• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS ANTROPOLOGI ADAT ISTIADAT KOTA YOG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TUGAS ANTROPOLOGI ADAT ISTIADAT KOTA YOG"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS ANTROPOLOGI

ADAT ISTIADAT KOTA YOGYAKARTA

Disusun Oleh :

1. Sayid Khambas R (2013015329) 2. Septian Dwi Arnanda (2013015279) 3. Ida Nur Aini (2013015271) 4. Anida Nurrakhamah (2013015161) 5. Kurnia Tati Sunarya (2013015125)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(2)

2013/2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...2

KATA PENGANTAR...3

BAB I... 4

A. LATAR BELAKANG...4

B. RUMUSAN MASALAH...4

C. TUJUAN...5

BAB II... 6

A. BAGAN ADAT MASYARAKAT KOTA JOGJA...6

B. PENERAPAN UPACARA TRADISIONAL PADA MASYARAKAT JOGJA KOTA...7

C. MACAM-MACAM UPACARA ADAT SAAT PROSESI KEHAMILAN...8

1. Upacara Saat Mengandung...8

2. Upacara Adat untuk Bayi...11

3. Adat Istiadat Masa Kanak-Kanak...14

4. Tata Cara Pernikahan Adat Jogjakarta...21

5. Tradisi Jogja Tentang Kematian...31

BAB III... 37

A. Kesimpulan...37

(3)

KATA PENGANTAR

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau dan memiliki berbagai macam suku bangsa, bahasa, adat istiadat atau yang sering kita sebut kebudayaan. Keanekaragaman budaya yang terdapat di Indonesia merupakan suatu bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya.

Tidak bisa kita pungkiri, bahwa kebudayaan daerah merupakan faktor utama berdirinya kebudayaan yang lebih global, yang biasa kita sebut dengan kebudayaan nasional. Maka atas dasar itulah segala bentuk kebudayaan daerah akan sangat berpengaruh terhadap budaya nasional, begitu pula sebaliknya kebudayaan nasional yang bersumber dari kebudayaan daerah, akan sangat berpengaruh pula terhadap kebudayaan daerah / kebudayaan lokal.

Kebudayaan merupakan suatu kekayaan yang sangat benilai karena selain merupakan ciri khas dari suatu daerah juga mejadi lambang dari kepribadian suatu bangsa atau daerah.

Karena kebudayaan merupakan kekayaan serta ciri khas suatu daerah, maka menjaga, memelihara dan melestarikan budaya merupakan kewajiban dari setiap individu, dengan kata lain kebudayaan merupakan kekayaan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh setiap suku bangsa.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakah masyarakat Jogja Kota masih menggunakan adat istiadat dalam kehidupan sehari-hari?

(5)

C. TUJUAN

1. Mengetahui bahwa Jogjakarta merupakan daerah yang kaya akan budaya serta menyadari bahwa menjaga dan melestarikan kebudayaan daerah merupakan kewajiban dari setiap orang.

2. Mengetahui adat-istiadat masyarakat Jogja mulai dari kehamilan, kelahiran, perkawinan, hingga kematian.

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

(7)

B. PENERAPAN UPACARA TRADISIONAL PADA MASYARAKAT JOGJA KOTA

Nilai-nilai dan norma-norma kehidupan yang tumbuh di dalam masyarakat berguna untuk mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Nilai-nilai dan norma-norma itu dibentuk sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat pada akhirnya menjadi adat istiadat yang diwujudkan dalam bentuk tata upacara dan masyarakat diharapkan untuk mentaatinya. Demikian pula dalam masyarakat Jogja upacara adat adalah pencerminan bahwa semua perencanaan, tindakan dan perbuatan telah diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai yang dipancarkan melalui tata upacara adat merupakan manifestasi tata kehidupan masyarakat Jawa yang serba hati-hati agar dalam melaksanakan pekerjaan mendapatkan keselamatan lahir batin. Masyarakat Jogja mempunyai berbagai tata upacara adat sejak sebelum lahir (janin) sampai meninggal. Dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan. Di samping adat istiadat beserta tata upacaranya (temasuk sesaji) di situ juga mengandung pendidikan budi pekerti, pengetahuan mengenal watak, jenis manusia dan aturan-aturannya.

Setiap tata upacara adat tersebut mempunyai makna sendiri-sendiri dan sampai saat ini masih cukup banyak yang dilestarikan, tetapi ada juga gejala mulai ditinggalkannya tata nilai yang telah lama berakar dalam alam pikir masyarakat pendukungnya.

(8)

adanya pelaksanaan berbagai macam upacara, misalnya pada saat kelahiran, perkawinan, dan kematian.

Namun arus globalisasi dan perubahan pola pikir membawa pergeseran dalam sistem tata cara dan upacara tradisi. Salah satunya adalah pergeseran makna penyelenggaraan upacara, dari kepercayaan yang bersifat magis menjadi sesuatu yang bersifat simbolis. Terkadang dilatarbelakangi pula dengan keinginan untuk mendapatkan ketenangan hidup. Namun seringkali penyelenggaraanya hanya dikarenakan tekanan sosial kemasyarakatan, dengan maksud mendapat pandangan positif dari masyarakat sekitar.

