NO. 88/UN. 40.FPEB.I.PL/2013
PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MASKAPAI BATAVIA AIR RUTE
JAKARTA-PADANG
(Survei Terhadap Pengguna Maskapai Batavia Air di UPI, UNPAD dan ITB)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis
Oleh :
Lovely Nanda Putra
(0707867)
FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MASKAPAI BATAVIA AIR RUTE
JAKARTA-PADANG
(Survey Terhada Pengguna Maskapai Batavia di UPI, UNPAD dan ITB)
Skripsi ini Disetujui dan Disahkan oleh:
Mengetahui,
Pembimbing I Pembimbing II
Ketua Program Studi Pendidikan Manajemen Bisnis
Dr. Lili Adi Wibowo, S.Sos., S.Pd., M.M Dekan Fakultas
Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia
PENGARUH PHYSICAL EVIDENCE TERHADAP KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MASKAPI BATAVIA AIR RUTE JAKARTA-PADANG (SurveiTerhadap Pengguna Maskapai Batavia Air
di UPI,UNPAD dan ITB)
Oleh : Lovely Nanda Putra
0707867
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Manajemen Bisnis
Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
©Lovely Nanda Putra Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2012
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Lovely Nanda Putra (0707867), “pengaruh Physical Evidence Terhadap Keputusan
Menggunakan Maskapai Batavia Air Rute Jakarta-Padang” (Survei pada pengguna Maskapai Batavia Air di UPI, UNPAD dan ITB), dibawah bimbingan Drs. Girang Razati, M.Si. dan Ayu Krishna Y., S.Sos., M.M.
Setiap perusahaan jasa dituntut melakukan strategi yang baik untuk mencapai tujuan perusahaan dalam rangka menghadapi persaingan yang tinggi, untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan usaha dari perusahaan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang baik sehingga mempengaruhi keputusan membeli oleh konsumen.
Batavia Air harus memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen. Rendahnya jumlah penumpang Maskapai Batavia Air di Indonesia adalah merupakan indikasi dari cukup banyaknya para penumpang memilih menggunakan maskapai lain khususnya untuk rute Jakarta-Padang, penurunan jumlah penumpang disebabkan oleh sarana yang diberikan oleh Batavia Air tidak mendukung kenyamanan penumpang, physical evidence menjadi alasan para penumpang maskapai penerbangan untuk mengambil keputusan menggunakan.
Penelitian ini bertujuan 1) Mengetahui bagaimana penerapan physical evidence yang dilaksanakan oleh Batavia Air, 2) Bagaimana keputusan konsumen dalam memilih dan menggunakan maskapai Batavia Air, 3) Mengetahui keputusan menggunakan penerbangan yang terdiri dari facility design, equipment, signage, employe dress atau dari guarantee. Objek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang berasal dari padang di UPI, UNPAD, ITB dan pernah menggunakan maskapai Batavia Air. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
physical evidence (X) keputasan menggunakan (Y). Jenis penelitian yang digunakan adalah
deskriptif verifikatif, dan metode yang digunakan adalah explanatory survey dengan teknik sampel jenuh dengan jumlah sampel 75 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linier sederhana dengan alat bantu software komputer SPSS 16.0 for windows
ABTSRACT
Lovely Nanda Putra (0707867), “The Influence of Physical Evidence Againts Costumer Decisions Using Batavia Air From Jakarta to Padang” (Survey on Users Airline At UPI, UNPAD dan ITB), Under Guidance of Drs. Girang Razati, M.si. dan Ayu Krishna Y, S.Sos., M.M.
Each service companies charged with a good strategy to achieve corporate objective in order to face high competition, to achieve that goal requires effort from the company to provide better facilities and infrastructure that influence buying decision by consumer.
Batavia Air had to give the best service to consumer, low number of passenger Batavia Air, an indication of sufficient number passenger choosing to use other airline particular for Jakarta-Padang, caused by decrease in the number of passenger vehicle provide by Batavia Air does not support passenger comfort, physical evidence, the reason for airline, passengers flight to make decisions using.
This study aims to 1) Determine how to application of physical evidence undertaken by Batavia Air, 2) How can consumer’s decision to choose and use the airline Batavia Air, 3) knowing the decision to use the flight consisting of facility design, equipment, signage, employe dress and guarantee. Object in this study were student from field in UPI, UNPAD and ITB, and never use Batavia Air. The independent variable in this study is Physical Evidence (X), Costumer Decision (Y). This type of research is descriptive verification, and the method used in explanatory saturated sample survey technique with a sample of 75 respondents. The data analysis technique used is simple liner regression with computer software tools SPSS 16.0 for windows.
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...xv
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ...1
1.2Identifikasi Masalah ...18
1.3Rumusan Masalah ...19
1.4Tujuan Penelitian ...19
1.5Kegunaan Penelitian ...20
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1Kajian Pustaka ...21
2.1.1 Konsep Physical Evidence ...21
2.1.1.1Konsep Physical Evidence Dalam Bauran Pemasaran ....21
2.1.1.2Definisi Physical Evidence ...34
2.1.1.3Dimensi Physical Evidence...36
2.1.2Keputusan Menggunakan Jasa ...38
2.1.3Pengaruh Physical Evidence terhadap Keputusan Menggunakan ...58
2.1.4Orisinalitas Penelitian ...59
2.1.5Kerangka Pemikiran ...61
2.1.6Hipotesis ...69
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1Objek Penelitian ...70
3.2Metode Penelitian ...71
3.2.1Jenis Penelitian dan Metode yang Digunakan ...71
3.2.2Operasionalisasi Variabel ...72
3.2.3Jenis dan Sumber Data ...76
3.2.4Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...77
3.2.4.1Populasi ...77
3.2.4.2Sampel ... 78
3.2.4.3Teknik Sampling ...79
3.2.5Teknik Pengumpulan Data ...81
3.2.6Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas ...84
3.2.6.1Hasil Pengujian Validitas ...84
3.2.6.2Hasil Pengujian Reliabilitas ...89
3.2.7 Uji Normalitas ...91
3.3 Rancangan Teknik Analis Data ...93
3.3.1 Teknik Analisi Data ...93
3.3.3.1 Menguji β Melalui Uji t ...97
3.3.3.2 Diagram Pencar ...98
3.3.3.3 Uji Titik Terpencil ...98
3.3.3.4 Analisi Korelasi ...99
3.3.3.5 Regresi Linier Sederhana ...100
3.3.3.6 Koefisien Determinasi ...101
3.3.4 Pengujian Hipotesis ...102
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Profil Perusahaan dan Pengguna Batavia Air ...104
4.1.1Profil Perusahaan ...104
4.1.1.1Visi dan Misi Perusahaan ...105
4.1.1.2Identitas Perusahaan ...105
4.1.2Profil Pengguna Maskapai Batavia Air ...110
4.1.3Pengalaman Responden ...112
4.1.3.1 Maskapai Penerbangan Yang Pernah Digunakan ...113
4.1.3.2 Lama Menggunakan Maskapai Penerbangan Yang Digunakan Terakhir Kali ...113
4.1.3.3 Frekwensi menggunakan maskapai penerbangan dengan rute jakarta-Padang Dalam Satu Tahun ...114
4.1.3.4 Alasan Menggunakan Maskapai Penerbangan ...115
4.1.3.5 Waktu Pembelian ...116
4.2Tanggapan Pengguna Maskapai Batavia Air Terhadap Physical
evidence dan Dimensi –Dimensinya ...119
4.2.1 pelaksanaan dimensi-dimensi Physical Evidence ... 119
4.3Tanggapan Pengguna Maskapai Batavia Air Terhadap Keputusan Menggunakan ...133
4.3.1 pelaksanaan dimensi –dimensi keputusan menggunakan Makspai Batavia air ...133
4.4Pengujian Hipotesis Pengaruh Physical Evidence Terhadap Keputusan Menggunakan ...143
4.4.1 Analisisi Korelasi ...144
4.4.2 Analisis Regresi Linier Sederhana ...146
4.4.3 Koefisien Determinasi ... 148
4.5 Implikasi Hasil Temuan ...149
4.5.1 Temuan Penelitian Bersifat Teoritis ...149
4.5.2 Temuan Penelitian Bersifat Empiris ...150
4.6 Implikasi Hasil Penelitian Physical Evidence di Lingkungan Universitas ...152
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1Kesimpulan ...160
5.2Rekomendasi ...161
DAFTAR PUSTAKA ...164
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perkembangan arus informasi dan ekonomi mendorong timbulnya laju
persaingan didalam dunia usaha hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya
perusahaan, baik yang menghasilkan barang maupun jasa, sehingga menyebabkan
persaingan dalam dunia usaha semakin ketat. Keadaan ini memaksa perusahaan
untuk lebih tanggap terhadap terjadinya perubahan pasar yang sangat cepat dan
dinamis.
