• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTURAL GENETIK ROMAN UNE FORME DE VIE KARYA AMÉLIE NOTHOMB.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS STRUKTURAL GENETIK ROMAN UNE FORME DE VIE KARYA AMÉLIE NOTHOMB."

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTURAL GENETIK

ROMAN UNE FORME DE VIE KARYA AMÉLIE NOTHOMB

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh : Ade Andriani 12204241036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)

i

ANALISIS STRUKTURAL GENETIK

ROMAN UNE FORME DE VIE KARYA AMÉLIE NOTHOMB

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

oleh : Ade Andriani 12204241036

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA PRANCIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(3)
(4)
(5)
(6)

v MOTTO

(7)

vi

PERSEMBAHAN

(8)
(9)
(10)
(11)

ix

C. Keterkaitan antarunsur Intrinsik Karya Sastra ... 24

D. Struktural Genetik Lucien Goldmann ... 26

E. Penelitian yang Relevan ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. Subjek dan Objek Penelitian ... 33

(12)

x

1. Pengadaan Data ... 34

2. Inferensi ... 35

3. Teknik Analisis Data ... 35

4. Validitas dan Reliabilitas ... 36

BAB IV ANALISIS STRUKTURAL DAN GENETIK ROMAN UNE FORME DE VIE KARYAAMÉLIE NOTHOMB ... 38

A. Wujud Unsur-unsur Intrinsik dalam Roman Une Forme de Vie Karya Amélie Nothomb ... 38

1. Alur ... 38

2. Penokohan ... 55

3. Latar ... 63

4. Tema ... 69

B. Keterkaitan antarunsur Intrinsik Roman Une Forme de Vie Karya Amélie Nothomb ... .. 73

C. Kondisi Sosial yang Melatarbelakangi Roman Une Forme de Vie Karya Amélie Nothomb ... 75

D. Pandangan Dunia Pengarang yang diangkat dalam Roman Une Forme de Vie Karya Amélie Nothomb ... 78

BAB V PENUTUP ... 83

1. Kesimpulan ... 83

2. Implikasi ... 84

3. Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA ... 86

(13)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Tahapan Alur Robert Besson ... 16 Tabel 2 : Tahapan Alur dalam Roman Une Forme de Vie Karya

(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. La communication épistolaire ... 11 Gambar 2. Forces Agissantes Schmitt dan Viala dalam Savoir-lire ... 17 Gambar 3. Forces Agissantes Roman Une Forme de Vie Karya

(15)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Résumé ... 88 Lampiran 2. Sekuen penceritaan Roman Une Forme de Vie Karya

(16)

xiv

ANALISIS STRUKTURAL GENETIK ROMAN UNE FORME DE VIE KARYA AMÉLIE NOTHOMB

Oleh : Ade Andriani 12204241036

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik roman yang berupa alur, penokohan, latar, dan tema, (2) mendeskripsikan keterkaitan antarunsur intrinsik berupa alur, penokohan, dan latar yang diikat oleh tema, (3) memaparkan pandangan dunia pengarang yang diangkat dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

Subjek dalam penelitian ini adalah roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb yang diterbitkan oleh Albin Michel pada tahun 2010. Objek penelitian meliputi: (1) unsur-unsur intrinsik roman yang meliputi alur, penokohan, latar, dan tema, (2) keterkaitan antarunsur intrinsik dan (3) pandangan dunia pengarang yang diangkat dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik analisis data menggunakan teknik analisis konten. Validitas data diuji dengan validitas semantis. Realiabilitas data diperoleh dengan teknik pembacaan intra-rater dan teknik expert-judgment.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) roman Une Forme de Vie

(17)

xv

L’ANALYSE STRUCTURALE GÉNÉTIQUE DU ROMAN

UNE FORME DE VIE D’AMÉLIE NOTHOMB

roman comme l’intrigue, les personnages, les espaces, et le thème, (2) de décrire la relation significative entre les éléments intrinsèques, (3) d’expliquer la vision

du monde dans le roman Une Forme de Vied’Amélie Nothomb.

Le sujet de cette recherche est le roman Une Forme de Vie d’Amélie Nothomb qui est publié en 2010 à l’édition Albin Michel. Quant aux objets, ces sont (1) les éléments intrinsèques tels que l’intrigue, les personnages, les espaces, et le thème, (2) la relation significative entre les éléments intrinsèques, (3) la

vision du monde de l’auteur. La méthode utilisée descriptive-qualitative suivie de

la technique de l’analyse de contenu. Les résultats de cette recherce reposent sur la base de la validité sémantique. Ensuite, la fiabilité est examinée par la lecture et

par l’interprétation du texte de ce roman et fondée sur la fidélité à base du

domine est la vie militaire américaine à Bagdad. (2) le thème central de roman est

l’obésité de Melvin Mapple qui est provoqué par les activités de guerre. Alors que

les thèmes complémentaires sont l’histoire telle que la politique américaine, la

passion de l’œuvre, la sensibilité d’humanité, la jalousie et la solidarité. (3) la

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Karya sastra adalah perpaduan dari berbagai macam sistem. Sistem-sistem tersebut dapat berhubungan dengan sistem sastra itu sendiri maupun sistem-sistem yang ada di luarnya (Fananie, 2002 : 28). Berbagai macam sistem dalam karya sastra mampu mencerminkan kehidupan masyarakat. Sehingga dapat dikatakan bahwa karya sastra bersifat dinamis. Kedinamisan stuktur karya sastra terbentuk karena adanya relasi genetik. Relasi tersebut yaitu hubungan dialektis antara penulis dan masyarakat. Penulis merupakan bagian dari masyarakat yang menjadi tempat berproses dan berkembang. Sehingga masyarakat memiliki peran dalam membentuk visi dunia penulis (Kurniawan, 2012: 103)

Karya sastra memiliki struktur yang dibangun oleh unsur-unsur dan membentuk kesatuan. Unsur-unsur dalam karya sastra terdiri dari unsur intrinsik maupun unsur ekstrinsik. Unsur-unsur intrinsik berasal dari dalam karya satra sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik dapat dipengaruhi oleh sistem budaya, sejarah dan sosial masyarakat. Keseluruhan unsur tersebut saling berkaitan untuk menciptakan sebuah penceritaan yang memiliki nilai estetika. Sehingga struktur karya sastra dapat dipengaruhi dan mempengaruhi kehidupan masyarakat.

(19)

2

dibangun oleh unsur-unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar dan tema. Keseluruhan unsur-unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat dipisah-pisahkan dalam penceritaan. Sehingga analisis roman diawali dengan mengkaji unsur-unsur intrinsik yang membentuknya dan keterkaikatannya.

Roman merupakan produk dari sebuah masyarakat dan refleksi dari kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut dilakukan pengkajian unsur-unsur ekstrinsik berupa analaisis genetik. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural genetik dengan menggunakan teori Lucien Goldmann. Pendekatan ini mengkaji karya sastra dari unsur intrinsik menuju unsur-unsur lain yang bersifat ekstrinsik yang turut membangun dan mempengaruhi karya sastra. Unsur ekstrinsik tersebut adalah pengarang sebagai anggota masyarakat. Pendekatan ini mengungkapkan bahwa pandangan dunia pengarang sebagai penggambaran kondisi dan kepentingan yang nyata dari kelas sosial masyarakat dalam karya sastra pada konteks kesejarahan dan budaya (Kurniawan, 2012: 110).

Roman yang dikaji dalam penelitian ini berjudul Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb yang diterbitkan oleh Albin Michel pada tahun 2010. Genre roman ini berbeda dengan roman yang biasa diterbitkan oleh Amélie Nothomb. Roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb merupakan sebuah roman

épistolaire. Roman épistolaire adalah salah satu jemis roman yang menjadikan surat sebagai sarana penceritaan dan penghubung antartokoh. Roman jenis ini pertama kali muncul pada akhir abad ke-17. Roman épistolaire pertama adalah

(20)

3

yang mempopulerkan roman épistolaire adalah Montesquieu, Choderos de Laclos dan Jean-Jacques Rousseau (Calas, 1996: 9).

Amélie Nothomb adalah pengarang yang lahir di Kobe 1967. Meskipun demikian, Amélie Nothomb memiliki kebangsaan Belgia. Riwayat pendidikan Amélie Nothomb menjadi salah satu faktor pendukung eksistensinya sebagai seorang pengarang. Dia menempuh pendidikan menengah bahasa Prancis saat tinggal di New York. Kemudian sekembalinya ke Belgia, Amélie Nothomb melanjutkan pendidikannya di L’Université Libre de Bruxelles dengan jurusan filologi roman yang menjadi salah satu pengantar kesuksesannya di dunia sastra.

