• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU KEKERASAN MAHASISWA DALAM MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM MELALUI DEMONSTRASI : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERILAKU KEKERASAN MAHASISWA DALAM MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM MELALUI DEMONSTRASI : Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 8

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12

A. Perilaku Kekerasan ... 12

1. Pengertian Perilaku Kekerasan ... 12

2. Tipologi Perilaku Kekerasan ... 14

3. Pemicu Perilaku Kekerasan ... 15

4. Kekerasan Kolektif ... 18

a. Pengertian Kekerasan Kolektif ... 18

b. Sebab Munculnya Kekerasan Kolektif ... 19

c. Teori De-Individuasi ... 20

5. Manifestasi Perilaku Kekerasan ... 21

6. Perkembangan Perilaku Kekerasan ... 23

7. Teori-Teori Perilaku Kekerasan ... 26

a. Teori Frustrasi-Agresi : J. Dollard ... 26

b. Teori Neo-asosianisme Kognitif : Leonard Berkowitz ... 28

c. Teori Deprivasi Relatif : Ted Robert Gurr ... 30

d. Teori Neo-instingtifis : Sigmund Freud dan Konrad Lorenz ... 33

B. Demonstrasi Mahasiswa ... 36

1. Pengertian Demonstrasi Mahasiswa ... 36

2. Tujuan Demonstrasi... 37

3. Bentuk-Bentuk Demonstrasi ... 38

4. Karakteristik Demonstrasi ... 40

5. Teori-teori Gerakan Sosial (Demonstrasi) ... 41

a. Teori Perpecahan Masyarakat ... 42

(2)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu viii

c. Teori Gerakan Identitas ... 45

C. Peranan Kekerasan Dalam Demonstrasi Mahasiswa ... 46

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 48

E. Paradigma Penelitian ... 59

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 60

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 60

1. Lokasi Penelitian ... 60

2. Subjek Penelitian ... 60

B. Desain Penelitian ... 62

C. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 63

1. Pendekatan Penelitian ... 63

2. Metode Penelitian ... 64

D. Penjelasan Istilah ... 66

E. Instrumen Penelitian ... 68

F. Uji Validitas Data Penelitian ... 69

1. Keterpercayaan (Credibility/Validitas Internal) ... 69

a. Memperpanjang Masa Observasi ... 69

b. Pengamatan Terus-Menerus ... 70

c. Trianggulasi ... 70

d. Peer Debriefing (Diskusi dengan Teman Sejawat) ... 70

e. Negative Case Analysis (Analisis Kasus Negatif) ... 71

f. Menggunakan Bahan Referensi ... 72

g. Mengadakan Member Check ... 72

2. Keteralihan (Transferbility/ Validitas eksternal) ... 72

3. Kebergantungan (Defendability/ Reliabilitas) ... 73

4. Kepastian (Confirmability/ Objectivitas) ... 73

G. Teknik Pengumpulan Data ... 74

H. Prosedur Penelitian ... 77

1. Tahap Pra Penelitian ... 77

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 78

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Penelitian ... 80

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 84

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 84

1. Universitas Negeri Makassar (UNM) ... 84

a. Sejarah UNM ... 84

b. Visi dan Misi UNM ... 86

1) Visi ... 86

2) Misi ... 86

3) Letak UNM ... 87

2. Universitas Hasanuddin ... 88

(3)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu ix

b. Visi dan Misi Universitas Hasanuddin ... 94

1) Visi ... 94

2) Misi ... 94

3) Letak Universitas Hasanuddin ... 94

3. Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar ... 95

a. Sejarah UIN Alauddin Makassar ... 95

b. Visi dan Misi UIN Alauddin Makassar ... 98

1) Visi ... 98

2) Misi ... 99

3) Letak UIN Alauddin Makassar ... 99

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 100

1. Pemahaman Mahasiswa Mengenai Penyampaian Pendapat Dimuka Umum Melalui Demonstrasi ... 101

2. Motivasi Utama Mahasiswa untuk Melakukan Demonstrasi ... 104

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Demonstrasi Mahasiswa Berujung pada Perilaku Kekerasan ... 109

4. Mekanisme Mahasiswa dalam Melakukan Demonstrasi yang Berujung pada Perilaku Kekerasan ... 115

5. Konsekuensi-konsekuensi yang diterima mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan cara kekerasan ... 118

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 122

1. Pemahaman Mahasiswa Mengenai Penyampaian Pendapat Dimuka Umum Melalui Demonstrasi ... 123

2. Motivasi Utama Mahasiswa untuk Melakukan Demonstrasi ... 127

3. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Demonstrasi Mahasiswa Berujung pada Perilaku Kekerasan ... 135

4. Mekanisme Mahasiswa dalam Melakukan Demonstrasi yang Berujung pada Perilaku Kekerasan ... 152

5. Konsekuensi-konsekuensi yang diterima mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan cara kekerasan ... 154

BAB V PENUTUP ... 158

A. Kesimpulan ... 158

B. Rekomendasi ... 159

DAFTAR PUSTAKA ... 161

LAMPIRAN ... 165

(4)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Subyek Penelitian ... 61

Tabel 4.1 Pemahaman mahasiswa mengenai aturan demonstrasi ... 103

Tabel 4.2 Pelaksanaan aturan demonstrasi ... 103

Tabel 4.3 Motivasi utama mahasiswa untuk melakukan demonstrasi... 107

Tabel 4.4 Motivasi utama mahasiswa untuk melakukan demonstrasi menurut narasumber Pimpinan Perguruan Tinggi dan Dosen ... 108

Tabel 4.5 Penyebab demonstrasi mahasiswa berujung pada perilaku kekerasan .. 113

Tabel 4.6 Penyebab demonstrasi mahasiswa berujung pada perilaku kekerasan menurut narasumber Pimpinan Perguruan Tinggi, Dosen, Kepolisian, Wartawan, dan Organisasi Kemasyarakatan ... 114

Tabel 4.7 Mekanisme yang ditempuh mahasiswa dalam melakukan demonstrasi yang berujung pada perilaku kekerasan ... 117

Tabel 4.8 Konsekuensi-konsekuensi yang diterima mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan cara kekerasan ... 120

(5)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kemunculan Komulatif agresi ringan, perkelahian fisik,

dan kekerasan berat pada perilaku anak laki-laki ... 25

Gambar 2.2 Skema Paradigma Penelitian ... 59

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 62

(6)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu xii

DAFTAR LAMPIRAN

(7)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Mahasiswa dikenal eksistensinya sebagai intelektual muda yang merupakan lapisan elite ditengah masyarakat dengan berbagai predikat. Predikat tersebut di antaranya dikemukakan oleh Raillon (1989: 140-194) bahwa “mahasiswa sebagai pembela kemurnian, keadilan dan kebenaran, perintis

renovasi dan agen pembaharu, serta pelopor pembangunan”. Mahasiswa juga lebih populer disebut Saidi (1989: 29) “sebagai salah satu pemeran social control yang paling terdepan”. Menurut Culla (1999: 8-9) bahwa “mahasiswa sebagai

aktor atau ujung tombak perubahan sosial dan politik, karena merekalah kekuatan sosial yang amat responsif terhadap kondisi struktur politik”. Kemudian menurut

Jumadi (2009: 120) bahwa :

Mahasiswa sebagai penyambung lidah rakyat terhadap alur dan logika penguasa dan sebaliknya sebagai penyampai kebijakan penguasa terhadap komunitas umum, demi terciptanya alur kehidupan yang dinamis dan seimbang antara pengambil kebijakan dengan obyek kebijakan. Sementara Yoedhanegara (2005: 23) bahwa “mahasiswa sebagai kekuatan moral (moral force)”, yang menjadikannya berada pada posisi yang terpandang dan terhormat dibanding kaum muda lainnya dimasyarakat.

(8)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 2

mengawal perjalanan kehidupan bangsa Indonesia. Sementara sisi negatifnya, mahasiswa dipandang sebagai kelompok masyarakat yang sering mengganggu ketenangan dan kepentingan masyarakat umum, seperti diantaranya perilaku kekerasan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi. Perilaku kekerasan tersebut, kemudian menuai protes, antipati dan kegelisahan bagi berbagai elemen masyarakat yang akhirnya membuat stigma buruk kepada mahasiswa itu sendiri. Sebagaimana yang dikatakan Yoedhanegara (2005: 25) bahwa :

Demonstrasi tidak lagi merupakan gerakan moral mahasiswa yang murni atas dasar keinginan nurani yang terpanggil, sebab gerakan moral selalu membawa perasaan orang banyak dan akan memperoleh dukungan yang luas dari masyarakat.

Perilaku kekerasan mahasiswa dalam demonstrasi sudah menjadi fenomena sosial dalam penyelesaian sebuah masalah, seperti penyerangan terhadap aparat hukum, pengrusakan fasilitas publik, membakar kendaraan, penjarahan, pemblokiran jalan umum, dan lain sebagainya. Keadaan demikian, menurut Kurtines dan Gerwitzs (1992: 395) dikatakan sebagai “salah satu perilaku anti sosial”.

(9)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3

kepada orang yang memiliki uang dan kekuasaan semata, kebebasan berpolitik hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, dan lain sebagainya. Sebagaimana dikemukakan Culla (1999: 9) bahwa:

Pemicu kahadiran gerakan mahasiswa karena tidak berfungsinya secara maksimal infrastruktur dan suprastruktur politik negara, adanya penindasan struktural, dan kemudian krisis sistemik dibawa rezim pemerintahan, itulah yang mendorong gerakan mahasiswa melakukan fungsi kritisnya diluar jalur resmi.

Maksudnya munculnya demonstrasi mahasiswa karena pemerintah tidak dapat mengatur pemerintahan secara baik, bahkan semakin buruk keadaannya, terutama isu krusial seperti isu sosial, ekonomi, politik, dan hukum sehingga mendorong terjadinya perilaku kekerasan. Keadaan tersebut sangat jauh dari cita-cita dan harapan bangsa Indonesia, sebagaimana menurut Wahab dan Sapriya (2011: 19) bahwa “harapan dan tujuan dari pemerintahan yaitu diantaranya keadilan, kesejahteraan umum, ketertiban, dan kebebasan”.

Kedua, perilaku aparat pemerintah yang kurang memberikan keteladanan.

(10)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 4

Ketiga, pemerintah sangat lambat dalam merespon setiap aspirasi

mahasiswa yang positif. Maksudnya perilaku kekerasan terjadi akibat dari ketidakpuasan, kekecewaan, dan rasa frustasi mahasiswa kepada pemerintah yang lamban dalam mengakomodir dan merespon setiap aspirasi yang disampaikan ketika demonstrasi berlangsung. Hal ini sebagaimana dikemukakan Nasikun (Jumadi, 2009: 56) yang menjelaskan bahwa :

Adanya sumber struktural sebagai penyebab mendasar terjadinya kekerasan kolektif. Adanya pemusatan kekuasaan dan kemunduran otoritas kekuasaan di tingkat pusat dan tingkat masyarakat, dipandang tidak lagi mampu menyerap dan memenuhi aspirasi kebutuhan masyarakat yang semakin maju dan modern.

Keempat, kekerasan telah dianggap mahasiswa sebagai alat untuk

mencapai tujuan demonstrasi. Maksudnya kekerasan mahasiswa dalam demonstrasi terjadi agar tuntutan aspirasi secepatnya dapat dipenuhi oleh pihak yang menjadi sasaran atau obyek demonstrasi, sebagaimana yang dikemukakan Culla (1999: 32) bahwa “ciri khas pemuda yang cenderung radikal, romantis, dan terkadang revolusioner, ingin segalanya cepat”, akhirnya kekerasan menjadi alat (instrument) untuk mencapai tujuan, yang menurut Berkowitz (1995: 29) disebut sebagai agresi instrumental yaitu ”dimana serangan pada pokoknya merupakan upaya untuk mencapai tujuan, selain menyakiti atau menghacurkan sasaran”.

(11)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 5

Perilaku kekerasan mahasiswa di Kota Makassar sudah berlangsung cukup lama dan sudah merupakan fenomena biasa terjadi di daerah tersebut. Dari data yang didapatkan di lapangan melalui pra-observasi pada Juli 2011, sepanjang tahun 2009 sampai dengan 2011, terjadi 14 peristiwa demonstrasi pada isu nasional, regional, dan sektoral dengan mengakibatkan kerugian materil maupun non meteril :

Pertama, isu nasional antara lain: (1) penuntasan kasus Bank Century sepanjang Januari sampai dengan Desember 2010, (2) peringatan Hardiknas 2 Mei setiap tahun untuk monolak komersialisasi pendidikan, (3) peringatan hari anti korupsi internasional 9 Desember 2010, (4) aksi demonstrasi dalam rangka peringatan 100 hari pemerintahan

SBY-Budiono pada 5 Januari 2010. Kedua, isu regional diantaranya: (5) penuntasan kasus penembakan mahasiswa dan dosen di UNASMAN

Sulbar oleh aparat kepolisian, (6) aksi penolakan terhadap peraturan daerah tentang tata kelola wilayah. Ketiga, isu sektoral diantaranya: (7) aksi penolakan aturan kemahasiswaan dan akademik yang membatasi ruang gerak mahasiswa dalam berorganisasi; dan (8) aksi penolakan bentuk-bentuk praktek komersialisasi pendidikan dalam kampus” (BEM UNM : 2011).

(12)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 6

Keadaan demikian oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harusnya dapat menangani secara khusus peristiwa tersebut, melalui aparat hukum yaitu kepolisian. Kepolisian harus mengawal dan menjaga aksi demonstrasi mahasiswa dari awal sampai akhir, sehingga demonstrasi tidak melanggar aturan hukum yang ada. Jika setiap demonstrasi yang mengarah dan menjurus pada tindakan kekerasan yang berakibat pada kerusakan fasilitas umum dan dapat merugikan masyarakat, maka kepolisian harus mengamankan dan memproses sesuai aturan hukum bagi pelaku yang melanggarnya. Namun dalam pelaksanaan tugas tersebut, sering mendapat perlawanan dari mahasiswa, akibat adanya perbedaan kepentingan. Dimana masing-masing pihak bersikukuh untuk mempertahankannya, sehingga bentrokan di kedua belah pihakpun tidak dapat dihindari yang menimbulkan banyak kerugian dan korban.

Keadaan tersebut, menunjukkan bahwa budaya demokrasi dalam bentuk kegiatan demonstrasi masih belum berjalan dengan baik. Sebagaimana yang dikemukakan Rahayu (2007: 129) bahwa :

Kehidupan demokrasi diwarnai kebebasan, kebersamaan dan kemufatan untuk menyelesaikan permasalahan. Kebebasan yang didukung oleh hak-hak dan kewajiban konstitusi, dasar-dasar hukum, dan cara hidup yang etis, untuk menghindari tirani.

(13)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 7

Demonstrasi harus memiliki aturan hukum yang tegas, sebagaimana yang dikemukakan Dicey (Kaelan dan Zubaidi, 2007: 97) bahwa “salah satu unsur rule of law dalam demokrasi konstitusional yaitu supremasi aturan-aturan hukum

(supremacy of the law) dan tidak ada kekuasaan sewenang-wenang (absence of

arbitrary power)”. Maksudnya hukum ditegakkan bagi siapa saja pelaku yang

melanggarnya, baik rakyat kecil maupun sampai pada kaum elit seperti pemerintah, konglomerat, para politisi, dan lain sebagainya, termasuk mahasiswa. Sebaliknya juga, hukum jangan dijadikan sebagai alat bagi pemerintah untuk melanggengkan kekuasaannya yang absolut (mutlak). Oleh karena itu, pemerintah dalam negara demokrasi harus dibatasi oleh aturan hukum, sebagaimana dikemukakan Budiardjo (2008: 106-107) bahwa “demokrasi mencita-citakan pemerintah yang terbatas kekuasaanya, suatu negara hukum (Rechstaat) yang tunduk kepada Rule of Law”.

Demonstrasi seyogyanya sebagai bentuk tindakan kontrol sosial politik kepada pemerintah harus bersifat konstruktif, agar terciptanya pemerintahan yang demokratis. Sebagaimana dikemukakan oleh Mahfud (1993: 30) bahwa “salah satu ciri pemerintahan yang demokratis dibawa rule of law yaitu kebebasan menyampaikan pendapat”. Kebebasan melalui demonstrasi ini telah dijamin oleh

(14)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 8

Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, telah mengatur bagaimana cara berdemonstrasi yang sebenarnya.

Demonstrasi harus juga berorientasi kepada nilai perubahan (value political movement) untuk kepentingan umum (public interest), bukan sebaliknya

beroerintasi pada kepentingan individu, kelompok, golongan, ataupun pemerintah yang berkuasa (power political movement), sehingga nilai-nilai tersebut, dapat dirasakan dan dinikmati oleh masyarakat umum. Demikian pula, demonstrasi harus didasarkan pada tindakan bermoral dan diarahkan pada perilaku damai atau anti kekerasan, sebagaimana dikemukakan Yoedhanegara (2005: 19) bahwa “demonstrasi dengan jargon-jargon perlawanan harus tetap dikibarkan baik secara

kultural maupun struktural untuk tetap disuarakan sebagai perjuwudan dalam rangka membangun demokrasi yang sejati di Indonesia”. Artinya melalui

demonstrasi yang benar, damai dan berkualitas, maka akan mencapai sebuah demokrasi yang baik sebagaimana harapan semua pihak.

Berangkat dari situasi dan kondisi diatas, maka sangat penting bagi penyusun untuk meneliti sebuah tesis dengan tema “Perilaku Kekerasan Mahasiswa dalam Menyampaikan Pendapat di Muka Umum melalui Demonstrasi (Studi Kasus Mahasiswa Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi)”.

B. Identifikasi Masalah

(15)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 9

karena tujuan demonstrasi tidak terencana dengan baik. Pada saat demonstrasi berlangsung, mahasiswa kadang-kadang tidak terkontrol, tidak sabar, lemahnya komunikasi atau negosiasi, mudah terprovokasi, dan sangat emosional dalam menghadapi situasi dan kondisi yang berkembang dalam demonstrasi, sehingga kekerasan sebagai alat atau cara yang dilakukan mahasiswa untuk mencapai tujuan demonstrasi.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah pokok penelitian ini, yaitu “mengapa mahasiswa dalam menyampaikan

pendapat di muka umum melalui demonstrasi berujung pada perilaku kekerasan?”.

Agar penelitian ini terarah dan mengingat luasnya permasalahan tersebut, maka masalah pokok tersebut peneliti batasi dalam rumusan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman mahasiswa mengenai penyampaian pendapat di muka umum melalui demonstrasi?

2. Apa yang menjadi motivasi utama mahasiswa untuk melakukan demonstrasi? 3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan demonstrasi mahasiswa berujung

pada perilaku kekerasan?

(16)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 10

5. Bagaimana konsekuensi-konsekuensi yang diterima mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan cara kekerasan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk memperoleh informasi deskriptif mengenai mengapa mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi umumnya berujung pada perilaku kekerasan.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang:

a. Pemahaman mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi.

b. Motivasi utama mahasiswa untuk melakukan demonstrasi.

c. Faktor-faktor yang menyebabkan demonstrasi mahasiswa berujung pada perilaku kekerasan.

d. Mekanisme yang ditempuh mahasiswa dalam melakukan demonstrasi yang berujung pada perilaku kekerasan.

(17)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 11

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Teoritik

Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menanamkan kepada mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi dapat berlangsung damai.

2. Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini berguna sebagai bahan pengalaman peneliti, selaku pribadi yang senang berkecimpung dalam organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan.

b. Bagi Perguruan Tinggi, penelitian ini berguna sebagai bahan untuk pertimbangan bagi pimpinan lembaga perguruan tinggi/universitas dalam membuat sebuah kebijakan terkait dengan pengaturan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi.

c. Bagi organisasi intra dan ekstra kemahasiswaan, penelitian ini berguna sebagai bahan masukan bagi pelaksana/pengurus organisasi intra dan ekstra kemahasiswaan, agar lebih mengavaluasi diri terhadap arah perjuangan dan pergerakan mahasiswa dalam melanjutkan agenda-agenda reformasi.

(18)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 12

(19)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 60

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini di Kota Makassar Provinsi Sulawesi Selatan khususnya di tiga Perguruan Tinggi yaitu Universitas Hasanuddin, Universitas Negeri Makassar (UNM), dan Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

2. Subjek Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini tergolong penelitian kualitatif, maka subyek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi yang dipilih secara purposif bertalian dengan tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985: 200) bahwa :

Pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak tetapi sampel bertujuan yang dikenali dari rancangan sampel yang muncul, pemilihan sampel berurutan, penyesuaian berkelanjutan dari sampel dan pemilihan berakhir jika sudah terjadi pengulangan.

(20)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 61

Tabel 3.1 Subyek Penelitian

No Informan Jumlah

1. Mahasiswa 9 orang

2. Pimpinan Perguruan Tinggi

(Pembantu Rektor III) 3 orang

3. Dosen 2 orang

4. Kepolisian 1 orang

5. Organisasi Kemasyarakatan 1 orang

6. Wartawan 1 orang

Jumlah 17 orang

Sebagaimana dikemukakan oleh penulis bahwa penelitian ini menggunakan sampel purposif, sehingga besarnya sampel ditentukan oleh adanya pertimbangan informasi dengan teknik Snowball. Penentuan sampel dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2002: 32-33) bahwa:

Untuk memperoleh informasi sampai dicapai taraf “redundancy” ketentuan atau kejenuhan artinya bahwa dengan menggunakan responden selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang dianggap berarti.

(21)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 62

B. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti membuat suatu desain penelitian yang bermaksud untuk menggambarkan langkah-langkah yang akan ditempuh oleh penulis. Langkah-langkah ini, dapat dilihat gambar dibawah ini :

Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Perumusan Hasil dan Kesimpulan Penelitian

Analisis

Studi Empiris Studi Pendahuluan Penentuan Masalah

Identifikasi Masalah

Perumusan Masalah

(22)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 63

Gambar 3.1 Desain Penelitian

C. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang menyangkut perbuatan dan ungkapan kata-kata dari informan yang sedapat mungkin bersifat alami, tanpa adanya rekayasa serta pengaruh dari luar. Sebagaimana Moleong (2006: 3) mengatakan bahwa “penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data

kualitatif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari perilaku orang-orang yang diamati”.

Atas dasar itu maka penelitian ini dapat digolongkan kedalam penelitian kualitatif-naturalistik. Cresswell (1998: 15) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai berikut:

Qualitatif research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher build a complex, holistic picture, analysis words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a natural setting.

(23)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 64

Pendapat Craswel tersebut, menjelaskan bahwa penelitian kualitatif didasarkan pada tradisi metodologi penelitian dengan cara menyelidiki masalah sosial atau kemanusiaan. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah.

Karakteristik pokok yang menjadi perhatian dalam penelitian kualitatif adalah kepedulian terhadap “makna”. Dalam hal ini penelitian naturalistik tidak

peduli terhadap persamaan dari obyek penelitian, melainkan sebaliknya mengungkap tentang pandangan tentang kehidupan dari orang-orang yang berbeda-beda. Pemikiran ini didasari bahwa makna yang ada dalam setiap orang (manusia) berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak mungkin untuk mengungkap kenyataan yang ada dalam diri orang yang unik itu menggunakan alat lain kecuali manusia sebagai instrumen dan peneliti mendatangi sendiri sumbernya secara langsung. Menurut Bogdan dan Biklen (1992: 27) bahwa “pengumpulan data dalam penelitian kualitatif hendaknya dilakukan sendiri oleh peneliti dan mendatangi sumbernya secara langsung”.

Peneliti memilih pendekatan ini, karena ingin mengetahui secara langsung dan mendalam mengenai kegiatan mahasiswa yaitu demonstrasi yang berujung pada perilaku kekerasan. Dari penelitian ini diharapkan dapat dikumpulkan data sebanyak mungkin dengan tidak mengesampingkan keakuratan data yang diperoleh.

(24)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 65

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus atau penelitian kasus (case study). Berdasarkan Yin (1995: 18) bahwa “studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata bilamana, batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak dengan tegas, dan dimana multisumber bukti dimanfaatkan”.

Sedangkan menurut Smith (Lincoln dan Denzin, 2009: 300) bahwa “kasus adalah suatu sistem yang terbatas/ abounded system”. Menurut Stake (Creswell, 2010: 20) bahwa “studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti di dalamnya menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktifitas, proses, atau sekelompok individu yang dibatasi waktu dan peristiwa”. Metode ini dilakukan

secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu kelompok, organisasi, lembaga atau gejala tertentu. Sementara menurut Maxfield (Nazir, 2011: 57) bahwa “Case study adalah penelitian tentang status penelitian yang berkenaan

dengan suatu fase spesifik atau khas dari keseluruhan personalitas”. Selanjutnya, Nazir (2011: 57), menjelaskan bahwa studi kasus atau case study adalah:

Penelitian yang subjek penelitiannya dapat berupa individu, kelompok, lembaga maupun masyarakat. Sehingga dapat memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat dan karakter-karakter yang khas dari kasus, yang kemudian dari sifat-sifat khas di atas akan menjadikan suatu hal yang bersifat umum.

Berdasarkan pendapat Lincoln dan Guba (Mulyana, 2002: 201), mengemukakan keistimewaan penelitian studi kasus sebagai berikut:

(25)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 66

menunjukkan hubungan antara peneliti dan responden; (4) Studi kasus memungkinkan pembaca untuk menemukan konsistensi internal yang tidak hanya merupakan konsistensi gaya dan konsistensi faktual tetapi juga kepercayaan (truthworthiness); (5) Studi kasus memberikan uraian tebal yang diperlukan bagi penilaian atas transferabilitas; dan (6) Studi kasus terbuka bagi penilaian atas konteks yang turut berperan bagi pemaknaan atas fenomena dalam konteks tersebut.

Dari pendapat di atas digambarkan bahwa metode studi kasus lebih menekankan pada suatu kasus, adapun kasus yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perilaku kekerasan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi. Penggunaan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus diharapkan mampu mengungkap aspek-aspek yang diteliti.

Penelitian ini dilakukan di Kota Makassar, karena memiliki keunikan atau kekhasan tersendiri, antara lain:

1. Intensitas demonstrasi yang tinggi dalam merespon berbagai isu sosial politik yang terjadi di daerah maupun di pusat.

2. Apresiasi massa demonstrasi yang ditunjukkan dengan jumlah massa yang besar pada saat demonstrasi berlangsung.

3. Setiap kali melakukan aksi demonstrasi yang terkait isu sosial politik, sangat berpotensi besar bagi mahasiswa untuk bertindak kekerasan

Penggunaan pendekatan kualitatif dengan studi kasus dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi yang obyektif dan mendalam tentang masalah pokok penelitian. Pendekatan studi kasus dipilih karena permasalahan yang dijadikan hanya terjadi di Kota Makasar.

(26)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 67

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang sering digunakan, maka untuk menghindari terjadi salah tafsir, maka perlu diberikan penjelasan istilah terhadap istilah-istilah tersebut.

1. Perilaku Kekerasan

Perilaku kekerasan adalah perilaku destruktif yang sulit dikontrol dan merugikan diri sendiri (Lore dan Schults dalam Thalib, 2009: 9) yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental Berkowitz (1995: 4), atau makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan itu (Baron dan Richardson dalam Krahe, 2005: 16).

Dengan demikian, berdasarkan uraian di atas, maka menurut penulis dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku kekerasan (agresi) adalah perilaku yang merugikan diri sendiri yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti, melukai, atau merusak orang lain atau lingkungan sekitarnya.

2. Penyampaian Pendapat di Muka Umum

(27)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 68

Dengan demikian, pendapat di muka umum adalah menyampaikan gagasan secara lisan dan tulisan dengan mempunyai maksud dan tujuan tertentu kepada orang banyak.

3. Demonstrasi Mahasiswa

Demonstrasi mahasiswa adalah gerakan parlemen jalanan oleh sekumpulan mahasiswa untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara demonstratif di muka umum (Pasal 1, Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998) yang merupakan upaya sadar yang kongkrit dan sistematis dalam upaya kontrol sosial terhadap perwujudan demokrasi (Pontoh, 2005: 29).

Dengan demikian, demonstrasi mahasiswa adalah suatu gerakan perlawanan massa sekumpulan mahasiswa yang mempertunjukan kehendak atau pendapat terhadap pemerintah atau penguasa, akibat dari ketidakadilan.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif-naturalistik, peneliti memperlakukan dirinya sebagai instrumen utama (human instrument) yaitu, bergerak dari hal-hal yang spesifik, dan dari tahapan yang satu ke tahap berikutnya, serta memadukannya sedemikian rupa sehingga pada akhirnya dapat ditemukan kesimpulan-kesimpulan, sebagaimana dikemukakan oleh Creswell (1998: 261-264) bahwa “peneliti berperan sebagai instrumen kunci (researcher as key instrument) atau

(28)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 69

Peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mencari informasi/data melalui dokumentasi, observasi, dan wawancara. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan antar manusia, artinya selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak dengan orang-orang sekitar lokasi penelitian yaitu Kota Makassar. Dengan demikian penulis lebih leluasa mencari informasi dan data yang terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.

F. Uji Validitas Data Penelitian

Penelitian kualitatif seringkali diragukan terutama dalam hal kesahihan data (validitas data). Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan pengecekan validitas data melalui “derajat keterpercayaan (credibility), keteralihan (transferbility), kebergantungan (defendability), dan kepastian (confirmability) (Satori dan Komariah, 2009: 164)”.

1. Keterpercayaan (Credibility/Validitas Internal)

(29)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 70

1) Memperpanjang Masa Observasi

Agar penelitian ini dipercaya, maka peneliti perlu memperpanjang observasi atau pengamatan. Nasution (2002: 114) bahwa “Peneliti harus cukup waktu untuk benar-benar mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-orang di sana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mencheck kebenaran informasi”. Lingkungan, orang-orang, dan kebudayaan dalam

penelitian ini, yaitu yang ada dan terjadi di Kota Makassar.

Sedangkan usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian guna memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan melakukan penelitian dalam kondisi yang wajar,di mana mencari waktu yang tepat guna berinteraksi dengan sumber data.

2) Pengamatan Terus-Menerus

Salah satu cara agar penelitian ini di percaya, maka dilakukan pengamatan terus-menerus, sebagaimana dikemukakan Nasution (2002: 115) bahwa :

Dengan pengamatan yang terus-menerus atau kontinu peneliti dapat memperhatikan sesuatu lebih cermat, terinci, dan mendalam. Apa saja harus dianggapnya penting. Lambat laun akan dapat membedakan hal-hal yang bermakna dan tak bermakna untuk memahami gejala tertentu.

Maksudnya agar tingkat validitas data yang diperoleh mencapai tingkat yang tertinggi, maka penelitian ini harus mengamati setiap perkembangan yang terjadi pada subyek penelitian.

(30)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 71

Data atau informasi dari satu pihak harus dicheck kebenaran dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain, misalnya dari pihak kedua, ketiga, dan seterusnya dengan menggunakan metode yang berbeda-beda. Tujuannya trianggulasi menurut Nasution (2002: 115) yaitu “mencheck kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan, dan sering dengan menggunakan metode yang berlainan”. Cara demikian untuk menghindari

subyektivitas yang tinggi.

4) Peer Debriefing (Diskusi dengan Teman Sejawat)

Peer The Briefing maksudnya bahwa penelitian ini didiskusikan dengan orang lain terutama dengan teman sejawat posisinya dengan peneliti untuk menerima masukan berupa pandangan-pandangan yang obyektif dalam memperkuat penelitian yang ada. Tujuan pembicaraan ini menurut Nasution (2002: 116) yaitu antara lain:

Untuk memperoleh kritik, pertanyaan-pertanyaan yang tajam, yang menantang tingkat kepercayaan akan kebenaran penelitian berupa mencari kelemahan penelitian, bias, tafsiran yang tak cukup didukung oleh data atau yang masih kurang jelas. Dan dapat mendiskusikan hal-hal mengenai motode penelitian, etika penelitian, dan sebagainya. Serta hipotesis kerja yang timbul selama penelitian, hingga mana peneliti dapat mempertahankannya.

Sementara menurut Moleong (Satori dan Komariah, 2010: 172) menungkapkan bahwa “diskusi dengan teman sejawat akan menghasilkan:

(31)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 72

(3) membantu mengembangkan langkah berikutnya; (4) pandangan lain sebagai pembanding”.

5) Negative Case Analysis (Analisis Kasus Negatif)

Kasus negatif adalah “…kasus ganjil yang ditemukan saat penggalian data dan kasus tersebut bertentangan dengan data yang lainnya serta dapat menjadi kunci keajegan data sebelumnya/ yang lainnya” (Satori dan Komariah, 2010: 172).

Dengan analisis kasus negatif, maka penelitian ini diupayakan untuk menelusuri data-data yang berbeda atau bertentangan dengan data penelitian ini yang telah ditemukan. Artinya ketika penelitian sebelumnya yang diselidiki kebenarannya dianggap benar, pada suatu saat rupanya tidak benar lagi, atau disangsikan kebenarannya bila dihadapkan kasus negatif, maka perlu diuji atau dirumuskan kembali.

6) Menggunakan Bahan Referensi

Penelitian ini menggunakan bahan referensi yaitu bahan dokumentasi, hasil rekaman wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan lainnya yang diambil dengan cara yang tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi/data yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

(32)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 73

Tujuan dari membercheck adalah “…agar informasi yang peneliti peroleh dan gunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan (Nasution, 2002: 118)”. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan cara membercheck kepada subjek penelitian di akhir kegiatan penelitian lapangan tentang masalah pokok penelitian ini, yaitu “mengapa mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi berujung pada perilaku kekerasan?”.

2. Keteralihan (Transferbility/ Validitas eksternal)

Salah satu pengecekan validitas data yaitu transferbilitas atau keteralihatan. Transferbilitas menurut Satori dan Komariah (2010: 165) bahwa “berkenaan dengan derajat akurasi apakah hasil penelitian dapat digeneralisasikan

atau diterapkan pada populasi di mana sampel tersebut diambil atau pada setting sosial yang berbeda dengan karakteristik yang hampir sama”.

Terkait dengan penelitian ini, untuk mendapatkan derajat transferbilitas yang tinggi maka peneliti akan berupaya mengangkat makna-makna esensial, melakukan refleksi, dan telaah kritis tentang masalah pokok penelitian ini, yaitu “mengapa mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui

demonstrasi berujung pada perilaku kekerasan?”, secara jelas, rinci, sistematis, dan dapat dipercaya. Sehingga penelitian ini dapat dipahami dan digunakan di situasi atau tempat yang lain.

(33)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 74

Salah satu pengecekan validitas data yaitu dependability atau kebergantungan. Dependability menurut istilah konvensional disebut “reliability” atau reliabilitas (Nasution, 2002: 119). Menurut Susan Stainback (Satori dan Komariah, 2010: 166), menyatakan bahwa “reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan”.

Oleh karena itu, untuk mencapai derajat reliabilitas yang tinggi, maka dibutuhkan alat yang realiable dalam memperoleh data yang valid. Alat tersebut adalah peneliti sendiri yang bertindak sebagai instrumen utama (key instrument). Dengan demikian, Peneliti akan terjun kelapangan guna mendapatkan data secara secara langsung dalam situasi yang alamiah (natural setting).

4. Kepastian (Confirmability/ Objectivitas)

Salah satu pengecekan validitas data yaitu konfirmabilitas. Menurut Satori dan Komariah (2010: 166) mengemukakan bahwa :

Konfirmabilitas berhubungan dengan objektivitas hasil penelitian. Hasil penelitian dikatakan memiliki derajat Objektivitas yang tinggi apabila keberadaan data dapat ditelusuri secara pasti dan penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Oleh karena itu, agar penelitian ini dapat menjaga kebenaran dan objektivitas, maka peneliti akan melakukan cara “audit trail”. Nasution (2002:

119-120) mengemukakan bahwa :

(34)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 75

Cara “audit trail” dilakukan untuk mengetahui “apakah laporan penelitian

ini sesuai dengan data yang dikumpulkan atau tidak”, untuk menjamin kebenaran

sebuah penelitian.

G. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, untuk memperoleh data dan informasi yang akurat dan representatif dibutuhkan teknik pengumpulan data yang dipandang tepat, di mana peneliti bertindak sebagai instrumen utama (key instrument) yang menyatu dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural setting). Hal ini sesuai dengan pendapat Nasution (2002: 9) bahwa “peneliti adalah key instrument yakni peneliti sendiri yang bertindak sebagai pengamat langsung, untuk dapat memahami makna interaksi antar-manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan dan nilai yang terkadung dalam ucapan atau perbuatan responden”.

Pengumpulan data dan informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan berbagai cara dan teknik yang berasal dari berbagai sumber baik manusia maupun bukan manusia. Menurut pendapat Lincoln dan Denzin (2009: 495) bahwa “teknik pengumpulan data pada penelitian kualitatif adalah teknik observasi

partisipatif, wawancara, dokumentasi dan literatur. Keempat teknik ini diharapkan bisa saling melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan. Penjelasan dari beberapa teknik tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a. Observasi Partisipatif

(35)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 76

keperluan tersebut”. Lebih lanjut, menurut Creswell (2010: 267) bahwa “observasi yang dilakukan dalam penelitian kualitatif adalah observasi yang

didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian”. Maksudnya dalam penelitian ini, peneliti terjun secara langsung ke lapangan untuk mengamati dan menyajikan secara realistik informasi tentang perilaku kekerasan mahasiswa dalam berdemonstrasi di Kota Makassar seutuhnya.

b. Wawancara

Teknik wawancara merupakan teknik pengumpulan data kualitatif dengan menggunakan instrumen yaitu pedoman wawancara. Menurut Satori dan Komariah (2010: 130) mengemukakan bahwa “wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab”. Sementara Nazir (2011: 193-194) yang di maksud wawancara adalah “proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si pejawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara)”.

(36)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 77

yang dibutuhkan untuk menjawab fokus penelitian. Wawancara dilakukan untuk menanyakan permasalahan-permasalahan seputar pertanyaan penelitian dalam rangka memperjelas data atau informasi yang tidak jelas pada saat observasi. c. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif yang sudah lama digunakan, karena sangat bermanfaat. Creswell (2010: 269-270) bahwa “pengumpulan data dalam kualitatif dapat dilakukan melalui dokumen

publik (seperti koran, majalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (buku harian, diary, surat, email) dan materi audion visual berupa foto, objek-objek, seni, video tape atau segala jenis suara atau bunyi”.

Pemilihan teknik ini dilandasi oleh pemikiran bahwa dalam sumber-sumber tertulis dan lisan tersebut dapat diperoleh dari data, ungkapan gagasan, persepsi, pemikiran, serta tindakan mahasiswa dan pihak-pihak yang terkait. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya koran, majalah, laporan kantor. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk audio visual, misalnya tape record atau handpone. Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

d. Studi Literatur

Menurut Satori dan Komariah (2010: 147) mengemukakan bahwa “literatur adalah bahan-bahan yang diterbitkan secara rutin ataupun berkala”.

(37)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 78

Suatu literatur menjadi dokumen kajian dalam studi literatur karena memiliki kriteria yang relevan dengan fokus kajian, yang dimaksud relevan adalah sesuatu sifat yang terdapat pada dokumen yang dapat membantu pengarang dalam memecahkan kebutuhan akan informasi. Dokumen dinilai relevan (relevance) bila dokumen tersebut mempunyai topik yang sama, atau berhubungan dengan subjek yang diteliti (topical relevance).

Studi literatur dilakukan dengan cara membaca, mempelajari buku-buku dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh data teoritis yang dapat mendukung kebenaran data yang diperoleh melalui penelitian dan menunjang pada kenyataan yang berlaku pada penelitian.

H. Prosedur Penelitian 1. Tahap Pra Penelitian

Tahap pra penelitian yang pertama dilakukan yaitu memilih masalah, menentukan judul dan lokasi penelitian dengan tujuan menyesuaikan keperluan dan kepentingan masalah yang akan diteliti. Setelah masalah dan judul penelitian disetujui oleh pembimbing, peneliti melakukan studi pendahuluan guna mendapat gambaran awal tentang subjek yang akan diteliti.

Setelah memperoleh gambaran subyek yang akan diteliti dan masalah yang relevan dengan kondisi obyektif di lapangan, selanjutnya peneliti menyusun proposal penelitian. Sebelum melaksanakan penelitian, terlebih dahulu peneliti harus menempuh prosedur perizinan sebagai berikut:

(38)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 79

dari Kepala BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urusan administratif dan akademis.

b. Pembantu Rektor I atas nama Rektor UPI mengeluarkan surat permohonan izin penelitian untuk disampaikan kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Barat untuk mengeluarkan surat rekomendasi izin penelitian ke Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Sulawesi Selatan .

c. Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Sulawesi Selatan mengeluarkan surat rekomendasi izin penelitian ke Kepala Kantor Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Makassar mengeluarkan surat izin penelitian untuk disampaikan kepada Pihak yang terkait dengan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap pra penelitian selesai, maka penulis mulai terjun ke lapangan untuk memulai penelitian. Pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan untuk mengumpulkan data dari informan. Selain mengumpulkan hasil observasi di lapangan penulis juga memperoleh data melalui wawancara dengan informan.

(39)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 80

a. Menghubungi Rektor Universitas Hasanudin, Rektor Universitas Negeri Makassar, Universitas Negeri Makassar untuk meminta informasi dan meminta izin melaksanakan penelitian di lingkungan kampus;

b. Menentukan informan yang akan diwawancarai; c. Menghubungi informan yang akan diwawancarai;

d. Menghubungi mahasiswa untuk mengadakan wawancara; e. Menghubungi dosen untuk mengadakan wawancara;

f. Menghubungi pembantu rektor III untuk mengadakan wawancara;

g. Menghubungi Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) untuk mengadakan wawancara.

h. Menghubungi wartawan untuk mengadakan wawancara.

i. Menghubungi Kapolrestabes Makassar untuk mengadakan wawancara.

j. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan dan dianggap berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

k. Mengikuti kegiatan yang terkait masalah yang akan diteliti.

(40)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 81

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data Penelitian

Dalam penelitian ini, pengolahan data dan analisis melalui proses menyusun, mengkategorikan data, mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk mendapatkan maknanya. Data yang diperoleh dan dikumpulkan dari informan melalui hasil wawancara, obeservasi dan studi dokumentasi di lapangan untuk selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk laporan.

Pada dasarnya tidak ada suatu teknis analisis penelitian kualitatif yang dapat dijadikan satu-satunya pedoman (Creswell, 1998: 245). Peneliti dapat memilih dan menggunakan model-model yang telah dikembangkan oleh para peneliti sebelumnya atau bersifat pemilihan (electicion). Oleh sebab itu, penelitian ini akan menggunakan setidaknya dua model teknik analisis yaitu dari Miles & Huberman (2007: 23) dan Creswell (1998: 244).

Proses analisis data kualitatif mencakup penggalian makna yang ada di dalam data tertulis maupun gambar. Proses ini meliputi persiapan analisis data, analisis pemilahan data, penggalian makna yang mendalam terhadap data, menyajikan data, dan membuat interpretasi yang lebih luas tentang makna data (Creswell, 1998: 190).

Analisis data kualitatif terdiri dari tiga alur kegiatan yang dilakukan secara bersamaan yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi dan transformasi terhadap data “kasar” yang diperoleh dari catatan

(41)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 82

untuk menajamkan, mengelompokkan, memfokuskan, pembuangan yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data untuk memperoleh kesimpulan final. Penyajian data dilakukan dengan menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun dalam suatu kesatuan bentuk yang disederhanakan, selektif dalam konfigurasi yang mudah dipakai sehingga memberi kemungkinan adanya pengambilan keputusan. Setelah data tersaji secara baik dan terorganisasi maka dilakukan penarikan kesimpulan atau verifikasi (Miles & Huberman, 2007: 21-22) :

Gambar 3.2 Components of Data Analysis: Interactive Model (Miles & Huberman, 2007: 23)

Proses pengumpulan dan analisis data (termasuk penulisan laporan) merupakan proses yang simultan dalam penelitian kualitatif. Pada saat pengumpulan data peneliti dapat langsung melakukan analisis informasi yang terkandung dalam data untuk menemukan gagasan pokok. Proses ini juga dapat bersifat interaktif, dimana pengumpulan dan analisis data dapat dilakukan secara bolak-balik dan seterusnya. Peneliti dapat melakukan wawancara ulang terhadap individu apabila terjadi kekurangan data atau terjadi kesimpangsiuran data (Creswell, 1998: 244-245).

Data Collection

Data Reduction

Data Display

[image:41.595.117.512.238.600.2]
(42)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 83

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat dijelaskan bahwa dalam pengolahan data dan menganalisis data dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Dalam penelitian ini aspek yang direduksi adalah perilaku kekerasan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi di Kota Makassar yang meliputi: (1) Pemahaman mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi, (2) Motivasi utama mahasiswa untuk melakukan demonstrasi, (3) Faktor-faktor yang menyebabkan demonstrasi mahasiswa berujung pada perilaku kekerasan, (4) Mekanisme yang ditempuh mahasiswa dalam melakukan demonstrasi yang berujung pada perilaku kekerasan, dan (5) Konsekuensi-konsekuensi yang diterima mahasiswa yang melakukan demonstrasi dengan cara kekerasan.

b. Display data

Setelah data dan informasi yang diperoleh dari lapangan direduksi, selanjutnya penulis melakukan display data, yakni menyajikan data secara singkat dan jelas. Hal ini dimaksudkan agar dapat melihat gambaran keseluruhan dari hasil penelitian atau bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian tersebut.

c. Kesimpulan/verifikasi

(43)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 84

kesimpulan ini dilakukan secara singkat dan jelas agar memudahkan bagi berbagai pihak untuk memahaminya.

Dengan demikian secara umum proses pengolahan data dimulai dengan pencatatan data lapangan (data mentah), kemudian ditulis kembali dalam bentuk unifikasi dan kategorisasi data. Setelah data dirangkum, direduksi dan disesuaikan dengan masalah pokok penelitian, selanjutnya data dianalisa dan diperiksa keabsahannya melalui beberapa teknik, yaitu:

a. Data yang diperoleh disesuaikan dengan data pendukung lainnya untuk mengungkapkan permasalahan secara tepat.

b. Data yang terkumpul setelah dideskripsikan kemudian didiskusikan, dikritik ataupun dibandingkan dengan pendapat orang lain.

c. Data yang diperoleh kemudian difokuskan pada subtantif masalah pokok penelitian.

(44)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 158

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi dan pembahasan hasil penelitian, pada akhir penulisan ini akan dikemukakan beberapa kesimpulan dan rekomendasi penelitian.

A. Kesimpulan

Pertama, pemahaman mahasiswa di Kota Makassar mengenai

penyampaian pendapat di muka umum melalui demonstrasi masih sangat rendah, karena kebanyakan mahasiswa belum memahami aturan demonstrasi dan tidak melaksanakan aturan demonstrasi yang sebenarnya.

Kedua, setiap mahasiswa Makassar yang ikut demonstrasi ternyata

memiliki motivasi yang berbeda-beda. Motivasi utama mahasiswa yang ikut demonstrasi karena motivasi intrinsik yaitu: kesadaran tanggungjawab dan keterpanggilan moral, turut meramaikan, mengekspresikan hasrat kebebasan, dan mengembangkan kemampuan intelektual, dan motivasi ekstrinsik yaitu: dorongan orang lain, ingin dikenal orang lain, dan ditunggangi oleh kelompok yang berkepentingan.

Ketiga, faktor-faktor yang menyebabkan demonstrasi mahasiswa berujung

(45)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 159

tujuan demonstrasi, bergantung pada kualitas isu dan kuantitas massa mahasiswa, dan faktor deindividuasi. Kedua, faktor eksternal mahasiswa yaitu: pihak aparat kepolisian yang represif, pihak ketiga sebagai provokator, dan pihak sasaran aksi yang tidak responsif.

Keempat, Mekanisme yang ditempuh mahasiswa dalam melakukan

demonstrasi yang berujung pada perilaku kekerasan dilakukan dengan beberapa cara yaitu: mekanisme yang ditempuh dengan cara melawan aparat kepolisian, dan dengan cara merusak sarana publik.

Kelima, Konsekuensi-konsekuensi yang diterima mahasiswa yang

melakukan demonstrasi dengan cara kekerasan yaitu: tuntutan aspirasi yang disampaikan kebanyakan tidak tercapai, dan mendapat sanksi atau hukuman dari pihak perguruan tinggi, dosen, dan aparat kepolisian yang meliputi sangksi sosial, sangksi akademik, dan hukuman fisik.

B. Rekomendasi

Merujuk pada hasil penelitian, penulis merekomendasikan beberapa hal yang berkaitan dengan perilaku kekerasan mahasiswa dalam menyampaikan pendapat di muka umum melalui demonstrasi. Rekomendasi ini disampaikan ke berbagai pihak yang terkait dengan penyelesaian perilaku kekerasan mahasiswa khusunya dalam kegiatan demonstrasi.

(46)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 160

setiap demonstrasi mahasiswa, sehingga perilaku kekerasan mahasiswa dalam demonstrasi dapat diminimalisir.

2. Kepada Pimpinan Perguruan Tinggi, hendaknya lebih memahami dan bijaksana dalam menyikapi setiap persoalan demonstrasi mahasiswa, cepat merespon dan mengakomodir berbagai macam aspirasi mahasiswa, bertindak tegas kepada mahasiswa yang melakukan perilaku kekerasan dalam demonstrasi yang didasarkan pada aturan hukum yang ada, memperbanyak kegiatan ekstrakurikuler seperti kegiatan latihan dasar kepemimpinan (LDK) dan bimbingan keagamaan, dan memperbaiki pelayanan akedemik termasuk kualitas pengajar.

3. Kepada Aparat Kepolisian, harusnya lebih profesional dalam menangani demonstrasi, seperti lebih bijaksana memahami keinginan mahasiswa, tidak kaku dalam menerapkan hukum tentang demonstrasi, tidak mudah terpancing dengan provokasi oknum tertentu, dan dapat menahan diri dari tindakan-tindakan represif (menyerang, menganiaya, dan memukul).

4. Kepada mahasiswa, sebagai kaum intelektual muda harusnya lebih cermat membaca situasi dan kondisi yang berkembang dalam demonstrasi. Di mana mahasiswa tidak mudah terprovokasi, tidak mudah ditunggangi, tetap komitmen dan konsisten dengan niat perjuangan, dan lebih bersabar untuk mencapai target atau tujuan demonstrasi.

(47)

Wahyudin Noe, 2012

Perilaku Kekerasan Mahasiswa Dalam Menyampaikan Pendapat Di Muka Umum Melalui Demonstrasi

: Studi Kasus Mahasiswa di Kota Makassar dalam Kegiatan Demonstrasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 161

Gambar

Gambar 2.2 Skema Paradigma Penelitian ................................................................
tabel di  bawah ini :
Tabel 3.1 Subyek Penelitian
Gambar 3.1 Desain Penelitian
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dari sudut pendekatan pembelajaran yang digunakan, penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual menghasilkan kemampuan

Pembayaran biaya status cuti dan denda mangkir registrasi mengacu pada aturan akademik Universitas Telkom yaitu biaya status cuti sebesar lOYo dari Biaya

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... SISTEM INVENTORY STOCK BARANG DI CV. BERKAH

Quiet Library on the Edge of Victoria Park by Ayunara, is written by a participant of the A ft erwork Reading Club, Epha Thea, who joined A Room of Their Own, a project by

Hasil dari penelitian ini adalah terdapatnya hubungan antara Self Esteem dan Social Support dengan Psychological well-being pada mahasiswa baru (F regresi = 68,937;

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas 4 SD menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT berbantuan media

Penggunaan MSXML (Microsoft eXtensible Markup Language) didalam situs ini untuk menampilkan dan memanipulasi RDF (Resource Description Framework), sedangkan untuk menampilkan

Penerapan teknik mind mapping pada pembelajaran kosakata bahasa jepang untuk meningkatkan penguasaan senmon yougo kepariwisataan. Universitas Pendidikan Indonesia |