• Tidak ada hasil yang ditemukan

kebebasan beragama dalam UUD 1945 dan Pi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "kebebasan beragama dalam UUD 1945 dan Pi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Berbeda dengan Mekkah yang hanya terdiri dari orang Arab yang beragama pagan, yatsrib terdiri dari Yahudi dan Arab dengan agama yahudi, kristen, pagan dan muslim. Menghadapi masyarakat yang heterogen ini, nabi membuat konstitusi yang menjamin hak-hak seluruh penduduk madinah tanpa terkecuali, konstitusi ini bernama piagam madinah.

Konstitusi tersebut berisi 47 pasal yang berisi pengaturan kehidupan masyarakat madinah termasuk juga masalah kebebasan beragama. Meskipun nabi Muhammad adalah seorang rasul yang tugas utamanya adalah menyampaikan wahyu dan mengajak orang untuk memeluk islam, namun nabi tidak memaksakan islam sebagai agama yang harus dianut oleh rakyat madinah. Nabi membebaskan kaum yahudi melaksanakan adat dan agama mereka.

Ada berbagai kemiripan antara piagam madinah dengan UUD 1945, baik dari segi isi maupun kondisi masyarakat yang diatur oleh kedua konstitusi tersebut. Membaca dan memahami isi piagam madinah yang begitu toleran terhadap penganut agama lain, maka patut kiranya kita memberikan tanda tanya besar terhadap alasan sebagian golongan umat islam yang melakukan berbagai bentuk teror kepada agama lain.

(2)

Pembahasan

Sebelum membahas mengenai isi piagam madinah, kiranya penting untuk mengkaji terlebih dahulu kondisi Madinah sendiri sebelum kedatangan Nabi dan kaum Muhajirin. Yatsrib terdiri dari bangsa Arab dan Yahudi yang terbagi kedalam beberapa suku. Suku-suku terkemuka dari golongan Arab adalah Aus dan Khazraj yang bermigrasi dari Arabia Selatan, disamping suku-suku Arab lain yang lebih dulu menetap di Yatsrib. Sedangkan suku yang terkemuka dari golongan Yahudi adalah Banu Quraidzah, banu Nadhir, banu Tsa’labah, dan banu Hadh1.

Tidak ada sejarah yang akurat mengenai sejak kapan kaum Yahudi menempati Madinah, namun seorang peneliti yang bernama Guillame mengatakan kalau mereka telah mempertahankan koloni-koloni mereka sebagai suatu komunal yang terorganisir beberapa abad lamanya di Yaman, dari Yaman mereka pindah ke Palestina. Ketika orang-orang Roma yang beragama Masehi menaklukkan Pelestina, orang-orang Yahudi ditindas dan diusir dari kota itu, sebagian dari mereka kemudian pergi ke Hijaz. Kaisar Romawi pada waktu itu yang bernama Hadrian kemudian menjadikan daerah itu sebagai jajahan Romawi. Orang-orang Yahudi dilarang memasuki atau bertempat tinggal di dalamnya. Setelah berjalanya waktu, imigran Yahudi semakin memperkuat posisinya, bahkan mereka pernah mengontrol politik di yatsrib. Tapi pada awal abad ke enam masehi orang-orang arab berhasil melepaskan diri dari ketergantungan mereka kepada kaum Yahudi. Situasi ini terjadi ketika orang-orang masehi di Syam yang berada dibawah pengaruh Romawi Timur Byzantium sangat membenci orang-orang Yahudi, dalam serbuan itu banyak dari kalangan Yahudi yang terbunuh2.

Namun ketika menjelang kedatangan Islam, Yahudi kembali mendominasi perekonomian di Hijaz. Keunggulan mereka disebabkan oleh keunggulan dibidang

1 J. Suyuthi Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Ditinjau Dari

Pandangan Al Qur’an, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 29

(3)

pertanian, irigasi dan industri, mereka menjadi tuan tanah dan pengendali keuangan dan perdagangan di Madinah. Karena kekayaan dan kekuatan Yahudi tersebut, orang Arab yang terdiri dari Aus dan Khazraj merasa iri sebab Yahudi bisa memberikan pinjaman dan kredit, menjual barang peralatan dan senjata, keadaan yang seperti ini membuat kebanyakan orang Arab terjepit hutang.