Karya-karya Amélie Nothomb terinspirasi dari kisah hidupnya sendiri dan kecintaanya pada karya sastra. Amélie Nothomb yang merupakan keturunan dari bangsawan Luxembourg. Dia berada dalam lingkungan keluarga yang menyukai dunia politik dan sastra, sehingga sejak kecil dia telah terbiasa menuangkan gagasan-gagasannya dalam sebuah karya sastra. Salah satu inspirasi terbesar Amélie Nothomb adalah kisah perjalanannya mengunjungi beberapa negara seperti Amerika, Belgia, Jepang, Prancis, China, Burma dan Bangladesh Pengalaman tersebut mempengaruhi tema-tema dari roman yang diciptakannya seperti kesepian, tubuh manusia dan kematian (Claudon, 2010 : 47).

(21)

4

penceritaannya. Demikian pula dengan roman Une Forme de Vie yang diambil dari kisah nyata tentang kondisi sosial pada tahun 2003 yang dipublikasikan di surat kabar di Amerika. Dalam menuliskan romannya, Amélie Nothomb memiliki tujuan tersirat. Pengambilan latar penceritaan di wilayah Timur-Tengah merupakan bentuk protes atas ketidakstabilan kondisi sosial di wilayah tersebut. Sehingga beberapa karya Amélie Nothomb banyak menuai kontroversi (www.franceamerique.com/articles/2011/04/26/amelie_nothomb_mes_romans_so nt_engages_au_degre_atomique.html, diakes pada tanggal 12 Juni 2015).

Amélie Nothomb telah menerbitkan beberapa roman yaitu, Hygiène de

l’assassin (1992), Le Sabotage amoreux (1993), Péplum Les Catilinaires (1995),

Attentat (1997), Mercure (1998), Stupeur et tremblements (1999), Métaphysique des tubes (2000), Cosmétique de l'ennem (2001), Robert des noms propres (2002), Antéchrista (2003), Biographie de la faim (2004), Acide sulfurique (2005),

Journal d'Hirondelle (2006), Ni d'Ève ni d'Adam (2007), Le Fait du prince (2008), Le Voyage d'hiver (2009), Une Forme de Vie (2010), Tuer le père (2011),

Barbe bleue (2012), La Nostalgie heureuse (2013), dan Pétronille (2104). Amélie Nothomb meraih penghargaan dari beberapa karyanya yaitu, Prix Alain-Fournier,

Prix René Fallet, Prix Littéraire de la Vocation, Prix Jacques Chardonne dan

Prix Atout Lire (1993), Grand Prix Roman de l’Académie Française (1999), Prix

de Flore (2007) dan Grand Prix Jean Giono di tahun 2008.

(22)

5

Roman Une Forme de Vie diterbitkan oleh Albin Michel pada tahun 2010 dan Le Livre de Poche pada tahun 2012. Roman ini terjual sebanyak 150.000 eksemplar dari penerbit Albin Michel dengan 20 kali pencetakan. Kemudian penerbit Le Livre de Poche telah menjual sebanyak 340.000 eksemplar. Roman ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berjudul Life Form. Roman ini juga menjadi nominasi pertama pada ajang Le Prix Concourt

(http://www.lefigaro.fr/livres/2011/01/12/03005-20110112ARTFIG00544-les-dix-romanciers-francais-qui-ont-le-plus-vendu-en-2010.php, diakes pada tanggal

19 November 2015).

Roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb selanjutnya dikaji terlebih dahulu unsur-unsur intrinsiknya yaitu dengan menganalisis alur, penokohan, latar, tema, dan keterkaitan antarunsur dengan analisis struktural. Kemudian analisis dilanjutkan dengan analisis unsur ekstrinsik yaitu analisis stuktural genetik dengan teori struktural genetik Lucien Goldman. Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui asal usul karya sastra dan pandangan dunia pengarang yang diangkat dalam roman Une Fome de Vie karya Amélie Nothomb.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

(23)

6

2. Keterkaitan antarunsur intrinsik dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

3. Latar belakang politik dan sosial yang diangkat dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

4. Pengaruh latar belakang kehidupan pengarang dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

5. Pandangan dunia pengarang yang diangkat dalam roman Une Forme de Vie

karya Amélie Nothomb.

6. Kondisi politik dan sosial saat dituliskannya roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka penelitian

berjudul “Analisis Struktural Genetik Roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb difokuskan pada beberapa permasalahan, di antaranya :

1. wujud unsur-unsur intrinsik berupa alur, penokohan, latar dan tema dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

2. keterkaitan antarunsur intrinsik dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

3. pandangan dunia pengarang yang diangkat dalam roman Une Forme de Vie

(24)

7

D. Rumusan Masalah

Permasalahan yang telah dibatasi dan dijadikan fokus penelitian, kemudian dirangkum dalam rumusan masalah sebagai berikut :

1. bagaimana wujud unsur-unsur intrinsik berupa alur, penokohan, latar dan tema dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb?

2. bagaimana keterkaitan antarunsur intrinsik dalam roman Une Forme de Vie

karya Amélie Nothomb ?

3. bagaimana pandangan dunia pengarang yang diangkat dalam roman Une

Forme de Vie karya Amélie Nothomb?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut :

1. mendiskripsikan wujud unsur-unsur intrinsik berupa alur, penokohan, latar dan tema dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

2. mendiskripsikan adanya keterkaitan antarunsur intrinsik dalam roman Une

Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

3. memaparkan pandangan dunia pengarang yang diangkat dalam roman Une

(25)

8

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian berjudul “Analisis Struktural Genetik Roman Une Forme

de Vie karya Amélie Nothomb” diharapkan memberikan manfaat baik secara teoretis maupun praktis sebagai berikut :

1. Teoretis

Secara teoretis, hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pemahaman terhadap salah satu teori sosiologi sastra yaitu struktural genetik yang dapat menambah khasanah penelitian di bidang sastra.

2. Praktis

(26)

9 BAB II KAJIAN TEORI

A.Roman Épistolaire sebagai Karya Sastra

Roman merupakan salah satu karya sastra fiksi. Roman memiliki sifat imajinatif dan merupakan salah satu bentuk dari prosa. Roman pertama kali ditulis dalam bahasa roman (Prancis) pada Abad Pertengahan (Moyen Age). Seperti yang diungkapkan oleh Scmitt & Viala bahwa roman (1982:215)

roman est genre narratif long, en prose. Au Moyen Age, <<roman>> renvoie à la langue employeé : le roman, par opposition au latin. Cette

forme peu contraignante n’a cessé de se développer, et est aujourd’hui le

genre le plus profilique.”

“roman adalah jenis naratif panjang berbentuk prosa. Pada abad

pertengahan, roman menggunakan bahasa roma sebagai oposisi bahasa latin. Bentuk roman sedikit terikat dan terus berkembang, dan saat ini roman merupakan bentuk prosa yang paling produktif.

Roman menggambarkan tokoh yang bersifat introver dan subjektif. Roman mampu membangun emosi dan imajinasi pembaca. Hal ini yang menjadi pembeda antara roman dan novel, seperti yang diungkapkan dalam The Anatomy of Prose Fiction karya Koesnosoebroto (1988:24) berikut,“...romance is essentially escapist literature; it appeals to the emotions and imagination of the

reader, while the novel leads the reader back to reality by questoning the basic of

romance...”.“...roman pada dasarnya adalah karya eskaptis yang menarik emosi

dan imajianasi pembaca, sementara novel menceritakan kembali kenyataan yang menjad i dasar roman...”

(27)

masyarakat yang menganggap surat sebagai sebuah fakta sosial dan sebuah karya sastra. Sehingga Frédéric Calas (1996: 13) mendefinisikan roman épistolaire

sebagai berikut, “le roman épistolaire est une forme conditionnée historiquement, qui doit son existence à la conjonction d'une forme d'expression, la lettre, et d'un

genre littéraire en mutation permanente à la fin du XVIIe siècle, le roman”.

Roman épistolaire merupakan sebuah penggambaran kondisi sejarah yang terbentuk karena adanya penggabungan antara ekspresi dalam surat dan salah satu genre sastra yaitu roman yang terus berkembang di akhir abad ke-17”. Sehingga ide yang termuat dalam roman épistolaire merupakan hasil dari penggabungan surat dan roman.

Roman épistolaire menunjukkan adanya hubungan komunikasi tidak langsung antartokohnya. Surat sebagai penghubung jarak antara pengirim dan penerima dalam penceritaan. Roman surat-menyurat memungkinkan adanya variasi karakter dan gaya bahasa pengarangnya. Seperti yang diungkapkan oleh M.Delon dalam Précis de littérature française au VIIIe siècle (1990: 32) sebagai berikut.

