DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN………i
ABSTRAK………ii
KATA PENGANTAR………..iv
UCAPAN TERIMA KASIH……….v
DAFTAR ISI……….ix
DAFTAR LAMPIRAN………xv
DAFTAR TABEL ………...xvi
DAFTAR GAMBAR………..xvii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian……….…1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian……….10
1.3 Tujuan penelitian………10
1.4 Manfaat Penelitian………..11
1.5 Definisi Operasio………12
1.6 Kerangka Berpikir………...19
BAB II LANDASAN TEORETIS 2.1 Pembelajaran Keterampilan Menulis………..23
2.1.1 Pendekatan Proses dalam Pembelajaran Menulis…………...23
2.1.2 Perbandingan Pendekatan Menulis yang berorientasi pada Produk dan Proses ………..27
2.2 Keterampilan Menulis Karangan Narasi……….30
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.2.2 Unsur-unsur Narasi……….32
2.2.3 Pengembangan Karangan Narasi……….47
2.2.3.1 Penyusunan Detail-detail dalam Urutan Sequence)……….48
2.2.3.2 Penggunaan Deskripsi Eksposisi dan Dialog………...49
2.2.4 Mengevaluasi Karangan Narasi………51
2.2.5 Peran Guru dalam Pembelajaran Menulis……...56
2.2.6 Prinsip-prinsip untuk Merancang Pembelajaran Menulis…58 2.2.6.1 Proses dan Produk yang Seimbang………..58
2.2.6.2 Menghubungkan, Membaca dan Menulis………58
2.2.6.3 Memberikan Sebanyak Mungkin Tulisan Asli………59
2.3 Metode Kooperatif dalam Pembelajaran Menulis…………59
2.3.1 Teori yang Mendasari pembelajaran Kooperatif…………..62
2.3.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif……….67
2.3.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif……….73
2.3.4 Prosedur Pembelajaran Kooperatif……...75
2.4 Teori Kecerdasan dan Pembelajaran Menulis………..76
2.4.1 Teori Kecerdasan Manusia………...76
2.4.2 Implementasi Teori Kecerdasan dalam Pembelajaran Menulis di SMA ………...79
2.4.3 Pembelajaran Menulis Berorientasi Kecerdasan Spiritual...83
2.4.3.1 Pengertian Kecerdasan Spiritual ……….84
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2.4.3.3 Dasar-dasar Falsafah Pendidikan Berorientasi Kecerdasan
Spiritual……….96
2.4.3.4 Implementasi Kecerdasan Spiritual dalam Pembelajaran Menulis……….98
2.4.4 Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual (PKBKS) ………104
BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Desain Penelitia……….117
3.2 Prosedur Penelitian………120
3.2.1 Tahap Pra Penelitian………..121
3.2.2 Tahap Penyusunan Rancangan M………..125
3.2.3 Tahap Uji Coba Rancangan Model………127
3.2.4 Tahap Perbaikan Rancangan model………...134
3.2.5 Tahap Penelitian Eksperimen Kuasi………..135
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian………136
3.4 Subjek Penelitian………...137
3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data………139
3.6 Analisis Data……….144
3.7 Validasi Instrumen Penelitia………..146
3.8 Paradigma Penelitian………..147
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.1.1 Pembelajaran Menulis yang dilakukan Guru ………149
4.1.1.1 Perencanaan Pembelajaran Menulis ………...150
4.1.1.2 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis ………...150
4.1.1.3 Evaluasi dan Tidak Lanjut Pembelajaran Menulis ………..151
4.1.2 Motivasi Menulis Siswa………...152
4.2 Pengembangan Model Pembelajaran Menulis Berorientasi Kecerdasan Spiritual ………..153
4.2.1 Rancangan Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritua………154
4.2.2 Langkah-langkah Pengembangan Model………...157
4.2.2.1 Tahap Pengembangan Perencanaan Pembelajaran ………158
4.2.2.2 Tahap Pelaksanaan Pembelajaran………...161
4.2.2.3 Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut………162
4.2.3 Model Awal Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual………..163
4.2.3.1 Tujuan pembelajaran………..163
4.2.3.2 Deskripsi Materi……….164
4.2.3.3 Prinsip, Latar, dan Prosedur Pembelajaran……….165
4.2.3.4 Metode Pembelajaran……….169
4.2.3.5 Evaluasi ……….169
4.3 Analisis Hasil Uji Coba……….170
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
4.3.1.1 Kemampuan Menulis Karangan Narasi Kelas Kontrol…..173
4.3.1.2 Kemampuan Menulis Karangan Narasi Kelas Eksperimen………..182
4.3.1.3 Perbandingan Kemampuan Menulis Karangan Narasi pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol………..262
4.3.2 Analisis Hasil Angket Motivasi Menulis………...262
4.3.3 Analisis Hasil Wawancara………277
4.3.4 Analisis Proses Pembelajaran………281
4.4 Perbaikan Rancangan Model Pembelajaran………288
4.5 Deskripsi dan Analisis Implementasi Model……….296
4.5.1 Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator Pembelajaran Menulis ………..299
4.5.2 Materi Pembelajaran Menulis ………...300
4.5.3 Prosedur Pembelajaran Menulis ………...300
4.5.4 Motivasi Menulis ………..303
4.5.5 Kesadaran Spiritual ………...306
4.6 Implementasi Model dan Pencapaian Hasilnya……….311
BAB V TEMUAN HASIL PENELITIAN 5.1 Dinamika Proses Pembelajaran……...………...319
5.2 Kontribusi Model terhadap Peningkatan Kemampuan Menulis………..322
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
5.4 Efektivitas Model PKBKS……….333
5.4.1 Efektivitas Model terhadap Motivasi Menulis Siswa…………333
5.4.2 Efektivitas Model bagi Penerapan KTSP………..335
5.4.3 Efektivitas Model bagi Pembinaan Karakter Siswa…………..340
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan ………...348
6.2 Saran…...351
DAFTAR PUSTAKA………..350
LAMPIRAN-LAMPIRAN ……….355
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 355
Lampiran 2 : Angket Penelitian Awal (Pendahuluan) 367
Lampiran 3 : Pedoman Wawancara Proses Pembelajaran
Menulis...369
Lampiran 4 : Pedoman Wawancara Penilaian Guru dan Siswa terhadap
Model... 370
Lampiran 5 : Pedoman Observasi Proses Pembelajaran Menulis...371
Lampiran 6 : Pedoman Observasi Penerapan Prinsip-prinsip
Spiritual...373
Lampiran 7 : Angket Motivasi Siswa dalam
Menulis...374
Lampiran 8 : Daftar Nilai Menulis Kelas
Eksperimen...376
Lampiran 9 : Karangan
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Lampiran 10 : Model
Karangan...405
Lampiran 11 : Gambar Kegiatan Belajar Siswa... 421
DAFTAR TABEL