Begitu juga dengan sektor jasa yaitu transportasi, di Indonesia transportasi
dibagi atas tiga bagian yaitu sektor darat, laut dan udara, dengan meningkatnya
perekonomian berpengaruh terhadap mobilitas masyarakat, apalagi dengan
kondisi geografis Indonesia yang merupakan Negara kepulauan sehingga
mendorong tumbuh dan berkembangnya transportasi udara, Berikut Gambar 1.1
menunjukkan pertumbuhan jumlah pengguna transportasi udara Indonesia tahun
2011.
PERTUMBUHAN PENERBANGAN DI INDONESIA
(Juta Jiwa)
37.4 43.5
48.7 53.5
2008 2009 2010 2011
Sumber : http://www.seputar indonesia.com/edisicetak/content/view/376114/ GAMBAR 1.1
Peningkatan jumlah pengguna jasa transportasi udara disebabkan oleh
lebih efisien dibandingkan dengan sarana transportasi lainnya yang lebih
memakan waktu yang relatif lama dibandingkan dengan transportasi udara,
apalagi didukung oleh perubahan persepsi konsumen dalam menggunkan sarana
transportasi, yang dulu hanya untuk segment pasar kalangan menengah ke atas
sedangkan sekarang beberapa maskapai penerbangan sudah masuk ke kalangan
menengah ke bawah.
Indonesia memiliki jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah
Cina, Amerika dan India, sehingga banyak perusahaan penerbangan yang
beroperasi di Indonesia, apalagi kondisi geografis Indonesia yang merupakan
negara kepulauan sehingga meningkatkan kebutuhan akan transportasi antar
pulau yang sangat dibutuhkan. Sehingga bisnis penerbangan sangat potensial
untuk terus berkembang sehingga perusahaan penerbangan nasional melakukan
perluasan pasar untuk meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan
transportasi udara.
Seiring dengan peningkatan minat masyarakat dalam menggunakan sarana
transportasi udara maka penyedia layanan transportasi udara di Indonesia
memperluas target pasar dalam mendapatkan konsumen. Berikut gambar 1.2
ESTIMASI MARKET SIZE PENERBANGAN DI INDO NESIA
(pe rse ntase )
12.3
19.1823.76 28.81
34.02
39.1643.1 47.3
52.154.5
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Sumber : Estimasi market size (swa 10/XXIV/15-28 mei 2010) GAMBAR 1.2
ESTIMASI MARKET SIZE PENERBANGAN DI INDONESIA
Pada Gambar 1.2 dapat kita ketahui market size penerbangan di Indonesia
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, pengguna jasa penerbangan
domestik peningkatan yang sangat tinggi terjadi antara 2008–2009 dari 43.10
menjadi 47.30 hal ini tentunya dipengaruhi beberapa keunggulan yang dapat
dirasakan oleh konsumen.
Perluasan pasar yang dilakukan oleh penyedia transportasi udara seiring
dengan pertumbuhan jumlah pengguna sarana transportasi udara yang tinggi.
Apalagi dengan adanya persepsi dari masyarakat dalam menggunakan sarana
transportasi udara identik dengan harga yang mahal sedangkan pada tahun 2005
terjadi perkembangan Market Size yang sangat tinggi dari 23.76 pada tahun 2004
persepsi dari masyarakat dalam menilai angkutan transportasi udara yang dulunya
mahal menjadi lebih terjangkau untuk kalangan ekonomi menengah ke bawah
Seiring dengan meningkatnya market size dan jumlah pengguna tentu
mempengaruhi setiap maskapai yang beroperasi di Indonesia dalam mensiasati
strategi bisnis yang mereka jalani dalam mendapatkan konsumen
sebanyak-banyaknya, berikut ini Tabel 1.1 daftar maskapai yang beroperasi untuk
penerbangan di Indonesia.
TABEL 1.1
DAFTAR MASKAPAIPENERBANGAN DI INDONESIA
NO Maskapai Penerbangan
1 Garuda Indonesia
2 Merpati Nusantara Airlines
3 Lion Air
4 Indonesia Air Asia
5 Kartika Airlines
6 Batavia Air
7 Riau Airlines
8 Wings Air
9 Trigana Air Service
10 Travel Experss
11 Sriwijaya Air
12 Sky Aviation
13 Citilink
14 Express Air
Sumber : http://id.m.wikipedia.org/wiki/Daftar_maskapai_penerbangan_indonesia
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat diketahui bahwa di Indonesia beroperasi empat-
belas maskapai, menurut Departemen Perhubungan Udara dari semua maskapai yang
Penetapan dan penentuan harga dan layanan merupakan kebijakan yang
sangat signifikan dalam mempengaruhi keputusan konsumen untuk menggunakan
jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, didalam industri penerbangan kebijakan
penetapan harga dan layanan dibagi menjadi tiga bagian yaitu Full Services
Carrier, Middle Cost Carrier dan Low Cost Carrier,
Penetapan kriteria layanan dan harga mengakibatkan meningkatnya
pertumbuhan industri penerbangan, konsumen diberikan pilihan dalam
menggunakan maskapai penerbangan.
Berikut ini Tabel 1.2 tarif layanan penerbangan yang berlaku di Indonesia:
TABEL 1.2
TARIF LAYANAN PENERBANGAN DI INDONESIA
No Full Service Carrier Middle Cost Carrier Low Cost Carrier
1 Garuda Indonesia Merpati Nusantara Airlines Batavia Air
2 Sriwijaya Air Indonesia Air Asia
3 Trigna Air Service Lion Air
4 Express Air Wings Air
Sumber : diolah dari beberapa sumber di internet dan majalah
Menurut Saha and Theingi (2009:15) dalam memberikan layanan industri
penerbangan dibagi menjadi tiga layanan yaitu Full service carrier merupakan
penerapan layanan yang menyediakan layanan penuh seperti kelas penerbangan
premium, penyediaan makanan dan minuman dalam perjalanan, dan penerbangan
yang dilengkapi sarana prasarana hiburan.
Middle Cost Carrier merupakan penerbangan dengan penerapan layanan
menengah dengan tingkat harga lebih murah dibandingkan full service carrier
akan tetapi tidak menyediakan sarana hiburan sedangkan Low Cost Carrier
kapal laut akan tetapi konsumen hanya diberikan layanan transportasi saja
maskapai dan menghilangkan layanan lainya.
Penetapan penawaran layanan dengan harga tiket yang minimum membuat
tingkat layanan maskapai diminimalisir, sehingga akan berdampak kepada
peralihan konsumen yang biasanya sebagai pengguna transpotasi darat dan laut
menjadi konsumen transportasi udara.
Peningkatan jumlah penumpang pada 2010 dan 2011 dinilai karena
maskapai yang ada digolongan berpelayanan minimum (no frill) semakin sering
menawarkan tarif tiket yang terjangkau, dan cukup bersaing dengan kapal atau
kereta api sehingga konsumen tidak lagi beranggapan bahwa menggunakan
transportasi udara tidak semahal dulu lagi.
Dengan peningkatan jumlah konsumen pengguna jasa penerbangan tentu
menimbulkan kepuasan atau ketidak puasan konsumen atas jasa yang diberikan
maskapai penerbangan, berikut Tabel 1.3 menunjukkan tingkat kepuasan
pelanggan pengguna jasa penerbangan.
