• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Perilaku Hidup Sehat Berdasarkan Outcome Expectancies Pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung (Perbandingan Aspek-Aspek Perilaku Hidup Sehat Antara Mahasiswa Degan Outcome Expectacies Moderat dan Mahasiswa dengan Outcome Expectacies Non Modera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Perilaku Hidup Sehat Berdasarkan Outcome Expectancies Pada Mahasiswa Universitas "X" Bandung (Perbandingan Aspek-Aspek Perilaku Hidup Sehat Antara Mahasiswa Degan Outcome Expectacies Moderat dan Mahasiswa dengan Outcome Expectacies Non Modera"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat di Universitas “X” Bandung. Pemilihan sampel menggunakan teknik sampling purposive. Responden memiliki kriteria usia 18-25 tahun dan mahasiswa aktif di Universitas “X” Bandung. Pengelompokan outcome expectancies moderat dan non moderat dibuat berdasarkan nilai rata-rata dan standar deviasi.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner perilaku hidup sehat dan kuesioner outcome expectancies. Kuesioner perilaku hidup sehat disusun oleh peneliti berdasarkan “The Health Behaviors Inventory” (Ginting, Ven, Becker, &Naring, 2014). Berdasarkan uji validitas terdapat 14 item yang valid dengan nilai antara 0,303 – 0,596 dan nilai reliabilitasnya sebesar 0,665. Kuesioner outcome expectancies dimodifikasi peneliti dari kuesioner RACK oleh Britta Renner & Ralf Schwarzer (2005). Berdasarkan uji validitas terdapat 48 item yang valid dengan nilai antara 0,303 – 0,618 dan nilai reliabilitasnya sebesar 0,938. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji Independent Sample t-test dengan program SPSS 22.0. Hasil yang diperoleh adalah terdapat perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat aspek tidak merokok di Universitas “X” Bandung, sedangkan untuk aspek yang lainnya menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara mahasiswa dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis mengajukan saran agar penelitian selanjutnya melakukan penelitian kontribusi dari tiga faktor pendorong terbentuknya perilaku hidup sehat, melakukan penelitian eksperiemen tentang outcome expectancies antara responden perokok dan responden tidak merokok dan mengukur seluruh aspek perilaku hidup sehat termasuk dalam hal penggunaan obat-obatan terlarang.

(2)

viii Abstract

This study was conducted to determine differences in health behavior between students with moderate outcome expectancies and students with non-moderate outcome expectancies in the University "X" Bandung. Selection of the sample using purposive sampling method. Criteria of respondents is aged 18-25 years and as active student at the University "X" Bandung. Grouping of moderate outcome expectancies and non moderate outcome expectancies were made based on the average value and standard deviation.

Measuring instrument used a questionnaire of healthy behavior and questionnaires outcome expectancies. Health behavior questionnaire prepared by the researcher based on the “The Health Behaviors Inventory” (Ginting, Ven, Becker, &Naring, 2014). Based on test validity there are 14 items, validity value is 0,303 – 0,596 and reliability value is 0.665. Questionnaires outcome expectancies is modified by researcher using a questionnaire RACK by Britta Renner & Ralf Schwarzer (2005). Based on test validity there are 48 item, validity value is 0,303 – 0,618 and reliability value is 0.938. The data obtained were processed using the test independent sample t-test with SPSS 22.0. The results obtained are differences in health behavior between students with moderate outcome expectancies and students with non-moderate outcome expectancies aspects do not smoke in the University "X" Bandung, while the other aspects showed no difference between students with moderate outcome expectancies and students with non-moderate outcome expectancies.

Based on the research results, the authors propose suggestions on similar studies to conduct a research about contribution of three driving factors of healthy behavior, conduct an experiment research about outcome expectancies between smokers and non smokers, and assess all aspects of healthy behavior including drugs use.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah ... .1

1.2. Identifikasi Masalah ... 5

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1.Maksud Penelitian ... 6

1.3.2.Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Kegunaan Penelitian ... 6

1.4.1. Kegunaan Teoritis ... 6

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

1.5.Kerangka Pikir ... 7

1.6.Asumsi ... 14

(4)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Social Cognitive Theory (SCT) ... 16

2.1.1. The Health Action Process Approach (HAPA) ... 17

2.2. The Expectancy Theory of Motivation ... 22

2.3 Intention ... 25

2.4. Perilaku Hidup Sehat ... 26

2.4.1. Definisi perilaku hidup sehat ... 26

2.4.2. Pedoman Umum Kampanye Gaya Hidup Sehat ... 30

2.4.3 Indikator Perilaku Hidup Sehat ... 30

2.5 Adolescents ... 35

2.5.1 Physical and Mental Health ... 35

2.6 Emerging Adulthood and young adulthood ... 38

2.6.1 Perkembangan fisik ... 38

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian... 43

3.2. Bagan Rancangan Penelitian ... 44

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 44

3.3.1.Variabel Penelitian ... 44

3.3.2.Definisi Operasional ... 44

3.4 Alat Ukur ... 45

3.4.1 Alat Ukur Outcome Expectancy ... 45

(5)

