• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERBAGI PENGALAMAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X SEMESTER 2 SMAN 2 BANDUNG).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE BERBAGI PENGALAMAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA PENDEK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA SISWA KELAS X SEMESTER 2 SMAN 2 BANDUNG)."

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

ii

KATA PENGANTAR

Bissmillaahirrahmaanirrahim.

Dengan segenap kesadaran dan keikhlasan hati, puji syukur kepada Allah

Swt. senantiasa teruntai melalui segala tindak dan perbuatan yang pada akhirnya

mampu melaksanakan kewajiban dengan kemampuan yang selalu tersedia walau

terkadang tanpa pernah diduga. Melakukan perbuatan yang diharapkan dapat

bermanfaat bagi diri sendari dan orang lain sebagai bentuk salawat terhadap Nabi

yang Ummi dan sebagai insan yang menjelma menjadi alburuj baginya.

Dalam skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Berbagi Pengalaman

sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Pendek

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X Semester 2 SMA Negeri 2

Bandung Tahun Ajaran 2008/2009)” ini, peneliti menuangkan hasil pemikiran

yang diperoleh selama menuntut ilmu di UPI, di Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia. Hasil pemikiran ini berupa penerapan teknik yang dapat

digunakan untuk meningkatkan salah satu keterampilan berbahasa, yaitu menulis.

Dalam hal ini dikhususkan menulis cerpen. Harapan terbesar peneliti adalah

semoga hasil pemikiran ini dapat bermanfaat bagi kegiatan pembelajaran Bahasa

Indonesia.

(2)

iii

1)

Drs. H. Khaerudin Kurniawan, M. Pd. sebagai pembimbing I yang selalu

meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada peneliti,

2)

Dra. Lilis St. Sulistyaningsih sebagai pembimbing II yang juga sering

merelakan waktu istirahat dan bersama keluarganya di rumah, untuk

memberikan kajian dan koreksi terhadap skripsi peneliti,

3)

Drs. Sumiyadi, M. Hum. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia yang tidak jarang memberikan kemudahan-kemudahan terhadap apa

yang diperlukan peneliti yang berhubungan dengan skripsi ini,

4)

seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

berdedikasi dengan penuh semangat memberikan ilmunya selama peneliti

kuliah,

5)

kedua orang tua peneliti yang tiada henti-hentinya memberikan segala

dukungan yang tidak dapat ternilai keikhlasannya dan tidak dapat terganti

jumlahnya. ”Terima kasih atas doamu, air matamu, keringatmu, senyummu,

marahmu, dan segala bentuk kasih sayangmu yang luas”,

6)

kakak-kakak dan adik-adik peneliti, Uni, Mas Ega, Mas Utis, Tio’, Adek Ica,

Mas Khoirul, Ayuk Eva, Mbak Isna, terima kasih atas kerinduan yang selalu

ada diantara kita karena jarangnya bertatap. ”Uni, Mas Khoirul, Mas Ega, Mas

Utis, terima kasih atas keikhlasannya dalam memberikan doa dan dukungan

materi selama Ulan kuliah. Semoga Allah Swt. mengganti segalanya dengan

yang lebih baik”,

(3)

iv

Haikal, Dea, Yudha, Rima, Bram, Meli, Rilo, Gala, Ayu, Aris, (dan semua

yang belum tersebut), ”Terima kasih atas keceriaan dan sambutan hangat

yang selalu kalian beri disaat peneliti pulang, hingga nyaman itu tak pernah

tergantikan”,

8)

saudara satu ikatan, Yuli, Teh Hani, Teh Santi, Nani, Teh Nenden, Teh Ratna,

Teh Imas, Teh Neni, Ulan ’Ndo’, Uji, Dewi, Novi, ”Terima kasih untuk doa

dan motivasi yang membuat penulis semakin yakin atas cita-cita ini”,

9)

Bapak Teddy Hidayat, S. Pd, M. M. Pd, selaku Kepala SMA Negeri 2

Bandung dan Dra. Lilis Yuliawati R. selaku DLB peneliti yang telah

memberikan kesempatan mencari ilmu dan membimbing peneliti selama PLP

dan melakukan penelitian di sana, serta kelas X (C, D, E, F) dan XI IPA 6

yang telah banyak membantu terlaksananya penelitian ini,

10)

keluarga besar KSR PMI Unit UPI dan Angkatan 20_Layung Panabaya (Juni,

Dea alias Zulia, Yanuar alias Ari, Akbar, Elfa, Teh Empi, Teh Aji, Fajri, Kang

Rudi Boy, Dita), keluarga pertama yang membuat peneliti merasa nyaman di

Kota Bandung ini. ”Perjalanan kita selama ini bukanlah waktu yang singkat,

namun tidak juga terlalu panjang. Walau sudah saling memahami, tetap saja

terkadang ada emosi yang tak terkendali. Namun, ditengah rasa itu, tetap saja

selalu ingin kembali. Semoga selalu ada tempat untukku kembali”,

11)

keluarga besar Hima Satrasia UPI, terima kasih untuk waktu singgah yang

sejenak namun tetap berbekas hingga kini,

(4)

v

unik, lugu, dan malu, ”Ayo semangat! Bukankah kita masuk dengan

bersama?” Semoga kita semua menjadi pendidik yang profesional,

13)

teman-teman KKN UPI 2008 di Desa Mekar Maju, Kecamatan Pasir Jambu,

Ciwidey. Ina, Bu Dian, Nty, Mbak, Kang Mail, Syukur, Indra, Ibenk, ”Terima

kasih untuk pengalaman satu purnama kita di sana”,

14)

teman-teman PLP UPI 2009 di SMA Negeri 2 Bandung. ”Terima kasih atas

tukar pikiran dan kerja samanya selama PLP”.

Pada yang terutama, untuk-Mu, terima kasih ya Rabb, atas segalanya. Atas

apa yang Engkau beri tanpa tidak ada arti. Atas apa yang Engkau tanamkan pada

jejak-jejak langkah hamba hingga karya kecil ini berwujud.

Bandung, Juni 2009

Peneliti

Wulan Utami

(5)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR DIAGRAM ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I

PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang Masalah Penelitian ... 1

1.2

Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

1.3

Pembatasan Masalah Penelitian ... 7

1.4

Perumusan Masalah Penelitian ... 8

1.5

Tujuan Penelitian ... 8

1.6

Anggapan Dasar Penelitian ... 9

1.7

Manfaat Penelitian ... 9

1.8

Definisi Operasional ... 11

BAB II IHWAL MENULIS, CERITA PENDEK, DAN

METODE BERBAGI PENGALAMAN ... 12

2.1

Menulis ... 12

2.1.1 Pengertian menulis ... 12

2.1.2 Fungsi menulis ... 14

2.1.3 Manfaat menulis ... 15

2.1.4 Tujuan menulis ... 16

2.2 Cerita Pendek ... 20

2.2.1 Pengertian cerita pendek ... 20

2.2.2 Unsur-unsur pendukung cerita pendek ... 22

(6)

vii

2.3.1 Pengertian berbagi pengalaman ... 28

2.3.2 Penerapan metode berbagi pengalaman dalam

pembelajaran menulis cerita pendek ... 28

2.3.3 Penerapan metode berbagi pengalaman melalui

games concentration ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

3.1

Metode Penelitian ... 34

3.2

Fokus Penelitian ... 45

3.2.1 Pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru ... 45

3.2.2

Pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa ... 46

3.2.3

Pengamatan terhadap proses belajar mengajar ... 47

3.3

Prosedur Penelitian ... 47

3.3.1 Perencanaan pelaksanaan tindakan kelas ... 48

3.3.2 Pelaksanaan penelitian ... 50

3.4

Lokasi dan Subjek Penelitian ... 50

3.5

Alat Pengumpul Data ... 51

3.6

Pengumpulan Data ... 56

3.7

Pengolahan Data ... 56

3.7.1 Pengelompokan data ... 56

3.7.2 Pendeskripsian data ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60

4.1 Deskripsi Awal Kelas Penelitian ... 60

4.1.1 Kondisi guru ... 60

4.1.2 Karakteristik siswa ... 61

4.2 Deskripsi Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 62

4.2.1 Siklus I ... 62

4.2.2 Siklus II ... 85

4.2.3 Siklus III ... 101

4.2.4 Analisis secara umum terhadap cerpen karya siswa ... 114

(7)