Le roman épistolaire est essentiellement un forme de <<discours>>, qui se fonde sur un schéma de communication mettant en scène un destinateur

et un destinataire, amènes à échanger des lettre en raison de l’absence qui

les sépare.”

“Roman épistolaire pada dasarnya merupakan sebuah bentuk

pengungkapan gagasan yang tersusun sebagai sebuah pola komunikasi antara pengirim dan penerima dimana mereka saling bertukar surat sebagai penghubungnya.”

(28)

“Lettre est texte échangé comme mode de correspondance, mais qui a été pris comme forme littéraire des l'Antiquité romaine. Beaucoup de correspondances privées ont été publiées pour leur valeur littéraire ou documentaire. Cette forme a aussi employée pour donner apparence authentique à des récits fictifs, ou plus de vivacité à des écrits polémiques.”

“Surat adalah teks yang dipertukarkan sebagai alat korespondensi, tetapi

surat merupakan bentuk sastra pada zaman romawi kuno. Banyak korespondensi yang telah dipublikasikan melalui karya sasta atau film dokumenter. Surat juga digunakan untuk memberi kesan nyata pada cerita fiktif atau variasi pada cerita-cerita polemik.”

Secara umum Frédéric Calas (1996: 24) menggambarkan komunikasi dalam roman épistolaire dalam sebuah skema sebagai berikut.

Gambar 1. La communication épistolaire

Destinateur (A) memiliki pengaruh besar terhadap korespondensi.

Destinateur memiliki kebebasan untuk berbagi pemikirannya, namun tidak sepenuhnya bersifat individual sebab terikat dengan topik yang diperbincangkan.

Destinataire (B) merupakan penerima surat yang dikirim oleh Destinateur (A).

Destinataire memiliki peran yang lebih potensial karena dapat menanggapi atau menolak surat yang dikirimkan.

Seiring perkembangan waktu terdapat perbedaan jenis roman épistolaire

berdasarkan cara korespondensi, yaitu sebagai berikut. DESTINATEUR

A

(29)

a. À Une Voix

Surat yang ditampilkan dalam roman hanya berasal dari destinateur, sedangkan destinataire hanya membaca surat yang ditujukan kepadanya dan tidak beraksi apapun (muet). Contoh roman épistolaire jenis ini adalah Les Lettres pourtugaises

b. Les Dialogue des Voix

Roman menampilkan surat dari destinateur dan destinataire. Sehingga dialog terjadi seperti bertatap muka dan terbuka. Les Lettres de la Grenouillère

karya Vadé adalah contoh roman épistolaire dengan jenis ini. c. Multiplication des Voix

Surat yang ditampilkan tidak hanya antara dua orang dan tidak terbatas dalam sebuah seri korespondensi épistolaire. Roman épistolaire jenis ini tidak mengutamakan jumlah surat yang dikirim dan diterima, melainkan kaitan, hubungan dan relasi antara beberapa orang di dalam korespondensi. Misalnya dalam roman Les Lettres d”Amabed karya Voltaire.

B. Analisis Struktural Roman

(30)

1. Alur (Plot)

Alur atau plot merupakan konstruksi yang dibuat pembaca mengenai sebuah deretan peristiwa yang secara logis dan kronologis saling berkaitan atau dialami oleh para pelaku (Luxemburg, 1984:13). Alur atau plot tidak hanya sekedar rangkaian peristiwa yang termuat dalam topik-topik tertentu, melainkan mencakup beberapa faktor penyebab terjadinya peristiwa. Plot tidak hanya dilihat dari jalannya peristiwa, namun dianalisis bagaimana urgensi peristiwa-peristiwa yang muncul mampu membangun konflik tokohnya (Fananie, 2002:93). Sehingga alur dalam sebuah cerita memiliki kaitan sebab akibat antara peristiwa yang satu dan yang lainnya.

Tidak semua peristiwa sebuh cerita langsung mengacu pada pembentukan alur cerita. Namun dengan adanya sekuen akan membentuk satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam sebuah cerita. Seperti yang diungkapkan oleh Barthes (1981 : 19) sebagai berikut.

“Une séquence est une suite logique de noyaux, unis entre eux par une

relation de solidarité ; la séquence s’ouvre lorsque l‘un de ses termes n’a point d’accèdent solidarité et elle se ferme lorsqu’un autre de se termes n’a plus conséquent.”

“Sebuah sekuen adalah sebuah urutan logis dari ini cerita dimana satu kesatuan hubungannya saling berkaitan. Sebuah sekuen dikatakan terbuka apabila satu bagian tidak memiliki hubungan dan tertutup apabila salah

satu bagiannya memiliki hubungan akibat.”

(31)

gagasan, dan bidang pemikiran yang sama, (2) sekuen harus membe ntuk koherensi ruang dan waktu.

Barthes (1981: 15) membagi fungsi sekuen berdasarkan hubungan antara satu sekuen dengan sekuen yang lain menjadi dua bagian yakni fonctions cardinales (noyaux) atau fungsi utama dan fonctions catalyses (katalisator). Sekuen yang mempunyai fungsi sebagi fungsi utama (fonction cardinales) dihubungkan berdasarkan hubungan kausal sehingga satuan ini mempunyai peranan penting untuk mengarahkan jalannya cerita. Sedangkan untuk sekuen yang memiliki fungsi katalisator (fonction catalyses) berfungsi sebagai penghubung sehingga membentuk hubungan kronologi.

Plot dapat dibedakan berdasarkan kriteria urutan waktu. Nurgiyantoro (2013 : 213) membedakannya menjadi plot lurus atau maju (progresif), plot sorot-balik atau mundur (flash-back) dan plot campuran.

1. Plot lurus atau progesif

Plot progesif terjadi apabila peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis (peristiwa-peristiwa yang pertama diikuti oleh (atau menyebabkan terjadinya) peristiwa-peristiwa yang selanjutnya. Plot progesif diceritakan secara runtut cerita dimulai dari tahap awal (penyituasian, pengenalan, permunculan konflik), tengah (konflik meningkat, klimaks), dan akhir (penyelesaian).

2. Plot Sorot-balik (Flash-back)

(32)

3. Plot Campuran

Penceritaan tidak secara mutlak berplot lurus-kronologis atau sebaliknya sorot-balik. Sehingga, penceritaan menggunakan kedua jenis plot tersebut secara bergantian.

Peyroutet (2001: 4) memiliki pendapat tersendiri terkait pembagian alur cerita. Alur cerita menurut Peyroutet adalah sebagai berikut.

1. Récit linéaire

Cerita yang digambarkan tampak seperti nyata. 2. Récit linéaire à ellipses

Cerita yang banyak menggambarkan peristiwa tambahan agar dapat membantu pembaca untuk berimajinasi sesuai penggambaran dalam cerita. 3. Récit en parallèle

Cerita digambarkan secara berututan mulai dari cerita pertama diikuti cerita kedua dan selanjutnya.

4. Récit non linéaire

Cerita yang digambarkan secara tidak berurutan. Cerita berawal dari cerita terkini, dilanjutkan dengan flash-back hingga tersusun sebuah cerita.

Selain memiliki beberapa jenis, alur cerita juga memiliki beberapa tahapan dari awal cerita hingga akhir cerita. Menurut Besson (1987:118) tahapan penceritaan adalah sebagai berikut.

a. La situation initiale (tahap penyesuain)

(33)

b. L’action de déclenche (tahap pemunculan konflik)

Pada tahapan ini timbul permasalahan yang akan memunculkan konflik. c. L’action se developpe (tahap peningkatan konflik)

Konflik yang telah muncul ditahap sebelumnya mulai memuncak dan menuju klimaks.

d. L’action se denoue (tahap klimaks)

Tahapan ini adalah puncak konflik yang dialami oleh tokoh. e. La situation finale (tahap penyelesaian)

Pada tahapan ini mulai menurun. Konflik mulai dapat diselesaikan dan jalan cerita menuju kebagian akhir.

Tahapan alur sesuai dengan pendapat Robert Besson (1987: 199) tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Tabel 1 : Tahapan Alur Robert Besson

(34)

Gambar 2 : Skema Force Agissante Keterangan Gambar :

1. Destinateur adalah seeorang atau sesuatu yang berfungsi sebagai pembawa atau penggerak cerita.

2. Destinataire adalah seseorang atau sesuatu yang menerima objek hasil tindakan sujet.

3. Sujet merupakan seseorang yang merealisasikan ide dari pengirim untuk mendapatkan objek.

4. Objet merupakan sesuatu atau seseorang yang diinginkan/ dicapai oleh sujet.

5. Adjuvant merupakan sesuatu atau seseorang yang membantu sujet untuk mendapatkan objet.

6. Opposant adalah sesorang atau sesuatu yang menghalangi dan

menggagalkan usaha sujet untuk mendapatkan objet.