3.4.3. Data Pribadi ... 49

3.4.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 50

3.5. Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 52

3.5.1. Populasi Sasaran Penelitian ... 52

3.5.2. Karakteristik Populasi ... 52

3.5.3. Teknik Sampling ... 52

3.6.Teknik Analisis Data ... 53

3.7. Hipotesis Statistik ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Sampel Penelitian ... 56

4.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

4.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia... 57

4.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Fakultas ... 57

4.2 Hasil Penelitian ... 58

4.2.1. Hasil Uji Hipotesis ... 60

4.2.2 Perhitungan Nilai Rata-rata Perilaku Hidup Sehat ... 62

4.3 Pembahasan ... 64

4.4 Diskusi ... 69

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan ... 72

5.2 Saran ... 73

(6)

xii

5.2.2. Saran Praktis ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75

DAFTAR RUJUKAN ... 77

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Alat Ukur Outcome Expectancy ... 45

Tabel 3.2. Kisi-Kisi Alat Ukur Perilaku Hidup Sehat ... 47

Tabel 3.3. Kisi-kisi Alat Ukur Outcome Expectancies setelah uji validitas... 51

Tabel 4. 1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4. 2. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia ... 57

Tabel 4. 3. Gambaran Subjek Berdasarkan Fakultas... 57

Tabel 4. 4. Hasil Uji Independent Sample T-Test... 60

(8)

xiv

DAFTAR BAGAN Bagan 1. 1. Kerangka Pikir ... 13

Bagan 2. 1. Teori HAPA ... 19

Bagan 2.2. Expectancy Theory ... 23

Bagan 3.1. Rancangan Penelitian ... 44

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 – Kisi-kisi Alat Ukur ... L-1

Lampiran 2 – Kuesioner Survei Awal ... L-7

Lampiran 3 – Kata Pengantar ... L-8

Lampiran 4 – Lembar Pernyataan Kesediaan ... L-9 Lampiran 5 – Kuesioner Outcome Expectancies ... L-10 Kuesioner 6 – Perilaku Hidup Sehat ... L-14

Lampiran 7 – Data Mentah ... L-18

Lampiran 8 – Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... L-30

Lampiran 9 - Riwayat Penyakit Berat ... L-33

Lampiran 10 – Tabulasi Silang ... L-34

Lampiran 11 - Hasil Output SPSS ... L-35

(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Mahasiswa berada pada tahap peralihan dari remaja menuju tahap perkembangan

emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan mencapai puncak unjuk kerja fisik atau kondisi fisik yang paling sehat pada tahap emerging

adulthood (Papalia, 2012). Ironisnya banyak mahasiswa yang mengabaikan risiko dari gaya hidup yang keliru. Contohnya seperti pada usia 18 sampai 30 tahun, seseorang yang sedikit

makan buah-buahan dan sayur lebih memungkinkan untuk memiliki tekanan darah tinggi

(Steffen et al., 2005 dalam Papalia, 2012). Snacking, fast food, makan dengan porsi besar,

konsumsi tinggi lemak, teknologi pengawetan makanan, dan kegiatan rekreasi menetap (main

komputer dan nonton televisi) juga dapat memicu terjadinya obesitas pada mahasiswa

(Papalia, 2012).

Banyaknya tugas perkuliahan, family life stress, stres akademik akan memicu

meningkatnya level insomnia. Kurang tidur akan mempengaruhi bukan hanya kesehatan fisik,

tetapi juga fungsi berpikir, emosi, dan sosial seperti mudah marah, melakukan banyak

kesalahan kerja dan kurang sabar. (Horne, 2000 dalam Papalia, 2012). Oleh karena itu,

perilaku hidup sehat penting untuk dilakukan oleh mahasiswa karena dapat menunjang

optimalisasi mereka di perkuliahan. Misalnya, melalui pola makan yang sehat dapat

menunjang kelancaran aktivitas mahasiswa, pertumbuhan dan perkembangan tubuh, serta

konsentrasi mahasiswa dalam belajar (Sebayang, 2012). Selain itu, kurangnya aktvitas fisik

(11)

2

lelah dan mengantuk (Istiningtyas, 2010). Pola tidur juga dapat mempengaruhi prestasi

mahasiswa. Berdasarkan penelitian, mahasiswa yang cukup tidur dapat memiliki prestasi

belajar yang tinggi (Marpaung, Supit & Nancy, 2013). Di samping itu, kesehatan fisik

secara umum juga dapat mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa (Ardana, Aritonang &

Dermawan, 2013).

Perilaku hidup sehat juga penting untuk dilakukan oleh mahasiswa karena saat ini

beberapa penyakit kronis juga dapat menyerang orang muda, misalnya seperti serangan

stroke, tulang keropos dan juga pikun. Akibat perubahan gaya hidup modern yang semakin tidak sehat, penyakit-penyakit kronis semacam itu bisa juga menyerang sejak usia sangat

muda. Beberapa jenis penyakit kronis yang bisa menyerang sejak muda seperti Melanoma,

Stroke dan Kanker Payudara (Pramudiarja, 2012).

Perilaku hidup sehat dapat didefinisikan sebagai perilaku yang dilakukan oleh

seseorang tanpa memperhatikan status kesehatan mereka dengan tujuan untuk melindungi,

meningkatkan atau menjaga kesehatan (Harris & Guten, 1979 dalam Morrison & Bennett,

2006). Dalam upaya untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan pada mahasiswa maka

perilaku hidup sehat tersebut tidaklah cukup jika hanya dilakukan satu kali, namun

mahasiswa perlu untuk membentuk suatu kebiasaan hidup sehat. Kebiasaan yang dimaksud

adalah suatu perilaku yang secara otomatis dilakukan sebagai suatu respon individu dalam

berperilaku (Gardner, Lally, & Wardle, 2012). Kebiasaan hidup sehat pada mahasiswa ini

dapat dilakukan dengan melakukan gaya hidup sehat sesuai dengan Panduan Umum

Kampanye Gaya Hidup Sehat Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI, 1997), gaya hidup

sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup

yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha

makanan sesuai Pedoman Umum Gizi Seimbang, tinggi serat rendah lemak, tidak berlebihan,

serta selalu mengendalikan berat badan, tidur selama tujuh sampai delapan jam setiap malam,

berolahraga secara teratur, tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol.