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.4 Prosentase peningkatan kemampuan Menulis Kelompok
Kontrol ………..181
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Tahap 1………….259
Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Tahap 2………….259
Tabel 4.7 Statistik Deskriptif Kelompok Eksperimen Tahap 3………….260
Tabel 4.8 Prosentasi Peningkatan Kemampuan Menulis Kelompok Eksperimen Tiap Tahap……….260
Tabel 4.9 Siswa Senang Menulis………...262
Tabel 4.10 Menyediakan Waktu Khusus menulis………263
Tabel 4.11 Siswa akan selalu Membaca Buku………264
Tabel 4.12 Siswa Selalu Berlatih Menulis………...264
Tabel 4.13 Kesadaran Siswa untuk selalu Membawa Buku………265
Tabel 4.14 Kesadaran Bahwa menulis itu Penting………..266
Tabel 4.15 Semangat Siswa dalam Menulis dan Aktivitas Bermakna …...266
Tabel 4.16 Menulis sebagai Bagian dari Pengabdian………..267
Tabel 4.17 Kesadaran Siswa bahwa segala sesuatu Memiliki Keterkaitan termasuk Menulis………...268
Tabel 4.18 Menulis pengalaman sebagai Wujud Kasih Sayang terhadap Sesama...268
Tabel 4.19 Penulis sebagai Ekspresi Orisinal Penulisnya………269
Tabel 4.20 Menulis sebagai Bentuk Tanggung Jawab atas Anugerah Allah………..270
Tabel 4.21 Mengatasi Kemalasan Menulis………..270
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 4.23 Keinginan Siswa menjadi Penulis Terkenal………...272
Tabel 4.24 Kesiapan Siswa Mengatasi Hambatan Menulis……….272
Tabel 4.25 Keinginan Siswa Mengikuti Lomba Menulis………273
Tabel 4.26 Keinginan Siswa Mengikuti Kegiatan Ilmiah………....274
Tabel 4.27 Keinginan Siswa Menulis di Mading………...274
Tabel 4.28 Menulis sebagai Sarana Mengabadikan Hidup………..275
Tabel 4.29 Tahap-tahap Pembelajaran Pertemuan 1………290
Tabel 4.30 Tahap-tahap Pembelajaran pertemuan 2………291
Tabel 4.31 Tahap-tahap Pembelajaran pertemuan 2………292
Tabel 4.32 Prosedur Pembelajaran Pertemuan 1 ……….300
Tabel 4.33 Prosedur Pembelajaran Pertemuan 2………..301
Tabel 4.34 Prosedur Pembelajaran Pertemuan 3………..302
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir...22
Gambar 3.1 Desain Uji Coba Model...119
Gambar 3.2 Bagan Paradigma Penelitan...148
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 4.2 Grafik Peningkatan Kemampuan Menulis Tiap Tahap...261
Gambar 4.3 Kegiatan Siswa saat Diskusi Kelompok...282
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Kemampuan menulis sangat penting dalam dunia pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kegiatan menulis merupakan sarana untuk
menemukan sesuatu. Kita perlu merangsang otak, mendorong siswa untuk banyak
membaca, melatih berpikir kreatif dan sistematis, serta objektif dalam
memecahkan masalah. Oleh karena itu, kegiatan menulis perlu ditanamkan
dengan baik dan terencana kepada siswa.
Kemampuan membaca dan menulis bukan sekedar lancar membaca dan
bisa menulis apa yang diperoleh dari gurunya. Melalui pembelajaran membaca
diharapkan siswa mampu membaca berbagai aktivitas yang dilakukan sesuai
dengan keadaan masing-masing. Demikian juga dengan menulis. Melalui
pembelajaran menulis, siswa mampu mengembangkan apa yang diperolehnya
melalui pikiran yang teratur, sistematis dan terarah atau mampu mengeluarkan
pendapat dan pikiran lewat tulisan.
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam Kurikulum 2006
meliputi empat keterampilan, yaitu membaca, menyimak, berbicara, dan menulis.
Keempat aspek itu, pola pembelajarannya harus secara terpadu. Artinya, ketika
guru menyajikan materi sastra, penerapannya kepada siswa harus melalui empat
aspek itu. Keempat aspek keterampilan berbahasa itu merupakan satu kesatuan
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menulis tanpa membaca atau terampil berbicara tanpa membaca dan menyimak.
Dengan demikian, keterampilan berbahasa yang satu menunjang keterampilan
berbahasa lainnya. Pola pembelajaran bahasa yang sifatnya teoretis harus diubah
menjadi keterampilan berbahasa.
Tuntutan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di tingkat dasar
maupun menengah adalah siswa memiliki kemampuan dan keterampilan
menggunakan bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan. Dalam praktiknya, ada
hal yang kurang diperhatikan oleh guru, yaitu pembelajaran menulis yang
bermakna dan menyenangkan. (Hasnum, 2005:45)
Hal ini selaras dengan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dalam pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran yang efektif agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan negara. Berdasarkan undang-undang tersebut, semestinya
pendidikan kita memperhatikan kekuatan spiritual keagamaan agar pembelajaran
menjadi bermakna dan mampu membina kepribadian siswa.
Hal yang perlu kita rumuskan adalah bagaimana mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran yang efektif agar peserta didik secara aktif
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Demikian juga halnya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP), pembelajaran hendaknya dilaksanakan berdasarkan prinsip bahwa
potensi, perkembangan, dan kondisi peserta didik diarahkan untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik
harus mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh
kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan
menyenangkan.
Dalam GBPP Bahasa dan Sastra Indonesia, materi pembelajaran menulis
di SMA mulai kelas X sampai kelas XII lebih kurang berjumlah 42 materi.
Mencermati materi menulis yang ada dalam GBPP SMA dan pola pembelajaran
guru, ada hal-hal yang perlu diperbaiki. Dalam proses pembelajaran Bahasa
Indonesia, guru hanya memenuhi tuntutan kurikulum, belum menyentuh isi
kurikulum secara hakiki. (Hasnum, 2005). Artinya, guru bukan sekedar
memperkenalkan materi menulis, tetapi bagaimana materi menulis dapat
dipahami, dihayati, diterapkan, dan dipraktikkan dengan bermakna dan
menyenangkan sehingga potensi peserta didik dapat berkembang maksimal.
