UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA
PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MUSLIMAT NU PLOSOGEDE
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh Isma Aini Saputri NIM 12111241014
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
MOTTO
“Pendidik profesional adalah yang mau mengembangkan media pembelajaran
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala Puji bagi Allah SWT, skripsi ini peneliti persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua, Bapak Subur dan Ibu Titik Sundari yang telah banyak berkorban, mencurahkan segala doa, dukungan, dan kasih sayang kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan,
2. Seluruh keluarga besar, dosen pembimbing, guru, sahabat dan semua pihak yang telah mendukung,
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA
PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MUSLIMAT NU PLOSOGEDE
Oleh Isma Aini Saputri NIM 12111241014
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar dan mendeskripsikan langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis multimedia. Pembelajaran berbasis multimedia menggunakan video edukatif yang berisi materi pengenalan bentuk geometri. Kemampuan mengenal bentuk geometri pada penelitian ini difokuskan pada mengelompokkan bentuk geometri, membedakan ciri-ciri bentuk geometri dan menyebutkan benda-benda (benda sebenarnya) yang berbentuk geometri.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi, guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai perancang tindakan. Penelitian dilakukan dengan dua siklus terdiri dari lima pertemuan. Subyek penelitian adalah semua anak kelompok B RA Muslimat NU Plosogede yang berjumlah 24 anak. Obyek penelitian ini adalah kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri dengan pembelajaran berbasis multimedia. Pada tahap pra siklus` sebesar 27,78%, meningkat menjadi 47,22% pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 76,39% yang telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 70%. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah: 1) Anak menonton video edukatif yang ditayangkan dan mendengarkan penjelasan guru secara klasikal; 2) Tanya-jawab materi geometri antara guru dan anak secara klasikal dan individu; 3) Anak mengaplikasikan materi dengan media plastisin, sedotan dan puzzle bongkar pasang; 4) Anak mengerjakan tugas (lembar kerja anak). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal bentuk geometri dapat ditingkatkan dengan pembelajaran multimedia pada anak kelompok B RA Muslimat NU Plosogede.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, sehingga
skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri melalui Pembelajaran Berbasis Multimedia pada Anak Kelompok B Di RA Muslimat NU Plosogede” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih gelar Sarjana Pendidikan.
Keberhasilan penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah berkenan memberikan izin penelitian.
4. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Pd dan Ibu Nur Cholimah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Kepala Sekolah RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar Magelang yang telah memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian berlangsung.
6. Ibu Rismiyati selaku guru kelas kelompok B RA Muslimat NU Plosogede yang bersedia menjadi mitra dan memberikan bantuan dalam penelitian ini.
7. Semua murid kelompok B RA Muslimat NU Plosogede yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
9. Seluruh sahabat dan teman-teman PG-PAUD 2012, atas bantuan, dukungan, doa serta motivasi selama penyusunan skripsi.
10. Semua pihak yang memberikan doa, bantuan dan motivasi.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
Wasssalamu’alaikum Wr.Wb
Yogyakarta, 21 Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
1. Pengertian Multimedia ... 25
2. Karakteristik Media dalam Pembelajaran Multimedia ... 27
3. Model Pembelajaran Multimedia ... 29
E. Kerangka Berpikir ... 32
F. Hipotesis Penelitian ... 33
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 75
DAFTAR TABEL
hal
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi ... 41
Tabel 2. Rubrik Penilaian Mengelompokkan Bentuk Geometri ... 42
Tabel 3. Rubrik Penilaian Membedakan Ciri Bentuk Geometri ... 42
Tabel 4. Rubrik Penilaian Menyebutkan Benda Berbentuk Geometri ... 43
Tabel 5. Pemahaman Bentuk Geometri Anak Kelompok B Prasiklus... 49
Tabel 6. Perbandingan Prasiklus dan Siklus I Mengenal Geometri ... 56
Tabel 7. Perbandingan Siklus I dan Siklus II Mengenal Geometri ... 62
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR LAMPIRAN
hal
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 77
Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 83
Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 88
Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data... 96
Lampiran 5. Rencana Kegiatan Harian ... 98
Lampiran 6. Lembar Kerja Anak ... 114
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu lembaga
kependidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun kalangan masyarakat
swadaya dengan mengkhususkan pendidikan bagi anak usia dini. Sesuai dengan
Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1,
pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan berbagai
potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya (Suyadi, 2010: 12).
Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar. Oleh karena pada usia 0-6 tahun merupakan masa peka bagi anak yang sering
disebut Golden Age dimana anak mengalami peningkatan perkembangan
kecerdasan yang sangat signifikan. Menurut E. Mulyasa (2012: 34) masa Golden
Age adalah kesempatan bagi anak usia dini untuk belajar guna mengoptimalkan
potensi kecerdasan yang dimilikinya. Hal ini disebabkan terjadi pematangan
fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi yang datang dari lingkungan.
Selama masa ini, terjadi transformasi pada otak dan fisik anak sehingga usia ini
sangat penting bagi perkembangan intelektual, spiritual, emosional, dan sosial anak
memperhatikan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak agar anak mampu tumbuh
dan berkembang secara optimal. Setiap aspek perkembangan kecerdasan anak dapat
berkembang secara pesat jika memperoleh stimulasi lingkungan yang memadai.
Hal ini penting, karena perkembangan yang terjadi dimasa ini sangat berpengaruh
pada perkembangan selanjutnya.
Dalam pendidikan anak usia dini, pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada
pencapaian perkembangan anak yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak
(Departemen Pendidikan Nasional, 2010: 4). Pencapaian perkembangan pada anak
usia dini mencakup perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif,
perkembangan sosial-emosional dan perkembangan bahasa (Masitoh dkk, 2005: 7).
Salah satu perkembangan yang perlu dioptimalkan adalah kognitif anak.
Aspek pengembangan kognitif yang dinyatakan dalam buku pedoman
pengembangan program pembelajaran di Taman Kanak-kanak (Departemen
Pendidikan Nasional, 2010: 18) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir anak, yaitu mengolah proses belajar, menemukan alternatif pemecahan
masalah, mengembangkan kemampuan logika matematis dan pengetahuan akan
ruang dan waktu, mempunyai kemampuan memilah, mengelompokkan, serta
mempersiapkan kemampuan berpikir lebih teliti.
Dari beberapa unsur kemampuan berpikir anak, pengembangan kemampuan
logika matematis perlu ditingkatkan. Menurut Slamet Suyanto (2005: 56)
menjelaskan bahwa matematika berfungsi sebagai salah satu upaya untuk
terdiri dari beberapa konsep seperti memilih, klasifikasi, menghitung, angka,
pengukuran, geometri, dan lain-lain. Salah satu konsep yang perlu dikenalkan
dalam pembelajaran anak usia dini adalah konsep geometri. Geometri merupakan
kemampuan untuk memahami bentuk dan ruang. Geometri penting untuk dipahami
anak sejak dini karena merupakan pondasi awal untuk memahami kemampuan dan
keterampilan yang lebih kompleks seperti keseimbangan, struktur, dan proporsi
(keseimbangan).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di RA Muslimat NU Plosogede
Ngluwar pada tanggal 04 Maret 2016, proses pembelajaran diselenggarakan untuk
mengembangkan aspek perkembangan anak khususnya berkaitan dengan aspek
kognitif. Pada saat itu, kegiatan inti pembelajaran diisi untuk pengenalan bentuk
geometri dengan diawali penjelasan oleh guru kemudian anak diminta untuk
mengelompokkan geometri sesuai dengan bentuk dan warna. Anak-anak
memberikan warna pada setiap bentuk sesuai dengan jenis kelompok warnanya.
