• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MUSLIMAT NU PLOSOGEDE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MUSLIMAT NU PLOSOGEDE."

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MUSLIMAT NU PLOSOGEDE

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Isma Aini Saputri NIM 12111241014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

MOTTO

“Pendidik profesional adalah yang mau mengembangkan media pembelajaran

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala Puji bagi Allah SWT, skripsi ini peneliti persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Subur dan Ibu Titik Sundari yang telah banyak berkorban, mencurahkan segala doa, dukungan, dan kasih sayang kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan,

2. Seluruh keluarga besar, dosen pembimbing, guru, sahabat dan semua pihak yang telah mendukung,

(7)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MUSLIMAT NU PLOSOGEDE

Oleh Isma Aini Saputri NIM 12111241014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar dan mendeskripsikan langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis multimedia. Pembelajaran berbasis multimedia menggunakan video edukatif yang berisi materi pengenalan bentuk geometri. Kemampuan mengenal bentuk geometri pada penelitian ini difokuskan pada mengelompokkan bentuk geometri, membedakan ciri-ciri bentuk geometri dan menyebutkan benda-benda (benda sebenarnya) yang berbentuk geometri.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi, guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai perancang tindakan. Penelitian dilakukan dengan dua siklus terdiri dari lima pertemuan. Subyek penelitian adalah semua anak kelompok B RA Muslimat NU Plosogede yang berjumlah 24 anak. Obyek penelitian ini adalah kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri dengan pembelajaran berbasis multimedia. Pada tahap pra siklus` sebesar 27,78%, meningkat menjadi 47,22% pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 76,39% yang telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 70%. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah: 1) Anak menonton video edukatif yang ditayangkan dan mendengarkan penjelasan guru secara klasikal; 2) Tanya-jawab materi geometri antara guru dan anak secara klasikal dan individu; 3) Anak mengaplikasikan materi dengan media plastisin, sedotan dan puzzle bongkar pasang; 4) Anak mengerjakan tugas (lembar kerja anak). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal bentuk geometri dapat ditingkatkan dengan pembelajaran multimedia pada anak kelompok B RA Muslimat NU Plosogede.

(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, sehingga

skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri melalui Pembelajaran Berbasis Multimedia pada Anak Kelompok B Di RA Muslimat NU Plosogede” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih gelar Sarjana Pendidikan.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah berkenan memberikan izin penelitian.

4. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Pd dan Ibu Nur Cholimah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Kepala Sekolah RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar Magelang yang telah memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian berlangsung.

6. Ibu Rismiyati selaku guru kelas kelompok B RA Muslimat NU Plosogede yang bersedia menjadi mitra dan memberikan bantuan dalam penelitian ini.

7. Semua murid kelompok B RA Muslimat NU Plosogede yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

(9)

9. Seluruh sahabat dan teman-teman PG-PAUD 2012, atas bantuan, dukungan, doa serta motivasi selama penyusunan skripsi.

10. Semua pihak yang memberikan doa, bantuan dan motivasi.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Wasssalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 21 Oktober 2016

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

(11)

1. Pengertian Multimedia ... 25

2. Karakteristik Media dalam Pembelajaran Multimedia ... 27

3. Model Pembelajaran Multimedia ... 29

E. Kerangka Berpikir ... 32

F. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi ... 41

Tabel 2. Rubrik Penilaian Mengelompokkan Bentuk Geometri ... 42

Tabel 3. Rubrik Penilaian Membedakan Ciri Bentuk Geometri ... 42

Tabel 4. Rubrik Penilaian Menyebutkan Benda Berbentuk Geometri ... 43

Tabel 5. Pemahaman Bentuk Geometri Anak Kelompok B Prasiklus... 49

Tabel 6. Perbandingan Prasiklus dan Siklus I Mengenal Geometri ... 56

Tabel 7. Perbandingan Siklus I dan Siklus II Mengenal Geometri ... 62

(13)

DAFTAR GRAFIK

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 77

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 83

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 88

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data... 96

Lampiran 5. Rencana Kegiatan Harian ... 98

Lampiran 6. Lembar Kerja Anak ... 114

(15)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu lembaga

kependidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun kalangan masyarakat

swadaya dengan mengkhususkan pendidikan bagi anak usia dini. Sesuai dengan

Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1,

pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada

anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani

dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan berbagai

potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri

dengan lingkungannya (Suyadi, 2010: 12).

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan

dasar. Oleh karena pada usia 0-6 tahun merupakan masa peka bagi anak yang sering

disebut Golden Age dimana anak mengalami peningkatan perkembangan

kecerdasan yang sangat signifikan. Menurut E. Mulyasa (2012: 34) masa Golden

Age adalah kesempatan bagi anak usia dini untuk belajar guna mengoptimalkan

potensi kecerdasan yang dimilikinya. Hal ini disebabkan terjadi pematangan

fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi yang datang dari lingkungan.

Selama masa ini, terjadi transformasi pada otak dan fisik anak sehingga usia ini

sangat penting bagi perkembangan intelektual, spiritual, emosional, dan sosial anak

(16)

memperhatikan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak agar anak mampu tumbuh

dan berkembang secara optimal. Setiap aspek perkembangan kecerdasan anak dapat

berkembang secara pesat jika memperoleh stimulasi lingkungan yang memadai.

Hal ini penting, karena perkembangan yang terjadi dimasa ini sangat berpengaruh

pada perkembangan selanjutnya.

Dalam pendidikan anak usia dini, pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada

pencapaian perkembangan anak yang sesuai dengan pertumbuhan dan

perkembangan anak berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak

(Departemen Pendidikan Nasional, 2010: 4). Pencapaian perkembangan pada anak

usia dini mencakup perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif,

perkembangan sosial-emosional dan perkembangan bahasa (Masitoh dkk, 2005: 7).

Salah satu perkembangan yang perlu dioptimalkan adalah kognitif anak.

Aspek pengembangan kognitif yang dinyatakan dalam buku pedoman

pengembangan program pembelajaran di Taman Kanak-kanak (Departemen

Pendidikan Nasional, 2010: 18) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

berpikir anak, yaitu mengolah proses belajar, menemukan alternatif pemecahan

masalah, mengembangkan kemampuan logika matematis dan pengetahuan akan

ruang dan waktu, mempunyai kemampuan memilah, mengelompokkan, serta

mempersiapkan kemampuan berpikir lebih teliti.

Dari beberapa unsur kemampuan berpikir anak, pengembangan kemampuan

logika matematis perlu ditingkatkan. Menurut Slamet Suyanto (2005: 56)

menjelaskan bahwa matematika berfungsi sebagai salah satu upaya untuk

(17)

terdiri dari beberapa konsep seperti memilih, klasifikasi, menghitung, angka,

pengukuran, geometri, dan lain-lain. Salah satu konsep yang perlu dikenalkan

dalam pembelajaran anak usia dini adalah konsep geometri. Geometri merupakan

kemampuan untuk memahami bentuk dan ruang. Geometri penting untuk dipahami

anak sejak dini karena merupakan pondasi awal untuk memahami kemampuan dan

keterampilan yang lebih kompleks seperti keseimbangan, struktur, dan proporsi

(keseimbangan).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di RA Muslimat NU Plosogede

Ngluwar pada tanggal 04 Maret 2016, proses pembelajaran diselenggarakan untuk

mengembangkan aspek perkembangan anak khususnya berkaitan dengan aspek

kognitif. Pada saat itu, kegiatan inti pembelajaran diisi untuk pengenalan bentuk

geometri dengan diawali penjelasan oleh guru kemudian anak diminta untuk

mengelompokkan geometri sesuai dengan bentuk dan warna. Anak-anak

memberikan warna pada setiap bentuk sesuai dengan jenis kelompok warnanya.