Peyroutet (2001: 8) juga mengkategorikan akhir alur penceritaan. Akhir alur penceritaan terdiri dari delapan jenis, yaitu:

a. fin retour à la situation de départ

Cerita berakhir kembali pada situasi awal cerita. b. fin heureuse

Cerita berakhir dengan situasi menggembirakan. c. fin comique

(35)

d. fin tragique sans espoir

Cerita yang berakhir kematian atau kekalahan tokoh utama dan tidak ada harapan untuk memperoleh kebahagian.

e. fin tragique mais espoir

Cerita yang berakhir tragis, tetapi masih diberi harapan untuk memperoleh kebagian lewat jalan lain.

f. fin suite possible

Cerita yang masih memungkinkan untuk dilanjutkan. g. fin réflexives

Cerita yang diakhiri pesan moral dari narator mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di dalam cerita.

Selanjutnya Peyroutet (2001: 8) memaparkan jenis-jenis cerita dalam karya sastra menurut tujuan penulisan, tempat dan waktu terjadinya peristiwa, psikologi, serta tujuan dari tokoh cerita sebagai berikut.

a. Le récit réaliste

Cerita yang masuk dalam jenis ini adalah cerita yang menggambarkan kejadian yang ada di dunia nyata. Cerita ini menggunakan nama tempat, zaman dan lingkungan sosial yang sama dengan kenyataan.

b. Le récit historique

(36)

c. Le récit d’aventures

Cerita ini menggambarkan petualangan tokoh dan keberanian tokoh untuk mengambil resiko yang tinggi.

d. Le récit policier

Cerita ini menggambarkan tokoh yang harus memecahkan teka-teki dalam sebuah kasus.

e. Le récit fantastique

Dalam cerita ini, narator mengawali dengan menceritakan suatu kejadian yang asing yang bertentangan dengan norma umum dan akal manusia.

f. Le récit de science-fiction

Cerita ini berdasarkan pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengimajinasi dunia baru. Cerita ini menceritakan dunia di luar yang ada saat ini.

Dari berbagai pendapat yang dikemukakan, dapat diambil kesimpulan bahwa alur merupakan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam sebuah cerita yang saling berkaitan satu sama lain yang diceritakan berdasarkan tahapan tertentu.

2. Penokohan

(37)

une rôle essentiel dans l’organisation des histoires. Ils permettent les actions, les

assument, les subissent, les relient entre elle et leur donnent sens.” “Tokoh

memiliki sebuah peranan penting dalam mengatur cerita. Tokoh melakukan tindakan, menjalankan peran, menerima peran, mengikat keseluruhan peran dan memberikan peran-peran tersebut makna.”

Nurgiyantoro (2013: 249) menambahkan pendapat terkait fungsi tokoh dalam cerita yang menempati posisi strategis sebagai pembawa dan penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada pembaca. Tokoh dalam penceritaan tidak selalu berwujud manusia. Hal tersebut seperti yang diungkapkan Schmitt dan Viala (1982 : 69) sebagai berikut.

“Les participants de l’action sont ordinairement les personnages du récit.

Il s’agit très souvent d’humains ; mais une chose, un animal ou une entité

(la Justice, La Mort, etc.) peuvent être personnifiés et considérés alors

comme des personnages. ”

“Tokoh merupakan para pelaku dalam cerita. Tokoh biasanya sering diperankan oleh manusia. Akan tetapi benda, seekor binatang atau bahkan sebuah entitas (keadilan, kematian dan sebagainya) dapat diibaratkan dan

dianggap sebagai tokoh.”

(38)

Tokoh berdasarkan perwatakannya dibedakan menjadi tokoh sederhana dan tokoh bulat. Tokoh sederhana merupakan tokoh yang hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat dan watak tertentu saja. Sedangkan tokoh bulat adalah tokoh yang memiliki dan diungkapkan sebagai kemungkinan sisi kehidupannya, sisi kepribadiannya dan jati dirinya. Tokoh bulat dapat memiliki watak tertentu yang dapat direkayasa dan dapat menampilkan watak dan tingkah laku yang bermacam-macam (Foster melalui Nurgiyantoro 2013: 264-265). Watak tokoh bulat biasanya sulit ditebak oleh pembaca dan seringkali tidak dapat diduga. Seperti pendapat yang diungkapkan oleh Koesnosoebroto (1988: 67) berikut.

“ A round character is complex in temperament and motivation and is represented with subtle particularity: those he is as difficult to describe with any adequacy as a person in real life, and like most people, he is

capable surprising us.”

Tokoh bulat adalah tokoh kompleks dari segi emosi dan motivasi serta mampu memerankan dengan baik, yang mana dia sulit untuk dijelaskan layaknya dikehidupan nyata, dan seperti kebanyakan tokoh bulat pada umumnya, dia mampu mengejutkan pembaca.”

(39)

menjelaskan bahwa tokoh utama dan tokoh tambahan serta tokoh protagonis dan tokoh antagonis sering digabungkan. Sehingga kategorisasi lengkapnya dapat dibedakan menjadi tokoh utama protagonis, tokoh utama antagonis, tokoh tambahan protagonis, tokoh tambahan protagonis dan sebagainya Dari pendapat yang telah dipaparkan, maka tokoh didefinisikan sebagai individu-individu yang terkait dalam penceritaan yang memiliki watak sesuai dengan peran yang ingin digambarkan. Tokoh mempunyai peran sentral untuk menyampaikan ide, motif, alur, tema, pesan, moral dan amanat kepada pembaca.

3. Latar

Dalam sebuah penceritaan, latar terdiri dari tiga aspek penting yaitu la tar waktu, tempat dan lingkungan sosial. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Connolly melalui Koesnosoebroto (1988: 79) bahwa latar mencakup waktu, tempat, dan situasi konkret narasi di lingkungan dimana karakter dimainkan. Nurgiyantoro (2013: 314) memaparkan terkait ketiga unsur latar tersebut sebagai berikut.

a. Latar Tempat

Latar tempat memaparkan pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Penggunaan latar tempat yang menggunakan nama-nama tertentu harus mampu mencerminkan sifat geografis dari tempat yang bersangkutan. Yves Reuter (2005: 36) memaparkan fungsi latar tempat sebagai berikut.

“Les lieux vont d’abord fonder l’ancrage réaliste ou non réaliste de

l’histoire. Ainsi, ils peuvent ancrer le récit dans la réel, produire

(40)

possibles par des descriptions détaillées et des éléments typiques, tout cela renvoyant à un savoir culturel reperable en dehors du roman.”

“Latar tempat selanjutnya akan membangun gambaran nyata atau tidak nyata dalam cerita. Dengan demikian, latar tempat dapat menggambarkan penceritaan seperti dalam kenyataannya, menciptakan kesan yang mencerminkan kondisi di luar teks. Hal ini akan terjadi apabila teks berisi informasi yang akurat sesuai dengan keadaan kita, jika dimungkinkan dapat didukung oleh penjelasan detail dan beberapa ciri khas yang semuanya mengacu pada sebuah pemahaman budaya yang teridentifikasi

di luar teks.”

Dari kutipan tersebut dapat diketahui bahwa latar tempat memberikan pengaruh dalam penceritaan. Latar tempat dapat membangun kesan cerita yang nyata ataupun rekaan. Pemaparan kondisi tempat yang sesuai dengan kondisi yang sebenarnya akan memberikan kesan nyata dalam penceritaan. Hal tersebut dapat diidentifikasi melalui kondisi fisik tempat maupun ciri khas atau kebiasaan yang biasa dilakukan di wilayah tersebut.

b. Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Peyroutet (2001: 6) memaparkan bahwa latar waktu memberikan keterangan secara tepat mengenai masa, bulan, tahun terjadinya peristiwa diceritakan. Latar waktu juga meliputi lamanya proses penceritaan. Setiap roman memiliki lama waktu penceritaan yang berbeda-beda. c. Latar Sosial

(41)

cara pikir dan sikap. Latar sosial juga berhubungan dengan status tokoh sosial yang bersangkutan.

4. Tema

Penceritan sebuah karya sastra merupakan pengungkapan ide dan gagasan dari pengarangnya. Tema merupakan gagasan utama dalam sebuah penceritaan yang menjadi landasan pengembangan peristiwa. Seperti yang diungkapkan oleh Fananie (2002: 84) bahwa tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatarbelakangi terciptanya karya sastra. Nurgiyantoro (2013 : 133) membagi tema menjadi dua jenis yaitu tema mayor dan tema minor. Tema mayor adalah makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan umum karya. Tema minor adalah makna yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu cerita saja. Tema mayor dan tema minor tidak dapat terpisah dan saling bersangkutan menjadi sebuah kesatuan.

