• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAJAR KURNIASARI NIM. 12143010 Program Studi: Bimbingan Penyuluhan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "FAJAR KURNIASARI NIM. 12143010 Program Studi: Bimbingan Penyuluhan Islam"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

BIMBINGAN PERKAWINAN TERHADAP PRAJURIT TNI AD DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH

DI KODAM I BUKIT BARISAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

FAJAR KURNIASARI NIM. 12143010

Program Studi: Bimbingan Penyuluhan Islam

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

BIMBINGAN PERKAWINAN TERHADAP PRAJURIT TNI AD DALAM MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH

DI KODAM I BUKIT BARISAN

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas Dan Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar

Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

FAJAR KURNIASARI NIM. 12143010

Program Studi: Bimbingan Penyuluhan Islam

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

Dr. Muhammad Habibi Siregar, M.A Tengku Walisyah, MA

NIP. 19750725 200703 1 001 NIP. 19840601 201101 2 018

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD dalam mewujudkan keluarga sakinah di Kodam I Bukit Barisan, apa hasil yang dicapai dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD Kodam I Bukit Barisan, serta apa saja faktor pendukung dan penghambat terwujudnya keluarga sakinah menurut Rohaniawan Islam di Kodam I Bukit Barisan.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatatif yang berdasarkan riset lapangan

(field research). Teknik pegumpulan data dengan cara observasi,

wawancara/interview, dan dokumentasi. Kemudian analisis data menggunakan teknik triangulasi data dengan metode, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

(4)

Nomor : Istimewa Medan, Juli 2018

Lamp : 7 (Tujuh) Exp. KepadaYth:

Hal : Skripsi Bapak Dekan

An. Fajar Kurniasari Fak.Dakwah dan Komunikasi UIN SU Di-

Medan

AssalamualaikumWr. Wb

Setelah membaca, meneliti dan memberikan saran-saran sepenuhnya untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi mahasiswa an. Fajar Kurniasari yang berjudul:

Bimbingan Perkawinan Terhadap Prajurit TNI AD dalam Mewujudkan

Keluarga Sakinah di Kodam I Bukit Barisan, maka kami berpendapat bahwa skripsi ini sudah dapat diterima untuk memenuhi tugas-tugas dan melengkapi syarat-syarat mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

Mudah-mudahan dalam waktu dekat, saudara tersebut dapat dipanggil untuk mempertanggung jawabkan skripsinya dalam Sidang Munaqasyah Sarjana Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

Demikian untuk dimaklumi dan atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalam,

Pembimbing Skripsi I Pembimbing Skripsi II

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Fajar Kurniasari

Tempat/ TanggalLahir : Kisaran, 1 November 1996

NIM : 12143010

Fak/ Jur : Dakwah dan Komunikasi / Bimbingan Penyuluhan Islam

Alamat : Dusun I Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan B. Data Orang Tua

Ayah : Marianto

Ibu : Sumarni

Pekerjaan Ayah : PNS

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Dusun I Desa Sukadamai Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan C. Jenjang Pendidikan

1. MIS Al-Hidayah Sukadamai : Tahun 2007

2. SMPIT PMDU : Tahun 2011

3. SMAIT PMDU : Tahun 2014

(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Fajar Kurniasari

NIM : 12143010

Fakultas/ Jurusan : Dakwah dan Komunikasi/ BimbinganPenyuluhan Islam

Judul Skripsi : Bimbingan Perkawinan Terhadap Prajurit TNI AD dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah di Kodam I Bukit Barisan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya serahkan ini benar-benar merupakan karya saya sendiri, kecuali kutipan-kutipan dari ringkasan-ringkasan yang semuanya sudah saya jelaskan sumbernya. Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiblakan, maka gelar dan ijazah yang diberikan oleh Universitas batal saya terima.

Medan, Juli 2018

Yang membuat pernyataan

(7)

KATA PENGANTAR melimpahkan rahmat dan taufiqnya kepada penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya. Shalawat dan salam disampaikan kepada Rasulullah SAW, pemimpin agung, pejuang suci yang telah mengorbankan apa saja yang ia miliki demi tegaknya Islam di persada ini. Melalui ajarannya mengantarkan untuk keselamatan dunia dan akhirat.

Untuk melengkapi tugas-tugas dan syarat-syarat dalam mencapai gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan, maka penulis mengajukan skripsi yang berjudul:

BIMBINGAN PERKAWINAN TERHADAP PRAJURIT TNI AD DALAM

MEWUJUDKAN KELUARGA SAKINAH DI KODAM I BUKIT BARISAN.

(8)

Ucapan terima kasih kedua peneliti sampaikan kepada Rektor UIN Sumatera Utara yaitu bapak Prof. Dr. Saidurrahman, M.Ag kemudian kepada Wakil Rektor I bapak Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd, Wakil Rektor II bapak Dr. Ramadan, MA, dan Wakil Rektor III bapak Prof. Dr. Amroeni Dradjat, M.Ag. Kemudian ucapan terima kasih juga kepada Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yaitu bapak Dr. Soiman, MA serta Wakil Dekan I bapak Drs. Efi Brata Madya, M.Si, Wakil Dekan II bapak Drs. Abdurrahman, M.Pd, dan Wakil Dekan III bapak Muhammad Husni Ritonga MA.

Kemudian ucapan terima kasih kepada Ketua Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam yaitu bapak Syawaluddin Nasution, M.Ag, Ibu Elfi Yanti Ritonga, MA selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam, dan Ibu Isna Asniza Elhaq M.Sos selaku Staf jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara.

Secara khusus terima kasih disampaikan kepada Bapak Dr. Muhammad Habibi Siregar, MA dan Ibu Tengku Walisyah, MA sebagai pembimbing I dan pembimbing II yang telah membimbing dan mengarahkan peneliti selama penyusunan skripsi ini dari awal hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Dan tidak lupa peneliti berterima kasih kepada kepala Binrohis Bintaldam I/BB, beserta pihak terkait yang telah banyak memberikan informasi dan ilmu dalam penelitian ini.

(9)

disampaikan kepada pengelola Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sumatera Utara yang telah membantu dalam bidang administrasi sehingga segala proses surat menyurat dapat terlaksana dengan baik.

Selanjutnya ucapan terima kasih kepada pihak perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah banyak membantu dalam hal peminjaman buku-buku berbagai bahan literatur. Kemudian terima kasih disampaikan kepada rekan-rekan mahasiswa, umumnya mahasiswa program studi Bimbingan Penyuluhan Islam angkatan 2014 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terkhusus pada kelas Bimbingan Penyuluhan Islam A stambuk 2014 semoga kita semua sukses dalam mencapai apa yang kita cita-citakan.