Menulis bagi seseorang bukanlah hasil warisan. Kemampuan menulis diperoleh
melalui proses belajar, latihan, usaha, dan kerja keras seseorang. Untuk itu,
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dari hasil studi pendahuluan, menunjukkan bahwa siswa masih
mengeluhkan kegiatan menulis membosankan dan tidak menyenangkan. Mereka
mengatakan bahwa menulis itu sulit. Mereka merasa kesulitan dalam menemukan
ide tulisan. Kalaupun ide sudah ada, bagaimana mulai menuliskannya, kalimat apa
dulu yang harus ditulis, dan menyusun kalimatnya seperti apa. Itulah
keluhan-keluhan yang banyak disampaikan siswa ketika mereka mau menulis.
Minimnya jumlah penulis muda menunjukkan bahwa setelah tamat SMA,
siswa belum banyak yang mau dan mampu menulis sesuai ukuran mereka. Ini
adalah sebuah indikasi bahwa pembelajaran menulis belum menyentuh kebutuhan
pendidikan dan kebutuhan siswa itu sendiri. (Hasnum, 2005)
Menurut Alwasilah (2007), pembelajaran menulis selama ini dipersulit
oleh pembelajar atau gurunya sendiri. Menurut beliau, belajar menulis harus
santai. Siswa tidak boleh merasa takut, capai, stress, apalagi frustrasi. Menulis
sebaiknya dimulai dengan menyapa “afektif” untuk kemudian ke “psikomotorik”,
baru lalu menyapa “kognitif”. Kesalahan pendidikan selama ini adalah
keberpihakan sistem kepada “kognitif”, sehingga sedikit sekali pembelajar yang
gemar menulis.
Menghadapi kenyataan tersebut, kita tidak cukup hanya memaparkan
kelemahan, mengeluhkan kekurangan, tetapi bagaimana mencari penyelesaian
masalah tersebut. Bagaimana agar para pembelajar kita gemar menulis?
Pembelajaran menulis yang bagaimanakah yang mampu membangkitkan
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
menulis yang bermakna yang mampu menggugah semangat dan motivasi siswa
untuk menulis. Spirit siswa perlu dibangkitkan.
Penelitian-penelitian tentang menulis yang ada selama ini baru berkisar
pada pengembangan model, penerapan teknik tertentu dalam menulis,
aspek-aspek menulis, analsis kesalahan berbahasa siswa dalam menulis, atau
pendeskripsian kemampuan menulis siswa. Siddik (2005) misalnya,
mengembangkan Model Pembelajaran Menulis Deskripsi untuk Siswa Kelas IV
SD, Fuad (1990) meneliti Aspek Logika dan Aspek Linguistik dalam Keterampilan
Menulis, Sapani (1986) meneliti Analisis Kesalahan Bahasa dalam Karangan
Siswa Kelas II SMA, Suriamihardja (1987) meneliti Kemampuan dan
Keterampilan Menulis Mahasiswa IKIP Bandung. Penelitian menulis yang
berupaya menumbuhkan motivasi menulis dari dalam diri pembelajar belum
pernah dilakukan. Penelitian ini berupaya untuk dapat menghasilkan sebuah
produk model pengembangan menulis yang mengelola kecerdasan spiritual dalam
pembelajaran menulis. Melalui model ini diharapkan motivasi menulis dari dalam
diri siswa dapat berkembang maksimal.
Kecerdasan spiritual merupakan potensi kemanusiaan yang tertinggi.
Menurut Capra (1998), umat manusia sedang memasuki masa transisi global besar
yang menuntut pemberdayaan potensi kemanusiaan yang lebih besar lagi. Tanpa
pemberdayaan potensi kemanusiaan secara maksimal dikhawatirkan akan terjadi
krisis global yang serius. Capra (1998 dalam Tafsir, 2006) secara rinci
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
yang segi-seginya menyentuh setiap aspek kehidupan, kesehatan, mata
pencaharian, kualitas lingkungan hidup, hubungan sosial ekonomi, dan politik.
Krisis ini merupakan krisis dalam dimensi-dimensi intelektual, moral, dan
spiritual. Suatu krisis yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia.
Bahaya yang mengancam kehidupan ras manusia dan ketidakmampuan kaum
intelektual mencari jalan keluar mengatasinya. Untuk itu, diperlukan nilai-nilai
yang mampu memberdayakan potensi kacakapan hidup manusia yang
setinggi-tingginya.
Menurut Tafsir (2006), pendidikan harus selaras dengan hakikat manusia.
Hakikat manusia menurut Alquran sebagaimana penjelasan As-Shaibani dan
Quthb dalam Tafsir (2006:18) bahwa manusia itu memiliki tiga potensi yang
sangat esensial yaitu jasmani, akal, dan ruhani. Ruhani adalah bagian yang inti
yang mewarnai kualitas akal dan jasmaninya. Jika ruhani manusia baik, tidak
tercemar, maka akal dan jasmani manusia itu pun akan baik. Di sinilah unsur
spiritual itu menjadi sangat penting.
Sementara itu, jarang sekali guru atau dosen menjadikan unsur spiritual
yang salah satu aspeknya adalah kecakapan personal siswa seperti tanggung
jawab, kerjasama dengan teman, kepedulian terhadap lingkungan, integritas,
kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan,
dan penguasaan diri dijadikan sebagai bagian dari prestasi siswa. Padahal konsep
kecerdasan otak (intelegensi), seperti NEM (Nilai Ebtanas Murni) dan IPK
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dan spiritual
jauh lebih berperan bagi keberhasilan seseorang. Pendidikan yang mengabaikan
aspek-aspek mental dan spiritual peserta didik, maka hanya akan melahirkan
generasi muda yang bermental rendah. Inilah salah satu penyebab mengapa
Indonesia subur dengan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) yang membawa
bangsa ini pada krisis moral, politik, dan ekonomi yang dahsyat pada akhir abad
ke -20 dan awal abad ke-21 ini. (Agustian, 2001: xli)
Kondisi demikian menuntut penanaman nilai-nilai spiritual melalui
pendidikan dan pembelajaran. Dengan penanaman nilai-nilai spiritual, potensi
kemanusiaan yang tertinggi dapat diberdayakan. Mereka akan hidup sebagai
layaknya manusia, aktif, kreatif, sadar lingkungan, sadar situasi, sadar akan diri
sendiri, sadar nilai dan tujuan yang berkulminasi dalam tindakannya yang
bertanggung jawab. Sebagai manusia ia sadar akan dimensi
pertanggungjawabannya yang sekaligus menyiratkan dimensi komunikasinya,
baik yang horizontal, yang vertikal, maupun yang mendalam.