Pergeseran makna di atas, mendorong adanya perkembangan, perubahan sarana maupun prosesi dalam pelaksanaanya. Salah satu contoh dalam hal sarana penunjang yang berubah, misalnya pada penggunaan besek dan sudhi. Pada masa sekarang ini besek sudah jarang dan diganti dengan kardus yang dirasa lebih praktis. Sudhi yang dulunya dibuat dari daun pisang, sekarang sudah dibuat dari kertas karton yang dilapisi dengan plastik.

Selain terdapat perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan dalam hal sarana, juga mengalami perkembangan dalam hal prosesi penyelenggaraan. Misalnya, dalam upacara sunatan terjadi pengurangan prosesi midodareni bagi anak yang akan ditetak. Selain itu anak, tidak perlu lagi berendam di dalam air pada pukul empat pagi, untuk melunakkan daging yang akan disunat. Materi upacara adat istiadat juga mengalami perubahan-perubahan yang menuju ke arah kepraktisan dan penyederhanaan walaupun tidak mengurangi esensi yang ada.

C. MACAM-MACAM UPACARA ADAT SAAT PROSESI KEHAMILAN 1. Upacara Saat Mengandung

(9)

Upacara ini dilaksanakan pada saat usia kehamilan adalah tiga bulan. Di usia ini roh ditiupkan pada sang jabang bayi. Upacara ini biasanya dilakukan berupa tasyakuran.

b. Upacara Tingkepan atau Mitoni

Upacara tingkepan disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh, sehingga upacara mitoni dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan, dan pada kehamilan pertama.

Dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman, disertai dengan doa-doa khusus.

Tata Cara Pelaksanaan upacara Tingkepan :

(10)

b. Memasukkan telur ayam kampung ke dalam kain (sarung) calon ibu oleh suami melalui perut sampai pecah, hal ini merupakan simbul harapan supaya bayi lahir dengan lancar, tanpa suatu halangan.

c. Berganti Nyamping sebanyak tujuh kali secara bergantian, disertai kain putih. Kain putih sebagai dasar pakaian pertama, yang melambangkan bahwa bayi yang akan dilahirkan adalah suci, dan mendapatkan berkah dari Tuhan YME. Diiringi dengan pertanyaan sudah “pantas apa belum”, sampai ganti enam kali dijawab oleh ibu-ibu yang hadir “belum pantas.” Sampai yang terakhir ke tujuh kali dengan kain sederhana di jawab “pantes.”Adapun nyamping yang dipakaikan secara urut dan bergantian berjumlah tujuh dan diakhiri dengan motif yang paling sederhana sebagai berikut :

Pada saat hamil banyak hal tidak diperbolehkan bagi sang calon ibu maupun calon ayah. Berikut pantangannya:

a) Ibu hamil dan suaminya dilarang membunuh binatang. Sebab, jika itu dilakukan, bisa menimbulkan cacat pada janin sesuai dengan perbuatannya itu.

b) Membawa gunting kecil / pisau / benda tajam lainnya di kantung baju si Ibu agar janin terhindar dari marabahaya. c) Ibu hamil tidak boleh keluar malam, karena banyak roh jahat

yang akan mengganggu janin.

(11)

e) Ibu hamil tidak boleh benci terhadap seseorang secara berlebihan, nanti anaknya jadi mirip seperti orang yang dibenci tersebut.

f) Ibu hamil tidak boleh makan pisang yang dempet, nanti anaknya jadi kembar siam.

g) Amit-amit” adalah ungkapan yang harus diucapkan sebagai "dzikir"-nya orang hamil ketika melihat peristiwa yang menjijikkan, mengerikan, mengecewakan dan sebagainya dengan harapan janin terhindar dari kejadian tersebut.

h) Ngidam adalah perilaku khas perempuan hamil yang menginginkan sesuatu, makanan atau sifat tertentu terutama di awal kehamilannya. Jika tidak dituruti maka anaknya akan mudah mengeluarkan air liur.

i) Dilarang makan nanas, nanas dipercaya dapat menyebabkan janin dalam kandungan gugur.

j) Jangan makan ikan mentah agar bayinya tak bau amis.

k) Jangan minum air es agar bayinya tak besar. Minum es atau minuman dingin diyakini menyebabkan janin membesar atau membeku sehingga dikhawatirkan bayi akan sulit keluar. l) Untuk sang Ayah dilarang mengganggu, melukai, bahkan

membunuh hewan. Nanti bayinya akan mirip dengan hewan tersebut. Contohnya adalah memancing, membunuh hewan.

Banyak pantangan-pantangan lain yang harus dihindari oleh sang calon ibu maupun ayah. Namun sebenarnya pantangan-pantangan tersebut dapat dinalar apabila ditelaah menurut perkembangan ilmu pengetahuan. Hanya saja beberapa kemungkinan tidak tertuju langsung dengan keberlangsungan hidup si jabang bayi kelak.