Atas keterbatasan kemampuan peneliti dalam penelitian dan penyelesaian skripsi ini, diharapkan kepada pembaca untuk memberikan kritik dan saran sehat demi kesempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya dengan menyerahkan diri kepada Allah Swt, semoga Allah memberikan balasan yang setimpal kepada para pihak yang turut berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini, kiranya hasil penelitian ini mudah-mudahan dapat memberi sumbangsih dalam meningkatkan kualitas Pendidikan di negeri ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Medan, 11 Juli 2018 Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

2. Pengertian Perkawinan dalam Islam ... 12

3. Pengertian dan Tujuan Bimbingan Perkawinan ... 15

4. Latar Belakang Perlunya Bimbingan Perkawinan ... 16

5. Peran, Fungsi dan Tugas TNI AD a. Peran ... 19

b. Fungsi ... 19

c. Tugas TNI AD ... 19

6. Ketentuan Dasar Perkawinan Prajurit TNI ... 20

7. Keluarga Sakinah a. Pengertian Keluarga Sakinah ... 23

b. Prinsip-prinsip Keluarga Sakinah ... 25

(11)

C. Kajian Terdahulu ... 29

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

B. Jenis Penelitian ... 32

C. Sumber Data ... 33

D. Informan Penelitian ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Prosedur Perkawinan Prajurit TNI AD ... B. Bimbingan Perkawinan Terhadap Prajurit TNI AD dalam Mewujudkan

Keluarga Sakinah ... C. Hasil Yang Dicapai dalam Pelaksanaan Bimbingan Perkawinan Terhadap

Prajurit TNI AD ... D. Faktor Pendukung dan Penghambat Terwujudnya Keluarga Sakinah Menurut

Rohaniawan Islam ...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkawinan merupakan sunnatullah, karena semua yang ada di dunia ini diciptakan berpasangan-pasangan. Sebagaimana firman Allah SWT di dalam surah Adz-Dzariyat ayat 47-49:

































Artinya: “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa.Dan bumi itu Kami hamparkan, maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami). Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.”(Q.S Adz-Dzariyat:47-49)1

Perkawinan adalah suatu akad atau perikatan untuk mengahalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagian hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhoi Allah SWT.2Dengan tujuan mencegah dari perbuatan zina, mewujudkan keluarga yang sakinah, yaitu ketentraman jiwa dalam kehidupan berkeluarga, dan

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya, (Bandung: PT. Syaamil Cipta Media, 2006), hlm. 522.

2

(13)

adanya mawaddah dan rahmah yaitu cinta dan kasih sayang yang mengikat semua anggota keluarga satu sama lain.3

Secara biologis manusia membutuhkan tempat untuk penyaluran kebutuhan seksnya, perkawinanlah yang menjadi jalan untuk menghalalkan dalam penyaluran kebutuhannya. Selain itu perkawinan juga untuk menjaga keturunan yang merupakan amanah dari Allah SWT, dengan cara memelihara agama, akal, jiwa, dan harta kekayaan.

Setiap pasangan dalam melaksanakan perkawinan tentulah berharap, berkeinginan ataupun bercita-cita untuk hidup bersama selama-lamanya sampai maut memisahkan. Sebuah rumah tangga yang bahagia, sejahtera, dan dinaungi suasana

sakinah, mawaddah, dan rahmah selalu menjadi dambaan setiap insan. Harapan dan

keinginan tersebut wajar karena memang telah sesuai dengan tujuan perkawinan di dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 yaitu perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4

Namun pada kenyataannya kehidupan rumah tangga tidak selalu tenang dan lancar. Perbedaan prinsip, pandangan, dan rasa curiga sering membuat pasangan mengalami keretakan rumah tangga yang mengakibatkan hubungan antara suami istri

3

Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1995), hlm. 55. 4

(14)

menjadi tidak harmonis lagi, maka dari itu perlu adanya pondasi yang kuat dalam rumah tangga, dukungan dan sikap saling menghargai antara suami dan istri.

Seperti halnya seorang prajurit TNI AD yang merupakan abdi negaramempunyai peran dan tugas yang sangat berat yaitu sebagai alat negara dibidang pertahanan, menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta melindungi segenap bangsa dari ancaman dan gangguan. Peran dan tugas TNI yang berat ini harus ditunjang pula dari faktor keluarga, yaitu kehidupan suami istri yang harmonis sehingga diharapkan dapat membantu konsentrasi anggota TNI dalam melaksanakan tugas.

Untuk itu sangat diperlukan sebelum memasuki kehidupan rumah tangga seorang prajurit dan calon istrinya harus mempunyai pondasi yang kuat agar tetap dapat saling mendukung dan mampu mempertahankan rumah tangganya. Karena tidak sedikit pasangan calon pengantin yang mengalami kekhawatiran tentang apa yang terjadi terjadi dalam perkawinan. Mengingat bahwatugas bela negara harus didahulukan, barulah istri dan keluarganya. Semua istri prajurit mau tidak mau harus selalu siap ditinggal kapan saja untuk bertugas, dan harus siap menerima resiko apapun, bahkan kemungkinan yang paling buruk sekalipun.

(15)

mempunyai bekal kesiapan ilmu pengetahuan terkait dengan perkawinan secara matang, dipahami, serta diamalkan.

Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti mengambil judul penelitian: Bimbingan Perkawinan Terhadap Prajurit TNI AD dalam mewujudkan Keluarga Sakinah di KODAM I Bukit Barisan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD dalam mewujudkan keluarga sakinah di Kodam I Bukit Barisan?

2. Apa hasil yang dicapai dalam pelaksanaanbimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD di Kodam I Bukit Barisan?

3. Apa saja faktor pendukung dan fakor penghambat terwujudnya keluarga sakinah menurut Rohaniawan Islam diKodam I Bukit Barisan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD di Kodam I Bukit Barisan dalam mewujudkan keluarga yang sakinah.

2. Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam pelaksanaan bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD di Kodam I Bukit Barisan.

(16)

D. Batasan Istilah

1. Bimbingan perkawinan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam menjalani perkawinan dan kehidupan rumah tangga bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.5Bimbingan perkawinan yang dimaksud adalah bimbingan pra nikah yang dilakukan oleh Rohaniawan Islam terhadap prajurit TNI AD yang beragama Islam dan calon istrinya di lingkungan KODAM I Bukit Barisan. 2. Prajurit TNI AD (Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat) adalah sebuah

angkatan perang dari Indonesia yang bertugas mempertahankan keamanan negara khususnya keamanan di darat.6 Prajurit TNI AD yang dimaksud disini adalah prajurit TNI AD yang beragama Islam dan berada di lingkungan KODAM I Bukit Barisan.

3. Keluarga sakinah adalah sebuah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan seimbang, harmonis, damai dan diliputi rasa kasih sayang antar anggota keluarga dengan suasana hubungan yang penuh keserasian, selaras, serta mampu menghayati, dan memperdalam nilai-nilai keimanan, terbuka dan saling menghargai.7

4. KODAM I BB (Komando Daerah Militer I Bukit Barisan) di Jl. Gatot Subroto KM.7,5, Cinta Damai, Medan Helvetia, Kota Medan.

5

Bambang Ismaya, Bimbingan dan Konseling Studi, Karier, dan Keluarga, (Bandung: PT Refika Aditama, 2015), hlm. 120.

6

Tni.mil.id, 4 November 2017, 22.12 WIB 7

(17)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat secara teoritis dan praktis: 1. Secara Teoritis:

Penelitian ini diharapkan bisa menambah pengetahuan mengenai prosedur perkawinan anggota TNI AD yaitu mengenai bimbingan yang diberikan kepada anggota TNI AD sebelum menikah oleh Rohaniawan Islam, sehingga bisa dijadikan sebagai bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2. Secara Praktis:

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi prajurit TNI AD serta calon istri/suami mengenai bimbingan perkawinan dalam mewujudkan keluarga sakinah melalui pemahaman dan penerapan tentang hal-hal yang didapat dari Rohaniawan Islam dan dapat diterapkan dalam kehidupan rumah tangga.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan pada penelitian ini, dibagi menjadi lima bab dan di dalamnya terdapat beberapa penjelasan.