Dengan kecerdasan spiritual, menjadikan kita sadar bahwa kita memiliki
masalah eksistensial dan membuat kita mampu mengatasinya, atau
setidak-tidaknya mampu berdamai dengan masalah tersebut. Kecerdasan spiritual atau
Spiritual Quostion (SQ) juga memberi kita suatu rasa yang dalam menyangkut
perjuangan hidup. SQ membantu kita menjalani hidup pada tingkatan makna yang
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Agar potensi spiritual siswa dapat diberdayakan, diperlukan suatu proses
pembelajaran yang mampu membuka kesadaran spiritualitas siswa. Pembelajaran
bahasa yang bermuatan nilai-nilai spiritual diharapkan mampu membuka
kesadaran siswa akan pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan ini.
Pengembangan konsep pribadi atau konsep diri dan perasaan-perasaan
mengenai harga diri dapat ditumbuhkan melalui proses pembelajaran yang
berkelanjutan. Pembelajar dapat menemukan berbagai kemampuan yang mereka
miliki, mereka juga menyadari bahwa memperoleh beberapa keterampilan
memerlukan waktu lama. Beberapa buku yang baik dan menarik hati pembelajar
justru didasarkan pada tema-tema penanggulangan masalah dan pengembangan
kematangan yang utuh.
Tema-tema penanggulangan masalah dan pengembangan kematangan
pribadi dapat dikomunikasikan dalam kegiatan menulis. Agar siswa mampu
menyampaikan gagasan tersebut kepada pembaca secara tepat dituntut berbagai
kemampuan diri peserta didik setelah diberikan pengetahuan, baik di dalam
maupun di luar kelas. Kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan adalah
kemampuan menguasai diri untuk berkomitmen terhadap kegiatan menulis, tekun,
sungguh-sungguh, tidak mudah berputus asa, mampu bekerja sama, dan terus
meningkatkan kualitas diri dalam menulis.
Untuk mencapai kompetensi tersebut, diperlukan pembelajaran yang
bermakna. Guru sebagai pelaksana pendidikan dan pengajaran di sekolah, harus
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didik. Oleh karena itu,
pemilihan materi ajar yang akan dilaksanakan di kelas harus berada pada konteks
peserta didik dengan memperhatikan aspek emosional dan spiritual siswa.
Model pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual
merupakan model pembelajaran yang berorientasi pada pemberdayaan siswa
dalam berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok yang dilandasi dengan
nilai-nilai spiritual yang juga menyangkut aspek internal dan eksternal siswa.
Aspek internal berhubungan dengan emosi, motivasi, tata nilai dan ketahanan diri
siswa, sedangkan aspek eksternal berhubungan dengan lingkungan sosial, budaya,
dan geografis tempat peserta didik berada. Guru dapat menghadirkan suasana
nyata ke dalam kelas. Guru juga dapat mendorong peserta didik untuk membuat
hubungan antara pengetahuan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian diharapkan pembelajaran menulis akan lebih bermakna,
menyenangkan, dan sesuai dengan kebutuhan siswa.
Dengan model pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual,
siswa memiliki tiga tanggung jawab, yaitu tanggung jawab terhadap dirinya
sendiri, tanggung jawab membantu sesama anggota kelompok, dan tanggung
jawab terhadap Tuhan. Siswa belajar bersama dalam satu kelompok dan mereka
harus menunjukkan kemampuan diri dan kelompoknya.
Melalui pembelajaran kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual,
kecenderungan sikap individualistis, sikap tertutup terhadap teman, kurang
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
tertentu, ingin menang sendiri, dan sebagainya dapat terkikis. Sikap demikian jika
dibiarkan akan membentuk warga negara yang egois, inklusif, introvert, kurang
bergaul dengan masyarakat, acuh tak acuh dengan tetangga dan lingkungan,
kurang menghargai orang lain, serta tidak mau menerima kelebihan dan
kelemahan orang lain. Gejala seperti ini sudah terlihat pada masyarakat kita.
Dengan demikian, melalui model pembelajaran Kooperatif berorientasi
kecerdasan spiritual diharapkan akan lahir generasi yang kreatif, inovatif,
kooperatif, dan religius sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan pengembangan
model pembelajaran menulis yang bermakna dan mampu menumbuhkan motivasi,
kreativitas, dan kerjasama yang baik sehingga setiap pembelajar mampu
menghasilkan karya tulis terbaik. Model ini perlu diujicobakan keefektifannya
melalui sebuah penelitian. Ada pun judul penelitian ini adalah “Peningkatan
Kemampuan Menulis Karangan Narasi melalui Model Pembelajaran Kooperatif
Berorientasi Kecerdasan Spiritual”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, fokus penelitian adalah
peningkatan kemampuan menulis karangan narasi melalui Model Pembelajaran
kooperatif berorientasi kecerdasan spiritual (PKBKS). Untuk itu, permasalahan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana model PKBKS diterapkan dalam pembelajaran menulis di
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2. Bagaimana model ini berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan
menulis siswa?
3. Bagaimana kemampuan siswa dalam mengekspresikan nilai-nilai spiritual
melalui karangan narasi yang ditulisnya setelah diterapkan model PKBKS?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan konsep model pembelajaran
menulis yang mampu meningkatkan kreativitas, kerjasama yang baik, dan
motivasi menulis dari dalam diri siswa. Model ini diharapkan mampu
meningkatkan kemampuan menulis dan meningkatkan gairah siswa dalam
menulis karena anak merasa apa yang dipelajarinya bermakna bagi
kehidupannya. Konsep ini bersifat menyeluruh karena berkenaan dengan dasar
filosofis, tujuan pembelajaran menulis, peran guru, prosedur pembelajaran, dan
evaluasi keberhasilannya.
Secara empiris, tujuan penelitian ini akan dicapai melalui penelaahan dan
penerapan konsep yang telah didesain dan akan diujicobakan. Oleh karena itu,
tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalsis data yang
berkenaan dengan hal-hal berikut.
1. Proses penerapan model PKBKS dalam mengembangkan kemampuan
menulis.
2. Kontribusi model terhadap peningkatan kemampuan menulis siswa.
3. Kemampuan siswa dalam mengekspresikan nilai-nilai spiritual melalui
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat dalam
pengembangan teori maupun praktik pendidikan umumnya dan pembelajaran
bahasa Indonesia khususnya menulis.
