• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN MODUS HIPNOTIS ( STUDI PADA KEPOLISIAN RESOR KOTA BANDAR LAMPUNG )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN MODUS HIPNOTIS ( STUDI PADA KEPOLISIAN RESOR KOTA BANDAR LAMPUNG )"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN MODUS HIPNOTIS

( STUDI PADA KEPOLISIAN RESOR KOTA BANDAR LAMPUNG )

(Jurnal Skripsi)

Oleh

RIZKI ADIPUTRA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENANGGULANGAN KEJAHATAN PENCURIAN DENGAN MODUS HIPNOTIS

(STUDI PADA KEPOLISIAN RESOR KOTA BANDAR LAMPUNG)

Oleh

RIZKI ADIPUTRA, ERNA DEWI, FIRGANEFI (rizki091295@gmail.com)

Kejahatan pencurian dengan modus hipnotis belakangan ini sering terjadi di Kota Bandar Lampung. Secara etimologis kejahatan merupakan suatu perbuatan manusia yang mempunyai sifat jahat sebagaimana bila orang membunuh, merampok, mencuri dan lain sebagainya Permasalahan: Bagaimanakah upaya kepolisan dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis? Apakah faktor penghambat pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara hipnotis? Pendekatan masalah: yuridis normatif dan yuridis empiris. Data: studi kepustakaan dan studi lapangan. Analisis data: kualitatif. Narasumber: Penyidik Kepolisian Resor Bandar Lampung, Pakar Psikolog, Akademisi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung. Hasil penelitian dan pembahasan bahwa upaya kepolisan resor kota Bandar Lampung dalam penanggulangan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis dilakukan dengan dua cara yaitu: Upaya Non Penal dengan cara mengadakan sosialisasi

yang untuk memperoleh informasi sebelum terjadi tindak kejahatan. Upaya Penal

dilakukan untuk menanggulangi kejahatan dan yang bertujuan mencegah

masyarakat menjadi korban kejahatan pemberian sanksi tegas

mempertanggungjawabkan perbuatannya berdasarkan pedoman KUHP Indonesia yaitu pada Pasal 363 sampai Pasal 367. Dalam kasus pelaku memenuhi unsur-unsur pertanggungjawaban pidana pencurian dan berefek jera serta menghimpun

bukti-bukti guna menindak secara hukum. Faktor penghambat adalah faktor

sarana atau fasilitas yang kurang memadai dan faktor masyarakat yang kurang cepat tanggap serta kesadaran korban yang telah dipengaruhi oleh pelaku sehingga untuk segera melaporkan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis. Saran: Kepolisian hendaknya lebih bisa mengoptimalkan upaya non penal karena pencegahan lebih baik daripada pemberantasan. Pemerintah diharapkan dapat memperbaiki sarana dan memberikan fasilitas penunjang kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis dengan menambah alat pengamanan berupa CCTV serta masyarakat diharapkan bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian agar tidak menghambat proses penyidikan.

(3)

ABSTRACT

THE PREVENTION TO THIEVING CRIME BY USING HYPNOTISM MODUS

(A STUDY IN DEPARTMENTAL RESORT POLICE OF REPUBLIC INDONESIA BANDAR LAMPUNG CITY)

By

RIZKI ADIPUTRA, ERNA DEWI, FIRGANEFI (rizki091295@gmail.com)

Thieving crime by using hypnotism modus recently happened in Bandar Lampung City. In etymology, crime is a human act that has a malicious characteristic in case if someone kills, rob, steal, and etc. Problems: How does the police effort in preventing the thieving crime by using hypnotism modus? What are the obstacles that the police faces in preventing the thieving crime by using hypnotism modus? Problems approach: normative and empirical juridical. Data: bibliography study and court study. Data analysis: qualitative. Resources: Investigating Officer in Departmental Resort Police Bandar Lampung, Hypnotist, Legal Crime Academician Law Faculty of Lampung University. Research results and discussions told that the effort of Departmental Resort Police Bandar Lampung in preventing the crime by using hypnotism modus are divided into two ways: Non-penal efforts by giving socialization that held by The Police Department and put forward the intelligence function as an early detection to gain the information before crimes appeared. Penal efforts are done to preventing crimes and supposed to prevent the society becomes the victims. Inhibition factors are facilites factors that inadequate for police department to reveals the case of thieving crime by using hypnotism modus and the society factors that respond slowly and the victims consciousness that has been affected by the perpetrator so the thieving crime by using hypnotism modus can be reported as soon as possible. Advices: The Polices are expected to optimizes the non-penal efforts because preventing is better than eradicating. The governments are expected to improves the facilities and give the support facilites for Police Department to prevent the thieving crime by using hypnotism, by augment the security devices (CCTV) and society are expected to get involved with The Police Department so there will be no inhibition in investigating process.