viii

4.3.1 Penerapan metode berbagi pengalaman untuk

meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek ... 115

4.3.2 Kemampuan menulis cerpen siswa ... 123

4.3.3 Kendala-kendala dalam proses pembelajaran ... 128

4.3.4 Solusi ... 129

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 130

5.1 Simpulan ... 130

5.2 Saran ... 132

(8)

ix

DAFTAR GAMBAR

(9)

x

DAFTAR TABEL

3.1 Kriteria Penilaian Kemampuan Menulis Cerpen Siswa ... 49

4.1 Rata-rata Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 70

4.2 Catatan Lapangan Pembelajaran Siklus I ... 72

4.3 Persentase Kemampuan Menulis Cerpen Siswa pada Siklus I ... 74

4.4 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 91

4.5 Catatan Observasi Pembelajaran Siklus II ... 92

4.6 Persentase Kemampuan Siswa pada Siklus II ... 93

4.7 Persentase Rata-rata Aktivitas Siswa pada Siklus III ... 107

4.8 Catatan Observasi Pembelajaran Siklus III ... 108

4.9 Persentase Kemampuan Siswa pada Siklus III ... 109

4.10 Hasil Observasi Aktivitas Siswa dalam Tiga Siklus ... 120

4.11 Persentase Kesan Siswa Terhadap Pembelajaran pada Setiap Siklus ... 122

4.12 Skor Menulis Cerpen Siswa ... 124

(10)

xi

DAFTAR DIAGRAM

(11)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1.

SK Skripsi

2.

Surat Izin Penelitian

3.

RPP Penelitian (3 siklus)

4.

Instrumen Penelitian

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

membaca, dan berbicara. Artinya, kemampuan menulis juga merupakan

keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap makhluk berbahasa selain ketiga

keterampilan berbahasa tersebut. Kita dapat melakukan komunikasi melalui

sebuah tulisan, tidak hanya dengan berbicara. Ini didukung oleh pendapat

Rusyana yang menyatakan bahwa tulisan merupakan alat komunikasi tidak

langsung (1986: 16). Melalui tulisan kita dapat menyampaikan gagasan, pendapat,

atau sekadar menceritakan sesuatu kepada orang lain. Semua jenis tulisan tersebut

dapat menarik jika dikemas dalam sebuah tulisan kreatif.

(13)

Generasi muda, dalam hal ini adalah pelajar, merupakan generasi yang

diharapkan agar mampu mewujudkannya. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi saat

ini adalah bahwa pelajar SMA (sekolah menengah atas) kurang berminat pada

pelajaran

menulis

karena

merasa

kesulitan

dalam

menemukan

dan

mengembangkan topik menjadi sebuah tulisan kreatif, salah satunya adalah cerita

pendek (cerpen). Hal ini dibuktikan dengan adanya keluhan dari

mahasiswa-mahasiswa yang sedang melakukan PLP (Program Latihan Profesi) pada tahun

2008 di SMAN 6 dan SMAN 15 Bandung. Setelah dilakukan wawancara

nonformal, mereka menyatakan bahwa siswa pada kelas-kelas yang dijadikan

sebagai tempat PLP, umumnya cenderung pasif dan kurang memiliki motivasi

dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil latihan atau ulangan harian siswa di

kelas tidak memuaskan bahkan dapat dikatakan mengkhawatirkan.

(14)

Salah seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 2

Bandung, Dra. Lilis Yuliawati R. juga menyatakan bahwa rata-rata siswa di sana

tidak menyukai pokok bahasan menulis dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia. Alasan yang mengemuka adalah sulitnya menemukan dan

mengembangkan topik. Terlebih saat mereka diminta untuk menulis sebuah

cerpen, mereka selalu kesulitan untuk menemukan dan mengembangkan topik

bahkan sekadar mencari tema yang menarik untuk ditulis pada materi

pembelajaran menulis cerpen.

Peneliti juga memiliki penilaian serupa terhadap nilai menulis siswa SMA

ketika menjadi pengajar di salah satu lembaga bimbingan belajar kecil di Kota

Bandung. Setelah dilakukan wawancara nonformal, siswa menjelaskan bahwa

menulis merupakan hal yang sulit untuk mereka lakukan. Mereka mengeluh

bahwa selalu merasa kesulitan pada saat ingin mengawali kegiatan menulis

(menemukan dan mengembangkan topik).

(15)

Berdasarkan kedua faktor tersebut, peneliti ingin menerapkan sebuah

metode pembelajaran menulis yang diharapkan dapat menjadi solusi atas

permasalahan tersebut. Meskipun banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi

ketercapaian tujuan pembelajaran seperti guru, siswa, media pembelajaran, dan

materi atau bahan pelajaran, peneliti juga berasumsi bahwa penggunaan metode

pembelajaran merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan

pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, maka guru harus memiliki kreativitas yang

dapat menunjang keberhasilan pengajaran sehingga siswa memiliki kemampuan

dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, dibuatlah

sebuah proses pembelajaran menulis dengan penerapan metode berbagi

pengalaman yang diharapkan dapat membantu siswa dalam menemukan dan

mengembangkan topik ke dalam sebuah tulisan dan menjadi sebuah metode

pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan sehingga mampu

memotivasi siswa agar lebih produktif dalam pembelajaran menulis cerpen.

(16)

dalam ruangan. Semua jenis games tersebut memberikan suasana santai, aktif,

ceria, dan melatih siswa agar berkonsentrasi ketika melakukan sesuatu.

Mengingat siswa adalah seorang remaja yang memiliki keinginan untuk

mengeksplorasi diri dalam lingkungannya dan tertarik dengan hal-hal yang baru,

maka games concentration ini dapat dijadikan sebagai salah satu permainan yang

mampu memfasilitasi keinginannya tersebut. Dengan demikian, penerapan metode

berbagi pengalaman melalui pemanfaatan games concentration dalam

pembelajaran menulis cerpen ini dinilai sangat efektif untuk membantu siswa

dalam menemukan dan mengembangkan topik.

(17)

Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Pendekatan Respons Pembaca”

yang ditulis oleh Devi Safitri Marita juga berhasil meningkatkan kemampuan

menulis cerita pendek pada siswa kelas XI Bahasa SMAN 1 Lembang pada tahun

ajaran 2006/2007. Namun dalam penelitian-penelitian tersebut siswa hanya

dituntut untuk menuangkan ide berdasarkan pengalaman pibadi yang diperoleh

dari menonton film, membaca, dan sebagainya. Sedangkan dalam penelitian ini,

peneliti berusaha agar siswa dapat menulis cerpen dengan ide (tema) berdasarkan

pengalaman orang lain. Ini sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dimiliki

oleh siswa SMA kelas X.

1.2 Identifikasi Masalah Penelitian

Masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1)

Metode berbagi pengalaman merupakan sebuah metode yang dapat

memunculkan sikap keterbukaan (percaya) antarsiswa dan mengajarkan

kepada siswa bahwa sesungguhnya ada banyak hal di lingkungan mereka yang

dapat mereka tulis menjadi sebuah cerita. Tidak hanya terpaku pada

pengalaman pribadi, tetapi juga pengalaman orang lain. Metode ini dapat

diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen sebagai upaya untuk

meningkatkan kemampuan menulis siswa, namun belum pernah diujicobakan.

2)

Menulis cerpen merupakan sebuah kemampuan menuangkan ide/gagasan

(18)

3)

Siswa kelas X-D SMAN2 Bandung sering merasa kesulitan dalam

menemukan dan mengembangkan topik untuk ditulis menjadi sebuah cerita

pendek.

1.3 Pembatasan Masalah Penelitian

Adanya batasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan agar penelitian

yang dilakukan dapat terarah dan terhindar dari adanya penyimpangan. Adapun

batasan masalah penelitian tersebut antara lain sebagai berikut.

1)

Metode berbagi pengalaman ini dilakukan melalui beberapa permainan yang

diperoleh dari berbagai sumber panduan yang digunakan oleh fasilitator dalam

kegiatan lapangan (outbound),

2)

Penilaian terhadap kemampuan menulis cerita pendek siswa merupakan

penilaian yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi yang harus

dimiliki siswa SMA, dan

3)

Penelitian ini menghasilkan metode pembelajaran menulis cerpen dengan

menerapkan metode berbagi pengalaman.

