• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTR"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

i

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA

PUTRI TENTANG SEKS SEKUNDER KELAS VII

DI SMP NEGERI 1 SINE NGAWI

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

MUSSRIFAH NUR SAPUTRI

B09 032

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SEKS SEKUNDER KELAS VII

DI SMP 1 SINE NGAWI

Diajukan Oleh :

MUSSRIFAH NUR SAPUTRI NIM : B09.032

Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal : 5 Juli 2012

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SEKS SEKUNDER KELAS VII

DI SMPN 1 SINENGAWI

Karya Tulis Ilmiah

Disusun Oleh

MUSSRIFAH NUR SAPUTRI NIM : B09.032

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Progam D III Kebidanan

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri

Tentang Seks Sekunder Kelas VII di SMP N 1 Sine Ngawi”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Dheny Rohmatika, S.SiT, selaku Ka. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Desy Handayani S.ST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada peulis. 4. Bapak Drs. Hadi Suharto,M.S, selaku Kepala Sekolah SMP N1 Sine Ngawi

yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam melakukan penelitian untuk penulisan Karya Tulis Ilmiah.

(5)

v

6. Seluruh siswi Kelas VII SMP N 1 Sine Ngawi yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

7. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih bnyak kekurangan, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan peneliti selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juli 2012

(6)

vi STIKes Kusuma Husada Surakarta Prodi D III Kebidanan

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2012 Mussrifah Nur Saputri 09 032

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG SEKS SEKUNDER KELAS VII

DI SMP N 1 SINE NGAWI xiii + 37 halaman + 15 lampiran + 4 tabel + 2 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menentukan identitas diri pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja. Pada masa remaja terjadi suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat. Perubahan ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya, oleh karena itu para ahli pada bidang ini memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya. Dari hasil studi pendahuluan di SMP N 1 Sine Ngawi sebanyak 40 orang didapatkan hasil 18 orang berpengatahuan kurang, 14 orang berpengetahuan cukup, dan 8 orang berpengetahuan baik.

Tujuan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP N 1Sine Ngawi.

Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP N 1 Sine Ngawi pada 15 Juni 2012. Besarnya popolasi 121 responden dan besar sample sebanyak 93 responden dengan teknik pengambilan sampel menggunakan sample random sampling. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat. Hasil Penelitian :Berdasarkan hasil penelitian tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP N 1 Sine Ngawi dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanayak 22 responden (23,6%), pengetahuan cukup sebanayk 58 responden (62,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 13 responden (14%). Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP N 1 Sine Ngawi sebagian besar berpengetahuan cukup yaitu sebanyak 58 responden (62,4%).

(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Segalanya tentu tidak mudah, namun bila kita tersenyum segalanya akan menjadi indah.

Hidupku ku abdikan hanya untuk TUHANku, Keluargaku, dan orang-orang terkasihku.

Disaat kita jatuh dan menyerah disanalah kita kalah, namun bila kita jatuh dan kita tetap berusaha berdiri dan berlari disitulah jalan kemenanganmu.

PERSEMBAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini penulis persembahkan kepada:

1. Ayah dan Bunda tercinta, terimakasih atas doa restunya dan cinta kasih selama ini.

2. Adikku tercinta yang selalu memberiku support dalam setiap langkah kakiku

3. Jhohan Surya Dewangga yang telah memberikan motivasi dan do’anya.

4. Semua Sahabatku “Semoga perjalanan dan

kebersamaan yang telah kita tempuh selama ini

mampu menjadikan kita lebih bijak dan

dewasa”.