(12)

Tak hanya pada saat kehamilan saja upacara adat atau ritual dilaksanakan. Ketika sang jabang bayi ini lahir pun masih ada ritual dan upacara adat. Upacara ini pun berlangsung hingga sang anak menginjak usia satu tahun. Namun, pelaksanaan upacara ini dilaksanakaan hanya di usia tertentu saja. Berikut jenis upacara yang berkaitan dengan kelahiran anak.

a. Upacara Adat Brokohan

Brokohan memiliki makna adalah pengungkapan rasa syukur dan rasa sukacita atas proses kelahiran yang berjalan lancar dan selamat. Ditinjau dari maknanya brokohan juga bisa berarti mengharapkan berkah dari Yang Maha Pencipta.

Sedangkah tujuannya adalah untuk keselamatan dan perlindungan bagi sang bayi. Selain itu harapan bagi sang bayi agar kelak menjadi anak yang memiliki perilaku yang baik.

Rangkaian upacara ini berupa memendam ari-ari atau plasenta si bayi. Setelah itu dilanjutkan dengan membagikan sesajen brokohan kepada sanak saudara dan para tetangga.

Perlengkapan upacara yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:

(13)

2) Golongan rakyat biasa: nasi ambengan yang terdiri dari nasi jangan, lauk pauknya peyek, sambel goreng, tempe, mihun, jangan menir dan pecel ayam.

b. Upacara Adat Sepasasaran atau Pupak Puser

Sepasaran merupakan salah satu upacara adat bagi bayi berumur lima hari. Upacara adat ini umumnya diselenggarakan secara sederhana. Tetapi jika bersamaan dengan pemberian nama pada sang bayi upacara ini bisa dilakukan secara meriah.

Acara ini biasanya dilaksanakn dengan mengadakan hajatan yang mengundang saudara dan tetangga. Suguhan yang disajikan biasanya berupa minuman beserta jajanan pasar. Selain itu juga terkadang ada pula yang dibungkus rapi baik menggunakan besek (tempat makanan terbuat dari anyamam bambu) ataupun lainnya untuk dibawa pulang.

c. Upacara Adat Selapanan

Dalam bahasa jawa, selapan berarti tiga puluh lima hari. Tradisi ini digunakan pada peringatan hari kelahiran. Setelah 35 hari dari hari H, maka diadakan perayaan dengan nasi tumpeng, jajan pasar dan berbagai macam makanan sebagi simbol dari makna-makna yang tersirat dalam tradisi jawa.

(14)

Namun dalam perkembangannya, saat ini selapanan sebagai ungkapan syukur atas kesehatan dan keselamatan bayi, diwujudkan cukup dengan nasi tumpeng beserta lauk seadanya. Kemudian mengundang tetangga kanan-kiri untuk kendurenan (selamatan), berdoa bersama-sama dan diujung acara, tumpeng dibagi rata untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Selapanan sebagai harapan orang tua dan keluarga agar sang bayi selalu sehat, jauh dari marabahaya. Semoga apa yang diharapkan bisa terlaksana, kabul kajate.

d. Upacara Adat Mudhun Siti

Upacara ini dilakukan untuk bayi yang telah berusia 7 bulan. Di Yogyakarta, upacara ini disebut dengan tedhak siten. Upacara ini sebagai pelambang bahwa sang anak telah siap untuk menjalani hidup lewat tuntunan dari sang orang tua. Dan acara ini dilaksanakan pada saat anak berumur 7 selapan atau 245 hari. Prosesi upacaranya adalah tedhak sega pitung warna, mudhun tangga tebu, ceker-ceker, kurungan, sebar udik-udik, siraman.

3. Adat Istiadat Masa Kanak-Kanak a. Among-Among

(15)

acara upacara selapanan atau selamatan tidak liar dan ceroboh, dan jarang sekali mengalami sial. Bahkan seorang anak

yang sakit-sakitan, sering jatuh hingga berdarah-darah, nakal bukan kepalang, setelah dibuatkan bancakan weton si anak tidak lagi sakit-sakitan, dan tidak nakal lagi. Dalam beberapa kasus saya menyaksikan sendiri seorang anak sakit panas, sudah di bawa periksa dokter tetap belum ada tanda-tanda sembuh, lalu setelah dibikinkan bancakan weton hanya selang 2 jam sakit demannya langsung sembuh. diangkat langsung disiram dengan air es atau cukup disiram air dingin biasa, sehingga sayuran masih tampak hijau segar tetapi sudah matang.

(16)

(pertolongan) Tuhan. Kacang panjang dan kangkung tidak boleh dipotong-potong, biarkan saja memanjang apa adanya. Maknanya adalah doa panjang rejeki, panjang umur, panjang usus (sabar), panjang akal.

2) Telur ayam (bebas telur ayam apa saja).

Jumlah telur bisa 7, 11, atau 17 butir anda bebas menentukannya. Telur ayam direbus lalu dikupas kulitnya.