1.4 Perumusan Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan ke dalam kalimat-kalimat

pertanyaan berikut.

(19)

2)

Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan

metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen

pada siswa sekolah menengah atas?

3)

Bagaimana hasil pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan metode

berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada

siswa sekolah menengah atas?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beberapa hal

yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, yaitu sebagai berikut.

1)

Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran menulis cerpen dengan

penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan

menulis cerpen pada siswa sekolah menengah atas.

2)

Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan

penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan

menulis cerpen pada siswa sekolah menengah atas.

3)

Untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan

metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen

pada siswa sekolah menengah atas.

1.6 Anggapan Dasar Penelitian

Berikut adalah anggapan dasar dari penelitian ini.

(20)

2)

Pembelajaran menulis cerpen tercantum dalam kurikulum Berbasis

Kompetensi 2006 pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,

3)

Metode berbagi pengalaman dapat diterapkan untuk meningkatkan

kemampuan menulis cerpen siswa.

1.7 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi

elemen-elemen pendidikan yang terkait secara langsung dalam kegiatan

pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

1)

Bagi guru, penerapan metode berbagi pengalaman diharapkan dapat menjadi

metode pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran menulis cerita pendek

dan memudahkan guru dalam membantu siswa untuk menemukan

mengembangkan topik menjadi sebuah cerita pendek, serta menambah

pengetahuan guru terhadap jenis-jenis permainan yang dapat dimanfaatkan

dalam metode berbagi pengalaman untuk mengembangkan kemampuan dan

keterampilan Bahasa Indonesia pada siswa sekolah menengah atas,

2)

Bagi siswa, penerapan metode berbagi pengalaman diharapkan dapat menjadi

metode pembelajaran yang efektif, menyenangkan, dan dapat membantu

siswa dalam menemukan topik melalui kegiatan berbagi pengalaman dan

mengembangkannya menjadi sebuah cerita pendek,

(21)

yang inovatif dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan Bahasa

Indonesia, dan

4)

Bagi peneliti, penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan

kemampuan menulis cerita pendek pada siswa sekolah menengah atas ini

menunjukkan bahwa metode pembelajaran juga dapat diperoleh dari

pengembangan berbagai hal yang sederhana dan tidak asing, karena sebagian

besar orang telah sering melakukannya (berbagi pengalaman).

1.8 Definisi Operasional

Agar pokok-pokok masalah dalam penelitian ini lebih jelas, maka berikut

akan dioperasionalkan variabel-variabel dalam penelitian ini.

1)

Berbagi pengalaman merupakan kegiatan menceritakan pengalaman pribadi

yang diperoleh seseorang kepada orang lain agar orang yang mendengarkan

cerita tersebut dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang

bercerita.

2)

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif

dalam mengemas ide/gagasan yang diperoleh dari pengalaman seseorang

melalui kegiatan membaca ataupun terjadinya peristiwa.

(22)

BAB 2

IHWAL MENULIS, CERITA PENDEK, DAN TEKNIK BERBAGI

PENGALAMAN

2.1

Menulis

2.1.1

Pengertian menulis

Menulis sebagai salah satu cara bagi seseorang untuk menyampaikan

pesannya kepada orang lain. Dengan berbagai sumber referensi, seseorang

tersebut mengemas ide-idenya agar diterima atau diakui oleh orang lain. Sebagai

keterampilan yang bersifat produktif ini, menulis seringkali disebut-sebut sebagai

keterampilan berbahasa yang memiliki tingkat kesulitan paling tinggi.

Rusyana (1984: 191) mendefinisikan menulis adalah kemampuan

menggunakan pola-pola bahasa dalam penampilannya secara tertulis untuk

mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Morsey dalam Tarigan (1992: 20)

menjelaskan definisi menulis sebagai berikut.

“Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil

memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Keterampilan

menulis

digunakan

untuk

mencatat,

merekam,

meyakinkan,

melaporkan, meginformasikan dan mempengaruhi pembaca. Maksud

dan tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para

pembelajar yang dapat menyusun dan merangkai jalan pikiran dan

mengemukakannya secara tertulis dengan jelas, lancar dan komunikatif.

Kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan

pemilihan kata dan struktur kalimat.”

(23)

komunikasi tidak langsung. Hal ini dapat terjadi apabila penulis dan pembaca

memahami lambang-lambang grafik atau grafologi yang dipergunakan untuk

menulis tersebut, misalnya, seseorang dapat dikatakan sedang menulis huruf latin

jika dia memahami lambang grafik dari huruf latin. Demikian pula seseorang

dapat menulis bukan hanya dapat melukiskan lambang tertentu, tetapi juga harus

mampu menggunakan pola-pola bahasa dan memahami makna dari semua tulisan

tersebut karena tulisan tersebut akan dibaca oleh orang lain.

Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan

(keterampilan) berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar bahasa setelah

kemampuan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan

ketiga kemampuan berbahasa lain, keterampilan menulis lebih sulit dikuasai

bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal itu disebabkan

kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur di luar bahasa itu

sendiri yang akan menjadi karangan (Nurgiantoro, 1995).

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan

bahwa menulis bukanlah hal yang mudah untuk dikuasai setiap orang karena ada

berbagai unsur yang harus dipenuhi sebelum melakukannya. Akan tetapi, menulis

juga bukanlah hal yang mustahil untuk dikuasai oleh seseorang karena

kemampuan menulis bukanlah bakat yang diturunkan atau bakat bawaan, tetapi

suatu bakat yang dimiliki karena adanya proses belajar atau berlatih.

2.1.2

Fungsi menulis

(24)

bahasa, tulisan berfungsi sebagai alat komunikasi tidak langsung atau bahasa

kedua setelah bahasa lisan. Rusyana (1986: 16) menyatakan fungsi menulis

sebagai berikut.

a)

Fungsi penataan

Proses penataan gagasan, pendapat, pikiran, dan imajinasi secara

otomatis terjadi pada waktu seseorang menulis. Tulisan yang

dihasilkan akan menghasilkan suatu gambaran tentang proses

penataan gagasan, pendapat, pikiran, dan imajinasi penulis itu sendiri.

b)

Fungsi pengawetan

Menulis dapat berfungsi sebagai fungsi pengawetan karena dapat

menjadi perantara pengutaraan suatu hal penting, misalnya tentang

kehidupan zaman dahulu, dapat disimpan dalam bentuk dokumen

tertulis.

c)

Fungsi penciptaan

Dengan menulis, seseorang telah menciptakan atau mewujudkan suatu

hal yang baru.

d)

Fungsi penyampaian

(25)

2.1.3

Manfaat menulis

Hernowo (2004: 50) dalam Kusmiati (2008: 16) menjelaskan bahwa suatu

kegiatan akan menjadi beban yang sangat berat jika kita tidak mengetahui apa

manfaatnya. Oleh karena itu, ketika akan menulis, sebaiknya kita mengetahui apa

manfaat dari kegiatan tersebut.

Secara terperinci, manfaat menulis dijelaskan sebagai berikut.

a)

Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya. Dengan

menulis, seorang penulis dapat mengukur sampai di mana

pengetahuannya terhadap suatu topik.

b)

Penulis dapat berlatih mengembangkan gagasan.

c)

Penulis dapat menyerap, mencari, dan mengetahui informasi

sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis dapat

memperluas wawasan penulisan secara teoretis mengenai fakta-fakta

yang berhubungan.

d)

Penulis lebih terlatih dalam mengorganisasikan secara sistematis serta

mengungkapkannya secara tersirat.

e)

Penulis akan dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara

lebih objektif.

f)

Penulis akan mudah memecahkan masalah.

g)

Penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif.

(26)

Berbeda dengan Rusyana (1986: 18) yang menyebutkan manfaat menulis

dengan lebih sederhana sebagai berikut.

a)

Mencatat sesuatu agar tidak dilupakan.

b)

Mencatat pikiran-pikiran.

c)

Mencatat renungan.

d)

Mencatat gagasan-gagasan.

2.1.4

Tujuan menulis

Di dalam buku yang ditulis oleh Nurheti (2008), Bud Garder mengatakan

“Ketika kamu berbicara, kata-katamu hanya bergaung ke seberang ruangan atau

koridor. Tapi ketika kamu menulis, kata-katamu bergaung sepanjang zaman”.