Bentuk geometri yang digunakan adalah segi tiga, lingkaran dan segi empat. Setelah
mengelompokkan sesuai dengan warna masing-masing, anak menghitung jumlah
masing-masing tiap bentuk geometri tersebut.
Selama proses kegiatan tersebut, anak kurang antusias saat guru
memberikan penjelasan mengenai bentuk dan warna geometri. Guru menggunakan
media semi-konkret berupa gambar/potongan kertas berbentuk ketiga bentuk
geometri tersebut. Saat memberikan penjelasan, anak-anak terlihat tidak
memperhatikan guru dan berbicara dengan teman sebangku. Setelah selesai
anak menjawab dengan mengatakan “bunder”, “kotak” dan “lingkaran” sedangkan yang lainnya hanya diam saja. Berdasarkan LKA yang dikerjakan oleh anak, dari
24 anak diperoleh hasil sebanyak 7 anak (29,17%) mampu mengidentifikasi dan
mengelompokkan ketiga bentuk geometri tersebut dan mendapat kriteria baik.
Sisanya kesulitan mengidentifikasi, mengenali dan mengelompokkan bentuk
terutama pada bentuk lingkaran dan segi empat dengan ukuran yang berbeda.
Beberapa anak bertanya kepada guru nama bentuk dan warna yang harus
dikerjakan. Tetapi sebagian anak mampu mengerjakan sendiri kegiatan tersebut.
Kemudian saat guru bertanya perbedaan ciri-ciri antara ketiga bentuk
tersebut, sebanyak 6 anak (25%) mampu menyebutkan jawaban ciri-ciri tiga bentuk
geometri sedangkan sisanya hanya mampu menyebutkan satu ciri-ciri bentuk
geometri yaitu lingkaran, segi empat atau segi tiga saja. Selanjutnya saat anak
diminta untuk menyebutkan contoh-contoh benda berbentuk geometri, sebanyak 7
anak (29,17%) mampu menyebutkan 5 contoh benda seperti contoh benda
berbentuk lingkaran yaitu donat, cincin, ban, bola dan matahari. Sisanya masih
kesulitan dalam memberikan contoh benda bentuk segi tiga dan segi empat.
Pembelajaran pengenalan bentuk geometri diselenggarakan dengan guru
memanfaatkan media gambar/potongan bentuk geometri kemudian
menempelkannya dipapan tulis sehingga anak dapat melihatnya. Guru melakukan
pertanyaan pancingan tentang bentuk geometri yang dibawa oleh guru serta dibantu
dengan lembar kerja anak. Guru menanyakan tentang nama bentuk, warna dan
contoh bendanya. Terlihat jika guru kurang menyediakan media konkret dalam
pembelajaraan. Hal ini menyebabkan pemahaman anak tentang bentuk geometri
menjadi tidak utuh sebab anak hanya sebatas mengetahui bentuk dan nama geometri
saja.
Selain itu, pengenalan bentuk geometri dengan menggambar sendiri
dipapan tulis memungkinkan terjadinya gambar bentuk geometri yang tidak
proporsional sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman bentuk
geometri pada anak. Guru juga kurang pemanfaatan media seperti balok bangunan
sehingga beberapa balok tersebut rusak tidak terpakai dan hilang. Berdasarkan hasil
dari pengamatan terlihat jika rata-rata pemahaman bentuk geometri anak masih
kurang dimana terdapat sebanyak 17 anak (70%) yang belum mengenal bentuk
geometri sesuai dengan kriteria penilaian sehingga guru perlu meningkatkan
kemampuan anak tersebut. Demikian, dibutuhkan sebuah upaya baru untuk
menyelenggarakan pembelajaran pengenalan bentuk geometri yang salah satunya
adalah pembelajaran menggunakan multimedia.
Pembelajaran multimedia merujuk pada penggunaan teknologi dalam
proses pembelajaran yang menyajikan materi dalam bentuk verbal dan visual.
Multimedia dapat dijadikan sebagai variasi media pembelajaran dalam proses
pembelajaran pengenalan bentuk geometri. Multimedia dapat menyajikan kata dan
gambar dari materi yang akan disampaikan. Dengan multimedia, anak memiliki
pengalaman yang beragam dari segala macam media pembelajaran. Anak akan
merasa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Multimedia dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan
pengenalan bentuk geometri melalui multimedia dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran dengan menyajikan materi pengenalan bentuk geometri dalam bentuk
audio, visual dan verbal.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran tersebut didukung oleh hasil
penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Zunita Andriani (2013)
dimana pemahaman bentuk geometri anak kelompok B meningkat setelah
melaksanakan pembelajaran berbasis multimedia. Melalui pembelajaran berbasis
multimedia, guru mempunyai panduan jelas dalam menjelaskan bentuk geometri,
sehingga dalam menjelaskan dapat berurutan atau sistematis. Penggunaan
multimedia ini dapat membantu penyajian bentuk-bentuk geometri secara
proporsional. Geometri dapat dihadirkan dalam bentuk nyata, sehingga dapat
menarik perhatian anak serta memudahkan anak mengingat dan memahami materi
tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk
geometri pada anak kelompok B Di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar melalui
pembelajaran berbasis multimedia.
B.Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Dari total 24 anak, terdapat 7 anak yang telah memahami bentuk geometri,
sedangkan 17 anak masih kesulitan dalam mengenali, mengelompokkan dan
2. Media pembelajaran yang digunakan dalam pengenalan bentuk geometri belum
optimal, diantaranya adalah gambar dalam majalah atau menggambar sendiri
dipapan tulis.
3. Anak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran pengenalan bentuk
geometri sebab media yang digunakan oleh guru kurang menarik.
4. Multimedia diyakini mampu meningkatkan pemahaman bentuk geometri anak
tetapi strategi penerapannya yang tepat dalam pembelajaran belum diketahui.
C.Batasan Masalah
Dari uraian di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah terkait
penerapan multimedia yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mengenal
bentuk geometri pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede, Ngluwar.
D.Rumusan Masalah
Berdasarkan pembahasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan
kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia
pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede?”.
E.Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia pada anak
kelompok B dan mendeskripsikan langkah-langkah dalam meningkatkan
kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia
F. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini secara praktis, yaitu:
1. Bagi Anak
Penelitian ini bermanfaat untuk membantu anak dalam membangun
kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran yang lebih bervariasi
yaitu berbasis multimedia.
2. Bagi Guru
Penelitian ini juga bermanfaat bagi guru yakni guru dapat mengembangkan
kinerjanya secara profesional terutama dalam penggunaan media pembelajaran
yang lebih bervariasi (multimedia) selama melaksanakan proses pembelajaran
terutama dalam meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk mahasiswa/peneliti Program Studi PAUD
sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan
peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran
multimedia.
4. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana refensi sekolah dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang mampu mengembangkan aspek
perkembangan anak terutama kognitif-matematika khususnya pengenalan bentuk
G.Definisi Operasional
Pengenalan bentuk geometri adalah suatu kemampuan anak yang berkaitan
dengan mengenal dan memahami sesuatu yang berkonsep ukuran, bentuk
kedudukan dan ruang. Geometri merupakan bentuk atau bangun datar maupun
bangun ruang. Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak, geometri datar yang
dikenalkan adalah lingkaran, segi tiga dan segi empat.
Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan mengenal bentuk
geometri datar pada anak kelompok B. Kriteria penilaian yang digunakan mengacu
pada indikator mengelompokkan bentuk geometri, membedakan ciri-ciri bentuk
geometri dan menyebutkan benda berbentuk geometri yang tertuang dalam kisi-kisi
penilaian dengan kriteria skor 1-3. Penilaian dihasilkan dari pengamatan pada
proses pembelajaran dengan tanya jawab antara guru dan anak, serta menilai dari
lembar kerja anak dengan masing-masing indikator.
Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan
berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Multimedia
biasanya berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan video. Kombinasi
tersebut merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan
informasi, pesan atau isi pelajaran dan dapat merangsang pilihan, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga secara sengaja proses belajar terjadi,
bertujuan dan terkendali.
Pengenalan bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia
adalah suatu upaya pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pemahaman
pembelajaran yang berisikan visual, teks, audio dan animasi bentuk geometri
berupa video edukatif dan ditampilkan melalui laptop serta dipancarkan di dinding
menggunakan LCD dan proyektor. Video edukatif berisikan materi macam-macam
bentuk geometri, contoh-contoh benda berbentuk geometri dan ciri sederhana
BAB II KAJIAN TEORI A.Perkembangan Kognitif Anak TK B
Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak
lain yang berada di atas usia 8 tahun. Anak usia dini sangat dinamis, antusias dan
hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta
seolah-olah tak pernah berhenti belajar (Sofia Hartati, 2005: 8). Secara umum karakteristik
anak usia dini yang khas dijelaskan oleh Richard D. Kellough (Sofia Hartati, 2005:
8-11) adalah sebagai berikut :
1. Anak Bersifat Egosentris
Anak yang mempunyai sifat egosentris cenderung melihat dan memahami
sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Contohnya anak masih
berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi
oleh orang tuanya atau memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Hal ini sejalan
dengan pendapat Piaget (Sofia Hartati, 2005: 9) bahwa anak usia dini sedang berada
pada fase transisi dari fase praoperasional ke fase operasional konkret. Pada saat
fase praoperasional, pola berfikir anak bersifat egosentris dan simbolik, sedangkan
pada fase operasional konkret anak mulai menerapkan logika untuk memahami
persepsi-persepsi. Anak yang berada pada masa transisi ini masih berpikir menurut
kedua pola tersebut secara bergantian atau kadang secara simultan.
2. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu Yang Besar
Bagi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan
lebih tertarik dengan benda yang menimbulkan akibat daripada benda yang terjadi
dengan sendirinya.
3. Anak adalah Makhluk Sosial
Anak merasa senang ketika diterima dan bersama dengan teman sebayanya.
Anak senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan
pekerjaannya. Anak akan membangun konsep diri melalui interaksi sosial. Anak
belajar membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberikan
kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya.
4. Anak Bersifat Unik
Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki
bawaan, minat, kapabilitas dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama
lain. Anak juga memiliki keunikan lain dalam hal seperti gaya belajar, minat dan
latar belakang keluarga. Walaupun pola urutan umum dalam perkembangan anak
dapat diprediksi tetapi pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan
satu sama lain.
5. Anak Umumnya Kaya Dengan Fantasi
Anak menyukai hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya
anak kaya dengan fantasi. Imajinasi anak berkembang melebihi apa yang
dilihatnya. Misalnya saat anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya
berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempr dan seterusnya. Anak dapat
menceritakan melebihi apa yang anak dengar dan lihat sesuai dengan imajinasi yang
6. Anak Memiliki Daya Konsentrasi Yang Pendek
Anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu
yang lama. Anak cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, kecuali jika
kegiatan tersebut menyenangkan, bervariasi dan tidak membosankan. Pembelajaran
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi dan
menyenangkan sehingga tidak membuat anak terpaku di tempat dan menyimak
dalam jangka waktu lama.
7. Anak Merupakan Masa Belajar Yang Paling Potensial
Pada masa anak usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan
perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek. Seluruh potensi
anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang. Oleh sebab itu, anak
membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Pembelajaran pada
masa ini mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak mencapai tahapan
sesuai dengan tugas perkembangannya.
Setiap anak memiliki periode perkembangan yang menunjukkan ciri-ciri
atau karakteristik perilaku tertentu. Karakteristik perkembangan anak adalah tugas
perkembangan pada suatu periode yang harus dicapai dan dikuasai oleh seorang
anak. Anak yang mampu mencapai tugas perkembangan pada periode tertentu maka
anak memperoleh dasar penguasaan perkembangan pada periode berikutnya.
Menurut Sofia Hartati (2005: 18) tugas perkembangan tersebut meliputi berbagai
karakteristik perilaku pada masing-masing aspek perkembangan yaitu nilai, agama
penelitian ini fokus pada kemampuan matematis yang menjadi bagian dari kognitif,
maka karakteristik perkembangan kognitif akan lebih ditonjolkan.
Menurut Soemiarti Patmonodewo (1995: 24) kognitif merupakan
pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati yang menunjukkan tingkah
laku orang untuk memperoleh pengetahuan. Perkembangan kognitif pada anak
menunjukkan perkembangan dari organ berpikir anak. Kemampuan anak dalam
mengkoordinasi berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah
digunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan. Perkembangan kognitif
dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari
penyelesaian masalah yang dihadapi.
Piaget (Soemiarti Patmonodewo, 1995: 24) menjelaskan tahapan
perkembangan kognitif yang terdiri dari tahap sensorimotor, tahap praoperasional,
tahapan operasional konkret dan tahapan operasional formal. Tahapan-tahapan
perkembangan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kematangan dan
pengalaman anak. Pada masa anak prasekolah, perkembangan kognitif mencapai
pada tahapan praoperasional, dimana anak menggunakan fungsi simbolik. Anak
mampu mengingat kembali simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak
nampak secara fisik. Pada tahap ini anak belum menguasai operasi mental secara
logis. Setiap anak memiliki cara berpikirnya sendiri. Rita Eka Izzaty, dkk (2008:
88) menjelaskan beberapa ciri berpikir anak pada tahap praoperasional ini antara
lain:
a. Anak mulai menguasai fungsi simbolis; sehingga anak mampu bermain
b. Terjadi tingkah laku imitasi; anak suka peniruan terutama pada kakak atau teman
yang lebih besar usianya.
c. Cara berpikir anak egosentris; yaitu suatu ketidakmampuan untuk membedakan
antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain.
d. Cara berpikir anak centralized yaitu berpusat pada satu dimensi saja.
e. Berpikir tidak dapat dibalik; operasi logis anak belum dapat dibalik.
f. Berpikir terarah statis; anak tidak pernah memperhatikan dinamika proses
terjadinya sesuatu.
Oleh karena perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah adalah
memasuki tahap praoperasional maka pengembangan kognitif harus disesuaikan
dengan cara berpikir anak. Kognitif yang dinyatakan dengan pertumbuhan
kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang
dihadapi. Sedangkan praoperasional anak ditunjukkan dengan anak menggunakan
fungsi simbolik. Anak mampu mengingat kembali simbol-simbol dan
membayangkan benda yang tidak nampak secara fisik. Dengan demikian, guru
harus menyediakan proses dan media pembelajaran yang sesuai dengan cara
berpikir anak yang simbolis, terutama dalam pengenalan bentuk geometri.
B.Matematika Anak Usia Dini
Matematika merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai
struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan
baik. Matematika digunakan sebagai bahasa simbol tentang berbagai gagasan
akurat. Kegiatan matematika sederhana yang sering dilakukan adalah menghitung,
mengukur, mendesain, menempatkan, bermain dan menjelaskan.
Pengenalan matematika anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan
aspek moral, sosial, fisik dan emosi secara menyeluruh dan optimal dengan cara
pengenalan yang benar (Sudaryanti, 2006: 3). Pengenalan matematika berkaitan
dengan aritmetika, geometri, pecahan, pengukuran dan pengelolaan data.
Kemampuan dasar matematika anak prasekolah berada pada tahap praopersional
yang dalam perkembangannya anak mampu berpikir secara simbolis. Dimana anak
mulai mengerti bahwa hal-hal abstrak misalnya angka dapat mewakili banyak
benda.
Kegiatan pembelajaran pengenalan matematika di TK bukan hanya sekedar
untuk mengembangkan kemampuan calistung (baca, tulis, hitung), tetapi juga
mengembangkan aspek-aspek perkembangan secara menyeluruh. Slamet Suyanto
(2005: 56) menyebutkan bahwa matematika berfungsi sebagai salah satu upaya
untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak. Mulanya anak tidak tahu
bilangan, angka dan operasi bilangan matematis. Secara bertahap sesuai dengan
perkembangan mentalnya anak belajar membilang, mengenal angka, dan berhitung.
Matematika untuk anak usia dini diawali dengan pemahaman konsep
bilangan dan operasi bilangan. Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 160) mengatakan
bahwa anak harus dilatih terlebih dahulu mengkonstruksi pemahaman dengan
bahasa simbolik yang disebut sebagai abstraksi sederhana (simple abstraction) atau
abstraksi empiris. Misalnya, saat guru memberi anak uang logam guru mengatakan
reflektif (reflective abstraction). Ketika guru menaruh sebuah koin didepan anak,
guru mengatakan “satu”, lalu menaruh lagi sambil berkata “dua”, dan seterusnya.
Dengan demikian anak mulai menghubungkan antara jumlah koin dengan bahasa
matematis bilangan: satu, dua, tiga, dan seterusnya. Langkah berikutnya adalah
mengajarkan anak menghubungkan antara pengertian bilangan dengan simbol
bilangan. Misalnya sebuah koin dengan kata “satu” dan angka 1. Dua buah koin dengan kata “dua” dan angka 2, demikian seterusnya sampai anak benar-benar
memahaminya.
Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 56) menegaskan bahwa pengenalan
matematika pada anak usia dini sebaiknya dilakukan melalui penggunaan
benda-benda konkret dan pembiasaan penggunaan matematika agar anak dapat memahami
matematika. Sebagai contoh, mengingatkan anak tentang tanggal hari ini dan
menuliskannya di papan tulis yang akan melatih anak mengenal bilangan.
Tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai
logico-mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang
menyenangkan dan tidak rumit. Anak belajar memahami bahasa matematis dan
penggunaanya untuk berpikir. Slamet Suyanto (2005: 162) menyebutkan beberapa
konsep matematika untuk anak usia dini meliputi hal-hal berikut ini :
1. Memilih, membandingkan dan mengurutkan misalnya memilih kubus yang
pendek, diteruskan ke yang lebih panjang sehingga membentuk urutan dari yang
paling pendek ke yang paling panjang.
2. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan benda-benda ke dalam beberapa kelompok
3. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilang dimulai
dari satu. Jika sudah mahir anak dapat menghitung kelipatan misalnya kelipatan
dua, lima atau sepuluh.
4. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak menghubungkan antara kebanyakan
benda dengan menggunkan simbol angka.
5. Pengukuran, yaitu anak dapat mengukur ukuran suatu benda dengan berbagai
cara mulai dari ukuran non standar menuju ukuran standar. Ukuran non standar
misalnya kaki, depa dan jengkal. Sedangkan ukuran standar ialah dengan
menggunakan alat ukur standar misalnya penggaris atau meteran.
6. Geometri, yaitu mengenal bentuk, luas, volume dan area.
7. Membuat grafik misalnya guru membagi kartu merah, hijau dan kuning untuk
anak yang suka apel, mangga dan pisang. Lalu guru meminta ank untuk
menempelnya di papan tulis yang telah diberi sumbu datar (X) dan tegak (Y).
Maka akan tampak grafik yang menggambarkan banyaknya anak yang suka
buah-buahan tersebut
8. Pola, yaitu membentuk pola misalnya guru memberi angka 1, 3, 6 lalu anak
melanjutkannya dengan suatu pola tertentu, bisa 9, 12, 15, dst.
9. Problem solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan sederhana yang
Sedangkan fokus pengajaran matematika di taman kanak-kanak menurut
Kindergarten Curriculum Focal Points (George S. Morrison, 2012: 267-268)
adalah sebagai berikut :
1. Angka dan operasinya: menyajikan, membandingkan dan mengurutkan seluruh
angka serta menggabungkan dan memisahkan sejumlah rangkaian angka.
2. Geometri: menggambarkan wujud dan ruang.
3. Pengukuran: mengurutkan objek berdasarkan atribut yang dapat diukur.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika
pada anak usia dini adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur
abstrak dan hubungan antar struktur guna mengembangkan kemampuan berpikir
logis dan matematis, dimana kegiatan belajar tentang konsep matematika dilakukan
melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah dengan
cara yang menyenangkan dan tidak rumit.
Kemampuan matematika anak akan sejalan dengan berkembangnya
kemampuan konversinya. Martin Jamaris (2006: 44) menyatakan bahwa
kemampuan konversi merupakan kemampuan untuk memahami
perubahan-perubahan yang berkaitan dengan jumlah, ukuran, bentuk, volume, dan bidang.
Kemampuan ini menjadi dasar pengembangan kemampuan matematika dasar.
Beberapa konsep atau materi matematis tersebut, pada dasarnya perlu
diperkenalkan kepada anak usia dini. Salah satu konsep matematika yang sangat
penting untuk dikenalkan adalah konsep geometri. Konsep geometri berkaitan
C.Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri 1. Pengertian Geometri
Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 355), geometri adalah cabang
matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang dan ruang. Geometri
sendiri (Greek; geo= bumi, metria= ukuran) adalah sebagian dari matematika yang
mengambil persoalan mengenai ukuran, bentuk, dan kedudukan serta sifat ruang.
Sudaryanti (2006: 45) menambahkan geometri merupakan bentuk atau bangun
datar maupun bangun ruang. Dalam pembelajaran di TK, geometri datar yang
dikenalkan adalah lingkaran, segi tiga dan segi empat. Sedangkan untuk geometri
ruang adalah balok, kubus, bola,dll.
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengenalan
bentuk geometri adalah suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan anak yang
berkaitan dengan mengenal dan memahami sesuatu yang berkonsep ukuran, bentuk
kedudukan dan ruang.
Membangun konsep geometri pada anak dimulai dengan
mengidentifikasikan bentuk-bentuk dan menyelidiki bangunan dan memisahkan
gambar-gambar biasa seperti segi empat, lingkaran dan segi tiga. Selain itu anak
juga belajar bahasa untuk mengungkapkan letak seperti dibawah, di atas, kiri dan
kanan yang menjadi dasar awal memahami geometri (Carol Seefeldt, 2008: 398).
Guru dapat menciptakan suasana lingkungan yang memperkuat anak untuk belajar
bentuk-bentuk. Mendorong anak untuk sadar akan bentuk-bentuk geometri didalam
benda-benda biasa dan kata-kata tidak biasa yang mewakili bentuk-bentuk itu. Anak juga
belajar untuk mengidentifikasikan bentuk-bentuk.
Hal ini juga didukung dalam Kindergarten Curriculum Focal Points, bahwa
anak menafsirkan dunia fisik dengan ide geometri (misalnya wujud, orientasi,
hubungan, keruangan) dan menggambarkannya dengan kosakata yang terkait
(George S. Morrison, 2012: 267). Anak mengidentifikasi, menamai, dan
menggambarkan berbagai wujud seperti persegi, segi tiga, lingkaran, segi empat,
heksagon (reguler) dan trapesium (sama sisi) yang disajikan dalam berbagai cara
(misalnya dengan ukuran dan orientasi yang berbeda-beda), beserta bentuk tiga
dimensi seperti bola, kubus dan tabung.
Pada penelitian ini, pengenalan bentuk geometri terfokus pada peningkatan
pemahaman kemampuan anak untuk mengingat, mengenal, mengidentifikasi serta
mengaplikasikan berbagai wujud bentuk geometri, khususnya bentuk geometri
datar.
2. Macam-macam Geometri
Geometri terdiri dari beberapa klasifikasi bangun. Daitin Tarigan (2006: 63)
membagi klasifikasi bentuk geometri diantaranya adalah bangun datar dan bangun
ruang.
a. Bangun Datar
Bangun datar didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua
dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal. Namun,
tidak semua benda yang ada disekitar kita yang terlihat datar, rata, tinggi atau tebal
Jenis-jenis bangun datar jika ditinjau dari sisinya digolongkan menjadi dua
jenis yaitu bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar bersisi lengkung
antara lain lingkaran, ellips, dll. Sedangkan bangun datar yang bersisi lurus antara
lain adalah segi tiga, segi empat, segi lima, dst. Segi tiga terdiri dari segi tiga
tumpul, segi tiga samakaki, segi tiga samasisi dan segi tiga sembarang. Selanjutnya
segi empat dikelompokkan menjadi jajar genjang, trapesium dan layang-layang.
Jajar genjang yang keempat sudutnya siku-siku adalah persegi panjang, sedangkan
persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang disebut persegi.
b. Bangun Ruang
Bangun ruang merupakan bangun tiga dimensi yaitu sebuah bangun yang
memiliki ruang dan dibatasi oleh sisi-sisi. Jumlah dan model dari sisi-sisi yang
membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk dari bangun tersebut.
Contoh bangun ruang diantaranya adalah kubus, balok, prisma, limas, tabung,
kerucut, dan bola.
Dari beberapa bentuk yang telah dijabarkan di atas, tidak semua bentuk
harus dipahami oleh anak. Terdapat beberapa bentuk yang penting untuk dipahami
oleh anak sebagai dasar pemahaman bentuk geometri seperti yang tercantum pada
kurikulum jenjang taman kanak-kanak. Bentuk geometri tersebut antara lain:
bangun datar (persegi, persegi panjang, segi tiga, hati, lingkaran) sedangkan bangun
ruang (kubus, persegi, tabung, kerucut). Penelitian yang dilakukan adalah lebih
3. Tahap Belajar Geometri
Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan pada tahap perkembangan anak
dalam memahami materi bentuk. Hal ini bertujuan agar bentuk geometri dapat
dipahami anak dengan mudah. Van Hiele dalam Tarigan (2006: 62) menyatakan
bahwa terdapat lima tahapan belajar anak dalam belajar geometri. Tahapan belajar
geometri tersebut diantaranya adalah:
a. Tahap Pengenalan
Pada tahap ini anak mulai mengenal suatu bentuk geometri secara
keseluruhan, namun belum mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang
dilihatnya, misalnya seorang anak yang diperlihatkan sebuah persegi panjang ia
belum mengetahui jika persegi panjang tersebut mempunyai sifat atau keteratuan
tertentu.
b. Tahap Analisis
Dalam tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda
geometri yang diamati walaupun anak belum mengerti tentang hubungan yang
terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri yang lainnya. Anak
sudah mampu menyebutkan aturan yang terdapat pada benda geometri, seperti saat
mengamati bentuk persegi panjang maka anak telah mengetahui bahwa terdapat dua
pasang sisi yang berhadapan dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar.
c. Tahap Pengurutan
Pada tahap ini anak sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan,
mengurutkan bentuk geometri, misalnya anak sudah mengenal bahwa persegi itu
adalah jajar genjang, belah ketupat adalah layang-layang.
d. Tahap Deduksi
Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif
yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum pada hal-hal yang
bersifat khusus. Anak telah mengerti pentingnya unsur-unsur yang didefinisikan.
Anak juga sudah mulai menggunakan aksioma atau postulat yang dipakai dalam
pembuktian. Misalnya, anak sudah mulai memahami perlunya aksioma, asumsi,
defenisi, teorema, bukti dan dalih.
e. Tahap Akurasi
Tahap ini anak mulai menyadari pentingnya ketepatan dari prinsip dasar
yang melandasi sebuah pembuktian. Misalnya anak mengetahui pentingya aksioma
atau postulat geometri Eulclid. Tahap akurasi adalah tahap berpikir yang
tinggi,rumit dan kompleks sehingga hanya dapat dijangkau oleh siswa yang sudah
ditingkat lanjutan atas.
Dari kelima tahap pembelajaran geometri tersebut, anak usia 5-6 tahun
berada pada tahap pengenalan dan tahap analisis. Dimana anak mulai mengenal
bentuk geometri secara keseluruhan tetapi belum mampu mengetahui sifat-sifat
bentuk geometri lebih dalam. Pelaksanaan pembelajaran pemahaman bentuk
geometri sebaiknya dihubungkan dengan benda-benda yang ada disekitar anak.
Guru dapat membantu anak untuk menunjuk dan mencari serta mengelompokkan
benda berbentuk geometri dengan benda-benda disekitar anak, misalnya gunung
tulis, jendela untuk bentuk segi empat, dan lain-lain. Oleh sebab itu, guru dituntut
untuk lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran konsep geometri agar anak
lebih mudah dalam memahami bentuk geometri.