Menurut Teori The Health Action Process Approach (HAPA), faktor pendorong

terbentuknya perilaku hidup sehat adalah self efficacy, outcome expectancies dan risk

perception. Self efficacy dan outcome expectancies dinilai sebagai faktor pendorong penting dalam membentuk perilaku hidup sehat (Morrison & Bennett, 2006). Dalam penelitian ini,

peneliti tertarik untuk meneliti outcome expectancies. Ketika seseorang memiliki outcome

expectation yang didapatkan dari perilaku hidup sehat, maka ia diharapkan dapat menghasilkan perilaku hidup sehat. Teori tersebut didukung dengan adanya penelitian dari

Gellert, Ziegelmann, & Schwarzer (2012) yang mengatakan bahwa terdapat bukti empiris

bahwa outcome expectationcies memiliki pengaruh penting pada perilaku olahraga pada masa

dewasa.

Berdasarkan hasil survei awal terhadap 20 mahasiswa Universitas “X”, dengan

menggunakan kuesioner mengenai outcome expectancies dari perilaku hidup sehat

didapatkan hasil bahwa 100% mahasiswa memiliki persepsi konsekuensi yang diharapkan

dapat dicapai melalui perilaku hidup sehat, yaitu dapat memiliki tubuh yang sehat, daya tahan

tubuh yang kuat, bentuk dan berat badan yang ideal, fokus dan dapat berpikir dengan baik,

dapat beraktivitas dengan baik, memiliki umur yang panjang dan disukai oleh orang lain.

Berdasarkan teori HAPA, outcome expectancies yang dimiliki mahasiswa seharusnya

dapat mendorong terbentuknya perilaku hidup sehat, namun berdasarkan hasil survei terlihat

bahwa walaupun mahasiswa memiliki outcome expectancy dari melakukan perilaku hidup

sehat, terdapat mahasiswa yang tidak melakukan perilaku hidup sehat sesuai dengan pedoman

perilaku hidup sehat menurut DepKes RI. Hasil survei awal menunjukkan bahwa dari 20

(13)

4

tidur, yaitu tidur kurang dari 7 sampai 8 jam setiap hari. Di samping itu, untuk aspek makan

makanan tinggi serat, rendah lemak serta mengendalikan berat badan terdapat 6 mahasiswa

(30%) tidak makan makanan yang tinggi serat, rendah lemak serta selalu mengendalikan

berat badan. Untuk aspek olahraga teratur, sebanyak 9 mahasiswa (45%) tidak berolahraga

sebanyak minimal 15 menit sebanyak 3 kali selama seminggu. Untuk aspek tidak minum

minuman beralkohol, sebanyak 2 mahasiswa (10%) minum minuman beralkohol dan untuk

aspek tidak merokok terdapat 4 mahasiswa (20%) yang merokok. Berdasarkan data tersebut

dapat disimpulkan bahwa masih terdapat mahasiswa yang belum melakukan perilaku hidup

sehat, sehingga memberi indikasi awal bahwa walaupun mahasiswa memiliki outcome

expectancies yang ideal dari melakukan perilaku hidup sehat namun belum tentu dapat mendorong terbentuknya perilaku hidup sehat.

Hasil survei tersebut menunjukkan adanya pertentangan dengan teori HAPA bahwa

persepsi konsekuensi yang diharapkan dapat dicapai oleh mahasiswa Universitas “X” melalui

perilaku hidup sehat (outcome expectancies), belum tentu dapat mendorong terbentuknya

perilaku hidup sehat. Peneliti berasumsi bahwa outcome expectancies yang moderat akan

lebih mendorong mahasiswa untuk memunculkan perilaku hidup sehat dibandingkan dengan

mahasiswa yang memiliki outcome expectancies non moderat. Outcome expectancies non

moderat yang dimaksud adalah outcome expectancies yang terlalu tinggi (terlalu ideal) dan

rendah. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan outcome expectancies yang terlalu tinggi

merupakan persepsi konsekuensi yang tidak realistik yang diharapkan dapat dicapai oleh

mahasiswa Universitas “X” melalui perilaku hidup. Sedangkan outcome expectancies yang

rendah merupakan persepsi konsekuensi yang kurang atau tidak diharapkan dapat dicapai

oleh mahasiswa Universitas “X” melalui perilaku hidup sehat.

Hal ini didukung oleh The Expectancy Theory of Motivation (Porter & Lawler, 1968;

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha

motivasi individu untuk melakukan perilaku hidup sehat karena memiliki harapan yang tidak

realistik. Hasil penelitian dari Williams, Anderson & Winett (2005) menunjukkan bahwa

outcome expectancy yang tinggi tidak mendukung terbentuknya perilaku untuk olahraga secara berkelanjutan karena outcome expectancy dapat memotivasi individu untuk melakukan

suatu perilaku berdasarkan values tentang outcome expectancy yang dimilikinya. Di samping

itu, terdapat juga hasil penelitian dari Gardner, Lally & Wardle (2012) bahwa harapan yang

tidak realistik dapat menyebabkan pasien menyerah dalam membentuk kebiasaan hidup

sehat.

