i
KATA PENGANTAR…………..……… UCAPAN TERIMA KASIH………... DAFTAR ISI……….……….... DAFTAR TABEL……….... DAFTAR BAGAN..…………...……….. DAFTAR LAMPIRAN……… iii iv vii x xi xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang….………..……… B. Identifikasi Masalah………..………...….………. C. Pembatasan Masalah……….………. D. Rumusan Masalah……….………. E. Tujuan Penelitian………... F. Manfaat Penelitian… ………..……... G. Kerangka Pemikiran..………...
1 9 11 12 12 13 14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat PAUD Holistil Integratif….………... 1. Konsep PAUD Holistik Integratif………..
2. Fungsi PAUD……….
3. Prinsip PAUD………...……….
4. Kurikulum PAUD Terintegrasi………...………... 5. Keterkaitan PAUD Terintegrasi dengan PLS………...…………. B. Hakekat Posyandu……….……….
1. Konsep Posyandu……….………..
2. Posyandu Menurut Sistem PLS……...………...………….…….. 3. Posyandu sebagai salah satu wadah pengembangan PAUD…... C. Hakikat Mutu Pembelajaran……….………. D. Hakikat Kesehatan dan Gizi……….………. 1. Pengertian Kesehatan dan Gizi………...………... 2. Kebijakan terkait Kesehatan dan Gizi…………..………. 3. Strategi Peningkatan Kesehatan dan Gizi Anak Usia Dini…….. E. Karakteristik Anak Usia Dini………
ii
E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data………... F. Teknis Analisis Data……….………. G. Triangulasi Data………..………
62 66 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian……….……….. 1. Letak Geografis Lembaga……..………...………. 2. Sarana dan prasarana ………..………..………… 3. Identitas Responden.……….……… 4. Pengolahan Data………...………... B. Pembahasan……..……….…..
1. Penyelenggaraan PAUD yang terintegrasi dengan layanan kesehatan dan gizi dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran PAUD... 2. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan PAUD
terintegrasi layanan kesehatan dan gizi dalam meningkatkan mutu layanan PAUD... 3. Mutu layanan pembelajaran penyelenggaraan PAUD
terigrasi layanan kesehatan dan gizi... C. Temuan-Temuan... 72 73 75 77 78 93 98 101 102 104
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan……….. B. Rekomendasi ………...……..………...
iv
v 2. Surat Izin Penelitian dari UPI
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting
dalam menunjang pembangunan sebab dengan melalui pendidikan dapat di
ciptakan sumber daya manusia yang handal. Pendidikan hanya akan berarti bila
dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia, bilamana pendidikan
memiliki sistem yang berkualitas dan relevan dengan pembangunan. Sebagaimana
kita ketahui bahwa pemerintah pada saat ini sedang giat melaksanakan
pembangunan disegala bidang baik di pedesaan maupun di perkotaan sehingga
dituntut untuk berpartisipasi dalam pembangunan tersebut.
Pembangunan ini pada hakikatnya adalah usaha untuk meningkatkan
kemampuan manusia, agar dapat memperbaiki tingkat kesejahteraan hidupnya,
sedangkan tantangan pembangunan bangsa di masa mendatang adalah
menciptakan manusia masa depan yang tangguh, kuat, sehat, dan memiliki
sikap mental keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan.
Manusia masa depan yang tangguh, kuat sehat dan memilki sikap mental
keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan tersebut dapat tercapai
melalui suatu pendidikan yang mendasar, sebuah pendidikan yang mampu
meletakkan dasar-dasar pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran akan
potensi dirinya dan mengembangkannya bagi kebutuhan dirinya sendiri,
pendidikan diperlukan oleh siapapun untuk tetap menguasai nasib sendiri,
bertahan hidup dan meningkatkan kehidupannya.
Ungkapan tersebut sesuai dengan UU Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 1
bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan mendasar itu adalah pendidikan yang dilakukan sedini
mungkin yang dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh, artinya
layanan yang diberikan kepada anak mencakup pelayanan pendidikan, kesehatan
dan gizi. Terpadu mengandung arti layanan tidak saja diberikan kepada anak
dini usia, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat sebagai kesatuan
layanan.
Hal ini sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003
bab VI pasal 13 ayat 13 berbunyi bahwa: " Jalur pendidikan terdiri atas
pendidikan formal, non formal, dan informasi yang dapat saling melengkapi dan
memperkaya. Serta pasal 28 ayat2 berbunyi bahwa: "Pendidikan anak usia dini
dapat diselenggrakan melalui jalur pendidikan formal, non formal, dan/atau
informal".
Pentingnya pendidikan anak usia dini didasarkan adanya kajian neurology
yang menyebutkan bahwa perkembangan kecerdasan anak terjadi sangat pesat
pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 59% kapabilitas kecerdasan orang
berusia 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika berumur 18 tahun.
Hal ini berarti bahwa perkembangan yang terjadi dalam kurun waktu 4
tahun pertama sama besarnya dengan perkembangan yang terjadi pada kurun
waktu 14 tahun berikutnya.
Pentingnya pendidikan anak dini usia ini juga telah menjadi perhatian
dunia internasional. Dalam pertemuan forum Pendidikan Dunia Tahun 2000 di
Dakar, Senegal menghasilkan 6 kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan
untuk semua (the Dakar Framework for Action Education for All), yang salah
satu butirnya bersepakat untuk "memperluas dan memperbaiki keseluruhan
perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak–anak yang sangat
rawan dan kurang beruntung".
Program pendidikan usia dini kini mulai banyak diselenggarakan oleh
masyarakat, tetapi masih ada sebagian masyarakat belum bisa memahami dengan
baik pentingnya pendidikan Anak Usia Dini. Berbagai bentuk lembaga
pendidikan anak mulai bermunculan dengan segala kekhasannya. Hal ini menjadi
fenomena yang sangat menarik untuk terus mengembangkan program pendidikan
anak usia dini, khususnya di lingkungan masyarakat menengah ke bawah.
Pentingnya upaya pelayanan pendidikan bagi usia dini telah menjadi
komitmen Bangsa Indonesia sebagaimana telah dituangkan dalam
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 yang menyatakan Pendidikan Anak Usia dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 tahun. Upaya ini dilakukan melalui pemberian rangsangan
agar anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan lebih lanjut.
