SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh
Hilman Nuha Ramadhan
0902262
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN STRATEGI REACT DENGAN BERBANTU APLIKASI GEOGEBRA
TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SMP
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Marthen Tapilouw, M.Si.
NIP. 194805201979031001
Pembimbing II
Dra. Hj. Rini Marwati, M.Si.
NIP. 196606251990012001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
PENERAPAN STRATEGI REACT DENGAN BERBANTU APLIKASI GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS PADA SISWA SMP
Oleh
Hilman Nuha Ramadhan
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Hilman Nuha Ramadhan 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Hilman Nuha Ramadhan (0902262)
Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia
Penelitian pembelajaran matematika dalam penerapan strategi REACT berbantu aplikasi geogebra di kelas VIII salah satu SMP Negeri di Cimahi, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan desain penelitian berbentuk desain kelompok kontrol yang diberikan pretest-posttest, dengan banyak sampel kelompok eksperimen 29 siswa dan kelompok kontrol 29 siswa yang dipilih tidak secara acak. Hasil analisis pretest-posttest dan proses pembelajaran menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang pembelajarannya melalui strategi REACT berbantu aplikasi GeoGebra dibandingkan siswa yang pembelajarannya dengan strategi REACT. Hasil analisis angket siswa dan lembar observasi menyimpulkan sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran matematika melalui strategi REACT berbantu aplikasi geogebra dan tidak dipengaruhi oleh sikap siswa terhadap pelajaran matematika. Untuk pengembangan, perlu ditambahkan satu kelompok yang memperoleh pembelajaran konvensional, sehubungan dengan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Ii
ABSTRACT
Hilman Nuha Ramadhan (0902262) Mathematics education department, UPI
The implementation strategy of REACT assisted by geogebra is the research mathematics learning at the one secondary shool VIII grade from Cimahi, this research for increase mathematical communication skills. It is quasi experimental research with non equivalent control group design, there are 29 experiments students dan controls students, nonrandom. The research’s conclusion is strategy of REACT assisted by geogebra and strategy of REACT can increases mathematical communication skill. Student was show respacted and positively for strategy of REACT assisted by geogebra. The recomendation is researching need one group (conventional learning) for comparation with two learnings strategy (strategy of REACT assisted geogebra and strategy of REACT), to analyzed about mathematical communication skills.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II STRATEGI REACT BERBANTU GEOGEBRA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS ... 8
A. Strategi Pembelajaran REACT ... 8
B. Komunikasi Matematis ... 17
C. Geogebra ... 20
D. Penelitian yang Relevan ... 25
E. Hipotesis Penelitian ... 25
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
A. Metode Penelitian ... 26
B. Desain Penelitian ... 26
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 27
D. Definisi Operasional ... 28
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 35
G. Teknik Analisis Data ... 36
H. Jadual Kegiatan ... 43
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Deskriptif Hasil Pengolahan Data ... 44
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 56
C. Keterbatasan ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Sisdiknas, 2003). Pembelajaran pada hakekatnya adalah kegiatan guru dalam membelajarkan siswa, ini berarti bahwa proses pembelajaran adalah membuat atau menjadikan siswa dalam kondisi belajar (Suherman, 2010). Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (SNP PP RI No 19, 2005). Dari ketiga pernyataan diatas, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik, dimana pendidik membuat peserta didik dalam kondisi belajar yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis.
Pembelajaran matematika merupakan proses interaksi antara peserta didik
dan pendidik dalam kondisi belajar matematika yang interaktif, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa. Effective mathematics teaching requires understanding what students
pembelajarannya dan bahan ajar yang ada mampu dikomunikasikan dengan baik dan jadi bermakna (Suherman, 2010).
Pada kenyataannya, pembelajaran matematika yang ada saat ini belum memenuhi harapan. Seperti yang dilansir pada properti.kompas.com, Latief (2011) berpendapat bahwa “pembelajaran matematika yang ada saat ini hanya menjadikan guru matematika yang membosankan”. Ditambah lagi penuturan dari Iwan Pranoto (pakar matematika dari Institut Teknologi Bandung) "Di sini tampak bahwa siswa Indonesia dengan profisiensi di bawah level dua sangat tinggi, mencapai 76,6 persen dari populasi. Juga tampak, jika dibandingkan dengan 2003, kondisinya hampir tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa pengajaran matematika yang sekarang tidak mampu mengangkat ke level dua atau lebih. Pembenahan pendidikan matematika sekolah kita belum berhasil," (Latief, 2011).
Pernyataan kedua pakar pun, didukung dengan hasil survei yang dilakukan
Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang merupakan studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa SMP. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-rata skor prestasi matematika siswa kelas VIII di Indonesia berada signifikan dibawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, dan tahun 2007 berada di peringkat ke 36 dari 49 negara (Kemdikbud, 2011).
