SEMINAR INTERNASIONAL
MENIMANG BAHASA, MEMBANGUN BANGSA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
Jl. Majapahit no. 62 Telp.(0370) 623873 Fax. 634918 Mataram 83125 NTB
Nomor : /H18.5/TU/2012
15 Juni 2012
Hal
: Pengumuman Hasil Seleksi Abstrak
Seminar Internasional
Yth. Bapak/Ibu Calon Pemakalah Pendamping
Seminar Internasional
di
Tempat
Dengan hormat,
Dengan ini kami beritahukan bahwa nama-nama dan judul abstrak yang tercantum dalam lampiran berikut
dinyatakan
diterima
pada Seminar Internasional dengan tema
“
Menimang Bahasa, Membangun
Bangsa”
dalam
rangka LUSTRUM VI, FKIP Universitas Mataram. Untuk itu, kami menyampaikan beberapa hal sebagai berikut.
1.
Makalah lengkap dalam bentuk
softcopy dikirim paling lambat 30 Juli 2012 ke email:
azzazholila@gmail.com./ arifpgn@yahoo.com/ mdenasujana@gmail.com
2.
Makalah lengkap ditulis sesuai sistematika pada lampiran 02.
3.
Registrasi peserta dan pemakalah pendamping paling lambat 06 Agustus 2012 melalui rekening yang
terdapat pada brosur.
4.
Fotokopi bukti pendaftaran diserahkan ke panitia ketika check in.
LAMPIRAN 01:
HASIL SELEKSI ABSTRAK SEMINAR INTERNASIONAL
Mataram, 5-6 September 2012
No Nama Instansi Judul
1. Abd. Muqit State Polytechnic of Malang Jl. Soekarno Hatta No. 9 PO Box 04 Malang
Ideologies and Power Relations Reflected
Through Theme-Rheme Structure in Osama bin Laden‟s Speeches 2. Agusniar Dian Savitri Universitas Negeri Surabaya Penelusuran Daerah Asal Penutur
Bahasa Madura Di Kabupaten Jember
3. Ahmad Amin Dalimunthe IAIN Sumatera Utara The Role of Indonesia Language in a Modern Nation-State
4. Arafiq, M.Hum. FKIP Universitas Mataram The unusual uses of „ba‟ in Bima Language
5. Aris Wuryantoro IKIP PGRI Madiun, Indonesia
Pragmatic Competence In Translation
6. Burhanuddin, M.Hum. FKIP-UNRAM Kategori Definisi Lema: Ke Arah Penyempurnaan Kamus Besar Bahasa Indonesia
7. Dardanilla Universitas Sumatera Utara Change of Meaning In Gayo Lut Language:
A Historical Comparative Linguistic Study
8. Dedi Aprianto Program Magister (S2) PPs Universitas Negeri Surabaya
Leading a Flourishing Nation through National and Ethnic Language Maintenance and Development
9. Diani Nurhajati English Department, FKIP, University of Nusantara PGRI Kediri)
English Classroom Interaction In An Elementary School Level
10. Dr. Dianita Indrawati,SS, M.Hum.
Universitas Negeri Surabaya Metafora dalam Teks Mantra Bercocok Tanam Padi di Daerah Sreseh Sampang Madura
11. Dr. Ida BAsaria, M.Hum Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Deskripsi Bentuk dan Makna Keaspekan dalam Bahasa Batak Toba
12. Dr. Khirjan Nahdi, M.Hum STKIP HAMZANWADI Selong
Paradigma Transformatif Wacana “Wasiat Renungan Masa
Pengalaman Baru” Karya Kyai Hamzanwadi: Relasi Filsafat Praktis dan Hemeutika dalam Dinamika Sejarah
13. Dr. Sarifuddin, M.Hum. Balai Bahasa Provinsi NTB Transornasi Tata Nama Sistem Pelayaran dari Istilah Maritim Bugis ke Istilah Asing: Sebuah Pergeseran Jati Diri Budaya Maritimnya
14. Dra. Yanti Riswara, M.Hum. Balai Bahasa Provinsi Riau Rekonstruksi Prafonem Bahasa Melayu: Sebuah Kajian Dialektologi Diakronis
16. Dwi Margo Yuwono, M.Hum. Program Studi Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Penggunaan Bahasa Asing dalam Iklan Majalah Marie-Claire Edisi Indonesia
17. Dwi Widayati (Dr., M.Hum.) Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Penggunaan Bahasa Melayu Oleh Penutur Etnis Batak Dan Jawa Dalam Berinteraksi Di Asahan Dan Batubara
18. Erlita Runaningtias, M.A. Universitas Airlangga Javanese Language in Blitar Regency: a Study on Dialect Geography
19.