Untuk membuktikan asumsi tersebut maka peneliti ingin mengetahui perbedaan

perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa

dengan outcome expectancies yang tinggi dan rendah atau dikelompokan sebagai kelompok

outcome expectancies non moderat. Sehingga dapat diketahui outcome expectancies yang dapat lebih mendorong terbentuknya perilaku hidup sehat dan perilaku hidup sehat pada

mahasiswa dapat ditingkatkan.

1.2. Identifikasi Masalah

Ingin mengetahui perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome

expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat aspek makan makanan tinggi serat, rendah lemak, serta mengendalikan berat badan, olahraga

teratur, tidur cukup dan teratur, tidak merokok dan tidak minum minuman beralkohol di

(15)

6

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku

hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa dengan

outcome expectancies non moderat di Universitas “X” Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan

perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa

dengan outcome expectancies non moderat.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Teoritis

1. Memberi informasi tambahan dalam bidang Psikologi Kesehatan melalui penelitian

yang telah dipublikasikan mengenai perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa

dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies

non moderat dalam upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.

2. Memberikan informasi tambahan kepada peneliti lain mengenai perbedaan perilaku

hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa

dengan outcome expectancies non moderat dalam upaya untuk meningkatkan perilaku

hidup sehat, serta mendorong dikembangkannya penelitian yang berhubungan dengan

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberikan informasi kepada mahasiswa melalui penelitian yang telah dipublikasikan

mengenai gambaran tentang perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan

outcome expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat dalam upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.

2. Memberikan informasi kepada universitas agar dapat memberikan informasi kepada

mahasiswa tentang perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome

expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat dalam upaya untuk meningkatkan perilaku hidup sehat serta manfaat melakukan perilaku

hidup sehat.

1.5. Kerangka Pikir

Kondisi fisik yang sehat sangat dibutuhkan mahasiswa untuk dapat menunjang

optimalisasi mereka di perkuliahan. Secara umum, mahasiswa juga berada pada tahap

perkembangan remaja dan emerging adulthood. Pada tahap perkembangan ini juga,

mahasiswa perlu menjaga kesehatannya agar tetap sehat di tahap perkembangan selanjutnya.

Mahasiswa dapat memiliki dan mempertahankan kesehatannya melalui berbagai macam cara,

salah satunya adalah dengan melakukan perilaku hidup sehat.

Menurut Pedoman Umum Kampanye Gaya Hidup Sehat Depkes RI (1997), perilaku

hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan

hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.

Beberapa indikator perilaku hidup sehat yang dapat diterapkan pada mahasiswa sesuai

Pedoman Umum Kampanye Gaya hidup Sehat Depkes RI adalah makan aneka ragam

(17)

8

serta selalu mengendalikan berat badan, melakukan olah raga teratur minimal 3 hari dalam

seminggu, tidur teratur antara tujuh sampai delapan jam setiap hari, tidak merokok dan tidak

minum alkohol dan tidak minum obat sembarangan, narkotika dan obat berbahaya.

Perilaku hidup sehat pada mahasiswa dapat terbentuk melalui self-efficacy, outcome

expectancy dan risk perception yang dimiliki oleh mahasiswa. Pembentukan perilaku hidup sehat pada mahasiswa ini dapat dijelaskan melalui teori The Health Action Process Approach

(HAPA) yang merupakan salah satu model dalam Social Cognitive Theory (SCT). Teori

HAPA menyatakan bahwa tahap atau fase pertama di dalam “pengadopsian” perilaku sehat

disebut fase motivasi. Fase ini memprediksi kalau intensi untuk bertindak, atau tujuan

perilaku, diprediksi langsung lewat self-efficacy, outcome expectancy dan risk perception

(Morrison & Bennett, 2006). Intensi di sini dianggap sebagai sebuah niat untuk mengerjakan

sesuatu untuk mencapai kondisi yang dibutuhkan, seperti melakukan latihan olahraga secara

teratur untuk merasa lebih sehat. Dengan kata lain, intensi juga dapat diwujudkan dalam

bentuk goal/ sasaran. Teori HAPA mengemukakan bahwa self-efficacy dan outcome

expectancy merupakan prediktor penting dari terbentuknya intensi (Schwarzer, 1992 dalam Morrison & Bennett, 2006).

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah outcome expectancies. Peneliti

memilih untuk meneliti outcome expectancies karena teori HAPA menjelaskan bahwa faktor

pendorong penting terbentuknya perilaku hidup sehat adalah self efficacy dan outcome

expectancies. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti outcome expectancies. Menurut Bandura (1997) Outcome expectancy adalah perkiraan individu bahwa suatu perilaku akan

menghasilkan suatu hasil tertentu (Gellert, Ziegelmann, & Schwarzer, 2012). Pada dasarnya,

outcome expectancy (harapan akan hasil) memiliki bentuk asosiasi “jika-maka”. Sehingga dapat diartikan bahwa outcome expectancy yang dimiliki mahasiswa adalah persepsi

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

hidup sehat. Outcome expectancy yang dimiliki mahasiswa dari melakukan perilaku hidup

sehat dapat bersifat fisik dan sosial atau self-evaluative (Dijkstra dkk, 1997 dalam Albery &

Marcus, 2008). Outcome expectancy yang bersifat fisik mencerminkan perubahan dalam

simptomologi (contohnya, jika mahasiswa berolahraga secara teratur maka ia akan memiliki

jantung yang lebih sehat), outcome expectancy yang bersifat sosial mengacu pada

perubahan-perubahan respon sosial yang mengikuti suatu perilaku (contohnya, mahasiswa yang

melakukan gaya hidup sehat dapat merasa lebih rasa percaya diri) (Albery & Marcus, 2008).