Kegemilangan perekonomian Yahudi dan keterpurukan Arab di Madinah juga tidak terlepas dari kesalahan orang Arab sendiri yang saling bermusuhan antara Aus dan Khazraj. Permusuhan antara kedua suku ini turut dicampur tangani oleh Yahudi, mereka (Yahudi) sengaja memprovakasi dan mengadu domba kedua suku terbesar di Madinah tersebut, dimana puncak dari adu domba tersebut terjadi ketika Aus dan Khazraj berseteru dalam perang Bu’ats3. Setelah peperangan tersebut, antara Aus dan

Khazraj bersepakat melakukan perdamaian, pada nantinya beberapa orang dari golongan ini sama-sama melakukan bai’at aqabah kepada nabi.

Ketika musim haji pada tahun 621 M, 10 orang laki dari khazraj dan 2 laki-laki dari Aus bertemu dengan nabi di Aqabah, mereka menyatakan diri masuk islam, mereka juga melakukan bai’at kepada nabi, dalam bai’at ini mereka mengakui kerasulan Muhammad dan berjanji kepada beliau bahwa mereka tidak akan menyembah selain kepada Allah dan tidak menyekutuka-Nya, tidak akan mencuri, berzina dan berbohong, dan juga tidak akan mengkhianati nabi. Saat rombongan tersebut kembali ke Yatsrib, nabi menunjuk Mus’ab bin ‘Umair menyertai mereka sekaligus mengajarkan Islam, sehingga umat Islam semakin bertambah banyak di Madinah. Pada musim haji berikutnya, datang rombongan sebanyak 73 orang baik yang sudah masuk islam maupun belum, kedatangan mereka untuk mengajak nabi agar berkenan hijrah ke Yatsrib. Pertemuan tersebut juga bertempat di Aqabah, dalam pertemuan tersebut mereka mengakui nabi sebagai pemimpin mereka dan akan menjaga keselamatan beliau serta para pengikutnya. Nabi berjanji bahwa beliau akan

(4)

memerangi siapa saja yang mereka perangi dan akan berdamai dengan siapa saja yang mereka ajak berdamai4.

Konstitusionalisme Piagam Madinah

Gagasan mengenai konsitusi dan pemerintahan yang sesuai dengan konstitusi bukanlah ide yang baru lahir. Dalam Yunani kuno terdapat perkataan politeia dan dalam bahasa latin terdapat constitutio, yang mana dalam kedua kata itulah gagasan menganai konsitutisionalisme diekspresikan oleh umat manusia5. CF. Strong

mendefinisikan konstitusi sebagai suatu kerangka masyarakat politik (negara) yang diorganisir dengan dan melalui hokum; hukum menetapkan adanya lembaga-lembaga permanen denangan fungsi yang telah diakui dan hak-hak yang telah ditetapkan. Sedangkan Negara konsitusional ia definisikan sebagai Negara yang memiliki kekuasaan untuk memerintah, hak-hak pihak yang diperintah (rakyat) dan hubungan diantara keduanya6. Ketika mendefiniskan konstitusi, KC. Wheare langsung membagi

pengertian konsitusi kedalam dua macam, pertama kontitusi adalah kata yang digunakan untuk menggambarkan seluruh system ketatanegaraan suatu Negara, kumpulan berbagai peraturan yang membentuk dan mengatur atau mengarahkan pemerintahan, yang mana peraturan tersebut ada yang bersifat legal dan non legal. Kedua, konstitusi adalah kumpulan peraturan yang biasanya dihimpun dalam satu dokumen atau dalam beberapa dokumen, dokumen tersebut merupakan hasil seleksi dari peraturan-peraturan hokum yang mengatur pemerintahan Negara tersebut dan telah dihimpun dalam sebuah dokumen7.

Beberapa ilmuan memberikan nama yang berbeda-beda terhadap naskah (piagam) madinah, mereka yang menyebutnya perjanjian karena nabi membuat perjanjian persahabatan antara muhajirin dan anshar sebagai komunitas islam disatu

4 Ibid., hlm. 52

5 Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, (Jakrta: Konpress, 2006), hlm. 1 6 CF Strong, Modern Political Constitutions, alih bahasa Derta Sri Widowatie, (Bandung: Nusa