D.Pembelajaran Multimedia 1. Pengertian Multimedia
Mochamad Nursalim (2013: 19) menjelaskan bahwa multimedia merupakan
suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang
membentuk suatu unit atau paket. Contohnya suatu modul belajar terdiri atas bahan
cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual. Multimedia biasanya berupa kombinasi
antara teks, grafik, animasi, suara dan video. Kombinasi tersebut merupakan suatu
kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan atau isi
pelajaran dan dapat merangsang pilihan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa
sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.
Multimedia dapat digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan
kelompok besar. Multimedia cukup efektif sebab dapat menggunakan proyektor
yang memiliki jangkauan pancar yang cukup besar. Dengan menggabungkan unsur
media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound dapat mengakomodasi
modalitas belajar siswa (Wina Sanjaya, 2011: 219). Multimedia dapat
mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif, maupun kinestetis.
Pembelajaran dengan menggunakan multimedia muncul dan berkembang
berdasarkan permasalahan yang muncul dalam penerapan teknologi dalam proses
pembelajaran dan kejenuhan serta kurang komunikatifnya penyampaian materi
multimedia memudahkan proses pembelajaran dan menumbuhkan kekreatifan dan
keinovasian pendidik dalam mendesain pembelajaran yang komunikatif dan
interaktif serta sebagai jalan permasalahan ditengah kesibukan pendidik (Daryanto,
2010: 64).
Manfaat lain dari penggunaan multimedia adalah proses pembelajaran lebih
menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar
siswa dapat ditingkatkan serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Lebih jelas
lagi, Daryanto (2010: 52) menyebutkan beberapa keunggulan dari multimedia
pembelajaran, yaitu :
a. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata seperti
kuman, bakteri, dan lain-lain.
b. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke
sekolah seperti gajah, gunung, dan lain-lain.
c. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat
atau lambat seperti sistem tubuh manusia, berkembangnya bunga, dan lain-lain.
d. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh seperti bulan, bintang, dan lain-lain.
e. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya seperti letusan gunung berapi,
racun, dan lain-lain.
f. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.
Berdasarkan beberapa pengertian multimedia di atas dapat disimpulkan
pembelajaran multimedia adalah upaya yang dilakukan pendidik untuk
menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik untuk mencapai tujuan
grafik, animasi, suara dan video. Multimedia memudahkan proses pembelajaran
dan menumbuhkan kekreatifan serta keinovasian pendidik dalam mendesain
pembelajaran yang komunikatif dan interaktif. Dengan desain pembelajaran yang
bervariatif maka anak akan lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.
Pengenalan bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia
adalah suatu upaya pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pemahaman
tentang bentuk geometri dengan menayangkan materi yang terdapat pada softfile
atau CD pembelajaran yang berupa video edukatif yang berisikan visualisasi bentuk
geometri dengan kombinasi teks, audio dan animasi bergerak yang ditampilkan
melalui laptop serta dipancarkan di dinding menggunakan LCD dan proyektor.
2. Karakteristik Media dalam Pembelajaran Multimedia
Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan
penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik
komponen lain, seperti tujuan, materi, strategi dan evaluasi pembelajaran. Daryanto
(2010: 53) membagi karakteristik multimedia pembelajaran sebagai berikut:
a. Memiliki lebih dari satu media konvergen misalnya menggabungkan unsur
audio dan visual.
b. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk
mengakomodasi respon pengguna.
c. Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi
sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang
Sejalan dengan penjelasan di atas, maka Deni Darmawan (2012: 55)
menambahkan beberapa karakteristik pembelajaran multimedia yang harus
diperhatikan oleh pendidik saat akan menggunakannya, yaitu:
a. Berisi konten materi yang representatif dalam bentuk visual, audio, dan
audiovisual.
b. Beragam media komunikasi dalam penggunaanya.
c. Memiliki bahasa warna dan bahasa resolusi objek.
d. Tipe-tipe pembalajaran yang bervariasi.
e. Respons pembelajaran dan penguatan bervariasi.
f. Mengembangkan prinsip self evaluation dalam mengukur proses dan hasil
belajarnya.
g. Dapat digunakan secara klasikal atau individual.
Berdasarkan beberapa karakteristik multimedia yang telah dipaparkan di
atas, maka multimedia yang digunakan dalam pembelajaran anak usia dini adalah
multimedia yang menyajikan informasi melalui penggabungan teks, visual, audio
dan animasi bergerak dalam bentuk video edukatif tentang materi bentuk geometri.
Selain itu, multimedia dibuat komunikatif dan interaktif serta mampu digunakan
secara individu maupun kelompok.
3. Model Pembelajaran Multimedia
Azhar Arsyad (2011: 172) mengungkapkan bahwa pembelajaran
multimedia menyajikan informasi berbentuk dokumen hidup, dapat dilihat di layar
monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar, dapat didengar suaranya, dilihat
informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas.
Informasi akan mudah dimengerti sebab indera sebanyak mungkin akan menyerap
informasi tersebut, terutama telinga dan mata.
Multimedia menampilkan informasi yang akan diberikan dalam proses
pembelajaran. Model pembelajaran multimedia ini disesuaikan dengan materi
maupun tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Deni Darmawan (2012: 61-66)
menjelaskan empat macam model pembelajaran multimedia, sebagai berikut:
a. Model Drills
Model drills merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan
untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan
tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Model
ini menyajikan masalah-masalah dalam bentuk latihan soal pada tingkat tertentu.
Menurut Daryanto (2010: 55), dalam model ini juga disediakan jawaban benar yang
dilengkapi dengan penjelasannya sehingga diharapkan pengguna dapat memahami
suatu konsep tertentu. Pengguna juga dapat melihat skor akhir yang dicapai sebagai
indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang
diajukan.
b. Model Tutorial
Model tutorial merupakan model yang menggunakan program komputer
berisikan materi pelajaran. Materi pelajaran disajikan dalam unit-unit kecil yang
disusul dengan pertanyaan. Respons siswa dianalisis oleh komputer dan umpan
baliknya yang benar diberikan. Siswa dituntut untuk mengaplikasikan ide dan
Model tutorial menyajikan pembelajaran lewat teks atau grafik pada layar yang
menyediakan poin-poin pertanyaan atau permasalahan, jika respons siswa benar
maka komputer akan bergerak pada pembelajaran selanjutnya, sedangkan jika
respons siswa salah maka komputer akan mengulangi pembelajaran sebelumnya
atau bergerak pada salah satu bagian tertentu pembelajaran ulang bergantung pada
kesalahan yang dibuat.
c. Model Simulasi
Model simulasi merupakan model pembelajaran multimedia yang mencoba
memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan
tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Model ini
mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman masalah secara nyata dan
membuat seolah-olah siswa melakukan sendiri pengalaman tersebut.
d. Model Games
Model permainan ini berisikan petunjuk dan aturan permainan.