BAB I : PENDAHULUAN

(18)

BAB II: LANDASAN TEORI

Landasan teori mengemukakan tentang kerangka teori, yaitu tentang teori humanistik dan kerangka konsep yang meliputipengertian dan tujuan bimbingan pekawinan, latar belakang perlunya bimbingan perkawinan, peran, fungsi dan tugas TNI AD, ketentuan dasar perkawinan, keluarga sakinah, dan kajian terdahulu.

BAB III: METODE PENELITIAN

Metode penelitian di dalamya membahas tentang lokasi dan waktu penelitian, jenis penelitian, sumber data, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisa data.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian berisikan tentang bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD dalam mewujudkan keluarga sakinah di Kodam I Bukit Barisan, hasil yang dicapai dalam pelaksaan bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD di Kodam I Bukit Barisan, faktor pendukung dan faktor penghambat terwujudnya keluarga sakinah menurut Rohaniawan Islam di Kodam I Bukit Barisan.

BAB V : PENUTUP

(19)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kerangka Teori

Teori humanistik diperkenalkan oleh Abraham Harold Maslow (1890-1970). Aliran humanistik meyakini bahwa manusia itu mempunyai kemampuan untuk terus berkembang, mengarahkan diri, kreatif dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Maslow beranggapan bahwa manusia selalu menuntut terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan dalam hidupnya. Adapun hirerarki kebutuhan-kebutuhan dasar manusia menurut Maslow, yaitu sebagai berikut:

1. Kebutuhan fisiologis, adalah kebutuhan paling dasar pada setiap orang untuk mempertahankan hidupnya secara fisik. Kebutuhan-kebutuhan itu seperti kebutuhan akan makan, minum, tempat berteduh, tidur, dan lain-lain.

2. Kebutuhan akan rasa aman, adalah kebutuhan kedua setelah kebutuhan fisiologis terpenuhi. Kebutuhan akan rasa aman, antara lain adanya suatu tatanan, adanya stabilitas, adanya suatu kebebasan dari hal yang menakutkan dan menyebabkan rasa sakit, dan sesuatu yang dapat diprakirakan akibatnya.

3. Kebutuhan sosial, adalah kebutuhan akan cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki atau dimiliki. Bentuk akan pemenuhan kebutuhan ini seperti bertemen, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, dan kedekatan pada keluarga.

(20)

kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri termasuk perasaan, keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian dan kebebasan.

5. Kebutuhan aktualisasi diri, adalah tingkatan terakhir dari kebutuhan dasar yaitu kebutuhan untuk membuktikan dan menunjukan dirinya kepada orang lain. Kebutuhan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan, tetapi melibatkan keinginan yang terus menerus untuk memenuhi potensi.8

Keterkaitan teori ini dengan judul penelitian ini yaitu, bahwa setiap individu harus mememuhi kebutuhan dasarnya. Salah satu kebutuhan dasar yang harus dipenuhi individu adalah kebutuhanakan cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki atau dimiliki. Dasar kebutuhan dari teori inilah yang menjadi dasar dari sebuah perkawinan. Karena didalam sebuah perkawinan setiap pasangan harus memiliki dan menunjukan rasa cinta, dan kasih sayangnya sehingga terwujudlah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.

B. Kerangka Konsep

1. Pengertian Bimbingan

Bimbingan terjemahan dari “guidance” dalam bahasa Inggris, berasal dari kata ”guidace” atau kata kerja “to guide” yang artinya menunjukkan, membimbing,

8

(21)

atau menuntun orang lain ke arah yang bermanfaat bagi hidupnya di masa kini dan masa mendatang. Jadi kata “guidance” berarti pemberian petunjuk, pemberian tuntunan kepada orang lain.9 Bimbingan adalah bantuan yang diberikan secara sistematis kepada seseorang atau masyarakat agar mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya sendiri dalam upaya mengatasi berbagai permasalahan, sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa harus bergantung kepada orang lain.10

Menurut Jones (1993) di dalam buku Pengantar Bimbingan dan Konseling, bimbingan adalah guidance is the help given by one person to another in making choices and adjustments and in solving problems. Guidance aims at aiding the

recipient to grow his independence and ability to be responsible for himself .11

Menurut Prayitno, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang-orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan, berdasarkan norma-norma yang berlaku.12

Jadi dapat disimpulkan bahwa, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada seseorang atau individu untuk

9

Bambang Ismaya, Bimbingan dan Konseling Studi, Karier, dan Keluarga, hlm. 4. 10

Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), hlm. 7. 11

Yusuf Gunawan,dkk, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1992), hlm. 40.

12

(22)

mengembangkan potensi yang dimilikinya, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya, serta mampu mengatasi permasalahan yang ada.

2. Pengertian Perkawinan dalam Islam

Perkawinan berasal dari kata “kawin” merupakan terjemahan dari bahasa

Arab “nikah” yang menurut bahasa ialahاﻁﻭﻟاﻮ ﻢﺿﻟ ฀ yang berarti “berkumpul dan

bersetubuh”, dan biasa juga disebut ﺞﻳﻮﺯﺘﻟاyang berarti “sesuatu yang berpasangan”.13

Nikah menurut istilah syara’ adalah akad yang yang mengandung kebolehan untuk

bersetubuh, maksudnya apabila seorang laki-laki dan seorang perempuan telah sepakat untuk membentuk suatu rumah tangga, maka hendaklah keduanya melakukan akad nikah terlebih dahulu.14Para ahli fiqih dan ulama mengartikan nikah yaitu, sebagai berikut:

a. Menurut Imam syafi’i, nikahadalah akad yang dengannnya menjadi halal

hubungan seksual antara pria dengan wanita.

b. Menurut Imam Hanafi,nikahadalah akad (perjanjian) yang menjadikan halal hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita. c. Menurut Imam malik, nikah adalah akad yang mengandung ketentuan hukum

semata-mata untuk membolehkan wathi’ (bersetubuh), bersenang-senang, dan menikmati apa yang ada pada diri wanita yang boleh nikah dengannya.

13

Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 1.

14

(23)

d. Menurut ulama Muta’akhirin, nikah adalah akad yang memberikan faedah hukum kebolehan mengadakan hubungan keluarga (suami-istri) antara pria dan wanita dan mengadakan tolong-menolong serta memberi batas hak bagi pemiliknya dan pemenuhan kewajiban masing-masing.15

Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa nikah adalah akad yang ditetapkan oleh syara’, bahwa seseorang suami dapat memanfaatkan dan bersenang-senang dengan kehormatan seorang istri dan seluruh tubuhnya yang semula dilarang. Dalam Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974, perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.16

Perkawinan menurut hukum Islam yaitu akad yang sangat kuat atau mustaqan

ghalizan, untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.17

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Alquran surah An-Nisa ayat 21:

   

Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu

telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri. Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.” (Q.S An-Nisa: 21)18

15

Mardani, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2017), hlm. 23-24. 16

Redaksi Sinar Grafika, Undang-Undang Pokok Perkawinan, hlm. 1. 17

Sudarsono, Hukum Perkawinan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 10. 18

(24)

Wahid mengemukakan bahwa akad nikah tidak untuk jangka waktu tertentu, tetapi untuk selama hayat dikandung badan. Baik suami maupun istri mesti berusaha memelihara rumah tangga yang tenang dan penuh kedamaian lahir bathin, sebagai taman yang asri sebagai tempat tumbuhnya generasi yang berbudi, penerus dari orang tuanya. Karena hubungan suami istri sangatlah suci dan terhormat, dan tinggi nilainya sesuai dengan tinggi nilai manusia itu sendiri.19

