1 (visualization), level 2 (analysis), Level 3 (Abstraction), Level 4 (deduction), Level 5 (Rigor). Dengan penerapan tahap berpikir Van Hiele diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami geometri khususnya dalam hal mengkoneksikan materi layang-layang dengan bangun datar lain.

(19)

6

B. Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan yaitu:

a. Hasil belajar dalam koneksi matematika masih rendah

b. Model pembelajaran matematika kurang mendorong peningkatan koneksi matematika siswa

c. Kurang latihan untuk mengkoneksikan materi matematika

d. Siswa belum memahami materi geometri secara penuh khususnya dalam mengkoneksikan bangun datar layang-layang dengan bangun datar lain. e. Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan koneksi matematika siswa

yaitu siswa itu sendiri, guru, sarana prasarana, dan proses pembelajaran yang dilaksanakan.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana kemampuan koneksi matematika siswa di SDN Situjaya pada materi layang-layang?

b. Bagaimanakah proses pembelajaran geometri pada materi layang-layang dengan menggunakan teori belajar Van Hiele di SDN Situjaya?

c. Apakah kemampuan koneksi matematika siswa meningkat setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan teori Van Hiele?

C. Tujuan Penelitian

(20)

7

1. Mengetahui kemampuan koneksi matematika siswa kelas V SDN Situjaya pada materi layang-layang.

2. Mengetahui proses pembelajaran geometri pada materi layang-layang dengan menggunakan teori belajar Van Hiele di SDN Situjaya.

3. Untuk menguji peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang setelah dilakukan pembelajaran berbasis teori Van Hiele di SDN Situjaya Kelas V.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini dapat dilihat adanya peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam peningkatan pembelajaran matematika secara umum dan secara khusus, yaitu: 1. Memberikan informasi mengenai perbedaan kemampuan koneksi matematika

siswa pada materi layang sebelum dilakukan pembelajaran berbasis teori Van Hiele dan setelah dilakukan pembelajaran berbasis teori Van Hiele.

2. Menambah pengetahuan tentang pembelajaran berbasis teori Van Hiele dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi guru SD sebagai alternatif dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa di kelas.

4. Bagi siswa, penggunaan teori Van Hiele dalam pembelajaran matematika semoga dapat membantu dalam peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa sehingga dapat lebih memahami materi materi matematika secara utuh dan tidak terpisah-pisah.

(21)

8

E. Struktur Organisasi Skripsi

Secara keseluruhan Gambaran skripsi ini dapat dilihat sebagai berikut:

1. Bab I Pendahuluan, yaitu terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi skripsi.

2. Bab II Kajian Pustaka, yaitu terdiri dari kajian pustaka, kerangka berfikir,

anggapan dasar, hipotesis penelitian.

3. Bab III Metode Penelitian, yaitu membahas tentang lokasi, populasi dan

sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional

variabel penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen

dan teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, menguraikan tentang hasil

penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

(22)

19 BAB III

METODE PENELITIAN

“Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”(Sugiyono, 2013, hlm. 2). Metode penelitian sangat diperlukan untuk proses pelaksanaan sebuah penelitian. Jenis-jenis metode penelitian sangat beragam, disesuaikan dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan proses penelitian kuantitatif yang didalamnya terdapat komponen dan proses penelitian, yaitu rumusan masalah, landasan teori, perumusan hipotesis, pengumpulan data (yang terdiri dari populasi dan sampel, pengembangan instrumen, pengujian instrumen), analisis data, serta kesimpulan dan saran.

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah daerah kecamatan Culamega, kabupaten Tasikmalaya. Peneliti mengambil Subjek penelitian seluruh siswa kelas lima SDN Situjaya. Karakteristik tempat penelitian adalah sebagai berikut:

a. Letak geografi

SDN Situjaya berada di kp. Situjaya rt/rw : 06/ 06, Desa Bojongsari Kecamatan Culamega, kabupaten Tasikmalaya.

b. Keadaan sosial dan ekonomi

(23)

20

2. Populasi Penelitian

Sugiyono (2013, hlm. 117) menyebutkan bahwa: “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”.