TABEL 1.3
INDEX KEPUASAN PELANGGAN MASKAPAI PENERBANGAN
No 2008 2009 2010
1 Garuda Indonesia Garuda Indonesia Garuda Indonesia
2 Sriwijaya Air Lion Air Lion Air
3 Mandala Batavia Air Merpati
4 Air Asia Air Asia Mandala
5 Lion Air Mandala Batavia Air
6 Merpati Merpati Air Asia
7 Batavia Air Sriwijaya Sriwijaya
Berdasarkan Tabel 1.3 dijelaskan bahwa setiap maskapai penerbangan
mengalami pergeseran dan perubahan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh
konsumen. Menurut Buchari Alma (2009:59) setelah melakukan penilaian maka
diambilah keputusan membeli atau tidak membeli. Ketika konsumen sudah
melakukan keputusan pembelian, maka kemungkinan perusahaan berhasil
menghantarkan kepuasan konsumen, pergeseran kepuasan pelanggan setiap
maskapai penerbangan dikarenakan oleh pelayanan yang diberikan oleh
perusahaan terhadap konsumen.
Posisi pertama terdapat Garuda sebagai penyedia layanan full service
carrier sebagai leader dan pada posisi kedua diraih oleh Lion Air dengan layanan low cost carrier yang pada tahun 2008 hanya menempati posisi ke lima dan pada
tahun berikutnya 2009-2010 menempati posisi kedua setelah Garuda Airline akan
tetapi pada tahun 2009-2010 Lion Air sering mengalami kecelakaan, pada posisi
ke tiga di raih oleh Merpati Airline dengan layanan middle cost carrier yang
mengalami peningkatan indeks kepuasan pelanggan dari tahun sebelumnya. Posisi
ke empat adalah Mandala Airline dengan layanan middle cost carrier yang pada
tahun sebelumnya mengalami penurunan kepuasan pelanggan, dan pada posisi ke
lima ditempati oleh Batavia Air dengan layanan low cost carrier yang mengalami
penurunan kepuasan konsumen yang pada tahun sebelumnya berada pada posisi
ke 3 pada tahun 2009 dan ke tujuh pada tahun 2008.
Berikut tabel 1.6 menunjukkan index kepuasan pelanggan maskapai
TABEL 1.4
INDEX KEPUASAN PELANGGAN MASKAPAI PENERBANGAN LOW COST CARRIER
NO 2008 2009 2010 2011
1 Air Asia Lion Air Lion Air Lion Air
2 Lion Air Batavia Air Batavia Air Batavia Air
3 Batavia Air Air Asia Air Asia Air Asia
Sumber : ICSA index transportasi (swasembada no 21/XXV!/4-13 oktober 2011)
Berdasarkan tabel 1.4 dapat kita ketahui pada tahun 2008 Air Asia
menempati urutan pertama sedangkan pada tahun 2009, Air Asia mengalami
penurunan kepuasan pelanggan begitu juga pada tahun 2010, sedangkan Lion Air
pada tahun 2008 menempati urutan ke dua setelah Air Asia, pada tahun 2009 lion
menempati peringkat pertama index kepuasan pelanggan begitu juga pada tahun
2010, sedangkan Batavia Air pada tahun 2008 menduduki peringkat paling
bawah, pada tahun 2009 menjadi posisi kedua setelah Lion Air begitu juga pada
tahun 2010.
Keputusan konsumen dalam menggunakan jasa transportasi dinilai dari
kualitas layanan, harga, tempat, promosi, people, physichal envidance dan
process, situasi penerbangan saat ini kualitas layanan dibedakan atas tiga bagian
yaitu full service carrier, middle service carrier dan low cost carrier, Secara
umum, sebuah maskapai penerbangan akan mendapatkan tingkat OTP (On Time
Performance) yang baik jika pesawat yang dioperasikannya rata-rata masih baru
dan perawatannya memadai. Meskipun demikian, keberadaan pesawat yang baru
bukan satu-satunya faktor penentu ketepatan waktu. Menurut (Banfe, 2005:32).
1. Force Majeure : Suatu kejadian yang tidak dapat dielakkan dan
diperhitungkan sebelumnya atau diluar kekuasaan manusia contoh : bad
weather (cuaca buruk), banjir,gempa bumi,
2. Technical Reason : Diakibatkan oleh kerusakaan yang terjadi pada
pesawat contoh: mesin, baling-baling rusak.
3. Commersial Reason : diakibatkan oleh alasan komersial contoh: pesawat
kecil diganti oleh pesawat besar sehingga butuh waktu lama untuk
check-in, atau sebaliknya adanya pax yang belum check-in.
4. Security Reason : dilakukan oleh tindakan demi keamanan pesawat dan
keselamatan pax contoh: adanya pax VIP movement.
Batavia Air, Lion Air, dan Indonesia Air Asia merupakan penerbangan
yang menerapkan layanan low cost carrier, yang merupakan maskapai
penerbangan yang memberikan tarif rendah dengan gantinya menghilangkan
beberapa layanan, sehingga menghemat biaya operasional dari perusahaan
tersebut sehingga menjadikan harga tiket penerbangan menjadi lebih murah, di
Indonesia ada beberapa maskapai penerbangan yang menggunakan tarif layanan
low cost carrier dalam penetapan harganya yaitu Batavia Air, Lion Air dan
Indonesia Air Asia, ketiga maskapai tersebut melayani penerbangan domenstik
maupun internasional,
Penerbangan domestik pada tahun 2010 tercatat bahwa ada peraturan
Keputusan Menteri Perhubungan No. 26/2010 menegaskan, maskapai yang berada
dalam kelompok layanan full service (pelayanan penuh) boleh menetapkan tarif
persen dari tarif jarak maksimum, dan no frill service atau berbiaya rendah 85
persen dari tarif jarak maksimum.
berikut ini Tabel 1.6 menunjukkan jumlah penumpang dari beberapa
maskapai yang menerapkan strategi low cost carrier pada tahun 2008-2011.
9,213
6,107
1,454
13,377
6,107
1,454
20,520
6,950
3,460
24,597
6,754
4,025
2008
2009
2010
2011
JUMLAH PENUMPANG MASKAPAI PENRBANGAN LOW COST CARRIER PADA TAHUN 2008-2011 (JUTA ORANG)
Lion Air
Batavia Air
Air Asia
Sumber : diolah dari litpus kompas, detik news, tribune news.
GAMBAR 1.3
JUMLAH PENUMPANG MASKAPAI PENRBANGAN LOW COST CARRIER PADA TAHUN 2008-2011
Lion air sebagai maskapai penerbangan yang menerapkan strategi low cost
carrier terus mengalami peningkatan dari setiap tahunnya pada tahun 2008 jumlah
penumpang lion air adalah 9.213.000 orang dan mengalami kenaikan sebanyak
30% yakni 13.377.000 orang terlebih pada tahun 2010 ke 2011 mengalami
peningkatan yang sangat drastis dari 20.500.000 orang menjadi 24.597.000 orang
Batavia Air sebagai meskapai penerbangan yang juga menerapkan strategi
low cost carrier mengalami fluktuatif perkembangan jumlah penumpang antara
tahun 2008 ke 2009 terjadi penurunan jumlah penumpang dari 6.107.000 orang
menjadi 5.620.000 orang yang berarti mengalami penurunan sebesar 487.000
orang atau sebanyak 8.7 % pada tahun 2010 terjadi kenaikan dengan selisih
peningkatan jumlah penumpang 1.280.000 orang yang berarti mengalami
peningkatan sebanyak 22.7%, sedangkan pada tahun 2011 mengalami penurunan
jumlah penumpang menjadi 6.754.000 dari 6.900.000 orang yang berarti
mengalami penurunan sebanyak 2.1 %.
Air Asia maskapai yang menerapkan layanan Low cost carrier pada tahun
2008 menerbangkan 1.454.000 dan mengalami peningkatan pada tahun 2009
manjadi 3.460.00 sehingga mengalami kenaikan sebanyak 58%, pada tahun 2010
mengalami jumlah kenaikan sebanyak 13% menjadi 3.980.000 orang, pada tahun
2011 juga mengalami kenaikan sebanyak 10% manjadi 4.020.000 orang.
Pada Tabel 1.6 bisa kita lihat konsumen relatif memilih berdasarkan harga
paling murah karena pada peringkat pertama Lion Air merupakan penerbangan
yang brand image nya merupakan pesawat dengan harga terjangkau begitu juga
dengan Batavia Air (penerbangan dengan biaya rendah), walaupun Batavia Air
merupakan penerbangan dengan biaya rendah akan tetapi Batavia Air masih di
peringkat tiga.
Sementara pelanggan yang lain mempertimbangkan faktor mutu layanan
(service quality) dari jasa yang ditawarkan. Bagi mereka, harga tidak menjadi
Dalam hal ini Batavia Air dan Lion Air menggunakan strategi yang
sekarang banyak digunakan oleh perusahaan penerbangan dalam meraih
konsumen lebih banyak lagi yaitu dengan menerapkan sisitem layanan perusahaan
berdasarkan pada penetapan biaya yang murah bagi penumpang atau konsumen
tetapi tetap menerapkan pelayanan yang terbaik atau lebih dikenal dengan Low
Cost Carrier (LCC), istilah Low cost carrier (LCC) sering juga disebut sebagai budget airlines atau no frills flight merupakan model penerbangan dengan strategi
penurunan operation cost.
Untuk tujuan Jakarta-Padang Lion Air merupakan penerbangan yang
paling sibuk hal ini dapat kita lihat dari jumlah jadwal penerbangan dengan tujuan
bandara Soekarno-Hatta (Jakarta) ke Bandara International Minangkabau
(Padang), berikut Tabel 1.5 jadwal penerbangan tujuan Jakarta-Padang pada 2011
Tabel 1.5
Jadwal Penerbangan Tujuan Jakarta Padang Pada Tahun 2012
No Maskapai Frekwensi Penerbangan
1 Lion Air 7 kali dalam sehari
2 Batavia Air 3 kali dalam sehari
3 Garuda Indonesia* 2 kali dalam sehari
4 Sriwijaya Air* 2 kali dalam sehari
Sumber : situs resmi setiap maskapai.
Pada tabel 1.5 dapat kita ketahui bahwa Garuda Indonesia dengan
frekwensi jadwal penerbangan sebanyak dua kali dalam sehari dan pada urutan
terakhir ditempati oleh Sriwijaya Air dengan frekwensi penerbangan sebanyak
dua kali dalam sehari akan tetapi hari jumat hanya satu kali penerbangan begitu
Maskapai Lion Air merupakan penerbangan yang paling tinggi frekwensi
jadwal penerbangannya dengan rute Jakarta-Padang yaitu 7 kali dalam sehari,
pada urutan ke dua Batavia Air dengan jumlah frekwensi penerbangan sebanyak
tiga kali dalam sehari, untuk layanan penerbangan low cost carrier dengan rute
Jakarta-Padang hanya disediakan oleh maskapai Batavia Air dan Lion Air.
Meningkatnya persaingan didalam dunia transportasi maka Batavia Air
sebagai perusahaan yang bergerak dibidang jasa transportasi khususnya
penerbangan dituntut untuk terus berupaya melakukan strategi-strategi pemasaran
dalam menghadapi ancaman pesaing. Salah satunya dengan memberikan
pelayanan yang memberikan nilai tambah terhadap konsumen.
Pelayanan oleh perusahaan merupakan strategi yang sangat penting
diterapkan oleh setiap perusahaan dengan adanya pelayanan yang bagus dapat
meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan oleh
perusahaan tersebut, tentunya setiap perusahaan menerapkan layanan yang
berbeda satu sama lainnya berikut ini tabel 1.6 menjelaskan perbandingan layanan
TABEL 1.6
PERBANDINGAN LAYANAN YANG DITERAPKAN OLEH MASKAPAI BATAVIA AIR DAN LION AIR
Batavia Air a) Penerapan strategi pelayanan bertarif murah (Low Cost
Carrier/LCC)
b) Strategi Penetapan harga produk mix, dengan product line
pricing, juga ada optional product pricing, captive product
pricing dan product bundle pricing.
c) Strategi penyesuaian harga melalui diskon (discount pricing),
psychological pricing, maupun promotional pricing dan dynamic
pricing.
d) Penggunaan maskapai baru Airbus 320
e) Memiliki keseluruhan 100 armada A320 yang melayani berbagai
rute penerbangan yg disediakan Batavia Air
f) Kemudahan dalam pembelian tiket melalui website resmi Batavia
Air
g) Kemudaha saat Check-in penumpang dan bagasi
h) Pelayanan ramah pramugari dan pramugara
i) Pelayanan pada saat Pre-flight, In-Flight dan Post-Flight
j) Tidak sering terjadi “delay” di setiap penerbangannya
k) Untuk penumpang yang memiliki ke anggotaan khusus, Batavia
Air bekerja sama dengan HSBC memberikan pelayanan khusus
bagi anggota pemagang kartu BIG dan pemegang kartu kredit
HSBC
l) Batavia Air megedepankan pelayanan pada kategori pre-flight
dan in-flight kepada para penumpangnya
Lion
Air/Wings
Air
a) Penerapan strategi pelayanan bertarif murah (Low Cost
Carrier/LCC)
b) Mengokohkan armada untuk meningkatkan pelayanan dengan
menggunakan armada Boeing 737-900ER
c) Memiliki armada Boeing 747-400 untuk tujuan internasional dan
juga digunakan untuk melayani rute penerbangan umroh dan haji
An Alenia Aeronoutica and EADS Joint Venturesebagai strategi
peningkatan pelayanan
e) Kemudahan dalam pembelian tiket melalui website resmi Lion
Air
f) Pelayanan pada saat Pre-flight, In-Flight dan Post-Flight
g) Kemudahan saat Check-in penumpang dan bagasi
h) Wings Air bekerja sama dengan Bank BNI dan Bank CACIB
Perancis
Sumber: Diolah dari eprints.lib.ui.ac.id, batavia.co.id, dan beberapa literatur lain 2011
Peningkatan jumlah penumpang sarana transportasi udara terlebih
masyarakat pengguna penerbangan yang menerapkan layanan low cost carrier
serta kemampuan perusahaan untuk menciptakan image baru dibenak pelanggan
mengenai transportasi udara, berikut Tabel 1.7 perbandingan harga maskapai
penerbangan Low Cost Carrier (LCC) dan Full Service Carrier (FSC) dengan
rute Jakarta-Padang pada tanggal 30 Oktober 2011.
TABEL 1.7
PERBANDINGAN HARGA TIKET MASKAPAI PENERBANGAN RUTE JAKARTA-PADANG PADA 30 OKTOBER 2011
NO Low Cost Carrier Medium service
carrier
Full service carrier Harga
1 Lion Air - - Rp. 430.000.00
2 Batavia Air - - Rp. 400.000.00
3 - Sriwijaya Air - Rp. 600.000.00
4 - - Garuda Airline Rp. 900.000.00
Sumber: Bimex Tour and Travel
Berdasarkan Tabel 1.7 pada kelompok Low Cost Carrier (LCC) Batavia
Air merupakan penerbangan dengan harga yang paling rendah yaitu Rp.
600.000.00. Sedangkan dalam layanan Full Service Carrier (FSC) Garuda Airline
menetapkan harga Rp. 900.000.00
Penerapan layanan low cost carrier maskapai Batavia Air dapat dilihat
dari strategi layanan yang di terapkannya, berikut Tabel 1.8 strategi-strategi yang
dilakukan Batavia Air.
TABEL 1.8
STRATEGI - STRATEGI LAYANAN YANG DILAKUKAN OLEH BATAVIA AIR
Batavia Air
Ticketless Persedian tiket untuk calon penumpang dibatasi hal ini
dilakukan untuk meminimalisir resiko
Kekurangan penumpangn
Single class Memudahkan dan menyederhanakan sistem boardin
Short haul Difokuskan pada penerbangan yang pendek dan turn
around yang juga pendek agar dapat mengoptimalkan
penggunaan pesawat;
No free meals or drink Penghapusan service ekstra seperti: makanan/minuman
untuk penumpang, dan digantikan dengan penjualan
makanan kecil atau minuman atau gift, yang harus
dibayar oleh penumpang yang menghendaki. Hasil
penjualan ini digolongkan sebagai penghasilan tambahan
oleh operator penerbangan
Penjualan tiket secara
langsung
Penjualan tiket secara langsung (umumnya dipermudah
lewat internet secara online), sehingga dapat memangkas
biaya kantor cabang dan komisi kepada agen perjalanan
Skema reservasi dini Dimana harga tiket akan naik saat tempat duduk pesawat
makin terbatas atau makin penuh. Hal ini akan memaksa
penumpang untuk melakukan reservasi dini dimana
makin dini kita memesan maka harga tiket akan semakin
murah. Biasanya pembatalan reservasi akan
mengakibatkan hilangnya sebagian besar harga tiket
Tabel 1.8 menunjukkan strategi yang digunakan oleh Batavia Air dengan
penerapan strategi layanan seperti Tabel 1.8 membuktikan bahwa Batavia Air
target segmentasi pasar maskapai ini adalah masyarakat dengan ekonomi
menengah ke bawah
Kunci sukses dari bisnis penerbangan tidak hanya dinilai dari segi layanan
saja akan tetapi banyak factor yang menjadi penentu konsumen dalam memilih
layanan penerbangan seperti product, price, place, promotion, people, physical
evidence,dan process.
Physical evidence sangat penting untuk posisi dan memperkuat image,
karena dengan bukti fisik konsumen siap untuk mengidentifikasi dan
membandingkan dengan penyedia jasa lainnya, meningkatnya volume pengguna
sarana transportasi udara sedangkan jumlah penumpang Batavia Air hanya
menempati urutan ketiga sedangkan kepuasan pengguna terus mengalami
penurunan. sehingga penulis tertarik untuk meneliti perusahaan penerbangan
yakni Batavia Air.
Pada penelitian ini, penulis meneliti keputusan menggunakan jasa
transportasi udara Batavia Air dengan tujuan domestik yang merupakan
penerbangan dengan tujuan antara satu bandara dengan bandara lainnya di satu
negara saja, salah satu penerbangan yang berkatagori penerbangan domestik
adalah penerbangan dengan rute Jakarta–Padang.
Sasaran penelitian ini dilaksanakan di tiga Universitas yaitu Universitas
Pendidikan Indonesia, Universitas Padjajaran dan Institute Teknologi Bandung
menentukan populasi dari mahasiswa yang berasal dari Sumatra barat,
berdasarkan kepada UKM FOSMI (UPI), UPBM (UNPAD) dan UKM (ITB)
diketahui bahwa jumlah mahasiswa yang terdata sebanyak 505 orang dan pernah
menggunakan sarana transportasi udara dengan tujuan Jakarta-Padang .
Prapenelitian yang dilakukakan di Universitas Pendidikan Indonesia 38
orang memilih menggunakan Lion Air dan 12 orang memilih menggunakan
Batavia Air dari 50 orang (Prapenelitian pada 50 pengguna jasa penerbangan
Batavia Air dan Lion Air di Universitas Pendidikan Indonesia pada 30 Maret
2012).
Penjelasan dan uraian sebelumnya bertujuan untuk mengetahui seberapa
efektif physical evidence terhadap keputusan pembelian pengguna jasa
penerbangan Batavia Air maka perlu dilakukan penelitian tentang : “Pengaruh
physical evidence terhadap Keputusan Menggunakan maskapai Batavia Air rute
Jakarta-Padang “(Survei terhadap pengguna maskapai Batavia Air di UPI,
UNPAD dan ITB).
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
identifikasi masalah sebagai berikut.
1. Perusahaan Batavia Air sebagai perusaahaan penerbangan berbiaya rendah
domestik di Indonesia yang menggunakan tarif layanan low cost carrier
2. Batavia Air sebagai maskapai penerbangan yang menerapkan tarif layanan
low cost carrier terus mengalami penurunan tingkat kepuasan pelanggan
walaupun jumlah konsumennya meningkat.
3. Pengaruh layanan physical evidence yang diterapkan oleh maskapai Batavia
Air terhadap keputusan penggunaan jasa maskapai Batavia Air.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah untuk memperoleh hasil temuan sebagai berikut.
1. Bagaimana tanggapan pengguna maskapai penerbangan Batavia Air
terhadap physical evidence (Survei pada pengguna jasa penerbangan
Batavia Air tujuan Jakarta- Padang ).
2. Bagaimana keputusan menggunakan maskapai Batavia Air dengan rute
Jakarta-Padang.
3. Seberapa besar pengaruh physical evidence terhadap keputusan
menggunakan maskapai penerbangan Batavia Air dengan rute
Jakarta-Padang
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
tujuan penelitian untuk memperoleh hasil temuan sebagai berikut.
1. Mengetahui bagaimana penerapan physical evidence yang dilaksanakan
oleh Batavia Air.
2. Bagaimana keputusan konsumen dalam memilih dan menggunakan
3. Mengetahui besarnya pegaruh physical evidence yang terdiri dari facility
design, equipment, signage, employe dress atau dari guarantee terhadap
keputusan menggunakan maskapai penerbangan Batavia Air dengan rute
Jakarta-Padang.
1.5 Kegunaan penelitian
1. Secara Teoritis/Akademik
Mengembangkan ilmu Manajemen Pemasaran khususnya pemasaran
jasa, melalui pendekatan serta metode-metode yang digunakan terutama
dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek strategi
pemasaran yang penggunaan physical evidence terhadap keputusan
menggunakan maskapai Batavia Air sehingga diharapkan penelitian ini
dapat memberikan sumbangan bagi para akademisi dalam mengembangkan
teori pemasaran jasa.
2 Secara Praktis
Memberikan sumbangan pemikiran bagi seluruh pihak maskapai
penerbangan Batavia Air dalam meningkatkan bukti fisik (physical
BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran jasa
khususnya mengenai pengaruh physical evidence terhadap Keputusan
Menggunakan maskapai Batavia Air. Adapun yang menjadi objek penelitian
sebagai variabel bebas (independent variable) adalah physical evidence (X) yang
meliputi facility design, equipment, employee dress, signage,dan, guarantee.
Kemudian objek penelitian yang menjadi variabel terikat (dependent
variable) adalah Keputusan menggunakan (Y) yang terdiri dari Memilih Merek,
Memilih Pemasok, Memilih Waktu Pembelian, Jumlah Pembelian, dan Metode
Pembayaran
Menurut Sugiyono (2010:59), “Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab berubah atau timbulnya variabel
dependent (terikat), sedangkan Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.
Pada penelitian ini, objek yang dijadikan responden adalah pelanggan
maskapai penerbangan Batavia Air, Oleh karena itu akan diteliti pengaruh kualitas
Physical Evidence terhadap Keputusan menggunakan maskapai Batavia Air.
Selain itu, karena penelitian ini dilakukan pada kurun waktu kurang dari
satu tahun yaitu dari bulan Juni sampai bulan Juli, maka menurut Husein Umar
(2008:45) metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu
(tidak berkesinambungan dalam jangka waktu panjang) dalam penelitian yang
menggunakan metode ini, informasi dari sebagian populasi dikumpulkan langsung
di tempat kejadian secara empirik dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari
sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti di lapangan penelitian
dimulai pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2012.
3.2 Metode Penelitian
3.2.1 Jenis dan Metode yang Digunakan
Berdasarkan tingkat penjelasan dan bidang penelitian, maka jenis
penelitian ini adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut Husein Umar
(2008:21) menjelaskan bahwa, “Penelitian deskriptif adalah penelitian yang
dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih
tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain”.