Esther Hesline Palandi Politeknik Negeri Malang Ekspresi Budaya Dalam Metafora Bahasa Jepang
(Bahan Pemikiran Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia)
20. Gustianingsih Utara
Departmen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera
Penyimpangan Vokoid dan Kontoid Ujaran Bahasa Indonesia Pada Anak Autistic Hiperaktif
21. Gustianingsih Departmen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara
Penyimpangan Vokoid dan Kontoid Ujaran Bahasa Indonesia Pada Anak Autistic Hiperaktif
22. Halus Mandala * Dosen FKIP Univ. Muhammadiyah Mataram
Inovasi Fonologis Kekerabatan Bahasa-Bahasa di Pulau Timor
23.
Hazairin Eko Prasetyo
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
Cultural Contextualization: A Survival Strategy For
Endangered Indigenous Languages In Indonesia
24. Heru S.P. Saputra Fakultas Sastra Universitas Jember
Bahasa, Identitas, dan Counter Hegemoni:
Fenomena pada Sedulur Sikep
25. I Gusti Agung Sri Rwa Jayantini STIBA Saraswati Denpasar Domestication In English-Indonesian Translation:
A Policy For A National Identity? 26. I Made Rai Jaya Widanta*
I Made Subur*
Politeknik Negeri Bali
Universitas Warmadewa
Diglossic Situation At Sinduwati Speech Community: Some Languages And Langauge Varieties It Promotes
27. Ikmi Nur Oktavianti Graduate student of Linguistics in Gadjah Mada University
The Emergence and the Syntactic Change of Copula adalah and ialah in Indonesian Language As Evidences of Language Change and Language Contact
28. Iwan Jazadi, S.Pd. M.Ed. Ph.D STKIP Paracendekia NW Sumbawa
29. Kartika Balai Bahasa Bandung Konsep Metafor Hewan dan Pesannya dalam Paribasa dan Babasan Sunda
30. Kasman, M.Hum Kantor Bahasa Prov. NTB Frase Endosentrik dan Eksosentrik Bahasa Samawa
(Suatu Upaya Penyempurnaan Standardisasi Bahasa Samawa)
31. Kisyani-Laksono dkk*. Universitas Negeri Surabaya LAPUAN DALAM BAHASA INDONESIA
subtema “Bahasa Nasional dan Identitas Nasional”
32. Layli Hamida, S.S., M.Hum Departemen Sastra Inggris Universitas Airlangga
Revivalisme Ideologi Bahasa dalam rangka Pemertahanan Bahasa dan Identitas Budaya Lokal
33. Leonardi Lucky Kurniawan Politeknik Ubaya, Surabaya Memperkokoh Identitas Nasional melalui Bahasa Nasional
34. Luita Aribowo Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Airlangga
Linguistik Afasiologi
35. Maryaeni Sastra Indonesia
Universitas Negeri malang
Antroplogi Kognitif
36. Masitha A.S., M.Hum. Universitas Airlangga Mengembangkan Pendidikan Bahasa
Untuk Anak Berkebutuhan Khusus 37.
Misran, MA
Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung
Vocal and Arabic Elements in Malay Translation (Study of Syair Seribu Satu Malam)
38. Moch. Imam Machfudi STAIN Jember The Development of English Language Teaching in Indonesia: Issues and Challenges
39. Moedjito, M.Ed. Ph.D STKIP Hamzanwadi Selong Searching Factors Determining Global Intelligibility of Indonesian EFL Learners‟ Speech