Dari pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa populasi merupakan subyek penelitian yang mempunyai karakteristik atau sifat tertentu dalam satu

tempat untuk djadikan target hasil akhir suatu penelitian. Populasi pada penelitian

ini adalah siswa kelas V SDN Situjaya kecamatan Culamega kabupaten

Tasikmalaya yang berjumlah 22 siswa. Berikut adalah data siswa kelas V SDN Situjaya:

Tabel 3.1

Data Siswa Kelas V SDN Situjaya

No Nama Siswa Jenis

Kelamin No Absen

1 Agustin P 1

2 Anas Sanjaya L 2

3 Andri Agustina L 3

4 Andrianto L 4

5 anggi Rosandi L 5

6 Ari Ambari L 6

7 Dini Nurmalati P 7

8 Dudung L 8

9 Epa Windayanti P 9

10 Herman L 10

11 Jayanti Rohmaniah P 11

12 Krisnawati P 12

13 Laelatul Fitriah P 13

14 Marsini P 14

15 Musa Asari L 15

16 Rahmi Nuraeni P 16

17 Ria Riyanti P 17

18 Rini P 18

19 Seli Nurasiah P 19

20 Siti Nurhalimah P 20

21 Sri Maelani P 21

(24)

21

3. Sampel Penelitian

Arikunto (2010, hlm. 11) mengatakan bahwa, “Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti)”. Menurut Sugiyono (2013, hlm. 118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut”. Artinya dalam hal ini jika populasinya dalam jumlah yang

banyak sehingga peneliti mengalami kesulitan untuk mempelajari semua populasi,

maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi

tersebut.Tetapi perlu diperhatikan bahwa sampel yang akan diambil dari populasi

harus representatif. Adapun macam-macam teknik sampling yang dikemukakan

oleh Sugiyono (2013, hlm. 118)

“Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan

sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan”. Adapun teknik sampling dibedakan menjadi dua

macam yaitu probability sampling dan nonprobability sampling”.

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik nonprobability sampling.

Non Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2013, hlm. 122). Adapun teknik sampel yang dipilih yaitu teknik sampling jenuh.

“Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel jika semua anggota

populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan jika jumlah populasi

relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat

generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil” (Sugiyono, 2013, hlm. 125).

(25)

22

Tabel 3.2

Daftar Sampel penelitian

No

Siswa kelas V

Jenis kelamin Jumlah

1 Laki-laki 8

2 Perempuan 14

Jumlah 22

B. Desain Penelitian

(26)

23

O1 X O2

(Emzir, 2008, hlm. 82) Keterangan:

O1 : Tes awal (pretest), O2 : tes akhir (posttest)

X : Perlakuan (dalam penelitian ini adalah pembelajaran geometri dengan teori belajar Van Hiele).

C. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen (pre eksperimental design). Ruseffendi (2005, hlm. 35) menyatakan bahwa penelitian eksperimen atau percobaan (experimental research) adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Penelitian ini dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran matematika yang menggunakan Teori belajar Van Hiele terhadap kemampuan koneksi matematis siswa SD. Hasil Pretest siswa akan dibandingkan dengan hasil posttest setelah diberikan perlakuan berupa pembelajaran berbasis teori Van Hiele.

D. Definisi Operasional Variabel

Dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa pada Materi Layang-layang melalui Pembelajaran Geometri Berbasis Teori Van Hiele” ini terdapat dua Variabel. Yaitu pembelajaran geometri berbasis teori Van Hiele (X) sebagai variabel bebas (independen), dan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang (Y) sebagai variabel terikat (dependen). Adapun pengertian masing-masing variable adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan koneksi matematis merupakan kemampuan siswa untuk mengaitkan suatu materi dalam matematika baik dengan materi lain dalam ilmu matematika, atau dengan ilmu lain selain matematika dan juga dalam kehidupan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

(27)

24

(visualization), level2 (analysis), Level 3 (Abstraction), Level 4 (deduction), Level 5 (Rigor).

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006, hlm. 160), “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal tes. Instrumen tes adalah instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data kuantitatif. Menurut Indrakusumah (dalam Suherman, 1990, hlm. 80) menyatakan bahwa, “Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematik dan objektif untuk memperoleh data atau keterangan tentang seseorang dengan cara yang yang boleh dikatakan tepat dan cermat”. Instrumen dalam penelitian ini berupa soal pretest kemampuan koneksi matematis dan soal posttest kemampuan koneksi matematis.