1.4.1 Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya keilmuan bidang
pendidikan dan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis
di SMA. Proses pembelajaran menulis tentu saja cukup kompleks meliputi
pendekatan, metode, materi atau bahan ajar, teknik, strategi, prosedur, model, dan
penilaian.
1.4.2 Praktis
Hasil akhir penelitian ini adalah ditemukannya suatu model pembelajaran
yang mampu meningkatkan semangat siswa dalam menulis sehingga kemampuan
menulis siswa pun menjadi lebih baik. Hasil ini diharapkan dapat memperkaya
khazanah pendekatan pembelajaran yang sudah ada dan dapat digunakan dalam
proses pendidikan dan pembelajaran menulis. Pembelajaran menulis yang
berorientasi kecerdasan spiritual ini, diharapkan mampu menjawab sebagian
persoalan krisis multidimensi yang dihadapi bangsa saat ini. Dengan
ditemukannya langkah-langkah pembelajaran menulis yang berupaya mengelola
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
bahasa memiliki makna yang dalam bagi peserta didik. Peserta didik memiliki
kecerdasan spiritual yang baik, memiliki pemahaman yang baik tentang makna
hidup dan akan menjadi generasi penerus yang handal dan dapat dibanggakan.
1.5 Definisi Operasional
1) Menulis Karangan Narasi
Pengertian menulis menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah
melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat)
dengan tulisan: ~ roman (cerita), mengarang cerita; ~ surat membuat
surat; berkirim surat. Tarigan (2000) mengartikan menulis sebagai suatu
keterampilan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata
secara produktif dan ekspresif dalam berkomunikasi secara tidak langsung.
Adapun Suparno (2008) mendefinisikan menulis sebagai kegiatan
penyampaian pesan (komunikasi) dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai alat atau medianya.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan kemampuan seseorang dalam mengekspresikan pikiran,
perasaan, dan gagasan melalui bahasa tulis dengan tepat.
Adapun karangan narasi menurut Keraf (2001) adalah cerita yang
dipaparkan berdasarkan plot atau alur. Narasi dapat berisi fakta atau fiksi.
Narasi yang berisi fakta disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
biografi, autobiografi, atau kisah pengalaman. Sedangkan contoh narasi
sugestif adalah novel, cerpen, cerbung, ataupun cergam.
Dalam penelitian ini, tulisan yang dihasilkan siswa adalah berupa
kisah pengalaman pribadi. Oleh karena itu, narasi yang dimaksudkan
adalah narasi ekspositoris yang tentunya bersifat faktual.
Tujuan menulis narasi secara fundamental ada dua, yaitu (1) hendak
memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan
pembaca, dan (2) memberikan pengalaman estetis kepada pembaca
sehingga pembaca memperoleh makna atas tulisan yang disusun
pengarang.
Dari kedua tujuan menulis narasi di atas, dalam penelitian ini lebih
menekankan pada tujuan yang yang kedua, yaitu memberikan pengalaman
estetis kepada pembaca sehingga pembaca memperoleh makna atas tulisan
yang disusun pengarang. Namun, tidak menutup kemungkinan untuk
memberikan wawasan dan pengetahuan sebagaimana tujuan yang pertama.
Pengalaman estetis yang dimaksud pada penelitian ini adalah pengalaman
yang diangkat dari kehidupan nyata yang ditulis dengan menggunakan
bahasa yang menggugah sehingga pembaca memperoleh hikmah dan
makna dari tulisan itu. Dengan demikian jenis tulisan yang dihasilkan
siswa adalah narasi yang bersifat faktual.
Dengan demikian, kemampuan menulis karangan narasi dalam
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
cerita berdasarkan pengalaman hidupnya dengan menggunakan bahasa
tulis yang baik dan alur cerita yang menarik.
2) Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang
menggambarkan kegiatan dari awal sampai akhir yang disajikan secara
khas oleh guru. Dalam model pembelajaran terdapat strategi pencapaian
kompetensi peserta didik dengan pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran tertentu.
Ciri model pembelajaran yang baik adalah adanya keterlibatan
intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan mengalami,
menganalisis, berbuat, dan pembentukan sikap; adanya keikutsertaan
peserta didik secara aktif dan kreatif selama pelaksanaan model
pembelajaran; guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator,
dan motivator kegiatan belajar peserta didik; serta penggunaan berbagai
metode, alat dan media pembelajaran (Joyce dan Weil, 2009).
Adapun cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam
mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif terjadi pencapaian
tujuan secara bersama-sama yang sifatnya merata dan menguntungkan
setiap anggota kelompoknya. Pengertian pembelajaran kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam proses pembelajaran yang
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin (2005) menyatakan
bahwa Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang
melibatkan pebelajar aktif belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 (empat)
sampai 6 (enam) orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen.
Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung
pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual
maupun secara kelompok.
Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang berupaya menciptakan kondisi belajar yang
menekankan sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan belajar atau
membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari empat orang atau lebih, keberhasilan kerja
sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri.
3) Kecerdasan Spiritual
Menurut Danah Zohar dan Ian Marshall (2001), Spiritual Quetient
(SQ) mempunyai beberapa arti yaitu :
Suatu keperluan penting yang dimiliki oleh para hamba Tuhan untuk
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kemampuan untuk menghidupkan kebenaran yang paling dalam yaitu
mewujudkan hal yang terbaik, utuh dan paling manusiawi dari dalam
batin
Merupakan gagasan, energi, nilai, visi, dorongan dan arah panggilan
hidup bersama cinta
SQ adalah pencarian manusia akan makna hidup dan merupakan
motivasi utama dalam hidupnya. Kearifan spiritual adalah sikap hidup
arif dan bijak secara spiritual yang cenderung mengisi lembaran hidup
kita menjadi lebih bermakna dan bijak, bisa menyikapi segala sesuatu
secara lebih jernih dan benar sesuai hati nuraninya, itulah kecerdasan
spiritual (Viktor Frank-Psikolog dalam Zohar, 2001)
SQ akan membimbing manusia dalam merencanakan sesuatu yang
menjadi tujuan hidupnya, yaitu hidup yang penuh kedamaian secara
spiritual. Mendidik hati menjadi benar.
Zohar dan Marshal (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual
sebagai kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna
dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam
konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa
tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dari pada yang lain.