Bentuk geometri yang digunakan adalah segi tiga, lingkaran dan segi empat. Setelah

mengelompokkan sesuai dengan warna masing-masing, anak menghitung jumlah

masing-masing tiap bentuk geometri tersebut.

Selama proses kegiatan tersebut, anak kurang antusias saat guru

memberikan penjelasan mengenai bentuk dan warna geometri. Guru menggunakan

media semi-konkret berupa gambar/potongan kertas berbentuk ketiga bentuk

geometri tersebut. Saat memberikan penjelasan, anak-anak terlihat tidak

memperhatikan guru dan berbicara dengan teman sebangku. Setelah selesai

(18)

anak menjawab dengan mengatakan “bunder”, “kotak” dan “lingkaran” sedangkan yang lainnya hanya diam saja. Berdasarkan LKA yang dikerjakan oleh anak, dari

24 anak diperoleh hasil sebanyak 7 anak (29,17%) mampu mengidentifikasi dan

mengelompokkan ketiga bentuk geometri tersebut dan mendapat kriteria baik.

Sisanya kesulitan mengidentifikasi, mengenali dan mengelompokkan bentuk

terutama pada bentuk lingkaran dan segi empat dengan ukuran yang berbeda.

Beberapa anak bertanya kepada guru nama bentuk dan warna yang harus

dikerjakan. Tetapi sebagian anak mampu mengerjakan sendiri kegiatan tersebut.

Kemudian saat guru bertanya perbedaan ciri-ciri antara ketiga bentuk

tersebut, sebanyak 6 anak (25%) mampu menyebutkan jawaban ciri-ciri tiga bentuk

geometri sedangkan sisanya hanya mampu menyebutkan satu ciri-ciri bentuk

geometri yaitu lingkaran, segi empat atau segi tiga saja. Selanjutnya saat anak

diminta untuk menyebutkan contoh-contoh benda berbentuk geometri, sebanyak 7

anak (29,17%) mampu menyebutkan 5 contoh benda seperti contoh benda

berbentuk lingkaran yaitu donat, cincin, ban, bola dan matahari. Sisanya masih

kesulitan dalam memberikan contoh benda bentuk segi tiga dan segi empat.

Pembelajaran pengenalan bentuk geometri diselenggarakan dengan guru

memanfaatkan media gambar/potongan bentuk geometri kemudian

menempelkannya dipapan tulis sehingga anak dapat melihatnya. Guru melakukan

pertanyaan pancingan tentang bentuk geometri yang dibawa oleh guru serta dibantu

dengan lembar kerja anak. Guru menanyakan tentang nama bentuk, warna dan

contoh bendanya. Terlihat jika guru kurang menyediakan media konkret dalam

(19)

pembelajaraan. Hal ini menyebabkan pemahaman anak tentang bentuk geometri

menjadi tidak utuh sebab anak hanya sebatas mengetahui bentuk dan nama geometri

saja.

Selain itu, pengenalan bentuk geometri dengan menggambar sendiri

dipapan tulis memungkinkan terjadinya gambar bentuk geometri yang tidak

proporsional sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman bentuk

geometri pada anak. Guru juga kurang pemanfaatan media seperti balok bangunan

sehingga beberapa balok tersebut rusak tidak terpakai dan hilang. Berdasarkan hasil

dari pengamatan terlihat jika rata-rata pemahaman bentuk geometri anak masih

kurang dimana terdapat sebanyak 17 anak (70%) yang belum mengenal bentuk

geometri sesuai dengan kriteria penilaian sehingga guru perlu meningkatkan

kemampuan anak tersebut. Demikian, dibutuhkan sebuah upaya baru untuk

menyelenggarakan pembelajaran pengenalan bentuk geometri yang salah satunya

adalah pembelajaran menggunakan multimedia.

Pembelajaran multimedia merujuk pada penggunaan teknologi dalam

proses pembelajaran yang menyajikan materi dalam bentuk verbal dan visual.

Multimedia dapat dijadikan sebagai variasi media pembelajaran dalam proses

pembelajaran pengenalan bentuk geometri. Multimedia dapat menyajikan kata dan

gambar dari materi yang akan disampaikan. Dengan multimedia, anak memiliki

pengalaman yang beragam dari segala macam media pembelajaran. Anak akan

merasa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Multimedia dapat

memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan

(20)

pengenalan bentuk geometri melalui multimedia dapat diterapkan dalam proses

pembelajaran dengan menyajikan materi pengenalan bentuk geometri dalam bentuk

audio, visual dan verbal.

Penggunaan multimedia dalam pembelajaran tersebut didukung oleh hasil

penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Zunita Andriani (2013)

dimana pemahaman bentuk geometri anak kelompok B meningkat setelah

melaksanakan pembelajaran berbasis multimedia. Melalui pembelajaran berbasis

multimedia, guru mempunyai panduan jelas dalam menjelaskan bentuk geometri,

sehingga dalam menjelaskan dapat berurutan atau sistematis. Penggunaan

multimedia ini dapat membantu penyajian bentuk-bentuk geometri secara

proporsional. Geometri dapat dihadirkan dalam bentuk nyata, sehingga dapat

menarik perhatian anak serta memudahkan anak mengingat dan memahami materi

tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian untuk

memperbaiki dan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk

geometri pada anak kelompok B Di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar melalui

pembelajaran berbasis multimedia.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Dari total 24 anak, terdapat 7 anak yang telah memahami bentuk geometri,

sedangkan 17 anak masih kesulitan dalam mengenali, mengelompokkan dan

(21)

2. Media pembelajaran yang digunakan dalam pengenalan bentuk geometri belum

optimal, diantaranya adalah gambar dalam majalah atau menggambar sendiri

dipapan tulis.

3. Anak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran pengenalan bentuk

geometri sebab media yang digunakan oleh guru kurang menarik.

4. Multimedia diyakini mampu meningkatkan pemahaman bentuk geometri anak

tetapi strategi penerapannya yang tepat dalam pembelajaran belum diketahui.

C.Batasan Masalah

Dari uraian di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah terkait

penerapan multimedia yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mengenal

bentuk geometri pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede, Ngluwar.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan

kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia

pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede?”.

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia pada anak

kelompok B dan mendeskripsikan langkah-langkah dalam meningkatkan

kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia

(22)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara praktis, yaitu:

1. Bagi Anak

Penelitian ini bermanfaat untuk membantu anak dalam membangun

kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran yang lebih bervariasi

yaitu berbasis multimedia.

2. Bagi Guru

Penelitian ini juga bermanfaat bagi guru yakni guru dapat mengembangkan

kinerjanya secara profesional terutama dalam penggunaan media pembelajaran

yang lebih bervariasi (multimedia) selama melaksanakan proses pembelajaran

terutama dalam meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mahasiswa/peneliti Program Studi PAUD

sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan

peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran

multimedia.

4. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana refensi sekolah dalam

meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang mampu mengembangkan aspek

perkembangan anak terutama kognitif-matematika khususnya pengenalan bentuk

(23)

G.Definisi Operasional

Pengenalan bentuk geometri adalah suatu kemampuan anak yang berkaitan

dengan mengenal dan memahami sesuatu yang berkonsep ukuran, bentuk

kedudukan dan ruang. Geometri merupakan bentuk atau bangun datar maupun

bangun ruang. Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak, geometri datar yang

dikenalkan adalah lingkaran, segi tiga dan segi empat.

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan mengenal bentuk

geometri datar pada anak kelompok B. Kriteria penilaian yang digunakan mengacu

pada indikator mengelompokkan bentuk geometri, membedakan ciri-ciri bentuk

geometri dan menyebutkan benda berbentuk geometri yang tertuang dalam kisi-kisi

penilaian dengan kriteria skor 1-3. Penilaian dihasilkan dari pengamatan pada

proses pembelajaran dengan tanya jawab antara guru dan anak, serta menilai dari

lembar kerja anak dengan masing-masing indikator.

Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan

berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Multimedia

biasanya berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan video. Kombinasi

tersebut merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan

informasi, pesan atau isi pelajaran dan dapat merangsang pilihan, perasaan,

perhatian dan kemauan siswa sehingga secara sengaja proses belajar terjadi,

bertujuan dan terkendali.

Pengenalan bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia

adalah suatu upaya pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pemahaman

(24)

pembelajaran yang berisikan visual, teks, audio dan animasi bentuk geometri

berupa video edukatif dan ditampilkan melalui laptop serta dipancarkan di dinding

menggunakan LCD dan proyektor. Video edukatif berisikan materi macam-macam

bentuk geometri, contoh-contoh benda berbentuk geometri dan ciri sederhana

(25)

BAB II KAJIAN TEORI A.Perkembangan Kognitif Anak TK B

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak

lain yang berada di atas usia 8 tahun. Anak usia dini sangat dinamis, antusias dan

hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta

seolah-olah tak pernah berhenti belajar (Sofia Hartati, 2005: 8). Secara umum karakteristik

anak usia dini yang khas dijelaskan oleh Richard D. Kellough (Sofia Hartati, 2005:

8-11) adalah sebagai berikut :

1. Anak Bersifat Egosentris

Anak yang mempunyai sifat egosentris cenderung melihat dan memahami

sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Contohnya anak masih

berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi

oleh orang tuanya atau memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Hal ini sejalan

dengan pendapat Piaget (Sofia Hartati, 2005: 9) bahwa anak usia dini sedang berada

pada fase transisi dari fase praoperasional ke fase operasional konkret. Pada saat

fase praoperasional, pola berfikir anak bersifat egosentris dan simbolik, sedangkan

pada fase operasional konkret anak mulai menerapkan logika untuk memahami

persepsi-persepsi. Anak yang berada pada masa transisi ini masih berpikir menurut

kedua pola tersebut secara bergantian atau kadang secara simultan.

2. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu Yang Besar

Bagi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan

(26)

lebih tertarik dengan benda yang menimbulkan akibat daripada benda yang terjadi

dengan sendirinya.

3. Anak adalah Makhluk Sosial

Anak merasa senang ketika diterima dan bersama dengan teman sebayanya.

Anak senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan

pekerjaannya. Anak akan membangun konsep diri melalui interaksi sosial. Anak

belajar membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberikan

kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya.

4. Anak Bersifat Unik

Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki

bawaan, minat, kapabilitas dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama

lain. Anak juga memiliki keunikan lain dalam hal seperti gaya belajar, minat dan

latar belakang keluarga. Walaupun pola urutan umum dalam perkembangan anak

dapat diprediksi tetapi pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan

satu sama lain.

5. Anak Umumnya Kaya Dengan Fantasi

Anak menyukai hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya

anak kaya dengan fantasi. Imajinasi anak berkembang melebihi apa yang

dilihatnya. Misalnya saat anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya

berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempr dan seterusnya. Anak dapat

menceritakan melebihi apa yang anak dengar dan lihat sesuai dengan imajinasi yang

(27)

6. Anak Memiliki Daya Konsentrasi Yang Pendek

Anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu

yang lama. Anak cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, kecuali jika

kegiatan tersebut menyenangkan, bervariasi dan tidak membosankan. Pembelajaran

dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi dan

menyenangkan sehingga tidak membuat anak terpaku di tempat dan menyimak

dalam jangka waktu lama.

7. Anak Merupakan Masa Belajar Yang Paling Potensial

Pada masa anak usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan

perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek. Seluruh potensi

anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang. Oleh sebab itu, anak

membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Pembelajaran pada

masa ini mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak mencapai tahapan

sesuai dengan tugas perkembangannya.

Setiap anak memiliki periode perkembangan yang menunjukkan ciri-ciri

atau karakteristik perilaku tertentu. Karakteristik perkembangan anak adalah tugas

perkembangan pada suatu periode yang harus dicapai dan dikuasai oleh seorang

anak. Anak yang mampu mencapai tugas perkembangan pada periode tertentu maka

anak memperoleh dasar penguasaan perkembangan pada periode berikutnya.

Menurut Sofia Hartati (2005: 18) tugas perkembangan tersebut meliputi berbagai

karakteristik perilaku pada masing-masing aspek perkembangan yaitu nilai, agama

(28)

penelitian ini fokus pada kemampuan matematis yang menjadi bagian dari kognitif,

maka karakteristik perkembangan kognitif akan lebih ditonjolkan.

Menurut Soemiarti Patmonodewo (1995: 24) kognitif merupakan

pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati yang menunjukkan tingkah

laku orang untuk memperoleh pengetahuan. Perkembangan kognitif pada anak

menunjukkan perkembangan dari organ berpikir anak. Kemampuan anak dalam

mengkoordinasi berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah

digunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan. Perkembangan kognitif

dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari

penyelesaian masalah yang dihadapi.

Piaget (Soemiarti Patmonodewo, 1995: 24) menjelaskan tahapan

perkembangan kognitif yang terdiri dari tahap sensorimotor, tahap praoperasional,

tahapan operasional konkret dan tahapan operasional formal. Tahapan-tahapan

perkembangan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kematangan dan

pengalaman anak. Pada masa anak prasekolah, perkembangan kognitif mencapai

pada tahapan praoperasional, dimana anak menggunakan fungsi simbolik. Anak

mampu mengingat kembali simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak

nampak secara fisik. Pada tahap ini anak belum menguasai operasi mental secara

logis. Setiap anak memiliki cara berpikirnya sendiri. Rita Eka Izzaty, dkk (2008:

88) menjelaskan beberapa ciri berpikir anak pada tahap praoperasional ini antara

lain:

a. Anak mulai menguasai fungsi simbolis; sehingga anak mampu bermain

(29)

b. Terjadi tingkah laku imitasi; anak suka peniruan terutama pada kakak atau teman

yang lebih besar usianya.

c. Cara berpikir anak egosentris; yaitu suatu ketidakmampuan untuk membedakan

antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain.

d. Cara berpikir anak centralized yaitu berpusat pada satu dimensi saja.

e. Berpikir tidak dapat dibalik; operasi logis anak belum dapat dibalik.

f. Berpikir terarah statis; anak tidak pernah memperhatikan dinamika proses

terjadinya sesuatu.