Bentuk program pendidikan usia dini yang muncul sekarang ini adalah
jalur pendidikan formal terdiri dari Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Athahfal
(RA), atau bentuk lainnya yang sederajat. Pada jalur pendidikan non formal terdiri
dari kelompok bermain, Taman penitipan anak, atau bentuk lainnya yang
sederajat dan jalur informal diselengarakan melalui pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan di lingkungan.
Selain beberapa bentuk pendidikan tersebut pada jalur pendidikan
nonformal ada program yang dikembangkan melalui pusat pengembangan anak
yang terintegrasi. Pusat ini memberikan berbagai pelayanan yang dibutuhkan anak
dengan cara mengkombinasikan sarana pendidikan prasekolah dengan pemberian
gizi, kesehatan dan kadang-kadang dengan cara lain. Program tersebut
diselenggrakan guna mendukung perkembangan fisik, kecerdasan, sosial dan
emosi anak. Program ini telah dilaksanakan dibeberapa negara antara lain,
Amerika, India, dan Brazilia. Di Indonesia hal itu telah dilaksanakan dalam
bentuk khas, yakni dikenal dengan nama Posyandu.
Lebih lanjut PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar
dan dapat diselenggarakan dalam jalur pendidikan Formal dan Non Formal.PAUD
dalam jalur pendidikan non Formal diselenggarakan dalam bentuk Kelompok
Bermain, Penitipan anak dan bentuk lain yang sederajat. Dalam hal ini Pos PAUD
yang merupakan PAUD terintegrasi dengan posyandu merupakan salah satu
satuan dari bentuk lain yang sederajat.
dasar bagi anak Balita telah membantu memenuhi dua kebutuhan pertama,yaitu
peningkatan gizi dan kesehatan anak. BKB sebagai wahana pembinaan Keluarga
yang memiliki Balita lebih berfokus dalam upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan keluarga dalam pengasuhan anak. Oleh karena itu pengintegerasian
layanan PAUD Posyandu dan BKB yang berbasis lingkungan masyarakat
merupakan suatu terobosan dalam rangka perluasan jangkauan layanan secara
cepat. Walaupun ketiga Jenis layanan ini merupakan layanan dasar yang bersifat
minimal,namun apabila dilaksanakan secara baik tentu akan membawa hasil yang
menggembirakan dalam rangka menciptakan tumbuh kembang anak sehingga
menjadi anak yang sehat, cerads, ceria dan barakhlak mulia.
Posyandu sebagai salah satu wahana yang sudah ada dan berjalan di
masyarakat merupakan suatu kegiatan strategis untuk pembinaan kelangsungan
hidup anak dan pembinaan perkembangan anak. Sebagaimana telah dijelaskan
dalam Surat Edaran MENDAGR I dan OTDA (2001) tentang pedoman
Revitilisasi Posyandu bahwa :
Posyandu mampu berperan sebagai wadah pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat. Melalui penyelenggaraan Posyandu yang dikelola dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat, maka hal ini dapat di artikan, bahwa posyandu secara terbuka dapat dikelola oleh unsur masyarakat atau kelompok masyarakat yang mempunyai minat dan misi dalam upaya peningkatan sumber daya manusia dini.
Jika kita kaitkan penjelasan di atas dengan konsep Pendidikan Luar
Sekolah dari Coombs dan Ahmed (1984:10) yang berbunyi "...kegiatan
pendidikan terorganisir dan sistematis, yang berlangsung di luar karangka sistem
pendidikan normal untuk menyediakan mereka pelajaran tertentu kepada
remaja". Jelaslah terlihat bahwa posyandu merupakan kegiatan pendidikan luar
sekolah, pendidikan yang terjadi di masyarakat, untuk dan oleh masyarakat
guna mencapai suatu tujuan tertentu yang sudah direncanakan.
Namun demikian, kegiatan yang tampak dewasa ini adalah seperti
Posyandu yang ada di Kabupaten Gorontalo sebanyak 221 posyandu dengan
sasaran rata-rata perRW sebanyak 140 orang dan sudah terlayani pendidikan
formal sebanyak 6% pada umumnya hanya melayani gizi dan kesehatan saja
itupun sebatas pada penimbangan dan pemberian vitamin A saja, sementara aspek
psikologisnya (pendidikan) masih terabaikan, bahkan ada yang belum tersentuh
sama sekali sehingga keberhasilan dari posyandu sebagi salah satu wadah yang
diprioritaskan dalam upaya investasi pembangunan sumber daya
manusia dirasakan kurang optimal dan dikhawatirkan dapat mengancam
kualitas sumber daya manusia generasi penerus.
Keberhasilan kegiatan posyandu di atas (Paud Terintegrasi), adalah
ditentukan oleh peranan dari pembimbing atau kader sebagai
fasilitator/komuniktor, pengolola, puskesmas pembina posyandu, dinas
sosial dan Dinas pendidikan khususnya PLS (BP–BLSP 2006:14) dalam
memberikan pembinaan dan perangsangan peningkatan perkembangan anak,
kegiatan penimbangan, pemberian makanan tambahan menyadarkan dan
meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama pada orang tua (ibu) yang
memiliki anak dini serta memberikan layanan pendidikan kepada anak usia 3-5
tahun selama mengikuti kegiatan posyandu, sehingga keberhasilan paud
evaluasi kegiatan dan itupun mungkin ada hambatan dalam pelaksanan kegiatan
baik internal maupun eksternal.
Kader posyandu adalah masyarakat (orang tua) yang bekerja secara suka
rela serta mampu melaksanakan kegiatan usaha perbaikan gizi keluarga dan
menggerakkan masyarakat lainnya untuk ikut serta dalam kegiatan usaha
perbaikan gizi keluarga. Serta memiliki tugas dan fungsi sebagai perintis dalam
kegiatan di masyarakat seperti halnya dalam peningkatan pelayanan anak usia
dini. Kader PAUD adalah anggota masyarakat yang memenuhi syarat-syarat
tertentu yang bers edi a m enj adi pendi dik di Pos PAUD. Dan bers edi a
melaksanakan tugas sebagai pendidik dalam proses pembelajaran PAUD. Kader
PAUD biasanya berasal dari kader posyandu.
Menempatkan kader sebagai pembelajar, membawa implikasi bahwa
kompotensi kader perlu didekati dalam kapasitasnya sebagai learning fasilitator.
Dalam kontek pendidikan luar sekolah kader PAUD berkedudukan sebagai
tutor, sedangkan tutor dalam pendidikan formal adalah guru.
Dengan menyadari arti pentingnya anak-anak yang termasuk dalam usia 0-6
tahun, pemerintah telah menempatkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
sebagai prioritas lainnya dari pembanguan pendidikan nonformal. Berdasarkan
data yang ada, sebagian besar anak-anak usia dini kita, khususnya 2-4 tahun,
belum mendapatkan pelayanan pendidikan dan perawatan yang memadai. Kondisi
yang demikian itu merupakan tantangan bagi pemerintah untuk mengupayakan
pemerataan dan perluasan akses pendidikan anak usia dini, sambil terus
pendidikan pada anak-anak usia dini yang dianggap kritis itu harus dilakukan
dengan benar untuk mencegah berkembangnya anak-anak menjadi manusia
dewasa yang kurang produktif dan membawa masalah bagi keluarganya serta
masyarakat pada umumnya.
Beberapa pertimbangan berikut merupakan alasan pentingnya pendidikan
anak usia dini untuk diperhatikan dan diprioritaskan dalam PNF. Pertama, bahwa
usia dini 0-6 tahun merupakan masa emas (golden age) bagi perkembangan
anak-anak; kedua, perkembangan kecerdasan anak yang terjadi pada usia dini sangat
pesat; ketiga, perkembangan kecerdasan itu memerlukan stimulasi yang positip
dari lingkungan; keempat, stimulasi harus diberikan dengan cara yang benar dan
dalam porsi yang sewajarnya, untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan
fisik dan emosi anak secara optimal, serta mampu melejitkan kecerdasan anak;
kelima, pendidikan anak usia dini yang merupakan suatu lingkungan dan
perlakuan yang dirancang secara sadar, diarahkan untuk mengembangkan potensi
positip anak-anak.
Peningkatan akses mutu layanan PAUD Nonformal dapat dilakukan dengan
mengoptimalkan potensi anak sejak dini maka anak juga semakin siap memasuki
pendidikan sekolah dasar, menengah, dan atas yang tentu saja memberi nilai
tambah terhadap keyakinan, kematangan emosi, kesehatan dan gizi, dan
kemampuan kognitif serta menghilangkan kekerasan yang dilakukan anak
(bullying) terhadap teman sepermainanya.
Perluasan akses dan mutu pelayanan PAUD Nonformal sejenis PAUD
atas, menengah, bawah maupun kaum marginal sekalipun. Bukankah pemerintah
telah mendukung hal tersebut. Lihat saja Undang-Undang Khusus yang mengatur
tentang anak. Seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak pada pasal 53 ayat (1):
"Pemerintah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau
bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu,
anak telantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil". Namun pada
kenyataannya layanan mutu pembelajaran pada pendidikan anak usia dini belum
dilakukan secara optimal oleh lembaga PAUD terintegrasi ataupun PAUD
nonformal lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang
penyelenggaraan PAUD terintegrasi layanan kesehatan dan gizi dalam layanan
mutu pembelajaran PAUD.
A. Identifikasi Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk membentuk
anak indonesia yang sehat jasmani dan rohani, sebab pendidikan Anak Usia Dini
merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan
pembinaan sejak dini akan dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan fisik
yang akan berdampak pada prestasi belajar, etos kerja, produktivitas. Pada
akhirnya anak akan lebih mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi
yang dimiliki.
satunya melalui pendidikan dan pembinaan yang dilakukan oleh kader pada
kegiatan pos yandu, pada kegiatan PADU pos yandu ini selain melihat
perkembangan anak juga membina orang tua khususnya ibu agar memiliki bekal
pengetahuan dan keterampilan agar dapat mendidik dan membina anak dengan
baik, dan tentunya untuk menunjang semua ini diperlukan kader-kader Posyandu
yang benar-benar handal dalam melaksanakan tugasnya.
Secara umum tujuan PAUD adalah membantu anak untuk terus belajar
sepanjang hayat guna menguasai keterampilan hidup. Tujuan tersebut seiring
dengan UU Sisdiknas yang berbunyi pendidikan anak usia dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan enam tahun yang dilakukan melalui pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, oleh sebab itu pendirian PAUD
merupakan bentuk pemecahan masalah atas kurangnya sikap kesadaran orang tua
tentang pendidikan di PAUD dalam hal ini akan diadakan sosialisasi kepada orang
tua terhadap keragaman persepsi itu melalui pertemuan-pertemuan misalnya
melalui majelis talim, pengajian atau melalui brosur dan informasi dari mulut ke
mulut.
Bertitik tolak dari yang diuraikan di atas dan berdasarkan observasi di
lapangan ada beberapa masalah yang diidentfikasi sebagai berikut:
1. Kegiatan posyandu sudah berjalan di masyarakat hanya sebatas
penimbangan kesehatan anak tapi belum sepenuhnya menyentuh pada
2. Kegiatan Pendidikan Anak usia dini belum dilaksanakan setiap hari.
Karena latar belakang pendidikan, sosial dan karakteristik orang tua yang
beragam sehingga untuk mencapai hasil yang optimal masih sulit dicapai
3. Kurangnya pemahaman dan kemampuan orang tua dalam penyelenggaran
pendidikan anak usia dini melalui layanan kesehatan dan gizi.
4. Pelayanan posyandu belum memenuhi standar yang ditentukan.
5. Masih sebagian orang tua belum peduli terhadap layanan kesehatan anak.
B. Pembatasan Masalah
Pendidikan dan perawatan anak usia dini dapat diibaratkan sebagai dua sisi
dari satu mata uang, oleh karenanya strategi mengembangkan pendidikan anak
usia dini akan diintegrasikan dengan strategi memberikan pelayanan perawatan.
Strategi ini akan diimplementasikan hingga ke tingkat operasional pelaksanaan
pendidikan dan perawatan, yakni melalui penyelenggaraan, kelembagaan, dan
pelayanan terpadu, seperti model POSPAUD (Posyandu-PAUD terintegrasi).
Kebijakan pembangunan pendidikan nonformal telah menetapkan tujuan
Pendidikan Anak Usia Dini sebagai salah satu dari lima tujuan yang ingin dicapai,
yaitu “Memperluas, mengembangkan, dan mengkoordinasikan pelaksanaan
PAUD yang merata, adil dan bermutu dalam rangka membentuk kesiapan belajar
anak untuk menempuh pendidikan lebih lanjut”.
Untuk memperjelas penelitian yang hendak dilakukan, serta agar
permasalahan yang diteliti tidak terlalu luas dan disesuaikan dengan kemampuan
berikut: “Bagaimana penyelenggaraan PAUD terintegrasi layanan
kesehatan dan gizi dalam layanan mutu pembelajaran PAUD di Posyandu
Kabupaten Gorontalo?”
C. Rumusan Masalah
Sebagaimana diungkapkan di atas, bahwa PAUD terintegrasi kesehatan
dan gizi merupakan salah satu bentuk pendidikan dalam rangka membentuk
kesiapan belajar anak untuk menempuh pendidikan lebih lanjut maka berdasarkan
hasil identifikasi dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penyelenggaraan PAUD yang terintegrasi dengan
layanan kesehatan dan gizi dalam meningkatkan mutu layanan
pembelajaran PAUD di posyandu Kabupaten Gorontalo?
2. Bagaimana hambatan-hambatan yang dihadapi dalam pelnyelenggaraan
PAUD terintegrasi layanan kesehatan dan gizi, dalam meningkatkan mutu
layanan pembelajaran PAUD serta bagaimana mengatasinya?
3. Bagaimana mutu layanan pembelajaran dalam penyelenggaraan PAUD
terintegrasi gizi dan kesehatan di Kabupaten Gorontalo?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
penyelenggaraan PAUD terintegrasi layanan kesehatan dan gizi dalam
layanan mutu pembelajaran PAUD di Posyandu Kabupaten Gorontalo.
1. Mendeskripsikan bagaimana penyelenggaraan PAUD terintegrasi dengan
layanan kesehatan dan gizi dalam meningkatkan mutu layanan pembelajaran
PAUD di posyandu Kabupaten Gorontalo.
2. Mengetahui hambatan–hambatan yang dihadapi dalam penyellenggaraan
PAUD yang terintegrasi dengan layanan kesehatan dan gizi dalam
meningkatkan mutu layanan pembelajaran di posyandu di Kabupaten
Gorontalo
3. Mengetahui bagaimana mutu layanan pembelajaran dalam penyelenggaraan
PAUD terintergasi layanan kesehatan dan gizi di posyandu kabupaten
Gorontalo.
E. Manfaat Penelitian
Sesuai prinsip fleksibilitas PAUD nonformal, sasaran PAUD tidak hanya
anak usia 0-6 tahun (dengan prioritas anak usia 2-4 tahun), tetapi juga para
orangtua/keluarga, calon orangtua, pendidik dan pengelola PAUD, semua
lembaga layanan anak usia dini, dan para tokoh masyarakat serta seluruh
stakeholders PAUD. Dalam hal ini anak sebagai sasaran utama, sedangkan
sasaran selain anak sebagai sasaran antara.
Manfaat penelitian ini meliputi:
1. Pemberdayaan semua program dan lembaga layanan anak usia dini yang
teritegrasi dengan posyandu.
2. Pemberdayaan semua sumber daya manusia yang ada untuk mendukung
pakar, peneliti, praktisi; pendidik/guru/dosen; dokter, bidan, perawat; tokoh
agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda; mahasiswa, karyawan, orangtua,
keluarga; dan wartawan, artis/seniman, musisi, penyanyi).
3. Pemberdayaan lingkungan sekitar anak dengan segala isinya sebagai sarana
bermain sambil belajar anak yang tidak ada habisnya (seperti: perabotan;
tanam-tanaman, pepohonan, sayur-mayur, buah-buahan; kebun, halaman,
sawah, ladang, sungai, gunung; perumahan, pertokoan, jembatan, alat
transportasi; makanan dan minuman).
4. Orientasi layanan PAUD yang lebih berpihak kepada keluarga kurang
beruntung (miskin, terisolasi).
G. Kerangka Berpikir
Pendidikan bagi anak pada dasarnya berlangsung di tiga (3) lingkungan
yakni keluarga, sekolah, masyarakat. Agar pertumbuhan dan perkembangan anak
dapat optimal maka ada tiga faktor yang harus diperhatikan yaitu pemeliharaan
kesehatan, pemberian makanan bergizi dan pemberian rangsangan psikososial
(pendidikan).
Posyandu merupakan salah salah satu wahana yang sudah ada dan berjalan
di masyarakat telah melaksanakan kegiatan peningkatan gizi dan pemeliharaan
kesehatan bagi anak, untuk masa sekarang ini diperlukannya salah satu bentuk
pendidikan anak usia dini yang terintegrasi dengan Posyandu tersebut sehingga
dapat dipandang sebagai wahana yang paling tepat yang dapat dijadikan tempat
ibu dan anak sejak usia dini, merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan
pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik,
lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial, kemampuan
berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta)
serta perlindungan anak terhadap pengabaian.
Keberhasilan program tersebut tidak terlepas dari kualitas yang harus
dimiliki oleh kader sebagai pelayanan pendidikan. Layanan pendidikan tersebut
diharapkan menjadi satu wahana di masyarakat yang dapat memberikan pelayanan
dalam bentuk pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak sejak
usia dini, yang merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar
yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang
sehat dan aman, pengembangan psikososial, kemampuan berbahasa dan
pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta
perlindungan anak terhadap pengabaian.
PAUD terintegrasi adalah sebagai penyuluh, pengembang dan perintis
dari hal-hal yang menjadi kebutuhan masyarakat salah satunya pendidikan
bagi anak usia dini serta mengusahakan untuk mewujudkan kebutuhan
tersebut. PAUD terintegrasi pula harus dapat berfungsi s ebagai
komunikator dalam penyampaian pesan harus memilki kridibilitas yang tinggi
agar apa yang menjadi pesannya banyak memberikan pengaruh pada perubahan
sikap penerima pesan dalam hal ini adalah ibu dan anak usia dini sebagai peserta
57 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode adalah suatu cara bertindak menurut sistem aturan tertentu yang
bertujuan agar kegiatan praktis terlaksana secara rasional dan terarah sehingga
dapat mencapai hasil atau output yang optimal. Penelitian adalah pencarian fakta
menurut metode objektif yang jelas, untuk menemukan hubungan fakta dan
menghasilkan dalil atau hukum (Nazir, 1988:55). Sedangkan penelitian adalah
suatu proses, yaitu suatu langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis
guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapat jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan tertentu (Suryabrata, 2009:11).
Metoda penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data, dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2008:2), hal
tersebut sejalan dengan Arikunto (2006:160) bahwa metode penelitian yaitu cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Berdasarkan kecenderungan data yang di dapat dari studi ke lapangan dan
kesesuaian dengan tujuan penelitian, maka penelitian yang diambil oleh penulis
adalah penelitian kualitatif. Rancangan kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk memahami dan mendetesiskan makna yang terkandung dalam
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analisis-kualitatif. Menurut Tuloli (2010:
3) penelitian analisis-kualitatif adalah sejenis penelitian yang temuan-temuannya
tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya. Penelitian
kualitatif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat dengan tujuan
untuk membuat telaah, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Penelitian ini diharapkan akan memberikan gambaran yang lengkap mengenai
proses penelitian ini.
Menurut Bogdan dan Biklen (1982:27), ciri khusus dari suatu penelitian
kualitatif adalah:
1. Penelitian kualitatif mempunyai latar yang alami sebagai sumber data dan peneliti
dipandang sebagai instrumen kunci
2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif
3. Penelitian kualitatif lebih memperhatikan proses daripada hasil atau produk
semata
4. Penelitian kualitatif cenderung menganalisa data secara induktif
5. Makna merupakan soal esensial dalam rancangan penelitian kualitatif.
C. Data dan Sumber Data
Data adalah hasil pencatatan penelitian, baik berupa fakta ataupun angka
yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi (Arikunto, 1998).
Menurut Miles dan Huberman (1992), data kualitatif adalah data yang berwujud
kata-kata, ujaran-ujaran atau peristiwa.
Di samping data kualitatif, sebagai pelengkap ditambahkan pula data
kuantitatif, yaitu data yang berupa angka skor hasil belajar yang dimaksudkan
untuk memperkokoh tujuan penelitian secara utuh.
Sumber data adalah subjek data yang dapat diperoleh (Arikunto, 1998).
Sumber data dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam, yaitu sumber data berupa
orang (person), sumber data berupa tempat atau benda (place), dan sumber data
berupa simbol (paper). Dengan demikian, secara garis besar sumber data berupa
manusia dan non manusia (peristiwa atau benda).
1. Sumber Data Primer. Sumber data primer pada penelitian ini adalah sumber data pokok dan sekaligus menjadi sumber kunci, yang terdiri atas
pengelola, tutor, puskesmas, peserta didik, dan orang tua program PAUD
terintegrasi, serta tokoh masyarakat yang terlibat. Melalui observasi dan
wawancara dengan sumber pokok ini diharapkan dapat diperoleh “data
lunak” atau soft data. Data lunak yang dimaksud seperti dikemukakan
Nasution (1988: 55) ialah “data yang diperoleh melalui observasi dan
wawancara”. Seluruh data lunak itu tidak segera dianggap memadai dan
dipandang sebagai fakta keras, apabila diperoleh hanya dari satu sumber.
Karena itu, perlu dilakukan konfirmasi dan cross check data kepada sumber
yang lain, sehingga data lunak itu masih memungkinkan mengalami
2. Sumber Data Sekunder. Sumber data sekunder ialah sumber data pendukung, yang diharapkan dapat melengkapi sumber data primer. Sumber
data sekunder ini terdiri atas pelbagai dokumen, kepustakaan acuan, laporan
penelitian, dan karya-karya ilmiah atau artikel yang dipublikasikan secara
meluas seperti majalah atau karya-karya ilmiah yang diterbitkan untuk
kalangan tertentu seperti tesis dan disertasi.
3. Informan/Partisipan. Tidak ada kriteria yang pasti untuk menentukan informan penelitian, namun demikian beberapa kriteria yang dapat dijadikan
acuan dalam memilih informan dalam penelitian ini antara lain : (1)
Informan mengalami langsung situasi atau kejadian yang bekaitan dengan
topik penelitian. (2) Informan mampu menggambarkan kembali fenomena
yang telah dialaminya terutama dalam sifat alamiah dan maknanya. (3)
Bersedia untuk terlibat dalam kegiatan penelitian ini. (4) Bersedia untuk
diwawancarai dan direkam aktifitasnya selama wawancara atau selama
penelitian berlangsung. (5) Memberikan persetujuan untuk
mempublikasikan hasil penelitian.
Penelitian ini melibatkan penyelenggara program PAUD terintegrasi,
dinas pendidikan, tutor dan peserta didik dan lulusan orangtua PAUD terintegrasi,
dan tokoh masyarakat yang terlibat. Informan/partisipan ditentukan dengan
menggunakan teknik bola salju (snowball technique). Diharapkan para informan
dan partisipan dalam penelitian ini bisa memberikan data secukupnya, meskipun
dalam hal-hal tertentu nantinya memerlukan ketekunan untuk memahaminya
yang berguna, apabila situasi dan keadaan sangat kondusif, bahwa mereka merasa
tidak keberatan namanya ditulis dengan jelas. Bahkan akan tampak lebih objektif
dari antara mereka, apabila identitasnya dicantumkan secara lengkap.
Namun demikian, dalam rangka menghindari subjektifitas, menjaga sikap
dan perasaan beberapa informan kunci, penulis tetap akan menyamarkan nama
jelas dari mereka dengan hanya menulis inisial. Dalam melakukan triangulasi
selayaknya tidak dicantumkan dalam laporan. Hal ini diharapkan tidak akan
mengurangi akurasi data yang disajikan, karena peneliti lain yang berminat
melakukan penelitian ulang tentang ihwal yang ditemukan tetap akan dapat
menelusurinya dengan mudah.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang dipakai dalam pengumpulan data yang dibutuhkan adalah :
1. Pengamatan. Pengamatan menurut Moleong (1998: 123) merupakan teknik
pengumpulan data secara langsung dan sangat banyak dipakai di dalam
penelitian kualitatif. Alasan-alasan itu dapat dijelaskan dan yang akan
dilakukan dalam penelitian ini dalam proses pencarian dan pengumpulan
data, di antaranya:
a. Teknik pengamatan atas pengalaman secara langsung.
b. Teknik pengamatan juga melihat dan mengamati sendiri, kemudian
mencatat prilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan
c. Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami
situasi-situasi yang rumit, yaitu sebagai alat untuk prilaku yang kompleks.
2. Dokumentasi. Dokumentasi adalah suatu teknik dimana data diperoleh dari
dokumen-dokumen yang ada pada benda-benda tertulis seperti buku-buku,
notulensi, peraturan-peraturan, catatatan harian dan sebagainya. Adapun
dokumentasi yang dimaksud dalam penyusunan tesis ini adalah:
a. Silabus, satuan kegiatan mingguan (SKM), satuan kegiatan harian
(SKH), Rangkaian Penilaian.
b. Buku- buku yang berhubungan dengan masalah penelitian.
3. Wawancara. Pengertian wawancara seperti dikemukakan oleh Suharsimi
Arikunto (1993: 126) sebagai berikut : “Sebuah dialog yang dikemukakan
oleh pewawancara (interviwer) untuk memperoleh informasi dari
wawancara”. Pelaksanaan wawancara ini dilakukan dengan mengadakan
tatap muka secara langsung dengan mengajukan pertanyaan sesuai dengan
pedoman wawancara yang telah dipersiapkan sebelumnya untuk
memperoleh informasi mengenai masalah yang diteliti.
E. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang
dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah
atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tertentu. Sehingga
langkah-langkah yang dilakukan itu harus serasi dan saling mendukung satu sama
dan memberikan kesimpulan-kesimpulan yang tidak meragukan. Langkah dalam
penelitian ini, mengacu pada pendapat Bogdan dalam Basrowi dan Suwandi
(2008: 84) yaitu “tahapan penelitian kualitatif menyajikan tiga tahapan yaitu tahap
pralapangan, tahap kegiatan lapangan, dan tahapan analisis data”.
1. Tahap Pralapangan
Tahap pralapangan merupakan kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum
pengumpulan data, ada enam kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam
tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami yaitu etika
penelitian lapangan, adapun enam kegiatan yang dilakukan oleh penulis dalam
tahapan ini, yaitu:
a. Menyusun rancangan penelitian, rancangan penelitian ini biasa disebut
proposal penelitian. Pada tahapan ini penulis memilih lapangan
penelitian, penentuan jadwal penelitian, pemilihan alat penelitian,
rancangan pengumpulan data, menentukan latar belakang masalah dan
alasan pelaksanaan penelitian, serta kajian kepustakaan yang dijadikan
dasar dalam menentukan fokus penelitian yaitu mencari teori atau
konsep yang berkaitan dengan penyelenggaraan PAUD terintegrasi
layanan kesehatan dan gizi.
b. Memilih lapangan locus penelitian. Dalam pemilihan lokasi penelitian,
penulis melakukan kesesuaian antara teori yang didapat oleh penulis
dengan kenyataan/praktek di lapangan.
c. Mengurus perizinan, perizinan dibuat kepada pihak-pihak yang
d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan. Penulis terlebih dahulu
membaca dari kepustakaandan mengetahui dari orang tentang objek
penelitian sehingga penulis mengenali situasi dan kondisi daerah tempat
penelitian yang akan dilakukan serta memiliki gambaran umum tentang
keadaan di lapangan.
e. Memilih dan memanfaatkan Responden. Responden yang dipilih oleh
penulis sendiri disesuaiakan dengan informasi yang dibutuhkan oleh
penulis serta responden tersebut dirasakan dapat mewakili keseluruhan.\
f. Menyiapkan perlengkapan penelitian. perlengkapan yang dipersiapkan
oleh penulis dalam melakukan penelitian ini, diantaranya: perlengkapan
fisik, surat izin mengadakan penelitian dari Universitas, kontak dengan
daerah yang menjadi latar penelitian yaitu kabupaten Gorontalo, dan
perlengkapan pendukung lainnya.
g. Persoalan etika penelitian. karena dalam penelitian kualitatif adalah
orang sebagai alat yang mengumpulkan data. Penulis berhubungan
dengan orang-orang, baik secara perseorangan maupun secara kelompok
atau masyarakat, akan bergaul, hidup, dan merasaakan serta menghayati
bersama tata cara hidup dalam latar penelitian. sehingga penulis harus
menyesuaikan diri dengan orang-orang yang berada di lingkungan yang
2. Tahap Kegiatan Lapangan
Tahap kegiatan lapangan merupakan kegiatan peneliti yang dilakukan
langsung ditempat penelitian, tahap lapangan pekerjaan lapangan dibagi atas tiga
bagian yaitu:
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri. Pada tahap ini penulis
mengklasifikasiakan subjek penelitian yang sesuai dengan alat
pengumpul data yang digunakan dengan melihat kepada subjek
penelitian yang ada pada latar penelitian serta data yang harus
dikumpulkan.
b. Memasuki lapangan. Pada tahap ini peneliti berusaha untuk
menyesuaikan diri dengan karakteristik lapangan penelitian sehingga
dapat terjadi keakraban dan tidak adanya dinding pemisah antara penulis
dan subjek penelitian. adapun kegiatan yang dilakukan oleh penulis,
diatantaranya:
1) Mengadakan wawancara dengan tutor sebagai subjek penelitian
utama yang difokuskan pada penyelenggaraan PAUD terintegrasi
layanan kesehatan dan gizi.
2) Melakukan observasi terhadap tutor selama kegiatan pembelajaran.
3) Melakukan observasi terhadap anak sebagai warga belajar selama
kegiatan pembelajaran.
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data. Penulis ketika melakukan
penelitian tidak hanya melakukan penelitian terhadap penyelenggaraan
3. Tahap Analisis Data
Terdapat beberapa prinsip pokok dalam analisis data, prinsip tersebut
meliputi konsep dasar, menemukan tema dan merumuskan hipotesis, serta bekerja
dengan hipotesis.
F. Teknik Analisa Data
Dalam tahap ini akan dicoba menganalisis data yang sudah terkumpul
dengan teknik analisa data yang bersifat analisis-kualitatif (Sudarsono, 2002; 67).
Bogdan dan Taylor berpendapat, penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian
yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau bisa dari orang-orang dan
prilaku yang diamati Dalam analisa data analisis-kualitatif, peneliti melakukan
proses mulai dari pengumpulan data mentah, data yang direduksi dan hasil kajian,
data proses penyelenggaraan, data yang berkaitan dengan maksud dan keinginan,
kemudian diolah, dianalisis dan menghasilkan sintesis penelitian.
Analisa data menurut Sudarsono (1996: 12) adalah proses mengatur urutan
data, mengorganisasi ke dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar
informasi yang terkumpul melalui catatan lapangan (field note), komentar peneliti,
foto dan dokumen. Setelah data dikumpulkan di lapangan dalam wujud kata-kata
yang dituangkan dalam catatan dan laporan lapangan, maka data segera dianalisis.
Analisis yang digunakan adalah analisis kualitatif-interaktif, yang terdiri
dari tiga alur kegiatan yang berjalan secara simultan, yaitu; reduksi data,
1. Reduksi data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian
pada penyederhanaan, pengabsahan, dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis di lapangan, demikian menurut Miles dan Huberman.
Kegiatan reduksi data terus menerus selama penelitian berjalan sampai laporan
akhir penelitian tersusun.
Karena itu reduksi data merupakan suatu bentuk proses analisis yang
berusaha menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data yang tidak
diperlukan, dan mengorganisasi data sehingga dapat dilakukan penarikan
kesimpulan dan verifikasi.
Cara melakukan reduksi data antara lain melalui seleksi data yang ketat,
ringkasan atau uraian singkat, dan menggolongkan dalam suatu pola yang lebih
luas.
2. Penyajian data
Alur kegiatan analisis data kedua adalah penyajian data, yaitu menggelar
data dalam bentuk sekumpulan informasi yang berupa teks naratif, grafik, matriks,
bagan, jaringan.
Dengan cara penyajian tersebut memberikan kemungkinan untuk
penarikan kesimpulan, pengambilan tindakan verifikasi, dan atau melengkapi data
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
Kesimpulan yang diambil dari data terkumpul perlu diverifikasi terus
menerus selama penelitian berlangsung, agar data yang didapat terjamin
keabsahan dan keobjektivitasnya, sehingga kesimpulan akhir dapat
dipertanggungjawabkan.
Analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus
menerus, terjalin hubungan saling terkait antara kegiatan reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Jika sekiranya kesimpulan yang diambil masih
dirasa ada kekurangan, maka harus dilakukan pengumpulan data tambahan.
Data tambahan dianalisis melalui rangkaian kegiatan reduksi data,
penyajian data, agar keabsahan dan objektivitasnya terjamin, sehingga tambahan
data tersebut bermanfaat untuk menarik kesimpulan yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Metode sebagaimana diuraikan di atas adalam metode analisis interaktif
(Miles dan Huberman, 1992; 20), dapat digambarkan dalam bagan sebagai
berikut:
Bagan 3.1. Interactive Metode Data
Collection
Conclusion
Drawing Data
Display
Data
Berdasarkan uraian di atas, maka pada dasarnya penganalisaan data dalam
penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap proses pengumpulan data
dan tahap setelah data terkumpul. Terkait analisa data ini, Bogdan dan Biklen
(1982) memberikan arahan bahwa hasil analisa data tahap pertama dijadikan
bahan pertimbangan untuk meneliti kembali masalah penelitian, rumusan
masalah, dan tujuan penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahap kedua,
hasil analisa data tahap pertama dilanjutkan dengan pemberian sandi, penomoran,
dan penyortiran.
G. Triangulasi Data
Menurut Sugiyono (2008: 241), bahwa “Triangulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan
pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan
data yang sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data
dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data”.
Triangulasi ini dilakukan dengan mengunakan teknik wawancara dengan
beberapa subjek penelitian.Data yang diperoleh dari subjek penelitian yang satu
dibandingkan dengan yang lainnya, yaitu membandingkan hasil observasi, hasil
wawancara, dan hasil studi dokumentasi dengan hasil wawancara dan hasil
observasi.
Dalam kegiatan penelitian diperlukan kriteria tertentu yang dapat
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kesalahan dan kekurangan terhadap
data yang dianalisa. Untuk menjamin keabsahan data, dalam penelitian ini
dilakukan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tiga macam trianggulasi untuk
memperoleh kebenaran temuan penelitian. Ketiga macam trianggulasi selanjutnya
dijabarkan sebagai berikut:
1. Trianggulasi Sumber
Trianggulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari seorang informan kepada
informan yang lainnya. Trianggulasi sumber dilakukan terutama dengan maksud
mengatasi kesalahan penafsiran data penelitian yang diperoleh dari sumber subjek
terteliti. Dalam hal ini, informan yang mewakili diminta untuk membaca laporan
hasil penelitian agar mengetahui temuan yang ditulis dan sekaligus mengoreksi
kesalahan dan kejanggalan data temuan. Tanggapan dan saran dari informan
selanjutnya didiskusikan sebagai acuan untuk merevisi penulisan laporan
penelitian.
2. Trianggulasi Metode
Menurut Patton (dalam Moleong, 1990), trianggulasi metode dapat
dilakukan melalui dua strategi, yaitu: 1) Pengecekan derajat kepercayaan
penemuan hasil penelitian yang dihasilkan dari beberapa teknik pengumpulan
dengan metode yang sama. Trianggulasi metode dilakukan berkaitan dengan
teknik dan prosedur yang diharapkan mampu memberikan data yang diinginkan.
Data yang diperoleh melalui observasi partisipasi dan wawancara yang dianggap
belum lengkap dan belum sepenuhnya dipahami oleh peneliti akan dilakukan
pengecekan ulang kepada sumber, sehingga dapat ditemukan data yang benar dan
sungguh.
3. Trianggulasi Teori
Trianggulasi teori dilakukan dengan cara membandingkan data yang
diperoleh melalui penjelasan, observasi, dan wawancara dengan premis-premis
berdasarkan teori. Pengecekan kebenaran data didasarkan teori-teori yang
106 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Berangkat dari permasalahan dan tujuan-tujuan penelitian, landasan teori
dan temuan-temuan penelitian diperoleh kesimpulan dan rekomendasi.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada penyelenggaraan PAUD terintegrasi di
Kabupaten Gorontalo, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Penyelenggaran PAUD terintegrasi menjadi tanggungjawab bersama
antara pengolola, kader/tutor, orang tua dan masyarakat. Dalam
penyelenggaraan Pos PAUD terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.
a. Perencanaan. Penyelenggaraan Pos PAUD dikelompokan
berdasarkan usia guna mempermudah dalam penyelenggaraannya,
namun jika tenaga kader tidak mencukupi dapat diklompokan
menjadi 4 kelompok usia. Langkah-langkah dalam perencanaan
meliputi tahap persiapan, tahap pembentukan, dan tahap persiapan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan. Pos PAUD dilaksanakan 6 kali seminggu, jadwalnya
disesuaikan dengan hari layanan BKB dan Posyandu. Lama
kegiatan Pos PAUD untuk kelompok pengasuhan bersama sekitar 2
jam, sedangkan untuk kelompok bermain bersama sekitar 3 jam,
BCCT. Kegiatan pembelajaran pada Pos PAUD di kabupaten
Gorontalo meliputi kegiatan pengasuhan bersama dan bermain
bersama.
c. Evaluasi. Kegiatan evaluasi yang dilakukan mencakup dua hal
yakni evaluasi terhadap program dan evaluasi terhadap
perkembangan anak. Evaluasi program dikalakukan oleh penilik
PAUD/PLS pada UPTD pendidikan Kecamatan bersama lembaga
penyelenggara. Evaluasi program dilakukan setiap akhir tahun
ajaran, sedangkan evaluasi perkembangan anak dilakukan setiap
pertemuan berdasarkan aspek perkembangan yang tertuang dalam
menu pembelajaran generik, yang mencakup perkembangan moral
dan nilai–nilai agama, motorik kasar, motorik halus, bahasa,
kognitif, sosial emosional, dan seni.
2. Hambatan yang terjadi baik internal maupun eksternal seperti dari tutor
pengolola, peserta didik, masyarakat, maupun orang tua pada
kenyataannya yang menjadi hambatan pelaksanaan proses pembelajaran
tidak sesuai rencana yang ditentukan karena harus mengikuti kegiatan
yang lain ketersedian sarana prasana yang sesuai jumlah anak didik,
keikut orang tua untuk merencanakan pengembangan PAUD masih
rendah.
3. Mutu layanan pembelajaran dengan beragam ilmu pengetahuan dari
para tutor dan juga dengan keikutsertaan mereka dalam berbagai
perhatian,pengertian dan penerimaan anak dalam pada saat
pembelajaran sehingga mengembangkan kemampuan moral, bahasa,
sosial emosi, kognitif, dan fisik anak sesuai karakteristik usianya.
B. Rekomedasi
Rekomendasi dalam penelitian ini ditujukan kepada pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Untuk Kader dan Pengelola
a. Untuk meningkatkan potensi yang dimiki para tutor baik dari segi
pengetahuan maupun sikap tanggungjawab dalam pelaksanaan perlu
banyak mengikuti pelatihan PAUD sehingga lebih banyak memiliki
pengetahuan keahlian dalam membimbing dan melakukan
pembelajaran.
b. Untuk pemerataan kemampuan dan pembagian waktu untuk mengikuti
kegiatan tertentu perlu perncanaan dan ada penggiliran supaya tidak
mengganggu kegiatan pembelajaran
c. Untuk lebih mengoptimalkam kegiatan pembelajaran bisa saja
melibatkan baik bapak atau pemuda yang memiliki waktu luang untuk
ikut bagian dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini.
d. Berdasarkan hasil penelitian dapat digambarkan kurangnya keterlibatan
orang tua dalam partisipasi dalam pengembangan PAUD terintegrasi
lebih banyak mensosialisasikan tentang pembelajaran di PAUD demi
e. Sebagai upaya meningkatkan pengetahuan kader perlu ditentukan
pelatihan yang lebih bermakana bagi mereka
f. Untuk lebih mendapatkan fasilitas yang memadai perlu negosiasi
dengan para pemerhati pendidikan untuk mendapatkan sarana dan
prasarana yang lebih untuk memenuhui kebutuhan anak.
2. Untuk Peneliti Lebih Lanjut
a. Penelitian dapat dilakukan dengan tema yang sama tetapi pada lokasi
sasaran dan konten yang berbeda sehingga dapat diketahui keberhasilan
dan efektivitas penyelenggaraan program dalam mencapai tujuan
program.
b. Peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang hasil
penelitian ini untuk lebih disempurnakan dalam penelitian
pengembangan PAUD Holistik Integratif.
c. Berhubung masih terbatasnya subjek dalam penelitian ini, peneliti
menyarankan kepada peneliti lain yang memiliki minat yang sama
terhadap masalah penyelenggaraan PAUD terintegrasi kesehtan dan gizi
dalam layanan mutu layanan pembelajaran, untuk lebih
mengembangkan penelitian pada pelatihan tutor sebagai upaya layanan
mutu pembelajaran, sehingga dapat dimunculkan suatu kompetensi
110
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (1992). Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara
__________. (1991). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jogjakarta: Rineka Cipta
Bogdan, R. C dan Biklen, K. S. (1998). Qualitative Research For Education; an Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon
___________. (1972). Participant Observation In Organizational Setting. New York: Syracus University
Coombs, P. H. dan Ahmed, M. (1973), Attacking Rural Property : How Nonformai Education Can Help. ICED: Essex. Bahama, O.P.& Bhatnagar, O.P.
Departemen Kesehatan RI. (1987). Kader Kesehatan. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Depdiknas. (2002). Bahan Sosialisasi Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Depdiknas
_________. (2002). Kebijakan Pembinaan Anak Usia Dini di Indonesia. Jakarta: Depdiknas
_________. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas
_________. (2005). Pedoman Pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Depdiknas
_________. (2006). Model Pengembangan Kawasan Satuan PAUD Sejenis. Jakarta: Depdiknas
Dirjen PNF. (2010). Pedoman Teknis Penyelenggaraan POS PAUD. Jakarta: DPAUD
Harmer, J. (2007). The Practice of English Language Teaching: Forth Edition. New York: Longman
Himpaudi. (2011). Majalah Anak Usia Dini (Majalah Edisi: 07/Th.V/2011). Jawa Tengah: Himpaudi Jawa Tengah
Moleong. Lexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya
Muhadjir, N. (2000). Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin
Patmonodewo. (2000).Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Paul, D. (2003). Teaching English to Young learners in Asia. Hongkong: Longman Asia ELT
Patton, M. Q. (1990). Qualitative Evaluation Methodes. London: Sage Publication
Pinter, A. (2006). Teaching Young Language Learners. New York: Oxford University Press
Pratisti. (2008). Psikologi Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Rahman, H.S. (2002). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: PGTKI Press
Rahmat, Abdul. (2011). Excellent Learning. Bandung: Managemen Qolbun Salim Publishing
Rakhmat, J. (1994). Psikologi Komunikasi Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Santoso, S. & Ranti.A. (1995). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Sari, D.V. (2008). Peningkatan Kemandirian Anak Usia Dini Melalui Program Pengembagan Kemandirian di PAUD POSYANDU. Skripsi Sarjana pada Jurusan Pedagogi Program Studi PGPAUD FIP UPI: tidak diterbitkan
Solehudin, M. (2000). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: FIP UPI
Spradley, J. P. (1980). Participation Observation. New York: Holt. Rinehart and Winston
Sudarsono. (1996). Metode Penelitian Qualitatif. Yogyakarta: UNY Press
_________. (2002). Metode Penelitian Qualitatif. Yogyakarta: UNY Press
Sudjana, D. (2000). Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: Falah Production
Sugeng, S. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta: Alfabeta
Suryabarata. S. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada