• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUNGSI TANJIDUR DI TANJUNG RAJA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "FUNGSI TANJIDUR DI TANJUNG RAJA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kesehatan, kekuatall. Dan kesabaran dalarl1 menyelesaikan skripsi ini

&

Keluarga beserta sahabat yang selalu mendoakan dan mendukung saya, Yaitu:

-Ayahanda Nurul Azwar S.Pd dan Ibunda Lena Emawati S.Pd yang selalu bersabar mendampingi, mendo' akan, mendukung, mengerti, dan lnemberikan

kasih sayang kepadaku dengan segala kekuranganku hingga aku bisa sampai pada pencapaian ini.

- Kedua saudara tersayang. Jaka Swara Perdana dan Sabilla Azelna yang selalu menjadi penyemangatku, dan selalu rnengingatkanku ba11wa Allah membuka seribu pintu kesempatan ketika rnanusia gagal dalam satu pilihan. -Seluruh ternan - ternan kelas G Pendidikan Seni Musik Universitas Negeri

(6)

'T'etay semangat dan berikan yang terbaik

sebagaimana kemamyuanmu karena .Jt[{ali tidak

yernali memberikan cobaan

di

{uar batas

(7)
(8)

HALAMANJUDUL .

PERSETUJUAN 11

PENGESAHAN III

PERNYATAAN IV

PERSEMBAHAN V

MOTTO... VI

KAT A PENGANTAR VII

DAFTAR lSI... VIII

DAFTAR GAMBAR X

DAFTAR LAMPlRAN Xl

ABSTRAK... XII

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang... 1

B. FokusMasalah... 5

c.

Tujuan... 5

D. Manfaat... 6

BAB II KAJIAN TEORI... 7

A. Deskripsi Teori 7 1. Kesenian... 7

2. Musik... 7

3. Tradisional... 10

4. Musik Tradisional... 11

5. Fungsi Musik 11 6. Tanjidur.. 15

(9)

D. Pengumpulan Data... 23

E. Instrulnen Penelitian 26

F. Teknik Keabsallan Data... 28

G. Analisis Data... 29

BAB IV FUNGSI TANJIDURDI TANJUNG RAJA OGAN ILIR

SUMATERA SELATAN... 32 A. Sejarah Tanjidur... 32

B. Penyajian Tanjidur /... 43

1. Penyajian Tanjidur Saat Khitan 43

2. Penyajian Tanjidur Saat Pemikahan " 50

3. Penyajian Tanjiduf Saat Acara Pelnerintallan 51 C. Fungsi Tanjidur... 54

BAB V PENUTUP \ 58

A. Kesimpulan... 58 B. Saran... 58

DAFTAR PUSTAKA 60

(10)

Gambar 1 : Rumah Panggung Desa Muara Meranjat... 35

Gambar 2 : Terompet :... 37

Gambar 3 : Saxophone... .37

Gambar 4 : Clarinet 38 Gambar 5 : Trombol1e... 38

Gambar 6 : Bass... 39

Gambar 7: Snare Drum... 40

Gambar 8: Tanjidur セ :... 40

Gambar 9: Persiapan Alat-Alat Tanjidur Sebelum Talnpil... 46

Gambar 10: Pemain Tanjidur Melakukan Pelnanasan Sebelum Tampil.... 46

Gambar 11: Kereta Joli Saat Arak-Arakan Dalam Acara I<hitan... 49

(11)

Lampiran1 :Pedoman Observasi.... 62

. d 62

Lamplran 2 : Pa11uan Wawancara セ .

Lan1piraIl 3 : Pertan)laan Wa\vancara... 64

Lampiran 4 : Panduan Dokumentasi.... 65

Lampiran 5 : Deskripsi Hasil Wawancara... 66 Lampiran 6 : Lampiran Foto Penelitian... 70

Lampiran 7 : Lampiran Partitur 73

(12)

Oleh GhafiqaInayah NIM 12208241072

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi tanjidur yang merupakan salah satu kesenian yang masih hidup di Sumatera Selatan tepatnya di Desa Muara Meranjat Tanjung Raja Kabupaten Oga11 Ilir.

Penelitian ini melupakan penelitian kualitatif dan menggunakan model pendekatan penelitian etnografi. Sumber penelitian diperoleh dengan studi kepustakaan dan lapangan. Pengurnpulan data dilakukan de11gan melakukan wawancara, observasi, 、セョ dokumentasi. Instrumen utalna dalam penelitial1 ini adalah penulis sendiri. T'eknik triangulasi digunakan untuk menguji keabsahan data yang diperolel1. Teknik analisisnya dilakukan de11gan me11gg'unakan analisis dOll1ain dan analisis taksonomik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi dari tanjidur adalah (1) sebagai hiburan, tanjidurmusiknya sangat menghibur hal itu terlihat dari nuansa musiknya yang Inenyimbolkan kegembiraan (2) sebagai sarana dalam keberlanjutan budaya, karena terdapat ajaran-ajaran moral ya11g l1arus dilestarikan keberadaannya agar dapat diwujudkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari, (3) sebagai sarana ekonomi yaitu untuk menambah penghasilan guna memenuhi kebutuhan sehari-hari para pemain tanjidur, (4) sebagai penghormatan dalam menyambut tamu-tamu besar dalam kegiatan pemerintahan.

(13)

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kesenian serta

kebudayaan tradisional yang beranekaragam. Setiap suku bangsa memiliki

kekhasan budaya yang membedakan jati diri mereka dengan suku bangsa yang

lain. Kebudayaan merupakan kebiasaan yang dilakukan berdasarkan hasil olah

budi pekerti dan akal manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan

karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar serta keseluruhan dari hasil

budi pekerti (Widyosiswoyo, 2004: 31). Sebagai unsur kebudayaan, kesenian

mengalami perkembangan berdasarkan tempat atau lokasi, di antaranya adalah

kesenian rakyat. Kesenian rakyat merupakan kesenian tertua di Indonesia yang

disebut juga sebagai kesenian tradisional atau kesenian daerah (Widyosiswoyo,

2004: 78). Kesenian tradisional mengandung sifat dan ciri-ciri yang khas dari

masyarakat pendukungnya karena tumbuh sebagai bagian dari kebudayaan

masyarakat tradisional tiap-tiap daerah, oleh sebab itu kesenian tradisional akan

tetap hidup selama masih ada masyarakat yang memelihara dan

mengembangkannya.

Mengingat bahwa Indonesia adalah Negara yang kaya akan pulau dan suku

serta kesenian dan kebudayaan maka daerah Sumatera Selatan adalah salah

satunya. Sumatera Selatan memiliki beragam kebudayaan. Kesenian tradisional

(14)

adalah tanjidur. Kesenian ini merupakan permainan musik dengan

menggabungkan beberapa alat musik yang mirip dengan marching band.

Menurut Bapak Mamat kesenian ini disebut tanjidur karena terdapat alat musik

yang jika ditabuh berbunyi “Dur….Dur…Dur” sebagai alat musik yang paling

dominan. Alat musik tersebut adalah bass drum.

Tanjidur biasa digunakan oleh masyarakat untuk memeriahkan acara

pernikahan, khitanan dan hari-hari besar di pemerintahan. Tanjidur dipilih oleh

masyarakat untuk mengurangi pengeluaran yang berlebihan serta menghindari

pelencengan norma-norma sosial yang ditimbulkan jika menggunakan alternatif

lain seperti organ tunggal untuk memeriahkan acara yang sedang mereka adakan.

Menurut informasi yang pertama kali didapatkan dari masyarakat setempat, di

desa ini sering terjadi keributan antar warga yang disebabkan oleh efek negatif

dari mabuk-mabukan. Mabuk-mabukan saat malam sebelum acara pernikahan

biasa dilakukan oleh laki-laki dewasa maupun muda di daerah tersebut. Jadi, jika

media hiburannya digantikan oleh tanjidur mereka mengakui terjadinya keributan

dapat dihindari.