Oleh karena perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah adalah

memasuki tahap praoperasional maka pengembangan kognitif harus disesuaikan

dengan cara berpikir anak. Kognitif yang dinyatakan dengan pertumbuhan

kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang

dihadapi. Sedangkan praoperasional anak ditunjukkan dengan anak menggunakan

fungsi simbolik. Anak mampu mengingat kembali simbol-simbol dan

membayangkan benda yang tidak nampak secara fisik. Dengan demikian, guru

harus menyediakan proses dan media pembelajaran yang sesuai dengan cara

berpikir anak yang simbolis, terutama dalam pengenalan bentuk geometri.

B.Matematika Anak Usia Dini

Matematika merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai

struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan

baik. Matematika digunakan sebagai bahasa simbol tentang berbagai gagasan

(30)

akurat. Kegiatan matematika sederhana yang sering dilakukan adalah menghitung,

mengukur, mendesain, menempatkan, bermain dan menjelaskan.

Pengenalan matematika anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan

aspek moral, sosial, fisik dan emosi secara menyeluruh dan optimal dengan cara

pengenalan yang benar (Sudaryanti, 2006: 3). Pengenalan matematika berkaitan

dengan aritmetika, geometri, pecahan, pengukuran dan pengelolaan data.

Kemampuan dasar matematika anak prasekolah berada pada tahap praopersional

yang dalam perkembangannya anak mampu berpikir secara simbolis. Dimana anak

mulai mengerti bahwa hal-hal abstrak misalnya angka dapat mewakili banyak

benda.

Kegiatan pembelajaran pengenalan matematika di TK bukan hanya sekedar

untuk mengembangkan kemampuan calistung (baca, tulis, hitung), tetapi juga

mengembangkan aspek-aspek perkembangan secara menyeluruh. Slamet Suyanto

(2005: 56) menyebutkan bahwa matematika berfungsi sebagai salah satu upaya

untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak. Mulanya anak tidak tahu

bilangan, angka dan operasi bilangan matematis. Secara bertahap sesuai dengan

perkembangan mentalnya anak belajar membilang, mengenal angka, dan berhitung.

Matematika untuk anak usia dini diawali dengan pemahaman konsep

bilangan dan operasi bilangan. Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 160) mengatakan

bahwa anak harus dilatih terlebih dahulu mengkonstruksi pemahaman dengan

bahasa simbolik yang disebut sebagai abstraksi sederhana (simple abstraction) atau

abstraksi empiris. Misalnya, saat guru memberi anak uang logam guru mengatakan

(31)

reflektif (reflective abstraction). Ketika guru menaruh sebuah koin didepan anak,

guru mengatakan “satu”, lalu menaruh lagi sambil berkata “dua”, dan seterusnya.

Dengan demikian anak mulai menghubungkan antara jumlah koin dengan bahasa

matematis bilangan: satu, dua, tiga, dan seterusnya. Langkah berikutnya adalah

mengajarkan anak menghubungkan antara pengertian bilangan dengan simbol

bilangan. Misalnya sebuah koin dengan kata “satu” dan angka 1. Dua buah koin dengan kata “dua” dan angka 2, demikian seterusnya sampai anak benar-benar

memahaminya.

Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 56) menegaskan bahwa pengenalan

matematika pada anak usia dini sebaiknya dilakukan melalui penggunaan

benda-benda konkret dan pembiasaan penggunaan matematika agar anak dapat memahami

matematika. Sebagai contoh, mengingatkan anak tentang tanggal hari ini dan

menuliskannya di papan tulis yang akan melatih anak mengenal bilangan.

Tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai

logico-mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang

menyenangkan dan tidak rumit. Anak belajar memahami bahasa matematis dan

penggunaanya untuk berpikir. Slamet Suyanto (2005: 162) menyebutkan beberapa

konsep matematika untuk anak usia dini meliputi hal-hal berikut ini :

1. Memilih, membandingkan dan mengurutkan misalnya memilih kubus yang

pendek, diteruskan ke yang lebih panjang sehingga membentuk urutan dari yang

paling pendek ke yang paling panjang.

2. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan benda-benda ke dalam beberapa kelompok

(32)

3. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilang dimulai

dari satu. Jika sudah mahir anak dapat menghitung kelipatan misalnya kelipatan

dua, lima atau sepuluh.

4. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak menghubungkan antara kebanyakan

benda dengan menggunkan simbol angka.

5. Pengukuran, yaitu anak dapat mengukur ukuran suatu benda dengan berbagai

cara mulai dari ukuran non standar menuju ukuran standar. Ukuran non standar

misalnya kaki, depa dan jengkal. Sedangkan ukuran standar ialah dengan

menggunakan alat ukur standar misalnya penggaris atau meteran.

6. Geometri, yaitu mengenal bentuk, luas, volume dan area.

7. Membuat grafik misalnya guru membagi kartu merah, hijau dan kuning untuk

anak yang suka apel, mangga dan pisang. Lalu guru meminta ank untuk

menempelnya di papan tulis yang telah diberi sumbu datar (X) dan tegak (Y).

Maka akan tampak grafik yang menggambarkan banyaknya anak yang suka

buah-buahan tersebut

8. Pola, yaitu membentuk pola misalnya guru memberi angka 1, 3, 6 lalu anak

melanjutkannya dengan suatu pola tertentu, bisa 9, 12, 15, dst.

9. Problem solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan sederhana yang

(33)

Sedangkan fokus pengajaran matematika di taman kanak-kanak menurut

Kindergarten Curriculum Focal Points (George S. Morrison, 2012: 267-268)

adalah sebagai berikut :

1. Angka dan operasinya: menyajikan, membandingkan dan mengurutkan seluruh

angka serta menggabungkan dan memisahkan sejumlah rangkaian angka.

2. Geometri: menggambarkan wujud dan ruang.

3. Pengukuran: mengurutkan objek berdasarkan atribut yang dapat diukur.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika

pada anak usia dini adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur

abstrak dan hubungan antar struktur guna mengembangkan kemampuan berpikir

logis dan matematis, dimana kegiatan belajar tentang konsep matematika dilakukan

melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah dengan

cara yang menyenangkan dan tidak rumit.

Kemampuan matematika anak akan sejalan dengan berkembangnya

kemampuan konversinya. Martin Jamaris (2006: 44) menyatakan bahwa

kemampuan konversi merupakan kemampuan untuk memahami

perubahan-perubahan yang berkaitan dengan jumlah, ukuran, bentuk, volume, dan bidang.

Kemampuan ini menjadi dasar pengembangan kemampuan matematika dasar.

Beberapa konsep atau materi matematis tersebut, pada dasarnya perlu

diperkenalkan kepada anak usia dini. Salah satu konsep matematika yang sangat

penting untuk dikenalkan adalah konsep geometri. Konsep geometri berkaitan

(34)

C.Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri 1. Pengertian Geometri

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 355), geometri adalah cabang

matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang dan ruang. Geometri

sendiri (Greek; geo= bumi, metria= ukuran) adalah sebagian dari matematika yang

mengambil persoalan mengenai ukuran, bentuk, dan kedudukan serta sifat ruang.

Sudaryanti (2006: 45) menambahkan geometri merupakan bentuk atau bangun

datar maupun bangun ruang. Dalam pembelajaran di TK, geometri datar yang

dikenalkan adalah lingkaran, segi tiga dan segi empat. Sedangkan untuk geometri

ruang adalah balok, kubus, bola,dll.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengenalan

bentuk geometri adalah suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan anak yang

berkaitan dengan mengenal dan memahami sesuatu yang berkonsep ukuran, bentuk

kedudukan dan ruang.