(8)

viii

CURICULUM VITAE

Nama : Mussrifah Nur Saputri

Tempat / Tanggal Lahir : Ngawi, 22 Desember 1990

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Krajan Wetan 01/01 Desa Sine, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Kuniran 01 : LULUS TAHUN 2003

2. SMP N 01 Sine : LULUS TAHUN 2006

3. SMA N 03 Sragen : LULUS TAHUN 2009

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

F. Sistematika Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori ... 7

(10)

x

2. Remaja ... 15

B. Kerangka Teori ... 21

C. Kerangka Konsep ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

C. Populasi, SampeldanTeknikPengambilanSampel ... 22

D. Insturumen Penelitian ... 24

E. Teknik Pengumpulan Data ... 27

F. Variabel Penelitian ... 28

G. Definisi Operasional ... 28

H. Metode Pengolahan Dan Analisis Data ... 29

I. Etika Penelitian ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32

B. Hasil Penelitian ... 33

C. Pembahasan ... 33

D. Keterbatasan Penelitian ... 35

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 36

B. Saran ... 36 DAFTAR PUSTAKA

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

(12)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perubahan-perubahan yang dipengaruhi oleh hormon... 17

Tabel 3.1 Kisi-kisi Kuesioner tentang Seks Sekunder ... 25

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian ... 29

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan studi pendahuluan Lampiran 2. Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 3. Lembar Kuesioner

Lampiran 4. Jawaban Kuesioner

Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas Lampiran 6. Surat Balasan Uji Validitas

Lampiran 7. Data Tabulasi Uji Validitas Lampiran 8. Surat Permohonan Responden Lampiran 9. Informed consent

Lampiran 10. Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran 11. Surat Balasan Ijin Penelitian Lampiran 12. Data Tabulasi Hasil Penelitian

Lampiran 13. Distribusi Frekuensi Tingkat Pemgetahuan Lampiran 14. Jadwal Penelitian

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingginya angka kematian ibu dan anak menjadi salah satu indikator betapa pentingnya mengenalkan pendidikan seks dan kesehatan reproduksi kepada generasi muda. Pengenalan tentang kesehatan reproduksi perlu disikapi oleh para orangtua, di usia berapa mereka mulai menunjukkan sikap ingin tahu dan di waktu kapan mereka bisa diberikan pengetahuan tentang pendidikan dan kesehatan reproduks. Negara kita juga telah menandatangani rencana aksi hasil Konferensi Dunia untuk Kependudukan dan Pembangunan, yang mengharapkan 90 persen dari jumlah remaja di akhir tahun 2015 harus mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi (Pardede, 2011).

Remaja merupakan suatu masa kehidupan individu dimana terjadi eksplorasi psikologis untuk menentukan identitas diri. Pada masa transisi dari masa anak-anak ke masa remaja, induvidu mulai mengembangkan ciri-ciri abstrak serta konsep diri menjadi lebih berbeda (Kusmiran, 2012).

(15)

2

Dalam ilmu kedokteran dan ilmu-ilmu lain yang terkait remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, dimana alat-alat kelamin menusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alat-alat kelamin khusunya dan keadaan tubuh pada umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna dan alat-alat kelamin tersebut sudah berfungsi secara sempurna (Sarwono, 2011).

Pada masa remaja terjadilah suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan. Dan perubahan ini umumnya membingungkan remaja yang mengalaminya oleh karena itu para ahli dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tertsebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat sedemikian rupa sehingga kelak remaja tersebut menjadi manusia dewasa yang sehat secara jasmani. Rohani dan sosial (Widyastuti dkk, 2009).

(16)

3

Studi pendahuluan yang telah dilakukan penulis pada bulan Februari 2012 di SMP Negri 1 Sine Ngawi, melalui wawancara dengan siswi tentang seks sekunder secara umum, bersama siswi putri SMP dengan jumlah 40 orang, yaitu kelas VII A dan kelas VII B dan didapatkan hasil dengan kategori berpengetahuan kurang sebayak 18 orang, kategori berpengetahuan cukup 14 orang, dan kategori berpengetahuan baik 8 orang.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang Seks Sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis ingin meneliti “Bagaimana Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder

kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi?”. C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP Negri 1 Sine.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP N 1 Sine Ngawi pada tingkat pengetahuan baik.