Outcome expectancy yang dimiliki oleh mahasiswa adalah memiliki tubuh yang sehat, daya tahan tubuh yang kuat, bentuk dan berat badan yang ideal, fokus dan dapat berpikir

dengan baik, dapat beraktivitas dengan baik, memiliki umur yang panjang dan disukai oleh

orang lain. Outcome expectancies ini secara tidak langsung mendorong terbentuknya perilaku

hidup sehat melalui terbentuknya intensi untuk melakukan perilaku hidup sehat. Intensi

merupakan komponen dalam diri mahasiswa yang mengacu pada keinginan atau niat untuk

melakukan perilaku hidup sehat. Fase pembentukan intensi ini disebut sebagai fase motivasi.

Outcome expectancy ini dapat memotivasi mahasiswa untuk melakukan perilaku hidup sehat melalui terbentuknya intensi melakukan perilaku hidup sehat didukung oleh

penejelasan dari teori The Expectancy Theory of Motivation (Porter & Lawler, 1968; Vroom,

1964 dalam School, 2002). Teori ini tersusun dari tiga asumsi dasar, yaitu expectancy,

instrumentality dan valance. Individu dapat termotivasi ketika ia yakin bahwa sebuah usaha akan menghasilkan perilaku yang diinginkan (expectancy), perilaku tersebut dapat

menghasilkan reward (instrumentality) dan nilai dari reward tersebut berharga bagi individu

(valance). Namun terkadang kebanyakan individu jarang mempertimbangkan

alternatif-alternatif yang memungkinkan untuk dicapai atau membuat perhitungan detil mengenai

(19)

10

hasil yang terlihat memuaskan daripada memilih kemungkinan yang dapat didapatkan secara

optimal (Bandura, 1986).

Teori ini membantu menjelaskan bahwa walaupun mahasiswa memiliki outcome

expectancy yang terlalu ideal (terlalu tinggi) belum tentu menunjukkan perilaku hidup sehat. Ketika mahasiswa memiliki outcome expectancy yang terlalu tinggi dalam hal ini berarti

mahasiswa memiliki harapan yang terlalu ideal dan bahkan cenderung tidak realistik,

memungkinkan mahasiswa untuk memiliki intensi untuk melakukan perilaku hidup sehat

yang rendah sehingga menunjukkan perilaku hidup sehat yang cenderung rendah karena

mahasiswa menjadi tidak realistik dalam menentukan hasil yang ingin dicapai atau memiliki

harapan (expectancy) yang terlalu tinggi. Harapan yang terlalu tinggi dan berada di luar

kendali mahasiswa justru akan melemahkan motivasinya untuk melakukan perilaku hidup

sehat karena harapan yang terlalu tinggi memiliki tingkat kesulitan yang tinggi dan berada di

luar kemampuan mahasiswa untuk dicapai sehingga memiliki kemungkinan yang kecil untuk

dicapai. Hal ini membuat mahasiswa dapat merasa bahwa perilaku yang ia lakukan tidak akan

menghasilkan hasil yang ia inginkan sebagai reward (instrumentality) dan melemahkan nilai

terhadap outcome expectancy (valance) yang dimiliki oleh mahasiswa. Oleh karena itu dapat

melemahkan intensi mahasiswa dalam melakukan perilaku hidup sehat. Ketika mahasiswa

memiliki intensi yang lemah dalam melakukan perilaku hidup sehat maka mahasiswa akan

cenderung menampilkan perilaku hidup sehat yang lebih rendah.

Ketika mahasiswa memiliki outcome expectancy yang terlalu rendah dalam hal ini

berarti mahasiswa memiliki harapan yang rendah dari melakukan perilaku hidup sehat maka

mahasiswa akan memiliki intensi untuk melakukan perilaku hidup sehat yang rendah juga

sehingga mahasiswa tidak menampilkan perilaku hidup sehat. Outcome expectancy yang

terlalu rendah akan cenderung kurang memotivasi mahasiswa untuk melakukan perilaku

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha

dapat menghasilkan reward berupa hasil dari perilaku hidup sehat dan mahasiswa cenderung

menilai bahwa reward berupa hasil dari perilaku hidup sehat tersebut tidak penting atau tidak

berharga. Pada penelitian ini, mahasiswa yang memiliki outcome expectancies tinggi dan

rendah diasumsikan sebagai kelompok mahasiswa dengan outcome expectancies non

moderat.

Saat mahasiswa memiliki outcome expectancy yang moderat yang berarti mahasiswa

memiliki harapan yang realistis maka akan memiliki intensi untuk melakukan perilaku hidup

sehat yang tinggi sehingga dapat memunculkan perilaku hidup sehat. Ketika mahasiswa

merasa bahwa harapan yang mereka miliki berada di dalam kendali karena goal difficulty dari

target tersebut merasa dapat diatasi maka akan memperkuat motivasi mereka untuk

melakukan perilaku hidup sehat. Di samping, itu mahasiswa juga akan merasa yakin bahwa

perilaku tersebut dapat memberikan reward (instrumentality) yang dinilai penting oleh

mahasiswa (valance) maka mahasiswa tersebut akan memiliki motivasi yang tinggi untuk

menampilkan perilaku hidup sehat. Setelah memiliki motivasi yang tinggi maka mahasiswa

dapat memiliki intensi yang tinggi dan menunjukkan perilaku hidup sehat yang lebih tinggi.