Pretest adalah tes yang diberikan kepada siswa sebelum mendapatkan pembelajaran Geometri berbasis teori Van Hiele, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, dalam hal ini berarti kemampuan koneksi matematis. Sedangkan posttest adalah tes yang diberikan kepada siswa untuk melihat perubahan kemampuan koneksi matematis secara signifikan setelah siswa mendapatkan pembelajaran Geometri dengan tahapan belajar Van Hiele. Soal-soal yang diberikan saat pretest sama bobotnya dengan soal-soal yang diberikan pada saat posttest.

Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe uraian, karena dengan soal tipe uraian siswa dapat menjawabnya secara rinci dan juga dengan soal uraian dapat dilihat pola pikir siswa dengan jelas sehingga kemampuan koneksi matematikanya terlihat dengan jelas. Soal test yang digunakan adalah soal evaluasi bentuk uraian yang terdiri dari 6 soal.

(28)

25

Soal yang diuji cobakan terdiri dari 6 nomer berbentuk uraian. Uji coba soal ini dilaksanakan di kelas VB SDN Sukarame yang terdiri dari dari 20 orang siswa. Setelah diujicobakan, kemudian data hasil uji coba tersebut dianalisis untuk mengetahui karakteristik setiap butir soal yang meliputi validitas soal, reliabilitas soal, dan taraf kesukaran butir soal.

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Soal Kemampuan koneksi matematika (pretest dan Posttest)

No Materi Indikator No.

(a) (b) (d) (e)

1 Mengidentifikasi hubungan antara bangun datar layang-layang dengan bangun datar lain

Menjelaskan hubungan antara bangun datar layang-layang dengan bangun datar segitiga. 1 1 Mengidentifikasi hubungan antara bangun datar layang-layang dengan bangun datar lain

- Menjelaskan hubungan antara bangun datar layang-layang dengan bangun datar segitiga dan persegi panjang

2

- Menjelaskan hubungan antara bangun datar layang-layang dengan bangun datar segitiga dan jajar genjang

3 2 Mengaplikasikan hubungan bangun datar layang-layang dengan bangun datar lain dalam menghitung luas daerah layang-layang

- Menghitung luas daerah layang-layang dengan menggunakan pendekatan luas daerah persegi panjang dan

membandingkan hasil perhitungannya dengan menggunakan rumus luas daerah layang-layang

4

- Menghitung luas daerah layang-layang dengan menggunakan pendekatan luas daerah segitiga dan membandingkan

(29)

26

Tabel 3.3 (lanjutan)

hasil perhitungannya dengan menggunakan rumus luas daerah layang-layang

2

Mengaplikasikan hubungan bangun datar layang-layang dengan bangun datar lain dalam menghitung luas daerah layang-layang

- Menghitung luas daerah layang-layang dengan menggunakan pendekatan luas daerah jajar genjang dan

membandingkan hasil perhitungannya dengan menggunakan rumus luas daerah layang-layang

6

Untuk mengembangkan instrumen sebagaimana yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti yaitu dalam hal ini kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang, maka terlebih dahulu dibuat kriteria penilaian instrumen kemampuan koneksi matematika siswa sebagai berikut :

Tabel 3.4

Aspek Penilaian Kemampuan koneksi Matematika Siswa

Skor Respon Siswa

(30)

27

F. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Intstrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006, hlm. 168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid memiliki validitas yang tinggi, dan yang kurang valid memiliki validitas yang rendah.

Untuk menguji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu :

Gambar 3.1

Rumus korelasi product moment Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y ∑X = jumlah skor item

∑Y = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden.

Untuk menguji tingkat validitas instrumen, peneliti melakukan konsultasi kepada beberapa ahli. Pendapat beberapa ahli dianggap sebagai dasar utama untuk mengujicobakan instrumen tersebut diluar sampel penelitian yakni pada 20 orang siswa kelas V SDN Sukarame, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Apabila data yang di dapat dari uji coba ini sudah sesuai dengan seharusnya, maka dapat dikatakan bahwa instrumennya sudah valid.

Kriteria pengujian validitas adalah dengan membandingkan antara t-tabel dengan t-hitung. Kriterianya:”jika t-hitung > dari t-tabel, maka instrumen valid, sebaliknya jika t-hitung< t-tabel maka instrument tidak valid” (Sugiyono, 2013). Pada perhitungan uji validitas dilakukan dengan bantuan komputer pada program Microsoft excel.