Permasalahan ini, bisa disebabkan karena kurangnya perhatian terhadap hal yang paling mendasar. “Communication is a fundamental element of
mathematics learning” (NCTM, 2000 : 348), hal yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika adalah Komunikasi. Komunikasi berdasarkan NCTM (2000) adalah fitur penting, karena siswa mengungkapkan hasil pemikiran mereka secara lisan dan tulisan.
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien, dan
tepat dalam pemecahan masalah,
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh,
4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Kemampuan komunikasi matematis merupakan salah satu tujuan pembelajaran matematika yang telah disusun oleh pemerintah.
Kemampuan komunikasi matematis merupakan hal yang paling mendasar dalam pembelajaran matematika, sehingga menurut NCTM (2000) komunikasi matematis siswa dapat ditinjau dari :
1. Mengatur dan mengkonsolidasikan pemikiran matematika siswa melalui komunikasi
2. Mengkomunikasikan pemikiran matematika siswa secara koheren dan jelas kepada rekan-rekan, guru, dan lain-lain
3. Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematika dan strategi siswa 4. Menggunakan bahasa matematika (dengan simbol/notasi) untuk
mengekspresikan ide-ide matematika secara tepat
1. Pendidik hanya membuat satu perencanaan dalam pembelajaran untuk semua situasi,
2. Pendidik menggunakan pembelajaran konvensional dalam kegiatan pembelajaran,
3. Pembelajaran adalah penguatan stimulus siswa dan respon yang tepat, 4. Jawaban yang benar dari siswa merupakan hal yang mutlak,
5. Siswa menerima keterampilan dan pengetahuan sebagai situasi yang baru, dan harus diterima sebagai konteks yang mesti digunakan dalam pembelajaran.
Situasi tersebut bisa menjadi salah satu penyebab munculnya argumen guru matematika yang membosankan, dan sisi tersebut harus dihilangkan dari pembelajaran agar terbentuk pembelajaran yang efektif. Pada kasus ini, pendekatan pembelajaran kontekstual dapat memperbaiki kesalahan tersebut.
Agar tercipta pembelajaran yang efektif dan baik, CORD (1999) sangat percaya terhadap pendekatan pembelajaran kontekstual karena mampu meningkatkan kemampuan-kemampuan pembelajaran matematika (kemampuan komunikasi, kemampuan pemahaman, dll). Kepercayaan ini tidak berdasar pada spekulasi belaka, namun berdasar pada pengalaman dan beberapa pengujian. Sehingga, CORD mengembangkan strategi REACT sebagai solusi dalam menciptakan pembelajaran yang efektif dan baik.
Crawford (CORD, 2001) mengemukakan bahwa REACT adalah akronim yang mudah diingat untuk menginterpretasikan metode terbaik yang digunakan pendidik dan metode terbaik yang mendukung peneliti agar dapat membelajarkan siswa dengan baik. Peneliti beranggapan bahwa dengan strategi REACT, merupakan strategi yang tepat untuk membelajarkan siswa dan menjadikan pendidik sebagai fasilitator, motivator, dan manajer pembelajaran, hal tersebut sejalan dengan pendapat Johnson (Tapilouw, 2009).
siswa agar mampu men-visualisasi-kan konsep-konsep matematika dengan bantuan laboratorium. Hal yang sejalan dengan matematika dalam laboratorium
adalah laboratorium komputer. Oleh karena itu, hal yang dipandang peneliti di dalam laboratorium komputer merupakan penggunaan aplikasi komputer. Peneliti memilih aplikasi komputer yaitu Geogebra sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
Geogebra adalah piranti lunak (software) komputer matematika dinamis yang bisa digunakan untuk pembelajaran sekolah pada materi ajar geometri, aljabar, dan kalkulus. Geogebra merupakan sistem geometri interaktif, dengan menggunakan Geogebra dapat melakukan konstruksi dengan titik, vektor, segmen, garis, poligon, dan irisan kerucut serta fungsi saat mengganti mereka secara dinamis. (Judith dan Markus, 2012). Adapun halaman utama dari
Geogebra adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1 Geogebra
Dari tampilan di atas, aplikasi tersebut memberikan kemudahan bagi penggunanya yaitu siswa maupun pendidik dengan alat-alat gambar yang akan digunakan pada
layar putih. Selain itu, Geogebra bisa ditampilkan dalam bahasa Indonesia, dan hal tersebut mempermudah bagi pengguna siswa SMP Kelas VIII. Dengan
-kan konsep-konsep geometri kedalam sajian gambar yang mudah untuk digunakan.
Berdasarkan pemaparan diatas, peneliti bermaksud untuk mengetahui perubahan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika melalui strategi REACT dengan berbantu aplikasi Geogebra yang
dituangkan dalam judul “Penerapan Strategi REACT dengan Berbantu Aplikasi
Geogebra Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis pada Siswa SMP” pada kelas VIII.