3. Pengertian dan Tujuan Bimbingan Perkawinan

Bimbingan perkawinan adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam menjalani perkawinan dan kehidupan rumah tangga bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat.20Tujuan bimbingan perkawinan yaitu:

a. Membantu individu memecahkan timbulnya problem-problem yang berkaitan dengan pernikahan, antara lain: membantu individu memahami hakikat dan tujuan perkawinan menurut Islam, membantu individu memahami persyaratan-persyaratan perkawinan menurut Islam, membantu individu memahami kesiapan dirinya untuk menjalankan perkawinan.

b. Membantu individu memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan pernikahan dan kehidupan rumah tangga, antara lain dengan jalan: membantu individu memahami problem yang dihadapinya, membantu individu memahami

19

Abdul Wahid, Rahasia Perkawinan Islami, (Bandung: Hasanah Press, 1989), hlm. 17. 20

(25)

kondisi dirinya dan keluarga serta lingkungannya, membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan masalah yang dihadapi sesuai ajaran Islam. c. Membantu individu memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan rumah tangga agar tetap baik dan mengembangkannya agar jauh lebih baik, yakni dengan cara: memelihara situasi dan kondisi pernikahan dan kehidupan berumah tangga yang semula telah terkena problem dan telah teratasi agar tidak menjadi permasalahan kembali, mengembangkan situasi dan kondisi pernikahan yang lebih baik

(sakinah mawaddah warahmah).21

4. Latar Belakang Perlunya Bimbingan Perkawinan

Ada beberapa hal yang melatar belakangi mengapa diperlukannya bimbingan perkawinan, yaitu:22

a. Masalah perbedaan individual

Seperti telah diketahui bahwa masing-masing individu berbeda satu dengan yang lainnya. Akan sulit didapatkan dua individu yang benar-benar sama, sekalipun mereka merupakan saudara kembar. Masing-masing individu mempunyai sifat yang berbeda antara satu dengan yang lain, masing-masing individu mempunya perasaan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Demikian pula masing-masing individu mempunyai kemampuan berpikir yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Di dalam menghadapi masalah, setiap individu memiliki cara masing-masing untuk pemecahannya. Ada yang dapat memecahkan masalah dengan cepat dan ada

21

Ibid., hlm. 120. 22

(26)

yang lambat, sedangkan yang lain mungkin tidak dapat memecahkan masalah tersebut. Bagi individu yang tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya, maka ia membutuhkan orang lain untuk ikut memikirkan dalam pemecahan masalahnya.

b. Masalah kebutuhan individu

Manusia merupakan makluk hidup yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan merupakan pendorong timbulnya tingkah laku. Tingkah laku individu ditujukan untuk mencapai suatu tujuan sesuai dengan kebutuhan individu tersebut. Dengan begitu, bahwa perkawinan merupakan salah satu bentuk untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada dalam diri individu. Namun, kadang-kadang individu tidak tahu harus bertindak bagaimana. Dalam hal seperti ini maka individu memerlukan bantuan orang lain, atau membutuhkan bimbingan yang berperan untuk mengarahkan dan memberikan pandangan terhadap sebuah perkawinan.

c. Masalah perkembangan individu

(27)

dirinya. Karena itu untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan itu diperlukan bantuan orang lain untuk membimbing atau mengarahkannya.

d. Masalah latar belakang sosio-kultural

Perkembangan keadaan menimbulkan banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat, seperti perubahan dalam aspek sosial, politik, ekonomi, sikap, nilai dan sebagainya. Keadaan ini mempengaruhi pola kehidupan seseorang baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyrakat. Kalau dilihat pada waktu sekarang ini, indvidu dihadapkan pada perubahan-perubahan yang begitu kompleks, sehingga keadaan ini dapat menimbulkan berbagai macam tantangan dan tuntutan terhadap kebutuhan individu. Keadaan ini menuntut individu agar lebih mampu untuk menghadapi berbagai macam keadaan yang timbul. Apabila individu tidak mampu menghadapi keadaan ini, maka dibutuhkannya bimbingan agar dapat menyesuaikan diri dengan baik.

5. Peran, Fungsi, dan Tugas TNI AD

TNI merupakan singkatan dari Tentara Nasional Indonesia adalah sebuah angkatan perang dari negara Indonesia. Pada awal dibentuk bernama Tentara Keamanan Rakyat (TKR) kemudian berganti nama menjadi Tentara Republik Indonesia dan kemudian diubah lagi menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI) hingga saat ini.23

23

(28)

Tentara Nasional Indonesia (TNI) terdiri dari tiga angkatan bersenjata, yaitu TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, TNI Angakatan Udara. TNI dipimpin oleh seorang Panglima TNI, sedangkan masing-masing angkatan dipimpin oleh seorang Kepala Staf Angakatan.

a. Peran

TNI berperan sebagai alat negara di bidang pertahanan yang dalam menjalankan tugasnya berdasarkan kebajikan dan keputusan politik negara.

b. Fungsi

TNI sebagai alat pertahanan negara, berfungsi sebagai:

1) Penangkal terhadap setiap bentuk ancaman militer dan ancaman bersenjata dari luar dan dalam negeri terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa.

2) Penindak terhadap setiap bentuk ancaman sebagaimana dimaksud apa ayat (1) huruf a.

3) Pemulih terhadap keamanan negara yang terganggu akibat kekacauan keamanan.

c. Tugas TNI AD

(29)

segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara.

Dalam PPPA TNI AD T.A 2012 sesuai Peraturan Kasad Nomor Perkasad/125/XII/2011 tanggal 21 Desember 2011. Tugas TNI AD adalah sebagai berikut:24

1) Melaksanakan tugas TNI Matra Darat bidang pertahanan dalam Operasi Militer untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP). 2) Melaksanakan tugas TNI dalam menjaga keamanan wilayah perbatasan darat

dengan negara lain dan pulau-pulau terluar.

3) Melaksanakan tugas TNI dalam pembangunan dan pengembangan kekuatan Matra Darat.

6. Ketentuan Dasar Perkawinan Prajurit TNI

Berdasarkan Peraturan Panglima TNI Nomor PERPANG/11/VII/2007 BAB II mengenai Ketentuan Dasar Perkawinan dan Perceraian Prajurit TNI, pasal 2 sampai 6, yaitu:25

Pasal 2

Setiap pernikahan, perceraian dan rujuk dilaksanakan menurut ketentuan/tuntutan agama yang dianut oleh prajurit yang bersangkutan dan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24

Tni.mil.id, 4 November 2017, 22.12 WIB 25

(30)

Pasal 3

(1) Pada asasnya seorang prajurit pria/wanita hanya diizinkan mempuyai seorang istri/suami.

(2) Dalam hal seorang prajurit pria akan beristri lebih dari seorang maka ia wajib mengajukan permohonan kepada pengadilan dengan seizin pejabat yang berwenang apabila hal itu tidak bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku.

Pasal 4

(1) Prajurit siswa dilarang menikah selama mengikuti pendidikan pembentukan pertama/pendidikan dasar baik di dalam maupun di luar negeri.

(2) Prajurit dilarang hidup bersama dengan wanita tanpa ikatan suami istri sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Prajurit wanita dilarang melaksanakan pernikahan dengan prajurit pria yang lebih rendah golongan pangkatnya.

Pasal 5

Prajurit yang sedang melaksanakan penugasan/pendidikan atau berada di luar negeri dilarang untuk melaksanakan pernikahan campuran.