= n ∑XY − ∑X ∑Y

(31)

28

[image:31.595.116.498.246.385.2]

Untuk mengetahui nilai validitas soal dapat menggunakan koefisien produk momen. Nilai rxy yang diperoleh dapat diinterpretasikan untuk menentukan validitas butir soal dengan menggunakan kriteria pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi validitas butir soal

Nilai rxy Kriteria

0,80 < rxy ≤ 1,00 Sangat Tinggi

0,60 < rxy ≤ 0,80 Tinggi

0,40 < rxy ≤ 0,60 Cukup

0,20 < rxy ≤ 0,40 Rendah

0,00 < rxy ≤ 0,20 Sangat Rendah

Arikunto (2006) Untuk menentukan keberartian dari koefisien validitas, dilakukan uji t seperti yang dikemukakan Sugiyono (2013) dengan rumus sebagai berikut

Gambar 3.2 Rumus uji t

Jika nilai t dari perhitungan lebih besar dari nilai t dari t tabel pada taraf signifikan 0,05 (t hitung > tabel) maka butir soal tersebut dikatakan valid. Dari hasil

perhitungan, dapat dirangkum hasil analisis validitas butir soal pada tabel berikut: Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung validitas pada Microsoft excel.

a. Memasukan skor yang diperoleh siswa. Jawaban seluruhnya benar dan tepat diberi skor 4, hampir benar 3, benar tapi tidak lengkap 2, sebagian besar salah 1, salah semua 0.

(32)

29

b. Menghitung koefisien korelasi rxy dengan menggunakan fungsi excel c. Menghitung t-hitung dengan menggunakan fungsi excel

d. Menghitung t-tabel dengan dengan menggunakan fungsi excel

[image:32.595.160.470.307.574.2]

e. Jika t-hitung > t-tabel berarti valid, jika t-hitung < t-tabel berarti tidak valid. Hasil perhitungan koefisien validitas yang telah diuji cobakan pada soal tes kemampuan penyelesaian soal koneksi matematika siswa yang terdiri dari 6 buah soal diperoleh pada Tabel 3.4 yang perhitungannya menggunakan program Microsoft excel.

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Instrumen Nomor

Soal

Nilai rxy

t-hitung

t-tabel Keterangan

1 0.64 4.12 2.06 Valid/tinggi

2 0.43 3.12 2.06 Valid/cukup

3 0.36 2.79 2.06 Valid/rendah

4 0.52 3.53 2.06 Valid/ cukup

5 0.81 5.33 2.06 Valid/sangat tinggi 6 0.64 4.10 2.06 Valid/tinggi

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

(33)
[image:33.595.201.406.116.186.2]

30

Gambar 3.3 Rumus Reliabilitas Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

n = jumlah item dalam instrumen ∑at2 = jumlah varians skor tiap item at2 = varians total.

Tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford dalam Suherman (Gunardi 2013 : 35)sebagai berikut :

0,90 < r11 < 1,00 derajat reliabilitas sangat tinggi 0,70 < r11 < 0,90 derajat reliabilitas tinggi 0,40 < r11 < 0,70 derajat reliabilitas sedang 0,20 < r11 < 0,40 derajat reliabilitas rendah r11 < 0,20 derajat reliabilitas sangat rendah

Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan SPSS 16.00. Pengujian reliabilitas dengan menggunakan alpha cronbach.

Langkah-langkah menghitung reliabilitas dengan menggunakan SPSS sebagai berikut:

a. Buka program SPSS

b. Buka halaman data view, masukan data skor butir soal

c. Klik Variable View. Pada kolom Name ketik soal nomor satu sampai nomor 10 tanpa spasi. Pada Type pilih Numeric. Pada kolom Measure pilik nominal untuk semua nomor.

d. Klik Analyze, lalu scale lalu pilih Reliability Analysis. e. Pindahkan semua variabel ke kotak items.

f. Kemudian klik statistics. Pada kotak dialog descriptives for, klik scale of item deleted. Lalu klik continue dan klik ok.

(34)

31

[image:34.595.216.407.194.314.2]

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen penelitian menggunakan program SPSS 16.0 menggunakan metode alpha cronbach, diperoleh skor reliabilitas sebagai berikut:

Tabel 3.7 Reliability Statistic

Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.567 6

Dari tabel 3. 7 di atas dapat diketahui bahwa diperoleh nilai reliabilitas sebesar .567 dari 6 item soal. Maka dapat disimpulkan bahwa ke enam soal tersebut reliabel dengan kategori reliabel sedang.