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi REACT berbantu aplikasi Geogebra dibandingkan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi REACT?
2. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi REACT berbantu aplikasi Geogebra?
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian
ini adalah :
1. Mendeskripsikan perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang memperoleh pembelajaran matematika melalui strategi REACT berbantu aplikasi Geogebra dan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi REACT.
2. Mendeskripsikan respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi REACT berbantu aplikasi Geogebra.
D. Manfaat Penelitian
1. Sebagai informasi berkaitan dengan inovasi pembelajaran untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran matematika yang efektif. Hal ini
menjadi penting karena kondisi pada era globalisasi menuntut siswa untuk terus mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Bagi guru diharapkan menjadi salah satu alternatif pilihan strategi pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan siswa.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan sebab akibat. Perlakuan yang dilakukan terhadap variabel bebas pada penelitian ini adalah pembelajaran matematika menggunakan strategi REACT dengan berbantu aplikasi Geogebra. Dan dilihat hasilnya pada variabel terikat yaitu kemampuan komunikasi matematis siswa.
Kelompok atau pemilihan kelas tidak dilakukan secara acak, kelompok sudah terjadi dan pengawasan (kontrol) tidak bisa dilakukan. Kelompok tidak ada pemanipulasian dan penelitian mirip dengan percobaan. Dalam hal ini, peneliti akan menguji sebuah perlakuan yakni strategi pembelajaran REACT dengan berbantu Aplikasi Geogebra terhadap peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP. Sehingga, berdasarkan metodenya penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen (Wicaksono, et al. 2011 dan Ruseffendi, 1994).
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group
design karena subjek tidak dikelompokkan secara acak, tapi menerima keadaan subjek yang dikelompokkan oleh sekolah. Penekanan desain ini pada hasil
posttest, selain itu dengan adanya pretest dapat digunakan untuk pengontrolan statistik dan memperhatikan tingkat kesetaraan (Wicaksono, et al. 2011). Pada penelitian ini diberikan pretest, perlakuan yang berbeda kepada kelompok kontrol dan eksperimen, dan posttest. Berikut disajikan desain penelitiannya.
Pretest Perlakuan Posttest
O 1 O
O 2 O
Keterangan :
1 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT dengan berbantu Aplikasi Geogebra
2 : Pembelajaran matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran REACT
(Arikunto, 2010).
Pembelajaran pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dilakukan oleh peneliti. Agar tindakan pembelajaran yang telah direncanakan oleh peneliti dapat terlaksana dengan optimal serta terdapat observer dari pihak sekolah untuk memastikan pembelajaran sesuai dengan perencanaan.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Cimahi tepatnya di jalan Melong Raya No. 6 Tahun Ajaran 2012/2013. SMP Negeri 4 Cimahi berada dalam cluster sedang dimana hal ini diperlukan untuk kebutuhan penelitian.
Alasan pemilihan SMP, peneliti berasumsi bahwa dari segi pematerian geometri SMP yang dasar dari matematika masih belum terbentuk sepenuhnya. Hal inilah
yang diperlukan dalam pembelajaran geometri terutama dalam bahasan garis singgung lingkaran. SMP Negeri 4 Cimahi dipilih karena memiliki fasilitas laboratorium komputer yang cukup memadai. Pembelajaran di laboratorium komputer merupakan salah satu pendukung untuk terlaksananya pembelajaran geometri melalui strategi REACT dengan berbantu aplikasi Geogebra.
D. Definisi Operasional
1. Pembelajaran dengan strategi REACT adalah pembelajaran dengan
menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan sebelumnya (R), mengalami/menguji coba (E), menerapkan (A), bekerja sama (C), dan mentrasfer pengetahuan (T).
2. Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Indikator untuk melihat kemampuan komunikasi tertulis dikemukakan Ross (Yonandi, 2011) sebagai berikut :
a. Menggambarkan situasi masalah dan menyatakan solusi masalah menggunakan gambar, bagan, tabel, dan secara aljabar
b. Menyatakan hasil dalam bentuk tertulis
c. Menggunakan representasi menyeluruh untuk menyatakan konsep matematika dan solusinya
d. Membuat situasi matematika dengan menyediakan ide dan keterangan dalam bentuk tertulis
e. Menggunakan bahasa matematika dan simbol secara tepat
3. Geogebra adalah piranti lunak (software) komputer matematika dinamis yang bisa digunakan untuk pembelajaran sekolah dan merupakan sistem
geometri interaktif yang dapat mengkonstruksi konsep matematika.
E. Instrumen
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka dibuatlah seperangkat instrumen yang meliputi instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.