C. Keterkaitan antarunsur Intrinsik Karya Sastra

Setiap karya sastra yang diciptakan memiliki nilai estetika. Nilai estetika dalam karya sastra dibangun oleh kesatuan unsur-unsur pembentuknya (unsur intrinsik) yang tercermin dalam strukturnya. Kesatuan tersebut mencerminkan suatu harmonisasi (Fananie, 2002: 76). Unsur-unsur pembentuk karya sastra meliputi alur, penokohan, latar dan tema.

(42)

yang bertugas sebagai pendukung. Alur, tokoh, dan latar dalam cerita dimungkinkan menjadi padu dan bermakna jika diikat oleh sebuah tema. Tema memiliki memberikan koherensi dan makna terhadap unsur-unsur tersebut dan berbagai unsur lain dalam karya fiksi.

Plot atau alur memiliki keterkaitan erat dengan tokoh. Plot yang merupakan penyajian secara liner tentang berbagai hal yang berhubungan dengan tokoh, maka pemahaman terhadap cerita ditentukan oleh plot. Untuk mengeta hui tema sebuah cerita diperlukan informasi dari plot atau alur. Tema dapat dilihat melalui peristiwa dan aktivitas yang dialami oleh tokoh yang mampu memunculkan konflik.

Latar menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan dikenai suatu kejadian. Latar bersifat memberi aturan permainan terhadap tokoh. Latar mempengaruhi tingkah laku dan cara berpikir tokoh yang kemudian akan mempengaruhi pemilihan tema. Namun, hal tersebut dapat berlaku sebaliknya dimana tema yang sudah dipilih akan menuntut pemilihan latar dan latar yang mendukung (Nurgiyantoro 2013: 198-199).

(43)

D. Struktural Genetik Lucien Goldmann

Struktural genetik merupakan sebuah teori analisis sastra yang dikembangkan oleh seorang sosiolog Prancis bernama Lucien Goldmann. Menurut Kurniawan (2012: 103) struktural genetik Goldmann merupakan pendekatan sastra yang bergerak dari teks sebagai fokus yang otonom menuju faktor-faktor yang bersifat ekstrinsik di luar teks, yaitu penulis sebagai bagian masyarakat. Melalui struktural genetik, kajian sastra akan meneliti adanya hubungan karya sastra dengan peristiwa-peristiwa sejarah sosial. Bagi penganut struktural genetik, karya sastra lahir atas dasar dorongan aspek sosio-historis manusia. Karya sastra akan menemukan keseimbangan melalui realitas sosial. Karya sastra memiliki fungsi untuk mengubah karakter dan perilaku manusia (Endraswara, 2012: 136)

Pendekatan struktural genetik Goldmann dibangun sebagai cara untuk memahami karya sastra dalam konteks genetiknya untuk melengkapi kekurangan struktural. Sebab, karya sastra adalah produk fakta kemanusian dan subjek kolektif yang tidak bisa dilepaskan dari hubungan dieleksis pengarang dan masyarakat (Kurniawan, 2012: 113). Oleh sebab itu pengarang mampu menjadi perwujudan dari masyarakat dimana karya sastra itu berasal.

a. Fakta Kemanusian

(44)

berkaitan dengan hasil pemikiran libidal sedangkan fakta sosial mempunyai peranan sejarah (Faruk 2014: 57).

Fakta kemanusian memiliki struktur dan arti tertentu. Pemahaman mengenai fakta kemanusian harus mempertimbangkan stuktur dan arti yang dimiliki. Struktur dalam fakta kemanusiaan diikat oleh tujuan yang menjadikannya mempunyai sebuah arti. Sehingga semua unsur yang mendukung aktivitas fakta kemanusian itu terarah kepada tercapainya tujuan yang dimaksud. Fakta kemanusian tumbuh sebagai respon dari subjek kolektif ataupun individual terhadap situasi dan kondisi yang ada di dalam diri dan di sekitarnya untuk mengubah situasi yang ada agar cocok bagi aspirasi-aspirasi subjek tersebut (Goldmann via Faruk, 2014: 58). Hal ini didukung pula oleh pendapat Goldman (1964: 338) sebagai berikut.

Le structuralisme génétique part de l’hypothèse que tout comportement humain est un essai de donner une réponse significative à une situation particulière et tend par cela même à créer

un équilibre entre le sujet de l’action et l’objet sur lequel elle porte, le monde ambiant.”

“Struktural genetik berasal dari hipotesis bahwa seluruh tingkah laku manusia adalah hasil merespon secara signifikan pada situasi khusus dan dari hal tersebut tercipta keseimbangan antara subjek pelaku dan objek

yang dibawa, yaitu dunia sekitar.”

(45)

usahanya tersebut tidak akan selalu berhasil karena terdapat berbagai rintangan (Goldmann via Faruk, 2014: 58). Sehingga bagi struktural genetik karya sastra hidup dalam dan menjadi bagian dari proses asimilasi dan akomodasi yang berlangsung terus menerus (Faruk, 2014: 61).

b. Subjek Kolektif

Subjek kolektif atau yang biasa disebut dengan subjek trans-individual merupakan kumpulan individu-individu yang menjadi satu kesatuan dan satu kolektifivitas. Fakta kemausian dapat berasal dari fakta individual maupun fakta sosial. Goldmann (1964: 341-342) meyakini bahwa karya kultural yang besar merupakan fakta sosial yang hanya dapat diciptakan oleh subjek trans-individual, dimana ia berasal dari suatu kelompok sosial (keluarga, pekerjaan, bangsa, persahabatan, kelas sosial, dan sebagainya). Hal tersebut disebabkan oleh trans-individual yang menampilkan pikiran-pikiran individu dengan struktur mental kelompok.

(46)

c. Pandangan dunia

Karya sastra adalah struktur yang mewakili pandangan dunia (vision du monde) pengarangnya. Pandangan dunia memegang peranan dalam kaitannya dengan ide pokok, pesan-pesan penulis baik sebagai individu maupun kelompok sosial yang diwakilinya. Pandangan dunia merupakan unsur yang peling rekevan baik bagi penelitian sastra maupun antropologi dalam rangka memperoleh pemahaman mengenai eksistensi kelompok tertentu seperti dikemukakakn dalam karya sastra, atau sebaliknya mmahami karya sastra dalam kaitannya dengan komunitas tertentu, subjek transindividual menurut pemahaman lain (Ratna, 2011: 128-129).

Goldmann (1964: 346) mendefinisikan bahwa pandangan dunia sebagai kategori-kategori mental yang tidak hanya terdapat pada seseorang mengenai kelompok dalam bentuk kecenderungan yang menyatu. Ekspresi dari pandangan dunia merupakan bagian dari realita imajiner atau konseptual yang terstrukturasi dan mengembangkan struktur dalam dunia global (kesadaran kelompok diwakilkan melalui pandangan dunia seseorang). Hal seupa juga diungkapkan oleh Nyoman Kutha Ratna (2011: 131) bahwa pandangan dunia merujuk pada sejumlah besar kecenderungan mental spiritual yang merupakan akumulasi total dari kesadaran sebuah kelompok. Pandangan dunia berfungsi untuk menjelaskan sejumlah gejala, yaitu gejala-gejala sosial yang terkandung dalam aktivitas kehidupan kelompok.

(47)

dunia tempat manusia itu berada, melainkan merupakan semacam cara atau gaya hidup yang dapat mempersatukan anggota satu kelas dalam kelas yang sama dan membeda-bedakan dari anggota-anggota dari kelas sosial yang lain (Faruk, 2014: 66).

Pandangan dunia sebagai penghubung antara struktur masyarakat dan struktur sastra. Sebab pandangan dunia berkembang sebagai hasil dari situasi sosial dan ekonomi tertentu yang dihadapi oleh subjek kolektif yang memilikinya (Goldmann via Faruk, 2014: 67). Pandangan dunia memiliki koherensi menyeluruh yang merupakan perspektif koheren dan terpadu mengenai manusia, hubungan antar manusia dan alam semesta secara keseluruhan. Dalam hal ini perspektif berasal dari sebuah masyarakat yang berada pada posisi tertentu dalam struktur sosial secara keseluruhan yang merupakan respon kelompok masyarakat terhadap lingkungan sosial tertentu (Faruk, 2014: 71).

d. Stuktur Karya Sastra

(48)

e. Dialektika Pemahaman-Penjelasan

Karya sastra yang memiliki hubungan dengan kondisi suatu masyarakat ikutserta dalam menyelesaikan permasalahan yang muncul di masyarakat. Sehingga untuk mendapatkan pengetahuan mengenai karya sastra, Goldmann mengembangkan metode diaelektik. Prinsip dasar metode dialektik yang membuatnya berhubungan dengan masalah koherensi adalah pengetahuannya mengenai fakta-fakta kemanusian yang akan tetap abstrak apabila tidak dibuat konkret dengan mengintergrasikan ke dalam keseluruhan (Goldmann via Faruk, 2014:77).