Pembelajaran didesain seolah-olah peserta didik mengikuti permainan yang
disajikan melalui simulasi-simulasi tertentu yang dibutuhkan agar peserta didik
mampu menerapkan semua pengalaman belajarnya dalam menyelesaikan masalah
yang dimaksud. Dengan model permainan ini diharapkan terjadi aktivitas belajar
sambil bermain yang membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan.
Dari beberapa bentuk pembelajaran berbasis multimedia yang telah
dijelaskan di atas, guru dapat memilih salah satu bentuk dalam proses pembelajaran
sesuai situasi dan kondisi. Dengan demikian proses pelaksanaan pembelajaran
berjalan lancar. Penelitian ini menggunakan pembelajaran berbasis multimedia
dengan model tutorial, dimana materi pelajaran disajikan dalam program komputer.
Oleh karena, anak belum mampu mengoperasikan komputer maka model tutorial
yang digunakan bersifat sederhana dimana hanya menampilkan video edukatif
berisikan materi bentuk geometri dengan bantuan sarana-prasarana yang telah
dimiliki oleh sekolah dan dioperasikan oleh peneliti.
Model tutorial yang digunakan adalah berupa video edukatif yang berisikan
gabungan materi secara teks, visual, audio dan animasi materi bentuk geometri.
Video edukatif yang digunakan dalam pembelajaran ini diperoleh dari website
internet khusus yang berisikan video-video edukatif untuk pembelajaran anak usia
dini yaitu Kastari Animation dan Bloom Animation. Pemilihan video edukatif dari
kedua website tersebut dikarenakan konten dalam video-video tersebut sesuai
dengan materi pembelajaran yang akan dikenalkan yaitu macam-macam bentuk
geometri, contoh benda yang berbentuk geometri dan ciri sederhana bentuk-bentuk
geometri.
Pengenalan bentuk geometri dimulai dengan apersepsi yaitu guru
memberikan pertanyaan pancingan yaitu “anak-anak apa saja ya bentuk geometri
itu?”, pertanyaan ini diberikan kepada anak tanpa memperlihatkan bentuk-bentuk
geometri. Pembelajaran dilanjutkan dengan penayangan video edukatif kemudian
guru memberikan penjelasan sederhana sesuai dengan materi yang ditayangkan.
Setelah penayangan materi selesai, pembelajaran dilanjutkan dengan sesi tanya
jawab dengan siswa mengenai materi bentuk geometri dan siswa diajak untuk
dengan rencana kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan sehingga pemahaman
anak tentang bentuk geometri dapat diketahui.
E.Kerangka Berpikir
Pengenalan matematika pada anak usia dini mencakup beberapa materi
pokok. Salah satu materi yang dikenalkan adalah bentuk geometri yang meliputi
konsep bentuk dan ruang. Konsep pengenalan geometri ini mengacu pada salah satu
aspek perkembangan kognitif. Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak,
konsep geometri mengacu pada kemampuan pemahaman konsep
mengelompokkan, membedakan dan menyebutkan geometri.
Berdasarkan pengamatan awal pada anak kelompok B di RA Muslimat NU
Plosogede Ngluwar yang telah dilaksanakan, pemahaman bentuk geometri anak
masih kurang. Hal ini ditunjukkan dimana anak masih kesulitan dalam mengenali,
mengidentifikasi dan mengelompokkan bentuk geometri. Selain itu, guru hanya
menggunakan media pembelajaran yang sederhana yaitu potongan gambar
berbentuk geometri. Dengan demikian, anak kesulitan dalam memahami bentuk
geometri secara utuh dan benar.
Pengenalan konsep geometri terutama dalam pemahaman bentuk geometri
dapat ditingkatkan melalui inovasi pembelajaran. Inovasi yang dapat digunakan
adalah dengan penggunaan pembelajaran berbasis multimedia. Oleh karena, guru
kurang memaksimalkan penggunaan media yang ada maka multimedia sangat
membantu anak dalam memahami bentuk geometri secara utuh. Dengan
multimedia, materi pengenalan geometri dapat disajikan dalam bentuk rangkaian
anak usia dini yang memiliki daya konsentrasi yang pendek, maka penyajian materi
dengan multimedia dapat menarik antusiasme anak sehingga anak akan lebih
memperhatikan materi pembelajaran. Penyajian materi membantu anak dalam
merekonstruksi pengetahuan tentang konsep geometri.
Dengan demikian, diharapkan dengan melaksanakan pembelajaran berbasis
multimedia dapat meningkatkan pemahaman bentuk geometri pada anak kelompok
B di RA Muslimat NU Plososgede.
F. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah “pembelajaran berbasis multimedia dapat meningkatkan
kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak kelompok B di RA Muslimat
NU Plosogede”, dengan cara menayangkan video edukatif yang berisikan materi
macam-macam bentuk geometri, contoh benda berbentuk geometri dan ciri-ciri
BAB III
METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Menurut Wina Sanjaya (2011: 26) penelitian tindakan kelas adalah
proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam
upaya untuk memecahkan masalah dengan melakukan berbagai tindakan yang
terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan
tersebut. Lebih lanjut lagi Grundy dan Kemmis (Wina Sanjaya, 2011: 30)
mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas meliputi tiga hal, yaitu
peningkatan praktik, pengembangan profesional dan peningkatan situasi tempat
praktik berlangsung.
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menemukan inovasi
pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman bentuk geometri pada anak
kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede. Model PTK yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah menggunakan model PTK kolaboratif, dimana guru dan
peneliti berkolaborasi memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil
belajar siswa. Peneliti membuat rencana tindakan (RKH) untuk melaksanakan
proses pembelajaran berbasis multimedia, memilih video edukatif yang akan
digunakan, mengamati pelaksanaan pembelajaran sedangkan guru sebagai
pelaksana tindakan. Kemudian secara bersama-sama guru dan peneliti menganalisis
B.Tahap Penelitian
Penelitian ini menggunakan acuan model penelitian tindakan oleh Kemmis
dan Mc Taggart. Terdapat empat komponen penelitian tindakan yaitu perencanaan,
tindakan, observasi, dan refleksi. Komponen tersebut berada dalam satu sistem
yang saling terkait (Sukardi, 2003: 214). Model ini dapat mencakup beberapa
siklus. Adapun pelaksanaan model penelitian pada setiap siklus tersebut adalah:
1. Perencanaan: rencana tindakan yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki
dan meningkatkan proses serta hasil belajar di kelas.
2. Pelaksanaan: tindakan apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya untuk
meningkatkan kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang diharapkan
dapat tercapai.
3. Pengamatan: peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilakukan.
4. Refleksi: mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas dampak dari tindakan
dengan menggunakan berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti
melakukan modifikasi terhadap rencana pelaksanaan yang berikutnya.
Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Pada siklus pertama terdapat tiga
pertemuan, sedangkan pada siklus kedua terdapat dua pertemuan. Namun, jika
diperlukan untuk mencapai hasil yang lebih baik maka siklus berikutnya dapat
dilakukan. Pada tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah, kemudian
Berikut langkah-langkahnya secara rinci:
a. Rencana Tindakan Siklus I
Perencanaan dibutuhkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Perencanaan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1) Mempersiapkan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang telah
diambil dari indikator pengembangan kognitif pada kurikulum yang digunakan
oleh sekolah dalam bentuk Rencana Kegiatan Harian (RKH). Terdapat pula
metode dan media pengajaran yang digunakan yaitu pembelajaran berbasis
multimedia.