(17)

4

c. Mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP N 1 Sine Ngawi pada tingkat pengetahuan kurang.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan

Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan atau menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya tentang seks sekunder.

2. Bagi diri sendiri

Dapat menambah wawasan keilmuan yang diperoleh dari perkuliahan dan menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian khususnya tentang seks sekunder.

3. Bagi Institus

a. Bagi SMP Negeri 1 Sine Ngawi

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di SMP Negeri 1 Sine Ngawi dengan cara memberikan materi seks sekunder.

b. Bagi Pendidikan

Memberi masukan atau sebagai bahan bacaan dan referensi tentang seks sekunder.

E. Keaslian Penelitian

(18)

5

1. Linda Chiuman (2008) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Masa Pubertas tentang Seks Sekunder di SMP Bina Bakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah”. Penelitian

menggunakan desain deskriptif. Populasi adalah semua siswi SMP Bina Bakti Banjar Kerta Rahayu Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah, dan besar sampel sebanya 89 responden, dengan teknik pengambilan sampel yaitu Total Sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan responden tentang seks sekunder dengan kategori baik sebanyak 56,18%, kategori cukup sebanyak 29,21%, sedangkan kategori kurang sebanyak 12,36%, dan untuk kategori tidak baik sebanayak 2,25%.

2. Isti Rahayu (2010) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Perubahan Fisik Pubertas Di SMP N 2 Limpung Kabupaten Batang”.

Penelitian dengan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di lakukan di SMP N 2 Limpung Kabupaten Batang dengan sample seluruh siswa dengan jumlah 52 responden pengambilan sample yang digunakan yaitu teknik Total Sampling. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan responden tentang perubahan fisik pubertas dengan kategori kurang sebanyak 38,5%, sedangkan untuk kategori cukup sebanyak 34,6%, dan untuk kategori baik sebanyak 26,9%.

Perbedaan dengan penelitian ini adalah teknik pengambilan sample, jumlah sample, lokasi, waktu, dan hasil penelitian.

(19)

6

F. Sistematika Penulisan

BAB I. PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisikan tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, keaslian penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II. TUJUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan teori-teori dari masalah yang akan diteliti, kerangka teoritis, dan kerangka konsep.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini tentang jenis dan rancangan penelitian lokasi penelitian, populasi dan sampel, alat penelitian, pengumpulan data, jalannya penelitian, variable penelitian, definisi operasional, teknik pengolahan data, analisa data.

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran lokasi penelitian, hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian dan keterbatasan penelitian.

BAB V. PENUTUP

Dalam bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari penelitian dan saran.

(20)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan

a. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manuasia terhadap

suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior) (Notoatmodjo, 2010).

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoadmojo (2010) ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

1) Cara Coba-Salah (Trial and Error)

(21)

8

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode coba salah coba-coba.

2) Cara Kekuasaan atau Otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya, dengan kata lain pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa yang dikemukannya ádalah benar.

3) Berdasarkan Pengalaman Pribadi

(22)

9

4) Melalui Jalan Pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi.

5) Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut “metode

penelitian ilmiah”, atau lebih popular disebut metodelogi penelitian (research methodology).

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Bobak (2004), umur mempengaruhi pengetahuan. Selain berpengaruh pada umur, pengetahuan seseorang berpengaruh juga pada :

1) Pengalaman

(23)

10

2) Pendidikan

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.

3) Kepercayaan

Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali mendapatkan informasi yang sama.

d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Azwar (2007):

1) Faktor Internal a) Pendidikan

(24)

11

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat, pendidikan meliputi pembelajaran keahlian khusus dan juga sesuatu yang tidak dilihat tetapi lebih mendalam yaitu pemberian pengetahuan, pertimbangan dan kebijaksanaan.

b) Minat

Suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu, minat merupakan kekuatan diri dalam diri sendiri untuk menambah pengetahuan.

c) Intelegensi

Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan intelegensi dimana seseorang dapat bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam pengambilan keputusan, seseorang yang mempunyai intelegensi yang rendah akan bertingkah laku lambat dalam mengambil keputusan.

2) Faktor Eksternal a) Media Massa

Dengan majunya teknologi akan tersedia pula bermacam-macam media massa yang dapat pula mempengaruhi pengetahuan masyarakat

.

(25)

12

Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang.

c) Sosial Budaya

Sosial budaya adalah hal-hal yang komplek yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan-kemampuan serta kebiasaan berevolusi dimuka bumi ini sehingga hasil karya, karsa dan cipta dan masyarakat. Masyarakat kurang menyadari bahwa kurang mengetahui beberapa tradisi dan sosial budaya yang bertentangan dari segi kesehatan yang dimana hal ini tentunya berkaitan atau tidak terlepas dari suatu pendidikan.

d) Lingkungan

Lingkungan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pengetahuan seseorang.

e) Penyuluhan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat juga dapat melalui metode penyuluhan dan pengetahuan bertambah seseorang akan berubah perilakunya.

f) Informasi

(26)

13

menggugah kesadaran seseorang terhadap suatu motivasi yang berpengaruh terhadap pengetahuan.

e. Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Menurut Notoadmojo (2010), dalam domain kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berintraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain-lain) yang berjenjang sebagai berikut :

1) Tahu (Knowledge)

Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal-hal atau keterangan yang pernah berhasil di himpun atau dikenali (recall of facts).

2) Memahami (Comprehension)

Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karena sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengeksplorasikan.

3) Menerapkan (Aplication)

(27)

14

4) Analisa (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur-unsur atau komponen-komponen yang berhubungan antara yang satu dengan lainnya dalam suatu bentuk susunan berarti.

5) Sintesis (Syntesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian-bagian atau unsur-unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal-hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya (Notoatmodjo, 2010).

f. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Ari kunto (2006) tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dibagi menjadi 3 tingkat:

(28)

15

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran 2012).

Remaja dalam bahasa Latin adalah adolescence, yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Istilah

adolescence sesungguhnya mempunyai arti yang luas, mencakup

kematangan mental, emosional, social, dan fisik. Pandangan ini didukung oleh Piaget (Hurlock, 1991) yang mangatakan bahwa secara psikologis remaja adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Memasuki masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek afektif, lebih atau kurang dari usia pubertas (Icha, 2010).

Remaja ditinjau dari tiga sudut pandang yaitu :

1) Secara kronologis, remaja dalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun.

(29)

16

3) Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan-perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, di antara masa anak-anak menuju masa dewasa (Kusmiran 2012).

b. Masa Remaja dibedakan dalam tiga golongan yaitu: 1) Masa remaja awal : 11-14 tahun

2) Masa remaja tengah : 15-17 tahun

3) Masa remaja akhir : 18-21 tahun (Kusmiran, 2012). c. Perubahan pada masa remaja awal

Masa remaja awal adalah masa dimulainya berbagai perubahan baik biologis, psikologis, maupun psikososial. Perubahan biologis meliputi perubahan kelamin primer dan sekunder disebut juga perubahan fisik (Kusmiran, 2012).

1) Perubahan kelamin primer

Perubahan kelamin primer dimulai dengan berfungsinnya organ-organ genetalia yang ada. Perubahan ini pada laki-laki ditandai dengan mulai keluarnya air mani (sperma) saat mimpi basah. Sedangkan pada perempuan ditandai dengan menarch atau haid pertama kali (Soetjiningsih, 2007).

(30)

17

faktor iklim, cara hidup, dan millieu atau lingkungan yang melingkupi anak (Zein, 2005).

2) Perubahan kelamin sekunder

Sejak dari usia remaja kita langsung bisa membedakan pria dan wanita. Pada pria ditandai dengan adanya perubahan pertumbuh kumis, suaranya yang berat, tumbuhnya jakun pada leher, otot yang kuat, Sedankan pada wanita ditandai dengan perubahan panggul yang membesar, payudara yang membesar, suara yang lembut (Sarwono 2011).

Tabel.2.1.Perubahan-perubahan yang di pengarihi oleh hormon

Jenis perubahan Perempuan Laki-laki

Hormon Estrogen dan Progesteron Testosteron

Tanda Menstruasi Mimpi basah

Perubahan fisik 1. Perubahan tinggi badan. 2. Tumbuh rambut di sekitar

alat kelamin dan ketiak. 3. Kulit menjadi lebih halis. 4. Suara menjadi lebih halus

dan tinggi. 5. Panggul semakin

membesar.

6. Paha semakin membulat. 7. Mengalami menstruasi.

1. Tumbuh rambut di sekitar dada, kaki, tangan, dada, ketiak dan wajah.

2. Suara bariton atau bertambah besar 3. Bada lebih berotot

terutama bahu dan dada. 4. Buah zakar menjadi lebih

besar dan biala terangsang mengeluarkan seperma. 5. Mengalami mimpi basah. (Sumber: Kusmiran, 2012)

d. Kondisi yang mempengaruhi perkembangan fisik remaja 1) Sistem endokrin

(31)

18

menjadi kecil seperti orang kerdil. Sedangkan yang kelebihan hormon pertumbuhan akan tumbuh menjadi terlalu besar.

2) Pengaruh keluarga

Faktor keluarga ini meliputi faktor keturunan maupun lingkungan. Karena faktor keturunan, seorang anak dapat menjadi lebih tinggi dari anak lainnya.

3) Pengaruh Gizi

Anak-anak yang memperoleh gizi cukup biasanya akan lebih tinggi tubuhnya.

4) Gangguan emosional

Anak yang terlalu sering mengalami gangguan emosional akan menyebabkan terbentuknya steroid adrenal yang berlebihan, dan ini akan membawa akibat berkurangnya pembentukan hormon pertumbuhan di kelenjar pituitari. Bila terjadi hal demikian, pertumbuhan awal remajanya terhambat dan tidak tercapai berat tubuh yang seharusnya.

5) Jenis kelamin

(32)

19

6) Status sosial ekonomi

Anak-anak yang berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah, cenderung lebih kecil dari pada anak yang berasal dari keluarga yang status sosial ekonominya tinggi.

7) Kesehatan

Anak-anak yang sehat dan jarang sakit, biasanya akan memiliki tubuh yang lebih berat daripada anak yang sering sakit (Jurnadi, 2009).

e. Remaja Putri Menghadapi Menstruasi

Remaja putri menghadapi menstruasi menurut Deni (2011), yaitu: Pada umumnya remaja putrid mengalami menstruasi pada usia 11-13 tahun, namun periode awalnya dapat berlangsung sejak mereka berusia 9 tahun.Biasanya dapat memprediksi periode awal menstruasi seorang gadis remaja dengan melihat perkembangan payudaranya. Ketika payudara mulai berkembang kira-kira dua tahun kemudian mereka akan mengalami periode menstruasi pertama.

(33)

20

(34)

21

B. Kerangka Teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

(Sumber : Kusmiran, 2012; Notoatmodjo, 2010)

C. Kerangka Konsep

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

(35)

22 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode diskriptif kuantitatif. Menurut Notoatmodjo (2010), diskriptif kuantitatif yaitu dimana bertujuan untuk melihat gambaran atau fenomena yang terjadi dalam suatu populasi tertentu yang pada umumnya digunakan untuk membuat penilaian terhadap suatu kondisi yang dihadapi sekarang ini.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi adalah suatu teoris yang dikaitkan dengan tata aturan suatu tempat yang akan digunakan untuk melakukan suatu kegiatan atau pristiwa (Depdiknas, 2008). Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP N 1 Sine Ngawi.

2. Waktu Penelitian

Waktu adalah seluruh rangkaian saat ketika proses perubahan atau keadaan berada atau berlangsung (Depdiknas, 2008). Penelitian ini akan dilaksanakan mulai bulan 15 Juni 2012.

C. Populasi, Sampel dan teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Penelitian

(36)

23

kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulannya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswi kelas VII SMP N 1 Sine Ngawi denagan jumlah 121 orang.

2. Sampel Penelitian

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karateristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah siswi yang memenuhi kriteria inklusi di SMP N 1 Sine Ngawi.

Kriteria inklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian dapat mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat, 2007). Kriteria inklusi penelitian ini:

a. Siswi putri kelas VII SMPN 1 Sine Ngawi. b. Bersedia menjadi responden.

c. Hadir pada saat penelitian berlangsung. d. Umur 11-14 tahun.

(37)

24

Menurut Notoatmojo (2010) besar sampel jika ukuran populasinya > 1000, sampel sekitar 10% sudah cukup jika populasi < 1000, maka penentuan sempel dengan rumus:

)

n = Besarnya ukuran sample

d = Tingkat signifikasi yang digunakan (5%) maka besarnya sampel sebagai berikut:

93

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan cara simple random sampling. Menurut Notoatmodjo (2010), yaitu pengambilan sampel secara acak sederhana yaitu setiap anggota atau unit dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk diseleksi sebagai sampel.

D. Instrumen Penelitian

(38)

25

Untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder, kuisioner yang digunakan adalah kuisioner tertutup dimana sudah terdapat jawab benar dan salah dengan memberi tanda centang (ü) pada jawaban yang dianggap benar dan pada pertanyaan positif (favorable) jika menjawab benar mendapat nilai 1 dan yang menjawab salah mendapat nilai 0. Sedangkan pada pertanyaan negatif (unfavorable) yang menjawab salah mendapat nilai 1 dan yang menjawab benar mendapat nilai 0. Dimana kisi-kisi kuesioner dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel.3.1. Kisi-kisi kuesioner Variabel

penelitian Indikator Favorable Unfavorable Jumlah Tingkat 2. Perubahan fisik pada

remaja tentang seks

Untuk mengetahui kuesioner untuk penelitian ini berkualitas, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas dengan karakteristik sejenis di luar lokasi penelitian.

1. Uji validitas

(39)

26

mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas dengan menggunakan tehnik korelasi pearson product moment dengan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

r : Koefisien korelasi N : Jumlah sampel X : Skor pertanyaan Y : Skor total

Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel (Riwidikdo, 2009).

Untuk mengetahui apakah harga korelasi valid, maka angka korelasi harus dibandingkan dengan angka kritik tabel (Arikunto, 2006). Dengan bantuan komputerisasi, yaitu dengan program SPSS for Windows. Maka dikatakan butir soal valid dengan taraf signifikansi 5%. Uji validitas telah di ujikan di SMP N 2 Sine dengan jumlah siswi yang diujikan adalah 30 siswi dan dari 35 soal hasilnya 30 soal dinyatakan valid, item yang tidak valid no. 2, 7, 9, 15, 25 dan tidak digunakan.

2. Uji Reliabilitas

(40)

27

menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.

Untuk menguji reliabilitas instrumen, peneliti menggunakan Alpha Chronbach dengan bantuan program komputer SPSS for Windows.

Rumus Alpha Chronbach adalah sebagai berikut:

Keterangan:

= Reliabilitas Instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = Jumlah varian butir

= Varian total

Uji coba reliabilitas untuk 30 soal dikatakan reliabel jika memiliki nilai cronbachs alpha minimal 0,7 (Riwidikdo, 2009). Pada penelitian ini hasil uji menunjukkan bahwa nilai alpha 0,885, sehingga instrumen penelitian ini dikatakan reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengukuran data.

E. Teknik Pengumpulan Data

(41)

28

1. Data Primer

Data primer diperoleh secara langsung dari obyek penelitian oleh peneliti (Riwidikdo, 2009), sehingga diperoleh jawaban atas pertanyaan yang disediakan melalui pengisian kuesioner oleh responden tentang seks sekunder.

2. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dari data instansi pendidikan yang digunakan yaitu data semua jumlah sisawa kelas VII.

F. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan remaja putri tentang seks sekunder.

G. Definisi Operasional

(42)

29

Tabel.3.2.Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Parameter dan

Kategori Alat Ukur Skala Kategori Pengetah

Kuesioner Ordinal a. baik, bila 76-100%

H. Metode Pengolahan dan Analisa Data 1. Metode Pengolahan Data

Dalam pengolahan data dan langkah-langkah yang akan dilakukan diantaranya

a) Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

(43)

30

b) Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik pada data

yang terdiri atas beberapa kategori (Hidayat, 2007). Untuk memudahkan dalam proses pembacaan yaitu : Kode o jawaban salah, kode 1 jawaban benar.

c) Entry

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini dilakukan entri dengan cara memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam master tabel atau data base untuk mempermudah penghitungan.

d) Cleansing (Pembersihan data)

Data yang telah di entry diperiksa kelengkapan dan kebenarannya (Hidayat, 2007). Pada penelitian ini dilakukan Cleansing untuk pengecekan kembali pada hasil yang sudah di dapat dari hasil penelitian.

2. Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan analisa univariat yaitu menganalisa terhadap tiap variabel dari hasil tiap penelitian untuk menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010).

(44)

31

Sedangkan rumus presentase untuk mengetahui jumlah remaja putri tentang seks sekunder menurut tingkat pengetahuan.

%

Dalam penelitian ini mendapat rekomendasi dari pihak Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta setelah disetujui oleh pembimbing I dan pembimbing II selaku pembimbing penelitian, kemudian permintaan secara tertulis ke Forum Pendidikan. Kemudian penelitian akan dilakukan dengan memperhatikan masalah etika antara lain sebagai berikut : 1. Lembar persetujuan menjadi responden (Informed consent) saat

pengambilan sampel terlebih dahulu peneliti meminta izin kepada responden secara lisan atas kesediaannya menjadi responden.

2. Anonymity (tanpa nama)

Pada lembar persetujuan maupun lembar pertanyaan wawancara tidak akan menuliskan nama responden tetapi hanya dengan memberi simbol saja.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

(45)

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sine Ngawi yang beralamat Jl. Raya Sine No.1 Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, yang di pimpin oleh Drs. Hadi Suharto, M.S, dimana terdiri dari 44 orang guru,6 orang TU, dan 4 orang pesuruh. SMP Negeri 1 Sine Ngawi terdiri dari kelas VII, VIII, IX sebanyak 24 ruangan.

(46)

33

B. Hasil Penelitian

Peneiltian yang telah lakukan dengan mengambil judul “Gambaran

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi” terhadap 93 responden yaitu siswi kelas kelas VII di

SMP Negeri 1 Sine Ngawi. Gambaran tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi

Gambaran Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi

No Pengetahuan Jumlah Persentase

(%)

Sumber: Data Primer, 2012

Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 22 responden (23,6%), pengetahuan cukup

sebanyak 58 responden (62,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 13 responden (14%). Jadi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks

sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi dapat dikategorikan pengetahuan cukup yaitu sebanyak 58 responden (62,4%).

C. Pembahasan

(47)

34

cukup sebanyak 58 responden (62,4%) dan pengetahuan kurang sebanyak 13 responden (14%).

Hasil penelitian menunjukkan responden dengan pengetahuan baik hampir secara keseluruhan sudah mengerti tentang seks sekunder, sedangkan untuk yang berpengetahuan cukup dan kurang masih kurang memahami tentang seks sekunder.

Menurut Notoadmodjo (2010), Pengetahuan merupakan hasil “tahu” pengindraan manuasia terhadap suatu obyek tertentu. Proses pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan melalui kulit. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).

Menurut Kusmiran (2012), masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab. Perubahan fisik pada remaja tentang seks sekunder Perubahan tinggi badan, Tumbuh rambut di sekitar alat kelamin dan ketiak, Kulit menjadi lebih halus, Suara menjadi lebih halus dan tinggi, Panggul semakin membesar, Paha semakin membulat, Mengalami menstruasi.

(48)

35

payudaranya. Ketika Payudara mulai berkembang atau telah terlihat tonjolan kecil pada dada mereka, kira-kira dua tahun kemudian mereka akan mengalami periode menstruasi pertama. Pembicaraan mengenai menstruasi, remaja membutuhkan informasi yang jujur dari orang dewasa yang ia kenal dan percayai, biasanya ibunya (Deni, 2011).

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa munculnya beraneka ragam teknologi melalui media masa dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Pengalaman dari diri sendiri maupun orang lain yang meninggalkan kesan paling dalam akan menambah pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang dipenuhi intelegensi adalah pengetahuan dimana seseorang dapat bertindak secara tepat, cepat dan mudah dalam mengambil keputusan, seseorang yang mempunyai intelegensi yang rendah akan bertingkah laki lambat dalam mengambil keputusan.

D. Keterbatasan Penelitian

Kelemahan dalam melakukan penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu:

1. Variabel penelitian ini merupakan variabel tunggal, sehingga hasil penelitian terbatas pada tingkat pengetahuan siswi tentang seks sekunder dan faktor-faktor yang mempengaruhi yang tidak diteliti. Penelitian ini akan berbeda hasil jika faktor yang mempengaruhi diteliti.

(49)

36 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Peneiltian yang telah lakukan dengan mengambil judul “Gambaran

Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi. Sehingga dapat diambil kesimpulan yaitu :

1. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi pengetahuan baik sebanyak 22 responden (23,6%).

2. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi pengetahuan cukup sebanyak 58 responden (62,4%).

3. Tingkat Pengetahuan Remaja Putri tentang seks sekunder kelas VII di SMP Negeri 1 Sine Ngawi pengetahuan kurang sebanyak 13 responden (14%).

B. Saran

1. Bagi Peneliti

(50)

37

variabel yang berbeda sebagai pembanding penelitian serta memperluas ruang lingkup penelitian.

2. Bagi Institusi

a. Bagi SMP Negeri 1 Sine Ngawi

Sebaiknya diberiksn penyuluhan khususnya tentang seks sekunder, dengan melakukan kerja sama dengan tenaga kesehatan setempat. b. Bagi Pendidikan

Disarankan hasil penelitian ini dapat dipublikasian dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi.

3. Bagi Remaja

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Aktivitas Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP adalah kegiatan yang diprogramkan untuk meningkatkan profesional guru-guru Pendidikan Agama Islam yang tergabung dalam organisasi

Hasil penelitian menunjukkan penggandaan skala produksi bioetanol dengan kapasitas bioreaktor 200 l, menghasilkan volume kerja 65% atau 130 liter dengan tinggi cairan fermentasi

Ditinjau dari segi bentuk bangunan; konfigurasi horizontal 9,4% kurang sesuai yaitu pemisahan sistem srtuktur untuk bangunan memanjang serta denah tidak beraturan,

Sistem informasi ini merupakan suatu program perangkat lunak yang dibuat oleh penulis untuk mempermudah proses pendaftaran beasiswa bagi siswa yang ingin mendaftarkan dirinya

Berlatarbelakangkan fenomena peng-agenda-an isu Cagub dalam Pilgub Sulsel 2018 pada TRIBUN- TIMUR.COM edisi Rabu, 23 Maret 2016, penelitian ini mempertanyakan

Significant differences on obstacles among firms that are in different stages of life cycle are found, which firms in maturity and stability stage tend to experience

Dari brosur yang sudah ada masih belum bisa menampilkan informasi yang berupa video maupun audio sehingga, dengan memanfaatkan teknologi augmented reality yang akan

Besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan perubahan frekuensi dan nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin besar nilai induktor,