Dari ungkapan tersebut sedikitnya akan tergambar tentang tujuan menulis. Tujuan

menulis yang paling utama adalah dapat menyampaikan pesan penulis kepada

pembaca sehingga pembaca memahami maksud penulis yang disampaikan dalam

tulisannya. Dengan demikian, penulis harus dapat mengatur proses yang

mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam bayangan pembaca. Perubahan

yang dimaksud adalah:

(27)

usaha penulis; atau (d) tidak ada perubahan sama sekali (Young 1993: 217) dalam

Kusmiati (2008: 18).

Uraian di atas menjelaskan bahwa penulis mempunyai tujuan yang hendak

dicapai sebelum menulis. Agar tujuan penulis tercapai, penulis harus dapat

menyajikan tulisan yang baik, supaya pembaca memberikan respon yang

diinginkan oleh penulis terhadap tulisannya.

Hipple (1973: 309-311) dalam Kusmiati (2008: 18) menyebutkan

macam-macam tujuan menulis sebagai berikut.

a)

Tujuan penugasan (assigment purpose)

Penulis tidak mempunyai tujuan, untuk apa dia menulis. Penulis hanya

menulis tanpa mengetahui tujuannya. Dia menulis karena mendapat tugas,

bukan atas kemauan sendiri. Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah

buku atau seorang guru disuruh membuat laporan oleh kepala sekolahnya.

b)

Tujuan altruistik (altruistic purpose)

Penulis bertujuan untuk menyenangkan para pembaca, menghindarkan

kedukaan para pembaca, ingin menolong para pembaca, memahami,

menghargai perasaan dan penalarannya, ingin membuat hidup para pembaca

lebih mudah dan lebih menyenangkan dengan karyanya. Penulis harus

berkeyakinan bahwa pembaca adalah “teman” hidupnya sehingga penulis

benar-benar dapat mengomunikasikan suatu ide atau gagasan bagi

kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah tujuan altruistik dapat

tercapai.

(28)

Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar para pembaca yakin akan

kebenaran ide atau gagasan yang dituangkan atau diutarakan oleh penulis.

Tulisan semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk

menawarkan sebuah produksi barang dagangan, atau dalam kegiatan politik.

d)

Tujuan informasional atau tujuan penerangan (infomational purpose)

Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberikan informasi

atau keterangan kepada pembaca. Disini penulis berusaha menyampaikan

informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang diinformasikan

oleh penulis.

e)

Tujuan pernyataan diri (self-expresive purpose)

Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya sendiri

kepada para pembaca. Dengan melalui tulisannya pembaca dapat memahami

“siapa” sebenarnya sang penulis itu.

f)

Tujuan kreatif (creative purpose)

(29)

Penulis berusaha memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Dengan

tulisannya penulis berusaha memberi penjelasan kepada para pembaca

tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.

Berdasarkan penjelasan di atas, didapati bahwa tujuan-tujuan menulis

tersebut memiliki maksud yang berbeda, yaitu seperti penulisan yang dibuat

berdasarkan tugas yang diterima dari guru atau dari atasan seseorang maka menulis

dalam hal ini berdasarkan keperluan tugas, bukan motivasi atau keinginan sendiri

untuk menulis, tujuan menulis seperti ini disebut assignment purpose. Kemudian

yang disebut dengan altruistic purpose adalah menulis dengan tujuan hanya untuk

menyenangkan pembaca atau sebagai penghibur untuk menghilangkan duka

pembacanya. Sedangkan tujuan menulis persuasi, yang berisi tentang usaha penulis

untuk mempengaruhi pembaca adalah untuk meyakinkan kebenaran yang

dituangkan oleh penulis dalam tulisannya. Dalam tulisan persuasif ini, penulis

dituntut terampil dan selektif dalam pilihan kata yang dituangkan ke dalam

tulisannya untuk meyakinkan idenya kepada pembaca. Selain itu, ada hal yang sama

pentingnya yang harus dilakukan penulis dalam menulis persuasi, yaitu penulis juga

harus mampu menentukan ilustrasi sebagai pelengkap kebenaran yang diutarakan

dalam tulisannya, sebab selain mempengaruhi tulisan persuasi juga bertujuan untuk

mengajak dan membujuk agar pembaca dapat melakukannya sesuai harapan

penulis, misalnya sebuah ajakan untuk menggunakan suatu produk, maka pembaca

merasa tertarik dengan bujukannya sehingga menggunakan produk tersebut.

(30)

yang hendak menyampaikan pesannya kepada pembaca. Maka, dapat disimpulkan

bahwa tujuan utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak langsung. Oleh

karena itu, lambang-lambang grafik atau grafologi yang dipergunakan oleh

penulis harus benar-benar dimengerti baik oleh penulis maupun pembaca.

2.2

Cerita Pendek

2.2.1

Pengertian cerita pendek

Cerita pendek yang disingkat cerpen dan novel merupakan dua bentuk

karya sastra yang sekaligus disebut fiksi atau teks naratif (Nurgiantoro, 2005: 9).

Perbedaan utama cerpen dan novel dapat dilihat dari segi formalitas bentuk dan

panjang cerita. Sesuai dengan namanya, cerpen merupakan cerita pendek. Namun,

berapa ukuran pendeknya tidak ada aturan yang menentukan, tidak ada

kesepakatan diantara pengarang dan ahli.

Edgar Allan Poe dalam Jassin (Nurgiantoro, 2005: 10) sastrawan dari

Amerika mengatakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca

dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam. Sedangkan

definisi yang ada dalam KBBI, cerita pendek adalah kisah pendek (kurang dari

10.000 kata) yang memberikan kesan yang dominan dan memusatkan diri pada

satu tokoh dalam satu situasi (pada suatu ketika).

(31)

pada satu tokoh tersebut menyebabkan konflik dan alur yang ada dalam cerpen

menjadi sederhana. Selain itu, biasanya penulis hanya menampilkan dua atau tiga

tokoh lain saja selain tokoh utama dalam cerpen.

Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa cerpen adalah cerita yang

hanya menceritakan satu konflik yang dialami oleh tokoh utamanya dengan alur

yang sederhana sehingga dapat selesai dibaca dalam waktu yang singkat (setengah

sampai dua jam).

2.2.2

Unsur-unsur pendukung cerita pendek

Cerpen dibangun oleh unsur-unsur cerita yaitu unsur ekstrinsik dan

intrinsik. Unsur-unsur tersebut diceritakan dalam penceritaan yang ringkas.

Karena bentuknya yang pendek, cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas,

tidak sampai pada detil-detil khusus yang “kurang penting” yang lebih bersifat

memperpanjang cerita (Nurgiantoro, 2005: 11).

Berikut adalah unsur pembangun cerpen.

a) Tema

(32)

Ada beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai tema. Biasanya, hal-hal

tersebut berkaitan dengan kehidupan manusia. Untuk sebuah cerpen, beberapa

penulis sering mengangkat tema dari hal-hal yang berkaitan dengan

kehidupannya. Selain cenderung dialami pula oleh orang lain, peristiwa yang

pernah dialami penulis akan membantunya untuk lebih menjiwai cerita yang akan

terlihat dari penguasaannya menceritakan peran tokoh, menggambarkan tempat,

waktu, alur, dan sebagainya.

Pemilihan ajaran atau pesan moral sebagai tema cerpen telah sering

dilakukan oleh penulis. Dengan menyimpulkan permasalahan dari konflik yang

dialami oleh tokohnya, penulis memberikan solusi mengenai apa yang harus

dilakukan oleh seseorang atas permasalahan yang dihadapinya. Namun gaya

penceritaan semacam itu sudah mulai ditinggalkan. Saat ini penulis-penulis cerpen

lebih memilih tema-tema berdasarkan pengamatan terhadap masalah-masalah

kehidupan yang tidak ia tuliskan pemecahannya. Penulis justru menyerahkan

kepada masing-masing pembaca untuk memecahkan permasalah tersebut. Cerpen

yang seperti itu cenderung lebih disukai pembaca karena tidak membosankan.

Selain itu, cerpen akan lebih dihargai karena mengajak orang lain untuk berpikir

dan kaya akan penafsiran-penafsiran.