Pasal 6

(31)

(2) Sebelum permohonan izin nikah di sampaikan kepada pejabat yang berwenang, calon suami/istri diwajibkan menghadap pejabat agama Angkatan untuk menerima petunjuk/pengembalaan dalam pernikahan yang akan dilakukan.

(3) Sebelum permohonan izin dari suami/istri disampaikan kepada pejabat yang berwenang, suami/istri yang bersangkutan wajib menerima petunjuk/pengembalaan kerukunan rumah tangga dari pejabat agama tersebut pada ayat (2).

(4) Dalam hal permohonan izin tersebut pada ayat (1), (2), dan (3) pasal ini ditolak oleh pejabat yang berwenang, kecuali ditolak oleh Presiden, maka yang bersangkutan dapat mengajukan permohonan naik banding kepada pejabat yang berwenang yang setingkat lebih tinggi dari pejabat tersebut. (5) Putusan atau suatu permohonan naik banding diberitahukan kepada yang

bersangkutan secara tertulis, dan merupakan putusan terakhir. 7. Keluarga Sakinah

a. Pengertian Keluarga Sakinah

Keluarga sakinah terdiri dari dua kata yaitu keluarga dan sakinah. Keluarga adalah unit terkecil dalam struktur masyarakat yang dibangun di atas perkawinan terdiri dari ayah/suami, ibu/istri dan anak.26 Sakinah secara bahasa berasal dari kata:

sakana, yaskunu, sukuunan (sakiinatan), yang artinya diam, tenang, dan tetap

26

(32)

ditempat. Sedangkan secara luas pengertian sakinah adalah sebuah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan seimbang, harmonis, damai dan dilipui rasa kasih sayang antar anggota keluarga dengan suasana hubungan yang penuh keserasian, selaras, serta mampu menghayati, dan memperdalam nilai-nilai keimanan, terbuka dan saling menghargai.27

Keluarga yang harmonis, damai dan bahagia adalah dambaan setiap manusia, terlebih lagi bagi seorang pasangan suami istri yang akan dan sedang membina rumah tangga. Untuk menciptakan keharmonisan dan kedamaian dalam sebuah rumah tangga itu bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dan ringan, tetapi merupakan suatu usaha yang berat dan kompleks, bahkan harus dibina dari beberapa aspek dan sisi kehidupan manusia.

Keinginan manusia untuk mendapatkan keluarga sakinah itu merupakan naluri dan fitrah manusia yang selalu mendambakan ketenangan dan kebahagian dalam kehidupan ini. Sebagaimana firman Allah Swt di dalam Alquran surah Ar-Ruum ayat 21:































27

(33)

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”(Q.S Ar-Ruum:21)28

Sebenarnya keluarga sakinah itu bukan berarti tidak pernah dilanda masalah atau tidak pernah terdapat perbedaan pandangan di antara anggota keluarga yang ada di dalamnya, namun masalah di terdapat di dalam keluarga tersebut dapat dipecahkan dan ditanggulangi bersama-sama.

b. Prinsip-prinsip Keluarga Sakinah

Keluarga sakinah merupakan dambaan setiap orang yang akan menjani kehidupan rumah tangga. Ada lima prinsip yang dikembangkan dalamkonsep keluarga sakinah yaitu:29

1) Orientasi ilahiah dalam keluarga

Orientasi ilahiah dalam keluarga adalah orientasi bahwa seluruh anggota keluarga menyadari semua proses dan kegiatan serta keadaan kehidupan keluarga harus berpusat pada Allah Swt seperti dalam firman Allah Swt surah Al-Baqarah ayat 156:

28

Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahannya, hlm. 406. 29

(34)

















Artinya: “(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun”. (Q.S Al-Baqarah:156)30

2) Pola keluarga luas

Pola keluarga luas adalah bahwa dalam satu keluarga tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak sebagai keluarga inti, tetapi dapat terdiri dari ayah, ibu, anak, kakek, nenek, cucu, paman, bibi yang artinya semua anggota keluarga tersebut adalah tanggung jawab kepala keluarga.

3) Pola hubungan kesederajatan

Hubungan antara anggota keluarga bersifat egaliter. Hubungan ini berdasarkan kepada prinsip bahwa semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan adalah sama, yakni sama-sama sebagai makhluk Allah SWT. Perbedaan jenis kelamin, status, fungsi, atau peran tidak menimbulkan perbedaan nilai manusia satu dengan lainnya adala kualitas taqwa, iman dan ilmu. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surah Al-Hujurat ayat 13:

30

(35)



































Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki

dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S Al-Hujurat:13)31

4) Perekat mawaddah dan rahmah

Jiwa yang diliputi rasa cinta dan kasih sayang, rela berkorban, menjaga dan melindungi antara satu anggota keluarga dengan lainnya. Dari rahmah cinta (cinta sejati dan kasih sayang) inilah antara suami istri yang diikat dalam perkawinan yang sah serta kehadiran anak yang soleh, hormat dan patuh pada kedua orang tuanya yang akan menciptakan keluarga sakinah yang diliputi rasa tentram, damai, bahagia dan sentosa.

5) Pemenuhan kebutuhan hidup sejahtera dunia dan akhirat

Ada beberapa kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Kebutuhan pokok tersebut adalah kebutuhan memiliki iman terhadap Allah SWT. yaitu kebutuhanberibadah, kebutuhan pendidikan, kebutuhan ekonomi, kebutuhan

31

(36)

kesehatan, kebutuhan hubungan sosial dan kebutuhan materi, merupakan alat penunjang terpenuhinya hidup sejahtera dunia dan akhirat.

c. Tingkatan Keluarga Sakinah

Kementrian Agama Republik Indonesia sebagai kementrian yang bertanggungjawab atas pembinaan perkawinan-perkawinan dan keluarga juga mempunyai kriteria dan tolak ukur keluarga sakinah. Keduanya tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 1999 tentang Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah. Di dalamnya tertuang lima tingkatan keluarga sakinah, dengan kriteria sebagai berikut:32

1) Keluarga Pra Sakinah, yaitu keluarga yang dibentuk bukan melalui ketentuan perkawinan yang sah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan material (kebutuhan pokok) secara minimal, seperti keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, pangan, papan dan kesehatan.

2) Keluarga Sakinah I, yaitu keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spritual dan material secara minimal tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, seperti kebutuhan pendidikan, bimbingan keagamaan dan keluarganya, mengikuti interaksi sosial dengan lingkungannya.

3) Keluarga Sakinah II, yaitu keluarga yang dibangun atas perkawinan yang sah dan selain telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah mampu

32

(37)

memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga. Keluarga ini juga mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya, tetapi belum mampu menghayati serta mengembangkan nilai-nilai keimanan, kataqwaan, dan akhlakul karimah, infaq, zakat, amal jariyah menabung dan sebagainya.

4) Keluarga Sakinah III plus, yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi, seluruh kebutuhan sosial psikologisnya, dan pengembangannya serta dapat menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.

C. Kajian Terdahulu

Berdasarkan hasil penelitian yang relevan bisa digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini:

1. Peran dan Kontribusi BP4 dalam Membentuk Kelurga Sakinah di KUA Tanah

Abang Jakarta Pusat oleh Syarifudin (2011). Adanya kesamaan dalam penelitian

(38)

penasehatan, tersedianya SDM dari BP4 itu sendiri yang mempunyai kapabilitas keilmuan yang mumpuni, dan yang paling utama adalah adanya partisipasi serta kemauan masyarakat itu sendiri.