(4)

I. PENDAHULUAN

Kejahatan pencurian dengan modus hipnotis belakangan ini marak atau sering terjadi tidak hanya kota-kota besar saja seperti di pulau jawa tetapi marak juga terjadi di Kota Bandar Lampung. Pencurian yang terjadi merupakan suatu tindakan kejahatan yang terjadi di lingkungan masyarakat seperti rumah, kantor atau tempat umum lainnya dengan target berupa pencurian motor, mobil, handphone dan barang berharga lainnya. Pelaku kejahatan pencurian dengan modus hipnotis dalam melakukan tindakan melawan hukum dipicu oleh berbagai faktor baik berasal dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar dirinya sendiri, antara satu dan lainnya saing berkaitan erat. Adapun sebab-sebab yang melatar belakangi pelaku kejahatan pencurian adalah dari faktor ekonomi dan sosial, meningkatnya pengangguran, kurangnya kesadaran hukum, serta lingkungan pelaku kejahatan pencurian.

Pidana merupakan sebuah nestapa/penderitaan yang dialamatkan kepada seseorang yang melakukan sebuah kejahatan atau kejahatan. Kejahatan pencurian merupakan perbuatan yang melanggar hukum yang digolongkan sebagai kejahatan yang ditujukan terhadap hak milik dan lain-lain yang timbul dari hak milik tersebut.1 Pencurian dengan cara-cara tertentu atau dalam keadaan tertentu sehingga bersifat lebih berat dan maka dari itu diancam dengan hukuman yang maksimumnya lebih tinggi, yaitu lebih dari hukuman penjara lima tahun dari Pasal 362 KUHP, Pasal

1

Sudarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, alumni, Bandung, 1986, hlm 7.

363 KUHP diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, dan Pasal 365 KUHP diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun dihukum.

Pencurian menurut Pasal 362 KUHP adalah :"Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak enam puluh rupiah". Pasal 362 KUHP, terdapat unsur - unsur sebagai berikut :

1. Perbuatan "mengambil", 2. Yang diambil adalah suatu

"barang",

3. Barang itu harus "seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain" dan

(5)

menjadi korban adalah wanita, karena wanita dianggap memiliki energi yang lemah dibandingkan pria namun tidak sedikit pria yang telah menjadi korbannya. Pada Tahun 2016 terjadi kasus kejahatan dengan modus hipnotis terhadap dua wartawan harian kota Lampung yakni, Putri (Harian Pilar) dan Mona (Lampung News Paper) di Hotel Mini. Kejadian berlangsung pelaku seperti menghipnotis kedua korban hingga menuruti apa kata pelaku, pelaku mengambil barang-barang milik Putri dan Ramona. Barang

Baru-baru ini terjadi kasus Pencurian dengan modus hipnotis dengan korba seorang Guru SMAN 7 Bandar Lampung dalam aksi terakhirnya, seorang wanita bernama Neneng Ida Wati menjadi korban. Guru yang mengajar di SMAN 7 Bandar Lampung ini ternyata teperdaya oleh akal bulus tersangka. Dua warga Muara Enim, Sumatera Selatan diringkus aparat Polresta Bandar Lampung. Kedua pria bernama Amerdi (42) dan Nuryono (42) ini diduga merupakan anggota komplotan penipu dengan modus hipnotis. Jumat, 26 Januari 2018.3 Kepolisian memiliki peranan penting dalam mewujudkan keamanan dan kenyamanan dalam kehidupan