(33)

Dengan cara ini, seluruh unsur cerita akan memiliki satu tujuan saja, dan yang

mempersatukannya adalah tema.

b) Alur

Sebab akibat antara peristiwa satu dengan peristiwa lainnya dalam sebuah

cerita akan digambarkan melalui alur. Dengan demikian, alur juga bagian dari

cerita yang sangat penting. Peristiwa yang tidak menimbulkan sebab akibat tidak

dapat dikatakan sebagai alur, karena dalam cerita suatu peristiwa akan terjadi jika

disebabkan oleh pristiwa sebelumnya.

Susunan peristiwa merupakan salah satu alur secara garis besar (Sumardjo,

1988). Berikut adalah beberapa alur yang sering digunakan dalam karya sastra.

a)

Alur maju, yaitu alur yang biasanya digunakan oleh penulis untuk

menceritakan kisah hidup atau perjalanan tokohnya dimulai dari awal hingga

akhir.

b)

Alur mundur, yaitu alur yang biasanya digunakan oleh penulis untuk

menceritakan kisah hidup atau perjalanan tokohnya dari akhir kembali ke

awal. Biasanya cerita tersebut adalah perenungan dari tokohnya.

c)

Alur campuran, yaitu alur yang biasanya digunakan oleh penulis untuk

menceritakan kisah hidup atau perjalanan tokohnya dari akhir kembali ke awal

dan kembali lagi ke akhir, atau sebaliknya.

c) Latar (setting)

(34)

pelukisan secara garis besar saja, atau bahkan hanya secara implisit, asal telah

mampu memberikan suasana tertentu yang dimaksudkan.

d) Perwatakan (penokohan)

Perwatakan atau penokohan merupakan salah satu penentu keberhasilan

sebuah cerpen. Ketepatan penulis dalam menggambarkan watak para tokoh dalam

cerpen akan menjadikan cerpen tersebut bernyawa dan menarik. Keberhasilan

penulis dalam menggambarkan watak para tokoh juga akan mewakili sifat-sifat

manusia yang ingin disampaikan berdasarkan tema yang telah dipilih. Akan tetapi,

ada satu hal yang harus diingat bahwa jumlah maupun data-data jati diri tokoh

dalam cerpen sangat terbatas, khususnya yang berkaitan dengan perwatakan

sehingga pembaca harus merekonstruksi sendiri gambaran yang lebih lengkap

tentang tokoh itu.

Ada dua cara yang dilakukan oleh penulis untuk menjelaskan watak tokoh

dalam cerpen, yaitu dengan cara langsung dan tidak langsung.

1)

Dengan cara langsung

Penulis menyebutkan secara langsung bagaimana sifat dan perangai tokoh.

Penulis juga berusaha memberikan analisis yang jelas tentang tampang dan

perangai para tokoh secara langsung. Oleh karena itu, cara ini juga sering

disebut dengan cara analitik.

2)

Dengan cara tidak langsung

(35)

e) Sudut Pandang (point of view)

Sudut pandang merupakan tinjauan cerita oleh penulis melalui

tokoh-tokohnya. Menurut Jacob Sumardjo, ada empat sudut pandang yang biasa

digunakan oleh penulis, yaitu:

1)

Omniscient point of view (sudut penglihatan yang kuasa)

Pada sudut pandang ini, penulis bertindak sebagai orang yang tahu segalanya.

Ia dapat menceritakan apapun untuk meyempurnakan apa yang ingin ia tulis

sampai menimbulkan dampak yang inginkan. Bahkan ia dapat keluar masuk

jalan pikiran para tokohnya ataupun mengomentari kelakuan para pelakunya.

Satu hal lagi yang dapat dilakukan oleh penulis dalam sudut pandang ini

adalah bahwa penulis dapat berbicara langsung kepada pembaca. Sudut

pandang seperti ini biasanya digunakan dalam cerita yang bersifat sejarah.

2)

Objektive point of view

Dalam sudut pandang ini, penulis menceritakan sesuatu berdasarkan

pandangannya. Akan tetapi penulis tidak memberikan komentar terhadap

perilaku para tokohnya seperti pada sudut pandang omniscient. Penulis juga

tidak mau masuk ke dalam pikiran para pelakunya. Melalui sudut pandang ini

penulis membiarkan pembaca melihat dan menilai sendiri tentang perilaku

tokoh-tokoh yang ia ceritakan.

3)

Point of view orang pertama

(36)

sehingga seperti melihat, mendengar, dan merasakan secara langsung apa yang

diceritakan. Namun pembaca harus dapat membedakan pandangan pribadi

penulis dengan pandangan tokoh “Aku” dalam cerita.

4)

Point of view peninjau

Pada sudut pandang ini, penulis menggunakan seorang tokoh sebagai

pembawa cerita yang akan mengalami kejadian-kejadian dalam seluruh cerita.

Tokoh ini akan menceritakan perasaan dan pendapat-pendapat dirinya sendiri.

Akan tetapi, terhadap tokoh lain ia hanya dapat menceritakannya berdasarkan

apa yang ia ketahui saja. Jadi, sudut pandang ini berupa penuturan pengalaman

seseorang.

f)

Amanat

Sebuah cerita, dibuat dengan maksud sebagai penyampai pesan dari

penulis kepada pembaca. Pesan atau yang lebih akrab disebut dengan amanat ini

merupakan pemikiran-pemikiran dari penulis terhadap sebuah permasalahan, yang

ia ungkapkan lewat bahasa-bahasa yang ia gunakan dalam cerita tersebut.

g) Kepaduan

(37)

Cerpen merupakan salah satu jenis karya sastra (karangan). Dengan

demikian, ada hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat sebuah cerita

pendek agar memiliki mutu tinggi. Karangan yang bermutu selalu berpangkal

tolak pada pemikiran yang matang dan jelas. Hal ini akan tercermin antara lain

dalam pemilihan kata, dalam tata susunan kalimat, dan dalam kerangka karangan

yang gamblang tentang seluruh karangan itu (Heuken, 2008: 10).

2.3

Metode Berbagi Pengalaman

2.3.1

Pengertian berbagi pengalaman

Berbagi pengalaman merupakan kegiatan menceritakan pengalaman

pribadi yang diperoleh seseorang kepada orang lain dengan maksud tertentu.

Adapun maksud-maksud tersebut antara lain adalah:

a)

agar orang yang mendengarkan cerita dapat ikut merasakan apa yang

dirasakan oleh orang yang bercerita,

b)

sekadar ingin memberikan informasi kepada orang lain,

c)

ingin memberikan motivasi kepada orang lain yang berkaitan dengan

pengalaman pribadinya,

d)

membuka diri agar diterima oleh orang lain atau lingkungan barunya,

e)

sekadar untuk memulai pembicaraan kepada lawan bicaranya.

2.3.2

Penerapan metode berbagi pengalaman dalam pembelajaran

menulis cerita pendek

(38)

concentration. Games concentration merupakan jenis sebuah permainan. Kata

games berasal dari bahasa inggris yang berarti permainan, sedangkan

concentration berarti pemusatan pikiran atau perhatian pada suatu hal. Dengan

demikian games concentration dapat diartikan sebagai permainan yang menuntut

adanya sebuah pemusatan pikiran atau perhatian pada suatu hal.

Games concentration ini sering digunakan dalam berbagai kegiatan yang

dilakukan di luar ruangan yaitu pada saat kegiatan lapangan (outbound). Namun

dengan adanya sedikit perubahan dalam konsep yang disesuaikan, games ini juga

dapat dilakukan di dalam ruangan. Ada beberapa nama games yang termasuk

games concentration yang sering digunakan dalam outbound, diantaranya adalah

angin bertiup, tupai dan pemburu, pensil gila, mencari warna impian, mencari

keluarga, birthday line up, tukar dong, dan keluarga burung. Semua games

tersebut selain melatih konsentrasi juga melatih kerja sama kelompok, kesabaran,

ketepatan dan kecepatan dalam memilih keputusan, sehingga semua peserta harus

terlibat aktif dalam permainan. Dengan demikian, adanya rasa jenuh yang sering

timbul pada diri siswa pada saat belajar di kelas terutama saat pelajaran Bahasa

Indonesia, dapat teratasi.