Zamroni (2011) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai
kemampuan akal budi manusia berdasarkan kepekaan hati bahwa
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dan alam sekitar yang didasari oleh kekuatan iman kepada Allah. Senada
dengan pendapat di atas, Tobroni (2010) mendefinisikan kecerdasan
spiritual sebagai kemampuan manusia untuk senantiasa bermuara kepada
kehakikian, keabadian, dan ruh. Spiritualitas merupakan inti (core) dari
kemanusiaan itu sendiri. Dorongan spiritual senantiasa membuat
kemungkinan membawa dimensi material manusia kepada dimensi
spiritualnya (ruh, keilahian). Caranya adalah dengan memahami dan
menginternalisasi sifat-sifat-Nya dan meneladani rosul-Nya. Tujuannya
adalah memperoleh ridlo-Nya, menjadi “sahabat” Allah, “kekasih” Allah.
Inilah manusia yang suci, yang keberadaannya membawa kegembiraan
bagi manusia-manusia lainnya (Tobroni, 2010). Begitu pun dengan
Agustian dalam Dakir ( 2011), menurutnya kecerdasan spiritual adalah
kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku,
tindakan, dan kegiatan melalui langkah-langkah dan pemikiran yang
bersifat fitrah, menuju manusia seutuhnya, manusia yang cenderung pada
kebenaran (hanif) dan memiliki pola pikiran tauhid (integralistik), serta
berprinsip hanya karena Allah (Agustian, 2008, Dakir, 2011: 73).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa definisi
kecerdasan spiritual adalah kemampuan potensial setiap manusia yang
menjadikan ia senantiasa dapat menyadari dan menentukan makna, nilai,
moral, serta cinta kepada Allah Swt. dan sesama makhluk hidup karena
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
perilakunya, sehingga membuat manusia dapat menempatkan diri dan
hidup lebih positif dengan penuh keikhlasan, kebijaksanaan, kedamaian,
dan kebahagiaan yang hakiki.
4) Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
Dari beberapa pengertian di atas, model pembelajaran kooperatif
berorientasi kecerdasan spiritual (PKBKS) diartikan sebagai sebuah model
pembelajaran yang berupaya menciptakan kondisi belajar yang
menekankan sikap atau perilaku bersama dalam bekerja dan belajar atau
membantu di antara sesama dalam sruktur kerja sama yang teratur dalam
kelompok dengan menerapkan prinsip-prinsip spiritual sebagai asas
pembelajaran. Prinsip-prinsip spiritual yang diterapkan adalah kerja tim
(teamwork), kepedulian terhadap mutu (quality), perancangan ulang proses
kerja (work process redesign), kepedulian pada lingkungan
(environmentalism), penghargaan pada keragaman (diversity), dan
pemberdayaan manusia (empowerment) (Hendrawan, 2009). Melalui
penerapan prinsip-prinsip ini diharapkan proses pembelajaran mampu
membawa dimensi keduniawian kepada dimensi spiritual (keilahian)
sehingga mampu mengilhami, mencerahkan, membersihkan hati nurani,
dan menenangkan jiwa pembelajar. Menurut Agustian (2008), pengasahan
kecerdasan spiritual yang baik akan memberikan landasan kuat bagi
terbangun ketangguhan pribadi manusia. Inilah yang diharapkan dari
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1.6 Kerangka Berpikir
Pendidikan dirancang untuk manusia. Oleh karena itu, rancangan
pendidikan harus selaras dengan hakikat manusia. Hakikat manusia menurut
Alquran sebagaimana penjelasan As-Shaibani dan Quthb dalam Tafsir (2006:18)
bahwa manusia itu memiliki tiga potensi yang sangat esensial yaitu jasmani, akal,
dan ruhani. Ruhani adalah bagian yang inti yang mewarnai kualitas akal dan
jasmaninya. Jika ruhani manusia baik, tidak tercemar, maka akal dan jasmani
manusia itu pun akan baik. Di sinilah unsur spiritual itu menjadi sangat penting
karena menurut Thobroni (2010:5) spiritualitas dalam diri manusia itu merupakan
inti (core) kemanusiaan itu sendiri yang bermuara kepada keabadian dan ruh.
Pembelajaran hendaknya mampu memanusiakan manusia. Oleh karena itu,
ruhani sebagai inti manusia harus mampu dibina melalui pembelajaran termasuk
pembelajaran bahasa.
Keterampilan menulis sebagai bagian dari pembelajaran berbahasa
merupakan aktivitas yang mampu mengikat makna (Hernowo, 2009). Melalui
aktivitas menulis karangan narasi mengenai pengalaman hidup diharapkan siswa
mampu menggali makna hidup. Siswa akan mampu memahami berbagai peristiwa
dan berbagi pengalaman melalui kegiatan menulis karangan narasi. Dengan
demikian, siswa diarahkan untuk mencapai hidup bermakna yang didasari dengan
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Kecerdasan intelektual belum cukup membekali manusia dalam
kehidupannya. Dalam kehidupan manusia, sesuai dengan hakikat manusia itu
sendiri, membutuhkan kecerdasan emosional dan spiritual. Kecerdasan intelektual
hanyalah mampu menganalisis hubungan logis antarperistiwa atau suatu
permasalahan. Tetapi, bagaimana menyelesaikan permasalahan itu, diperlukan
kreativitas yang tinggi, kemampuan bersosialisasi, serta kebijaksanaan. Semua itu
tidak dapat dilakukan oleh kecerdasan intelektual. Hal itu hanya dapat dilakukan
oleh kecerdasan emosional dan spiritual. Oleh karena itu, dalam kehidupan
manusia sangat membutuhkan kecerdasan emosional dan spiritual.
Melalui aktivitas menulis pengalaman pribadi, siswa dituntut untuk dapat
memahami suatu peristiwa yang telah dialaminya. Siswa berupaya untuk
menggali dan memperoleh makna yang dalam dari pengalaman hidupnya
sehingga menjadi pelajaran yang berharga. Siswa juga lalu mengekspresikan
semua itu ke dalam sebuah tulisan. Dalam aktivitas tersebut, siswa melakukan
pengasahan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual sekaligus.
Menulis sebagai salah satu bentuk komunikasi dapat memberikan
pengalaman emosional dan spiritual. Emosi yang dimiliki oleh setiap manusia
menjadi sesuatu yang sangat penting dalam menata pengalaman hidup seseorang.
Demikian juga halnya dengan kecerdasan spiritual. Kecerdasan spiritual seseorang
akan terasah apabila ia berusaha merasakan, menghayati, dan mengevaluasi
makna dari interaksi dengan lingkungan. Melalui kegiatan menulis pengalaman
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
dapat memahami dan merasakan berbagai peristiwa dalam hidup ini. Dengan
demikian, melalui kegiatan menulis dalam proses pembelajaran yang kooperatif
seperti digambarkan di atas, seseorang akan menjadi cerdas, baik cerdas
emosional maupun spiritual. Dengan kecerdasan emosional dan spiritual yang
baik, seseorang akan menjadi manusia yang mampu mencapai hidup bermakna.