Kemudian Goldmann membedakan konsep pemahaman dan penjelasan.

Goldmann (1964: 354) mengatakan bahwa: “explication et compréhension ne

sont donc pas deux processus intellectuels différents mais un seul et même

processus rapporté à deux cadres de référence.” Penjelasan dan pemahaman bukan dua proses intelektual yang berbeda melainkan satu kesatuandan proses yang sama yang menghubungkan dua bingkai referensi. Pemahaman merupakan usaha untuk mengerti identitas bagian, sedangkan penjelasan adalah usaha untuk mengerti makna bagian itu dengan menempatkan dalam keseluruhan yang lebih besar.

(49)

tergabungkan dalam hipotesis menyeluruh, daftar-daftar elemen-elemen dan hubungan-hubungungan baru yang tidak diperlengapi dalam model semula, dan frekuensi elemen-elemen dan hubungan-hubungan yang diperlengkapi dalam model yang sudah dicek.

Dari pendapat-pendapat yang telah diungkapkan dapat disimpulkan bahwa struktural genetik merupakan sebuah pendekatan sastra yang tidak hanya menitikberatkan unsur-unsur pembangun karya sastra secara intrinsik, melainkan latar belakang terciptanya karya sastra. Sebab pengarang merupakan representasi dan bagian dari masyarakat dengan berbagai kondisi sosial dan permasalahannya. Realitas sosial yang berada di dalam lingkungan masyarakat menumbuhkan keseimbangan dan harmonisasi dalam karya sastra yang diciptakan.

E. Penelitian Lain yang Relevan

Untuk memperkaya referensi penelitian, telah diadakan tinjuan pustaka terhadap beberapa penelitian sebelumya, yaitu:

1. skripsi berjudul “Analisis Struktural-Genetik Roman Lignes de Faille Karya Nancy Huston”disusun oleh Damar ‘Izati (2010). Skripsi tersebut mendiskripsikan pencarian keluarga yang hilang akibat perang dunia kedua akibat program Lebensboen Nazi.

2. skripsi berjudul “ Analisis Strukturalisme Genetik dalam Novel Moi Nojoud, 19 Ans, Divorcée Karya Nojoud Ali dan Delphine Minoui: Sebuah Sosiologi

Sastra” yang disusun oleh Natiqotul Muniroh (2007). Skripsi tersebut

(50)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek dan Objek Penelitian

Penelitian dengan judul ” Analisis Struktural Genetik Roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb” merupakan sebuah penelitian deskriptif kualifikatif. Subjek penelitian ini adalah roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb yang ditulis pada tahun 2010 yang diterbitkan Albin Michel di Paris. Roman ini memiliki ketebalan 169 halaman. Roman yang dikaji berupa roman

épistolaire yang memuat 31 surat. Sedangkan objek penelitian adalah unsur-unsur intrinsik yang meliputi alur, tokoh, latar dan tema serta keterkaitan antarunsur intrinsik dalam roman Une Forme de Vie. Ditambah pandangan dunia pengarang yang diangkat dalam roman tersebut.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualifikatif. Hal ini disebabkan data yang dianalisis berupa data kualifikatif yang terdiri dari kata, frasa, kalimat dan paragraf yang termuat dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb. Sebab, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan unsur intrinsik dan keterkaitan antarunsur intrinsik roman Une Forme de Vie

(51)

34

Teknik penelitian yang digunakan adalah teknik analisis konten. Zuchdi (1993: 1) menyatakan bahwa analisis konten ialah suatu teknik yang sistematik untuk menganalisis makna pesan dan cara mengungkapkan pesan. Prosedur penelitian tersebut diuraikan sebagai berikut :

1. Pengadaan Data

Pengadaan data pada roman épistolaire pada dasarnya sama dengan jenis roman yang lain. Pengadaan data dilakukan dengan membaca berulang-ulang, kemudian menganalisis secara cermat yang diharapkan mampu menjawab permasalahan yang diajukan. Berikut langkah-langkah yang dalam analisis konten:

a. Penentuan Unit

Penentuan unit analisis merupakan kegiatan memisahkan data menjadi bagian-bagian yang selanjutnya dapat dianalisis (Zuchdi, 1993: 30). Satuan unit analisis yang akan didapatkan dalam penelitian ini berupa unsur-unsur intrinsik dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb yang meliputi alur, penokohan, latar dan tema serta keterkaitan antarunsur intrinsik. Selain itu, unit analisis mengkaji pandangan dunia pengarang.

b. Pengumpulan dan Pencatatan Data

(52)

35

2. Inferensi

Inferensi merupakan kegiatan memaknai data sesuai dengan konteksnya. Untuk menganalisis isi komunikasi hanya diperlukan deskripsi, sedangkan untuk menganalisis makna, maksud, atau akibat komunikasi diperlukan penggunaan inferensi (Zuchdi, 1993: 22). Kegiatan inferensi dalam penelitian ini adalah memaknai data berupa unsur-unsur intrinsik (alur, penokohan, latar dan tema), keterkaitan antarunsur intrinsik dan pandangan dunia pengarang yang diangkat pada roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

Langkah pertama dilakukan pemahaman data secara menyeluruh dengan membaca teks roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb hingga diperoleh abstraksi kesimpulan dari isi roman. Langkah selanjutnya, abstraksi-abstraksi dipahami dalam konteksnya sehingga tidak mengalami penyimpangan dan sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Teknik Analisis Data a. Penyajian Data

Data dalam penelitian ini disajikan dengan mendeskripsikan kalimat-kalimat yang relevan dengan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya yaitu unsur-unsur intrinsik (alur, penokohan, latar, dan tema), keterkaitan antarunsur intrinsik dan pandangan dunia pengarang dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

b. Analisis Data

(53)

36

penelitian dengan data yang bersifat kualifikatif dan perlu dijelaskan secara deskriptif. Langkah – lagkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

1. menganalisis unsur intrinsik roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb dan keterkaitan antarunsur intrinsik menggunakan teori strukturalisme.

2. menganalisis pandangan dunia pengarang menggunakan teori struktural genetik Lucien Goldmann.

3. membuat kesimpulan berkaitan dengan unsur roman Une Forme de Vie dan pandangan dunia pengarang.

C. Validitas dan Reliabilitas

Validitas data digunakan untuk mengukur mengukur keabasahan dan kesahian data. Hasil penelitian dikatakan valid jika didukung oleh fakta, yaitu benar secara empiris, akurat, dan konsisten dengan teori yang mapan (Zuchdi, 1993: 73). Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas semantis. Validitas semantis yang merupakan sebuah teknik pengukuran tingkat kesensitifan suatu teknik terhadap makna simbolik yang relevan dengan konteks yang dianalisis. Validitas ini dilaksanakan dengan cara pembacaan secara teliti sehingga diperoleh interpretasi yang tepat.

(54)

37

(55)

38 BAB IV

ANALISIS STRUKTURAL DAN GENETIK ROMAN UNE FORME DE VIE KARYA AMÉLIE NOTHOMB

Karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang berkaitan satu sama lain dan membentuk sebuah kesatuan yang memiliki nilai estetika. Unsur-unsur tersebut meliputi unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Dalam penelitian ini dianalisis unsur intrinsik yang berupa alur, penokohan, latar dan tema serta keterkaitan antarunsur tersebut. Dilanjutkan dengan analisis unsur ekstrinsik yang berupa pandangan dunia pengarang dengan menggunakan pendekatan struktural genetik Lucien Goldmann.

A. Wujud Unsur-unsur Intrinsik dalam Roman Une Forme de Vie Karya Amélie Nothomb

1) Alur

Terdapat beberapa langkah untuk menentukan alur sebuah cerita. Langkah pertama yaitu menyusun sekuen. Sekuen-sekuen tersebut kemudian dipilih peristiwa-peristiwa yang mempunyai hubungan kausalitas atau biasa disebut Fungsi Utama (FU). Fungsi utama digunakan untuk memperoleh kerangka utama. Dalam roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb diperoleh 48 sekuen (terlampir) dan 20 fungsi utama. Berikut ini adalah fungsi utama dalam roman

Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb.

1) Pengiriman surat kepada Amélie Nothomb oleh Melvin Mapple untuk meminta bantuan dan pemahaman Amélie Nothomb .