Berdasarkan keterangan para ahli di atas, maka penelitian deskriptif dapat
disimpulkan sebagai penelitian yang dirancang untuk mendeskripsikan
karakteristik dari sebuah populasi atau fenomena apa adanya. Penelitian deskriptif
disini bertujuan untuk memperoleh deskripsi atau gambaran mengenai
pelaksanaan strategi physical evidence. Dan bagaimana konsumen memilih
keputusan menggunakan jasa penerbangan maskapai Batavia Air.
Adapun penelitian verifikatif diterangkan oleh Husein Umar (2008:21)
sebagai berikut: “Penelitian verifikatif pada dasarnya bermaksud untuk menguji
kebenaran dari suatu hipotesis melalui pengumpulan data di lapangan.” Dalam
di lapangan, mengenai pengaruh strategi physical evidence terhadap keputusan
menggunanakan maskapai penerbangan Batavia Air.
Berdasarkan jenis penelitian di atas yaitu penelitian deskriptif dan
verifikatif yang dilaksanakan melalui pengumpulan data di lapangan, maka
metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Maholtra
(2009:96) menyatakan bahwa:
Explanatory survey dilakukan untuk mengeksplorasi situasi masalah, yaitu untuk mendapatkan ide-ide dan wawasan ke dalam masalah yang dihadapi manajemen atau para peniliti tersebut. Penjelasan penelitian dalam bentuk wawancara mendalam atau kelompok fokus dapat memberikan wawasan yang berharga.
Survei informasi dari sebagian populasi (sampel responden) dikumpulkan
langsung di tempat kejadian secara empirik, dengan tujuan untuk mengetahui
pendapat dari sebagian populasi terhadap objek yang sedang diteliti.
3.2.2 Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel ke
dalam konsep teori dari variabel yang diteliti, indikator, ukuran dan skala yang
bertujuan untuk mendefinisikan dan mengukur variabel. Berdasarkan objek
penelitian yang telah dikemukakan di atas diketahui bahwa variabel yang dikaji
dalam penelitian ini adalah pengaruh strategi physical evidence sebagai variabel
independen/variabel bebas Variabel tersebut dicari bagaimana pengaruhnya
terhadap keputusan menggunakan sebagai variabel dependen/variabel terikat.
Penjabaran operasionalisasi dari variabel-variabel yang diteliti dapat dilihat pada
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Variabel Sub Variabel
Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No
Item
Kenyamanan in terior pesawat
Kebersihan kabin pesawat dan kebersihan toilet
Kebaruan pesawat terbang
Daya tarik interior pesawat
Tingkat Tingkat daya tarik
interior pesawat
Kesopanan pakaian
Variabel Sub Variabel
Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No
Item
Kecocokan logo dengan jasa yang ditawarkan
Kesesuaian logo dengan visi & misi perusahaan
tingkat kejelasan
pengembalian uang kalau ada pembatalan mendadak
Ketertarikan terhadap merek
Pembelian berdasarkan kepercayaan terhadap merek
Variabel Sub Variabel
Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala No
Item tingkat harga jasa
Pembelian berdasarkan produk jasa yang dibeli
tingkat pembelian
pembayaran secara cash
pembayaran dengan cara menyicil
pembayaran dengan menggunakan kartu kredt
tingkat
3.2.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data merupakan informasi tentang segala sesuatu yang berkaitan
dengan variabel yang diteliti. Sumber data adalah subjek dari mana data yang
diperoleh (Suharsimi Arikunto, 2010: 129). Berdasarkan jenis dan sumbernya
dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan sekunder. Menurut Asep Hermawan
(2006:168) mengatakan bahwa:
Data primer adalah data yang dikumpulkan secara langsung oleh peneliti untuk menjawab masalah atau tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian eksploratif, deskriptif maupun kausal dengan menggunakan metode pengumpulan data beberapa survei ataupun observasi.
Data Sekunder menurut Husein Umar (2002:84), “Data yang diperoleh
dari pihak lain atau hasil penelitian pihak lain atau data yang sudah tersedia
sebelumnya yang diperoleh dari pihak lain yang berasal dari buku-buku, literatur,
artikel dan jurnal ilmiah.”
Sedangkan menurut Asep Hermawan (2006:168) data sekunder adalah
”Struktur data historis mengenai variabel-variabel yang telah dikumpulkan dan
dihimpun sebelumnya oleh pihak lain”. Data yang dipergunakan dalam penelitian
ini yaitu data primer dan data sekunder. Untuk mengetahui jenis dan sumber data
yang digunakan dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut:
Tabel 3.2
Jenis dan Sumber Data
Jenis Data Sumber Data Kategori
Data
Pertumbuhan Penerbangan Indonesia http://seputarindonesia.com/edisicetak/c ontent/voew/376114
Sekunder Estimasi Market Size Penerbangan Di
Indonesia
Modifikasi dari swa 10/XXIV/15-28 mei 2010
Sekunder Daftar Maskapai Penerbangan Di Indonesia http://id.m.wikipedia.org.Daftar_maskap
ai_penerbangan_indonesia
Sekunder Index Kepuasan Pelanggan Maskapai
Penerbangan
ICSA index transportasi (swasembada no 21/XXV!/4-13 oktober 2010
pada tahun 2008-2010
Jenis Data Sumber Data Kategori
Data
perbandingan Harga Tiket Maskapai Penerbangan Rute Jakarta-padang
Pra penelitian Bimex tour and travel Primer
Jumlah populasi di Bandara Soekarno-Hatta Pra Penelitian di UPI,UNPAD dan ITB Primer Sumber: Berdasarkan Hasil Pengolahan Data 2011
3.2.4 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 3.2.4.1 Populasi
Didalam melakukan penelitian, kegiatan pengumpulan data merupakan
langkah penting guna mengetahui karakteristik dari populasi yang merupakan
elemen-elemen dalam objek penelitian. Data tersebut digunakan untuk mengambil
keputusan untuk menguji hipotesis. Menurut Sugiyono (2010:115)
mengemukakan pengertian populasi yaitu:
Populasi adalah tingkat wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga objek dan benda alam lainnya.
Berdasarkan pengertian diatas, populasi dalam penelitian ini adalah
penumpang Batavia Air, untuk mendapatkan populasi pengguna maskapai batavia
dengan rute Jakarta-Padang maka diambil sampel berdasarkan jumlah mahasiswa
yang berasal dari Padang yang terdaftar di FOSMI UPI, UKM ITB, dan UPBM
UNPAD
Tabel 3.3
Jumlah Mahasisiwa Yang Berasal Dari Sumatra Barat Disetiap Universitas Negri Di Bandung
Jumlah mahasiswa yang berasal dari Sumatra Barat terdaftar sebanyak
505 orang dari jumlah tersebut diperoleh dari hasil perhitungan sebagai berikut:
a. Dari 130 orang mahasiswa UPI yang terdaftar di FOSMI ternyata yang
pernah menggunakan jasa penerbangan Batavia Air sebanyak 50 orang .
b. Dari 120 orang mahasiswa UNPAD yang terdaftar di UPBM ternyata yang
pernah menggunakan jasa penerbangan Batavia Air sebanyak 70 orang.
c. Dari 250 orang mahasiswa ITB yang terdaftar di UKM sebanyak ternyata
yang pernah menggunakan jasa penerbangan Batavia Air sebanyak 125
orang
d. Untuk ukuran populasi diperoleh dari jumlah penumpang maskapai
Batavia Air dengan rute Jakarta – Padang, maka diperoleh populasi
sebesar:
N= X UPI + X UNPAD + X ITB
N= (50+70+125)
N= 245
3.2.4.2 Sampel
Untuk mengambil sampel dari populasi sampel yang presentatif dan
mewakili, maka diupayakan setiap subjek dalam populasi mempunyai peluang
yang sama untuk menjadi sampel. Menurut Sugiyono (2010:73) sampel adalah:
Agar memperoleh sampel yang representatif dari populasi, maka setiap
subjek dalam populasi diupayakan untuk memiliki peluang yang sama untuk
menjadi sampel. Adapun rumus yang digunakan untuk mengukur sampel,
digunakan rumus Slovin (Husein Umar, 2008:141), yakni ukuran sampel yang
merupakan perbandingan dari ukuran populasi dengan presentasi kelongaran
ketidaktelitian, karena dalam pengambilan sampel dapat ditolerir atau diinginkan.