Membangun konsep geometri pada anak dimulai dengan

mengidentifikasikan bentuk-bentuk dan menyelidiki bangunan dan memisahkan

gambar-gambar biasa seperti segi empat, lingkaran dan segi tiga. Selain itu anak

juga belajar bahasa untuk mengungkapkan letak seperti dibawah, di atas, kiri dan

kanan yang menjadi dasar awal memahami geometri (Carol Seefeldt, 2008: 398).

Guru dapat menciptakan suasana lingkungan yang memperkuat anak untuk belajar

bentuk-bentuk. Mendorong anak untuk sadar akan bentuk-bentuk geometri didalam

(35)

benda-benda biasa dan kata-kata tidak biasa yang mewakili bentuk-bentuk itu. Anak juga

belajar untuk mengidentifikasikan bentuk-bentuk.

Hal ini juga didukung dalam Kindergarten Curriculum Focal Points, bahwa

anak menafsirkan dunia fisik dengan ide geometri (misalnya wujud, orientasi,

hubungan, keruangan) dan menggambarkannya dengan kosakata yang terkait

(George S. Morrison, 2012: 267). Anak mengidentifikasi, menamai, dan

menggambarkan berbagai wujud seperti persegi, segi tiga, lingkaran, segi empat,

heksagon (reguler) dan trapesium (sama sisi) yang disajikan dalam berbagai cara

(misalnya dengan ukuran dan orientasi yang berbeda-beda), beserta bentuk tiga

dimensi seperti bola, kubus dan tabung.

Pada penelitian ini, pengenalan bentuk geometri terfokus pada peningkatan

pemahaman kemampuan anak untuk mengingat, mengenal, mengidentifikasi serta

mengaplikasikan berbagai wujud bentuk geometri, khususnya bentuk geometri

datar.

2. Macam-macam Geometri

Geometri terdiri dari beberapa klasifikasi bangun. Daitin Tarigan (2006: 63)

membagi klasifikasi bentuk geometri diantaranya adalah bangun datar dan bangun

ruang.

a. Bangun Datar

Bangun datar didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua

dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal. Namun,

tidak semua benda yang ada disekitar kita yang terlihat datar, rata, tinggi atau tebal

(36)

Jenis-jenis bangun datar jika ditinjau dari sisinya digolongkan menjadi dua

jenis yaitu bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar bersisi lengkung

antara lain lingkaran, ellips, dll. Sedangkan bangun datar yang bersisi lurus antara

lain adalah segi tiga, segi empat, segi lima, dst. Segi tiga terdiri dari segi tiga

tumpul, segi tiga samakaki, segi tiga samasisi dan segi tiga sembarang. Selanjutnya

segi empat dikelompokkan menjadi jajar genjang, trapesium dan layang-layang.

Jajar genjang yang keempat sudutnya siku-siku adalah persegi panjang, sedangkan

persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang disebut persegi.

b. Bangun Ruang

Bangun ruang merupakan bangun tiga dimensi yaitu sebuah bangun yang

memiliki ruang dan dibatasi oleh sisi-sisi. Jumlah dan model dari sisi-sisi yang

membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk dari bangun tersebut.

Contoh bangun ruang diantaranya adalah kubus, balok, prisma, limas, tabung,

kerucut, dan bola.

Dari beberapa bentuk yang telah dijabarkan di atas, tidak semua bentuk

harus dipahami oleh anak. Terdapat beberapa bentuk yang penting untuk dipahami

oleh anak sebagai dasar pemahaman bentuk geometri seperti yang tercantum pada

kurikulum jenjang taman kanak-kanak. Bentuk geometri tersebut antara lain:

bangun datar (persegi, persegi panjang, segi tiga, hati, lingkaran) sedangkan bangun

ruang (kubus, persegi, tabung, kerucut). Penelitian yang dilakukan adalah lebih

(37)

3. Tahap Belajar Geometri

Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan pada tahap perkembangan anak

dalam memahami materi bentuk. Hal ini bertujuan agar bentuk geometri dapat

dipahami anak dengan mudah. Van Hiele dalam Tarigan (2006: 62) menyatakan

bahwa terdapat lima tahapan belajar anak dalam belajar geometri. Tahapan belajar

geometri tersebut diantaranya adalah:

a. Tahap Pengenalan

Pada tahap ini anak mulai mengenal suatu bentuk geometri secara

keseluruhan, namun belum mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang

dilihatnya, misalnya seorang anak yang diperlihatkan sebuah persegi panjang ia

belum mengetahui jika persegi panjang tersebut mempunyai sifat atau keteratuan

tertentu.

b. Tahap Analisis

Dalam tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda

geometri yang diamati walaupun anak belum mengerti tentang hubungan yang

terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri yang lainnya. Anak

sudah mampu menyebutkan aturan yang terdapat pada benda geometri, seperti saat

mengamati bentuk persegi panjang maka anak telah mengetahui bahwa terdapat dua

pasang sisi yang berhadapan dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar.

c. Tahap Pengurutan

Pada tahap ini anak sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan,

(38)

mengurutkan bentuk geometri, misalnya anak sudah mengenal bahwa persegi itu

adalah jajar genjang, belah ketupat adalah layang-layang.

d. Tahap Deduksi

Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif

yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum pada hal-hal yang

bersifat khusus. Anak telah mengerti pentingnya unsur-unsur yang didefinisikan.

Anak juga sudah mulai menggunakan aksioma atau postulat yang dipakai dalam

pembuktian. Misalnya, anak sudah mulai memahami perlunya aksioma, asumsi,

defenisi, teorema, bukti dan dalih.

e. Tahap Akurasi

Tahap ini anak mulai menyadari pentingnya ketepatan dari prinsip dasar

yang melandasi sebuah pembuktian. Misalnya anak mengetahui pentingya aksioma

atau postulat geometri Eulclid. Tahap akurasi adalah tahap berpikir yang

tinggi,rumit dan kompleks sehingga hanya dapat dijangkau oleh siswa yang sudah

ditingkat lanjutan atas.

Dari kelima tahap pembelajaran geometri tersebut, anak usia 5-6 tahun

berada pada tahap pengenalan dan tahap analisis. Dimana anak mulai mengenal

bentuk geometri secara keseluruhan tetapi belum mampu mengetahui sifat-sifat

bentuk geometri lebih dalam. Pelaksanaan pembelajaran pemahaman bentuk

geometri sebaiknya dihubungkan dengan benda-benda yang ada disekitar anak.

Guru dapat membantu anak untuk menunjuk dan mencari serta mengelompokkan

benda berbentuk geometri dengan benda-benda disekitar anak, misalnya gunung

(39)

tulis, jendela untuk bentuk segi empat, dan lain-lain. Oleh sebab itu, guru dituntut

untuk lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran konsep geometri agar anak

lebih mudah dalam memahami bentuk geometri.

D.Pembelajaran Multimedia 1. Pengertian Multimedia

Mochamad Nursalim (2013: 19) menjelaskan bahwa multimedia merupakan

suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang

membentuk suatu unit atau paket. Contohnya suatu modul belajar terdiri atas bahan

cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual. Multimedia biasanya berupa kombinasi

antara teks, grafik, animasi, suara dan video. Kombinasi tersebut merupakan suatu

kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan atau isi

pelajaran dan dapat merangsang pilihan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa

sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.

Multimedia dapat digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan

kelompok besar. Multimedia cukup efektif sebab dapat menggunakan proyektor

yang memiliki jangkauan pancar yang cukup besar. Dengan menggabungkan unsur

media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound dapat mengakomodasi

modalitas belajar siswa (Wina Sanjaya, 2011: 219). Multimedia dapat

mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif, maupun kinestetis.

Pembelajaran dengan menggunakan multimedia muncul dan berkembang

berdasarkan permasalahan yang muncul dalam penerapan teknologi dalam proses

pembelajaran dan kejenuhan serta kurang komunikatifnya penyampaian materi

(40)

multimedia memudahkan proses pembelajaran dan menumbuhkan kekreatifan dan

keinovasian pendidik dalam mendesain pembelajaran yang komunikatif dan

interaktif serta sebagai jalan permasalahan ditengah kesibukan pendidik (Daryanto,

2010: 64).

Manfaat lain dari penggunaan multimedia adalah proses pembelajaran lebih

menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar

siswa dapat ditingkatkan serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Lebih jelas

lagi, Daryanto (2010: 52) menyebutkan beberapa keunggulan dari multimedia

pembelajaran, yaitu :

a. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata seperti

kuman, bakteri, dan lain-lain.

b. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke

sekolah seperti gajah, gunung, dan lain-lain.

c. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat

atau lambat seperti sistem tubuh manusia, berkembangnya bunga, dan lain-lain.

d. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh seperti bulan, bintang, dan lain-lain.

e. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya seperti letusan gunung berapi,

racun, dan lain-lain.

f. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian multimedia di atas dapat disimpulkan

pembelajaran multimedia adalah upaya yang dilakukan pendidik untuk

menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik untuk mencapai tujuan

(41)

grafik, animasi, suara dan video. Multimedia memudahkan proses pembelajaran

dan menumbuhkan kekreatifan serta keinovasian pendidik dalam mendesain

pembelajaran yang komunikatif dan interaktif. Dengan desain pembelajaran yang

bervariatif maka anak akan lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.

Pengenalan bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia

adalah suatu upaya pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pemahaman

tentang bentuk geometri dengan menayangkan materi yang terdapat pada softfile

atau CD pembelajaran yang berupa video edukatif yang berisikan visualisasi bentuk

geometri dengan kombinasi teks, audio dan animasi bergerak yang ditampilkan

melalui laptop serta dipancarkan di dinding menggunakan LCD dan proyektor.

2. Karakteristik Media dalam Pembelajaran Multimedia

Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan

penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik

komponen lain, seperti tujuan, materi, strategi dan evaluasi pembelajaran. Daryanto

(2010: 53) membagi karakteristik multimedia pembelajaran sebagai berikut:

a. Memiliki lebih dari satu media konvergen misalnya menggabungkan unsur

audio dan visual.

b. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk

mengakomodasi respon pengguna.

c. Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi

sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang

(42)

Sejalan dengan penjelasan di atas, maka Deni Darmawan (2012: 55)

menambahkan beberapa karakteristik pembelajaran multimedia yang harus

diperhatikan oleh pendidik saat akan menggunakannya, yaitu:

a. Berisi konten materi yang representatif dalam bentuk visual, audio, dan

audiovisual.

b. Beragam media komunikasi dalam penggunaanya.

c. Memiliki bahasa warna dan bahasa resolusi objek.

d. Tipe-tipe pembalajaran yang bervariasi.

e. Respons pembelajaran dan penguatan bervariasi.

f. Mengembangkan prinsip self evaluation dalam mengukur proses dan hasil

belajarnya.

g. Dapat digunakan secara klasikal atau individual.

Berdasarkan beberapa karakteristik multimedia yang telah dipaparkan di

atas, maka multimedia yang digunakan dalam pembelajaran anak usia dini adalah

multimedia yang menyajikan informasi melalui penggabungan teks, visual, audio

dan animasi bergerak dalam bentuk video edukatif tentang materi bentuk geometri.

Selain itu, multimedia dibuat komunikatif dan interaktif serta mampu digunakan

secara individu maupun kelompok.

3. Model Pembelajaran Multimedia

Azhar Arsyad (2011: 172) mengungkapkan bahwa pembelajaran

multimedia menyajikan informasi berbentuk dokumen hidup, dapat dilihat di layar

monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar, dapat didengar suaranya, dilihat

(43)

informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas.

Informasi akan mudah dimengerti sebab indera sebanyak mungkin akan menyerap

informasi tersebut, terutama telinga dan mata.

Multimedia menampilkan informasi yang akan diberikan dalam proses

pembelajaran. Model pembelajaran multimedia ini disesuaikan dengan materi

maupun tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Deni Darmawan (2012: 61-66)

menjelaskan empat macam model pembelajaran multimedia, sebagai berikut:

a. Model Drills

Model drills merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan

untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan

tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Model

ini menyajikan masalah-masalah dalam bentuk latihan soal pada tingkat tertentu.

Menurut Daryanto (2010: 55), dalam model ini juga disediakan jawaban benar yang

dilengkapi dengan penjelasannya sehingga diharapkan pengguna dapat memahami

suatu konsep tertentu. Pengguna juga dapat melihat skor akhir yang dicapai sebagai

indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang

diajukan.

b. Model Tutorial

Model tutorial merupakan model yang menggunakan program komputer

berisikan materi pelajaran. Materi pelajaran disajikan dalam unit-unit kecil yang

disusul dengan pertanyaan. Respons siswa dianalisis oleh komputer dan umpan

baliknya yang benar diberikan. Siswa dituntut untuk mengaplikasikan ide dan

(44)

Model tutorial menyajikan pembelajaran lewat teks atau grafik pada layar yang

menyediakan poin-poin pertanyaan atau permasalahan, jika respons siswa benar

maka komputer akan bergerak pada pembelajaran selanjutnya, sedangkan jika

respons siswa salah maka komputer akan mengulangi pembelajaran sebelumnya

atau bergerak pada salah satu bagian tertentu pembelajaran ulang bergantung pada

kesalahan yang dibuat.

c. Model Simulasi

Model simulasi merupakan model pembelajaran multimedia yang mencoba

memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan

tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Model ini

mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman masalah secara nyata dan

membuat seolah-olah siswa melakukan sendiri pengalaman tersebut.

d. Model Games

Model permainan ini berisikan petunjuk dan aturan permainan.

Pembelajaran didesain seolah-olah peserta didik mengikuti permainan yang

disajikan melalui simulasi-simulasi tertentu yang dibutuhkan agar peserta didik

mampu menerapkan semua pengalaman belajarnya dalam menyelesaikan masalah

yang dimaksud. Dengan model permainan ini diharapkan terjadi aktivitas belajar

sambil bermain yang membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan.

Dari beberapa bentuk pembelajaran berbasis multimedia yang telah

dijelaskan di atas, guru dapat memilih salah satu bentuk dalam proses pembelajaran

sesuai situasi dan kondisi. Dengan demikian proses pelaksanaan pembelajaran

(45)

berjalan lancar. Penelitian ini menggunakan pembelajaran berbasis multimedia

dengan model tutorial, dimana materi pelajaran disajikan dalam program komputer.

Oleh karena, anak belum mampu mengoperasikan komputer maka model tutorial

yang digunakan bersifat sederhana dimana hanya menampilkan video edukatif

berisikan materi bentuk geometri dengan bantuan sarana-prasarana yang telah

dimiliki oleh sekolah dan dioperasikan oleh peneliti.

Model tutorial yang digunakan adalah berupa video edukatif yang berisikan

gabungan materi secara teks, visual, audio dan animasi materi bentuk geometri.