(56)

39

3) Ketidakpercayaan Amélie Nothomb terhadap kondisi yang diungkapkan oleh Melvin Mapple bahwa dia mengalami kelelahan dan mengalami tekanan.

4) Pengungkapan realita oleh Melvin Mapple bahwa sejak diturunkan di Bagdad pada tahun 2003, jumlah tentara Amerika yang terserang penyakit meningkat tajam, namun hal tersebut dirahasiakan oleh Presiden Bush dan baru terungkap ke media saat masa jabatan Presiden Obama.

5) Pengakuan Melvin Mapple bahwa dia dan rekan-rekan tentaranya mengalami kegemukan karena tertekan dengan aktivitas peperangan dan trauma melihat akibat tindakan yang mereka lakukan dengan tangan mereka sendiri.

6) Perbedaan penggunaan anti depresan pada peperangan modern antara Amerika Serikat dan negara-negara lain dimana negara lain menggunakan opium dan Amerika menggunakan makanan.

7) Pengungkapan kasus kematian Iggy sebagai korban uji coba pemasa ngan cincin lambung oleh tim medis Amerika agar mengurangi tingkat kelaparan pada tentara Amerika.

8) Terjadinya kekerasan pada tentara bertubuh kegemukan oleh tentara yang lain baik secara psikologis berupa provokasi hingga secara fisik yang tergambar dari insiden perkelahian antara kedua kubu tersebut yang berakhir dengan penyiraman Chili Corn Carne mendidih ke tubuh Plumpy.

9) Permintaan Melvin Mapple untuk dicarikan sebuah galeri seni yang bersedia untuk memasang foto kegemukannya agar tentara-tentara yang pulang dari medan perang tidak merasa malu.

10) Usaha Amélie Nothomb untuk menemukan galeri seni yang bersedia memajang foto-foto Melvin Mapple sebagai bentuk protes terhadap kegemukan dan intervensi militer di Irak.

11) Permintaan pihak galeri untuk menampilkan foto Melvin Mapple yang menggunakan seragam militer.

(57)

40

13) Pencarian sosok Melvin Mapple yang tidak teridentifikasi di kemiliteran Amerika Serikat yang berada di Irak.

14) Ditemukannya fakta baru bahwa nama Howard Mapple yang berada didaftar kemiliteran yang kemudian memberitahukan kepada Amélie Nothomb untuk mengirimkan surat ke Baltimore.

15) Pengakuan Melvin Mapple bahwa sebenarnya dirinya bukan seorang tentara serta kisah kemiliteran yang diceritakannya adalah kisah dari kakak laki-lakinya.

16) Kemarahan Amélie Nothomb mengetahui bahwa dia dibohongi setelah sekian lama berkorespondensi dan memberikan toleransi pada permasalahan yang dihadapi Melvin Mapple.

17) Penjelasan Melvin Mapple tentang kisah yang diceritakannya adalah gabungan antara kisah hidupnya dan kisah kehidupan militer yang mengalami kegemukan yang dimuat pada artikel.

18) Keputusan Amélie Nothomb untuk bertemu Melvin Mapple di Wanshington yang disambut baik oleh Melvin Mapple.

19) Gejolak dalam diri Amélie Nothomb saat berada di pesawat untuk mengurungkan niat bertemu Melvin Mapple dengan berbagai cara.

(58)

41

Tabel 2 : Tahapan Alur Ce rita dalam Roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb

Déclenche L’action se Développe L’action se dénoue

(59)

42

Tahapan pertama penceritaan merupakan situasi awal pengenalan cerita. Pada tahap ini tokoh utama dideskripsikan secara singkat. Pada roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb digambarkan melalui FU 1-2 yaitu penerimaan surat oleh Amélie Nothomb dari Melvin Mapple untuk meminta pemahaman dan bantuan dari Amélie Nothomb. Melvin Mapple menceritakan secara singkat bahwa dirinya merupakan seorang tentara Amerika yang ditugaskan di Bagdad sejak 6 tahun silam sejak kemelut peperangan antara Amerika dan Irak terjadi. Dia merasa diperlakukan seperti seekor anjing di Irak. Hal tersebut tampak dalam surat pertama Melvin Mapple sebagai berikut.

“Je suis soldat de 2e classe dans l’armée américaine, mon nom est Melvin Mapple. Je suis poste à Bagdad depuis le début de cette fichue, il y a plus

de six ans. Je vous écris parce que je souffre comme un chien. J’ai besoin d’un peu de compréhension et vous...”(p.7)

“Saya adalah pasukan regu kedua dalam tentara amerika, nama saya Melvin Mapple. Saya bertugas di Bagdad sejak awal peperangan keji ini yang berlangsung sekitar 6 tahun. Saya menuliskan ini kepada anda karena saya merasa seperti seekor anjing. Saya membutuhkan Anda dan sedikit pemahaman Anda...” ( Hal.7)

(60)

43

sesungguhnya membutuhkan bantuan seorang psikolog untuk memahami permasalahannya. Sebagai seorang pengarang Amélie Nothomb mengirimkan seluruh buku-bukunya yang telah diterjemahkan dalam bahasa Inggris kepada Melvin Mapple untuk sedikit meringankan bebannya. Di luar dugaan ternyata Melvin Mapple justru telah membaca seluruh karya Amélie Nothomb dan atas dasar hal tersebut dia meminta pemahaman dari Amélie Nothomb. Melvin Mapple meyakini bahwa Amélie Nothomb dapat memahami permasalahannya.

Dilanjutkan dengan FU 2 yang mendeskripsikan lebih mendetail tokoh Melvin Mapple yang berawal dari dimuatnya korespondensi antara Amélie Nothomb dengan seorang tentara Amerika yang bertugas di Bagdad dalam artikel

Philadelphia Daily Report. Hal tersebut menimbulkan keingintahuan Amélie Nothomb terhadap kehidupan Melvin Mapple. Saat dia diwawancari oleh wartawan terkait sosok Melvin Mapple, Amélie Nothomb tidak mampu menceritakannya secara detail. Melvin Mapple merespon dengan baik keinginan Amélie Nothomb. Dia menceritakan keadaan keluarganya yang hidup miskin di Baltimore. Orang tua Melvin Mapple merasa malu apabila memiliki seorang anak tentara. Sehingga Melvin Mapple pernah mencoba bekerja sebagai pengarang dan pelukis karena kecintaannya terhadap dunia seni. Namun akhirnya pada tahun 1999, setelah meyakinkan kedua orang tuanyaMelvin Mapple resmi mendaftar di kemiliteran Amerika.

(61)

44

kondisi kesehatan yang menurun yang digambarkan pada FU 3. Pada situasi ini Amélie Nothomb yang telah memiliki banyak pengetahuan merasa ragu-ragu dan tidak percaya atas pengakuan Melvin Mapple. Mereka telah menjalani masa perang selama hampir 6 tahun. Mereka seharusnya telah terbiasa dengan masalah-masalah di peperangan. Kondisi tersebut ditunjukkan pada analisis surat yang dilakukan oleh Amélie Nothomb sebagai berikut.

“Ce billet me plongea dans l’inquiétude. J’imaginais qu’il ne manquait

pas de raisons d’être malade en Irak: l’emploi militaire de substances

toxiques, le stress, voire quelque blessure au combat.”(P.26)

“Surat ini membuatku khawatir. Saya beranggapan bahwa dia tidak memiliki alasan untuk sakit di Irak. Pegawai kemiliteran telah diberikan daya tahan terhadap penyakit, stress bahkan luka berat di peperangan.”

(Hal. 26)

Ketidakpercayaan Amélie Nothomb menyebabkan pengungkapan fakta-fakta tentang kehidupan di medan perang oleh Melvin Mapple. Pada FU 4 Melvin Mapple mengungkapkan kondisi politik di Amerika selama pemerintahan presiden Bush. Sejak diturunkan pada bulan Maret 2003, tentara-tentara Amerika banyak yang terserang penyakit. Tetapi hal ini tidak diketahui oleh masyarakat umum karena dirahasiakan oleh pihak administrasi presiden Bush untuk menjaga nama baik kemiliteran Amerika. Sejak masa jabatan presiden Obama, realita ini mulai diketahui publik tetapi tidak secara mendetail. Melvin Mapple mengungkapkan penyakit yang diderita tentara Amerika bukanlah penyakit seksual seperti yang diasumsikan masyarakat.