Perilaku hidup sehat yang konsisten pada mahasiswa diduga didorong oleh adanya

intensi yang tinggi. Sedangkan tindakan untuk melakukan perilaku hidup sehat yang tidak

konsisten pada mahasiswa diduga didorong oleh adanya intensi yang rendah dalam

melakukan perilaku hidup sehat, di mana intensi mahasiswa tersebut didorong oleh outcome

expectancy yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut.

Setelah mahasiswa membentuk intensi untuk melakukan perilaku hidup sehat, ia pun

memasuki fase kedua yang disebut fase volitional. Fase ini merupakan fase dimana intensi

diterjemahkan menjadi tindakan atau perilaku hidup sehat. HAPA berpendapat bahwa

manusia harus menjalani proses perencanaan dan pengontrolan tindakan. Individu juga perlu

(21)

12

bagaimana mereka akan menjalankan suatu perilaku (Gollwitzer, 1999 dalam Morrison &

Bennett, 2006 ). Hal ini dapat diartikan bahwa setelah terbentuknya intensi untuk melakukan

perilaku hidup sehat pada mahasiswa maka mahasiswa perlu membuat perencanaan dan

mengontrol perilaku dalam melakukan gaya hidup sehat mereka.

Melalui teori HAPA belum diketahui derajat outcome expectancy yang dapat

mendorong terbentuknya perilaku hidup sehat karena walaupun mahasiswa memiliki outcome

expectancies dari melakukan perilaku hidup sehat namun perilaku sehat yang dimunculkan dapat berbeda-beda. Outcome expectancy yang terlalu tingi belum tentu dapat mendorong

terbentuknya perilaku hidup sehat, hal ini ditunjukkan dengan walaupun mahasiswa

mengetahui hasil positif dari melakukan perilaku hidup sehat namun masih terdapat

mahasiswa yang tidak melakukan perilaku hidup sehat. Oleh karena itu, diharapkan

penelitian ini dapat menggambarkan perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa

dengan outcome expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies tinggi

dan rendah atau non moderat. Sehingga mahasiswa dapat lebih diarahkan untuk memiliki

(22)
(23)

14

1.6. Asumsi

1.6.1 Mahasiswa memiliki harapan dari perilaku hidup sehat yang berbeda-beda sehingga

memungkinkan mahasiswa untuk memiliki derajat outcome expectancies yang

berbeda-beda.

1.6.2 Mahasiswa yang memiliki derajat outcome expectancies yang tinggi dan rendah

berada dalam kelompok outcome expectancies non moderat.

1.6.3 Mahasiswa dengan outcome expectancy yang terlalu tinggi memungkinkan mereka

untuk memiliki expectancy yang tidak realistik, instrumentality yang tidak realistik

dan valance yang rendah.

1.6.4 Mahasiswa dengan outcome expectancy yang moderat memungkinkan mereka untuk

memiliki expectancy yang realistik, instrumentality yang realistik dan valance yang

tinggi.

1.6.5 Mahasiswa dengan outcome expectancy yang rendah memungkin mereka untuk

memiliki expectancy yang rendah, instrumentality yang rendah dan valance yang

rendah.

1.6.6 Perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies

moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat menunjukkan

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha

1.7. Hipotesis

Hipotesis 1:

Terdapat perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies

moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat aspek makan makanan

tinggi serat, rendah lemak, serta mengendalikan berat badan di Universitas “X” Bandung.

Hipotesis 2:

Terdapat perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies

moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat aspek olahraga teratur di

Universitas “X” Bandung.

Hipotesis 3:

Terdapat perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies

moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat aspek tidur cukup dan

teratur di Universitas “X” Bandung.

Hipotesis 4:

Terdapat perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies

moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat aspek tidak merokok di

Universitas “X” Bandung.

Hipotesis 5:

Terdapat perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies

moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat aspek tidak minum

(25)

72 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 100 mahasiswa di

Universitas “X” Kota Bandung dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancies

moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat aspek tidak merokok

di Universitas “X” Bandung.

2. Tidak terdapat perbedaan perilaku hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome

expectancies moderat dan mahasiswa dengan outcome expectancies non moderat pada aspek makan makanan tinggi serat, rendah lemak serta mengendalikan berat badan;

olahraga teratur; tidur cukup dan teratur dan tidak minum minuman beralkohol dengan

perilaku hidup sehat aspek makan makanan tinggi serat, rendah lemak serta memantau

berat badan; olahraga teratur; tidur cukup dan teratur dan tidak minum minuman

beralkohol di Universitas “X” Bandung.

3. Mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan adolesence memiliki rata-rata perilaku

hidup sehat yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang berada pada tahap

(26)

73

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya maka peneliti

mengemukakan saran yang dapat dipertimbangkan yaitu sebagai berikut :

5.2.1. Saran Teoretis

Dengan adanya keterbatasan pada penelitian, penulis menyarankan apabila akan

dilakukan penelitian serupa, maka:

1. Melakukan penelitian kontribusi dari tiga faktor pendorong terbentuknya perilaku hidup

sehat dalam teori HAPA.

2. Melakukan penelitian eksperimen tentang outcome expectancies antara responden perokok

dan responden yang tidak merokok.

3. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengukur seluruh aspek perilaku hidup sehat pada

mahasiswa termasuk dalam hal penggunaan obat-obatan terlarang.