2

http://www.harianpilar.com/2016/03/07/dua -wartawan-jadi-korban-hipnotis/, diakses tanggal 09 Oktober 2017 pukul 13.20 WIB

3

http://www.tribunnews.com/regional/2018/ 01/26/guru-sman-7-bandar-lampung-jadi-korban-penipuan-modus-hipnotis diakses tanggal 16 Februari 2018 pukul 15.52 WIB

bermasyarakat, kepolisian merupakan lembaga pengayom masyarakat dalam segala kondisi sosial. Peran kepolisian dapat dikatakan sebagai aspek kedudukan yang berhubungan dengan kedudukannya sebagai pelindung masyarakat.

Dengan latar belakang hal tersebut, maka saya mencoba mengajukan judul penelitian skripsi yaitu “Analisis Penanggulangan Kejahatan Pencurian dengan Modus Hipnotis ( Studi pada Resor Kota Bandar Lampung ) ”

Berdasarkan paparan diatas, maka permasalahan dalam penulisaan skripsi ini, terdiri dari :

a. Bagaimanakah upaya kepolisan dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis ?

b. Apakah faktor penghambat pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan cara hipnotis ?

II.PEMBAHASAN

A. Upaya Kepolisan dalam Menanggulangi Kejahatan Pencurian dengan Modus Hipnoti

(6)

upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat (social-defence policy). Penanggulangan kejahatan dapat dilakukan dengan menggunakan sarana Non Penal dan sarana Penal.

Upaya non penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat preventif yaitu upaya-upaya pencegahan terhadap kemungkinan kejahatan yang dilaksanakan sebelum terjadi kejahatan. Meskipun demikian apabila pencegahan diartikan secara luas maka tindakan represif yang berupa pemberian pidana terhadap pelaku kejahatan dapatlah dimasukkan agar orang yang bersangkutan dan masyarakat pada umumnya tidak melakukan kejahatan.4

Upaya penal adalah upaya penanggulangan kejahatan yang bersifat represif (penindakan) bagi pelanggar hukum atau pelaku kejahatan. Jadi, upaya ini dilakukan setelah kejahatan terjadi dengan cara memberikan hukuman terhadap pelaku kejahatan. Upaya penanggulangan hukum pidana melalui sarana penal dalam mengatur masyarakat lewat perundang-undangan pada hakikatnya merupakan wujud suatu langakah kebijakan (policy). Upaya penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana (sarana penal) lebih menitikberatkan pada upaya yang bersifat “represif” atau disebut penindsan/penumpasan, setelah kejahatan atau tidak pidana terjadi. Selain itu pada hakikatnya sarana penal merupakan bagian dari usaha penegakan hukum oleh karena itu kebijakan hukum pidana merupakan

4

Barda Nawawi Arief, 2010 Kebijaka Penanggulangan Hukum Pidana Sarana Penal dan Non Penal, Semarang: Pustaka Magister.

bagian dari kebijakan penegakan hukum (Law Enforcement).5

Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah setiap waktunya menjadikan kondisi sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat, terutama masalah pemenuhan akan kebutuhan hidup dan lapangan pekerjaan. Kondisi tersebut menimbulkan keresahan di masyarakat, seperti terjadinya kejahatan pencurian dengan modus hipnotis. Kepolisian dalam fungsinya menjaga kenyamanan masyarakat berupaya melakukan cara untuk menangani setiap kejahatan yang terjadi khususnya kejahatan pencurian dengan modus hipnotis. Mirra Septia Veranika menjelaskan Ilmu Hipnotis terdiri dari dua yaitu Oto Hipnotis dan Hetero Hipnotis. Sebelumnya Hipnotis dan hipnosis memiliki arti yang berbeda. Hipnotis adalah tekniknya, sementara hipnosis adalah kondisi seseorang yang terhipnotis. Namun, teknik hipnotis sering kali disalahartikan oleh banyak orang. Mereka menggunakan hipnotis untuk memanipulasi pikiran korbannya, agar memenuhi keinginan orang tersebut, seperti melakukan tindak kejahatan. Saat seseorang berada dalam keadaan hipnosis, mereka cenderung lebih terbuka terhadap sugesti jika dibandingkan dengan saat tidak dalam keadaan hipnosis. 6