1. Instrumen Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP yang dibuat untuk dua kelompok, kelompok eksperimen yang
menggunakan strategi REACT dengan berbantu aplikasi Geogebra dan kelompok kontrol menggunakan strategi REACT. Sebanyak empat RPP yang dibuat untuk mencapai dua Kompetensi Dasar (KD).
b. Lembar Kegiatan Kelompok (LKK)
LKK sebagai alat pembelajaran yang mengarahkan siswa dalam kegiatan eksplorasi. LKK diberikan pada setiap pembelajaran, dan dikerjakan secara koperatif oleh siswa. Di dalam LKK membantu siswa dalam menemukan konsep-konsep yang ingin dicapai.
c. Modul
Modul digunakan untuk mengenal, membimbing kelompok eksperimen dalam memahami aplikasi Geogebra. Modul diberikan kepada masing-masing kelompok, sebagai upaya untuk mempelajari lebih lanjut mengenai aplikasi
Geogebra.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan di dalam penelitian. Ada tiga macam instrumen pengumpulan data, yaitu tes (pretest dan posttest), angket (skala sikap siswa terhadap pembelajaran yang dilakukan), dan observasi (perekaman proses
pembelajaran). Adapun rancangan instrumen penelitiannya sebagai berikut. Tabel 3.1 Rancangan Instrumen
No Target Sumber Data Teknik/Cara Instrumen yang Digunakan
1. Kemampuan Komunikasi
Matematis Siswa Tertulis Tes
2.
Respon terhadap strategi pembelajaran REACT dengan berbantu Aplikasi Geogebra
Siswa Tertulis Angket, Observasi
Berikut penjelasannya.
a. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
sejauh mana kemampuan komunikasi matematis siswa sebelum mendapat perlakuan. Sedangkan pada tes akhir, soal-soal yang diberikan bertujuan untuk
mengetahui kemampuan komunikasi matematis siswa setelah mendapat perlakuan. Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen diberi tes dengan tipe soal yang identik baik dalam tes awal maupun tes akhir.
Tes yang digunakan berbentuk uraian yang terdiri dari lima soal yang mencakup lima indikator untuk melihat kemampuan komunikasi matematis seperti yang sudah tersaji pada definisi operasional diatas. Maksud tes berbentuk uraian adalah agar dapat mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa secara tertulis.
Penyusunan tes diawali dengan pembuatan kisi-kisi tes, yang didalamnya memuat Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator KTSP, Indikator Komunikasi Matematis, Soal, dan Jawaban. Di dalam kolom soal memuat soal dan no butir soal, dan di dalam kolom jawaban memuat jawaban dan skor penilaian. Setelah kisi-kisi tes, penyusunan soal, jawaban, dan lembar jawaban. Untuk pemberian skor berdasar Maryland Math Communication Rubric (1991) bagi siswa kelas VIII adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Pemberian Skor Skor Spesifikasi
4 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sangat efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematis, konsep, dan prosesnya
3 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang sebagiannya efektif, akurat, tepat, dan lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematis, konsep, dan prosesnya
2 Penggunaan bahasa matematika (istilah, simbol, notasi, atau representasi) dengan jawaban yang cukup efektif, akurat, dan tidak lengkap untuk menggambarkan sebuah operasi matematis, konsep, dan prosesnya
1 Jawaban yang salah namun ada upaya untuk mengerjakan jawaban tersebut
b. Analisa Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Sebelum tes dijadikan instrumen penelitian, tes tersebut diukur oleh ahli
dalam hal ini dosen pembimbing dan rekan mahasiswa. Kemudian tes diujicobakan untuk memeriksa keterbacaan, validitas butir soal, validitas soal, reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukarannya. Uji coba dilakukan di SMP Negeri 8 Cimahi yang berada pada tingkat cluster sedang.
Analisa instrumen menggunakan Software Microsoft Office Excel 2010 dan Anates, kemudian masing-masing hasil yang diperoleh dikonsultasikan menggunakan ukuran tertentu. Berikut ini adalah hasilnya.
1) Validitas Tes
Dalam hal ini nilai diartikan sebagai koefisien validitas, sehingga
kriterianya dapat ditunjukkan dalam tabel berikut ini. Tabel 3.3 Interpretasi Validitas Nilai
Nilai Keterangan
0,90≤ ≤ 1,00 Validitas sangat tinggi
0,70≤ < 0,90 Validitas tinggi
0,40≤ < 0,70 Validitas sedang
0,20≤ < 0,40 Validitas rendah
0,00≤ < 0,20 Validitas sangat rendah
< 0,00 Tidak valid
(Suherman, 2003).
Hasil perhitungan validitas butir soal yang telah diujicobakan selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.4 Validitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis No. Soal Interpretasi
menurut Guilford (Suherman, 2003) tes kemampuan komunikasi matematis memiliki korelasi tinggi.