Media, 2008) hlm. 21-22

(5)

pihak serta antara kaum muslimin dan yahudi sekaligus sekutu-sekutunya di pihak lain agar mereka terhindar dari pertentangan antara suku serta bersama-sama mempertahankan keamanan kota Madinah dari serangan musuh untuk hidup berdampingan secara damai. Dinamakan sebagai piagam karena isi naskah ini mengakui hak-hak kebebasan beragama dan berkeyakinan, kebebasan berpendapat dan kehendak umum warga madinah suapya keadilan terwujud dalam kehidupan mereka, mengatur kewajiban-kewajiban kemasyarakatan semua golongan, menetapkann pembentukan persatuan dan kesatuan warga dan prinsip-prinsipnya untuk menghapuskan tradisi kesukuan yang tidak baik. Sedangkan dinamakan sebagai konstitusi karena di dalamnya terdapat prinsip-prinsip untuk mengatur kepentingan umum dan dasar-dasar social politik yang bekerja untuk membentuk suatu masyarakat dan pemerintahan sebagai wadah persatuan penduduk madinah yang majemuk8. Yang pasti piagam madinah bisa disebut sebagai konstitusi karena

konstitusi adalah dokumen yang hanya memuat prinsip-porinsip pemerintahan yang bersifat fundamental, konstitusi hanya mengandung hal-hal yang bersifat pokok, mendasar tau asas-asasnya saja. Karena piagam madinah berisi hal-hal yang mengatur pemerintahan madinah dan piagam tersebut juga mengorganisasikan secara politik penduduk madinah, maka ia layak disebut dengan konsititusi. Sehingga masyarakat Madinah yang kala itu menjalani kehidupan bermasyarakat sesuai dengan isi piagam dapat dikatakn masyarakt yang mengikuti paham konsitusionalisme.

Kebebasan Beragama Dalam Piagam Madinah

Saat hijrah, langakah pertama yang dilakukan oleh nabi adalah membangun masjid, kemudian menciptakan persaudaraan antra muhajirin dan anshar. Memepersaudarakan antara muhajriin dan anshar adalah untuk mengkonsolidasikan umat islam. Sedangkan untuk mengonsolidasikan seluruh penduduk madinah, nabi

(6)

Muhammad membuat piagam/perjanjian tertulis yang isinya menekankan persatuan yang erat antara penduduk madinah, menjamin kebebasan beragama bagi semua golongan, menekankan kerja sama dan persamaan hak dan kewajiban semua golongan dalam kehidupan social politik dalam mewujudkan pertahanan dan perdamaian, serta menetapkan wewenang bagi nabi untuk menengahi dan memutuskan segala perbedaan pendapat dan perselisihan yang timbul diantara mereka9. Menurut saya piagam ini dibuat ketika nabi dan umat islam sudah

mempunyai posisi yang kuat di Madinah, karena tidak mungkin kaum yahudi mau menerima isi perjanjian jika nabi belum mempunyai pengaruh yang kuat..

Sebagaimana yang telah saya paparkan di depan, makalah ini ingin meninjau lebih jauh mengenai kebebasan beragama dalam konstitusi madinah dan UUD 1945. Dalam konstitusi madinah, yang mengatur tentang hal ini terdapat dalam pasal 25, bunyi secara lengkap dari pasal tersebut seperti ini:

مهيلاوممم مهنيد نيلممسمللو مهنيد دوممهيلل نينمممؤملا عممم ةمممأ فوممع ينب دوهي نإو

هتيب لهاو هسفن ا غتوي هننإف مثاو ملظا نم ا مسفناو

10

Kaum yahudi dari bani Auf adalah satu umat dengan mukminin. Bagi kaum yahudi agama mereka dan bagi kaum muslimin agama mereka. Kebebasan ini berlaku bagi sekutu dan diri mereka sendiri, kecuali bagi orang yang dzalim dan jahat. Hal tersebut (dzalim dan jahat) akan merusak diri dan keluarganya.

Meskipun dalam pasal tersebut yang disebutkan adalah bani Auf, tapi hal ini berlaku juga bagi semua golongan yahudi, karena dalam pasal setelahnya disebutkan bahwa kaum yahudi yang lain sama seperti bani auf. Kebebasan beragama ini sejalan dengan firman Allah dalam al Baqarah ayat 256 yang berbunyi

9 Ibid., hlm. 64

10 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: UI Press, 1995),

(7)

















































Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.