(39)

a)

Games yang dilakukan di luar ruangan

Salah satu games concentration yang digunakan untuk menerapkan

metode berbagi pengalaman adalah “Angin Bertiup” dengan langkah-langkah

sebagai berikut.

1) Setelah menjelaskan metode pembelajaran yang akan dilakukan, guru

menyuruh seluruh siswa untuk berdiri dan membentuk sebuah lingkaran besar,

2) Kemudian, barulah games concentration dimulai. Salah satu games yang

dipakai bernama ‘Angin Bertiup’. Guru menyuruh siswa agar menyimak cerita

dan melakukan apa yang di aba-abakan pada saat kata kunci diucapkan oleh

guru. Jika guru mengucapkan kata kunci “Angin dari kiri!” maka siswa harus

mengangkat kedua tangannya dan menggerak-gerakkannya ke arah kanan

mereka sambil berkata “Huuu…!” (mengikuti suara angin). Begitu selanjutnya

jika ada aba-aba “Angin dari kanan!”, “Angin dari depan!”, “Angin dari

belakang”, mereka harus menggerakkan tanggannya ke arah yang berlawanan

sambil berkata “Huuu…!”. Sampai akhirnya ada aba-aba “Angin ribut!” maka

seluruh siswa harus berlarian mencari posisi baru dan orang di sampingnya

harus berbeda pula (tidak boleh sama dengan posisi yang sebelumnya),

3) Siswa yang tidak konsentrasi sehingga salah arah pada saat menggerakkan

tangannya (tidak sesuai dengan instruksi), maka akan diberi sanksi yaitu

menceritakan pengalaman pribadi di depan teman-temannya,

(40)

dikembangkan menjadi sebuah cerita pendek dengan menggunakan bahasa

mereka sendiri.

Selain “Angin Bertiup”, games yang dilakukan di luar ruangan adalah

“Mencari Warna Impian”. Selain melatih konsentrasi, games ini bertujuan untuk

melatih kesabaran dan kerja sama kelompok. Berikut adalah langkah-langkah

pelaksanaannya.

1) Setelah menjelaskan metode pembelajaran yang akan dilakukan, guru

menyuruh seluruh siswa untuk berdiri dan dibagi menjadi beberapa kelompok.

Masing-masing kelompok terdiri atas enam orang.

2) Setelah itu guru membuat batas pada daerah yang akan menjadi tempat

bermain. Batas ini dapat berupa garis lingkaran atau persegi panjang, atau

bentuk yang lain yang cukup luas.

3) Guru menyuruh kelompok pertama untuk berdiri berpasangan di depan garis

batas. Tiga orang diantaranya ditanya warna apa yang mereka sukai. Setelah

mereka menjawab, maka mata mereka ditutup oleh pasangannya

masing-masing dengan syal atau penutup mata lainnya.

(41)

5) Ketiga siswa pencari warna kesukaannya tersebut harus berkonsentrasi untuk

mendengarkan instruksi hanya dari pasangannya saja. Jika warna kesukaan

telah berhasil didapatkan, maka mereka harus kembali ke tempat semula

dengan instruksi dari pasangan mereka. Bagi pasangan yang gagal, maka harus

berbagi cerita tentang pengalaman yang paling berkesan kepada

teman-temannya.

6) Setelah ada beberapa siswa yang menceritakan pengalamannya, maka guru

menyuruh siswa agar memilih salah satu pengalaman teman mereka yang telah

mereka dengar dan mereka ingat, kemudian dikembangkan menjadi sebuah

cerita pendek dengan menggunakan bahasa mereka sendiri.

b)

Games yang dilakukan di dalam ruangan

Selain dilakukan di luar ruangan, games concentration juga dapat

dilakukan di dalam ruangan. Salah satu permainan yang dapat dilakukan di dalam

ruangan ini bernama “Tukar Dong”. Berikut adalah langkah-langkah

pelaksanaannya.

1) Setelah menjelaskan metode pembelajaran ini, guru menyuruh siswa

menyiapkan selembar kertas dan sebuah ballpoint atau pensil di atas meja.

Setelah itu, guru memerintahkan semua siswa untuk menulis sebuah peristiwa

yang paling berkesan baginya.

(42)

siswa memberikan kertasnya ke teman yang ada di belakang mereka, begitu

sebaliknya. Sedangkan siswa yang berada paling pinggir sebelah kanan dan kiri

serta depan dan belakang, harus menumpuk kertas yang mereka pegang jika

tidak ada teman di sebelah/posisi yang diinstruksikan.

3) Setelah beberapa kali mereka bertukar kertas, guru mengambil kertas yang

tertumpuk dan membagikannya kepada siswa yang belum mendapatkannya.

4) Setelah semua siswa mendapatkan kertas, guru menyuruh siswa membuat

(43)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini peneliti akan memaparkan bagaimana metode penelitian yang

digunakan oleh peneliti untuk mengaplikasikan penerapan teknik berbagi pengalaman

untuk meningkatkan mutu menulis cerpen.

Pemaparan pada bab III ini meliputi a) metode penelitian, yaitu menjelaskan

metode penelitian tindakan kelas sebagai metode yang tepat untuk mengkaji secara

saksama dan memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran, khususnya

pembelajaran menulis cerpen serta untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam

proses pembelajaran di kelas; b) fokus penelitian yang berupa pengamatan terhadap

aktivitas belajar siswa dan proses belajar mengajar di kelas; c) prosedur penelitian

yang meliputi tahap perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi; d) lokasi dan

subjek penelitian; e) alat pengumpul data yang digunakan; serta f) pengumpulan dan

analisis data.

3.1

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dipilih

karena peneliti memiliki pandangan bahwa secara umum PTK telah menjadi bagian

(44)

dalam pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Selain itu, PTK ini nantinya dapat

dimanfaatkan oleh berbagai pihak sebagai metode untuk mengembangkan kurikulum,

pengembangan keahlian mengajar atau meningkatkan profesionalisme guru, dan

lain-lain.

Penelitian ini dimulai pada saat peneliti menemukan sebuah permasalahan

ketika menjadi pengajar di salah satu lembaga bibimbingan belajar kecil di Kota

Bandung (tahun 2007-2008), yaitu sebagian besar pelajar SMP dan SMA cenderung

tidak termotivasi pada saat pelajaran menulis. Hal ini diketahui pada saat peneliti

melontarkan pertanyaan tentang ketertarikan mereka terhadap pelajaran menulis di

setiap kelas yang peneliti masuki. Sebagian besar dari mereka menjawab merasa tidak

tertarik dengan pelajaran menulis karena selalu merasa kesulitan mencari ide untuk

dituangkan ke dalam tulisan.

Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan

wawancara tidak terstruktur kepada beberapa Mahasiswa yang melakukan PLP di

beberapa SMA Negeri di Kota Bandung (tahun 2008), mengenai minat siswa pada

pelajaran menulis. Jawaban yang sama terlontar, yaitu bahwa siswa kurang memiliki

motivasi dalam pelajaran menulis karena sulitnya menemukan ide. Bahkan beberapa

diantara mereka secara terus terang menyatakan malas mengerjakan tugas menulis

terutama menulis cerpen dan pidato dengan alasan bahwa mereka tidak bercita-cita

(45)

Selanjutnya, peneliti melakukan pengamatan di SMA Negeri 2 Bandung sejak

awal bulan Februari - Juni 2009, selama melaksanakan Program Latihan Profesi

(PLP) di sana. Permasalahan serupa ditemukan oleh peneliti. Dalam setiap kelas yang

peneliti masuki, hanya beberapa orang saja yang mengatakan biasa-biasa saja ketika

mengerjakan tugas menulis. Tidak antusias tetapi juga tidak mengalami kesulitan.