40. Muhamad Patoni Universitas Pendidikan Indonesia
Pemilihan Bahasa oleh Mahasiswa UPI Etnis Sunda dalam
Berpacaran
41. Muhammad Tohri, Siti Rahmi IAIN Mataram Berpikir Kritis dalam Bahasa, Modalitas Moral Membangun Bangsa
42. Nani Darheni Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat
Analisis Diakronis Leksikal Bahasa Sunda
Dialek Cilacap, Provinsi Jawa Tengah
43. Ni Ketut Dewi Yulianti,S.S., M.Hum.
Institut Seni Indonesia (ISI) DENPASAR
Signifikansi Pemahaman Lintas Budaya Dalam Belajar Bahasa Indonesia Bagi Mahasiswa Asing Isi Denpasar
44. Novi Anoegrajekti Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta
Bahasa Using dalam Lagu-lagu Banyuwangen : Dialektika Bahasa Lokal, Gerak Sosial, dan Identitas Using
45. Nurmawati Magister Pendidikan Bahasa Indonesia – Universitas Mataram
46. Ong Mia Farao Karsono Universitas Kristen Petra Surabaya (Indonesia)
Aplikasi Semantik Versus Pragmatik
Pada Berita Newsweek 47. Ratna Yulida Ashriany, M.Hum FKIP Universitas Mataram Campur Kode Indonesia-Arab
Dalam Komunikasi Lisan Di Lingkungan Organisasi Islam Kampus
48. RISSARI YAYUK Balai Bahasa Banjarmasin Jln. A.Yani Km 32,2 Loktabat Banjarbaru Kalimantan Selatan
Jejak Bahasa Induk Pada Bahasa Banjar Varian Kuin Utara
49. Rizki Hidayatullah and Septi Mustika Sari
Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
Konsep Pengobatan dalam Jangjawokan Reheut: Studi Antropolinguistik, di Desa
Muncang, Kecamatan Sodonghilir, Kabupaten Tasikmalaya
50. Rosijanih Arbie, Elisa Regar, Nonce Masengi
SMS dalam Lagu-lagu daerah Minahasa sebagai Pesan Budaya Bagi Orang Minahasa dalam Membangun Bangsa
51. ROSLIANI, S.S., M.Hum. Balai Bahasa Medan Poskolonialitas Kuasa Bahasa Dan Legalitas Budaya Kkn Elite Indonesia,
52.
Saharudin, MA
FKIP Universitas
Muhammadiyah Mataram
Kosakata bahasa Arab dalam Naskah Klasik Berbahasa Sasak (Telaah atas Pergeseran Wordview Hindu ke Islam)
53. SAIFUL STBA ITMI (Sekolah
Tinggi Bahasa Asing Institut Managemen Internasional), Jalan Timah Putih Blok G 12,15- 18, F10 Kompleks Asia Mega Mas, Medan
Bahasa Dan Politik Identitas Dalam Pembangunan Bangsa: Studi Kasus Hegemoni Bahasa Tionghoa Di Kota Medan,
54. Sudartomo Macaryus Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta
UNGKAPAN LOKAL SEBAGAI IDENTITAS ETNIS
55. Sultan, MA. STAIN Pontianak Konstruksi Media Terhadap Perempuan Pontianak Melalui Bahasa Seksis Dalam Pemberitaan Kasus Kekerasan Seksual:
Pendekatan Sosiolinguistik (Studi Pada Media Cetak Di Kota Pontianak)
56. Syahrir Idris University of Texas at San Antonio
PhD Program in Culture, Literacy, and Language
English Language Learning and the Construction of Learners‟ Social Identity
57. Tubiyono Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Airlangga
Kedaulatan Bahasa Indojnesia Sebagai Instrumen Memperkuat Jati Diri Bangsa
58. Wahidah, MA Kantor Bahasa Provinsi Maluku
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa,
Kemdikbud
59. Wanda Listiani, M.Ds Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung
Reproduksi Identitas Lokal Melalui Bahasa:
Analisis Novel Rara Mendut Karya Y.B. Mangunwijaya 60. Widiarini & Rona Merita University of
Sebelas Maret Surakarta (UNS Solo)
Strategi-Strategi Komunikasi Yang Digunakan Oleh Pelajar Bahasa Inggris Di Bec (Basic English Course)
Pare- Kediri- Jawa Timur
61. Yani Paryono Balai Bahasa Surabaya Keunikan Reduplikasi Dalam Bahasa Jawa Pandalungan Di Jawa Timur
62. Yani Paryono Balai Bahasa Surabaya Keunikan Reduplikasi Dalam Bahasa Jawa Pandalungan di Jawa Timur
63. Yenni Hayati Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah FBS
Univ.Negeri Padang
Pemberdayaan Bahasa Daerah Melalui Karya Sastra Warna Lokal di Indonesia
64. Yuni Utami Asih Mulawarman University Sistem Fonologis Bahasa Kenyah
65. Dr. Yulia Esti Katrini, M.S Universitas Tidar Magelang Jawa Tengah – Indonesia
Dialek-Dialek Bahasa Daerah Di Indonesia Dan Pilihan Bahasanya Dalam Pemetaan Bahasa
66. Imas Maryanah STBA Sebelas April Sumedang, Jawa Barat