2) Reliabilitas Tes
Suatu alat evaluasi (tes) disebut reliabel jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama. Untuk mengestimasi reliabilitas suatu tes ada tiga cara yaitu tes tunggal, tes ulang, dan tes ekuivalen. Penelitian ini akan menggunakan tes tunggal (Suherman, 2003). Analisis data untuk pendekatan tes tunggal dibagi kedalam 2 macam teknik, yaitu teknik Belah-Dua dan teknik Non Belah-Dua. Penelitian ini mengunakan teknik Belah-Dua. Teknik belah dua bisa digunakan dalam dua cara yaitu metode ganjil-genap dan metode awal-akhir.
Guilford (Suherman, 2003) menyatakan bahwa kriteria untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas adalah:
Tabel 3.5 Interpretasi Reliabilitas 11 Nilai 11 Keterangan
11 ≤0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah
0,20≤ 11 < 0,40 Derajat reliabilitas rendah
0,40≤ 11 < 0,70 Derajat reliabilitas sedang
0,70≤ 11 < 0,90 Derajat reliabilitas tinggi
0,90≤ 11 ≤ 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi
Hasil perhitungan reliabilitas tes kemampuan komunikasi matematis pada tabel berikut ini.
Tabel 3.6 Reliabilitas Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
11 Interpretasi
0,71 Tinggi
Dari hasil tersebut diperoleh bahwa tes kemampuan komunikasi matematis memiliki reliabilitas tinggi, sehingga tes tersebut relatif tetap jika digunakan untuk
subjek yang sama. 3) Daya Pembeda
kemampuan butir soal tersebut membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah (Suherman, 2003).
Kriteria yang digunakan untuk menginterpretasikan daya pembeda adalah seperti pada tabel berikut.
Tabel 3.7 Interpretasi Indeks Daya Pembeda Nilai Keterangan
Hasil perhitungan daya pembeda dari soal yang telah diujicobakan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.8 Daya Pembeda Tes Kemampuan Komunikasi Matematis No Soal Daya Pembeda Interpretasi
1 0,3214 Cukup
2 0,3036 Cukup
3 0,1607 Jelek
4 0,7500 Sangat Baik
5 0,9821 Sangat Baik
Dari hasil tersebut diperoleh satu soal yang daya pembedanya jelek yaitu soal no. 3, dua soal memiliki daya pembeda yang cukup yaitu soal no. 1 dan 2, dan dua soal sangat baik daya pembedanya yaitu soal no. 4 dan 5.
4) Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran merupakan peluang menjawab benar pada suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang diukur dengan indeks kesukaran. Indeks
kesukaran menyatakan derajat kesukaran sebuah soal. Semakin besar persentase tingkat kesukaran maka semakin mudah soal tersebut. Untuk menginterpretasi
indeks kesukaran, digunakan kriteria sebagai berikut (Suherman, 2003): Tabel 3.9 Klasifikasi Indeks Kesukaran
Dari hasil perhitungan, diperoleh tingkat kesukaran untuk tiap butir soal yang rangkumannya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.10 Tingkat Kesukaran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis No Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi
1 0,3393 Soal Sedang
5) Rekapitulasi Analitis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Kesimpulan dari semua perhitungan analisis soal tes kemampuan komunikasi matematis disajikan secara lengkap pada tabel berikut ini :
Tabel 3.11 Rekapitulasi Analitis Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
No. Soal Validitas Korelasi Reliabilitas Daya Pembeda Kesukaran Tingkat 1 Sedang
d. Lembar Observasi
Observasi dilakukan saat pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan
untuk mengetahui dan memperoleh informasi gambaran mengenai aspek-aspek proses pembelajaran, cara guru mengajar, interaksi dan keaktifan siswa saat pembelajaran, serta kekurangan atau hambatan selama pembelajaran. Hasil data ini bersifat relatif, karena akan dipengaruhi oleh keadaan dan subjektivitas observer.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu sebagai berikut. 1. Persiapan
Sebagai langkah pendahuluan pada tahap ini adalah pengkajian masalah dan studi literatur. Data yang diperlukan antara lain berkenaan dengan lokasi penelitian, materi ajar yang akan disampaikan, dan data-data lainnya yang diperlukan. Setelah data diperoleh, dimulai penyusunan dan pembuatan rancangan penelitian (proposal penelitian).
2. Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut :
a. Merancang strategi pembelajaran REACT dengan berbantu Aplikasi
Geogebra dan merancang strategi pembelajaran matematika dengan strategi REACT.
b. Menyusun instrumen dan bahan ajar.
c. Uji coba instrumen penelitian, yang kemudian dihitung validitas, reliabilitas, daya pembeda dan indeks kesukaran menurut Suherman (2003).
d. Revisi instrumen tes jika terdapat kekurangan.
e. Pemilihan sampel penelitian. Pemilihan sampel ini disesuaikan dengan materi penelitian dan waktu pelaksanaan penelitian.
g. Pelaksanaan pengajaran dengan strategi pembelajaran REACT dengan berbantu aplikasi Geogebra pada kelompok eksperimen dan pembelajaran
matematika dengan strategi REACT pada kelompok kontrol. h. Selama pembelajaran, peneliti menggunakan lembar observasi.
i. Pemberian Posttest (tes akhir) untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa dan pencapaian ketuntasan belajar setelah perlakuan.
j. Pemberian angket pada kelompok eksperimen untuk mengetahui sikap siswa terhadap pembelajaran matematika, strategi pembelajaran REACT dengan berbantu aplikasi Geogebra, dan tes kemampuan komunikasi matematis.
3. Penyelesaian
Pada tahap ini dilakukan kegiatan sebagai berikut. a. Pengumpulan data hasil penelitian.
b. Pengolahan data hasil penelitian. c. Analisis data hasil penelitian. d. Penyimpulan hasil penelitian. e. Penulisan laporan hasil penelitian.
G. Teknik Analisis Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan tes (pretest dan posttest), pengisian angket, dan observasi. Data yang diperoleh kemudian dikategorikan ke dalam jenis data kualitatif dan data kuantitatif.
1. Instumen Tes
Instrumen tes digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes diolah dengan cara sebagai berikut.
a) Analisis Deskriptif,
Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai data yang
diperoleh. Adapun data deskriptif yang dihitung adalah mean, variansi, dan standar deviasi.
Gambaran umum kemampuan komunikasi matematis siswa yang berupa data skor tes kemampuan komunikasi matematis siswa pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dianalisis secara deskriptif atas dasar prosentase dan dirumuskan sebagai berikut :
= �
� × 100
Keterangan:
N = nilai persen yang dicapai atau yang diharapkan
S = Skor mentah
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100 = bilangan teta
Tabel 3.12 Kriteria Umum Kualifikasi Kemampuan Komunikasi matematis No Tingkat Penguasaan Predikat
1 75% - 100% Baik
2 50% - 75% Cukup
3 < 50% Kurang
c) Menghitung Skor Gain
Indeks gain ini dihitung dengan menggunakan gain ternormalisasi yang dikembangkan Hake (1999) sebagai berikut :
Gain ternormalisasi = Skor PostTest−Skor PreTest Skor ideal−Skor Pretest
Dengan kriteria indeks gain :
Tabel 3.13 Kriteria Skor Gain Ternormalisasi Skor Gain Interpretasi
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah data skor pretest dan gain ternormalisasi pada kelompok eksperimen dan kontrol berdistribusi normal atau tidak. Adapun rumusan hipotesisnya adalah :
H0 : Data berdistribusi normal
Perhitungan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, karena dapat digunakan
Uji homogenitas untuk memberikan keyakinan bahwa data skor pretest dan
gain ternormalisasi dari kelompok kontrol dan eksperimen berasal dari populasi yang tidak jauh berbeda keragamannya (Matondang, -). Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengujian homogenitas sebagai berikut. Merumuskan hipotesis :
Ho : e2 k2
H1 : e2 k2
Keterangan :
2
e
= Varians kelompok eksperimen
2
k
= Varians kelompok kontrol
Menentukan tingkat keberartian dengan mengambil
sebesar 0,05. Menentukan kriteria pengujian dengan aturan, menerima H0 apabila nilaisignifinaksi yang diperoleh lebih dari 0,05 dan menolak H0 apabila nilai
signifikansi yang diperoleh kurang dari 0,05.
Jika data yang diperoleh tidak berdistribusi normal, maka pengujian homogenitas yang digunakan adalah uji Levene (Professional Data Analyst (PDA), 2012). Adapun hipotesis yang akan diuji adalah :
H0∶ �12 =�22 varians gain ternormalisasi / pretest kemampuan komunikasi matematis kedua kelompok homogen
H1∶ �12 ≠ �22 varians gain ternormalisasi / pretest kemampuan komunikasi matematis kedua kelompok tidak homogen
�12∶ varians gain ternormalisasi / pretest kelompok eksperimen
�22∶ varians gain ternormalisasi / pretest kelompok kontrol
Kriteria pengujian adalah terima H0 apabila Sig. Based On Mean > taraf signifikansi (�= 0,05).
f) Uji Kesamaan dua rata-rata
Melakukan uji kesamaan dua rata-rata pada data skor Pretest kedua kelompok eksperimen dan kontrol untuk kemampuan komunikasi matematis. Hipotesis yang diajukan adalah :
H0∶ �� = ��
H1 ∶ �� ≠ ��
Keterangan :
�� ∶ rata-rata Pretest komunikasi matematis kelompok eksperimen
�� ∶ rata-rata Pretest komunikasi matematis kelompok kontrol
Selanjutnya melakukan uji perbedaan dua rata-rata untuk data skor gain ternormalisasi pada kedua kelompok tersebut. Berikut ini adalah rumusan hipotesisnya :
H0∶ � =�
H1 ∶ � >�
Keterangan :
� ∶ rata-rata gain ternormalisasi komunikasi matematis kelompok eksperimen
� ∶ rata-rata gain ternormalisasi komunikasi matematis kelompok kontrol Jika kedua rata-rata skor berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah Uji-t dengan rumus :
1 : rata-rata skor dari kelompok eksperimen
2 : rata-rata skor dari kelompok kontrol
: simpangan baku gabungan dari kelompok eksperimen dan kontrol
1 : simpangan baku kelompok eksperimen
2 : simpangan baku kelompok kontrol
, sedangkan kriteria pengujian
untuk satu pihak dengan taraf signifikansi ∝= 0,05 tolak H0 jika � >
, dalam hal lainnya diterima (Sudjana, 2005).
Data berdistribusi normal tetapi tidak homogen maka uji statistik yang digunakan adalah Uji-t’ sebagai berikut :
′ = 1− 2
12
�1+ 22
�2
Kriteria pengujian adalah terima H0 jika
− 1 1+ 2 2
Nilai � dipilih yang paling kecil. Pengujian untuk sampel besar menggunakan pendekatan kurva normal .
= �−
1 2�1�2 �1�2(�1+�2+1)/12
Kriteria pengujian uji satu pihak adalah terima H0 jika � < untuk
taraf signifikansi �= 0,05. Untuk uji dua pihak, kriteria pengujian adalah
�1 : peringkat unsur kelompok eksperimen
�2 : peringkat unsur kelompok kontrol 2. Angket
Besar perolehan persentase dalam angket diketahui dengan perhitungan :
�=
Interpretasi data angket dilakukan dengan menggunakan kategori persentase yang disajikan pada tabel berikut.
Analisa respon sikap siswa akan dilihat hubungan pembelajaran REACT dengan berbantu aplikasi Geogebra terhadap pelajaran matematika. Dengan
menghitung korelasi product-moment atau korelasi Pearson dari respon siswa, jika kedua data tersebut memenuhi syarat normalitas. Adapun rumusnya sebagai berikut.
= −
( 2− 2 ( 2 − 2
Keterangan :
: respon siswa terhadap pelajaran matematika
: respon siswa terhadap pembelajaran REACT dengan berbantu aplikasi
Geogebra : banyak siswa
Dalam menginterpretasikan korelasi tersebut, akan digunakan tabel interpretasi sebagai berikut.
Tabel 3.15 Interpretasi Nilai Nilai Interpretasi
0,8000 < ≤1,0000 Tinggi
0,6000 < ≤0,8000 Cukup
0,4000 < ≤0,6000 Agak rendah
0,2000 < ≤0,4000 Rendah
0,0000 < ≤0,2000 Sangat rendah
Apabila diperoleh angka negatif, berarti korelasinya negatif. Ini menunjukkan adanya kebalikan urutan (Arikunto, 2010).
Jika data tidak berdistribusi normal, maka uji korelasi yang dilakukan adalah uji korelasi Spearman. Adapun rumusnya sebagai berikut.
� = 1−
6 �2 � �2−1
� = selisih dari peringkat posttest dan pretest
3. Lembar Observasi
Data hasil observasi dianalisis dan diinterpretasikan berdasarkan hasil
pengamatan selama pembelajaran matematika melalui strategi REACT dengan berbantu aplikasi Geogebra. Dalam mengolah lembar observasi, data yang diperoleh adalah data kualitatif. Oleh karena itu, analisis terhadap lembar observasi dengan membuat uraian yang mendeskripsikan hasil pengamatan observer.
H. Jadual Kegiatan
Tabel 3.16 Jadual Kegiatan
No Jenis Kegiatan Bulan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
1 Penyusunan Proposal
2 Seminar Proposal 3 Perancangan Model
Bahan Ajar
4 Pembuatan Instrumen
5 Uji Coba dan Penyempurnaan
6 Proses Perizinan
7 Melaksanakan Penelitian
8 Pengumpulan data 9 Pengolahan Data
10 Penyusunan Laporan
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian selama pembelajaran matematika dengan strategi REACT berbantu aplikasi geogebra sebagai berikut.
1. Tidak ada perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa SMP yang menggunakan Strategi REACT dengan berbantu Aplikasi Geogebra dibandingkan siswa SMP yang memperoleh pembelajaran matematika dengan strategi REACT. Kedua pembelajaran tersebut saling menunjang terhadap peningkatan kemampuan matematis siswa SMP. Kedua pembelajaran tersebut, menunjukan kualitas tingkat penguasaan materi dibawah baik.
2. Respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan strategi REACT berbantu aplikasi geogebra menunjukkan sikap positif dan tidak dipengaruhi oleh sikap siswa terhadap pelajaran matematika.
B. Saran
1. Kepada Guru
Untuk guru bidang studi matematika, pembelajaran REACT berbantu aplikasi
2. Kepada Peneliti
Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian dengan strategi REACT berbantu aplikasi geogebra, hendaknya membandingkan pada tiga kelompok yang diberikan perlakuan sebagai berikut :
a. Kelompok yang diberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran REACT berbantu aplikasi geogebra
b. Kelompok yang diberikan perlakuan dengan strategi pembelajaran REACT
66
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Armiati. 2011. Peningkatan Kemampuan Penalaran Matematis, Komunikasi Matematis Dan Kecerdasan Emosional Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Disertasi pada Sekolah Program Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
Cahyono, Tri. 2006. Uji Normalitas. [Online]. Tersedia : http://www.scribd.com/doc/19375287/Uji-Normalitas-Data-Statistik (25 Mei 2013)
CHORD, 1999. Teaching Mathematics Contextually. [Online]. Tersedia : http://www.cord.org/ uploadedfiles/Teaching_Math_Contextually.pdf (15 Desember 2012)
Felder, R. F. dan Rebecca B. - . Cooperative Learning. [Online]. Tersedia : http://kenanaonline.com/files/0030/30183/%D8%AA%D8%B9%D8%A7% D9%88%D9%86%D9%8A.pdf (22 Mei 2013)
Ghazali, M. et al. - . Enhancing Communication Skills In Athematics Teachers Through The Lesson Study Collaboration: A Pilot Study. [Online]. Tersedia :
http://www.recsam.edu.my/cosmed/cosmed07/AbstractsFullPapers2007/Ma thematics/M015F.pdf (22 Mei 2013).
Herdian, 2010. Kemampuan Komunikasi matematika. [Online]. Tersedia : http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-komunikasi-Tersedia : http://www.geogebra.org/book/intro-en.pdf (14 Maret 2013) Kemdikbud. 15 Agustus 2011. Survei Internasional TIMSS. [Online]. Tersedia :
Latief, M. (2011, 6 Januari). Matematika dan Guru yang membosankan. Kompas [Online]. Tersedia : http://properti.kompas.com/read/2011/01/06/17533529/ Matematika.dan.Guru.yang.Membosankan.
Latief, M. (2011, 31 Januari). 76,6 persen Siswa SMP “Buta” Matematika.
Kompas. [Online]. Tersedia :
http://properti.kompas.com/read/2011/01/31/19444535/76. 6.Persen.Siswa.SMP. Buta.Matematika
Matondang, Zulkifli. - . Pengujian Homogenitas Varians Data. [Online]. Tersedia :
http://fahost1992.googlecode.com/files/9.%20Pengujian%20Homogenitas% 20Varians%20Data.pdf (25 Mei 2013)
Miller, C. K. dan Reece L. P. - . Creating a Positive Climate Cooperative
Learning. [Online]. Tersedia :
http://www.indiana.edu/~safeschl/cooperative_ learning.pdf (22 Mei 2013) Minium, E. W., et al. 1993. Statistical Reasoning In Physhology And Education.
USA : John Wiley & Sons.
NCTM, 2000. Principles and Standards for School Mathematics.
Özsoy, N. dan Nazli Y. 2004. The Effect Of Learning Together Technique Of Cooperative Learning Method On Student Achievement In Mathematics Teaching 7th Class Of Primary School. [Online]. Tersedia : http://www.tojet.net/articles/v3i3/337.pdf (21 Mei 2013)
PDA. 2012. Uji Homogenitas Data. [Online]. Tersedia : http://statisticsanalyst.files.wordpress.com/2012/05/uji-homogen.doc (25 Mei 2013)
Ruseffendi, E.T. 1994. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang : Ikip Semarang Press.
Siregar, Ahmad. 2012. Pembelajaran Geometri melalui model van Hiele berbantuan GeoGebra sebagai upaya meningkatkan kemampuan penalaran Matematis Siswa SMP. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika. FPMIPA UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Sistem Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003.
Standar Nasional Pendidikan, 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.
Suherman, Erman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika untuk Guru dan Mahasiswa Calon Guru Matematika. Bandung: JICA.
Suherman, Erman. 2010. Hands-out Perkuliahan Belajar dan Pembelajaran Matematika. Bandung : Jurusan Pendidikan Matematika FPMIPA UPI. Tapilouw, Marthen. 2009. Pengembangan Kemampuan Matematis Siswa melalui
Pembelajaran Kontekstual dengan Pendekatan REACT. Disertasi pada Sekolah Program Pasca Sarjana UPI. Bandung : Tidak diterbitkan.
UPI. 2009. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Press: Bandung. UPI. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UPI Press: Bandung.
Wichelt L. Dan Kearney NE. 2009. Communication : A Vital Skill of
Mathematics. [Online]. Tersedia :
http://digitalcommons.unl.edu/cgi/viewcontent.cgi?article= 1075&context=mathmidactionresearch (22 Mei 2013)
Wicaksono, et al. 2011. Desain Penelitian Menggunakan Quasi Experiment. [Online]. Tersedia : http://www.slideshare.net/soetam/kuasi-eksperimen (23 Mei 2013).