Sedangkan sebagian besarnya menyatakan enggan ketika ada tugas menulis. Tidak

hanya bertanya kepada siswa, peneliti juga bertanya kepada salah satu guru bidang

studi Bahasa Indonesia di SMA Negeri 2 Bandung, Dra. Lilis Yuliawati R. tentang

minat siswa ini. Beliau menyatakan bahwa rata-rata siswa tidak menyukai pokok

bahasan menulis dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Alasan yang

mengemuka adalah sulitnya mencari ide, dan memilih kosakata untuk dituangkan ke

dalam sebuah tulisan. Terlebih saat mereka diminta untuk menulis sebuah cerpen,

hampir tidak memiliki ide bahkan sekadar mencari tema yang menarik untuk ditulis

pada materi pembelajaran menulis cerpen.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan, khususnya di kelas

X-D SMA Negeri 2 Bandung, maka peneliti memilih PTK sebagai metode yang tepat

untuk digunakan dalam penelitian ini. Dalam pemilihan metode PTK ini, peneliti

merujuk kepada beberapa pendapat ahli. Menurut Sukidin, dkk. (2002: 13) PTK dapat

dipilih sebagai metode penelitian karena mampu menawarkan berbagai cara dan

prosedur baru yang lebih mengena dan bermanfaat untuk memperbaiki serta

(46)

dengan Sukidin, Wardani, dkk. (2000: 14) mengemukakan bahwa PTK merupakan

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas sendiri melalui refleksi diri

dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar

siswa meningkat.

Tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah memperbaiki

serta meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis, khususnya menulis cerpen

di kelas X-D SMA Negeri 2 Bandung, meliputi aspek yang berhubungan dengan

proses pembelajaran menulis cerpen yang diarahkan pada penerapan teknik berbagi

pengalaman, untuk memotivasi dan membangun ketertarikan siswa terhadap

pembelajaran menulis cerpen dengan cara membantu siswa menemukan ide untuk

dituangkan ke dalam tulisan, memberikan suasana santai dan ceria serta terjalinnya

kerjasama dan hubungan yang akrab baik antarsiswa maupun antara siswa dan guru.

Dengan demikian penerapan teknik berbagi pengalaman dapat menjadikan

pembelajaran menulis cerpen lebih bermakna bagi siswa serta pada akhirnya siswa

memiliki pandangan positif dan sikap optimistis terhadap pembelajaran ini.

Rujukan lain yang digunakan peneliti dalam pemilihan metode PTK ini adalah

pendapat Kardiawarman (2000: 14) yang menyatakan bahwa dalam konteks

pendidikan PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para

pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk memperbaiki rasionalitas

(47)

Penelitian tindakan kelas dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan

pihak-pihak yang berkepentingan. Kemmis dan Mc Taggart dalam Sukardi (2003:

210) secara umum mengemukakan bahwa “Action research is the way groups of

people can organized the conditions under wich they can learn from their own

experiences and make their experience accessible to others”.

PTK dapat dilakukan baik itu secara kelompok maupun individual dengan

harapan pengalaman mereka dapat ditiru atau diakses untuk memperbaiki kualitas

kerja orang lain, dalam hal ini difokuskan pada perbaikan praktik-praktik

pembelajaran yang dilakukan di kelas. Kolaborasi yang dilakukan dalam PTK ini

pada

dasarnya

bertujuan

agar

dapat

meringankan

sekaligus

membantu

mengartikulasikan permasalahan yang dirasakan guru, sehingga dapat dijajaki dan

dicarikan jalan keluarnya. Menurut Nana Supriatna (2001: 28), PTK merupakan salah

satu cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sekaligus memecahkan

persoalan pengajaran yang dihadapi oleh guru. Penelitian ini dapat dilakukan melalui

kolaborasi antara guru dan mitra guru, baik dari kalangan sekolah maupun peneliti

dari perguruan tinggi yang menjadi mitranya.

Pendapat di atas sejalan dengan pendapat Hopkins dalam Rochiati

Wiriatmadja (2002: 124), yaitu PTK merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru

atau pendidik dengan mitra peneliti, bertujuan untuk meningkatkan kualitas

mengajarnya atau kualitas mengajar sejawatnya, atau untuk menguji asumsi-asumsi

(48)

mengimplementasikan atau mengevaluasi kebijakan-kebijakan sekolah. Dengan

melakukan PTK, guru melengkapi lagi perannya sebagai pendidik dengan melakukan

refleksi kritis terhadap tugas mengajarnya dengan tujuan untuk meningkatkan

kualitasnya.

Menurut Sukidin, dkk. (2002: 13) PTK merupakan penelitian yang

mempunyai karakteristik berbeda dengan penelitian formal, sebab penelitian tindakan

kelas merupakan “(a) an inquiry on practice from within, (b) a collaborative effort

between school teachers and teacher educators, dan (c) a reflective practive made

public”.

Berdasarkan karakteristik tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan PTK dipicu

oleh permasalahan praktis yang secara langsung dihayati dalam pelaksanaan tugas

sehari-hari oleh guru sebagai pengelola program pembelajaran di kelas. Guru sebagai

jajaran staf pengajar di suatu sekolah secara praktis mengetahui berbagai

permasalahan yang dihadapi di kelasnya, terutama berkaitan dengan permasalahan

pengajaran. Adapun Sukardi (2003: 211) mengemukakan ciri-ciri penelitian tindakan

sebagai berikut.

1)

Problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi peneliti

dalam kehidupan profesi sehari-hari.

2)

Peneliti memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan terencana

untuk memecahkan permasalahan dan sekaligus meningkatkan kualitas yang

(49)

3)

Langkah-langkah penelitian yang direncanakan selalu dalam bentuk siklus,

tingkatan atau daur yang memungkinkan terjadinya kerja kelompok maupun

kerja mandiri secara intensif.

4)

Adanya langkah reflektif atau reflective thinking dari peneliti, baik sesudah

maupun sebelum tindakan. Reflective thinking ini penting untuk melakukan

retrospeksi (kaji ulang) terhadap tindakan yang telah diberikan dan

implikasinya yang muncul pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya

penelitian tindakan.

Sementara itu, Wardani, dkk. (2002: 14) mengemukakan ciri-ciri PTK sebagai

berikut.

1)

Adanya masalah dalam PTK yang dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri

guru bahwa praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini di kelas

mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.

2)

Self-Reflective inquiry, yaitu penelitian melalui refleksi diri. PTK

mempersyaratkan guru mengumpulkan data dari praktiknya sendiri melalui

refleksi diri. Ini berarti, guru mencoba mengingat kembali apa yang

dikerjakannya di kelas, apa dampak tindakan tersebut bagi siswa, dan

kemudian memikirkan mengapa dampaknya seperti itu. Guru mencoba

menemukan kelemahan dan kekuatan dari tindakan yang dilakukannya dan

kemudian mencoba memperbaiki kelemahan serta mengulangi bahkan

(50)

3)

PTK dilakukan di kelas sehingga fokus penelitian ini adalah kegiatan

pembelajaran berupa perilaku guru dan siswa dalam melakukan interaksi.

4)

PTK bertujuan memperbaiki pembelajaran. Perbaikan dilakukan secara

bertahap dan terus-menerus selama kegiatan penelitian dilakukan.

PTK ini akan dilaksanakan oleh peneliti dalam proses pengkajian berdaur

secara bertahap, yaitu mulai dari siklus pertama sampai pada suatu siklus yang

dianggap telah mencapai titik jenuh dan memperoleh hasil data yang memuaskan.

Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini sejalan dengan

pendapat Hopkins dalam Rochiati Wiriaatmadja (2002: 127), bahwa PTK merupakan

penelitian yang dalam prosesnya memiliki siklus dengan empat langkah utama, yaitu

perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan (observe), dan

refleksi (reflect). Adapun prosedur pengembangan model tindakan yang dilaksanakan

(51)

(Adaptasi PTK dari Suharsimi Arikunto, 2006: 74)

Tahap Pendahuluan

(Observasi Lapangan)

Permasalahan

Pelaksanaan Tindakan

Pengamatan atau

Pengumpulan Data II

Perencanaan Tindakan

Pelaksanaan Tindakan

Pengamatan atau

Pengumpulan Data I

Refleksi I

Permasalahan Baru

Hasil Refleksi

Perencanaan Tindakan

Evaluasi

Apabila

permasalahan belum

terselesaikan

dilanjutkan ke siklus

(52)

Prosedur penelitian di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut.

1)

Observasi awal

Observasi awal merupakan studi pendahuluan sebelum tindakan dan

penelitian dilakukan. Pada tahap ini peneliti mencari informasi awal yang

dibutuhkan dari lokasi penelitian. Observasi awal dilaksanakan pada awal

bulan Februari 2009. Observasi awal tersebut sangat bermanfaat bagi peneliti,

terutama untuk mengetahui dan memahami latar belakang dan kondisi lokasi

penelitian, krakteristik dan latar belakang siswa, kondisi guru dan proses

pembelajaran yang dilaksanakan di kelas, serta pandangan atau pendapat

siswa terhadap pembelajaran menulis khususnya menulis cerpen.