(62)

45

menghancurkan bangunan-bangunan dan meledakkan pemukiman warga sipil dengan tangan mereka sendiri. Di sekitar mereka terdapat potongan tubuh manusia yang tidak bersalah yang mereka habisi dengan tangan mereka. Beberapa tentara kehilangan nafsu makan mereka, namun sebagian yang lain justru menjadikan makanan sebagai pelampiasan untuk menghadapi pertempuran dan membangun ketabahan akan ketakutan mereka.Mereka makan begitu banyak seperti seekor babi untuk menghadapi kematian yang mungkin terjadi di keesokan hari. Kegemukan membawa permasalahan baru bagi para tentara sehingga memunculkan ketakutan untuk kembali ke Amerika.

“Nous aurons de vrais problèmes avec l'opinion publique. Il est

indispensable que l'armée américaine véhicule une image virile de force dure et courageuse. Or, l'obésité qui nous encombre de seins et de fesses

énormes donne une image féminine de mollesse et pleutrerie.”(P.37).

“Kami memiliki masalah baru dengan opini publik. Hal yang penting dari

diri tentara Amerika adalah membawa citra seorang yang gagah dengan kekuatan yang tangguh dan penuh semangat. Tetapi obesitas yang terbentuk pada dada dan bokong kami memberikan sebuah citra kewanita-wanitaan yang pemalas dan pengecut.( Hal. 37)

Kutipan tersebut menunjukkan opini negatif masyarakat bahwa tentara-tentara tersebut ditugaskan untuk berperang bukan untuk makan dan menggemukkan diri. Opini-opini tersebut membawa kecemasan bagi tentara-tentara Amerika. Sebab selama ini kekuatan militer Amerika digambarkan dengan kegagahannya dan ketangguhannya. Sehingga kegemukan yang tentara-tentara Amerika menjadi beban selain aktivitas-aktivitas peperangan.

(63)

46

tahun 1960-1970 an sebagai anti depresi. Mereka menggunakan makanan sebagai obat penenang. Sehingga mereka mengalamikegemukan karena konsumsi makanan yang terus menerus. Di peperangan modern biasanya digunakan opium sebagai obat penenang. Ketergantungan atas opium lebih mudah disembuhkan sebab opium lebih sulit didapatkan apabila nanti mereka kembali ke negara asalnya. Sehingga kemungkinan untuk berhenti dari kecanduan sanga t besar. Berbeda dengan makanan yang dapat diperoleh dengan mudah sehingga kegemukan akan sulit dihentikan. Kondisi tersebut akan menjadi permasalahan ketika para tentara kembali ke masyarakat. Padahal selama di peperangan mereka telah menghadapi berbagai permasalahan seperti gangguan kesehatan dan gangguan ekonomi yang disebabkan oleh kegemukan mereka.

Konflik lain yang muncul juga berasal dari dalam kemiliteran. Pada FU 7 digambarkan kasus kematian akibat kesalahan tim medis yang didatangkan Amerika yang diungkapkan. Pemasangan cincin pada lambung mengakibatkan kematian seorang tentara bernama Iggy. Pemasangan alat tersebut dimaksudkan agar tentara-tentara tidak cepat merasa lapar. Pada awalnya operasi berjalan dengan lancar. Beberapa waktu setelahnya Iggy mengalami pendarahaan yang luar biasa yang tidak dapat diselamatkan oleh tim medis kemiliteran. Sedangkan Tim medis yang seharusnya menangani permasalahan tersebut justru kembali ke Florida. Hal tersebut mendatangkan trauma baru kepada para tentara untuk menjalani proses pengurusan.

(64)

tentara-47

tentara yang mengalami kegemukan. Kekerasan tidak hanya melalui provokasi, gunjingan, dan cemoohan. Mereka dapat melakukan kekerasan fisik hingga terjadi kasus penyiraman Plumpy dengan masakan Chili Con Carne mendidih oleh tentara bertubuh kurus saat terjadi perkelahiaan diantara kedua kubu akibat kekesalan tentara bertubuh gemuk atas provokasi yang mereka terima. Peradilan di kemiliteran dirasa tidak memberikan keadilan bagi tentara bertubuh gemuk. Pelaku penyiraman tidak mendapatkan hukuman berat padahal tubuh Plumpy mengalami luka yang serius.

Berbagai masalah yang dipaparkan oleh Melvin Mapple menumbuhkan kepedulian dari dalam diri Amélie Nothomb. Dia memberikan saran-saran untuk Melvin Mapple cara menguruskan badannya sesuai dengan pengalaman yang ditemuinya. Melvin Mapple menyambut baik saran tersebut, namun Melvin Mapple begitu mencintai lemak-lemaknya. Dia memberikan nama Schéhérazade pada lemaknya, dia juga tidak ingin kembali ke Amerika meskipun mendapatkan kesempatan. Dia tidak ingin kehilangan lemak-lemaknya dan menganggapnya sebagai karya seni.

(65)

48

agar tentara-tentara yang pulang dari peperangan tidak merasa malu dengan kondisi fisik mereka.

Dilanjutkan pada FU 10 yaitu Amélie Nothomb yang kebingungan dengan permintaan Melvin Mapple dan sebenarnya ingin menolak permintaannya. Sulit untuk mencari galeri di Amerika. Tetapi sebagai bentuk kepeduliannya, dia memilih galeri Cullus de Marolles yang dimiliki oleh Albert Cullus di Belgia. Amélie Nothomb mengartikan permintan Melvin Mapple sebagai sebuah perlawanan terhadap pemogokan makan, ajakan untuk berhenti untuk mengemukkan diri dan protes terhadap intervensi militer di Irak seperti yang diungkapkan kepada Albert Cullus melalui telepon, sebagai berikut.

“... un soldat américain base à Bagdad faisait le contraire de la grève de la faim, disons le grève de la satiété, en protestation contre l’intervention

militaire en Irak et considérait son obésité comme une sorte de body art engagé.” (P.101)

“... seorang tentara amerika yang bertugas di Bagdad ingin melakukan

perlawanan terhadap pemogokan makan, menyerukan pemberhentian makan besar-besaran, protes terhadap intervensi militer di Irak dan menganggap kegemukannya (Melvin Mapple) sebagai sebuah karya seni

di dalam tubuh.” (Hal.101)

(66)

49

kondisi yang digambarkan dalam foto-foto tersebut. Amélie Nothomb kemudian menyampaikan keinginan Albert Cullus kepada Melvin Mapple.

Tahap penceritaan dilanjutkan pada FU 12-17 yaitu situasi klimaks atau puncak konflik. Pada FU 12 Amélie Nothomb tidak mendapat respon dari Melvin Mapple. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar bagi Amélie Nothomb. Sejak bulan Mei hingga pertengahan bulan Juli tidak ada respon dari Melvin Mapple. Dalam monolognya Amélie Nothomb mengungkapkan kegelisahannya.

“Mi-juillet, sans nouvelle de Melvin Mapple, je commençais à froncer les

sourcils. L’Amérique avait-il pense que je n’avais pas assez commenté la

photo...?”(P.122)

“ Saya mengernyitkan alis saya sebab hingga pertengahan bulan Juli, tidak

ada berita dari Melvin Mapple. Apakah orang Amerika itu saya merasa

belum cukup dalam menguraikan fotonya?...” (Hal.122)

Bukan hanya Melvin Mapple yang menghentikan korespondensinya dengan Amélie Nothomb, tetapi Plumpy dan Bozo juga tidak menuliskan surat kepadanya. Mereka menghilang secara bersamaan setelah penyampaian permintaan pihak galeri. Amélie Nothomb mencoba tenang menghadapi masalah tersebut. Hingga bulan Desember tidak ada lagi surat dari Melvin Mapple. Sehingga menimbulkan kegelisahan pada diri Amélie Nothomb.

Gambar

Tabel 1 : Tahapan Alur Robert Besson
Gambar 2 : Skema  Force Agissante
Tabel 2 : Tahapan Alur Cerita dalam Roman Une Forme de Vie     karya Amélie Nothomb
Gambar 3. Forces Agissantes cerita roman Une Forme de Vie karya Amélie Nothomb

Referensi

Dokumen terkait

70 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah;.. Demikian pengumuman ini disampaikan

This goes further than the ``web portals'' of today, and includes a multi-tier supply chain (triggered by customers through elaborate customer relationship management systems, hence

54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangFasa Pemerintah yang terakhir dirubah dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012 beserta petunjuk teknisnya, maka dengan ini

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Kas Dividen Pada Perusahaan Food and Beverages yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia” disusun untuk memenuhi

[r]

“Tidak menutup kemungkinan setelah ada dosen, karyawan dan ketua jurusan berprestasi, aka nada Kabag berprestasi,” kata kepala Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia (BPSDM) Dra

belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi antara kelas eksperimen yang. diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran Participant

$100.0 million of this deficit was financed through the ESI, $4.4 million was financed through loans, and $113.8 million was used from the