2) Menata lingkungan belajar, yakni menyiapkan alat dan bahan pendukung
pembelajaran berbasis multimedia dan sarana-saran lain yang mendukung proses
belajar mengajar.
3) Menyusun instrumen penelitian dan penilaian yang berupa:
a) Membuat lembar observasi yang digunakan untuk mengamati anak saat
melakukan pembelajaran mengenal bentuk geometri dengan pembelajaran
berbasis multimedia.
b) Mempersiapkan dokumentasi berupa lembar kerja anak yang akan digunakan
untuk mengukur seberapa besar anak mengenal bangun geometri.
4) Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 1 bulan yaitu pada bulan Mei 2016
dengan rincian menyusun instrumen penelitian, pembuatan media pembelajaran
5) Menyamakan persepsi antara guru dan peneliti tentang penerapan pembelajaran
berbasis multimedia pada materi mengenal bentuk geometri agar proses
pembelajaran berjalan sesuai rencana.
b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan disesuaikan dengan prosedur perencanaan yang telah
ditentukan. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan panduan RKH yang telah
dibuat. Peneliti bertindak sebagai observer sedangkan guru bertindak sebagai
pelaksana. Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir. Sedangkan pengamatan yang dilakukan adalah dengan memantau
efektivitas penerapan pembelajaran berbasis multimedia yang ditunjukkan dengan
keterlibatan anak, keaktifan anak baik fisik ataupun mental, serta peningkatan
pemahaman bentuk geometri anak. Selain itu, juga dilakukan pengumpulan data
dan menghitung presentase tingkat keberhasilan pemahaman konsep geometri.
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal dimulai dengan berdoa secara klasikal yang dilanjutkan
dengan hafalan beberapa doa sehari-hari dan surat-surat pendek. Kemudian
apersepsi yang dilaksanakan berkaitan dengan materi yang akan disampaikan.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti diawali dengan penayangan video edukatif tentang
bentuk geometri. Guru menyampaikan materi-materi pembelajaran yang sesuai
dengan RKH yang telah dibuat sebelumnya. Penayangan video edukatif
disesuaikan dengan materi yang telah dipilih dan dicantumkan dalam RKH.
anak diminta untuk mengerjakan tugas (LKA) untuk mengukur tingkat pemahaman
anak.
Pada siklus pertama, video edukatif yang ditayangkan adalah materi tentang
nama-nama bentuk geometri dan contoh benda berbentuk geometri, sedangkan
pada siklus kedua video yang ditayangkan adalah nama-nama bentuk, contoh benda
berbentuk geometri dan ciri-ciri sederhana bentuk geometri. Pada siklus kedua,
pengenalan bentuk geometri dibantu dengan pemanfaatan media seperti plastisin,
puzzle bongkar pasang dan sedotan.
3) Kegiatan Akhir
Pada tahap ini, kegiatan diisi dengan bercerita atau bercakap-cakap, diskusi,
tanya jawab dan evaluasi pada kegiatan yang telah dilakukan selama satu hari dan
diakhiri dengan berdoa bersama.
c. Refleksi
Pada tahap ini, peneliti dan guru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang
telah dilakukan. Hasil evaluasi dikaji dan digunakan sebagai acuan guna
menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Apabila masih ditemukan masalah
atau hambatan sehingga tujuan penelitian belum tercapai maka akan dilakukan
langkah perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua.
C.Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel
penelitian melekat dan dipermasalahkan (Suharsimi Arikunto, 1998: 144). Dalam
penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah semua anak kelompok B di
putra dan 7 putri. Sedangkan obyek penelitian adalah variabel atau yang menjadi
titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 118). Obyek dalam
penelitian ini adalah kemampuan mengenal bentuk geometri dan pembelajaran
berbasis multimedia.
D.Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RA Muslimat NU Plosogede, Ngluwar,
Magelang. Dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015-2016 pada bulan
Mei-Juni 2016.
E.Metode Pengumpulan Data
Teknik atau metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2005:
100). Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data agar dapat memperoleh keterangan secara lengkap.
Penelitian ini menggunakan metode diantaranya sebagai berikut:
1. Metode observasi, merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sutrisno Hadi dalam
Sugiyono, 2013: 203). Observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati
tentang proses kegiatan pembelajaran, suasana kelas, dan keadaan lingkungan
kelas selama proses tindakan. Dalam penelitian ini digunakan cara observasi
partisipan artinya dalam pengamatan peneliti ikut terjun dan aktif dengan subyek
penelitian untuk mendapatkan data dan informasi. Untuk mengumpulkan data
2. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah
siswa, perangkat pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran di RA Muslimat NU
Plosogede Ngluwar Magelang.
F. Instrumen Pengumpulan Data
Meneliti adalah melakukan pengukuran, sehingga diperlukan alat ukur yang
baik. Alat ukur dalam penelitian disebut dengan instrumen penelitian. Instrumen
penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam
maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013: 148).
Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman pengamatan berisikan
indikator-indikator pengamatan untuk mengukur tingkat pemahaman bentuk
geometri anak khususnya bentuk geometri datar. Indikator-indikator pengamatan
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi tiga, segi empat, dan
lain-lain)
Indikator mengelompokkan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
membagi atas beberapa kelompok bentuk-bentuk geometri sesuai dengan nama,
bentuk, warna atau ciri-ciri bentuk geometri tertentu.
2. Membedakan ciri-ciri bentuk geometri
Indikator membedakan ciri-ciri bentuk geometri diartikan sebagai
kemampuan untuk mengenal, mengidentifikasi dan mampu mengungkapkan
3. Menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri
Indikator menyebutkan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk
menemukan, memperlihatkan, kemudian dapat menerangkan kepada orang lain
tentang benda-benda yang berbentuk geometri.
Ketiga indikator tersebut menjadi ukuran pemahaman bentuk geometri
anak. Berikut kisi-kisi instrumen pengumpulan data masing-masing indikator
pengamatan:
Tabel 1. Kisi-kisi Obervasi
Variabel Sub Variabel Sub-Sub Variabel Indikator
Kemampuan matematika
Bentuk geometri 1.Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi tiga, segi empat)
a. Anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri dengan tepat. b. Anak kurang mampu
mengelompokkan 3 bentuk geometri dengan tepat. c. Anak belum mampu
mengelompokkan 3 bentuk geometri dengan tepat. 2.Membedakan ciri-ciri
bentuk geometri (bentuk,siku-siku)
a. Anak mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri.
b. Anak kurang mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri.
c. Anak belum mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri.
3.Menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri
a. Anak mampu menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri. b. Anak kurang mampu menyebutkan
benda-benda yang berbentuk geometri
Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengelompokkan Bentuk-Bentuk Geometri.
No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan
1. Anak mampu
3 Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan jumlah benar masing-masing bentuk 5 buah.
2. Anak kurang mampu
2 Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan jumlah benar masing-masing bentuk 3-4 buah.
3. Anak belum mampu
1 Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan jumlah benar masing-masing bentuk 1-3 buah.
Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemampuan Membedakan Ciri-Ciri Bentuk Geometri
No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan