• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK HUKUM DAN INDUSTRI DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASPEK HUKUM DAN INDUSTRI DAN "

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK HUKUM DAN INDUSTRI

HAK-HAK DALAM KETENAGA KERJAAN

DI SUSUN OLEH :

NAMA : SIBDIN LATUCONSINA NIM :1315013055

KELAS : BANGUNAN GEDUNG

POLITEKNIK NEGERI AMBON

JURUSAN TEKNIK SIPIL

(2)

Sesuai dengan yang kita ketahui pada Undang-Undan Republik Indonesia No.3 Tahun 1992 Tentan jaminan Sosial tenaga Kerja

Pembangunan sektor Ketenagakerjaan sebagai salah bagian dari upaya pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dengan pembangunan nasional sebagai pengalaman pancasila, dan pelaksanaan undang-undang dasar

1945, diarahkan pada penigkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri

sendiri dalam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera,adil dan makmur baik materil maupun spiritual.

Jaminan sosial tenaga kerja memiliki beberapa beberapa aspek, antara lain :

a. Memberikan perlindungan atas dasar untuk

memenuhi kebutuhan hidup minimal bagi tenaga kerja beserta keluarganya

b. Merupakan penghargaan pada tenaga kerja ynag telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Pada lokasi Praktek Kerja Lapangan di Zidam

XVI/Pattimura di adakan Rehabilitas pada kantor Subdenzibang XVI/Pattimura yang sifatnya

perehaban menyeluruh. Untuk memenuhi tugas ASPEK HUKUM DAN INDUSTRI Narasumber Melakukan Survey Langsung Ke Lapangan guna meninjau apakah aturan yang sudah di tetapkan di pergunakan/di berlakukan dalam pekerjaan Perehaban tersebut atau tidak.

Banyak kekurangan yang terdapat dalam pekerjaan perehaban, salah satunya dari segi fasilitas

(3)

menandakan bahwa pekerjaan perheban ini sedikit bertolak belakang dengan aturan, karena bisa saja terjadi kecelakaan kerja yang tidak di duga-duga. Dalam hal seperti ini yang menjadi sorotan utama adalah instansi/perusahaan yang seharusnya

memberikan pemenuhan kebutuhan yang seharusnya menjadi dasar atau hak untuk pekerja, dalam hal ini di utamakan keselamatan maupun kesehatan dalam

bekerja.Seperti yang di ketahui bahwa pekerja sendiri memiliki hak dasar dalam bekerja, diantaranya :

HAK DASAR PEKERJA

1.Hak dasar pekerja dalam hubungan kerja Setiap tenaga kerja berhak untuk meperoleh, meningkatkan dan mengembangkan potensi kerja sesuai dengan bakat, minat dan

kemampuannya.

Setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. Keselamatan dan kesehatan kerja b. Moral dan kesusialaan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia dan nilai-nilai agama Setiap pekerja berhak membentuk dan menjadi anggota serikat pekerja.

(Dasar Hukum, UU 13/2003 UU 21/200)

2.Hak dasar pekerja atas jaminan sosial dan K3

Jaminan sosial tenaga kerja seriap pekerja dan keluarganya berhak untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja yang meliputi :

a. Jaminan kecelakaan kerja b. Jaminan kematian

(4)

d. Jaminan pemeliharaan kesehatan

Keselamatan dan kesehata kerja berhak meminta kepada pengusaha untuk di laksanakannya semua syarat-syarat

keselamatan dan kesehatan kerja. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang di wajibkan di ragukan olehnya. (Dasar Hukum, UU 3/1992, UU

1/1970, KEPRES 22 /1993, PERMEN 04/1993 & PERMEN 01/1998)

3.Hak dasar pekerja atas perlindungan upah Setiap pekerja berhak untuk memperoleh

penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan upah minimum hanya berlaku bagi pekerja yang mempunyai masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun peninjauan

besarnya upah pekerja dengan masa kerja lebih dari 1 (satu) tahun. Pengusaha dalam

menetapkan upah tidak boleh mengadakan diskiriminasi antara buruh laki-laki dan buruh perempuan untuk pekerjaan yang sama nilainya. Pengusaha wajib membayar upah kepada buruh, jika buruh sendiri sakit sehingga tidak dapat melakukan pekerjaannya. Pengusaha wajib

(5)

masuk kerja karena hal-hal yang sebagaimana di maksud di bawag ini, dengan ketentuan SBB: a. Pekerja menikah, di bayar untuk selama 3 hari b. Menikahkan anaknya, di bayar untuk selama 2

hari

c. Menghitankan anaknya, di bayar untuk selama 2 hari

d. Membabtiskan anaknya, d bayar untuk selama 2 hari

e. Istri melahirkan atau kegugura kandungan, di bayar untu selama 2 hari

f. Suami/istri, orang tua/mertua atau

anak/menantu meninggal dunia, di bayar untuk selama 2 hari

g. Anggota dalam satu rumah meninggal dunia, di bayar untuk selama 1 hari

pengusaha wajib membayar upah ynag biasanya di bayarkan kepada buruh yang tidak melakukan pekerjaannya karena sedang menjalankan

kewajiban negara, jika dalam menjalankan pekerjaan tersebut buruh tidak mendapatkan upah atau tunjangan lainnya dari pemerintah tetapi tidak melebihi 1 tahun.

Pengusaha wajib untuk tetap membayar upah kepada buruh yang tidak dapat menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban ibadah menurut agamanya selama waktu yang di perlukan, tetapi tidak melebihi 3 bulan.

Pengusaha wajib membayar upah kepada buruh yang bersedia melakukan pekerjaan yang telah di janjikan, akan tetapi pengusaha tidak

(6)

dihindari pengusaha. Apabila upah terlambat di bayar, maka mulai hari keempat sampai hari kedelapan terhitung dari hari dimana

seharusnya upah di bayar, upah tersebut di tambah 5% untuk tiap hari keterlambatan. Sesudah hari kedelapan tambahan itu menjadi 1% bulan tidak bole melebihi 50% dari upah yang seharusnya di bayarkan. Dalam hal perusahaan di nyatak Failed atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang harus di dahulukan pembayarannya.(UU 13/2003, PP 8/1981 dan PERMEN 01.1999).

4.Hak dasar pekerja atas pembatasan waktu kerja, istirahat, cuti dan libur

Setiap pengusaha wajib melaksanakan

ketentuan waktu kerja sebagaimana berikut : a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat

puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja harus memenuhi syarat: a. ada persetujuan pekerja/buruh yang

bersangkutan; dan

b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu)

minggu.

(7)

melebihi waktu kerja wajib membayar upah kerja lembur.

Pengusaha wajib memberi waktu istirahat dan cuti kepada pekerja/buruh. Yang meliputi:

a. istirahat antara jam kerja,

sekurang-kurangnya setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat) jam terus menerus dan waktu istirahat tersebut tidak termasuk jam kerja;

b. istirahat mingguan 1 (satu) hari untuk 6

(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau 2 (dua) hari untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1

(satu) minggu;

c. cuti tahunan, sekurang-kurangnya 12 (dua belas) hari kerja setelah pekerja/buruh yang bersangkutan bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus menerus; dan

d. istirahat panjang sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan dan dilaksanakan pada tahun ketujuh dan kedelapan masing-masing 1 (satu) bulan bagi pekerja/buruh yang telah bekerja selama 6 (enam) tahun secara terus-menerus pada perusahaan yang sama dengan ketentuan pekerja/buruh tersebut tidak berhak lagi atas istirahat tahunannya dalam 2 (dua) tahun berjalan dan selanjutnya berlaku untuk setiap kelipatan masa kerja 6 (enam) tahun.

Pengusaha wajib memberikan kesempatan yang secukupnya kepada pekerja/buruh untuk

melaksanakan ibadah yang diwajibkan oleh agamanya.

(8)

5.Hak dasar untuk membuat PKB

Serikat pekerja/Serikat buruh, federasi dan

konfederasi Serikat pekerja/Serikat buruh yang telah mempunyai nomor bukti pencatatan

berhak :

Membuat Perjanjian Kerja Bersama dengan Pengusaha

Penyusunan perjanjian kerja bersama dilaksanakan secara musyawarah.

Perjanjian kerja bersama harus dibuat secara tertulis dengan huruf latin dan menggunakan bahasa Indonesia

Dalam 1 (satu) perusahaan hanya dapat dibuat 1 (satu) perjanjian kerja bersama yang berlaku bagi seluruh pekerja/buruh di perusahaan

Masa berlakunya perjanjian kerja bersama paling lama 2 (dua) tahun.

Perjanjian kerja bersama dapat diperpanjang masa berlakunya paling lama 1 (satu) tahun berdasarkan kesepakatan tertulis antara

pengusaha dengan serikat pekerja/serikat buruh. Perundingan pembuatan perjanjian kerja

bersama berikutnya dapat dimulai paling cepat 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya perjanjian

kerja bersama yang sedang berlaku. Dalam hal perundingan tidak mencapai

kesepakatan, maka perjanjian kerja bersama yang sedang berlaku, tetap berlaku untuk paling lama 1 (satu) tahun.

Perjanjian kerja bersama paling sedikit memuat: a. hak dan kewajiban pengusaha;

(9)

c. jangka waktu dan tanggal mulai berlakunya perjanjian kerja bersama;

d. tanda tangan para pihak pembuat perjanjian kerja bersama.

Ketentuan dalam perjanjian kerja bersama tidak boleh bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Dalam hal isi perjanjian kerja bersama

bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud pada ayat (2), maka ketentuan yang

bertentangan tersebut batal demi hukum dan yang berlaku adalah ketentuan dalam peraturan perundang-undangan.

Dalam hal kedua belah pihak sepakat mengadakan perubahan perjanjian kerja

bersama, maka perubahan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian kerja bersama yang sedang berlaku.

(UU 13/2003 & UU 21/2000 )

6.Hak dasar mogok

Mogok kerja sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh dilakukan secara sah, tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan.

Sekurang-kurangnya dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja sebelum mogok kerja dilaksanakan,

pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha dan instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan setempat.

(10)

pemberitahuannya ditandatangani oleh

perwakilan pekerja/buruh yang ditunjuk sebagai koordinator dan/atau penanggung jawab mogok kerja.

Dalam hal mogok kerja dilakukan pemberitahuannya kurang dari 7 (tujuh) hari kerja, maka demi menyelamatkan alat produksi dan aset perusahaan, pengusaha dapat mengambil tindakan sementara dengan cara: a. melarang para pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi kegiatan proses produksi; atau

b. bila dianggap perlu melarang pekerja/buruh yang mogok kerja berada di lokasi perusahaan. Siapapun tidak dapat menghalang-halangi pekerja/buruh dan serikat pekerja/serikat buruh untuk menggunakan hak mogok kerja yang dilakukan secara sah, tertib, dan damai. Siapapun dilarang melakukan penangkapan dan/ atau penahanan terhadap pekerja/buruh dan pengurus serikat pekerja/serikat buruh yang melakukan mogok kerja secara sah, tertib, dan damai sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Terhadap mogok kerja yang dilakukan sesuai dengan ketentuan, pengusaha dilarang: a. mengganti pekerja/buruh yang mogok kerja dengan pekerja/buruh lain dari luar perusahaan; atau

(11)

upah.

(Dasar hukum UU 13/2003 & KEPMEN 232/2003)

7.Hak dasar khusus untuk pekerja perempuan

Pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 (delapan belas) tahun dilarang

dipekerjakan antara pukul 23.00 s.d. 07.00. Pengusaha dilarang mempekerjakan

pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00.

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 s.d. pukul 07.00 wajib:

a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan

b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 s.d. pukul 05.00.

Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja perempuan dengan alasan menikah, hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya.

(12)

pengusaha, tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua pada waktu haid.

Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan

sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan. Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.

Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusui harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus

dilakukan selama waktu kerja.

(Dasar hukum UU 13/2003, PERMEN 03/1989 & KEPMEN 224/2003)

8.Hak dasar pekerja mendapat perlindungan atas tindakan PHK

Pengusaha, pekerja/buruh, serikat

pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja.

Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat

dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh.

(13)

dapat memutuskan hubungan kerja dengan pekerja/buruh setelah memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan

hubungan industrial.

Permohonan penetapan pemutusan hubungan kerja diajukan secara tertulis kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial disertai alasan yang menjadi dasarnya.

Permohonan penetapan dapat diterima oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial apabila telah dirundingkan.

Penetapan atas permohonan pemutusan hubungan kerja hanya dapat diberikan oleh lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial jika ternyata maksud untuk

memutuskan hubungan kerja telah

dirundingkan, tetapi perundingan tersebut tidak menghasilkan kesepakatan.

Pengusaha dilarang melakukan pemutusan hubungan kerja dengan alasan:

a. pekerja/buruh berhalangan masuk kerja

karena sakit menurut keterangan dokter selama waktu tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara terus-menerus;

b. pekerja/buruh berhalangan menjalankan pekerjaannya karena memenuhi kewajiban terhadap negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; c. pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya;

d. pekerja/buruh menikah;

e. pekerja/buruh perempuan hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau menyusui bayinya;

(14)

perusahan, atau perjanjian kerja bersama;

g. pekerja/buruh mendirikan, menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat buruh, pekerja/buruh melakukan kegiatan serikat

pekerja/serikat buruh di luar jam kerja, atau di dalam jam kerja atas kesepakatan pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama;

h. pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan;

i. karena perbedaan paham, agama, aliran politik, suku, warna kulit, golongan, jenis

kelamin, kondisi fsik, atau status perkawinan; j. pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat kecelakaan kerja, atau sakit karena hubungan kerja yang menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan.

Pemutusan hubungan kerja yang dilakukan dengan alasan sebagaimana dimaksud diatas batal demi hukum dan pengusaha wajib

mempekerjakan kembali pekerja/buruh yang bersangkutan.

Pemutusan hubungan kerja tanpa penetapan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial batal demi hukum.

Selama putusan lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial belum ditetapkan, baik pengusaha maupun

pekerja/buruh harus tetap melaksanakan segala kewajibannya.

(15)

dalam proses pemutusan hubungan kerja dengan tetap wajib membayar upah beserta hak-hak lainnya yang biasa diterima

pekerja/buruh. Tambahan

LANDASAN HUKUM KETENAGAKERJAAN 1. UUD tahun 1945

Pasal 27 ( 2 )

Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

Pasal 28

Kemerdekaan berserikat & berkumpul,

mengeluarkan pikiran dengan lisan/tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. 2. UU No. 18 Tahun 1956 tentang persetujuan konvensi ILO No. 98 (1949); tentang berlakunya dasar-dasar dari hak untuk berorganisasi dan untuk berunding bersama.

3. UU No. 1 Tahun 1970; tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

4. UU No. 3 Tahun 1992; tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

5. UU No. 11 Tahun 1992; tentang Dana Pensiun. 6. UU No. 21 Tahun 2000; tentang Serikat

Pekerja/Serikat Buruh.

7. UU No. 13 Tahun 2003; tentang Ketenagakerjaan.

8. UU No. 2 Tahun 2004; tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.

9. Keppres No. 83 Tahun 1998 tentang

pengesahan konvensi ILO No. 87 (1948); tentang kebebasan berserikat & perlindungan hak untuk berorganisasi.

10. Keppres No. 22 Tahun 1993; tentang

(16)

12. PP No. 4 Tahun 1993; tentang Jaminan Kecelakaan Kerja.

13. PP No. Per-14/Men/2004; tentang tata cara pengangkatan & pemberhentian hakim ad hoc PHI & hakim ad hoc pada MA.

14. Permenakertrans No. Per-02/Men/1980; tentang pemeriksaan kesehatan tenaga kerja dalam penyelenggaraan keselamatan kerja. 15. Permenakertrans No. Per-01/Men/1981; tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja.

16. Permenaker No. Per-06/Men/1985; tentang perlindungan kerja harian lepas.

16. Permenaker No. Per-03/Men/1989; tentang larangan PHK bagi pekerja wanita karena

menikah, hamil/melahirkan.

17. Permenaker No. 04 Tahun 1993; tentang Jaminan Kecelakaan Kerja.

18. Permenaker No. Per-05/Men/1993; tentang petunjuk tehnis pendaftaran kepesertaan,

pembayaran iuran, pembayaran santunan dan pelayanan jamsostek.

19. Permenaker No. Per-03/Men/1994; tentang penyelenggaraan program jamsostek bagi

pekerja harian lepas, tenaga kerja borongan dan tenaga kerja kontrak.

20. Permenaker No. Per-01/Men/1998; tentang penyelenggaraan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja dengan manfaat lebih baik dari jaminan pemeliharaan kesehatan jamsostek. 21. Permenaker No. Per-01/Men/1999; tentang upah minimum

22. Permenaker No. Per-01/Men/XII/2004;

tentang tata cara seleksi calon hakim ad hoc PHI & calon hakim ad hoc MA.

(17)

konsiliator serta tata kerja konsiliasi.

24. Permenakertrans No. Per-01/Men/I/2005; tentang tata cara pendaftaran, pengujian, pemberian & pencabutan sanksi bagi arbiter hubungan industrial.

25, Permenakertrans No. Per-06/Men/IV/2005; tentang pedoman Verifkasi keanggotaan serikat pekerja/serikat buruh.

26, Permenakertrans No. Per-17/Men/VIII/2005; tentang komponen pelaksanaan tahapan

pencapaian kebutuhan hidup layak.

27. Permenakertrans No. Per-08/Men/III/2006; tentang perubahan Kepmenakertrans No. Kep. 48/Men/IV/2000 (tata cara pembuatan dan

pengesahan PP serta pembuatan & pendaftaran PKB).

28. Kepmenaker No. Kep-02/Men/1970; tentang Pembentukkan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

29. Kepmenaker No. Kep-150/Men/1999; tentang penyelenggaraan Jamsostek bagi tenaga kerja harian lepas, borongan dan pekerja waktu

tertentu.

30. Kepmenakertrans No. Kep-16/Men/2001; tentang tata cara pencatatan serikat

pekerja/serikat buruh.

31. Kepmenakertrans No. Kep-224/Men/2003; tentang kewajiban pengusaha yang

mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sd 07.00.

32. Kepmenakertrans No. Kep-228/Men/2003; tentang tata cara pengesahan penggunaan tenaga kerja asing.

33. Kepmenakertrans No. Kep-231/Men/2003; tentang tata cara penangguhan pelaksanaan upah minimum.

(18)

tentang akibat hukum mogok kerja yang tidak sah.

35. Kepmenakertrans No. Kep-233/Men/2003; tentang jenis dan sifat pekerjaan yang dijalankan secara terus-menerus.

36. Kepmenakertrans No. Kep-255/Men/2003; tentang tata cara pembentukkan dan susunan keanggotaan lembaga kerjasama bipartit.

37. Kepmenakertrans No. Kep-20/Men/2004; tentang tata cara memperoleh ijin

mempekerjakan tenaga kerja asing.

38. Kepmenakertrans No. Kep-48/Men/IV/2004; tentang tata cara pembuatan & pengesahan PP serta pembuatan & pendaftaran PKB.

39. Kepmenakertrans No. Kep-49/Men/IV/2004; tentang ketentuan struktur dan skala upah. 40. Kepmenakertrans No. Kep-51/Men/IV/2004; tentang istirahat panjang pada perusahaan swasta.

41. Kepmenakertrans No. Kep-92/Men/VII/2004; tentang pengangkatan & pemberhentian

mediator serta tata kerja mediasi.

42. Kepmenakertrans No. Kep-100/Men/VI/2004; tentang ketentuan pelaksanaan perjanjian kerja waktu tertentu.

43. Kepmenakertrans No. Kep-102/Men/VI/2004; tentang waktu kerja lembur dan upah kerja

lembur.

44. Kepmenakertrans No. Kep-187/Men/X/2004; tentang iuran anggota serikat pekerja/serikat buruh.

45. Kepmenakertrans No. Kep-220/Men/X/2004; tentang syarat-syarat penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain. 46. Surat Edaran Menakertrans No.

SE.907/Men.PHI-PPHI/X/2004; tentang

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan observasi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika didasarkan pada beberapa indikator yang dapat mengungkap motivasi belajar, yaitu: (a)

Hasil analisis terhadap data penilaian media pembelajaran oleh ahli materi dan ahli media, pendidik, dan teman sejawat serta respon peserta didik menunjukkan bahwa

Penggunaan zeolit dalam ransum ternak babi sudah banyak diteliti diantaranya penelitian Mumpton dan Fishman (1977) menyatakan penggunaan zeolit dalam ransum babi dengan

dan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30/PERMEN-KP/2020 tentang Rekomendasi Pemasukan Calon Induk, Induk, Benih Ikan, dan/atau Inti Mutiara, dengan ini

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan responden terbanyak dengan tingkat pengetahuan baik dengan motivasi tinggi sebanyak 23 (46.9%) dan pengetahuan cukup dengan

(2) Pelaksanaan manajemen hubungan sekolah dan masyarakat (humas) meliputi kegiatan pemberdayaan komite sekolah, mewajibkan orang tua mengambil rapor anak sendiri,

Pengumuman peserta yang lolos didanai dalam Program Bantuan Rektor untuk Kegiatan Kewirausahaan Mahasiswa Tahun 2020 akan dipublikasi melalui laman unud.ac.ac.id tanggal 2

Penelitian ini terbatas pada variabel yang digunakan yaitu hanya profitabilitas, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan dan reputasi KAP