Di Desa Tanjung Raja ini terdapat beberapa grup tanjidur dan grup yang

diwawancarai oleh penulis adalah grup Marta. Penulis memilih grup tersebut

karena menurut informasi yang penulis dapatkan grup Marta merupakan grup

tertua jika dibandingkan dengan grup lainnya sehingga para pemain pun dianggap

lebih profesional dan alat musik yang mereka miliki juga lebih lengkap. Informasi

ini didapatkan penulis dari informan pertama dan hal ini juga dibenarkan oleh

(15)

musik B’las karena dimainkan oleh belasan orang dan ada juga yang

menyebutnya sebagai musik Brass yang artinya musik yang alatnya rata-rata

merupakan alat tiup yang terbuat dari logam. Awalnya kesenian ini memerlukan

14 orang pemain karena terdapat 14 alat musik yang akan dimainkan. Alat musik

yang digunakan karakteristiknya diambil dari unsur musik Barat. Hal ini dapat

dilihat dari jenis alat musik, yaitu :

1. 2 buah Terompet

2. 2 Buah Saxopone Alto

3. 1 Buah Clarinet

4. 1 Buah Saxopone Tenor

5. 1 Buah Bariton Horn

6. 1 Buah Tenor Horn

7. 3 Buah Alto Horn

8. 1 Buah Bass

9. 1 Buah Tambur / Snare Dram

10.1 Buah Tanjidur / Bass Dram

Secara geografis istilah Ogan Ilir dikaitkan dengan keberadaan wilayahnya

yang terletak di bagian hilir Sungai Ogan. Dari sudut pandang politik pada abad

ke-18 Ogan Ilir sudah digunakan pemerintahan Kolonial Belanda sebagai salah

satu wilayah kekuasaan mereka. Dalam almanak yang diterbitkan oleh Belanda

Ogan Ilir merupakan salah satu zona ekonomi afdeeling, tetapi dalam beberapa

(16)

itu Ogan Ilir tidak lagi dijadikan sebagai afdeeling melainkan menjadi onder

afdeeling yang berpusat di Kecamatan Tanjung Raja.

Tanjung Raja merupakan sebuah kecamatan tertua di Kabupaten Ogan Ilir,

Sumatera Selatan. Kecamatan ini meliputi Kecamatan Rantau Alai, Rantau

Panjang, Sungai Pinang, dan beberapa desa yang sekarang menjadi wilayah

Kecamatan Indralaya Selatan. Letak kota kecil ini strategis terletak di jalur

perlintasan timur Sumatera sehingga menjadikan wilayahnya sebagai kota transit.

Penduduknya mayoritas bekerja sebagai petani, dan sebagian kecil sebagai PNS.

Penduduk di wilayah ini bersuku bangsa Pegagan, Kayuagung, dan Jawa. Bahasa

yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari adalah Bahasa Indonesia, Bahasa

Palembang, Bahasa Pegagan, dan Kayuagung. Kecamatan Tanjung Raja

merupakan salah satu kota terbesar selain Indralaya dari segi aspek sosial, budaya,

perekonomian, dan penduduk. Itulah sebabnya mengapa Belanda memilih daerah

ini sebagai pusat onder afdeeling. Dari sanalah pengaruh Belanda mulai tersebar

di wilayah tersebut dimulai dari kebudayaan, kesenian, dan lain-lain.

Saat ini globalisasi dan modernisasi sangat mendominasi sehingga membawa

pengaruh besar terhadap pola pikir terutama kaum muda terhadap kesenian

tradisional salah satunya tanjidur. Musik tradisional tidak lagi dianggap sebagai

sesuatu yang lebih baik keberadaannya jika dibandingkan dengan jenis musik

baru yang lebih modern. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan

masyarakat terhadap tanjidur tersebut. Tanjidur mempunyai nilai estetika yang

sangat tinggi, serta menjunjung nilai moral yang kuat. Kelangkaan dokumentasi

(17)

masyarakatnya kurang melestarikan apalagi mengembangkannya. Referensi

ilmiah tentang tanjidur juga masih sangat sedikit, bahkan kesenian ini kurang

mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.

Sumatera Selatan memiliki banyak ragam kesenian dan kebudayaan, tetapi

tidak semua orang tahu akan hal itu. Hanya beberapa yang menjadi sorotan bagi

masyarakat dan para budayawan, padahal masih banyak kesenian yang dapat

digali dan dikembangkan. Inilah alasan penulis melakukan penelitian dan

mendokumentasikan tanjidur tersebut agar dapat memberikan kesadaran kepada

masyarakat tentang pentingnya mempertahankan kebudayaan yang telah

diwariskan oleh nenek moyang kita serta mengingat bahwa kita memiliki begitu

banyak kesenian yang dapat kita tunjukkan kepada dunia.

B. Fokus Masalah

Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang diteliti,

maka dalam hal ini, penelitian difokuskan pada masalah “Fungsi Tanjidur di Tanjung Raja Ogan Ilir Sumatera Selatan”.

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menggali dan mendeskripsikan tentang fungsi

(18)

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan membuahkan manfaat positif baik manfaat secara

teoritis maupun manfaat secara praktis. Adapun manfaat tersebut adalah :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang

bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama dibidang kesenian.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Masyarakat

Tumbuhnya rasa peduli terhadap kesenian yang telah diturunkan oleh para

leluhur bagi masyarakat.

b. Bagi Penulis

Berikutnya hasil dari penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai dasar dalam

pengembangan penelitian yang sejenis. Terutama dalam hal kesenian khas

Sumatera Selatan.

c. Bagi Pemerintah Daerah Sumatera Selatan

Agar dapat dijadikan sebagai bahan pelengkap dokumentasi salah satu bentuk

(19)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori

1. Kesenian

Menurut Gie (1996: 18) “kesenian adalah segenap kegiatan budi pikiran

seorang (seniman) yang secara mahir menciptakan sesuatu karya sebagai

pengungkapan perasaan manusia.” Menurut Setyobudi (2007: 2) “kesenian adalah

gagasan manusia yang diekspresikan melalui pola kelakuan tertentu sehingga

menghasilkan karya yang indah dan bermakna.” Menurut Setyobudi (2007: 3) “kesenian tradisional adalah ekspresi gagasan atau perasaan manusia yang berisi

nilai-nilai budaya tradisional nusantara melalui pola kelakuan yang menghasilkan karya yang bersifat estetis dan bermakna.”

Menurut pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesenian adalah gagasan

dan perasaan manusia yang berisi nilai-nilai budaya yang diekspresikan dalam

suatu karya yang bernilai estetis dan bermakna.

2. Musik

Menurut Prier (2009: 123) “musik adalah bunyi riil (akustis), suatu peristiwa

yang dialami dalam dimensi ruang dan waktu, musik dialami sebagai akor

konsonan/disonan, ritme, warna suara tertentu karena oleh telinga manusia tidak

hanya didengar tetapi juga dinilai sebagai bunyi kualitatif yang memuat suatu

(20)

mengolah nada tinggi dan rendah menurut panca indera maupun menurut akal

budi.” Prier (2011: 1) mengatakan bahwa “sebuah karya musik, misalnya sebuah

nyanyian, dapat dipandang sebagai sejumlah nada yang tersusun dalam

ruang-ruang birama.” Djohan (2009: 89) menyatakan bahwa “musik adalah ungkapan

ekspresi yang dapat memberikan gambaran tentang banyak hal.”

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa musik

adalah ungkapan ekspresi yang berupa rangkaian bunyi yang berjalan teratur dan

dapat didengar dan diniliai serta memiliki suatu arti tersendiri. Unsur-unsur musik

menurut Jamalus (1988: 1) adalah sebagai berikut.

a. Irama

Irama adalah urutan yang menjadi rangkaian unsur dasar dalam musik, irama

tersebut terbentuk dari sekelompok bunyi dengan bermacam-macam lama waktu

atau panjang pendeknya membentuk pola irama dan bergerak menurut pulsa

dalam ayunan birama. Irama merupakan (durasi) not-not, membentuk suatu

irama, yang digambarkan dalam simbol-simbol not. Panjang not ditentukan oleh

durasi dari tiap getaran (Mudjilah, 2010: 8).

b. Melodi

Melodi menurut Prier (2009: 113) “melodi adalah suatu urutan nada yang

utuh dan membawa makna, adapun syaratnya ialah: berciri khas, berbentuk jelas,

(21)

karya dapat menjadi indah karena adanya hiasan melodi atau dapat disebut

ornamentik.”

Melodi adalah rangkaian dari sejumlah nada yang dimainkan dalam sebuah

tangga nada yang telah ditentukan oleh seorang komposer. Tangga nada menurut

Mudjilah (2010: 25) adalah “susunan nada-nada secara alpahabetis yang disusun

ke atas dari nada terendah ke nada tertinggi, maupun ke bawah dari nada tertinggi

ke nada terendah.” Prier (2009: 212) mengatakan bahwa “tangga nada merupakan

urutan nada melalui satu oktaf yang mengikuti pola tertentu (tonsystem), dapat

juga dikatakan sebuah tangga nada menyajikan suatu kutipan spesifik dari

persediaan nada.

Dari beberapa pengertian melodi menurut para ahli di atas maka disimpulkan

bahwa melodi adalah susunan nada-nada indah dan enak didengar yang beraturan

yang terbentuk dari perjalanan tinggi rendahnya nada.

c. Harmoni

Dalam filsafat Yunani Klasik (Prier, 2009: 60) harmoni dipakai dalam arti “indah secara estetis”, tidak hanya dalam bidang musik dan seni rupa, tetapi juga

dalam ilmu pasti, ilmu bintang, dan ilmu filsafat. Menurut Soeharto (2008: 48)

harmoni adalah keselarasan paduan bunyi, secara teknis meliputi susunan,

peranan, dan hubungan dari sebuah paduan bunyi dengan sesamanya, atau dengan

bentuk keseluruhannya. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

harmoni merupakan keselarasan dari beberapa nada yang dibunyikan secara

(22)

d. Bentuk dan Struktur Lagu

Prier (2011: 2) mengatakan bahwa bentuk musik adalah suatu gagasan/ide

yang nampak dalam pengolahan/susunan semua unsur musik dalam sebuah

komposisi (melodi, irama, harmoni, dan dinamika). Dinamika menurut Sukohardi

(2012: 64) merupakan perbedaan ketukan suara, sedangkan Prier (2009: 33)

berpendapat dinamika adalah istilah untuk membedakan keras lembutnya dalam

pembawaan karya musik. dinamika merupakan simbol yang digunakan untuk

membuat perbedaan porsi suara yang diproduksi dalam memainkan sebuah

komposisi musik.

3. Tradisional

Tradisi berasal dari bahasa latin “tradition” atau “tradere” yang mempunyai

makna mewariskan dari generasi ke generasi (Caturwati, 2007: 160). Kata tradisi

yang berarti sesuatu yang turun-temurun (adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran)

dari nenek moyang. Dengan kata lain, tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan

dari satu generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun. Dipertegas lagi

oleh Esten (1993: 11), bahwa tradisi adalah kebiasaan turun-temurun sekelompok

masyarakat berdasarkan nilai-nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.

Kata tradisional itu sendiri adalah sifat yang berarti berpegang teguh terhadap

kebiasaan yang turun-temurun (Salim dkk, 1991: 1636). Dalam perkembangan

seni pertunjukan pengertian tradisional adalah proses penciptaan seni di dalam

kehidupan masyarakat yang menggabungkan subjek manusia itu sendiri terhadap

(23)

para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tradisional adalah sikap dan cara

berpikir serta bertindak yang selalu berpegang teguh pada norma dan adat

kebiasaan yang ada secara turun-temurun dan terus dipertahankan.

4. Musik Tradisional

Menurut Ali (2006: 15) “musik tradisi adalah musik yang lahir dan

berkembang di suatu daerah tertentu dan diwariskan turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya” dan menurut Banoe (2003: 288) “musik tradisi

adalah musik yang secara tradisional diturunkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya tanpa skriptum.” Menurut Tyas (2007: 1) “musik tradisional adalah

musik atau seni suara yang berasal dari berbagai daerah yang menggunakan

bahasa, gaya, dan tradisi khas setempat.”

Menurut beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa musik

tradisional adalah musik yang lahir dan diwariskan turun temurun kepada

generasi–generasi selanjutnya secara lisan.

5. Fungsi Musik

Melalui musik, pencipta maupun pemain pasti memiliki tujuan dalam

mengubah sebuah karya musik dan memainkannya begitu pula dengan pendengar

sebagai penikmat musik, maka perlu diketahui apa saja teori fungsi musik yang

diungkapkan para ahli.

Menurut Merriam (1964: 232-240) dalam bukunya yang berjudul The

(24)

a. Emotional expression (Pengungkapan emosi). Dalam hal ini, musik berfungsi

sebagai media untuk mengungkapkan perasaan, senang, sedih, marah, kritik

dan emosi-emosi tersebut dituangkan dalam karya musik.

b. Aesthetic enjoyment (Penghayatan estetis). Dalam hal ini, musik berfungsi

memberikan ketenangan dan kenikmatan kepada penikmatnya melalui

keindahan yang ada di dalam musik tersebut melalui unsur-unsur musik yang

ada di dalamnya.

c. Entertainment (Hiburan). Dalam hal ini, musik berfungsi sebagai sarana

hiburan untuk masyarakat luas.

d. Communication (Sarana komunikasi). Dalam hal ini, musik berfungsi sebagai

sarana komunikasi, dimana dalam musik terdapat pesan yang disampaikan

oleh komponis dan penyaji musik kepada penikmat musik, pesan dapat

diartikan berbeda oleh masing-masing pribadi.

e. Symbolic representation (Simbol). Dalam hal ini, musik berfungsi untuk

menyimbolkan suatu ide, kebiasaan, dan kebudayaan tertentu.

f. Physical response (Reaksi fisik). Dalam hal ini, musik dapat merangsang

tubuh untuk melakukan gerakan mengikuti musik yang sedang didengarkan.

Dalam hal ini, musik juga berfungsi sebagai pengiring gerakan tari dan senam.

g. Enforcing conformity to social norms (Berkaitan dengan norma-norma sosial).

Dalam hal ini, musik memiliki fungsi pembentukan norma-norma sosial sesuai

dengan kebudayaan yang ada. Dalam musik ditemukan pesan, ajakan, dan

(25)

h. Validation of social institutions and religious rituals (lembaga upacara

keagamaan). Dalam hal ini, musik menjadi salah satu unsur penting dalam

terlaksananya upacara keagamaan dan kegiatan-kegiatan sosial.

i. Contribution to the continuity and stability of culture (Kontribusi untuk

kelestarian dan keseimbangan budaya). Dalam hal ini, musik berfungsi untuk

menjaga, meneruskan, dan melestarikan suatu ajaran atau kebiasaan dalam

suatu kebudayaan melalui pesan dalam musik itu sendiri.

j. Contribution to the integration of society (Kontribusi untuk integrasi sosial).

Dalam hal ini, musik berfungsi sebagai alat pemersatu.

Musik lebih dikenal berfungsi sebagai media hiburan dan berfungsi sebagai

kontribusi dalam kelestarian dan keseimbangan budaya. Hal ini dijelaskan oleh

Merriam di dalam bukunya yang intinya adalah musik berfungsi sebagai hiburan

untuk masyarakat luas, tetapi musik butuh menunjukkan perbedaan antara murni

hiburan dengan musik yang dikombinasikan dengan fungsi lain. Hal ini

diharapkan dapat menjadi fitur yang lebih umum bagi masyarakat yang tidak

begitu tahu tentang musik, sedangkan musik berfungsi sebagai kontribusi dalam

kelestarian dan keseimbangan budaya adalah musik memang membebaskan

dalam mengungkapkan ekspresi, memberikan ketenangan, hiburan, sarana

berkomunikasi, memunculkan reaksi fisik, berkaitan dengan norma-norma sosial,

dan lembaga untuk upacara keagamaan, tetapi di waktu yang sama, tidak semua

dari elemen budaya tersebut mampu mengungkapkan emosional, hiburan,

(26)

yang diizinkan dalam bermusik, semua itu merupakan kontribusi untuk menjaga

kelestarian dan keseimbangan budaya, karena pada dasarnya musik difungsikan

sebagai alat pembentuk kepribadian masyarakat.

Menurut Purwanto (tanpa tahun : 15-27) fungsi musik dalam kehidupan

sosial adalah :

1. Media hiburan, karena keberadaannya yang dapat diterima secara luas dan

merupakan bagian dari industri hiburan.

2. Media komunikasi, komunikasi secara verbal maupun non verbal yaitu

melalui iringan musik atau musik instrumentalia. Melalui musik banyak hal

bisa dikomunikasikan baik itu cerita pengalaman, kisah cinta, bahkan kritik

terhadap penguasa.

3. Media untuk mempengaruhi masyarakat baik hal positif maupun negatif.

4. Media untuk mengungkapkan pengalaman-pengalaman religious, dalam hal

ini adalah musik yang bersifat keagamaan.

5. Media pendidikan, karena kesenian diajarkan dalam rangka membentuk

watak dan tabiat manusia.

Menurut Tyas (2007: 74-78) beberapa fungsi pokok dari musik tradisional

adalah sebagai :

1. Sarana upacara adat, dimana musik tradisional yang dimainkan berpengaruh

pada kegiatan magis ataupun ritual adat lainnya serta menambah

(27)

2. Pengiring tari atau pertunjukan lain, dimana iringan musik tradisional yang

dimainkan akan membuat suasana lebih hidup disesuaikan dengan tema atau

cerita dari pertunjukan yang disajikan.

3. Media komunikasi, dimana setiap musik tradisional menciptakan pesan

tersendiri yang telah disepakati bersama dalam masyarakat. Misalnya,

memberitahukan peristiwa tertentu seperti tanda berkumpul, kemenangan,

ada bahaya, dan perkawinan.

4. Media hiburan dan bermain, fungsi ini paling sering muncul dalam

masyarakat pengguna musik tradisional dimana musik tradisional digunakan

sebagai pendukung dalam permainan anak-anak.

5. Sarana mencari nafkah, hal ini berlaku bagi para seniman yang

berkecimpung dalam musik tradisional.

6. Sarana perang, dimana dalam hal ini musik sebagai pembangkit semangat

tempur, memberikan irama ketika prajurit berbaris, siasat peran, dan

meruntuhkan semangat tempur lawan.

7. Sarana penghormatan, dalam hal ini musik digunakan untuk memberi

penghormatan kepada tamu agung, pengantin, juga orang meninggal dunia.

6. Tanjidur

Tanjidur merupakan kesenian yang dikenal berasal dari Ogan Ilir Sumatera

Selatan. Kesenian ini dibawa oleh kaum kolonial pada zaman penjajahan Belanda

sehingga unsur musiknya memiliki unsur musik Barat. Kesenian ini merupakan

(28)

marching band. Kesenian ini disebut tanjidur karena terdapat alat musik yang jika

ditabuh berbunyi “Dur….Dur…Dur” sebagai alat musik yang paling dominan.

Alat musik tersebut adalah bass drum. Tanjidur sering dibawakan untuk

memeriahkan suasana saat acara pernikahan, khitanan dan hari-hari besar

pemerintahan. Alat musik yang digunakan karakteristiknya diambil dari unsur

Belanda, hal itu dapat dilihat dari jenis alat musik itu sendiri. Adapun alat musik

tersebut adalah sebagai berikut.

a. Terompet

Terompet adalah alat musik tiup logam. Tromba merupakan istilah kuno

(sejak abad 12-13) untuk trompet. Tromba masih dipakai sampai sekarang dan

tidak memakai klep ("terompet alamiah"). Trompet termasuk alat musik kuno.

Dulu dibuat dari gading kayu, tulang dsb. Dalam alkitab perjanjian lama trompet

disebut sangkakala dan dipakai di bait suci dan istana raja. di mesir trompet

dipakai sebagai alat kultis atau juga untuk keperluan tentara. Pada abad

pertengahan trompet disebut elairon, elarino, tromba. Maka kata trompet berarti

tromba kecil. Sedangkan trompet modern (sejak awal abad 19) dilengkapi dengan

tiga klep untuk ubahan nada (Prier, 2011: 221-222).

b. Saxophone

Menurut Prier (2011: 194) Saxophone adalah alat musik tiup yang diciptakan

oleh A. Sax pada tahun 1840-1841. Saksofon termasuk alat tiup kayu meski

(29)

Tubuh alat ini cukup lebar maka bunyinya kaya dengan nada tambahan atas.

Keluarga saksofon terdiri dan tak kurang dari 7 alat Sopranino, Sopran, Alto,

Tenor, Bariton, Bass, Subbas. saksofon dipakai dalam orkes simfoni dan opera

maupun dalam orkes fanfare serta untuk musik hiburan (Band, Big Band).

e. Clarinet

Klarinet merupakan alat musik tiup kayu yang hanya memiliki satu reed

berbeda dengan hobo dan fagot yang memeiliki 2 reed) merupakan alat musik

transposisi (nada yang ditulis tidak sama dengan nada yang terdengar), yang

paling umum dipakai adalah klarinet bes, lalu klarinet a. Klarinet bass, clarinet

alto, dan klarinet kontrabass masuk dalam keluarga klarinet (Prier, 2011: 89).

f. Trombone

Alat musik tiup logam dengan pipa yang dapat ditarik keluar masuk untuk

merubah tinggi nada. Nada dasar dan trombone tenor adalah Bes. Umumnya

wilayah nada trombone dan E sampai fl (Prier, 2011: 221).

g. Tuba

Tuba adalah tabung. Istilah alat musik tiup logam terpenting pada masa antik

Romawi. Bentuknya semula lurus bagaikan trompet kuno namun lebih besar.

Ditiup dalam posisi miring ke atas waktu perarakan, pemakaman, pementasan di

arena dan terutama untuk keperluan tentara. Tuba pada zaman sekarang

(30)

disebut juga Bombardon. Tuba dipakai dalam orkes simfoni maupun dalam orkes

simfoni fanfare, dalam musik hiburan (dansa) maupun dalam ansambel jazz

(Prier, 2011: 223).

h. Tambur/Snare Dram

Tambur/snare drum Adalah alat musik perkusi (Banoe, 2003:405) berbentuk

tabung yang memiliki dua buah selaput (fiber) atas dan bawah, dimainkan dengan

cara dipukul dengan dua bilah stick yang terbuat dari kayu. Alat musik ini terbuat

dari kayu atau metal.

i. Tanjidur

Tanjidur adalah rnusik jalanan tradisional pesta capgorneh, di kalangan Cina

Betawi merupakan sisa-sisa musik baris dan musik tiup ruang zaman penjajahan

Belanda di Indonesia (Banoe, 2003: 408).

7. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Penelitian yang berjudul “Melacak Musik Asli Palembang” yang diteliti oleh

M. Jufri. Penelitian dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan

studi pustaka. Dari penelitian ini M. Jufri mendiskripsikan kesenian

Palembang serta perkembangannya. Relevansinya dengan penelitian yang saat

ini penulis teliti adalah sama-sama mengkaji tentang musik daerah di

(31)

tentang tanjidur tersebut. Hasil dari penelitian ini M. Jufri menyimpulkan

bahwa musik khas bagi daerah Sumatera Selatan adalah tanjidur.

b. Penelitian skripsi yang berjudul “Peran dan Fungsi Musik Kesenian Kubro

Siswo Mudo Kecamatan Kalibawang Kulon Progo Yogyakarta” yang diteliti

oleh Wahyu Prasetyo Jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Negeri

Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian

skripsi ini dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara, dokumentasi,

dan studi kepustakaan. Penelitian ini menggunakan teknik triangulasi

pengumpulan data. Hasil dari penelitian ini adalah musik tersebut berperan

sebagai pendukung dari kesenian kubro siswo mudo dan sebagai simbol

masyarakat, sedangkan fungsi musik tersebut adalah sebagai alat komunikasi,

penyebaran agama islam, pembentukan norma masyarakat dan sebagai

hiburan. Persamaan dengan penelitian yang penulis teliti adalah sama-sama

mendokumentasikan kesenian tradisional agar tetap hidup serta meningkatkan

kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebudayaan yang telah

diwariskan, sedangkan perbedaannya adalah tempat penelitian dan kesenian

yang diteliti.

c. Penelitian skripsi yang berjudul “Fungsi dan Bentuk Penyajian Kesenian

Tradisional Karungutdi Kalimantan Tengah” yang diteliti oleh Jenny Andany

Taruna jurusan Pendidikan Seni Musik Universitas Negeri Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian skripsi ini

dilakukan dengan melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi.

(32)

musik Karungut di Kalimantan Tengah memiliki fungsi sebagai,

pengungkapan emosi, sarana komunikasi, sarana hiburan, sarana pendidikan,

sarana ekonomi, dan pengiring tari. Bentuk penyajian instrumen musik

Karungut berupa ansambel. Penyajiannya meliputi peran instrumen, jumlah

instrumen, posisi instrumen, dan lagu yang disajikan. Kecapi tali 2 sebagai

instrumen pengiring utama, kecapi tali 3, suling, rabab, gandang, dan

garantung sebagai instrumen pengiring pendukung. Jumlah instrumen terdiri

atas 1 orang pangarungut (vokalis), 4 buah kecapi tali 2, 1 buah kecapi tali 3,

1 buah suling, 1 buah rabab, 3 buah gandang, dan 1 buah garantung. Posisi

instrumen diatur sedemikian rupa guna keseimbangan bunyi antar instrumen

pengiring dengan tetap menonjolkan kecapi tali 2 sebagai instrumen pengiring

utama. Lagu yang disajikan disesuaikan dengan tema acara, dalam penelitian

ini lagu yang disajikan adalah Mahaga Budaya Itah (Melestarikan Budaya

Kita) dan Pamaju Seni Budaya Itah (Majukan Seni Budaya Kita). Persamaan

dengan penelitian yang penulis teliti adalah sama-sama mendokumentasikan

kesenian tradisional agar tetap hidup serta meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang pentingnya menjaga kebudayaan yang telah diwariskan,

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Metode ini dipilih karena

penelitian ini menyelidiki tentang sebuah kebudayaan dalam sekelompok

masyarakat yang disebut sebagai penelitian etnografi. Afiduddin (2009: 78) menyatakan bahwa “penelitian kualitatif merupakan suatu proses dari berbagai

langkah yang melibatkan peneliti, paradigma teoritis yang interpretatif, strategi

penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data empiris, maupun

pengembangan interpretasi dan pemaparan. Penelitian ini digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam dengan makna yang sebenarnya.” Menurut

Endraswara, (2012: 50) etnografi adalah “penelitian untuk mendeskripsikan

kebudayaan sebagaimana adanya. Etnografi berupaya mempelajari peristiwa kultural yang menyajikan pandangan hidup subjek sebagai objek studi.” Menurut

Creswell (2013: 20) etnografi adalah “salah satu strategi penelitian kualitatif yang

di dalamnya peneliti menyelidiki suatu kelompok kebudayaan di lingkungan yang

alamiah dalam periode waktu yang cukup lama dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara”.