2. Bimbingan Pranikah Calon Pengantin sebagai Upaya Pencegahan Perceraian

oleh Pebriana Wulansari (2017). Adanya kesamaan pada penelitian ini yaitu tentang bimbingan pra nikah. Hasil dari penelitian ini bahwa proses pelaksanaan bimbingan pra nikah bagi calon pengantin dilakukan dengan memberi materi pernikahan dan fiqh munakahat, materi penyuluhan KB, imunisasi dan materi keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Materi tersebut disampaikan dengan metode ceramah dan tanya jawab. Dampak bimbingan pranikah dalama memantapkan calon pengantin yakni adanya persipan dari calon pengantin terutama segi fisik terkait dengan materi yang disampaikan. Dan keberhasilan yang telah dicapai dari program ini adanya kesadaran, akan hak dan tanggung jawab sebagai seorang suami istri. Sehingga dalam kehidupan berumah tangga terbentuk sikap saling pengertian, saling menghargai. Karena dari kebanyakan kasus perceraian yang terjadi kurangnya rasa pengertian antara suami istri dan komunikasi yang kurang lancar atau tidak adanya keterbukaan antara pasangan suami istri.

3. Peranan Rohaniawan Islam dalam Pembekalan Perkawinan Anggota TNI

Terhadap Pembentukan Keluarga Sakinah oleh Ratna Susanti (2008). Adanya

(39)
(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di KODAM I BB (Komando Daerah Militer I Bukit Barisan) di Jl. Gatot Subroto KM.7,5, Cinta Damai, Medan Helvetia, Kota Medan. KODAM I BB merupakan Komando Kewilayahan Pertahanan yang meliputi provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau. Penelitian ini dilakukan mulai dari Maret 2018 sampai Mei 2018.

B. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang berdasarkan riset lapangan

(field research) yaitu suatu penelitian lapangan yang dilakukan dalam kancah

kehidupan yang sebenarnya. Peneliti harus terjun sendiri kelapangan secara aktif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena, kejadian yang dialami informan dengan terlibat langsung/tidak langsung dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh.33

Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengungkapkan dan mendeskripsikan secara faktual dan aktual, dan sistematis mengenai bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD dalam mewujudkan keluarga Sakinah diKODAM I Bukit Barisan, hasil yang dicapai dalam pelaksaan bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD

33

(41)

di Kodam I Bukit Barisan, serta faktor pendukung dan faktor penghambat yang dialami Rohaniawan Islam dalam mewujudkan keluarga sakinah.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dapat dikategorikan dalam dua hal, yakni: 1. Sumber data primer, adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber

utama dan merupakan data yang dipakai untuk menjawab rumusan masalah. Sumber data primer pada penelitian diperoleh dari Kasi Binrohis Kodam I Bukit Barisan, dan Kasi TUUD Kodam I Bukit Barisan, Kasi Ideologi Kodam I Bukit Barisan, Kaur Ideologi,dan 3 pasang calon pengantin.

2. Sumber data sekunder adalah data pelengkap yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen resmi, atau literatur yang ada kaitannya dengan penelitian ini, yang dijadikan sebagai sumber data pendukung untuk melengkapi data-data yang telah diperoleh dari lapangan.

D. Informan Penelitian

Informan penelitian adalah objek yang dijadikan sebagai pemberi infromasi pada penelitian ini. Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini adalah:

No. Nama Jabatan Umur

(42)

3. Mayor Caj Masri Banurea,

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan maka peneliti menggunakan teknik dan alat pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

(43)

mewujudkan keluarga sakinah di KODAM I Bukit Barisan. Metode pengumpulan data observasi yang peneliti gunakan adalah observasi non pastisipan yaitu suatu bentuk observasi dimana peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang diamatinya.34

2. Wawancara / interview

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dua orang atau lebih secara tatap muka.35 Fungsi wawancara dalam penelitian ini untuk melaksanakan penelitian mengenai bimbingan yang diberikan kepada calon pengantin oleh Rohaniawan Islam di Kodam I Bukit Barisan. Bentuk wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstrukturyaitu wawancara yang dilaksanakan secara terencana dengan berpedomanpada daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi menurut Suharsini Arikunto adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.36 Peneliti menggunakan metode dokumentasi ini untuk mendapatkan data serta informasi yang diperoleh

34

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, hlm. 384.

35

Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), hlm. 110. 36

(44)

berdasarkan arsip-arsip yang dimiliki oleh KODAM I Bukit Barisan terkait dengan fokus penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah proses mereviu dan memeriksa data, menyintesis dan menginterpretasikan data yang terkumpul sehingga dapat menggambarkan dan menerangkan fenomena atau situasi sosial yang diteliti.37

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik triangulasi data dengan metode:38

1. Reduksi Data

Reduksi data sebagai proses pemilihan dan perumusan formasi data “kasar”

yang berasal dari catatatn-catatan tertulis di lapangan (fielld note). Reduksi data dimulai sejak peneliti mengkasus pertanyaan yang diajukan dan tentang cara pengumpulan data yang dipakai, reduksi data dilakukan terus menerus selama penelitian kualiatatif berlangsung dan merupakan bagian dari analisis.

2. Penyajian Data

Kesimpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan informasi, yang termasuk data, tabel, dan jaringan kerja yang berkaitan dengan kegiatan.

37

A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan, hlm. 400.

38

(45)

3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Mencari benda-benda mencatat keteraturan, pola-pola penjelasan atau konfigurasi yang merupakan kesimpulan akhir dari hasil penelitian. Penulis juga memakai teknik deskriptif analitik, yaitu suatu proses pengambilan kesimpulan dengan jalan menjelaskan data yang didasarkan atas fenomena-fenomena dan fakta.

Cara ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur dalam suatu kesatuan yang menyeluruh kemudian mendeskripsikan sebagai kesimpulan. Sedangkan proses pengambilan kesimpulan dilakukan denga menggunakan metode berpikir induktif, yaitu metode analisa data dengan memeriksa fakta-fakta yang khusus kemudian ditarik kesimpulan yang lebih umum.39

39

(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Prosedur Perkawinan Prajurit TNI AD

Sesuai dengan peraturan bahwa setiap prajurit TNI AD yang hendak melangsungkan perkawinan terlebih dahulu harus memenuhi persyaratan kawin sesuai dengan KeputusanKepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/496/VII/2015 Tanggal 27 Juli 2015, yaitu:40

1. Pengurusan surat pemohonan izin kawin diajukan kepada Komandan/Atasan yang bersangkutan melalui saluran hierarki setelah memperoleh surat Pendapat Pejabat Agama Kesatuan secara tertulis serta disertai lampiran:

a. Surat keterangan tentang nama, tanggal dan tempat lahir, agama, pekerjaan dan tempat tinggal calon suami/istri, apabila salah seorang atau keduanya pernah kawin agar mencantumkan nama istri atau suami terdahulu oleh Kepala Desa/Lurah.

b. Surat keterangan tentang nama, agama, pekerjaan dan tempat tinggal orang tua calon suami/istri oleh Kepala Desa/Lurah.

c. Surat kesanggupan dari calon istri/suami untuk menjadi istri/suami prajurit dan mematuhi norma kehidupan berkeluarga di TNI oleh istri/suami prajurit.