Itulah manusia paripurna yang dinantikan oleh bangsa ini. Kerangka berpikir di
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Berpikir
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE DAN TEKNIK PENELITIAN
Penelitian ini berupaya menemukan model baru untuk memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran menulis di SMA, khususnya materi menulis karangan
narasi. Melalui model pembelajaran kooperatif yang berorientasi kecerdasan
spiritual diharapkan pembelajaran menulis menjadi lebih efektif dan bermakna.
Karena penelitian ini berupaya untuk mengembangkan suatu model pembelajaran
yang sudah ada, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Research and Development (R&D).
Untuk keperluan penelitian ini, maka diperlukan dua tahapan
penelitian. Penelitian awal sebagai dasar, tahapannya berupa (1) mengobservasi
kegiatan belajar-mengajar (menulis), (2) menginterpretasi data empiris, teori
menulis dan kecerdasan manusia, pembelajaran menulis, serta (3) mengonstruksi
kegiatan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif berorientasi
kecerdasan spiritual (PKBKS). Tahap penelitian yang kedua adalah uji coba
model melalui eksperimen kuasi, tahapannya berupa (1) mengujicobakan model
PKBKS sebagai transformasi awal, (2) memperbaiki model PKBKS sebagai tahap
rekonstruksi, dan (3) melaksanakan kegiatan eksperimen kuasi di kelas sebagai
transformasi kedua, dan (4) menyusun suatu desain pengembangan PKBKS baru
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Hal yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran dan kemampuan
menulis siswa, tahapan yang akan diekspresikan dalam penelitian ini meliputi (1)
kemampuan menulis siswa sebelum mengikuti pembelajaran dengan model
PKBKS; (2) kemampuan menulis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan
model PKBKS; (3) peningkatan kemampuan menulis siswa antara tes awal
(sebelum model pembelajaran diterapkan) dan tes akhir (setelah model
pembelajaran diterapkan); (4) peningkatan kemampuan menulis siswa kelas
kontrol antara tes awal/ pretes (sebelum kegiatan pembelajaran) dan postes
(setelah kegiatan pembelajaran); (5) perbedaan kemampuan menulis siswa melalui
model PKBKS dan pemberian tugas, dan (6) keefektifan pelaksanaan
pembelajaran dengan Model PKBKS dalam meningkatkan kemampuan menulis
siswa.
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menghasilkan produk model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan menulis karangan narasi siswa SMA.
Melalui pemanfaatan Model PKBKS diharapkan mampu meningkatkan
kemampuan menulis siswa karena motivasi menulis dari dalam diri siswa tumbuh
dan berkembang. Berkaitan dengan tujuan ini, desain penelitian ini dirancang
dengan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development).
Desain penelitian Research and Development ( R & D) adalah suatu penelitian
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
melalui siklus proses aksi, refleksi, evaluasi, replikasi, dan inovasi (Bogdan dan
Biklen, 1992: 25; Sukmadinata, 2007: 164).
Secara operasional, desain penelitian ini menggunakan dua tahap kajian.
Pertama, kajian penelitian deskriptif, dan kedua, kajian eksperimental melalui
desain eksperimen semu The Maching-Only Pretest-Posttest Control Group
design. Hal ini mengacu pada pendapat Syamsuddin (2006: 23) bahwa dalam
penelitian pendidikan bahasa lebih banyak menggunakan eksperimen kuasi.
Kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen diberi tes awal dan tes akhir
tetapi sampel tidak diperoleh melalui teknik acak.
Dalam Borg dan Gall (1989: 624), dipaparkan bahwa penelitian
pengembangan adalah suatu proses penelitian yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan baik yang berupa
hardware seperti alat bantu ajar, maupun yang berupa software seperti sebuah
model pembelajaran. Secara lebih rinci dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
produk-produk pendidikan menurut Borg dan Gall, adalah objek material,
misalnya buku teks, film untuk pengajaran, dan prosedur serta proses
pembelajaran seperti metode dan pengorganisasian pengajaran dalam bentuk
tujuan pembelajaran, metode, kurikulum, dan evaluasi. Dengan demikian, tujuan
akhir dari penelitian pengembangan bidang kajian pendidikan adalah melahirkan
produk baru atau perbaikan produk lama untuk meningkatkan kinerja pendidikan
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Dalam mengembangkan suatu model atau produk pendidikan, peneliti
berusaha untuk memperhatikan dan menjawab beberapa pertanyaan berikut.
1. Apakah produk/model yang ditawarkan itu penting bagi kebutuhan
pendidikan?
2. Apakah rumusan dari model ini akan cukup memadai bahwa hasil
model yang ditawarkan itu lebih baik dari model yang sudah ada?
3. Apakah personal yang akan terlibat dalam uji coba dan penyebarannya
memiliki kemampuan, keterampilan, dan pengalaman yang memadai
untuk menerapkannya?
4. Dapatkah produk/ model yang akan dikembangkan itu diwujudkan
sesuai dengan jadual waktu yang ditetapkan?
Desain kajian penelitian deskriptif digunakan untuk memberikan
gambaran ihwal kondisi awal peserta didik yang meliputi kemampuan menulis
siswa, produktivitas menulis peserta didik, kuantitas dan kualitas membaca, serta
praktik pembelajaran menulis yang biasa dilakukan guru di kelas.
Selain hal-hal di atas, dikaji pula kurikulum, teori-teori pembelajaran, teori
kecerdasan, motivasi, dan teori menulis yang dapat dijadikan sebagai landasan
pengembangan model pembelajaran menulis berorientasi kecerdasan spiritual.
Uji coba model dimaksudkan untuk menguji kebermaknaan model yang
dikembangkan dengan menggunakan desain kuasi eksperimen The Maching-Only
Pretest-Posttest Control Group design. Desain tersebut digambarkan sebagai
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Prates Perlakuan
Pascates
Kel.Eksperimen
Kelompok Kontrol
Gambar 3.1 Desain Uji Coba Model
Keterangan
1. 0: Pretes, yaitu tes pertama yang dilakukan untuk mengetahui kondisi awal
peserta didik. Tes yang diberikan adalah tes kemampuan siswa dalam
menulis karangan narasi.
2. 0: Postes, yaitu tes akhir yang diselenggarakan setelah proses perlakuan
selesai dilakukan. Tes ini ditujukan untuk memperoleh skor kemampuan
peserta didik dalam menulis karangan narasi, yang kemudian
dibandingkan dengan skor pretes. Hasil pembandingan ini akan
mengungkap kebermaknaan model yang tengah dikembangkan. Uji
statistik kemudian dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan
tersebut.