B. Data Penelitian

Dalam data penelitian terdapat dua jenis, yaitu data penelitian primer dan data

(34)

wawancara dan observasi, sedangkan data penelitian sekunder adalah data

penelitian yang didapat dari pendukung hasil wawancara dan observasi, seperti

dokumentasi. Di dalam penelitian ini penulis menggunakan dua cara tersebut

dalam membuat data penelitian karena kedua-duanya dapat mendukung penulis

dalam mengumpulkan data penelitian.

C. Sumber Penelitian

Informan merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan

masalah penelitian, untuk mendapatkan data yang tepat maka perlu ditentukan

informan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan data

(Suharsimi, 2002: 207). Dalam penelitian ini sumber penelitian didapatkan

dengan melakukan dua studi kerja, yaitu studi kepustakaan dan lapangan. Studi

kepustakaan dilakukan untuk mencari informasi dan data-data yang berhubungan

dengan objek penelitian dengan cara mencari, mengkaji dan mengumpulkan data

dari berbagai sumber, seperti buku, jurnal, artikel dan video. Studi kepustakaan

dalam penelitian ini dilakukan pada beberapa sumber yang dianggap dapat

menunjang proses penelitian, lokasi tersebut adalah perpustakaan Universitas

Negeri Yogyakarta. Studi lapangan dilakukan untuk menggali secara langsung

tentang objek penelitian kepada narasumber dengan cara melakukan wawancara

dan melihat langsung proses terjadinya peristiwa yang berkaitan dengan objek

penelitian pada lokasi, yaitu Desa Muara Meranjat Kecamatan Tanjung Raja

(35)

D. Pengumpulan Data

Menurut Poerwandari (dalam Endraswara, 2012: 130) penelitian

kualitatif adalah “penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya

deskriptif seperti transkripsi, wawancara, catatan lapangan, gambar, foto, rekaman

video, dan lain-lain.” Menurut Creswell (2014: 4) penelitian kualitatif merupakan “metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna oleh sejumlah

individu atau sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial atau

kemanusiaan. Prosesnya melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan

pertanyaan-pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis data, dan menafsirkan

makna data.” Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara menanyakan

sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan. Caranya adalah bercakap-cakap

secara bertatap wajah. Afiffudin (2009: 131) menyebutkan bahwa ada 3 hal yang

menjadi kekuatan dalam wawancara, yatu :

a) Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang

diajukan. Jika informan tidak mengerti penulis sebagai pewawancara

dapat melakukan antisipasi dengan memberikan penjelasan.

b) Fleksibel, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan tiap individu

c) Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan ketika teknik lain tidak

(36)

Wawancara berbeda dengan percakapan sehari-hari. Wawancara adalah alat

pengumpul data yang dilakukan penulis dengan cara mengajukan pertanyaan-

pertanyaan kepada informan atau subjek yang diteliti secara langsung atau

bertatap muka dengan bermacam-macam teknik yang disesuaikan dengan keadaan

yang penulis temui di lapangan (Endraswara, 2012: 212). Berikut teknik

wawancara (Endraswara, 2012: 212) yaitu:

a) Wawancara oleh tim atau panel. Wawancara semacam ini bila dilakukan

oleh lebih dari satu orang pewawancara kepada seorang subjek.

Wawancara disebut panel apabila subjek yang diwawancarai lebih dari

satu orang.

b) Wawancara tertutup dan terbuka. Wawancara tertutup biasanya dilakukan

dengan menyembunyikan setting wawancara sehingga subjek tidak sadar

bahwa sedang diwawancara. Sedangkan wawancara terbuka, peneliti dan

yang diteliti sama-sama tahu dan tujuan wawancara pun diberitahukan.

c) Wawancara riwayat secara lisan. Wawancara ini mirip dengan model life

history, khususnya untuk mengungkap tokoh-tokoh tertentu yang telah

membuat sejarah tertentu, telah memiliki jasa tertentu dalam pewarisan

budaya dan sejenisnya.

d) Wawancara terstruktur dan tidak terstruktur. Wawancara terstruktur adalah

wawancara yang ditetapkan masalah dan pertanyaannya oleh si

pewawancara, wawancara seperti ini terkesan kaku berbeda dengan

(37)

informan dapat lebih bebas mengemukakan pendapat tentang kebudayaan

terkait penelitian.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode wawancara secara

terbuka. Metode wawancara tidak tersktruktur juga dipilih penulis karena dapat

menimbulkan efek nyaman dan santai bagi narasumber yang sedang

diwawancarai, narasumber akan lebih bebas mengemukakan pendapat dan cerita

tentang kebudayaan. Berikut pertanyaan yang menjadi point penting dalam

wawancara saat penelitian.

1) Apa yang dimaksud dengan tanjidur?

2) Mengapa kesenian ini disebut tanjidur?

3) Bagaimanakah sejarahnya?

4) Apakah fungsi dari kesenian ini?

5) Apa saja alat musik yang digunakan?

6) Jenis musik apa yang biasa dimainkan saat memainkan musik ini serta berapa

banyak lagu yang dibawakan?

7) Siapa yang membentuk kesenian ini?

8) Saat ini siapakah yang berperan aktif dalam mengembangkan kesenian ini?

9) Bagaimanakah perkembangan kesenian ini pada zaman sekarang?

2. Observasi

Observasi menurut Creswell (2012: 267) adalah observasi yang di dalamnya

(38)

individu-individu di lokasi penelitian. Dalam observasi ini, penulis ingin melihat

secara langsung ke lokasi penelitian tepatnya di Tanjung Raja Ogan Ilir Sumatera

Selatan kemudian mencari tahu siapa yang menjadi pelaku dalam kesenian ini,

dimana lokasi kesenian ini yang masih hidup, kemudian menggali tentang

tanjidur tersebut. Penulis juga merekam atau mencatat baik dengan cara

terstruktur maupun semistruktur setiap informasi yang telah didapatkan. Para

peneliti kualitatif juga dapat terlibat dalam peran-peran yang beragam, mulai dari

sebagai non-partisipan hingga partisipan utuh.

3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati

berbagai dokumen yang berkaitan dengan topik dan tujuan penelitian

(Koentjaraningrat, 2009: 46). Dokumen sendiri menurut Sugiyono (2013: 240)

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berbentuk

tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dalam penelitian

ini penulis mencari segala bentuk dokumen yang berkaitan dengan penelitian,

seperti gambar, video dan lain-lain. Studi pustaka juga dilakukan guna

mendapatkan informasi lebih.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat untuk memperoleh, mengolah dan

menginterpretasikan data berupa informasi yang diperoleh dari informan.

(39)

bergantung pada validitas penulis dalam melakukan pengamatan dan eksplorasi

langsung ke lokasi penelitian (Afifuddin, 2009: 215). Dalam melakukan

penelitian penulis menggunakan alat bantu berupa pedoman observasi, pedoman

wawancara, pedoman dokumentasi, catatan lapangan, alat perekam dan kamera

untuk melengkapi keabsahan serta memudahkan penulis dalam mengumpulkan

data. Menurut Lincoln & Guba dalam Ghony (2012: 97-99) karakteristik manusia

sebagai instrumen penelitian kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Responsif terhadap lingkungan dan pribadi-pribadi yang menciptakan

lingkungan. Dalam hal ini penulis bersifat interaktif terhadap manusia dan

lingkungan.

2. Dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi pengumpulan data.

3. Menekankan keutuhan, peneliti membenamkan diri secara utuh ke dalam

lingkungan yang baru dan menahan keputusan sendiri, belajar mengamati

beberapa tingkatan data sekaligus dan merasakan keutuhan.

4. Membekali diri dengan pengetahuan yang luas dan latihan-latihan sehingga

dapat mengumpulkan data dengan berbagai metode dengan baik.

5. Memperluas dan meningkatkan pengetahuan berdasarkan

pengalaman-pengalaman praktis sehingga penelitian menjadi lebih mendalam.

6. Memproses data secara cepat setelah data diperoleh dan menyusun kembali,

mengubah arah inkuiri atas dasar penemuan, merumuskan hipotesis kerja

sewaktu berada di lapangan, dan mengetes hipotesis kerja pada informan,

(40)

7. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasi dan mengikhtisarkan.

Penulis berusaha memperoleh kejelasan terhadap informasi yang kurang jelas

dan meragukan.

8. Menggali informasi yang lain dan tidak direncanakan semula guna

menemukan informasi dan pengetahuan baru.