5.2.2. Saran Praktis

1. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan informasi kepada mahasiswa

(melalui penelitian yang telah dipublikasikan) mengenai gambaran tentang perbedaan perilaku

hidup sehat antara mahasiswa dengan outcome expectancy moderat dan mahasiswa dengan

outcome expectancies non moderat. Hal ini diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk membentuk outcome expectancy moderat yang menjadi prediktor untuk menampilkan

perilaku hidup sehat. Misalnya, mahasiswa membuat outcome expectancies yang realistis

berdasarkan kemampuan diri sendiri kemudian membuat rencana dan strategi yang realistis

juga untuk dapat mencapai outcome expectancies tersebut.

2. Di samping itu, hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan informasi kepada

(27)

74

kepada mahasiswa mengenai pentingnya melakukan seluruh aspek perilaku hidup sehat serta

manfaat melakukan seluruh aspek perilaku hidup sehat. Kampanye yang dapat diberikan

misalnya seperti kampanye tentang cara yang realistik untuk dapat berhenti merokok, manfaat

(28)

PERBANDINGAN PERILAKU HIDUP SEHAT BERDASARKAN

OUTCOME EXPECTANCIES

PADA MAHASISWA UNIVERSITAS “X”

BANDUNG

(PERBANDINGAN ASPEK-ASPEK PERILAKU HIDUP SEHAT ANTARA MAHASISWA DENGAN OUTCOME EXPECTANCIES MODERAT DAN MAHASISWA

DENGAN OUTCOME EXPECTANCIES NON MODERAT)

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Ujian Sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen

Maranatha

Oleh:

THERESIA PUJI LESTARI

1230009

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(29)
(30)
(31)

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yesus atas kasih dan karunia-Nya

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi pada tahun ajaran 2016 di Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Perbandingan

Perilaku Hidup Sehat Berdasarkan Outcome Expectancies Pada Mahasiswa Universitas “X”

Bandung”

(Perbandingan Aspek-Aspek Perilaku Hidup Sehat Antara Mahasiswa Dengan

Outcome Expectancies Moderat dan Mahasiswa Dengan Outcome Expectancies Non Moderat).

Peneliti juga berterimakasih untuk segala bantuan dari berbagai pihak, sehingga

peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini. Peneliti menyadari bahwa tugas yang telah

disusun ini masih jauh dari kata sempurna, serta masih terdapat banyak kesalahan dan

kekurangan. Pada kesempatan kali ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu peneliti dalam proses penyusunan dan

penyelesaian tugas ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada :

1. Irene Prameswari E., M.Si., Psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas

Kristen Maranatha yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk

melakukan penelitian.

2. Dr. Henndy Ginting, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing utama yang telah

dengan sabar dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, membantu, dan

memberikan banyak masukan kepada peneliti dalam menyusun penelitian ini.

3. Ellen Theresia, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang telah

dengan sabar, memberi semangat dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing,

membantu, dan memberikan banyak masukan kepada peneliti dalam menyusun

(32)

vi

4. Mahasiswa di Universitas “X” yang telah membantu dan bekerja sama sebagai

responden di dalam penelitian ini.

5. Keluarga terkasih, untuk kedua orang tua yang selalu mendoakan, membantu,

memberi dukungan, dan semangat saat peneliti sedang bekerja keras dalam menyusun

penelitian ini.

6. Teman-teman “Sis-Cyn” Milla, Anin, Devi, Sherly, Giovani, Anastaha, Christine,

Clarence, Angie, Cynthia, Fey, Tania, dan Sheren yang telah memberikan semangat

dan hiburan selama perkuliahan dan pengerjaan penelitian ini.

7. Teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2012, terima kasih atas bantuan, saran, dan

dorongannya kepada penulis.

8. Semua pihak yang memberikan dukungan dan membantu penulis selama penyelesaian

skripsi ini tetapi tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dan mungkin namanya tidak disebutkan. Terima kasih yang sebesar-besarnya

karena telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga penelitian ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca.

Bandung, Mei 2016

(33)

75

DAFTAR PUSTAKA

Albery, Ian P. & Marcus Munafo. (2008). Key Concepts in Health Psychology. London : Sage Publications

Albery, Ian P. & Marcus Munafo. (2011). Psikologi Kesehatan Panduan Lengkap dan Komprehensif Bagi Studi Psikologi Kesehatan. Cetakan I. Yogyakarta : Palmall. Ardana, Cenik. I.,Lerbin. R. Aritonang & Elizabeth Sugiarto Dermawan. (2013). Kecerdasan

Intelektual, Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual Dan Kesehatan Fisik Untuk Memprediksi Prestasi Belajar Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Akuntansi Vol. XVII, No. 03, September 2013, 444-458.

Bandura, Albert. (1986). Social Foundation of Thought and Action. A Social Cognitive Theory. New York : Prentice Hall, Inc.

Corner. Mark & Paul Norman. (2005). Predicting Health Behavior. England : Open University Press.

Dalton, Madeline A., James D Sargent., Michael L Beach., Amy M Bernhardt., & Marguerite Stevens. (1999). Positive and Negative Outcome Expectancies of Smoking Implication for Prevention. Preventive Medicine, 29 460-465.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1997).

Effendi, Sofian. 2014. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, anggota Ikapi

Gardner, Benjamin., Phillippa Lally., Jane Wardle. (2012). Debate & Analysis Making Health Habitual : the Psychology of Habit Formation and General Practice. British Journal of Genera Practice.