3. Taraf kesukaran butir soal

Tingkat kesukaran untuk setiap item soal menunjukan apakah butir soal itu tergolong sukar, sedang, atau rendah. Ibid dalam Sawati (Gunardi 2013, hlm. 35) menyatakan bahwa untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus :

Gambar 3.4 Rumus Tingkat Kesukaran Keterangan :

TK = Tingkat kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa.

Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal M. Subana dan Sudrajat (Gunardi 2013: 36) digunakan kriteria sebagai berikut :

Kriteria Indeks Kesukaran soal dalam Rukmana (2006, hlm. 99)

(35)
[image:35.595.181.435.154.263.2]

32

Tabel 3.8

Interpretasi Indeks Kesukaran

Indeks Tingkat Kesukaran

0,00 - 0,30 Sukar

0,31 - 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

[image:35.595.145.500.378.536.2]

Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran butir soal, diperoleh 1 butir soal termasuk dalam kriteria mudah, 3 butir soal termasuk dalam kriteria sedang, dan 2 butir soal termasuk dalam kriteria sukar.

Tabel 3.9

Indeks kesukaran tiap butir soal

No. Soal Indeks kesukaran Kategori

1 0.95 Mudah

2 0.7 Sedang

3 0.6 Sedang

4 0.05 Sukar

5 0.5 sedang

6 0.3 Sukar

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes atau penilaian tes. Tes dilakukan untuk mengetahui kemampuan sebelum melaksanakan pembelajaran berbasis Van Hiele (pretest) dan sesudah melaksanakan pembelajaran berbasis Van Hiele (posttest) pada satu kelas eksperimen.

H. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

(36)

33

selanjutnya data yang dihasilkan dari pengumpulan data (hasil tes) akan diolah

melalui beberapa tahap sebagai berikut :

1. Persiapan

Pada langkah persiapan ini ada beberapa kegiatan, antara lain : Pengecekan

kelengkapan identitas pengisi, Pengecekan kelengkapan data, dan pengecekan

isian data.

2. Tabulasi

Pada langkah tabulasi ini ada beberapa kegiatan, antara lain : memberikan

skor terhadap item-item soal, serta mentabulasikan setiap data yang berhasil

dikumpulkan ke dalam tabel.

3. Analisis Statistik

Pada langkah analisis statistik penelitian ini yaitu menggunakan uji statistik

komparasi, yaitu Uji t dua variabel bebas. Analisis komparasi (Uji t) digunakan

untuk memprediksi perbandingan atau perbedaan antara dua variabel bebas.

Dalam analisis ini, langkah-langkah yang dilakukan, antara lain :

a. Analisis Deskriptif

Menurut Sugiyono (2013, hlm. 207) “Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”. Melalui statistik deskriptif ini, peneliti ingin mendeskripsikan data sampel dan untuk mencari perbandingan rata-rata data sampel atau populasi tanpa bermaksud membuat generalisasi.

(37)

34

Untuk interval kategori yang digunakan pada proses pengolahan data

menggunakan Microsoft Excel 2007 adalah interval kategori menurut Rahmat dan

[image:37.595.113.509.210.413.2]

Solehudin ( 2013, hlm. 38) dengan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.10

Interval Kategori

No. Interval Kategori

1. X ≥!"ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi

2. !"ideal + 0,5 Sideal ≤ X < !$ideal + 1,5 Sideal Tinggi

3. !"%&' ( − 0,5 ,%&' ( ≤ ! < !"%&' ( + 0,5 ,%&' ( Sedang

4. !"%&' ( − 1,5 ,%&' ( ≤ ! < !"%&' ( − 0,5 ,%&' ( Rendah

5. ! < !"%&' ( − 1,5 ,%&' ( Sangat Rendah

Penjelasan :

!"ideal = Xideal

Sideal = 0!"ideal

Adapun teknik analisis data hasil penelitian peningkatan kemampuan koneksi matematika melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

1. Mengklasifikasikan data hasil pretest dan posttest

2. Pengolahan data dengan cara memeriksa hasil pretest dan posttest.

3. Menganalisis data hasil kemampuan siswa dalam pretest dan posttest, peneliti menggunakan uji Gain untuk mengolah dan menganalisis data yang terkumpul. Uji Gain digunakan untuk mengetahui selisih antara hasil pretest dan posstest dengan rumus:

Gain = Skor Posttest - Pretest

4. Menganalisis data hasil pretest dan posttest menggunnakan uji N-Gain untuk mengetahui kualitas peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang dengan rumus sebagai berikut:

(38)

35

Kriteria tingkat gain :

N-g – tinggi : nilai N-g ≥ 0,7 N-g - sedang : nilai 0,3 ≤ N-g < 0,7 N-g – rendah : nilai N-g < 0,3 5. Uji Hipotesis

Pengolahan data untuk uji hipotesis berhubungan dengan keperluan uji signifikansi peningkatan kemampuan koneksi matematika pada siswa kelas V SDN Situjaya. Dalam penelitian ini, seluruh teknik pengolahan data untuk keperluan uji stastik (uji hipotesis) sepenuhnya menggunakan program aplikasi software SPSS 16.0 for Windows. Rambu-rambu uji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

a. Uji Asumsi

Uji asumsi terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Uji asumsi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai pengolahan data yang akan digunakan. Apakah data yang diperoleh diolah dengan parametrik atau dengan non parametrik.

1) Uji Normalitas

“Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal atau tidak” Priyatno (dalam Marhamah, 2013, hlm. 34). Jika data tersebut berdistribusi normal, maka data dianalisis menggunakan statistik parametrik. Sedangkan jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka menggunakan statistik non parametrik. Uji normalitas data dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan menggunakan uji kertas peluang normal, uji lilliefors, dan uji chi kuadrat.

Adapun pada uji normalitas data yang peneliti gunakan adalah uji lilliefors (Kolmogorov-smirnov) dengan cara penghitungan melalui program SPSS 16.0. Kriterianya adalah signifikansi untuk uji dua sisi. Jika hasil perhitungan lebih besar (P-value) dari >α = 0,05 berarti berdistribusi normal.

(39)

36

“Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak” Priyatno (dalam Marhamah, 2013, hlm. 34). Pada penelitian ini, uji homogenitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS

16.0. Dalam uji homogenitas ini digunakan uji Levene dengan taraf signifikasi

5%. Uji homogenitas varians dilakukan agar kita dapat menentukan jenis statistik

uji yang akan digunakan untuk menguji hipotesis (uji perbedaan dua rata-rata).

Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji homogenitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada (Sig.) Based on Mean. Untuk menetapkan homogenitas digunakan pedoman sebagai berikut:

(a) Menentukan hipotesis.

(b) Tetapkan tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05. (c) Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

(d) Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka variansi setiap sampel sama (homogen).

(e) Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

b. Uji Hipotesis ( Uji Perbedaan Dua Rata-rata)

Uji perbedaan dua rata-rata ini dilakukan setelah uji normalitas dan uji

homogenitas data. Uji perbedaan dua rata-rata ini bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya perbedaan kemampuan koneksi matematika pada siswa kelas V SDN

Situjaya sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan. Uji

perbedaan dua rata-rata ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0. Ketentuan

pengujiannya adalah sebagai berikut.

(a) Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya dilakukan menggunakan uji t (independent sample t-test).

(b) Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak homogen maka pengujiannya dilakukan menggunakan uji t’ (independent sample

t-test).

(40)
[image:40.595.112.514.146.324.2]

37

Tabel 3.11

Analisis Statistik Uji Hipotesis

Uji Prasyarat

Uji Hipotesis Uji Statistik

Parametrik

Uji Statistik Non Parametrik Uji Homogenitas Uji Normalitas Uji t Uji t’ Uji Wilcoxon

Data Homogen Data Normal √ - -

Data Tidak Homogen Data Normal - √ -

Data Homogen Data Tidak

Normal - - √

Hipotesis pada penelitian ini yaitu tentang Peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang melalui pembelajaran geometri berbasis teori Van Hiele adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis nol (H0)

Tidak terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele di SDN Situjaya.

b. Hipotesis alternatif (Ha)

Terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele di SDN Situjaya.

(41)

64 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan penelitian tentang peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele di Kelas V SDN Situjaya, kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

1. Kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang di SDN Situjaya, Kecamatan Culamega, Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan hasil pretest diketahui bahwa kemampuan koneksi matematika siswa SDN Situjaya berada dalam kategori sedang. Sedangkan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil postest, kemampuan koneksi matematika siswa setelah mempelajari materi layang-layang dengan berbasis teori Van Hiele mengalami peningkatan dibandingkan kemampuan awal siswa. Dan kemampuan koneksi matematika siswa setelah pembelajaran berbasis teori Van Hiele termasuk ke dalam kategori kemampuan sangat tinggi.

2. Proses pembelajaran berbasis teori Van Hiele dilakukan dengan berdasarkan pada tahapan pembelajaran menurut Van Hiele. Terdapat lima tahapan pembelajaran Van Hiele yaitu tahap informasi (nformation), Orientasi terbimbing (guided orientation), penjelasan (Explicitation) , Orientasi bebas (free orientation) dan integrasi (Integration).

(42)

65

hipotesis penelitian yaitu Ha . dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi laying-layang setelah dilakukan pembelajaran berbasis teori Van Hiele di kelas V SDN Situjaya, kecamatan Culamega kabupaten Tasikmalaya.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian tersebut, khususnya mengenai peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi layang-layang melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele di kelas V SDN Situjaya Kecamatan Culamega Kabupaten Tasikmalaya, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Guru dapat melakukan pembelajaran berbasis teori Van Hiele sebagai alternative untuk meningkatkan kemampuan konekes matematika siswa pada materi layang-layang. Karena hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis teori Van Hiele berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa.

2. Penerapan pembelajaran berbasis teori Van Hiele hendaknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi, jumlah siswa yang ada di kelas, materi pembelajaran, agar tidak terjadi kesalahan dalam teknis pelaksanaan.

(43)

66

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis Edisi Revisi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Emzir. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Gunardi, Endri. (2013). Aplikasi Pendekatan Pemecahan Masalah terhadap Kemampuan Siswa dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika (Skripsi). Program S1 PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia.

Hodiyah, Dedeh. (2009). Implementasi Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Koneksi Matematik Siswa SMA (Tesis). Program S2 Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia.

Marhamah, Ai Siti. (2013). Peningkatan Motivasi Belajar Siswa SD dengan Penggunaan Homework Planner dalam Pemberian Pekerjaan Rumah (Skripsi). Program S1 PGSD, Universitas Pendidikan Indonesia.

Meltzer, D. E. (2002). The Relationship Between Mathematics Prearation and Conceptual Learning Gain Physics: Aposable Hidden Variable in Diagnostic Pretetst Scors. American Journal Physics. 70 (2.1259-1267).

NTCM. (2000). Principles and Standard For School Mathematics.Virginia: The NTCM Inc

Nuraeni, Epon. (2010). Pengembangan kemampuan komunikasi geometris siswa sekolah dasar melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele. Jurnal Saung Guru 1 (2), hlm. 28-34

(44)

67

Rahmat, C & Solehudin. (2006). Pengukuran Hasil belajar. Bandung : Andira

Rukmana.(2006) Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung: UPI Press.

Ruseffendi. (2005). Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito Bandung

Sugiman.___. Koneksi Matematik dalam Pembelajaran Matematika Di Sekolah Menengah Pertama. Jogjakarta: tidak diterbitkan

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Suherman, Erman. dkk. (1990). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA

Sulistyaningsih, D dkk. (2012). Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Circ dengan Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematik. Unnes Journal of Mathematics Education Research 1 (2) hlm. 121-127

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Tabel 3.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

JENIS BELANJA JENIS PENGADAAN SUMBER DANA METODE PEMILIHAN PENYEDIA PELAKSANAAN PEMILIHAN PENYEDIA PELAKSANAAN PEKERJAAN.. Sekretariat Daerah Pematangan

Koleksi Program VB 6.0 Konsep ADO untuk Tugas Akhir dan Skripsi. Jakarta : PT Elex

Dim AddStatus As Boolean Dim StrFilePath As String Dim SQLTemp As String Dim NewForm As Form. Private Sub cmdHapus_Click() On Error

Thesis with the title “The Effect Of Model Learning C ollaboration Think Pair Share (TPS) and Talking Stick on Student's Mathematics Result of seventh Grade Students at

Medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian bidang kehidupan atau realitas dalam alam semesta tertentu yang direalisasikan oleh

Observasi diartikan sebagai kegiatan mengenali dan mengamati semua indikator, perubahan-perubahan yang terjadi dan hasil akhir yang dicapai sebagai dampak dari

Metode merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan tehnik serta alat-alat tertentu. Cara

Secara parsial hanya harga saham masa lalu yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan volume perdagangan masa lalu berpengaruh negatif tidak