Penulis merupakan pusat dan kunci data yang paling menentukan dalam

penelitian kualitatif, penulis berperan serta dalam kegiatan subjek yang diteliti

pada setiap situasi yang diinginkan dengan menjadi anggota kelompok subjek

yang diteliti untuk memperoleh data yang akurat guna mendeskripsikan

penelitian. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan alat bantu berupa

pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman dokumentasi, catatan

lapangan, dan kamera untuk meningkatkan keabsahan data serta memudahkan

penulis dalam mengumpulkan data penelitian.

F. Teknik Keabsahan Data

Menurut Moleong (2014: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Sugiyono (2013:

327) berpendapat bahwa apabila peneliti melakukan pengumpulan data dengan

triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji

kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik

(41)

Teknik keabsahan data merupakan cara yang digunakan untuk menguji

kevalid-an data yang telah dikumpulkan, teknik yang digunakan untuk menguji

keabsahan data yang diperoleh dari penelitian ini adalah dengan menggunakan

teknik triangulasi. Terdapat dua jenis triangulasi, yaitu triangulasi teknik dan

triangulasi sumber. Triangulasi teknik merupakan cara menguji ketepatan teknik

yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian, sedangkan triangulasi

sumber adalah cara untuk menguji kebenaran data wawancara yang telah

dikumpulkan dari dua narasumber, kemudian penulis mengumpulkan data

mengenai tanjidur . Data tersebut kemudian dianalisis.

G. Analisis Data

Dalam penelitian ini diperlukan proses analisis data. Analisis data penelitian

budaya merupakan proses pengkajian hasil wawancara, pengamatan dan dokumen

yang telah terkumpul. Menurut Miles dan Huberman (1986) dalam Ghony &

Almanshur (2012: 306) analisis data kualitatif menggunakan kata-kata yang selalu

disusun dalam sebuah teks yang diperluas atau yang dideskripsikan. Menurut

Creswell (2012: 274) analisis merupakan proses berkelanjutan yang

membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Menurut

Miles dan Huberman (1986) dalam Ghony & Almanshur (2012: 306) analisis data

kualitatif menggunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang

diperluas atau yang dideskripsikan. Proses analisis data secara keseluruhan

(42)

perlu mempersiapkan data tersebut untuk dianalisis, melakukan analisis yang

berbeda, memperdalam pemahaman akan data tersebut, menyajikan data dan

membuat interpretasi makna yang lebih luas akan data tersebut. Beberapa langkah

analisis yang harus dilakukan dalam penelitian kualitatif menurut Afifuddin,

(2009: 183) meliputi:

1. Analisis sebelum lapangan

Penulis telah melakukan analisis data sebelum memasuki lapangan. Analisis

dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan

digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian

ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah penulis masuk dan

selama di lapangan.

2. Analisis selama di lapangan

Selama penelitian berlangsung pengumpulan data masih berlangsung, penulis

melakukan analisis data, dengan cara mengklasifikasi data dan menafsirkan isi

data.

3. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak, sehingga perlu dicatat

secara teliti dan terperinci. Semakin lama penulis kelapangan, jumlah data akan

semakin banyak, kompleks, dan rumit. Untuk itu penulis harus segera melakukan

(43)

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

lebih jelas, dan mempermudah penulis untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.

4. Penyajian data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk

table, grafik, pie chart, pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data

tersebut, data diorganisasikan secara sistematis dalam pola hubungan sehingga

mudah dipahami. Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif.

Menurut Affifudin (2009: 160), dalam penelitian etnografi ada beberapa jenis

analisis yang dilakukan, yaitu analisis domain, taksonomik, kompensial, tema

kultural, dan komparasi konstan. Teknik analisis dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan analisis domain dan analisis taksonomik. Analisis domain

berguna untuk mencari dan memperoleh gambaran umum atau pengertian yang

bersifat menyeluruh, sedangkan analisis taksonomik dilakukan dengan cara

melakukan analisis terhadap keseluruhan data didasarkan pada pengelompokan

tertentu sebagaimana yang sudah didomainkan. Kedua teknik analisis ini dipilih

(44)

BAB IV

FUNGSI TANJIDUR DI TANJUNG RAJA OGAN ILIR

A. Sejarah Tanjidur

Ketertarikan penulis terhadap tanjidur bermula dari keingintahuan penulis

terhadap musik khas daerah Sumatera Selatan. Penulis mencoba mencari

informasi melalui internet, di mana saat ini internet merupakan alternatif yang

sangat membantu bagi masyarakat untuk mencari informasi yang ingin mereka

ketahui. Pencarian mulai dilakukan, hingga akhirnya penulis menemukan bahwa

salah satu kesenian tradisional di Sumatera Selatan adalah Tanjidur. Tanjidur ini

berada di Desa Muara Meranjat Ogan Ilir Sumatera Selatan. Hal ini mengejutkan

penulis di mana yang penulis ketahui tanjidur merupakan kesenian tradisional

yang berasal dari Betawi. Selain itu, ketertarikan penulis juga didasari oleh

keunikan yang terdapat pada jenis alat musik yang mereka gunakan, sehingga

penulis memutuskan untuk menjadikan tanjidur yang berada di Sumatera Selatan

ini sebagai penelitian untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi.

Penelitian dimulai dengan mencari informasi melalui informan pertama,

orang tersebut bernama bapak Rian. Beliau masih mempunyai ikatan keluarga

dengan penulis. Dari beliau penulis mendapatkan sedikit informasi tentang

tanjidur, kemudian beliau merekomendasikan untuk menemui bapak Hayat selaku

pemilik dan pengurus tanjidur, awalnya beliau bercerita bahwa ada beberapa grup

(45)

menyarankan kepada penulis untuk memilih grup Marta sebagai grup tanjidur

yang akan di teliti. Karena menurut beliau grup Marta ini adalah grup tertua dan

terus aktif hingga saat ini, para pemainnya juga sangat mahir memainkan alat

musiknya. Atas saran yang diberikan beliau, akhirnya penulis memutuskan untuk

meneliti grup Marta tersebut.

Pada tanggal 23 Maret 2016, penulis untuk pertama kalinya mengunjungi

Desa Muara Meranjat yang berada di Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

dengan ditemani oleh bapak Rian. Keadaan desa yang terlihat seperti pada

umumnya, rumah-rumah di desa ini sebagian besar masih mempertahankan

bentuk rumah adat Ogan ilir, yaitu rumah panggung. Sambil menuju ke rumah

bapak Hayat, bapak Rian sedikit bercerita tentang Desa Muara Meranjat ini,

beliau sepertinya memperhatikan saat penulis memandangi rumah-rumah yang

ada di sana. Singkat cerita, menurut sejarah yang beliau ketahui, rumah panggung

ini pada awalnya didirikan guna untuk melindungi diri dari ancaman binatang

buas, rumah panggung juga menjadi alternatif bagi masyarakat untuk menghindari

banjir, karena bentuknya yang tinggi jauh dari permukaan tanah. Rumah

panggung ini juga memiliki cerita dan makna yang terkandung pada setiap

bagiannya. Rumah ini dibuat dari kayu tailan dengan pilihan terbaik, pondasinya

harus diberi uang logam pada tiap-tiap tiang dengan jumlah yang sama, logam

dipercaya tidak akan cepat berbaur dengan tanah. Semakin besar nilai nominal

pada uang logam dipercayai akan semakin kuat rumah tersebut. Tangga dan

jendela rumah panggung juga memiliki filosofi tersendiri seperti jumlah anak

(46)

rumah tersebut tidak layak atau tidak baik untuk di huni. Arah tangga juga harus

berada di sebelah kanan, karena segala perbuatan dipercaya sebaiknya dilakukan

dari sebelah kanan. Jumlah jendela juga memiliki arti tersendiri, rata-rata jumlah

jendela disetiap rumah panggung berjumlah 6 jendela yang artinya mendatangkan

rezeki. Rumah panggung ini terbukti sangat kuat, seperti yang dikatakan oleh

bapak Rian, umur rumah yang berada di desa ini ada yang mencapai ratusan

tahun, meskipun bencana datang silih berganti dalam hitungan tahun,

rumah-rumah tua tersebut tetap kokoh berdiri. Saat ini rumah-rumah panggung banyak yang

diwujudkan dalam bentuk yang berbeda, aura dan ruh yang tertanam tentu akan

berbeda pula, namun masyarakat tetap mempercayai hal tersebut sebagai warisan

budaya leluhur. Desa Muara Meranjat juga sangat dikenal dengan kulinernya,

yaitu pindang Meranjat. Pindang adalah ikan atau daging yang dibumbui dengan

rempah-rempah khusus, kemudian direbus dan dihidangkan berkuah. Sungguh

mengagumkan cerita dibalik desa kecil ini yang membuat saya semakin

bersemangat untuk mencari tahu sejarah tentang kesenian tradisionalnya. Berikut

merupakan contoh bentuk rumah panggung di Desa Muara Meranjat Tanjung Raja

(47)
[image:47.595.176.441.112.282.2]