Ayat ini diturunkan bersamaan dengan diusirnya bani Nadhir, mereka diusir sesudah bani Qaynuqa’. Piagam madinah sendiri ditetapkan sebelum peristiwa pengusiran tersebut. Pada pasal 20 disebutkan

نمؤم ىلع هنود لوحي و سفن و شيرقل م ررم رييجي هناو

Orang musyrik yatsrib dilarang melindungi harta dan jiwa orang musyrik Quraisy dan tidak boleh campur tangan melawan orang beriman

(8)

karena permusuhanya. Begitu juga dengan segala kelompok Yahudi yang diperangi oleh nabi, bukan disebabkan mereka agama Yahudi namun karena mereka melakukan pengkhianatan.

Orang islam, yahudi dan Kristen masing-masing mempunyai kebebasan yang sama dalam menganut kepercayaan, kebebasan menyatakan pendapat dan kebebasan menjalankan dakwah agama. Dalam suasan kebebasan beragama diadakan dialog dan debat teologis antar pemuka agama dari ketiga agama itu. Yahudi menolak sama sekali ajaran Isa dan nabi Muhammad, mereka menonjolkan bahwa uzair adalah anak Allah, pihak Nasrani mengemukakan paham trinitas dan mengakui Isa adalah anak Tuhan. Nabi Muhammad SAW mengajak untuk mengesakan Allah, kepada kaum Yahudi dan Nasrani beliau mengajak: “marilah kita menerima kalimah yang sama diantara kami dan kalian. Bahwa tidak ada yang kita sembah selain Allah. Kita tidak akan mempersekutuka Nya dengan apa pun. Tidak ada pula diantara kita mempertuhan satu sama lain selain dari Allah”. Pertemuan ketiga agama tersebut tidak membawa ke kesatuan agama. Kaum Yahudi dan Nasrani tetap pada pendirian masing-masing. Nabi Muhammad tidak memaksa mereka untuk mengubah agama mereka, nabi hanya mengajak mereka untuk mengesakan Allah, beliau pun tidak memusuhi dan memerangi mereka karena mereka tidak mau menerima ajakanya11.

Zauhairi Misrawi menuliskan kalau kebebasan beragama yang ditunjukkan oleh nabi dalam piagam madinah pada hakikatnya merupakan implementasi dari wahyu al Qur’an yang secara eksplisit menjunjung tinggi kebebasan beragama, sebagaimana dalam ayat

























































(9)

Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka Barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan Barangsiapa yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Muhammad Thahir bin Asyur dalam al Tahrir wa al Tanwir menegaskan bahwa setelah nabi menjelaskan visi dan misi Islam, maka setelah itu keputusan diserahkan sepenuhnya kepada setiap individu untuk menentukan pilihan antara iman dan kufur. Ibnu Katsir dalam Tafsir al Qur’an al ‘Adzim menyatakan bahwa ayat tersebut merupakan sebuah penegasan dari Allah karena dalam ayat selanjutnya ditegaskan perihal neraka yang disediakan oleh orang-orang yang menebarkan kedzaliman. Dalam surat al Ghasyiyah ayat 21 juga dinyatakan kalau tugas nabi Muhammad hanya sebagai pemberi peringatan dan bukan sebagai pemaksa. Bunyi selengkapnya adalah sebagai berikut









Prinsip kebebasan beragama yang tertuang dalam piagam Madinah mempunyai pijakan yang kuat dalam Qur’an, Madinah semakin dikukuhkan sebagai salah satu pusat peradaban yang diantara ciri-cirinya memberikan tempat bagi kemajemukan serta merajutnya dalam persatuan untuk menjaga kepentingan bersama. Setiap manusia pada dasarnya mempunyai fitrah untuk hidup berkeadilan, berkemajemukan dan berkeadaban. Oleh karenanya diperlukan konsensus yang dituangkan dalam bentuk konstitusi yang menjamin kebebasan setiap individu untuk memeluk keyakinan masing-masing tanpa adanya diskriminasi dan intimidasi12. Pada pasal 24,

37 dan 38 disebutkan kewajiban bersama golongan agama, dalam pasal tersebut

(10)

dinyatakan bahwa golongan muslim dan Yahudi sama-sama menanggung biaya perang melawan pihak yang menyerang Madinah.

Kebebasan Beragama Dalam UUD 1945

Dalam UUD 1945 pasca amandemen, kebebasan beragama diatur dalam pasal 28 E ayat 1 , 28 I ayat 1 , dan ditegaskan dalam pasal 29 ayat 2. Pasal 28 E ayat 1 berbunyi

Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah Negara dan meniggalkanya, serta berhak kembali

Pasal 28 I berbunyi

Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hokum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hokum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun

Pasal 29 ayat 2 berbunyi

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu

(11)

pasal 29 ayat 1 dan 213. Dalam pidatonya tanggal 1 juni 1945, Soekarno

menyampaikan berikut ini14.:

Prinsip ketuhanan. Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan, Tuhanya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang belum bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW. Orang Budha menjalankan ibadatnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. Tetapi marilah kita semuanya bertuhan. Hendaknya Negara indonesaia ialah Negara yang tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhanya dengan cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara kebudayaan, yakni dengan tiada ‘egoisme agama’. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang bertuhan.

Marilah ktia amalkan, dijalankan agama, baik Islam maupun Kristen dengan cara yang berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu?ialah hormat-menghormati satu sama lain. Nabi Muhamamd SAW telah member bukti yang cukup tentang verdraagzaamheid, tentang menghormati agama-agama lain. Nabi Isa pun telah menunjukkan verdraagzaamheid itu. Marilah kita dalam di dalam Indonesia merdeka yang kita susun ini, sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip kelima daripada Negara ktia aialah ketuhanan yang berkebudayaan, ketuhanan yang berbudi pekerti yang luhur, ketuhanan yang hormati menghormati satu sama lain. Hatiku akan berpesta raya jikalau saudara-saudara menyetujui bahwa Negara Indonesia merdeka berazaskan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Di sinilah, dalam pengakuan azas yang kelima inilah, saudara-saudara, segenap agama yang ada di Indonesia sekarang ini akan mendapat tempat yang sebaik-baiknya. Dan Negara kita akan bertuhan pula.

Jika kita membandingkan pidato dari Soekarno diatas dengan isi piagam Madinah, kita akan menemukan nilai-nilai yang serupa. Nilai-nilai tersebut selain dalam hal keterikaitan Negara dengan agama, terutama tentang kebebasan setiap individu untuk memeluk agama dan kepercayaanya masing-masing serta menjalankan ajaran agama yang dianutnya tanpa adanya paksaan dari salah satu golongan tertentu. Dalam pasal 25 piagam madinah, nabi menyatakan kalau Yahudi satu umat dengan

13 Tim penyusun, Naskah komprehensif, buku ke 8, (Jakarta: Sekretarian Jenderal dan Kepaniteraan

Mahkamah Konstitusi, 2010), hlm. 87

14 Muhammad Yamin, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Jilid Pertama,

(12)

mukminin dan bagi kaum yahudi serta sekutu-sekutunya diberikan kebebasan memeluk agama mereka. Pengecualian dalam pasal tersebut adalah bagi mereka yang berbuat dzalim dan jahat, tak pandang bulu apakah ia yahudi ataupun mukmin.

Sila pertama pancasila dan pasal-pasal dalam UUD seperti pasal 29 menjadi dasar yuridis-konstitusional keterkaitan antara agama dan Negara, kedudukan yang seperti ini sejalan dengan konstitusi Madinah yang menempatkan agama dan Negara sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Negara pancasila bukanlah nagara yang berdasarkan pada satu agama, tapi juga bukan Negara sekular yang memisahkan agama dan Negara. Dalam Negara pancasila tersebut, Negara tidak identik dengan agam tertentu, tetapi Negara tidak melepaskan agama dari urusan Negara. Negara bertanggung jawab atas eksistensi agama, kehidupan beragama dan kerukunan hidup beragama15. Salah satu wujud perhatian Negara dengan Negara adalah dibentuknya

Departemen Agama16 yang mengatur bukan hanya satu agama, tapi lima agama;

Islam, Protestan, Katolik, Hindu dan Budha. Dalam rangka kerukunan internal dan eksternal umat beragama, selain dibentuk dan dimantapkan oranisasi masing-masing agama, dibentuk pula forum konsultasi dan komunikasi antara pemimpin agama dan antara pemimpin agama dengan pemerintah yang ditetapkan dengna keputusan Menteri No 35 th 1980. Organisasi untuk tingkat pusat, bagi agama Islam adalah Majelsi Ulama Indonesia (MUI), untuk umat katolik bernama Majelis Agung Wali Gereja Indonesia (MAWI), untuk umat protestan bernama Dewan Gereja-Gereja Indoensia (DGI), untuk umat Hindu terdapat Prisade Hindu Dharma Pusat (PHDP) dan untuk umat Budha bernama Perwalian Umat Budha Indoensia (WALUBI)17.

15 Ahmad Sukardja, op. cit. hlm. 146

16 Gagasan ke arah terbentuknya Departemen Agama dikemukakakan oleh para pemimpin Islam

yang duduk dalam BPUPKI setelah kemerdekaan dicapai. Gagasan itu mereka perjuangkan melalui BPKNIP agar di Indonesia urusan agama ditangani secara khusus oleh suatu departemen. Keberhasilan usaha ini adalah dengan dikeluarkanya PP No 1/SD th 1946 tentang pendirian Departemen Agama.

(13)

Penutup

(14)

Piagam Madinah dan UUD 1945 sama-sama memuat ketentuan tentang dasar kerukunan hidup beragama. Dalam piagam madinah, yang secara eksplisit menyangkut hal ini terdapat dalam pasal 25, dan pasal-pasal lainya seperti 24, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 34, 35, 37, 38, 40, 44 dan 48 semakin memperjelas persamaan hak dan kewajiban diantara penduduk Madinah, baik Mu’min maupun Yahudi. Sedangkan dalam UUD 1945, kebebasan beragama tercantum dalam pasal 28 E ayat 1, 28 I ayat 1, dan ditegaskan dalam pasal 29 ayat 2 yang merupakan penjabaran dari sila Ketuhanan Yang Maha Esa, persatuan Indonesia dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Oleh karena itu, jika ada pihak-pihak yang mempermasalahkan keragaman agama di Indonesia dan menginginkan diebntuknya khilafah dengan adanya satu agama resmi yaitu Islam, maka mereka perlu bercermin kepada piagam Madinah yang sangat toleran terhadap agama lain. Semua penduduk Masdinah baik yang islam, kristen maupun yahudi merupakan satu umat, yakni umat (penduduk) Madinah, semuanya saling bahu membahu mempertahankan tanah tempat tinggalnya dari gangguan musuh. Perbedaan diatara mereka disatukan dengan piagam Madinah sebagaimana kebhinekaan Indonesia disatukan dengan UUD 1945.

Daftar Pustaka

A. Buku-Buku

(15)

Misrawi, Zuhari, Madinah, Jakarta: Kompas, 2009

Pulungan, J. Suyuthi Prinsip-Prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah Ditinjau Dari Pandangan Al Qur’an, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996

Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: UI Press, 1995

Tim penyusun, Naskah komprehensif, buku ke 8, Jakarta: Sekretarian Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2010

Yamin, Muhammad, Naskah Persiapan Undang-Undang Dasar 1945, Jilid Pertama, Jakarta:1971

Asshiddiqie, Jimly, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakrta: Konpress, 2006

CF. Strong, Modern Political Constitutions, alih bahasa Derta Sri Widowatie, Bandung: Nusa Media, 2008

KC. Wheare, Modern Constitutions, alih bahasa Imam Baehaqie, Nusa Media: 2008

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah adalah melaksanakan penjaminan mutu pendidikan dimana dalam

Ilokusi asertif menjadi jenis tindak tutur yang paling sering digunakan untuk menyatakan sesuatu kepada lawan tutur karena banyaknya pernyataan yang diucapkan siswa

Tingginya kebutuhan masyarakat akan pengelolaan dokumen membuat tinggi pula permintaan akan pemenuhan jasa tersebut, produk Self Service Document Centre Box merupakan

Ketiga ,perusahaan meninjau apakah perusahaan mengembangkan produk baru yang berpotensi diminati oleh pasarnya saat ini dengan strategi pengembangan

Subbagian Tata Usaha pada Fakultas Keperawatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 54 ayat (2) huruf c mempunyai tugas melakukan urusan penyusunan rencana, program, dan

- Siswa menyimak penjelasan guru tentang mengurutkan pecahan dan membandingkan pecahan melalui demonstrasi benda kongkrit yang diperagakan oleh

Penelitian ini merupakan jenis penelitian korelasional antar variabel yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh kepemimpinan Kepala Sekolah

Pada kegiatan ini telah dilakukan desain dan pengembangan sistem magnetic field press, yang merupakan alat kombinasi sistem pencetakan magnet dalam kondisi