Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Sepeda Motor Untuk Konsumen PT.FIF Cabang 23
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT SEPEDA
MOTOR UNTUK KONSUMEN PT.FIF CABANG MEDAN
MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHI
PROCESS (AHP)
Ivan Kinski (0911189)
Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No.338 Simpang Limun Medan
www.stmik-budidarma.ac.id //Email : maykinz.oi@gmail.com
ABSTRAK
Pengambilan keputusan adalah proses pemilihan, diantara berbagai alternatif aksi yang bertujuan untuk memenuhi satu atau beberapa sasaran.Sistem pengambilan keputusan memiliki 4 fase,yaitu intelligence, design,choice, dan implementation. Fase 1 sampai 3 merupakan dasar pengambilan keputusan, yang diakhiri dengan suatu rekomendasi. Konsep sistem pengambilan keputusan (SPK)yang berkembang pesat menimbulkan beberapa metode untuk menciptakan pemodelan sebagai sarana pengambilan keputusandengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Analytic Hierarchi Prosess(AHP) adalah suatu metode yang berperan pada masalah kompleks dimana seorang pengambil keputusan berusaha menyederhanakan masalah-masalah rumit sampai pada tingkat dimana dia siap untuk memahaminya. Perusahaan ataupun instansi baik swasta maupun negri membutuhkan sebuah alat bantu yang mempermudah dalam pengelolahan dalam hal pengambilan keputusannya.
Kata Kunci : SPK, AHP, FIF
1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
PT.FIF merupakan suatu perusahaan swasta yang bergerak dibidang perkreditan, salah satunya pemberian kredit pada pembelian alat-alat elektronik. Dimana dibutuhkan penilaian untuk pemberian kredit kepada masyarakat secara cepat dan efisien. Ditinjau dari segi pengambilan keputusan yang masih mengandalkan sistem yang masih menggunakan aplikasi seperti Microsoft word dan Microsoft excel yang belum menggunakan Konsep Sistem Informasi sehingga keputusan yang dihasilkan memakan waktu lama dan dirasa masih belum efisien. Oleh karena itu penulis akan merancang sebuah sistem penunjang keputusan untuk membantu dalam menghasilkan sebuah informasi yang dibutuhkan.
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Dengan pertimbangan yang tepat, metode ini bisa menjadi salah satu alat untuk menentukan kebijakan bagi manajemen dalam mengambil keputusan sistem produksinya terutama penentuan urutan atau prioritas terhadap produk yang akan dibuat. Penentuan kebijakan yang diambil sebagai dasar dalam pengambilan keputusan, harus menggunakan kriteria yang dapat terdefinisikan secara jelas dan objektif.
Konsep Sistem Pengambilan Keputusan (SPK) yang berkembang pesat, menimbulkan beberapa metode untuk menciptakan permodelan sebagai sarana pengambilan keputusan dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. AHP (Analytic Hierarchi Process) adalah suatu metode yang berperan pada masalah komplek dimana seorang pengambil keputusan berusaha menyederhanakan masalah-masalah rumit sampai pada tingkat dimana dia siap untuk memahaminya. Proses pemikiran diarahkan pada pengambilan keputusan dengan bounded rationality(rasionalitas terbatas), proses penyederhanaan model dengan mengambil inti masalah yang paling esensial tanpa melibatkan seluruh permasalahn yang konkret.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan permasalahan yang ada pada PT.FIF sebagai berikut :
1. Bagaimana proses sistem pengambilan keputusan untuk pemberian kredit ?
2. Bagaimana merancang kriteria pemberian kredit kepada konsumen sehingga proses pengambilan keputusan tidak memakan waktu yang lama ?
3. Bagaimana mendapatkan informasi kredit secara cepat, tepat, dan akurat ?
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Sepeda Motor Untuk Konsumen PT.FIF Cabang 24
2. Landasan Teori
2.1 Konsep Dasar Keputusan
Dari beberapa defenisi pengambilan keputusan yang ditemukan, dapat dirangkum bahwa pengambilan keputusan di dalam suatu organisasi merupakan hasil suatu proses komunikasi dan partisipasi yang terusmenerus dari keseluruhan organisasi. Hasil keputusan tersebut dapat merupakan pernyataan yang disetujui antar alternatif atau antar prosedur untuk mencapai tujuan tertentu.
Pada umumnya para penulis sependapat bahwa kata keputusan (decision) berarti pilihan (choice), yaitu pilihan dari dua atau lebih kemungkinan. Keputusan yang diambil biasanya dilakukan berdasarkan pertimbangan situasional, bahwa keptusan tersebut adalah keputusan terbaik.
Sistem Pendukung Keputusan (SPK)adalah sebuah sistem yangdimaksudkan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam situasi keputusan semi terstruktur. SPK dimaksudkan untuk menjadi alat bantu bagi para pengambil keputusan untuk memperluas kapabilitas mereka, namun tidak untukmenggantikan penilaian mereka. SPK ditujukan untuk keputusan-keputusan yang memerlukan penilaian atau pada keputusan-keputusan yang sama sekali tidak dapat didukung oleh algoritma.
2.2 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan
Beberapa tujuan dari Sistem Pendukung Keputusan adalah:
a. Membantu pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah semi terstruktur dam memilih berbagai alternative keputusan yang merupakan hsil pengolahan informasi yang di peroleh atau tersedia dengan menggunakan model-model pengambilan keputusan.
b. Mendukung penilaian atau keputusan manajer bukan menggantikan.
Meningkatkan efektivitas pengambiln keputusan manajer dari pada efisiensinya.
Dalam SPK terdapat suatu konfigurasi yang menghubungkan antara satu entitas dengan entitas lain. Bentuk dari konfigurasi SPK dapat kita lihat pada gambar 1.
G ambar 1 : Konfigurasi Decision Support System
2.3 Metode Analytical Hierarchy Process
Metode AHP(Analytical Hierarchy Process) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah karangan untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan yang kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya setiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan. Pada dasarnya, proses pengambilan keputusan adalah memilih suatu alternatif. Peralatan utama AHP adalah sebuah hierarki fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Keberadaan hierarki memungkinkan dipecahnya masalah kompleks.
Gambar 2 : Struktur Hirarki
Pada dasarnya, prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP (Analytical Hierarchy Process)meliputi:
1. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. Penyusunan hierarki adalah dengan menetapkan tujuan yang merupakan sasaran sistem secara keseluruhan pada level teratas.
2. Menentukan prioritas elemen
a. Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan. b. Matriks perbandingan berpasangan diisi
menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. 3. Sintesis
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: a. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom
pada matriks
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Sepeda Motor Untuk Konsumen PT.FIF Cabang 25 c. Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris
dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan nilai rata-rata
4. Mengukur Konsistensi
Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahui seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengan konsistensi yang rendah. Hal-hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah:
a. Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengan prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengan prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya b. Jumlahkan setiap baris.
c. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan elemen prioritas relatif yang bersangkutan
d. Jumlahkan hasil bagi diatas dengan banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut ٨ maks
5. Hitung Consistency Index (CI) dengan rumus: CI = (٨ maks-n)/n
Di mana n = banyaknya elemen
6. Hitung Rasio Konsistensi/Consistency Ratio (CR) dengan rumus:
CR = CI/RC
Di mana CR = Consistency Ratio CI = Consistency Index
IR = Index Random Consistency
7. Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judgment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau sama dengan 0,1 maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar.
3. Pembahasan 3.1 Analisa Masalah
Sebelum kita merancang Sistem Pendukung Keputusan untuk penentuan pemberian kredit ini, terlebih dahulu kita harus mendekripsikan masalah – masalah dalam proses pengambilan keputusan pada sistem yang sedang berjalan berdasarkan pada rumusan masalah pada bab sebelumnya. Dari pengamatan dan studi lapangan diketahui bahwa pelaksanaan Keputusan untuk penentuan pemberian kredit ini masih dilakukan secara manual dan konvensional, dalam arti belum memanfaatkan kemampuan komputer (dalam bentuk suatu sistem informasi) secara utuh, sehingga dirasakan masih ditemukan beberapa permasalahan, antara lain : 1. Lamanya pelaksanaan dari satu proses ke
proses Keputusan untuk penentuan pemberian kredit karena kendala kesulitan pengolahan data karena masih manual.
2. Kesulitan dalam memberkaskan semua hasil Keputusan untuk penentuan pemberian kredit dari satu periode, untuk bahan evaluasi periode berikutnya.
3. Kesulitan dalam menyajikan data hasil Keputusan untuk penentuan pemberian kredit dalam waktu yang cepat dan transparan. 4. Kesulitan dalam mengambil Keputusan untuk
penentuan pemberian kredit karena kurangnya dukungan data dari proses sebelumnya. Proses pengambilan keputusan berawal dari kegiatan mengidentifikasi suatu masalah, menetapkan kebutuhan untuk suatu kebutuhan, menganalisis dan memilih alternatif yang dapat memecahkan masalah itu, serta melaksanakan alternatif itu, dan berakhir dengan mengevaluasi efektivitas keputusan tersebut. Adapun tahapan yang dilalui dalam proses pengambilan keputusan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penetapan tujuan (kebutuhan) pengambilan keputusan dan mengidentifikasi masalah. 2. Mengidentifikasi Kriteria Keputusan
Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan maka perlu dilakukan identifikasi serangkaian kriteria keputusan. Kriteria keputusan yang dicari adalah apa yang menjadi dasar dalam pengambilan keputusan. Kriteria dalam Keputusan untuk penentuan pemberian kredit adalah sebagai berikut : a. Penghasilan Per Bulan
b. Lama Pinjaman c. Jenis Kendaraan d. Status Rumah
3. Memberi Bobot Pada Kriteria Keputusan Pemberian bobot pada setiap kriteria keputusan bertujuan untuk menentukan bagaimana standar dalam Keputusan untuk penentuan pemberian kredit tersebut. Perhitungannya berdasarkan suatu nilai atau range pada tiap–tiap kriteria. Pada masalah yang tersebut diatas terdiri dari dua nilai keputusan yaitu baik dan tidak baik.
4. Menyusun dan Mengembangkan Alternatif Dari kriteria diatas, maka perlu disusun beberapa alternatif yang menentukan Konsumen dapat dinyatakan baik atau tidak baik. Tetapi sebelumnya perlu diketahui data Konsumen yang akan diproses. Data–data tersebut seperti Kandungan Penghasilan Per Bulan , Lama Pinjaman , Jenis Kendaraan dan Status Rumah. Dari data tersebut didapat beberapa alternatif pilihan, yaitu :
a. Nilai yang dimiliki kandidat Konsumen harus sesuai dengan standar minimum dari tiap – tiap kriteria keputusan.
b. Bobot akhir dari keseluruhan berasal dari akumulasi nilai dari setiap kriteria keputusan. Keputusan didapat dari hasil perankingan total nilai yang diperoleh dari yang tertinggi sampai yang terendah. Jumlahnya sesuai dengan yang tersedia untuk satu periode penentuan.
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Sepeda Motor Untuk Konsumen PT.FIF Cabang 26 7. Mengimplementasikan alternatif pilihan.
8. Mengevaluasi Efektivitas Keputusan
Dan langkah yang terakhir dalam proses pengambilan keputusan menilai hasil keputusan tersebut untuk mengetahui apakah masalah yang dihadapi untuk Keputusan untuk penentuan pemberian kredit telah terpecahkan atau belum. Apakah keputusan yang dipilih dalam pemilihan dan pengimplementasian alternatif sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Apabila pengambilan keputusan yang telah dilakukan belum dapat memberikan manfaat maksimum bagi pihak terkait, maka perlu ditinjau kembali proses pengambilan keputusan mulai dari awal dan mencari alternatif yang lain.
3.2 Rancangan Proses
Langkah-langkah yang harus dilakukan untuk menentukan peserta yang lulus dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebagai berikut :
1. Langkah pertama yaitu membuat form untuk menentukan prioritas kriteria, dimana terdapat beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam menentukan prioritas kriteria yaitu:
a. Membuat Matrik Perbandingan Berpasangan Pada tahap ini dilakukan penilaian perbandingan antara satu kriteria dengan kriteria yang lain. Hasil penilaian bisa dilihat dalam tabel 1 :
Tabel 1 : Matriks Perbandingan Berpasangan
Angka 1 pada kolom Penghasilan Per Bulan baris Penghasilan Per Bulan menggambarkan tingkat kepentingan yang sama antara Penghasilan Per Bulan dengan Penghasilan Per Bulan , sedangkan angka 3 pada kolom Jenis Kendaraan baris Penghasilan Per Bulan menunjukkan Penghasilan Per Bulan lebih penting dari pada Jenis Kendaraan. Angka 0,5 pada kolom Penghasilan Per Bulan baris Status Rumah merupakan hasil hitungan dari 1/nilai pada kolom Status Rumah baris Penghasilan Per Bulan . Angka-angka yang lain diperoleh dengan cara yang sama. a. Membuat Matriks Nilai Kriteria
Matrik ini diperoleh dengan rumus berikut : Nilai baris kolom baru = Nilai baris kolom lama / jumlah masing-masing kolom lama. Hasil perhitungan bisa dilihat dalam tabel 2 berikut.
Tabel 2 : Matriks Nilai Kriteria
Nilai 0.43 pada kolom Penghasilan Per Bulan baris Penghasilan Per Bulan Tabel 2 diperoleh dari nilai kolom Penghasilan Per Bulan baris Penghasilan Per Bulan Tabel 1 dibagi dengan jumlah kolom Penghasilan Per Bulan Tabel 1.
Nilai kolom jumlah pada tabel 2 diperoleh dari penjumlahan pada setiap baris. Untuk baris pertama, nilai 1,67 merupakan hasil penjumlahan dari 0,43 + 0,50 +0,36 + 0,38. Nilai pada kolom prioritas diperoleh dari nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria, dalam hal ini 4 kriteria.
b. Membuat Matriks Penjumlahan Setiap Baris Matrik ini dibuat dengan mengalikan nilai prioritas pada tabel 2 dengan matriks perbandingan berpasangan tabel 2. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel 3
Tabel 3 : Matriks Penjumlahan Setiap Baris
Nilai 0.42 pada baris Penghasilan Per Bulan kolom Penghasilan Per Bulan tabel 3 diperoleh dari prioritas baris Penghasilan Per Bulan pada tabel 2 (0,42) dikalikan dengan nilai baris Penghasilan Per Bulan kolom Penghasilan Per Bulan pada tabel 1. Nilai 0,21 pada baris rata-rata kolom Penghasilan Per Bulan 4 diperoleh dari prioritas baris Penghasilan Per Bulan pada tabel 2 (0,42) dikalikan dengan nilai baris Status Rumah kolom Penghasilan Per Bulan pada tabel 1 (0,5).
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Sepeda Motor Untuk Konsumen PT.FIF Cabang 27 0,42 + 0,54 + 0,38 + 0,36 pada baris Penghasilan
Per Bulan .
c. Penghitungan Rasio Konsistensi
Penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa rasio konsistensi (CR) <= 0.1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0.1, maka matriks perbandingan berpasangan harus diperbaiki.
Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel seperti terlihat dalam tabel 4 :
Tabel 4 : Perhitungan Rasio Konsistensi
Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah pada tabel 3, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari kolom prioritas pada tabel 2. Dari tabel 4 diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : Jumlah (Jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 5,07 n (nilai kriteria) : 4
λ maks (jumlah/n) : 1,27 CI ((λ maks-n)/n) : -0,68 CR (CI/IR(lihat tabel 3.1) : -0.76
Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima.
1. Setelah form prioritas kriteria dibuat, maka disimpan ke file.
2. Selanjutnya form prioritas kriteria yang telah dibuat akan dirancang interfacenya dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0. 3. Langkah selanjutnya menentukan prioritas
subkriteria dengan melakukan tahapan yang sama dari : sampai dengan d pada langkah 1, dan akan disimpan ke dalam file. Dalam hal ini, terdapat 4 kriteria yang berarti akan ada 4 perthitungan prioritas subkriteria, yaitu : a. Menghitung prioritas subkriteria dari
kriteria Penghasilan Per Bulan
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari kriteria Penghasilan Per Bulan adalah sebagai berikut :
i. Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan
Langkah ini seperti yang dilakukan pada langkah 1.a. Hasilnya ditunjukkan dalam tabel 5
Tabel 5 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Penghasilan Per Bulan
ii. Membuat Matriks Nilai Kriteria
Langkah ini seperti yang dilakukan pada langkah 1.b. Perbedaannya adalah adanya tambahan kolom prioritas subkriteria pada langkah ini. Hasilnya ditunjukkan dalam tabel 6.
Tabel 6 : Matriks Nilai Kriteria Penghasilan Per Bulan
Nilai pada kolom prioritas subkriteria diperoleh dari nilai prioritas pada baris tersebut dibagi dengan nilai tertinggi pada kolom prioritas.
iii. Menentukan Matrik Penjumlah Setiap Baris Langkah ini sama dengan yang dilakukan pada langkah 1.c dan ditunjukkan dalam tabel 4.8. Setiap elemen dalam tabel ini dihitung dengan mengalikan matriks perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas.
Tabel 7 : Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteris Penghasilan Per Bulan Penghasila
n Per Bulan Baik Cukup
Kuran g
Jumla h Baik 0,60 0,56 0,65 1,81
Cukup 0,30 0,28 0,26 0,84
Kurang 0,12 0,14 0,13 0,39
iv. Menghitung Rasio Konsistensi Seperti langkah 1.d, penghitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi (CR) <= 0.1
Untuk menghitung rasio konsistensi, dibuat tabel seperti yang terlihat pada tabel 8
Tabel 8 : Penghitungan Rasio Konsistensi Penghasilan Per Bulan
Penghasilan Per Bulan
Jumlah
per baris Prioritas Hasil
Baik 1,81 0,60 2,41 Jumlah
Per Baris Prioritas Hasil Penghasilan
Per Bulan 1,70 0,42 2,12 Status Rumah 1,10 0,27 1,37
Lama
Pinjaman 0,78 0,19 0,97 Jenis
Kendaraan 0,49 0,12 0,61
Jumlah 5,07
Penghasilan
Per Bulan Baik Cukup Kurang
Baik 1 2 5
Cukup 0,50 1 2 Kurang 0,20 0,50 1
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Sepeda Motor Untuk Konsumen PT.FIF Cabang 28 Cukup 0,84 0,28 1,12
Kurang 0,39 0,13 0,52
Jumlah 4,02
Kolom jumlah per baris diperoleh dari kolom jumlah apada tabel 4.8 sedangkan kolom prioritas pada tabel 4.8. Dari tabel 4.10, diperoleh nilai-nilai sebagai berikut : Jumlah (jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 4,02
n (jumlah kriteria) : 3 λ maks (jumlah/n) : 1,35 CI ((λ maks-n) / (n)) : -0,55 CR (CI/CR(lihat tabel 3.1)) : -0.95 Oleh karena CR < 0.1, maka rasio konsistensi dari perhitungan tersebut bisa diterima.
b. Menghitung prioritas Subkriteria dari Kriteria Nilai Status Rumah
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari kriteria umur sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria dari kriteria Penghasilan Per Bulan . Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : i. Membuat Matriks Perbandingan
Berpasangan
Hasilnya terlihat dalam tabel 9
Tabel 9 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Status Rumah
Status
Rumah Baik Cukup Kurang
Baik 1 2 3
Cukup 0,5 1 2 Kurang 0,33 0,5 1 Jumlah 1,83 3,5 6
ii. Membuat Matriks Nilai Kriteria hasilnya terlihat dalam tabel 10
Tabel 10 : Matriks Nilai Kriteria Status Rumah
iii. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Hasilnya terlihat dalam tabel 11.
Tabel 11 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Status Rumah
Status Rumah Baik Cukup Kurang Jumlah
Baik 0,54 0,60 0,48 1,62
Cukup 0,27 0,30 0,32 0,90
Kurang 0,18 0,15 0,16 0,49
iv. Menghitung rasio konsistensi Hasilnya terlihat pada tabel 12
Tabel 12 : Penghitungan Rasio Konsistensi Status Rumah
Status Rumah
Jumlah per baris
Prioritas Hasil
Baik 1,62 0,54 2,16
Cukup 0,90 0,30 1,20
Kurang 0,49 0,16 0,65
Jumlah 4,01
Jumlah (jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 4,01
n (jumlah kriteria) : 3 λ maks (jumlah/n) : 1,33 CI ((λ maks-n) / (n)) : -0,56 CR (CI/CR(lihat tabel 3.1)) : -0,97 c. Menghitung Prioritas Subkriteria dari
Kriteria Lama Pinjaman
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari Lama Pinjaman sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria Penghasilan Per Bulan dan subkriteria Status Rumah. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :
i. Membuat matriks perbandingan berpasangan.
Hasil terlihat pada tabel 13
Tabel 13 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Lama Pinjaman
Lama
Pinjaman Baik Cukup Kurang
Baik 1 3 5
Cukup 0,33 1 3 Kurang 0,20 0,33 1 Jumlah 1,53 4,33 9
ii. Menentukan matriks kriteria Hasilnya terlihat dalam tabel 14
Tabel 14 : Matriks Nilai Kriteria Lama Pinjaman
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Sepeda Motor Untuk Konsumen PT.FIF Cabang 29
Tabel 15 : Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteris Lama Pinjaman
Lama
Pinjaman Baik Cukup Kurang Jumlah
Baik 0,63 0,78 0,55 1,96
Cukup 0,21 0,26 0,33 0,80
Kurang 0,13 0,09 0,11 0,33
iv. Menghitung rasio konsistensi Hasilnya terlihat dalam tabel 15
Tabel 16 : Penghitungan Rasio Konsistensi Lama Pinjaman
Lama Pinjaman
Jumlah
per baris Prioritas Hasil
Baik 1,96 0,63 2,59
Cukup 0,80 0,26 1,06
Kurang 0,33 0,11 0,44
Jumlah 4,09
Jumlah (jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 4,09 n (jumlah kriteria) : 3
λ maks (jumlah/n) : 1,36 CI ((λ maks-n) / (n)) : -0,55 CR (CI/IR(lihat tabel 3.1)) : -0,94
d. Menghitung Prioritas Subkriteria dari Kriteria Penguasaan Jenis Kendaraan Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung prioritas subkriteria dari Jenis Kendaraan sama dengan yang dilakukan dalam perhitungan prioritas subkriteria Penghasilan Per Bulan . Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : i. Membuat matriks perbandingan berpasangan. Hasil terlihat dalam tabel 17.
Tabel 17 : Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jenis Kendaraan
Jenis
Kendaraan Baik Cukup Kurang
Baik 1 5 7
Cukup 0,20 1 5
Kurang 0,14 0,20 1 Jumlah 1,34 6,2 13
ii. Menentukan matriks nilai kriteria Hasilnya terlihat dalam tabel 18.
Tabel 18 : Matriks Nilai Kriteria Jenis Kendaraan
iii. Menentukan matriks penjumlahan setiap baris Hasilnya terlihat dalam tabel 19
Tabel 19 : Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Jenis Kendaraan
Jenis
Kendaraan Baik Cukup Kurang Jumlah
Baik 0,70 1,15 0,49 2,34
Cukup 0,14 0,23 0,35 0,72
Kurang 0,10 0,05 0,07 0,22
iv. Menghitung rasio konsistensi Hasilnya terlihat dalam tabel 20
Tabel 20 : Penghitungan Rasio Jenis Kendaraan Jenis
Kendaraan
Jumlah
per baris Prioritas Hasil
Baik 1,96 0,63 2,59
Cukup 0,80 0,26 1,06
Kurang 0,33 0,11 0,44
Jumlah 4,09
Jumlah (jumlahan dari nilai-nilai hasil) : 4.09
n (jumlah kriteria) : 3 λ maks (jumlah/n) : 1,36 CI ((λ maks-n) / (n)) : -0,54 CR (CI/IR(lihat tabel 3.1)) : -0,94
4. Menghitung Hasil
Dimana prioritas hasil perhitungan pada langkah 1 dan 4 kemudian dituangkan dalam matriks hasil dalam tabel 21.
Tabel 21 : Matriks Hasil
Penghasilan Per Bulan
Status Rumah
Lama Pinjaman
Jenis Kendaraan
0,42 0,26 0.19 0,12
Baik Baik Baik Baik
1 1 1 1
Cukup Cukup Cukup Cukup
0,46 0,56 0,41 0,33
Kurang Kurang Kurang Kurang
0,21 0,30 0,17 0,10
Sistem Pendukung Keputusan Pemberian Kredit Sepeda Motor Untuk Konsumen PT.FIF Cabang 30 data nilai dari 3 jenis Konsumen seperti
yang terlihat dalam tabel 22, maka hasil akhirnya akan nampak dalam tabel 23
Tabel 22 : Nilai Konsumen
Nama Konsum
en
Penghasil an Per Bulan
Statu s Rum
ah
Lama Pinjam an
Jenis Kendara
an
Adi Baik Baik Baik Baik Eko Cukup Baik Baik Baik
Samsul Kurang Cuku
p Cukup Baik 6. Dari hasil perhitungan data Konsumen, di
dapat nilai total masing-masing jenis Konsumen yang akan digunakan dan direkomendasikan sebagai Konsumen yang layak diberikan kredit.
Tabel 23 : Hasil Akhir
Nis
Penghasi lan Per Bulan
Status Ruma
h
Lama Pinjam an
Jenis Kendara
an
Tot al
Adi 0,42 0,26 0,19 0,12 1
Eko 0,19 0,27 0,19 0,12 0,7 7 Sam
sul 0,09 0,15 0,08 0,12 0,4
4 Nilai 0,42 pada kolom Penghasilan Per Bulan baris pertama diperoleh dari nilai untuk Penghasilan Per Bulan , yaitu sangat layak dengan prioritas 1 (tabel 22), dikalikan dengan prioritas Penghasilan Per Bulan sebesar 0,42 (Tabel 4.23).
Kolom total pada Tabel 23 diperoleh dari penjumlahan pada masing-masing barisnya. Nilai total inilah yang dipakai sebagai dasar untuk merangking jenis Konsumen. Semakin besar nilainya, maka Konsumen tersebut semakin layak untuk mendapat kan kredit.
4. Kesimpulan
Dari hasil yang penulis lakukan terhadap penelitian ini penulis dapat menarik beberapa kesimpulan yang terkait dengan proses penelitian maupun dengan isi dari penelitian itu sendiri. 1. Dari hasil pengujian yang dilakukan terhadap
data referensi, proses penyeleksian penerima kredit sangat tergantung pada kelengkapan data-data kriteria yang di inputkan.
2. Proses penyeleksian penerima kredit dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) membutuhkan proses yang cukup lama bergantung pada kelengkapan data-data kriteria yang di inputkan.
Daftar Pustaka
[1]. Administrasi PT.FIF cabang Medan [2]. Hoffer dkk, Siklus Sistem, 1998.
[3]. Jogianto,HM, Konsep Dasar Sistem Informasi, 2003.
[4]. Simon, Sistem Pengambilan Keputusan, 1960.
[5]. Morton, Management Decision System, 1970.
[6]. Kusumadewi, 2003: 210 [7]. Hermawan, 2006: 54
[8]. Mesran, Visual Basic Mitra Wacana Media, 2009.
[9]. http://www.astra.co.id/index.php/business/detai ls/63
(24 April 2013/12.11 pm )
[10].http://www.fif.com/(24 April 2013/12.11 pm ) [11].