3. X: Perlakukan berupa penerapan model PKBKS yang diberikan kepada
kelompok eksperimen.
Alasan pemilihan desain penelitian ini didasarkan atas pertimbangan
bahwa pengambilan kelompoknya tidak dilakukan secara acak penuh, hanya satu
karakteristik saja, atau diambil dengan dipasangkan/dijodohkan.
0 X 0
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3.2 Prosedur Penelitian
Ada lima tahap pokok yang ditempuh dalam penelitian ini. Kelima tahap yang
dimaksud, yakni tahap (1) prapenelitian, (2) penyusunan rancangan (konstruksi)
model, (3) uji-coba rancangan model, (4) perbaikan rancangan model, dan (5)
pelaksanaan penelitian eksperimen kuasi.
3.2.1 Tahap Prapenelitian
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pengumpulan informasi dan interpretasi.
Untuk keperluan ini dilakukan berbagai persiapan yang berkenaan dengan
kegiatan pengumpulan data awal penelitian. Pengumpulan data awal penelitian ini
dilakukan untuk memperoleh data dan menganalisis masalah yang dihadapi siswa
SMA dalam mengembangkan karangan narasi, potensi apa yang sudah dimiliki
siswa dalam menulis dan mengembangkan karangan narasi serta model
pembelajaran yang bagaimana yang dibutuhkan siswa. Untuk mendapatkan
informasi tentang semua itu, diperlukan penyebaran angket dan wawancara.
Untuk memperoleh data tentang kemampuan menulis siswa, kepada
pengajar mata Pelajaran Bahasa Indonesia, diminta untuk memberi tugas menulis
kepada siswa kelas X. Hasil tulisan siswa tersebut selanjutnya dikoreksi dan
dianalisis berdasarkan pedoman penilaian. Dari hasil tulisan siswa tersebut dapat
pula diketahui potensi menulis karangan narasi yang dimiliki oleh siswa. Ada pun
untuk memperoleh data tentang pembelajaran menulis yang selama ini dilakukan
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
siswa, dilakukan wawancara. Untuk mengetahui motivasi siswa dalam menulis
digunakan angket. Langkah-langkah yang dilakukan dalam menggunakan angket
penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama, mengujicobakan angket tersebut kepada siswa. Dari hasil uji
coba tersebut, teridentifikasi pertanyaan-pertanyan yang tidak jelas serta bias
sehingga mendapatkan jawaban yang tidak diharapkan dalam penelitian ini.
Kegiatan uji coba angket ini merupakan salah satu bentuk validasi instrumen
dalam penelitian awal yang dijadikan dasar untuk melakukan perbaikan dan
penyempurnaan instrumen penelitian.
Kedua, meminta kawan sejawat pada program studi pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia untuk memeriksa angket penelitian yang akan diterapkan
dalam penelitian awal. Selain itu, dilakukan pula pemeriksaan oleh dosen
pembimbing dan pengajar Bahasa Indonesia SMA. Koreksi ini merupakan salah
satu bentuk validasi yang dilakukan pakar (expert judgement) terhadap instrumen
angket yang akan diterapkan dalam penelitian awal.
Ketiga, memperbaiki angket berdasarkan berbagai masukan dari para
pengajar, teman sejawat, pakar, dan hasil uji coba yang sudah dilakukan.
Perbaikan yang dilakukan berkaitan dengan redaksional, opsi yang disediakan,
serta substansi pertanyaan dalam angket yang dapat menimbulkan berbagai
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keempat, membagikan angket penelitian yang telah diperbaiki kepada
siswa, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol, dan mengumpulkannya
kembali untuk dianalisis.
Lebih jelasnya, persiapan yang menunjang efektivitas pelaksanaan
penelitian meliputi kegiatan-kegiatan berikut.
(1) Menyusun pedoman kerja yang menyeluruh dalam kegiatan penelitian yang
sesuai dengan waktu yang tersedia. Dalam menyusun pedoman kerja ini
dilibatkan kerja kolaboratif-partisipatif antara guru mata pelajaran (tiga
orang), peneliti, dan teman sejawat. Penyusunan pedoman kerja ini
berdasarkan GBPP dan buku pegangan yang digunakan. Kemudian hasilnya
dikonsultasikan dengan konsultan yang dipilih.
(2) Mensosialisasikan kegiatan penelitian ini kepada guru dan siswa guna
menyamakan persepsi dan gerak langkah, baik dalam tahap uji coba atau
pelatihan maupun dalam penelitian sebenarnya yang akan dilaksanakan.
(3) Menjalin kerjasama dan menjelaskan rancangan kegiatan penelitian ini
kepada kepala sekolah dan guru bahasa Indonesia yang akan dilibatkan
dalam penelitian ini.
(4) Menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol serta pokok
bahasan yang proses belajar mengajarnya akan diujicobakan selama lebih
kurang empat kali tatap muka dan menetapkan guru sebagai penanggung
Emah Khuzaemah, 2012
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Berorientasi Kecerdasan Spiritual
: Penelitian Pengembangan di SMA Negeri Kabupaten Cirebon Tahun Pelajaran 2010/2011
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(5) Menginventarisasi jumlah kelas dan siswa yang akan mengikuti
masing-masing kelompok (kelompok eksperimen dan kelompok kontrol).
(6) Menyusun jadwal pengajaran secara khusus yang diberlakukan pada
kelas-kelas yang akan dijadikan tempat penelitian selama lebih kurang empat
bulan.
(7) Menyusun jadwal observasi tentang proses belajar mengajar, baik pada kelas
eksperimen maupun pada kelas kontrol guna memberi masukan bila terjadi
kekeliruan pada masing-masing kelas tersebut.
(8) Membahas konsep beberapa instrumen penelitian, yang meliputi:
(a)Lembar kuesioner siswa yang isinya terkait dengan motivasi menulis
siswa.
(b)Lembar panduan observasi dan wawancara, observasi untuk mengukur
kualitas proses belajar mengajar dan aktivitas pembelajaran dengan
menggunakan model PKBKS. Ada pun wawancara untuk mengetahui
rencana pelaksanaan pengajaran dengan model PKBKS, efektivitas
penggunaan model tersebut, kemudahan dan kebermaknaan model
dalam belajar bahasa Indonesia ataupun kemungkinan model ini
dikembangkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Wawancara
dilakukan terhadap siswa dan guru.
(9) Menyiapkan RPP yang disesuaikan dengan kurikulum 2006 dan sistematika