Kejahatan pencurian dengan modus hipnotis merupakan salah satu permasalahan hukum yang perlu mendapatkan perhatian dari berbagai

5

Moelyatno, Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana. Bintang Indonesia, Bandung.1998. hlm. 37-78

6

(7)

pihak. Dalam hal ini Polri sebagai pelaksana undang-undang dalam menegakkan hukum tentunya perlu mengambil tindakan tegas terhadap kejahatan ini.dalam hal ini pihak Kepolisian di Polresta Bandar Lampung melakukan upaya penanggulangan kejahatan menjadi 2 macam, yaitu melalui jalur penal (hukum pidana) dan jalur non penal (bukan/ diluar hukum pidana).

Penanggulangan kriminalitas melibatkan tidak saja unsur-unsur intern polisi. tetapi unsur-unsur diluar Kepolisian dengan dukungan peran serta masyarakat. Polisi sebagai unsur utama yang paling awal dalam menghadapi kejahatan dan pelaku kejahatan, bertugas melakukan kegiatan penanggulangan kejahatan guna mewujudkan situasi kamtibmas yang terkendali. Tujuan penanggulangan kejahatan secara terpadu ini yang dimaksud adalah kemampuan situasi kamtibmas yaitu: a) Adanya suasana masyarakat bebas dari gangguan fisik maupun psikis

b) Adanya suasana bebas kekhawatiran, keragu-raguan dan ketakutan serta kepastian dan ketaatan hukum

c) Adanya suasana masyarakat yang meresahkan adanya perlindungan dari segala macam bahaya

d) Adanya kedamaian dan ketentraman lahiriah

Berdasarkan hasil dan penelitian yang dilakukan di Polresta Bandar Lampung dimana Bhira W menyatakan bahwa upaya Kepolisian Resor Kota Bandar Lampung dalam penanggulangan pencurian dengan modus hipnotis yang terjadi saat ini sangat sulit ditekan, karena dari segi

hukum yang ada dirasakan tidak sesuai dengan kondisi saat ini. Bhira W mengatakan terkadang pula hukuman yang diberikan oleh hakim kepada para pelaku pencurian dengan modus hipnotis tidak sesuai dengan upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam mengungkap kasus tersebut. Sehingga pelaku pun tidak merasa jera dan tidak takut untuk mengulangi kembali perbuatannya setelah masa hukumannya selesai. Pihak kepolisian telah melakukan upaya penanggulangan kejahatan ini melalui upaya non penal dan penal. Kepolisian dan aparat penegak hukum lainnya serta dukungan masyarakat, mengusahakan untuk memperkecil ruang gerak serta kesempatan dilakukannya kejahatan. Upaya ini meliputi kegiatan penjagaan patroli, pengawasan dan peringatan lebih dini pada lingkungan tempat-tempat keramaian kegiatan masyarakat dan lingkungan kerja atau perkantoran, rumah makan. swalayan, dan pasar. 7

Beberapa upaya penanggulangan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis di kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut:

(8)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bhira W. Menyatakan pihak Polresta Bandar Lampung mengadakan penyuluhan kepada masyarakat di kota Bandar Lampung yang isi dari penyuluhan tersebut adalah memberikan arti penting menjaga keamanan lingkungan mereka sendiri dan juga dengan cara perpolisian masyarakat supaya masyarakat menjadi polisi terhadap dirinya sendiri, dengan hal semacam itu maka setiap kejahatan yang akan terjadi mudah terdeteksi oleh masyarakat secara dini, karena bagaimanapun personil Polri sangat terbatas jika dibandingkan dengan masyarakat yang ada di wilayah Kota Bandar Lampung sehingga akan lebih efektif jika pengawasan juga dilakukan oleh masyarakat secara aktif. Kepolisian untuk menekan kejahatan termasuk disini kejahatan pencurian dengan modus hipnotis di wilayah Kota Bandar Lampung, dengan dilakukannya operasi kepolisian yang secara terjadwal dan terus dilakukan dalam kurun waktu. 8 Bhira W menjelaskan bahwa pihak kepolisian Polresta Bandar Lampung melakukan berbagai upaya-upaya sebelum terjadinya kejahatan pencurian dengan modus hipnotis, diantaranya :

a) Melakukan Sosisalisasi atau himbauan kepada masyarakat terkait Kejahatan Pencurian dengan Modus Hipnotis.

b) Melibatkan Bhabinkamtibmas untuk melakukan sosialisasi dilingkungan masyarakat.