Dalam pengambilan sampel ini digunakan taraf kesalahan sebesar 10%. Adapun
rumus yang digunakan yaitu sebagai berikut:
2
1 Ne N n
Dimana :
n = Ukuran Sampel
N = Ukuran populasi
e = Kelonggaran ketidaktelitian karen kesalahan sampel yang dapat ditolerir
Adapun perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: e = 0.1
N = 245
Maka :
n = 245
1+(245.(0,1)2)
n = 245 = 71.017
3.45
n = 71.014≈ 75 Orang (Hasil Pembulatan)
3.2.4.3 Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk
diperoleh nilai karakteristik perkiraan (estimate value). Menurut Sugiyono
(2010:116) “Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel”. Teknik
sampling merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang
akan digunakan dalam penelitian, sehingga dapat diperoleh nilai karakteristik
tertentu.
Menurut Suharsimi Arikunto (2009:111) teknik pengambilan sampel
harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel (contoh) yang
benar-benar dapat berfungsi sebagai contoh atau menggambarkan keadaan populasi yang
sebenarnya.
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai
teknik sampling. Untuk mendapatkan sampel yang representatif, maka harus
diupayakan subjek dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi
unsur sampel. Sehingga digunakan teknik purposive sampling atau sampling
pertimbangan.
Setelah memperoleh data dari responden yang merupakan populasi
penelitian, penulis mengambil sampel berdasarkan teknik purposive sampling,
menurut Riduwan (2008:63) teknik sampling yang digunakan peneliti jika
peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam mengambil
sampelnya atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu. Peneliti memberi hak
yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan (chance) dipilih
menjadi sampel. Selain itu, dalam penelitian ini dimaksudkan agar tiap
Tabel 3.4 Jumlah Sampel
NO UNIVERSITAS POPULASI SAMPEL
1 UPI 50 15
2 ITB 125 35
3 UNPAD 70 25
TOTAL 245 75
Langkah-langkah teknik purposive sampling adalah sebagai berikut:
1. Banyak dan beragamnya jumlah penumpang Batavia Air maka penulis hanya
menentukan sampel penumpang yang berprofesi sebagai Mahasiswa yang
berasal dari Sumatra Barat.
2. Mengambil 3 Universitas di ambil menjadi sampel. Hal ini dikarenakan
karakteristik penumpang heterogen sehingga tidak dilakukan penelitian
kepada seluruh Penumpang untuk rute Jakarta-Padang, selain itu juga
keterbatasan biaya, tenaga dan waktu yang tersedia dalam melaksanakan
penelitian.
3. Membagi populasi sasaran penumpang ke dalam sub populasi atau kelompok,
yaitu mahasiswa .
3.2.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang lengkap dalam penelitian ini penulis
menggunakan beberapa teknik penelitian seperti berikut :
1. Studi kepustakaan,
yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari buku, makalah, situs
teori-teori dan konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah dan variabel yang
diteliti yang terdiri dari physical evidence dan keputusan mengunakan.
2. Observasi
Di dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut pula dengan
pengamatan yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera.
Pada penelitian ini, teknik observasi yang dilakukan adalah teknik observasi
partisipatif dimana pengamat terlibat langsung pada kegiatan. Dan melalui
kegiatan observasi ini pula penulis melakukan studi pendahuluan dimana
melalui teknik ini dapat melihat, mengenal, mengidentifikasikan masalah yang
diteliti khususnya mengenai pengaruh physical evidence terhadap keputusan
menggunakan maskapai Batavia Air rute Jakarta-Padang survey terhadap
pengguna maskapai Batavia Air di UPI ITB dan UNPAD.
3. Kuesioner (angket)
Angket adalah alat pengumpul data yang berisi sejumlah pernyataan tertulis
untuk dijawab oleh responden. Hal ini sejalan dengan pendapat yang
diutarakan oleh Suharsimi Arikunto (2009:151) yang menyatakan bahwa
”Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya,
atau hal-hal yang ia ketahui.”
Kuesioner berisi pertanyaan dan pernyataan mengenai karakteristik responden,
pengalaman responden pada maskapai Batavia Air. Langkah-langkah
4. Menyusun kisi-kisi angket atau daftar pertanyaan.
5. Merumuskan item-item pertanyaan alternatif jawabannya. Jenis
instrumen yang digunakan dalam angket merupakan instrumen yang
bersifat tertutup yaitu seperangkat daftar pertanyaan tertulis dan disertai
alternatif jawaban yang telah disediakan, sehingga responden hanya
memilih alternatif jawab yang tersedia.
6. Menetapkan pemberian skor untuk setiap item pertanyaan. Pada
penelitian ini setiap pendapat responden atas pertanyaan diberi nilai
dengan skala 1-5.
7. Studi Literatur
Dengan teknik ini penulis berusaha untuk mencari informasi serta data baik
berupa teori-teori, pengertian-pengertian dan uraian-uraian dengan cara
mempelajari buku-buku, makalah, situs, website dan majalah sebagai landasan
teoritis khususnya mengenai masalah dan variabel yang diteliti yang terdiri
dari physical evidence dan keputusan menggunakan.
Wawancara
Wawancara yaitu dengan melakukan pertanyaan secara lisan dalam pertemuan
tatap muka langsung terhadap individu atau kelompok yang sedang diteliti,
dalam hal ini wawancara dibedakan menjadi dua macam yaitu:
9. Wawancara terstruktur, yang digunakan apabila peneliti telah
10.Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti
tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap dengan pengumpulan datanya.
3.2.6 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Data mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam suatu penelitian
karena menggambarkan variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai pembentuk
hipotesis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian data untuk mendapatkan
mutu yang baik. Benar tidaknya data tergantung dari instrumen pengumpulan
data. Sedangkan instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan yaitu
Validitas dan Reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas pada penelitian ini
dilaksanakan dengan menggunakan alat bantu software komputer program SPSS
(Statistical Product for Service Solutions) 16.0 dan dibantu software microsoft excel.
3.2.6.1 Hasil Pengujian Validitas
Sugiyono (2008:171), instrumen yang valid berarti alat ukur yang
digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen
tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur.
Suharsimi Arikunto (2009:168) mengemukakan bahwa:
Uji validitas yang dilakukan bertujuan untuk menguji sejauh mana item
kuesioner yang valid dan mana yang tidak. Hal ini dilakukan dengan mencari
korelasi setiap item pertanyaan dengan skor total pertanyaan untuk hasil jawaban
responden yang mempunyai skala pengukuran ordinal. Adapun rumus yang dapat
digunakan adalah rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh
Pearson sebagai berikut:
r = Koefisien validitas item yang dicari
X = Skor yang diperoleh subjek seluruh item Y = Skor total
X = Jumlah skor dalam distribusi X
Y = Jumlah skor dalam distribusi Y
2X = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X
2Y = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y
n = Banyaknya responden
Keputusan pengujian validitas responden menggunakan taraf signifikansi
sebagai berikut:
1. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan valid jika rhitung lebih besar atau sama dengan rtabel atau rhitung > rtabel.
2. Item pertanyaan-pertanyaan responden penelitian dikatakan tidak valid jika rhitung lebih kecil dari rtabel atau rhitung≤ rtabel.