Video edukatif yang digunakan dalam pembelajaran ini diperoleh dari website

internet khusus yang berisikan video-video edukatif untuk pembelajaran anak usia

dini yaitu Kastari Animation dan Bloom Animation. Pemilihan video edukatif dari

kedua website tersebut dikarenakan konten dalam video-video tersebut sesuai

dengan materi pembelajaran yang akan dikenalkan yaitu macam-macam bentuk

geometri, contoh benda yang berbentuk geometri dan ciri sederhana bentuk-bentuk

geometri.

Pengenalan bentuk geometri dimulai dengan apersepsi yaitu guru

memberikan pertanyaan pancingan yaitu “anak-anak apa saja ya bentuk geometri

itu?”, pertanyaan ini diberikan kepada anak tanpa memperlihatkan bentuk-bentuk

geometri. Pembelajaran dilanjutkan dengan penayangan video edukatif kemudian

guru memberikan penjelasan sederhana sesuai dengan materi yang ditayangkan.

Setelah penayangan materi selesai, pembelajaran dilanjutkan dengan sesi tanya

jawab dengan siswa mengenai materi bentuk geometri dan siswa diajak untuk

(46)

dengan rencana kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan sehingga pemahaman

anak tentang bentuk geometri dapat diketahui.

E.Kerangka Berpikir

Pengenalan matematika pada anak usia dini mencakup beberapa materi

pokok. Salah satu materi yang dikenalkan adalah bentuk geometri yang meliputi

konsep bentuk dan ruang. Konsep pengenalan geometri ini mengacu pada salah satu

aspek perkembangan kognitif. Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak,

konsep geometri mengacu pada kemampuan pemahaman konsep

mengelompokkan, membedakan dan menyebutkan geometri.

Berdasarkan pengamatan awal pada anak kelompok B di RA Muslimat NU

Plosogede Ngluwar yang telah dilaksanakan, pemahaman bentuk geometri anak

masih kurang. Hal ini ditunjukkan dimana anak masih kesulitan dalam mengenali,

mengidentifikasi dan mengelompokkan bentuk geometri. Selain itu, guru hanya

menggunakan media pembelajaran yang sederhana yaitu potongan gambar

berbentuk geometri. Dengan demikian, anak kesulitan dalam memahami bentuk

geometri secara utuh dan benar.

Pengenalan konsep geometri terutama dalam pemahaman bentuk geometri

dapat ditingkatkan melalui inovasi pembelajaran. Inovasi yang dapat digunakan

adalah dengan penggunaan pembelajaran berbasis multimedia. Oleh karena, guru

kurang memaksimalkan penggunaan media yang ada maka multimedia sangat

membantu anak dalam memahami bentuk geometri secara utuh. Dengan

multimedia, materi pengenalan geometri dapat disajikan dalam bentuk rangkaian

(47)

anak usia dini yang memiliki daya konsentrasi yang pendek, maka penyajian materi

dengan multimedia dapat menarik antusiasme anak sehingga anak akan lebih

memperhatikan materi pembelajaran. Penyajian materi membantu anak dalam

merekonstruksi pengetahuan tentang konsep geometri.

Dengan demikian, diharapkan dengan melaksanakan pembelajaran berbasis

multimedia dapat meningkatkan pemahaman bentuk geometri pada anak kelompok

B di RA Muslimat NU Plososgede.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam

penelitian ini adalah “pembelajaran berbasis multimedia dapat meningkatkan

kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak kelompok B di RA Muslimat

NU Plosogede”, dengan cara menayangkan video edukatif yang berisikan materi

macam-macam bentuk geometri, contoh benda berbentuk geometri dan ciri-ciri

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

tindakan kelas. Menurut Wina Sanjaya (2011: 26) penelitian tindakan kelas adalah

proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam

upaya untuk memecahkan masalah dengan melakukan berbagai tindakan yang

terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan

tersebut. Lebih lanjut lagi Grundy dan Kemmis (Wina Sanjaya, 2011: 30)

mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas meliputi tiga hal, yaitu

peningkatan praktik, pengembangan profesional dan peningkatan situasi tempat

praktik berlangsung.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menemukan inovasi

pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman bentuk geometri pada anak

kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede. Model PTK yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah menggunakan model PTK kolaboratif, dimana guru dan

peneliti berkolaborasi memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil

belajar siswa. Peneliti membuat rencana tindakan (RKH) untuk melaksanakan

proses pembelajaran berbasis multimedia, memilih video edukatif yang akan

digunakan, mengamati pelaksanaan pembelajaran sedangkan guru sebagai

pelaksana tindakan. Kemudian secara bersama-sama guru dan peneliti menganalisis

(49)

B.Tahap Penelitian

Penelitian ini menggunakan acuan model penelitian tindakan oleh Kemmis

dan Mc Taggart. Terdapat empat komponen penelitian tindakan yaitu perencanaan,

tindakan, observasi, dan refleksi. Komponen tersebut berada dalam satu sistem

yang saling terkait (Sukardi, 2003: 214). Model ini dapat mencakup beberapa

siklus. Adapun pelaksanaan model penelitian pada setiap siklus tersebut adalah:

1. Perencanaan: rencana tindakan yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki

dan meningkatkan proses serta hasil belajar di kelas.

2. Pelaksanaan: tindakan apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya untuk

meningkatkan kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang diharapkan

dapat tercapai.

3. Pengamatan: peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang

dilakukan.

4. Refleksi: mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas dampak dari tindakan

dengan menggunakan berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti

melakukan modifikasi terhadap rencana pelaksanaan yang berikutnya.

Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Pada siklus pertama terdapat tiga

pertemuan, sedangkan pada siklus kedua terdapat dua pertemuan. Namun, jika

diperlukan untuk mencapai hasil yang lebih baik maka siklus berikutnya dapat

dilakukan. Pada tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah, kemudian

(50)

Berikut langkah-langkahnya secara rinci:

a. Rencana Tindakan Siklus I

Perencanaan dibutuhkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang

digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Perencanaan yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

1) Mempersiapkan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang telah

diambil dari indikator pengembangan kognitif pada kurikulum yang digunakan

oleh sekolah dalam bentuk Rencana Kegiatan Harian (RKH). Terdapat pula

metode dan media pengajaran yang digunakan yaitu pembelajaran berbasis

multimedia.

2) Menata lingkungan belajar, yakni menyiapkan alat dan bahan pendukung

pembelajaran berbasis multimedia dan sarana-saran lain yang mendukung proses

belajar mengajar.

3) Menyusun instrumen penelitian dan penilaian yang berupa:

a) Membuat lembar observasi yang digunakan untuk mengamati anak saat

melakukan pembelajaran mengenal bentuk geometri dengan pembelajaran

berbasis multimedia.

b) Mempersiapkan dokumentasi berupa lembar kerja anak yang akan digunakan

untuk mengukur seberapa besar anak mengenal bangun geometri.

4) Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 1 bulan yaitu pada bulan Mei 2016

dengan rincian menyusun instrumen penelitian, pembuatan media pembelajaran

(51)

5) Menyamakan persepsi antara guru dan peneliti tentang penerapan pembelajaran

berbasis multimedia pada materi mengenal bentuk geometri agar proses

pembelajaran berjalan sesuai rencana.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Pelaksanaan disesuaikan dengan prosedur perencanaan yang telah

ditentukan. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan panduan RKH yang telah

dibuat. Peneliti bertindak sebagai observer sedangkan guru bertindak sebagai

pelaksana. Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan

kegiatan akhir. Sedangkan pengamatan yang dilakukan adalah dengan memantau

efektivitas penerapan pembelajaran berbasis multimedia yang ditunjukkan dengan

keterlibatan anak, keaktifan anak baik fisik ataupun mental, serta peningkatan

pemahaman bentuk geometri anak. Selain itu, juga dilakukan pengumpulan data

dan menghitung presentase tingkat keberhasilan pemahaman konsep geometri.