8

Hasil wawancara dengan penyidik di Polresta Bandar Lampung, Bhira W, 22 Desember 2017

c) Meningkatkan Sistem Keamanan Lingkungan.9

2. Upaya Penal ( Represif )

Upaya Penal adalah suatu cara penanggulangan berupa penanganan kejahatan yang sudah terjadi. Upaya represif ini berupa rangkaian kegiatan penindakan yang di tunjukkan ke arah pengungkapan terhadap semua kasus kejahatan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yakni kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Dalam rangka bekerjanya system peradilan pidana untuk menanggulangi kejahatan, kepenjaraan ataupun lembaga permasyarakatan adalah sebagai lembaga koreksi dalam penanggulangan kriminalitas.

Bhira W menjelaskan bahwa setiap kasus yang dilaporkan kepada pihak kepolisian pasti akan segera kami tindak lanjuti, seperti melihat TKP, mendengarkan keterangan dari korban serta saksi dan melihat kejahatan yang dilakukan pelaku. Setelah semua data dan informasi kami dapatkan maka pihak kami akan menyidik keterangan informasi tersebut. Namun tidak semua kejadian kejahatan pencurian dengan modus hipnotis di wilayah Polresta Bandar Lampung baik yang dilaporkan ataupun yang tidak dilaporkan oleh korban terungkap, karena pelaku tindak kejahatan pencurian dengan modus hipnotis ini sulit untuk dilacak atau diketahui pelakunya dikarenakan korban

9

(9)

sendiri sulit mengingat wajah pelaku tersebut.10

Selanjutnya Bhira W menjelaskan untuk penanggulangan kejahatan yang dilakukan secara penal atau setelah terjadinya kejahatan kepolisian telah melaksanakan serangkaian tindakan kepolisian yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk mendapatkan cukup bukti dalam pengungkapan kasus pencurian dengan modus hipnotis ini peran pihak kepolisian secara kongkrit juga dimulai pada saat laporan dari pihak masyarakat ataupun terjadi tertangkap tangan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis. Pihak kepolisian melakukan serangkaian dalam hal dan menurut cara yang di atur undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti yang dengan bukti itu membuat terang kejahatan yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. Serangkaian tindakan ini dikenal dengan istilah penyelidikan.11

B. Faktor Penghambat Pihak

Kepolisian dalam

Menanggulangi Kejahatan Pencurian dengan Modus Hipnotis

Maraknya pencuriann dengan modus hipnotis di Indonesia khusus nya di Bandar Lampung dan kesulitan pihak kepolisan dalam mengungkap setiap kasus yang terjadi dikarenakan berbagai faktor penghambat yaitu :

1. Faktor Hukumnya sendiri (undang-undang);

2. Faktor Penegak Hukum, yaitu pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum; 3. Faktor sarana atau fasilitas yang

mendukung penegakan hukum; 4. Faktor masyarakat, yakni

lingkungan dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan; 5. Faktor kebudayaan, yakni

sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.12

Kelima faktor tersebut saling berkaitan dengan eratnya, oleh karena merupakan esensi dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur daripada efektifitas penegakan hukum.

Faktor penghambat yang paling dominan pihak kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis adalah faktor sarana dan fasilitas mendukung dan faktor masyarakat.