Gambar 1.1 : Rumah Panggung Desa Muara Meranjat

(Dokumentasi : Ghafiqa, Maret 2016)

Beberapa menit kemudian, tibalah penulis bersama bapak Rian di kediaman

bapak Hayat selaku pemilik dan pengurus grup tanjidur Marta. Penulis disambut

dengan baik oleh bapak Hayat dan anggota tanjidur lainnya. Mereka sangat ramah

dan terlihat sangat antusias dengan kedatangan ini, hal ini membuat penulis

berlega hati dan semakin semangat untuk melakukan penelitian. Rumah kediaman

bapak Hayat sama seperti rumah-rumah yang penulis lewati, rumahnya berbentuk

rumah panggung yang nyaman dan sejuk. Penulis dipersilahkan masuk dan duduk

bersama anggota tanjidur lainnya dan disuguhkan minuman layaknya seorang

tamu, kemudian penulis memulai dengan melakukan perkenalan diri terlebih

dahulu lalu menjelaskan maksud dari kedatangan ini. Mereka sedikit bercerita jika

dahulu juga ada mahasiswa yang melakukan penelitian tentang tanjidur ini,

mahasiswa tersebut berasal dari salah satu kampus yang berada di Sumatera

Selatan. Pembicaraan pun dimulai dengan bercerita tentang perjalanan penulis

selama menuju ke rumah bapak Hayat tersebut dengan menggunakan bahasa

(48)

Perjalanannye lumayan jauh dari Lahat, karne aku tinggalnye di Lahat Pak. Kebetulan bapak Rian ini maseh kluarge ngak keluarge di Lahat, mangkenye aku mintak bantuan ngak beliau mangke pacak penelitian di dusun sini. Aku betrimekaseh nian la diizinke ngelakuke penelitian ngak mendokumentasike tanjidur ini”(Perjalanannya lumayan jauh dari Kota Lahat, karena saya tinggalnya di Lahat Pak, dan kebetulan bapak Rian ini masih memiliki ikatan keluarga dengan keluarga di Lahat, itulah sebabnya saya meminta bantuan beliau agar dapat melakukan penelitian di desa ini. Saya sangat berterima kasih telah diizinkan untuk melakukan penelitian dan mendokumentasikan tanjidur ini). Penelitian dilanjutkan dengan pertanyaan mengenai nama-nama setiap

anggota tanjidur agar lebih akrab dan dilanjutkan dengan menanyakan tentang

sejarah dari tanjidur dan penyajiannya. Tanjidur merupakan permainan musik

yang menggabungkan beberapa alat musik sehingga mirip dengan marching band.

Kesenian ini disebut tanjidur karena terdapat alat musik yang jika ditabuh berbunyi “Dur….Dur…Dur” sebagai alat musik yang paling dominan, alat musik

tersebut adalah bass drum, ada juga yang menyebutnya sebagai musik Brass yang

artinya, kesenian yang alat musiknya merupakan alat tiup yang sebagian besar

terbuat dari bahan logam. Tanjidur ini sering digunakan dalam acara pernikahan,

khitanan, dan hari-hari besar serta kegiatan pemerintahan. Pemimpin Grup Marta,

bapak Mamat pada wawancara tanggal 23 Maret 2016 menyatakan bahwa:

“Tanjidur ni dikateka tanjidur karne ade alat yang ame dipukul bebunyi dur..dur..dur, bentuknye yang bulat besak itu, tanjidur ini diguneke untuk acara nikahan, khitanan, terus acara besak pemerintah (tanjidur ini disebut tanjidur

karena ada alat yang jika ditabuh berbunyi dur..dur..dur, bentuknya yang bulat besar, tanjidur ini digunakan untuk acara pernikahan, khitanan, dan acara besar pemerintahan).”

Kesenian ini merupakan kesenian yang berasal dari daerah-daerah di

Sumatera Selatan, tepatnya di Kabupaten Ogan Ilir dan menyebar di setiap desa

(49)

digunakan memiliki unsur musik Barat. Menurut hasil wawancara pada bulan

Maret bersama bapak Hayat alat-alat musik ini dahulunya didapatkan secara

turun-temurun tetapi tanjidur dibuat sendiri oleh masyarakat saat itu sehingga

bahannya berbeda dengan bass drum pada umumnya. Berikut merupakan alat-alat

musik yang digunakan dalam tanjidur.

1. Terompet

[image:49.595.160.425.264.399.2] [image:49.595.240.386.530.671.2]

Gambar 1.2 : Terompet

(Dokumentasi : Ghafiqa, April 2016)

Di dalam permainan tanjidur, terompet berperan sebagai melodi utama atau

melodi asli yang dilakukan secara bergantian dengan saxophone. Terompet ini

dimainkan oleh dua orang pemain.

2. Saxophone Alto dan Saxophone Tenor

Gambar 1.3 : Saxophone

(50)

Di dalam permainan tanjidur saxophone berperan sebagai melodi utama atau

melodi asli yang dilakukan secara bergantian dengan terompet. Saxophone ini

dimainkan oleh tiga orang pemain yaitu dua orang pemain sebagai pemain sax

alto dan satu orang pemain sebagai pemain sax tenor.

3. Clarinet

[image:50.595.221.385.279.421.2]

Gambar 1.4 : Clarinet

(Dokumentasi : Ghafiqa, April 2016)

Alat Musik tiup ini sebagai pelengkap dari melodi utama, saat dimainkan

clarinet hanya memainkan nada-nada kecil saat nada kosong yang biasa disebut

dengan filler. Clarinet ini dimainkan oleh satu orang pemain.

4. Trombone

Gambar 1.5 : Trombone

[image:50.595.199.419.615.723.2]
(51)

Di dalam tanjidur trombone berberan sebagai melodi variasi dari melodi asli.

Trombone dimainkan oleh satu orang pemain saja.

[image:51.595.220.400.194.374.2]

5. Tuba

Gambar 1.6 : Bass

(Dokumentasi : Ghafiqa, April 2016)

Dalam tanjidur tuba berperan sebagai bass. Bass ini berfungsi sebagai

nyawaa sehingga membuat melodi menjadi lebih hidup. Dalam tanjidur bass

dimainkan oleh satu orang pemain.

6. Snare Dram

Gambar 1.7 : Snare Drum

[image:51.595.222.399.526.681.2]
(52)

Snare drum merupakan alat musik ritmis yang berperan penting dalam

permainan musik karena musik ritmis berfungsi sebagai pengatur ritme atau

ketukan agar lagu atau melodi tetap dalam ketukan yang tepat dan enak didengar.

Begitu juga dalam permainan musik di dalam tanjidur. Snare drum ini dimainkan

oleh satu orang pemain.

7. Tanjidur

Gambar 1.8 : Tanjidur

(Dokumentasi : Ghafiqa, April 2016)

Tanjidur merupakan alat musik yang tabungnya terbuat dari kayu dan

membrannya terbuat dari kulit sapi, berbeda dengan bass drum pada umumnya

yang tabungnya terbuat dari logam dan besi, membrannya terbuat dari pet film

lembut berwarna putih. Tanjidur berfungsi sebagai alat musik ritmis sehingga

terdengar paling dominan. Alat musik ini dimainkan oleh satu orang pemain dan

diangkat oleh dua orang pengusung.

Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, dari beberapa desa yang

memiliki kesenian ini penulis memilih desa Muara Meranjat sebagai tempat

(53)

terdapat beberapa grup tanjidur di Tanjung Raja, tetapi jumlah pemainnya hanya

sedikit berkisar 5 hingga 7 orang pemain saja, alatnya pun tidak begitu lengkap,

itulah sebabnya penulis direkomendasikan untuk meneliti grup Marta. Grup

Tanjidur ini yang paling sering digunakan baik oleh masyarakat maupun dalam

kegiatan pemerintahan karena mereka memiliki alat musik yang paling lengkap

dan pemain musik yang ahli serta mahir dalam memainkan alat musik tanjidur

tersebut. Selain itu, grup tanjidur Marta merupakan grup tanjidur tertua karena

diperkirakan terbentuk pada tahun 1960-an, hal ini juga dibenarkan oleh

masyarakat setempat. Seperti yang dikatakan oleh informan pertama yaitu bapak

Rian pada saat wawancara pada tanggal 13 februari 2016.