2)

Perencanaan

Perencanaan dalam penelitian ini mengandung arti bahwa peneliti melakukan

berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat

dikelola dengan baik atau peneliti melakukan analisa masalah dan membuat

rencana berdasarkan analisis masalah yang didapatkan. Pada tahap ini peneliti

menyusun rencana tindakan dan penelitian tindakan, termasuk revisi dan

perubahan rencana yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran

menulis cerpen.

Kegiatan menyusun perencanaan dimulai dari penentuan kelas penelitian dan

kesepakatan waktu dimulainya penelitian, pembuatan rencana pelaksanaan

(53)

media pembelajaran, menyusun format observasi dan lain-lain yang

dibutuhkan selama penelitian dilakukan.

3)

Pelaksanaan tindakan

Tindakan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelaksanaan serangkaian

kegiatan yang telah direncanakan atau dirumuskan oleh peneliti. Implementasi

tindakan dalam penelitian ini adalah dengan mengembangkan pembelajaran

menulis cerpen dengan penerapan teknik berbagi pengalaman.

4)

Pengamatan atau observasi

Observasi adalah upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi

selama tindakan berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Selama tindakan

berlangsung, peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru, siswa

dan proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas, sekaligus melakukan

penilaian mengenai kesesuaian atau kecocokan tindakan-tindakan yang

dilakukan dengan permasalahan yang ada.

5)

Rekomendasi

Rekomendasi adalah menjelaskan setiap kegagalan pelaksanaan dan

efek-efeknya (refleksi). Hasil dari refleksi dapat digunakan sebagai acuan untuk

merencanakan siklus berikutnya jika siklus yang telah dilaksanakan

sebelumnya dipandang belum berhasil memecahkan masalah yang ada.

Peneliti menilai kelebihan dan kekurangan serta pengaruhnya dalam kegiatan

(54)

3.2 Fokus Penelitian

Fokus utama dalam penelitian ini adalah pengamatan terhadap aktivitas guru,

siswa dan proses belajar mengajar menulis cerpen yang berlangsung di kelas.

3.2.1

Pengamatan terhadap aktivitas mengajar guru

Secara spesifik, fokus penelitian terhadap aktivitas mengajar guru mencakup

hal-hal sebagai berikut.

1)

Kemampuan melakukan apersepsi yang dapat menarik perhatian siswa untuk

mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan teknik berbagi

pengalaman,

2)

Kemampuan

memberikan

motivasi

kepada

siswa

dengan

cara

menginformasikan nilai yang diperoleh siswa setiap pertemuan atau

memberikan reward kepada siswa yang memperoleh nilai menulis paling

baik. Pemberian motivasi tersebut bertujuan untuk merangsang ketertarikan

siswa terhadap pembelajaran menulis cerpen. Jika siswa sudah tertarik,

setidaknya siswa akan berusaha untuk membuat cerpen berdasarkan

kemampuannya yang terbaik,

3)

Kemampuan menerapkan teknik berbagi pengalaman dalam pembelajaran

menulis cerpen yang meliputi hal-hal berikut.

a)

Kemampuan membimbing dan memunculkan sikap kerjasama, suasana

santai dan menyenangkan diantara siswa dalam pembelajaran menulis

(55)

b)

Kemampuan mengarahkan siswa untuk menulis cerpen berdasarkan

pengalaman orang lain yang diperoleh pada saat pembelajaran menulis

cerpen dengan penerapan teknik berbagi pengalaman.

4)

Mengarahkan siswa untuk mampu menuangkan tema yang telah ia peroleh

menjadi sebuah cerpen,

5)

Membimbing siswa selama proses penulisan cerpen agar menghasilkan

sebuah cerpen yang baik.

3.2.2

Pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa

Secara spesifik, fokus penelitian terhadap aktivitas belajar siswa mencakup

hal-hal sebagai berikut.

1)

Kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran menulis cerpen dengan

penerapan teknik berbagi pengalaman,

2)

Respons siswa terhadap penerapan teknik berbagi pengalaman yang

dikembangkan guru pada pembelajaran menulis cerpen,

3)

Respons siswa terhadap penjelasan guru tentang materi menulis cerpen,

4)

Kemampuan siswa dalam mengembangkan tema yang didapat berdasarkan

pengalaman orang lain menjadi sebuah cerpen.

Pengamatan terhadap keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis cerpen

dengan penerapan teknik berbagi pengalaman didasarkan pada kriteria berikut.

a)

Kemampuan menyimak, ditunjukkan terhadap kesungguhan siswa dalam

(56)

dan tidak melakukan aktivitas lain selain kegiatan dalam proses belajar

mengajar menulis cerpen dengan penerapan teknik berbagi pengalaman,

b)

Keberanian bertanya, ditunjukkan dengan aktivitas siswa untuk bertanya

mengenai hal-hal yang belum diketahui dan dipahami dalam proses

pembelajaran menulis cerpen,

c)

Kemampuan menulis, ditunjukkan dengan aktivitas siswa melaksanakan tugas

untuk membuat cerpen berdasarkan tema yang telah diperoleh.

3.2.3

Pengamatan terhadap proses belajar mengajar

Secara spesifik, fokus penelitian terhadap proses pembelajaran menulis cerpen

dengan penerapan teknik berbagi pengalaman mencakup hal-hal berikut.

1)

Keadaan kelas

2)

Situasi belajar

3)

Interaksi guru dan siswa

3.3 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus.

Tiap-tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang dicapai, seperti yang telah

didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Jumlah siklus dalam penelitian ini tidak

dibatasi, penelitian berakhir ketika didapat hasil yang cukup signifikan dan stabil atau

(57)

Prosedur penelitian yang dilakukan dalam PTK ini terdiri atas beberapa tahap,

yaitu sebagai berikut.

3.3.1

Perencanaan pelaksanaan tindakan kelas

Sebelum tindakan kelas dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan penyusunan

perencanaan tindakan. Adapun perencanaan tersebut meliputi:

1)

menentukan kelas yang akan digunakan oleh peneliti sebagai tempat

Penelitian Tindakan Kelas.

2)

menyusun kesepakatan antara peneliti dengan observer, terutama untuk

menentukan kapan penelitian akan dimulai dan meminta kesediaan observer

untuk mengamati proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan di kelas

penelitian.

3)

menentukan model PTK yang akan digunakan, menyusun satuan pelajaran

Gambar

Tabel 3.1
Tabel  4.1 Rata-rata Persentase Aktivitas Siswa pada Siklus I
Tabel 4.2 Catatan Lapangan Pembelajaran Siklus I
Tabel 4.3 Persentase Kemampuan Menulis Cerpen Siswa pada Siklus I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak hanya motivasi mengikuti pembelajaran saja yang minim, akan tetapi hasil kerja siswa dalam hal kemampuan menulis pun. relatif

Upaya Peningkatan Kebiasaan Membaca Cerita Narasi dan Kemampuan Menu/is Pengalaman Sendiri dalam Rangka Peningkatan Kemampuan Siswa Dalam Mengapresiasi Cerpen. Hasil

pribadi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Matesih, Karanganyar ?.. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis pengalaman pribadi pada siswa kelas VII E SMP Negeri 2 Matesih

kedalam bentuk tulisan (Hernowo, 2004:234). Fenomena menunjukkan, bahwa kemampuan menulis pengalaman pribadi siswa sangat kurang. Salah satu permasalahan yang dihadapi

Keterampilan Menulis Karangan Narasi Melalui Pengalaman Pribadi dengan Metode Kontruktivisme Pada Siswa Kelas X 2 SMA Negeri 01 Pulokulon Grobogan Tahun Ajaran

Rumusan masalah penelitian ini yaitu bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa X SMA Yatpi Godong Grobogan berdasarkan pengalaman orang lain dan bagaimanakah

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis pengalaman pribadi perubahan perilaku siswa kelas VIIE SMP Negeri 2 Salatiga setelah

Hal tersebut, terbukti dari kemampuan menulis cerita pendek siswa mengalami peningkatan yang ditunjang dengan jurnal siswa pada setiap siklus dan hasil observasi aktivitas siswa,