1.Faktor Sarana dan Fasilitas Pendukung Penanggulangan Kejahatan

Proses penegakan hukum menurut Bhira W sarana dan prasarana hukum mutlak diperlukan seperti penambahan keamananaan Sabhara Lalu Lintas dan juga himbauan sarana jalan-jalan yang ada di kota Bandar Lampung sehingga dapat memberitahukan kepada masyarakat sehingga terciptanya keamanan dan ketertiban yang dilakukan aparat penegak hukum. Sarana dan prasarana hukum yang memadai

12

(10)

dimaksudkan untuk mengimbangi kemajuan teknologi dan globalisasi, yang telah mempengaruhi tingkat kecanggihan kriminalitas, seperti kejahatan pembobolan bank, dengan menggunakan teknologi computer, kejahatan pemalsuan uang dengan menggunakan peralatan canggih, dan pencurian dengan modus hipnotis.13 Bhira W menjelaskan tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain, mencakup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai dan seterusnya. Jika hal-hal itu tidak terpenuhi, maka mustahil penegakan hukum akan mencapai tujuannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bhira W diketahui bahwa mengenai sarana dan prasarana dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis terkait sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Polresta Kota Bandar Lampung masih minim. mengenai sarana dan prasana dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis cukup minim namun masih dapat diatasi yakni dengan cara memanfaatkan peran aktif dari masyarakat itu sendiri. Hal ini sejalan dengan pendapat Soerjono Soekanto dalam hal peranan sarana dan prasana bahwa penegak hukum sebaiknya menganut jalan pikiran sebagai berikut:

1) Yang tidak ada- diadakan yang baru betul;

2) Yang rusak atau salah-diperbaiki atau dibetulkan;

3) Yang Kurang-ditambah;

13

Hasil wawancara dengan penyidik di Polresta Bandar Lampung, Bhira W, 22 Desember 2017

4) Yang macet dilancarkan;

5) Yang mundur atau merosot dimajukan atau ditingkatkan.14

2. Faktor Masyarakat

Kesadaran hukum masyarakat yang masih rendah dapat menjadi hambatan bagi proses penegakan hukum. Menurut Gunawan Jatmiko hal ini dapat dilihat dari masih adanya rasa enggan masyarakat untuk menyampaikan laporan atau menjadi saksi atas teradinya suatu proses penegakan hukum. Memang diakui bahwa hal tersebut di atas tidak semata-mata menggambarkan rendahnya kesadaran hukum masyarakat, karena masih ada faktor lain.

Berdasarkan hasil wawancara bersama Bhira W bahwa hal yang menjadi penghambat kepolisian dalam menanggulangin kejahatan dengan modus hipnotis pada umumnya masyarakat yang menjadi korban tidak sadarkan diri akibat pikiran mereka telah dikuasai oleh pelaku kejahatan dan ditambah dengan kesadaran masyarakat mengenai kejahatan dan tersebut yang masih di anggap sebagai pencurian biasa.15

Berdasarkan hasil wawancara dengan Gunawan Jatmiko bahwa tingkat kesadaran masyarakat umum untuk penegakan hukum sangat kurang karena kebanyakan masyarakat berpikirian masih takut, enggan atau malas berurusan dengan hukum, hal ini semakin mempersulit Kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis

(11)

karena Polri tidak dapat bekerja sendiri untuk melakukan pengungkapan kasus. Tentu Polri butuh informasi keterangan dari masyarakat untuk dapat memberi penjelasan tentang orang atau harta benda milik seseorang yang dicurigai maka peran masyarakat sangat dibutuhkan untuk memperoleh informasi maupun keterangannya menjadi saksi.16

Bhira W menyatakan bahwa dalam upaya penanggulangan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis pihaknya menghadapi beberapa hambatan baik hambatan dari dalam kepolosian maupun hambatan dari luar kepolisian sehingga tidak dapat menyelesaikan kasus tersebut yang diantanya yaitu masyarakat yang enggan segera melapor jika terjadi tindak kejahatan dan enggan pula untuk menjadi saksi sehingga menyulitkan pihak kepolisian untuk melakukan penyidikan lebih lanjut, hambatan berupa kekurangan alat bukti yang dikarenakan lambatnya laporan masyarakat yang korban kejahatan.17

III. PENUTUP A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :

1. Upaya Kepolisan Resor Kota Bandar Lampung dalam Penanggulangan Kejahatan Pencurian Dengan Modus Hipnotis :

16

Hasil wawancara dengan Akademisi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung, Gunawan Jatmiko, 20 Desember 2017 diterapkan dengan cara mengadakan sosialisasi yang dilakukan kepolisian dan lebih mengedepankan fungsi Intelijen sebagai deteksi dini untuk memperoleh informasi sebelum suatu tindak kejahatan terjadi sehingga kejahatan yang belum terjadi dengan adanya cara penyebaran spanduk banner dan himbauan kepada masyarakat, masyarakat mengetahui bahaya pencurian dengan modus hipnotis tersebut dapat segera digagalkan oleh aparat.

b) Upaya Penal dilakukan untuk kepentingan upaya penegak hukum yang dilaksanakan oleh lembaga penegak hukum mulai dari kepolisian sampai ke pengadilan yang memiliki kaitan erat dan tidak dapat dipisahkan sehingga apa yang telah dilaksanakan untuk menanggulangi kejahatan dan yang bertujuan mencegah masyarakat untuk menjadi korban kejahatan.

(12)

sehingga untuk segera melaporkan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis menjadi hambatan.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas maka dalam hal ini penulis dapat

memberikan saran :

1. Kepolisian hendaknya lebih bisa mengoptimalkan upaya non penal dalam penanggulangan kejahatan pencurian dengan modus hipnotis karena pencegahan lebih baik daripada pemberantasan. Kepada pemerintah agar dapat memperbaiki sarana dan memberikan fasilitas penunjang kepolisian dalam menanggulangi kejahatan pencurian dengan modus hipnotis dengan menambah alat pengamanan berupa CCTV dan membuat lapangan pekerjaan baru agar memperkecil masyarakat pengangguran sehingga mereka yang melakukan tindak kejahatan untuk kebutuhan ekonomi tidak melakukan tindak kejahatan. Serta menambah jumlah personil anggota kepolisian sehingga akan terciptanya ketertiban, keamanan dan kenyamanan didalam masyarakat.

2. Masyarakat diharapkan bisa bekerja sama dengan pihak kepolisian agar tidak menghambat proses penyelidikan dan penyidikan serta dapat meningkatkan kewaspadaan yang memilik barang berharga serta masyarakat jangan terlalu mudah

percaya terhadap orang yang baru dikenal.

DAFTAR PUSTAKA

Moelyatno, 1998, Perbuatan Pidana

dan Pertanggungjawaban

Pidana. Bintang Indonesia, Bandung.

Nawawi Arief , Barda, 2010

Kebijakan Penanggulangan

Hukum Pidana Sarana Penal dan Non Penal, Semarang: Pustaka Magister.

Soekanto, Soerjono, 2010, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegeakan Hukum, Jakarta , Rajawali Press.

Sudarto, 1986, Kapita Selekta Hukum Pidana, alumni, Bandung.

http://www.harianpilar.com/2016/03/

07/dua-wartawan-jadi-korban-hipnotis/, diakses tanggal 09 Oktober 2017 pukul 13.20 WIB

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen, Pengendalian Persediaan Bahan Perpipaan pada Proyek Air Bersih dapat mempermudah pengolahan data pengenda- lian

Proses pembuatan dari character game object menggunakan camera ini lebih mudah dari pada menggunakan object bentuk yang terlebih dahulu membuat bentuk untuk membuat

Kebijakan subsidi ekspor yang dilakukan oleh UE sangat men- distorsi pasar karena ekspor gula dijual dengan harga rendah yang menyebabkan industri gula

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPS siswa sebelum diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah 61, ada 7 orang yang

Dalam penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah hasil belajar siswa (Y), self regulated learning (X 1 ), motivasi belajar (M). Hasil belajar siswa

Dengan hikmat yang datang dari firman Tuhan, kita dapat melakukan hal-hal yang tidak saja berguna bagi diri kita, tapi juga bagi orang- orang di sekeliling kita.. Alkitab juga

Sebelum membuat analisa lanjut ke atas dapatan pemerhatian, pengkaji terlebih dahulu menyenaraikan bahan - bahan bahasa Arab yang telah dikenal pasti mengandungi

Masalah tersedianya tempat tinggal atau rumah bagi karyawan mempunyai pengaruh cukup besar pada pelaksanaan kerja. Penyediaan rumah dinas, messatau asrama perusahaan