“di sini sebenernyo ado lagi grup tanjidur selain ini, tapi ame dikinak dari kelengkapan alat ngak pemainnye katek yang lebih alap, lagipule grup ini tu la lame ade (di sini sebenarnya masih ada grup tanjidur lain, tetapi jika dilihat dari kelengkapan alat dan pemainnya tidak ada yang lebih bagus, lagipula grup ini sudah lama ada atau lebih dulu ada)”

Grup Marta ini dibentuk oleh almarhum Ayah dari bapak Hayat yaitu bapak

Ujang, kemudian diwariskan kepada bapak Hayat sebagai pemilik sekaligus

pengurus dari grup dan alat musik tanjidur tersebut. Nama Marta merupakan singkatan dari “Muara Meranjat Tanjung Raja”. Grup ini dibentuk pada tahun

1968 dengan jumlah personil 10 orang sebagai pemain alat musik dan memiliki

beberapa orang kru yang membantu mereka. Salah satu personil tersebut adalah

anak bapak Hayat itu sendiri, tetapi yang memimpin dan berperan aktif dalam

grup tanjidur ini saat tampil adalah bapak Mamat. Bapak Mamat adalah pemain

(54)

disampaikan bapak Hayat saat wawancara yang dilakukan pada tanggal 23 Maret

2016.

“grup ini la ade sejak taun 1968 dibentuk ngak almarhum Bapak aku, mak ini diwariskenye ngak aku, nah bapak Mamat ini pemain yang paling tue karne la begabung pas mase diurus oleh Bapak aku (grup ini sudah berdiri sejak tahun 1968 yang dibentuk oleh almarhum Bapak saya, dan sekarang telah diwariskan kepada saya, nah bapak Mamat ini adalah pemain yang paling tua karena sudah bergabung ketika grup ini masih dipegang oleh Bapak saya)”

Para pemain tanjidur di grup Marta ini berprofesi sebagai petani, pedagang

dan tukang kayu. Dari yang telah diketahui bahwa warga di Tanjung Raja

sebagian besar profesinya adalah petani dan pedagang dan hanya sebagian kecil

yang berprofesi sebagai PNS. Para pemain tanjidur grup Marta ini berasal dari

desa yang berbeda-beda, beberapa di antara mereka tinggal di desa yang cukup

jauh dari Desa Muara Meranjat, sehingga mereka yang tinggal di desa yang

berbeda tersebut harus menempuh jarak yang cukup jauh ketika grup Marta akan

tampil disebuah acara. Waktu yang dibutuhkan bisa mencapai 1 jam perjalanan

bagi pengguna sepeda, sedangkan bapak Hayat membutuhkan waktu sekitar 1

setengah jam untuk menempuh perjalanan menggunakan mobil. Mereka tidak

pernah melakukan latihan terlebih dahulu sebelum tampil, karena mereka sudah

sangat mahir memainkan alat-alat musik tanjidur tersebut, akan tetapi kesiapan

dan kelengkapan alat tetap dilakukan sebelum acara dimulai. Seperti dalam

wawancara pada tanggal 23 Maret 2016 bersama bapak Hayat.

“kami dek biye ade latian, ame nak tampil langsung be, paling pemanasan

(55)

Penjelasan ini sentak membuat penulis terkejut, timbullah pertanyaan

bagaimana mereka bisa memainkan tanjidur tanpa melakukan latihan sama sekali.

Akhirnya mereka menceritakan bagaimana dulu awalnya mereka bisa mengenal

dan memainkan alat musik ini. Di usia mereka yang beranjak dewasa, mereka

merupakan anak rantau di ibu kota Sumatera Selatan dan ibu kota Negara. Pada

zamannya mereka sangat menyukai musik jazz, kemudian mereka tertarik untuk

mempelajari alat musiknya secara otodidak, bahkan salah satu di antara mereka

dulu pernah menjadi penyanyi jazz di salah satu cafe di ibu kota. Itulah yang

membuat mereka bisa memainkan alat musik Barat meskipun tanpa melakukan

latihan khusus. Kemudian mereka bergabung dengan grup tanjidur yang telah ada

ditanah kelahiran mereka untuk menyalurkan bakat yang mereka miliki.

B. Penyajian Tanjidur

Tanjidur memiliki sedikit perbedaan dalam penyajiannya ketika sedang

tampil dalam acara pernikahan, khitanan dan acara pemerintahan. Berikut bentuk

penyajian tanjidur dalam beberapa kegiatan tersebut.

1. Penyajian tanjidur saat khitan

Grup tanjidur Marta ini terdiri dari 12 orang, yaitu 10 orang sebagai pemain

musik dan 2 orang lagi sebagai pengusung dari tanjidur itu sendiri. Hal ini

dikarenakan saat acara khitan tanjidur akan berkeliling desa dan ukuran tanjidur

yang besar sehingga tidak memungkinkan jika hanya dibawa oleh 1 orang saja,

oleh sebab itu ditugaskan 2 orang sebagai pengusung dan 1 orang lagi sebagai

(56)

di lapangan terdapat perbedaan. Saat observasi penulis mengungkapkan bahwa

pemain tanjidur di grup Marta berjumlah 14 orang pemain, sedangkan dalam

penelitian langsung di lapangan jumlah personil grup Marta berjumlah 10 orang

pemain dan 2 orang pengusung, setelah dilakukan penelitian lebih lanjut hal itu

disebabkan oleh berkurangnya jumlah pemain, yang dikarenakan pemainnya telah

meninggal dunia dan hingga saat ini diakui sulit untuk mendapatkan peran

pengganti karena kurangnya minat warga terutama kaum muda. Berkurangnya

pemain tanjidur ini dikhawatirkan lama-kelamaan dapat mengancam keberadaan

tanjidur di Ogan Ilir yang disebabkan oleh tidak adanya penerus untuk generasi

berikutnya. Tanjidur bisa hilang dan punah, hal ini sangat mengkhawatirkan

karena tanjidur merupakan satu-satunya musik tradisional yang lahir dari

Kabupaten Ogan Ilir. Berikut merupakan nama para pemain dan perannya di

tanjidur dalam upacara khitanan.

1. Bpk. Hajat usia 62, sebagai pemain tanjidur dari Desa Muara Meranjat

2. Bpk. Mamat usia 72, sebagai pemain sax alto dari Desa Pamulutan Ilir

3. Bpk. Cikwa usia 65, sebagai pemain clarinet dari Desa Sentul

4. Bpk. Alamsyah usia 61, sebagai pemain terompet dari Desa Tanjung

Raja

5. Bpk. Nasir usia 60, sebagai sax alto dari Desa Sribambang

6. Bpk. Zaini usia 60, sebagai sax tenor Desa Pamulutan

7. Bpk. Soleh usia 39, sebagai pemain bas Desa Tanjung Raja

8. Mang Net usia 50, sebagai pemain trombone dari Desa Pajar Bulan

(57)

9. Bpk. Ruslan usia 40, sebagai pemain snare drum dari Desa Tanjung

Raja

10.Bpk. Darwin Hayat usia 40, sebagai pemain terompet dari Kota

Palembang

Sebelum tampil alat-alat tanjidur akan diperiksa kelengkapannya terlebih

dahulu oleh para pemain dan melakukan sedikit pemanasan. Berikut merupakan

Gambar

Gambar 1.1 : Rumah Panggung Desa Muara Meranjat (Dokumentasi : Ghafiqa, Maret 2016)
Gambar 1. 2 : Terompet
Gambar 1.5 : Trombone
Gambar 1.6 : Bass
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dalam PP Nomor 60 Tahun 2008, pada pasal 2 dinyatakan bahwa untuk mencapai pengelolaan keuangan negara yang efektif, efisien, transparan, dan akuntabel, menteri/pimpinan

Bagi umat Islam, 'Isa yang disebut 24 kali dalam al-Qur'an 20 yang penyebutannya sering menggunakan kata Ibnu Maryam, adalah tidak lebih sebagai manusia biasa yang lahir

Dalam konteks pembahasan tentang pengendalian proses statistikal, terminologi kualitas didefinisikan sebagai konsistensi peningkatan atau perbaikan dan penurunan variasi

Durian umumnya memiliki lima ruang (juring=pangsa) dan setiap ruang terdapat beberapa biji yang dibungkus daging buah (pulp) berwarna putih-kuning dengan aneka sensasi rasa

Kanker payudara merupakan salah satu penyebab kematian pada wanita saat ini.Faktor prognosis yang berhubungan dengan biologis kanker payudara adalah subtipe

menyebarkan syiar islam. Menurut Marwan yang disebut kesenian islam itu atau kesenian yang mengandung semangat/jiwa keagamaan itu adalah bahwa disamping menjadi

Hasil pengamatan uji toksisitas ekstrak tubuh buah (tudung dan batang) dan miselia jamur shiitake yang diperoleh, dianalisis dengan analisis probit menggunakan... program SPSS

Meskipun sepertiga dari sampel bibit tanaman yang diamati mengalami kematian karena ditanam pada area yang ternaungi, sisanya menunjukkan pertambahan tinggi, diameter, dan lebar