40

(47)

d. Surat keterangan dari yang berwenang bahwa calon suami telah mencapai usia dua puluh satu tahun dan calon istri sembilan belas tahun oleh Kepala Desa/Lurah.

e. Surat persetujuan dari pengadilan atau pejabat yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak calon suami maupun calon istri, dalam hal calon suami/istri belum mencapai usia tersebut oleh pengadilan.

f. Surat persetujuan ayah/wali calon istri oleh ayah/wali calon istri.

g. Surat keterangan pejabta personalia mengenai status belum/pernah kawin, dari prajurit yang bersangkutan oleh pejabat personel satuan.

h. Surat keterangan status belum kawin/janda/duda dari pejabat yang berwenang, bagi yang sudah pernah menikah dan memiliki anak, disertakan surat kesanggupan merawat anak tiri oleh calon suami/istri, oleh Kepala Desa/Lurah dan calon suami/istri.

i. Surat keterangan cerai/kematian suami dari calon istri atau surat keterangan cerai/kematian istri dari calon suami apabila meraka janda/duda oleh Kepala Desa/Lurah dan Pengadilan Agama.

j. Surat Keterangan Catatan Kepolisian dari Kepolisian setempat tentang tingkah laku calon istri/suami yang bukan prajurit oleh Kepolisian domisili calon istri/suami.

(48)

l. Surat keterangan hasil lipers dari pejabat yang berwenang di kesatuan oleh Staf Pengamanan/Intel satuan.

m. Foto copy akta kelahiran , KTP, KK calon suami/istri, yang telah dilegalisir oleh Kepala Desa/Lurah

n. Pas foto berwarna berdampingan ukuran 4x6 satu lembar berpakaian PDH dan PSK oleh calon istri/suami.

2. Pengurusan Surat Pendapat Pejabat Agama (SPPA) 3. Pengurusan surat izin kawin.

Setelah surat permohonan izin kawin lengkap maka calon suami/istri menghadap pejabat yang berwenang, pejabat yang berwenang menandatangani Surat Izin Kawin.

4. Pengurusan buku nikah di KUA setempat

Berdasarkan peraturan tersebut, banyak persyaratan adiministrasi yang harus dipenuhi oleh prajurit yang akan menikah. Mayor Yusi Rizal menjelaskan bahwa banyaknya persyaratan administrasi yang harus dipenuhi sesungguhnya mempunyai tujuan yang sangat penting, yaitu :

a. Untuk memberikan kepastian hukum

(49)

tersebut dapat diakui secara hukum prajurit. Dengan begitu istri akan mendapatkan haknya sebagai istri prajurit dan mendapatkan tanggungan.

b. Untuk memberikan ketertiban hukum

Ketertiban hukum maksudnya adalah dengan adanya prosedur perkawinan ini diharapkan kepada semua prajurit dan calon istrinya bisa disiplin dan taat pada aturan-aturan yang ada.

c. Sebagai alat bukti, serta memperlancar aktifitas pemerintah dibidang administrasi kependudukan.41

B. Bimbingan Perkawinan terhadap Prajurit TNI AD dalam Mewujudkan

Keluarga Sakinah

Bimbingan perkawinan adalah nasehat-nasehat hidup berumah tangga yang diberikan oleh rohaniawan Islam kepada prajurit TNI AD dalam mewujudkan keluarga yang sakinah. Mayor Yusi Rizal menjelaskanbahwa bimbingan perkawinan merupakan prosedur yang wajib dilaksanakan seorang prajurit dan calon istrinya yang akan melangsungkan pernikahan. Sebelum mendapatkan bimbingan perkawinan, seorang prajurit juga harus menghadap ke komandan satuan masing-masing untuk diberikan bimbingan dan arahan.

Tahapan-tahapan yang harus dilalui prajurit dan calon istirnya sebelum menghadap ke kasibinrohis yaitu : pertama, calon istri prajurit harus menghadap ke Ibu Bamin (Bintara Administrasi) untuk diberi wejangan-wejangan mengenai tata

41

(50)

krama menjadi seorang persit, mars persit, nama-nama pejabat di Batalyon.Kedua, prajurit dan calon istrinya menghadap ke Danton (Komandan Pleton) untuk diberi wejangan-wejangan mengenai bagaimana berumah tangga nantinya. Ketiga, prajurit dan calon istrinya menghadap ke Danki (Komandan Kompi) untuk diberikan wejangan-wejangan dan izin kawin. Setelah itu baru bisa menghadap ke kasibinrohis untuk diberikan bimbingan perkawinan. Sebelum diberi bimbingan perkawinan, seorang prajurit dan calon istrinya juga diberi tes terlulis seputaragama. Hal ini dilakukan untuk melihat sejauh mana pengetahuan agama prajurit dan calon istrinya. Setelah itu baru dilanjutkan dengan bimbingan perkawinan.

Bimbingan perkawinan sangat dibutuhkan bagi seorang prajurit dan calon istrinya karena awal terbinanya kehidupan rumah tangga bergantung pada pembekalan awal sebelum calon pengantin melangsungkan pernikahan, tujuannya untuk memperkuat perkawinan sehingga dapat mewujudkan keluarga yang sakinah.Karena untuk mengarungi kehidupan rumah tangga diperlukan adanya kematangan, baik secara fisik, mental maupun pengetahuan yang cukup.42

1. Pelaksanaan

Berdasarkan pengamatan peneliti bahwa pelaksanaan bimbingan perkawinan terhadap prajurit TNI AD tidak terjadwal secara khusus, karena jika prajurit sudah mendapatkan izin kawin dan telah memenuhi syarat administrasimaka selanjutnya menghadap kepada Mayor Yusi Rizal selakukasibinrohisKodam I Bukit Barisan.

42

(51)

Syarat-syarat administrasi yang telah di siapkan akan di periksa oleh Mayor Yusi Rizal untuk dilihat apakahsudah lengkap atau belum. Jika sudah lengkap, prajurit dan calon istrinya diberi bimbingan perkawinan. Prajurit dan calon istrinya harus hadir bersama-sama, tidak boleh hanya hanya satu pihak saja. Karena apabila yang hadir hanya satu pihak saja, maka tidak akan dilaksanakan bimbingan perkawinan. Hal ini dilakukan agar bimbingan perkawinan bisa berjalan dengan efektif dan efisien.

Selanjutnya, Mayor Yusi Rizal menyampaikan materi-materi bimbingan perkawinan. Adapun materi-materi yang disampaikan, yaitu:

a. Pernikahan

Materi pertama yang disampaikan oleh Rohaniawan adalah mengenai pernikahan yang di dalamnya membahas mengenai hikmah pernikahan, dan hukum pernikahan. Rohaniawan Islam menjelaskan bahwa pernikahan bukan hanya hubungan antara suami dan istri, melainkan menyatukan dua keluarga, dua sifat yang berbeda, dan dua latar belakang yang berbeda. Maka dari dalam sebuah perkawinan diperlukan adanya rasa saling menghargai, menyayangi, toleransi, menerima kekurangan pasangan, saling mendukung satu sama yang lain.

(52)

Ketiga,hukumnya haram yaitu bagi orang yang menikah dengan tujuan balas dendam. Keempat hukumnya adalah mubah bagi orang yang nafsunya tidak mendesak, dan mampu mejaga diri.