Gellert, Paul., Jochen P Ziegelmann., & Ralf Schwarzer. (2012). Affective and Health-Related Outcome Expectancies For Physical Activity in Older Adults. Psychology and Health, Vol.27, No 7, July 2012, 816-828.

Ginting, Henndy., Monique van de Ven., Eni S Becker., Gerard Naring. (2014). Type D personality is associated with health behavior and perceived social support in individual with coronary heart disease. Journal Of Health Psychology 1-11.

Graziano, Anthony M. & Raulin, Michael L. 2000. Research Methods : A process of Inquiry Edisi Keempat. Sydney : Allyn & Bacon

(34)

76

Universitas Kristen Maranatha

Istiningtyas, Anita. (2010). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Gaya Hidup Sehat Dengan Perilaku Gaya Hidup Sehat Mahasiswa Di Psik Undip. Jurnal KesMaDaSKa, Vol 1 No. 1, Juli 2010(18-25).

Marpaung, Panangian. P., Sianntan Supit., & Joice Nancy. (2013). Gambaran Lama Tidur Terhadap Prestasi Belajar. Jurnal e-Biomedik (eBM) Vol. 1, No. 1, Maret 2013, hlm. 543-549.

Morrison, Val dan Paul Bennett. (2006). An Introduction to Health Psychology. England : Pearson Education Limited

Papalia, Diane. E., Ruth Duskin Feldman., Gabriela Martorell. (2012). Experience Human Development Twelfth Edition. New York: McGraw-Hill.

Scholl, W. Richard. (2002). Motivation: Expectancy Theory. Schmidt Labor Research Center : University of Rhode Island, Kingston, RI 02881. Diambil dari www.uri.edu.

Santoso, Singgih. (2015). Menguasai SPSS 22 From Basic To Expert Skills. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

Sebayang, Agnes Natalia. 2012. Gambaran Pola Konsumsi Makanan Mahasiswa di Universitas Indonesia Tahun 2012 (Skripsi). Fakultas Ilmu Keperawatan : Depok.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono.2014. Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta

Sunjoyo., Rony Setiawan., Verani Carolina., Nonie Magdalena., & Albert Kurniawan. (2013). Aplikasi SPSS Untuk SMART Riset. Bandung : Alfabeta.

Taylor, Shelley E. 1995. Health Psychology Third Edition. New York : McGraw-Hill

Taylor, Shelley E. 1999. Health Psychology Fourth Edition. Singapore : McGraw-Hill

U.S Department of Health and Human Services. (2005)

U.S. Department of Agriculture and U.S. Department of Health and Human Services. Dietary Guidelines for Americans, 2010. 7th Edition, Washington, DC: U.S. Government Printing Office, December 2010

Wamsteker, Erika W., Rinie Geenen., Pierre MJ Zelissen., Eric F Van Futh., & Jolein Lestra. (2009). Unrealistic Weight Loss Goals among Obese Patient Are Associated with Age and Causal Attribution. Journal of The American Dietetic Association volume 109 issue 11 november 2009 page 1903-1908.

(35)

77

DAFTAR RUJUKAN

Campaign for Tobacco – Free Kids. (2009). Smoking’s immediate effect on body. (https://www.tobaccofreekids.org/research/factsheets/pdf/0264.pdf smoking pdf, diakses pada 1 Agustus 2016)

Drug and Alcohol Rehab Asia. (2016). Realistic Expectations in Recovery.

(http://alcoholrehab.com/addiction-recovery/realistic-expectations-in-recovery/,

diakses pada 5 Mei 2016).

Pramudiarja, AN Uyung. (2012). 7 Penyakit Kronis di Usia Muda dan Cara Mencegahnya.

(

http://health.detik.com/read/2012/04/28/120037/1903918/766/7-penyakit-kronis-di-usia-muda-dan-cara-mencegahnya, diakses pada 5 Mei 2016).

Sass, Cynthia. (2013). 5 Reasons Your Diet is Making You Fat.

(http://news.health.com/2013/02/14/5-reasons-your-diet-is-making-you-fat/, diakses 5

Mei 2016).

Woolman, Lindsay. (2016). Unrealistic Expectations About Sleep and Insomnia.

(http://sleep.lovetoknow.com/Unrealistic_Expectations_about_Sleep_and_Insomnia,

Gambar

Tabel 3.3. Kisi-kisi Alat Ukur Outcome Expectancies setelah uji validitas............................

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian bank garansi merupakan suatu bentuk perjanjian tertulis yang isinya bank telah menyetujui untuk mengikatkan diri kepada penerima jaminan agar memenuhi kewajiban

Menurut Agus (2001:54), “analisis rasio keuangan dilakukan dengan membandingkan antar pos-pos neraca dan pos-pos laba rugi.” Sedangkan menurut pendapat Slamet Munawir

[r]

Menurut undang-undang yang berlaku saat ini di Indonesia, pengguguran kandungan yang semata dimaksudkan merusak atau membunuh janin termasuk dalam pengertian tindak

NYAK

Standarisasi barcode yang digunakan adalah barcode tipe code-39 dengan standar verifikasi barcode reader ANSI X3.182 yang merupakan UPC Code yang digunakan di US

Kaum Ansar adalah ummat Islam yang ada di Madinah, mereka menyambut kedatangan Nabi dan kaum Muhajirin lainnya dengan penuh sukacita, melayani semua kebutuhannya

Maksum Effendi , SpM(K) sebagai narasumber, dalam acara ini juga menghadirkan Finalis X Factor Indonesia, Yohanna Febrianti sebagai narasumber, dimana Yohanna Febrianti juga