Maknanya: jumlah telur 7 (pitu), 11 (sewelas), 17 (pitulas) bermaksud sebagai doa agar mendapatkan pitulungan (7), atau

kawelasan (11), atau pitulungan dan kawelasan (17). 3) Bumbu Urap atau Gudangan.

Jika yang diberi bancakan weton masih usia kanak-kanak sampai usia sewindu (8 tahun) bumbunya tidak pedas. Usia lebih dari 8 tahun bumbu urap/gudangannya pedas. Bumbu gudangan terdiri : kelapa agak muda diparut. Diberi bumbu masak sbb : bawang putih, bawang merah, ketumbar, daun salam, laos, daun jeruk purut, sereh, gula merah dan garam secukupnya. Kalau bumbu pedas tinggal menambah cabe secukupnya. Kelapa parut dan bumbu dicampur lalu dibungkus daun pisang dan dikukus sampai matang.

(17)

4) Empat macampolo-poloan.

Terdiri dari; 1) polo gumantung (umbi yang tergantung di pohon misalnya; pepaya), 2) polo kependem (tertaman dalam tanah) misalnya telo (singkong), 3) polo rambat atau yang merambat misalnya ubi jalar. 4) kacang-kacangan bisa diwakili dengan kacang tanah. Semuanya direbus kecuali papaya. Papaya boleh utuh atau separoh/sepotong saja.

5) Nasi Tumpeng Putih.

Beras dimasak (nasi) untuk membuat tumpeng. Perkirakan mencukupi untuk minimal 7 porsi. Sukur lebih banyak misalnya untuk 11 atau 17 porsi. Setelah nasi tumpeng selesai dibuat dan di doakan, lalu dimakan bersama sekeluarga dan para tetangga. Jumlah minimal orang yang makan usahakan 7 orang, semakin banyak semakin baik, misalnya 11 orang, 17 orang. Porsi nasi tumpeng boleh dibagi-bagikan ke para tetangga anda.

Maknanya, dimakan 7 orang dengan harapan mendapat

(18)

6) Alat-alat kelengkapan

a) daun pisang secukupnya, digunakan sebagai alas tumpeng (lihat gambar).

b) kalo (saringan santan) harus yang baru atau belum pernah digunakan.

c) cobek tanah liat yang baru atau belum pernah digunakan. d) Makanan jajan pasar. Terdiri dari makanan tradisional

yang ada di pasar. Misalnya makanan terbuat dari ketan; wajik, jadah, awug, puthu, lemper dll. Makanan yang terbuat dari beras ; apem, cucur, mandra. Serta dilengkapi buah-buahan yang ditemui di pasar seperti salak, rambutan, manggis, mangga, kedondong, pisang. Semuanya dibeli secukupnya saja, jangan terlalu banyak, jangan terlalu sedikit.

(19)

pepeling agar supaya kita jangan sampai menjadi anak atau keturunan yang durhaka kepada orang tua, dan kepada para leluhurnya, leluhur yang menurunkan kita dan leluhur perintis bangsa.

8) Uang Logam (koin) Rp.100 atau 500, atau 1000. 9) Bubur 7 rupa

Bahan dasar bubur putih atau gurih (santan dan garam) dan bubur merah atau bubur manis (ditambah gula jawa dan garam secukupnya). Selanjutnya dibuat menjadi 7 macam kombinasi; bubur merah, bubur putih, bubur merah silang putih, putih silang merah, bubur putih tumpang merah, merah tumpang putih, baro-baro (bubur putih ditaruh sisiran gula merah dan parutan kelapa secukupnya).

(20)

10)Membuat teh tubruk dan kopi tubruk.

Di tambah rujak degan (klamud) menggunakan air kelapa ditambah gula merah dan garam secukupnya. Sajikan dalam gelas atau cangkir tetapi jangan ditutup.

b. Khitanan

Tradisi Khitanan atau Supitan bertujuan memohon keselamatan dan harapan agar anak tersebut kelak memiliki keturunan.

Perlengkapannya:

 Golongan bangsawan: tumpeng robyong, tumpeng gundul, tumpeng songgobuwono, tumpeng kencono, jenang baro-baro.

(21)

Tradisi Khitanan dilaksanakan pada waktu pagi atau sore hari yang dihadiri oleh si anak, ulama laki-laki, orang tua, juru supit/bong, dan tetangga terdekat. Terdapat makanan pantangan yang harus dihindari yaitu makanan yang berbau amis.

4. Tata Cara Pernikahan Adat Jogjakarta a. Nontoni

Nontoni adalah upacara untuk melihat calon pasangan yang akan dikawininya. Dimasa lalu orang yang akan nikah belum tentu kenal terhadap orang yang akan dinikahinya, bahkan terkadang belum pernah melihatnya, meskipun ada kemungkinan juga mereka sudah tahu dan mengenal atau pernah melihatnya.

Agar ada gambaran siapa jodohnya nanti maka diadakan tata cara nontoni. Biasanya tata cara ini diprakarsai pihak pria. Setelah orang tua si perjaka yang akan diperjodohkan telah mengirimkan penyelidikannya tentang keadaan si gadis yang akan diambil menantu. Penyelidikan itu dinamakan dom sumuruping banyu atau penyelidikan secara rahasia.

Setelah hasil nontoni ini memuaskan, dan siperjaka sanggup menerima pilihan orang tuanya, maka diadakan musyawarah diantara orang tua / pinisepuh si perjaka untuk menentukan tata cara lamaran.

b. Lamaran

(22)

Upacara lamaran: Pada hari yang telah ditetapkan, datanglah utusan dari calon besan yaitu orang tua calon pengantin pria dengan membawa oleh-oleh. Pada zaman dulu yang lazim disebut Jodang (tempat makanan dan lain sebagainya) yang dipikul oleh empat orang pria. Makanan tersebut biasanya terbuat dari beras ketan antara lain : Jadah, wajik, rengginan dan sebagainya. Menurut naluri makanan tersebut mengandung makna sebagaimana sifat dari bahan baku ketan yang banyak glutennya sehingga lengket dan diharapkan kelak kedua pengantin dan antar besan tetap lengket (pliket,Jawa). Setelah lamaran diterima kemudian kedua belah pihak merundingkan hari baik untuk melaksanakan upacara peningsetan. Banyak keluarga Jawa masih melestarikan sistem pemilihan hari pasaran pancawara dalam menentukan hari baik untuk upacara peningsetan dan hari ijab pernikahan.

c. Peningsetan

(23)

wajik, rengginan, gula, teh, pisang raja satu tangkep, lauk pauk dan satu jenjang kelapa yang dipikul tersendiri, satu jodoh ayam hidup. Untuk menyambut kedatangan ini diiringi dengan gending Nala Ganjur. Biasanya penentuan hari baik pernikahan ditentukan bersama antara kedua pihak setelah upacara peningsetan.

d. Upacara Tarub

Tarub adalah hiasan janur kuning (daun kelapa yang masih muda) yang dipasang tepi tratag yang terbuat dari bleketepe (anyaman daun kelapa yang hijau). Pemasangan tarub biasanya dipasang saat bersamaan dengan memandikan calon pengantin (siraman, Jawa) yaitu satu hari sebelum pernikahan itu dilaksanakan.

Untuk perlengkapan tarub selain janur kuning masih ada lagi antara lain yang disebut dengan tuwuhan. Adapun macamnya :

 Dua batang pohon pisang raja yang buahnya tua/matang.  Dua janjang kelapa gading (cengkir gading, Jawa)  Dua untai padi yang sudah tua.

 Dua batang pohon tebu wulung (tebu hitam) yang lurus.  Daun beringin secukupnya.

 Daun dadap srep.

(24)

sbb. (Ini merupakan petuah dan nasehat yang adi luhung, harapan serta do’a kepada Tuhan Yang Maha Kuasa) yang dilambangkan melalui:

 Pisang raja dan pisang pulut yang berjumlah genap  Jajan pasar

 Nasi liwet yang dileri lauk serundeng  Kopi pahit, teh pahit, dan sebatang rokok  Roti tawar

 Jadah bakar  Tempe keripik  Ketan, kolak, apem  Tumpeng gundul

 Nasi golong sejodo yang diberi lauk

 Jeroan sapi, ento-ento, peyek gereh, gebing  Golong lulut

 Daun sirih, kapur dan gambir

 Kembang telon (melati, kenanga dan kantil)  Jenang merah, jenang putih, jenang baro-baro.

 Empon-empon, temulawak, temu giring, dlingo, bengle, kunir, kencur.

(25)

 Empluk-empluk tanah liat berisi beras, kemiri gepak jendul, kluwak, pengilon, jungkat, suri, lenga sundul langit

 Ayam jantan hidup  Tikar

 Kendi, damar jlupak (lampu dari tanah liat) dinyalakan  Kepala/daging kerbau dan jeroan komplit

 Tempe mentah terbungkus daun dengan tali dari tangkai padi (merang) dilambangkan melalui : Tumpeng kecil-kecil merah, putih,kuning, hitam, hijau, yang dilengkapi dengan buah-buahan, bunga telon, gocok mentah dan uang logam yang diwadahi diatas ancak yang ditaruh di:

 Tempat penyiapan makanan yanh akan dihidangkan.  Jembatan

 Prapatan.

e. Nyantri

(26)

untuk melancarkan jalannya upacara pernikahan, sehingga saat-saat upacara pernikahan dilangsungkan maka calon pengantin pria sudah siap dit3empat sehingga tidak merepotkan pihak keluarga pengantin putri.

f. Upacara Siraman

Siraman dari kata dasar siram (Jawa) yang berarti mandi. Yang dimaksud dengan siraman adalah memandikan calon pengantin yang mengandung arti membershkan diri agar menjadi suci dan murni. Bahan-bahan untuk upacara siraman :

 Kembang setaman secukupnya

 Lima macam konyoh panca warna (penggosok badan yang terbuat dari beras kencur yang dikasih pewarna)

 Dua butir kelapa hijau yang tua yang masih ada sabutnya.  Kendi atai klenting

 Tikar ukuran ½ meter persegi  Mori putih ½ meter persegi

 Daun-daun : kluwih, koro, awar-awar, turi, dadap srep, alang-alang

 Dlingo bengle

 Lima macam bangun tulak (kain putih yang ditepinnya diwarnai biru)

(27)

 Satu macam pulo watu (kain lurik berwarna putih lorek hitam), 1 helai letrek (kain kuning), 1 helai jinggo (kain merah).

 Sampo dari londo merang (air dari merang yang dibakar didalam jembangan dari tanah liat kemudian saat merangnya habis terbakar segera apinya disiram air, air ini dinamakan air londo)

 Asem, santan kanil, 2meter persegi mori, 1 helai kain nogosari, 1 helai kain grompol, 1 helai kain semen, 1 helai kain sidomukti atau kain sidoasih

 Sabun dan handuk.

Saat akan melaksanakan siraman ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:

Tumpeng robyong Tumpeng gundul Nasi asrep-asrepan

Jajan pasar, pisang raja 1 sisir, pisang pulut 1 sisir, 7 macam jenan.

Empluk kecil (wadah dari tanah liat) yang diisi bumbu dapur dan sedikit beras

1 butir telor ayam mentah Juplak diisi minyak kelapa 1 butir kelapa hijau tanpa sabuk Gula jawa 1 tangkep

1 ekor ayam jantan

(28)

g. Midodareni

Midodareni berasal dari kata dasar widodari (Jawa) yang berarti bidadari yaitu putri dari sorga yang sangat cantik dan sangat harum baunya. Midodareni biasanya dilaksanakan antara jam 18.00 sampai dengan jam 24.00 ini disebut juga sebagai malam midodareni, calon penganten tidak boleh tidur.

Saat akan melaksanakan midodaren ada petuah-petuah dan nasehat serta doa-doa dan harapan yang di simbulkan dalam:  Sepasang kembarmayang (dipasang di kamar pengantin)  Sepasang klemuk (periuk) yang diisi dengan bumbu pawon,

biji-bijian, empon-empon dan dua helai bangun tulak untuk menutup klemuk tadi

 Sepasang kendi yang diisi air suci yang cucuknya ditutup dengan daun dadap srep (tulang daun / tangkai daun), Mayang jambe (buah pinang), daun sirih yang dihias dengan kapur  Baki yang berisi potongan daun pandan, parutan kencur, laos,

jeruk purut, minyak wangi, baki ini ditaruh dibawah tepat tidur supaya ruangan berbau wangi.

Adapun dengan selesainya midodareni saat jam 24.00 calon pengantin dan keluarganya bisa makan hidangan yang terdiri dari :

 Nasi gurih

 Sepasang ayam yang dimasak lembaran (ingkung, Jawa)  Sambel pecel, sambel pencok, lalapan

 Krecek

(29)

 Kopi pahit dan teh pahit  Rujak degan

 Dengan lampu juplak minyak kelapa untuk penerangan (jaman dulu)

h. Upacara Langkahan

Langkahan berasal dari kata dasar langkah (Jawa) yang berarti lompat, upacara langkahan disini dimaksudkan apabila pengantin menikah mendahului kakaknya yang belum nikah , maka sebelum akad nikah dimulai maka calon pengantin diwajibkan minta izin kepada kakak yang dilangkahi.

i. Upacara Ijab

(30)

menerima pengantin wanita dan disertai dengan penyerahan emas kawin bagi pengantin perempuan. Upacara ijab qobul biasanya dipimpin oleh petugas dari kantor urusan agama sehingga syarat dan rukunnya ijab qobul akan syah menurut syariat agama dan disaksikan oleh pejabat pemerintah atau petugas catatan sipil yang akan mencatat pernikahan mereka di catatan pemerintah.

j. Upacara Panggih

Panggih (Jawa) berarti bertemu, setelah upacara akad nikah selesai baru upacara panggih bisa dilaksanaakan,. Pengantin pria kembali ketempat penantiannya, sedang pengantin putri kembali ke kamar pengantin. Setelah semuanya siap maka upacara panggih dapat segera dimulai.

Untuk melengkapi upacara panggih tersebut sesuai dengan busana gaya Yogyakarta dengan iringan gending Jawa:

Gending Bindri untuk mengiringi kedatangan penantin pria Gending Ladrang Pengantin untuk mengiringi upacara panggih

mulai dari balangan (saling melempar) sirih, wijik (pengantin putri mencuci kaki pengantin pria), pecah telor oleh pemaes. Gending Boyong/Gending Puspowarno untuk mengiringi

(31)

Setelah upacara panggih selesai dapat diiringi dengan gending Sriwidodo atau gending Sriwilujeng. Pada waktu kirab diiringi gending : Gatibrongta, atau Gari padasih.

Keagungan Warisan Leluhur kekayaan budaya di tanah Jawa dapat disimak lewat upacara pernikahan adatnya yang unik dan penuh makna. Aneka ragam tradisi dan bentuk-bentuk perkawinan yang menjadi bagian dari adat masing-masing wilayah, termasuk wilayah Yogyakarta. Bagian dari Yogyakarta yaitu Kotagede pernah menjadi pusat kesultanan Mataram antara tahun 1575-1640. Tak heran jika gaya busana dan prosesi pernikahan Yogyakarta merupakan warisan leluhur yaitu kerajaan Mataram.

Warisan budaya yang unik dan sarat makna ini juga melibatkan seluruh keluarga besar calon mempelai dalam setiap ritual prosesi pernikahan. Hal ini mengingat pernikahan tidak sekadar menyatukan dua insan manusia, tapi juga menyatukan dua keluarga besar. Berikut kami tampilkan tata urutan beserta komponen-komponen adat pernikahan gaya Jawa Yogyakarta yang lazim dilaksanakan oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya.

5. Tradisi Jogja Tentang Kematian

(32)

a. Brobosan

Yakni suatu upacara yang diselenggarakan di halaman rumah orang yang meninggal. Waktunya pun dilaksanakan ketika jenazah

akan diberangkatkan ke peristirahatan terakhir (dimakamkan) dan dipimpin oleh salah satu anggota keluarga yang paling tua. Tata cara pelaksanaannya antara lain:

1) Keranda/peti mati dibawa keluar menuju ke halaman rumah dan dijunjung tinggi ke atas setelah doa jenazah selesai

2) Secara berturutan, para ahli waris yang ditinggal (mulai anak laki-laki tertua hingga cucu perempuan) berjalan melewati keranda yang berada di atasnya (mbrobos) selama tiga kali dan searah jarum jam

3) Secara urutan, yang pertama kali mbrobosi keranda adalah anak laki-laki tertua dan keluarga inti, selanjutnya disusul oleh anak yang lebih muda beserta keluarganya mengikuti di belakang.

Upacara ini dilakukan untuk menghormati, menjunjung tinggi, dan mengenang jasa-jasa almarhum semasa hidupnya dan memendam hal-hal yang kurang baik dari almarhum. Dalam istilah jawanya disebut “Mikul dhuwur mendhem jero”.

b. Surtanah

(33)

Sajian yang harus disiapkan antara lain nasi gurih (sekul uduk),

ingkung (ayam yang dimasak utuh), urap (daun sayuran rebus dengan kelengkapannya), cabe merah utuh, bawang merah yang sudah dikupas kulitnya, kedelai hitam, krupuk rambak, garam yang sudah dihaluskan, bunga kenanga, dan tumpeng yang sudah dibelah dan diletakkan dengan saling membelakangi (tumpeng ungkur-ungkuran). Maknanya ialah bahwa orang mati itu telah terpisah antara ruh dan jasadnya, sehingga upacara ini dimaksudkan untuk mendoakan almarhum yang telah berpindah dari alam dunia ke alam kubur.

c. Tigang Dinten

Yaitu semacam kenduri/slametan yang dilakukan pada hari ketiga dari kematian almarhum.

Sajian yang dipersiapkan antara lain:

1) Takir pontang berisi nasi putih dan nasi kuning yang dilengkapi dengan sudi-sudi yang berisi kecambah, kacang panjang yang sudah dipotong, bawang merah yang sudah diiris, garam yang sudah dihaluskan, kue apem putih, uang, dan gantal dua buah; 2) Nasi asahan tiga tampah, daging sapi yang sudah dimasak,

(34)

3) Dan makanan yang disukai almarhum juga dibuat dan diletakkan di samping kuburannya selama tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari setelah kematiannya.

d. Pitung Dinten

Sama halnya dengan kenduri tigang dinten, yakni dilakukan pada hari ketujuh dari kematian almarhum.

Sajian yang dipersiapkan antara lain:

1) Takir berisi kue apem, uang logam, ketan dan kolak;

2) Nasi asahan tiga tampah, daging goreng, pindang merah yang dicampur dengan kacang panjang yang diikat kecil-kecil, daging jerohan yang ditaruh di dalam conthong (wadah berbentuk kerucut), dan pindang putih.

e. Petang Puluh Dinten

Yakni kenduri pada hari keempat puluh dari kematian almarhum.

Sajian yang dihidangkan sama dengan sajian ketika tujuh hari, kemudian ditambah nasi uduk, ingkung, kedelai hitam, cabe merah utuh, kerupuk kulit rambak, bawang merah yang sudah dikupas kulitnya, garam dan bunga kenanga.

f. Nyatus Dinten

Yakni kenduri pada hari keseratus dari kematian almarhum.

g. Mendhak

Yakni kenduri yang dilakukan setelah satu tahun (pendhak siji) dan dua tahun (pendhak pindho) dari kematian almarhum.

(35)

h. Nyewu

Yakni kenduri pada hari keseribu dari kematian almarhum. Sama halnya dengan sajian yang dihidangkan pada saat mendhak. Lalu ditambah:

1) Daging kambing/domba yang dimasak becek. Sehari sebelum disembelih, kambing/domba tersebut disiram dengan bunga setaman, dicuci bulunya dan diselimuti dengan kain mori selebar satu tangan, diberi kalungan bunga dan diberi makan daun sirih. Keesokan harinya, domba tersebut ditidurkan di tanah dan diikat talinya, badan domba digambar dengan ujung pisau, kemudian disembelih dan dimasak becek;

2) Sepasang burung merpati yang dikurung dan diberi rangkaian bunga. Setelah doa selesai dilakukan, burung tersebut dilepas dan diterbangkan. Hal ini dimaksudkan agar arwah orang yang meninggal diberi tunggangan agar cepat kembali kepada Tuhan dalam keadaan suci, bersih dan tanpa beban sedikitpun;

3) Sesaji yang terdiri atas tikar bangka, benang lawe sebanyak empat puluh helai, jodhog, clupak berisi minyak kelapa dan uceng-uceng (sumbu lampu), minyak kelapa satu botol, sisir, serit,

cepuk berisi minyak tua, cermin/kaca, kapun, kemenyan, pisang raja dan gula kelapa setangkep, kelapa utuh satu butir, beras satu

takir, sirih dan perlenglapannya untuk nginang, dan bunga boreh. Semua perlengkapan ini ditaruh di atas tampah dan diletakkan di tangah-tengah orang yang berkenduri untuk melakukan doa.

i. Kol (kirim-kirim)

(36)

Kol atau ngekoli dilakukan dengan cara kenduri dengan bahan-bahan yang dipersiapkan: apem, kolak, ketan yang semuanya ditaruh di dalam takir, pisang raja setangkep, uang dan dupa.

Semua rangkaian upacara dan persiapan sesajen diatas kemudian oleh wali songo di-islamisasi-kan dengan ditambah doa-doa mayit, yasinan, fida’an, tahlilan yang dilakukan pada waktu-waktu itu. Walaupun tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang ini terlihat sangat kental dengan aura mistik yang sangat mendekati kemusyrikan dan kejahiliyyahan, namun oleh gagasan kreatif wali songo, tradisi tersebut dimodifikasi kembali hingga sesuai dengan ajaran Islam. Pelaksanaan kenduri lebih ditekankan pada pembacaan doa yang ditujukan kepada almarhum, sedangkan sesaji nantinya dimaksudkan untuk bersedekah. Sehingga tradisi tahlilan dan semacamnya ini bertujuan untuk bahan pembelajaran masyarakat (piwulang) yang lebih baik dan lebih Islami, dan bukan untuk tujuan

nihayah (meratapi si mayit).

(37)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Masyarakat Jogja sampai saat ini sangatlah kental dengan yang namanya budaya, pada masyarakat Jogja Kota sendiri telah terjadi modernisasi ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi. Walaupun begitu, ternyata masih ada sebagian masyarakat yang masih mempertahankan nilai-nilai tradisional. Hal tersebut terlihat dengan adanya pelaksanaan berbagai macam upacara, misalnya pada saat kelahiran, perkawinan, dan kematian. Ada beberapa upacara adat yang sudah jarang dilakukan seperti upacara adat kelahiran sepasaran, upacara adat kematian brobosan.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet :

http://fitricahcilik.blogspot.com

http://budayanusantara2010.wordpress.com http://irfanyudhistira.wordpress.com

Narasumber (Wawancara) :

1. Adhie Surya Pambudi, Alamat : Jalan Magelang

Referensi

Dokumen terkait

Universitas Negeri Semarang merupakan lembaga pendidikan tinggi negeri yang mempunyai jurusan pendidikan dan nonpendidikan, dimana jurusan kependidikan nantinya akan menjadi

Dengan mempertimbangkan pembuatan bumbu arsik yang rumit dan rasanya yang khas dengan menggunakan andaliman, asam gelugur, dan bahan-bahan lainnya yang

upaya untuk meningkatkan keberhasilan belajar siswa dengan mengembangkan media pembelajaran. Perkembangan teknologi informasi berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Salah

Pola ruang rumah yang teratur, penggunaan material bangunan yang berasal dari alam, dan ruang luar yang ramah lingkungan dapat mewujudkan rumah tradisional Makassar

Pada pertandingan kelompok Putri, Tim Unggulan DKI Jakarta seperti diramalkan terlalu perkasa bagi lawan lawannya memimpin sendirian dengan skor 77.10VP, diperkuat

Sukrosa gula atau gula meja sukrosa yang kita kenal berasal dari hasil ekstraksi tanaman.. Dua tanaman gula yang paling penting adalah tebu ( Saccharum sp .) dan bit ( Beta vulgaris

Bahwa dari fakta hukum yang telah dipertimbangkan di atas, menurut Mahkamah terdapat pelanggaran-pelanggaran hak-hak perseorangan untuk menjadi calon ( right to be candidate )

8 LSP/ASSOSIAS I PROFESI SKEMA : TEKNISI AKUNTANSI YUNIOR 3.2 Menganalisis pedoman, prosedur dan aturan berkaitan dengan industry jasa keuangan dan profesi-profesi