Hukum-hukum pernikahan ini dijelaskan oleh rohaniawan Islam dengan tujuan agar para prajurit dan calon istrinya tahu bahwa pernikahan mereka tersebut tidak haram dan boleh dilaksanakan. Dalam artian tidak adanya unsur balas dendam dalam pernikahan tersebut.

b. Tugas dan tanggung jawab seorang suami

Materi kedua yang disampaikan oleh rohaniawan Islam adalah mengenai tugas dan tanggung jawab seorang suami. Seorang prajurit yang merupakan seorang abdi negara juga harus menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga, yaitu:

1) Suami harus memberi nafkah lahir dan batin. 2) Menyediakan tempat tinggal untuk istri 3) Mencari rezeki yang halal

4) Tidak berkata kasar atau memukul istri 5) Menyangi istri dan keluarganya

6) Menjaga diri ketika sedang bertugas

c. Tugas dan tanggung jawab seorang istri

(53)

mudah apalagi menjadi seorang istri prajurit, untuk itu seorang istri prajurit harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya yaitu:

1) Seorang istri harus patuh terhadap suami

2) Seorang istri harus bisa menjaga harkat dan martabat serta selalu menjaga nama baik suami dan satuan dimanapun berada

3) Istri tidak boleh memasukan laki-laki yang bukan muhrimnya ke dalam rumah tanpa seizin suami

4) Istri harus bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anak

5) Istri harus mampu mengatur keuangan rumah tangga, tidak boros dan tidak pelit.

6) Menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya selama suami menjalan tugas 7) Aktif ke pertemuan organisasi Persatuan Istri Prajurit (Persit)

d. Rukun Islam

(54)

segala perintah Allah SWT dan mejauhi segala larangan-Nya maka dengan begitu akan mudah untuk menjalani kehidupan rumah tangganya kelak.43

Materi-materi yang telah disampaikan oleh Rohaniawan Islam merupakan materi-materi dasar yang memang wajib diketahui setiap orang yang akan menikah. Hal ini sangat berguna sebagai bekal dalam kehidupan rumah tangga nantinya. Seperti materi tentang pernikahan, yaitu untuk mengajarkan bagaimana caranya menghargai, menyangi, menerima kekurangan pasangan, saling mendukung satu sama lain. Karena memang sebaiknya hal-hal tersebut ditanamkan sebelum menikah agar nantinya suami dan istri mampu menyesuaikan dan menerima kekurangan maupun kelebihan dari pasangannya. Mengingat kehidupan rumah tangga tidak selamanya berjalan dengan lancar tetapi kadang-kadang ada masalah yang harus memang dihadapi.

Selanjutnya, materi tentang tugas dan tanggung jawab seorang suami istri. Perlu diketahui bahwa menjadi istri seorang prajurit harus siap mental. Apalagi ketika suami bertugas jauhselama beberapa bulan. Pemberian materi ini sangat membantu bagi calon persit karena nantinya harus mengikuti kegiatan-kegiatan persit. Kegiatan-kegiatan persit ini bertujuan agar seorang istri prajurit memiliki keterampilan khusus. Kemudian materi mengenai rukun Islam. Materi ini merupakan materi dasar seseorang yang bergama Islam dan wajib dilaksanakan. Karena jika amalam-amalan yang wajib saja tidak dilaksanakan bagaimana dengan amalan-amalan yang lainnya.

43

(55)

Maka dari itu kesimpulannya bahwa semua materi yang diberikan oleh Rohaniawan Islam sangat penting dan bermanfaat bagi seorang prajurit yang akan menikah. 2. Metode

Metode yang digunakan dalam bimbingan perkawinan adalah metode ceramah dan tanya jawab. Menurut Mayor Yusi Rizal dengan metode ceramah ini akan memudahkan prajurit dan calon istrinyamenerima apa yang telah disampaikan. Karena hal-hal tersebut merupakan dasar-dasar yang harus diketahui oleh calon pengantin. Mengingat bahwa seseorang yang akan menikah harus mengetahui tugas dan tanggung jawabnya sebagai suami ataupun istri, apalagi untuk menjadi seorang istri prajurit harus siap mendukung tugas suami dan siap ditinggal kapan saja.44

Selanjutnyaadalah metode tanya jawab. Metode ini digunakan untuk menanyakan mengenai pribadi prajurit dan calon istrinya, seperti :

“Kalian sudah kenal berapa lama?”, “Apakah kalian berdua benar-benar saling

mencintai?”, “Apa yang membuat kalian saling menyukai?”, “Siapkah menjadi istri

seorang prajurit?”, “Kenapa mau menjadi istri seorang prajurit?”, “Siapkah

apabila ditinggal bertugas?”

Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh prajurit dan calon istrinya. Menurut Mayor Yusi Rizal, pertanyaan ini wajib diajukan bagi prajurit yang akan menikah. Berdasarkan jawaban prajurit dan calon istrinya tersebut dapat diketahui apakah benar pernikahan ini atas dasar suka sama suka bukan karena paksaan. Hal ini

44

(56)

dilakukan supaya tidak ada unsur paksaan, dan balas dendam dalam pernikahan tersebut. Karena sebuah pernikahan yang didasari unsur balas dendam, paksaan, besar kemungkinan akan terjadi permasalahan di dalam rumah tangga. Selain itu, metode ini juga digunakan untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan diterima atau dipahami oleh prajurit dan calon istrinya, serta kendala atau ada hal-hal yang ingin ditanyakan oleh prajurit dan calon istrinya.

Melalui bimbingan perkawinan inilah banyak hal yang didapat oleh prajurit dan calon istrinya terutama mengenai tugas dan tanggung jawab suami dan istri. Karena sesungguhnya apabila suami istri melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan bijaksana, ikhlas dan menjalani kehidupan rumah tangganya dengan saling menyayangi, maka suami istri tersebut akan mendapatkan kebahagian dan bisa mewujudkan keluarga yang sakinah.

Gambar

Gambar 1. Wawancara dengan Mayor Yusi Rizal (18 April 2018)
Gambar 3. Wawancara dengan Mayor Yusi Rizal sekaligus mengikut kegiatan
Gambar 5. Prajurit yang Akan diberi Bimbingan Perkawinan (10 Mei 2018)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perkuliahan ini dibahas materi-materi mengenai: Makna, Tujuan dan Metode memahami Islam; Manusia, Agama dan Islam; Keimanan dan Ketaqwaan; Al Qur’an: Sumber Hukum pertama

Dalam perkuliahan ini dibahas materi-materi mengenai: Makna, Tujuan dan Metode memahami Islam; Manusia, Agama dan Islam; Keimanan dan Ketaqwaan; Al Qur’an: Sumber Hukum pertama

Suatu perbedaaan harus ditarik antara bagian dari hukum islam yan membahas hukum dagang dan ekonomi islam. Bagian yang disebut pertama menetapkan kerangka di bidang hukum untuk

Pernikahan Nabi SAW dengan „Aisyah mempunyai hikmah penting dalam dakwah dan pengembangan ajaran Islam dan hukum-hukumnya dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya yang

“Penelitian ini menyimpulkan bahwa”:”Pertama,”Hukum Islam mengatur tentang kewajiban nafkah yang diberikan seorang suami terhadap bekas istri pasca perceraian adanya

Kajian Sejarah Islam pada materi pokok eksistensi Islam masa Rasulullah Muhammad di Madinah membahas mengenai nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam dakwah

Dari uraian di atas maka dalam skripsi ini akan membahas mengenai, tindakan penyadapan yang dilakukan oleh penengak hukum khususnya KPK menurut hukum pidana

Tinjauan Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini membahas mengenai Efektivitas pembelajaran pendidikan agama Islam berbasis WhatsApp terhadap minat belajar peserta didik SMPN 2