Perhitungan validitas item instrumen dilakukan dengan bantuan program
SPSS 16.0 for windows. Besarnya koefisien korelasi diinterprestasikan dengan
TABEL 3.5
INTERPRESTASI BESARNYA KOEFISIEN KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Antara 0,700 sampai dengan 1,000 Sangat Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,500 Tinggi Antara 0,500 sampai dengan 0,400 Agak Tinggi Antara 0,400 sampai dengan 0,300 Sedang Antara 0,300 sampai dengan 0,200 Agak Tidak Tinggi Antara 0,200 sampai dengan 0,100 Tidak Tinggi Antara 0,100 sampai dengan 0,000 Sangat Tidak Tinggi
Sumber: Suharsimi Arikunto (2009:245)
Teknik perhitungan yang digunakan untuk menganalisa validitas tes ini
adalah teknik korelasional biasa, yakni korelasi antara skor-skor tes yang
divalidasikan dengan skor-skor tes tolak ukurnya dari peserta yang sama.
Selanjutnya perlu diuji apakah koefisien validitas tersebut signifikan pada taraf
kesalahan tertentu, artinya adanya koefisien validitas tersebut bukan karena faktor
kebetulan, diuji dengan rumus statistik t sebagai berikut :
2
Keputusan pengujian validitas menggunakan taraf signifikansi dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Nilai t dibandingkan dengan harga ttabel dengan dk = n-2 dan taraf
signifikasi α = 0,05.
2. Jika thitung > ttabel maka soal tersebut valid. 3. Jika thitung ≤ ttabel maka soal tersebut tidak valid.
Pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah instrumen yang
digunakan untuk mencari data primer dalam sebuah penelitian dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya terukur. Dari penelitian ini yang akan diuji
adalah validitas dari instrumen Physical Evidence variabel X dengan jumlah
jumlah pertanyaan 16 item berikut ini tabel 3.6 hasil pengujian validitas physical
evidence.
Tabel 3.6
Hasil Pengujian Validitas Physical Evidence.
No Pertanyaan rhitung rtabel KET
Physical evidence
1. Facility design
1 Disain interior pesawat sangat nyamam 0,760 0,374 Valid
2 Kabin pesawat sangat bersih 0,504 0,374 Valid
3 Toilet pesawat sangat bersih 0,836 0,374 Valid
4 Pesawat yang digunakan baru 0,752 0,374 Valid
5 Kursi pesawat sangat nyaman 0,797 0,374 Valid
2. Equipment
6 Perlengkapan keselamatan yang disediakan memenuhi standar penerbangan di Indonesia
0,591 0,374 Valid
7 Kondisi perlengkapan keselamatan masih sangat bagus
0,755 0,374 Valid
8 Pramugari sangat jelas memberikan demontrasi penggunaan perlengkapan keselamatan
0,606 0,374 Valid
3. Employee dress
9 Pakaian yang digunakan pramagari sangat sopan 0,766 0,374 Valid 10 Pakaian yang digunakan pramugari dan kru
penerbangan rapi
0,562 0,374 Valid
11 Penggunaan make up sangat sesuai 0,832 0,374 Valid 4. Signage
12 Logo dan jasa yang ditawarkan sangat menggambarkan industri penerbangan
0,441 0,374 Valid
13 Logo maskapai sangat jelas dan menarik 0,492 0,374 Valid 14 Logo maskapai menggambarkan visi dan misi
maskapai
0,836 0,374 Valid
5. Guarantee
15 Penerbangan yang dilakukan selalu tepat waktu 0,577 0,374 Valid 16 Bagasi penumpang selalu diterima dalam keadaan
sangat baik dan tidak ada masalah
0,400 0,374 Valid
17 Keselamatan dan keamanan selalu terjaga selama penerbangan
0,571 0,374 Valid
18 Pengembalian uang kalau ada pembatalan mendadak 0,594 0,374 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012 (Menggunakan SPSS 16.0 For Windows)
Berdasarkan Tabel 3.6 pada instrumen variabel phisical evidence dapat
diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi facility design dan signage
yaitu toilet pesawat sangat bersih dan logo maskapai menggambarkan visi dan
terdapat pada dimensi guarantee dengan item pernyataan Bagasi penumpang
selalu diterima dalam keadaan sangat baik dan tidak ada masalah yang bernilai
0,400 sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya sedang.
Berdasarkan jumlah angket yang diuji kepada sebanyak 30 responden
dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) n-2 (30-2=28) maka
didapat nilai rtabel sebesar 0,374. Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel
physical evidence berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang
dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows, menunjukkan bahwa
item-item pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika
dibandingkan dengan rtabel.
Berikut ini Tabel 3.7 mengenai hasil uji validitas variabel Keputusan
Menggunakan yang pada penelitian ini dijadikan sebagai variabel Y.
Tabel 3.7
Hasil Pengujian Validitas Keputusan Menggunakan
No Pertanyaan rhitung rtabel KET
Keputusan Menggunakan
6. Pemilihan Jasa
19 Anda memilih jasa penerbangan Batavia Air 0,806 0,374 Valid 20 bagaimana harga jasa penerbangan yang anda gunakan
sekarang
0,820 0,374 Valid
7. Pemilihan Merek
21 Kesenangan terhadap merek yang anda gunakan 0,684 0,374 Valid 22 Kepercayaan terhadap merek penerbangan yang anda
gunakan sekarang
0,806 0,374 Valid
23 popularitas merek penerbangan yang anda gunakan pada saat ini
0,823 0,374 Valid
8. Pemilihan Saluran Distribusi
24 Kemudahan lokasi pembelian tiket 0,806 0,374 Valid 25 Kemudahan dalam mendapatkan jasa penerbangan 0,804 0,374 Valid
26 Kenyamanan dalam mendapatkan jasa tersebut 0,737 0,374 Valid 9. Waktu Pembelian
No Pertanyaan rhitung rtabel KET Keputusan Menggunakan
10. Jumlah Pembelian
29 Menggunakan ulang jasa masakapai penerbangan dengan merek yang sama
0,493 0,374 Valid
30 selalu menggunakan maskapai penerbangan yang saya gunakan sekarang
0,806 0,374 Valid
11. Metode Atau Cara Pembayaran
31 Pembayaran secara cash 0,822 0,374 Valid
32 Pembayaran dengan cara menyicil 0,684 0,374 Valid
33 Pembayaran dengan menggunakan kartu kredit 0,806 0,374 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data 2012 (Menggunakan SPSS 16.0 For Windows)
Tabel 3.7 pada instrumen variabel keputusan menggunakan dapat
diketahui bahwa nilai tertinggi terdapat pada dimensi pemilihan merek dengan
item petanyaan, popularitas merek penerbangan yang anda gunakan pada saat ini
0,823. Sedangkan nilai terendah terdapat pada dimensi Waktu Pembelian dengan
pertanyaan Popularitas maskapai pada waktu pembelian dengan nilai 0,443
sehingga dapat ditafsirkan bahwa indeks korelasinya menengah.
Berdasarkan jumlah angket yang diuji kepada sebanyak 30 responden
dengan tingkat signifikansi 5% dan derajat kebebasan (df) n-2 (30-2=28) maka
didapat nilai rtabel sebesar 0,374. Hasil uji coba instrumen penelitian untuk variabel
loyalitas pelanggan berdasarkan hasil perhitungan validitas item instrumen yang
dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0 for windows, menunjukkan bahwa
item-item pertanyaan dalam kuesioner valid karena skor rhitung lebih besar jika
dibandingkan dengan rtabel .
3.2.6.2 Pengujian Reliabilitas
Uji realibilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat
bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data, karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah
dipercaya, yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga.
Menurut Sugiyono (2010:172) “Reliabilitas adalah pengukuran yang
berkali-kali menghasilkan data yang sama atau konsisten”. Sedangkan menurut
Suharsimi Arikunto (2010:178) “Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian
bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai
alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Reliabilitas menunjuk
pada tingkat keterandalan sesuatu.”
Jika suatu instrumen dapat dipercaya maka data yang dihasilkan oleh
instrumen tersebut dapat dipercaya. Pengujian reliabilitas kuesioner penelitian
dilakukan dengan rumus Alpha. Rumus Alpha digunakan untuk mencari
reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, misalnya angket atau soal
k = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal 2
t
s
= Deviasi standar total 2