1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa secara klasikal yang dilanjutkan

dengan hafalan beberapa doa sehari-hari dan surat-surat pendek. Kemudian

apersepsi yang dilaksanakan berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.

2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti diawali dengan penayangan video edukatif tentang

bentuk geometri. Guru menyampaikan materi-materi pembelajaran yang sesuai

dengan RKH yang telah dibuat sebelumnya. Penayangan video edukatif

disesuaikan dengan materi yang telah dipilih dan dicantumkan dalam RKH.

(52)

anak diminta untuk mengerjakan tugas (LKA) untuk mengukur tingkat pemahaman

anak.

Pada siklus pertama, video edukatif yang ditayangkan adalah materi tentang

nama-nama bentuk geometri dan contoh benda berbentuk geometri, sedangkan

pada siklus kedua video yang ditayangkan adalah nama-nama bentuk, contoh benda

berbentuk geometri dan ciri-ciri sederhana bentuk geometri. Pada siklus kedua,

pengenalan bentuk geometri dibantu dengan pemanfaatan media seperti plastisin,

puzzle bongkar pasang dan sedotan.

3) Kegiatan Akhir

Pada tahap ini, kegiatan diisi dengan bercerita atau bercakap-cakap, diskusi,

tanya jawab dan evaluasi pada kegiatan yang telah dilakukan selama satu hari dan

diakhiri dengan berdoa bersama.

c. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti dan guru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang

telah dilakukan. Hasil evaluasi dikaji dan digunakan sebagai acuan guna

menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Apabila masih ditemukan masalah

atau hambatan sehingga tujuan penelitian belum tercapai maka akan dilakukan

langkah perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua.

C.Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel

penelitian melekat dan dipermasalahkan (Suharsimi Arikunto, 1998: 144). Dalam

penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah semua anak kelompok B di

(53)

putra dan 7 putri. Sedangkan obyek penelitian adalah variabel atau yang menjadi

titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 118). Obyek dalam

penelitian ini adalah kemampuan mengenal bentuk geometri dan pembelajaran

berbasis multimedia.

D.Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RA Muslimat NU Plosogede, Ngluwar,

Magelang. Dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015-2016 pada bulan

Mei-Juni 2016.

E.Metode Pengumpulan Data

Teknik atau metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2005:

100). Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti

untuk mengumpulkan data agar dapat memperoleh keterangan secara lengkap.

Penelitian ini menggunakan metode diantaranya sebagai berikut:

1. Metode observasi, merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sutrisno Hadi dalam

Sugiyono, 2013: 203). Observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati

tentang proses kegiatan pembelajaran, suasana kelas, dan keadaan lingkungan

kelas selama proses tindakan. Dalam penelitian ini digunakan cara observasi

partisipan artinya dalam pengamatan peneliti ikut terjun dan aktif dengan subyek

penelitian untuk mendapatkan data dan informasi. Untuk mengumpulkan data

(54)

2. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah

siswa, perangkat pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran di RA Muslimat NU

Plosogede Ngluwar Magelang.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Meneliti adalah melakukan pengukuran, sehingga diperlukan alat ukur yang

baik. Alat ukur dalam penelitian disebut dengan instrumen penelitian. Instrumen

penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam

maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013: 148).

Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman pengamatan berisikan

indikator-indikator pengamatan untuk mengukur tingkat pemahaman bentuk

geometri anak khususnya bentuk geometri datar. Indikator-indikator pengamatan

yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi tiga, segi empat, dan

lain-lain)

Indikator mengelompokkan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

membagi atas beberapa kelompok bentuk-bentuk geometri sesuai dengan nama,

bentuk, warna atau ciri-ciri bentuk geometri tertentu.

2. Membedakan ciri-ciri bentuk geometri

Indikator membedakan ciri-ciri bentuk geometri diartikan sebagai

kemampuan untuk mengenal, mengidentifikasi dan mampu mengungkapkan

(55)

3. Menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri

Indikator menyebutkan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk

menemukan, memperlihatkan, kemudian dapat menerangkan kepada orang lain

tentang benda-benda yang berbentuk geometri.

Ketiga indikator tersebut menjadi ukuran pemahaman bentuk geometri

anak. Berikut kisi-kisi instrumen pengumpulan data masing-masing indikator

pengamatan:

Tabel 1. Kisi-kisi Obervasi

Variabel Sub Variabel Sub-Sub Variabel Indikator

Kemampuan matematika

Bentuk geometri 1.Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi tiga, segi empat)

a. Anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri dengan tepat. b. Anak kurang mampu

mengelompokkan 3 bentuk geometri dengan tepat. c. Anak belum mampu

mengelompokkan 3 bentuk geometri dengan tepat. 2.Membedakan ciri-ciri

bentuk geometri (bentuk,siku-siku)

a. Anak mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri.

b. Anak kurang mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri.

c. Anak belum mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri.

3.Menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri

a. Anak mampu menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri. b. Anak kurang mampu menyebutkan

benda-benda yang berbentuk geometri

(56)

Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengelompokkan Bentuk-Bentuk Geometri.

No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan

1. Anak mampu

3 Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan jumlah benar masing-masing bentuk 5 buah.

2. Anak kurang mampu

2 Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan jumlah benar masing-masing bentuk 3-4 buah.

3. Anak belum mampu

1 Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan jumlah benar masing-masing bentuk 1-3 buah.

Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemampuan Membedakan Ciri-Ciri Bentuk Geometri

No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi Obervasi
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengelompokkan Bentuk-Bentuk
Tabel 4. Rubrik Penilaian Kemampuan Menyebutkan Benda-Benda Berbentuk
Tabel 5. Pemahaman Bentuk Geometri Anak Kelompok B Prasiklus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari bagaimana peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri anak kelompok B di PAUD Nurul Iman melalui permainan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri, serta dapat mengoptimalkannya dalam lingkungannya.Jenis penelitian yang digunakan

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk- bentuk geometri melalui permainan kotak pos pada anak kelompok B di TK Aisyiyah Troketon III Pedan

Berdasarkan hasil pengolahan data metode bermain pasir memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan mengenal bentuk-bentuk geometri anak usia 4-5 tahun di

setiap guru di RA Muslimat NU Masyithoh Duwet diwajibkan membuat perencanaan sebelum mengajar yaitu RKM (Rencana Kegiatan Mengajar) dan RKH (Rencana Kegiatan

Berdasarkan hasil dari perhitungan yang telah diperoleh Berdasarkan hasil penelitian terdapat peningkatan mengenal bentuk geometri pada anak yang mempunyai nilai dari

Peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri dapat ditentukan dengan indikator yang harus dicapai anak adalah mampu menyebutkan dan menunjukkan bentuk geometri,

Dan ternyata hasil penelitian ini diperoleh thitung > ttabel, maka Ha diterima, yaitu ada perbedaan peningkatan kemandirian anak usia dini siswa di RA Muslimat NU Kalilembu Karangdadap