Konstruksi Sosial Budaya Terhadap Perempuan Seperti Tercermin Dalam Novel Sunda Berjudul “Mugiri” Karya Joehana 67. Bq. Rismarini Nursaly, M.Hum STKIP Hamzanwadi Selong Register Upacara Sorong Serah
Dalam Perkawinan Adat Suku Sasak di Pulau Lombok
LAMPIRAN 2: CONTOH FORMAT MAKALAH LENGKAP
I. HASIL PENELITIAN
Judul
Afiliasi/Lembaga Asal Alamat: e-mail
Abstrak
(English & Indonesian)
PENDAHULUAN (tanpa sub-judul)
METODE
HASIL DAN PEMBAHASAN
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR RUJUKAN
II. KAJIAN NASKAH/ KEPUSTAKAAN
Judul
Afiliasi/Lembaga Asal Alamat: e-mail
Abstrak
(English & Indonesian)
PENDAHULUAN (Boleh diikuti sub-judul kalau perlu)
SIMPULAN (& SARAN)
DAFTAR RUJUKAN
KETENTUAN LAYOUT
1. Kertas =A4
2. Huruf = Times New Roman 3. Size= 11
4. Spasi=1,15
5. Margin: top=2cm, bottom=2cm, left=3cm, right=2cm 6. Jumlah halaman maksimal 7 halaman
7. Tipe file dalam bentuk Microsoft word dan PDF
8. Jika makalah melewati batas maksimal, pantia berhak mengedit.
1 LAPUAN DALAM BAHASA INDONESIA
Kisyani-Laksono Universitas Negeri Surabaya
kisyani44@yahoo.com
ABSTRACT
Lapuan is an acronym for laki-laki (men) and perempuan (women). In Bahasa, some lapuan is explicitly defined, although there are also some in implicit definition. This paper seeks to identify entries in the KBBI which specifically mentioned lapuan in the definition, formulation, and its interpretation, then identify lapuan contained implicitly by native speakers.. The data analysis was done by marking entries that mentioned the definition of lapuan explicitly and implicitly, calculated lapuan implicitly by native speaker, the tabulation, percentage calculation, tracking variation and correspondence to set a formula and its interpretation. Based on the identification process, apparently, there are lapuan which refer to profession and greetings (kinship). Lapuan referring to profession can be found in 35 pairs entries. The formulation resulted in variation and correspondence which consist of 11 set of expressions for profession and 8 for greetings. In comparison with the overall number of entries in the dictionary, the numbers of entries which explicitly convey the meaning of lapuan are not that many. One of the reasons is that, in terms of profession, Bahasa positioned male and female in equal. As for greetings, Bahasa has more specific information regarding female than the male ones in greetings. On the other hand, implicitly Indonesian vocabulary is dominated by male.
Key words: lapuan, men, women, profession, greeting, variation, correspondence.
Lapuan merupakan singkatan dari laki-laki dan perempuan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), beberapa lapuan dapat ditemukan secara eksplisit dalam definisi, meskipun beberapa yang lain ada secara implisit. Makalah ini berupaya untuk mengidentifikasi lema yang secara eksplisit menyebutkan lapuan dalam definisi, menyusun formulanya, dan menginterpretasikannya, kemudian mengidentifikasi lapuan yang terkandung secara implisit menurut penutur. Analisis data dilakukan dengan menandai lema yang berisi definisi eksplisit lapuan, menghitung penanda lapuan menurut penutur, menabulasi, menghitung persentase, serta melacak variasi dan korespondensi untuk menyusun formula dan menginterpretasikannya. Berdasarkan hasil identifikasi ternyata ada lapuan yang mengacu pada profesi dan ada juga merujuk ke sapaan (kekerabatan). Ada 35 pasang lema memperlihatkan lapuan yang mengacu pada profesi. Adapun formulanya dalam variasi dan korespondensi terdiri atas 11 formula untuk profesi dan 8 formula untuk sapaan. Dibandingkan dengan jumlah keseluruhan lema, lema yang secara eksplisit mengungkapkan lapuan dalam bahasa Indonesia sangat sedikit. Di samping itu, dari sisi profesi, bahasa Indonesia ternyata menempatkan posisi yang seimbang antara pria dan wanita. Untuk sapaan, bahasa Indonesia menempatkan posisi perempuan lebih rinci daripada laki-laki. Pada sisi lain, secara implisit kosakata bahasa Indonesia masih didominasi oleh nuansa makna laki-laki.
Kata kunci: lapuan, laki-laki, perempuan, profesi, sapaan, variasi, korespondensi
PENDAHULUAN
2 Dalam bidang kosakata sebenarnya bahasa Indonesia merupakan bahasa yang tidak mengenal pembedaan lapuan. Akan tetapi, dari beberapa kosakata bahasa lain yang diserap, misalnya bahasa Sansekerta dari dewa~dewi, muncullah oposisi-biner gender: pemuda~pemudi, siswa~siswi, karyawan~karyawati (ada korespondensi –a ≈ -i). Dengan beranalogi pada korespondensi ini muncul juga kata-kata yang sebenarnya tidak merujuk pada pembedaan lapuan, contoh bendahari~bendahara ‘pemegang keuangan’, bayangkari~bayangkara ‘pasukan pengawal’. Akan tetapi, tidak pernah muncul kata *ketui sebagai pasangan kata ketua atau *duti sebagai pasangan kata duta. Di samping itu, dalam bahasa Indonesia kata putra, dewa, pemuda, siswa, wartawan, karyawan, dll. dapat juga merujuk pada bentuk netral (laki-laki atau perempuan).
Contoh: Wisuda mahasiswa Unesa tahun 2012.
Wartawan Jawa Pos tidak mau menerima uang suap. Karyawan pabrik itu sejak kemarin berunjuk rasa.
Lapuan yang dengan sengaja diciptakan dengan prinsip analogi ternyata memunculkan masalah baru dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan hal inilah masalah lapuan dalam bahasa Indonesia menarik untuk dicermati dan diteliti. Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. mendeskripsikan lapuan yang terkeksplisitkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan mengidentifikasi formulanya.
2. mengidentifikasi dan menginterpretasi formula lapuan yang merujuk pada sapaan (hubungan kekerabatan)
3. mengidentifikasi lapuan yang terkandung secara secara implisit dalam kosakata bahasa Indonesia
METODE
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif untuk mendeskripsikan dan mengidentifikasi formula lapuan menurut kamus dan menurut penutur. Sumber data penelitian ini adalah 90.049 lema yang ada dalam bahasa Indonesia di KBBI edisi ke-4 terbitan Pusat Bahasa (2008) dan pendapat para penutur terhadap kandungan makna lapuan dalam beberapa kosakata.
Untuk menjawab tujuan pertama dan kedua digunakan tabulasi data dan identifikasi perbedaan leksikon atau fonologis pada pasangan kata. Identifikasi perbedaan leksikon terjadi jika pasangan kata tersebut berasal dari proto yang berbeda. Adapun identifikasi perbedaan fonologis dilihat dari kemiripan bentuk yang memungkinkan bentuk proto yang sama (Nothofer, 1990). Formula untuk perbedaan fonologis dapat berupa variasi--apabila hanya terjadi pada satu pasang data--atau korespondensi apabila terjadi pada lebih dari satu pasang data (Mahsun, 1995; Kisyani-Laksono, 2004).
Tujuan ketiga memerlukan pendapat para penutur terhadap kosakata bahasa Indonesia yang mengandung makna lapuan secara implisit (bernuansa makna lapuan). Penutur yang dimaksudkan berasal dari 10 responden yang terdiri atas 2 siswa SMP (laki-laki dan perempuan), 2 siswa SMA(laki-laki dan perempuan) , 2 pegawai (laki-laki dan perempuan), serta 4 mahasiswa (2 laki-laki dan 2 perempuan). Adapun kata yang disiapkan sebagai instrument adalah kata yang diambil dari kamus yang merujuk pada profesi dan/atau kedudukan sebanyak 241 kata, kata kerja 35, kata benda 24, dan kata sifat 34.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Lapuan Berdasarkan Profesi dan/atau Kedudukan
3 Lapuan yang Tereksplisitkan di KBBI
No Laki-laki
(Hlm)
Perempuan (hlm.)
Definisi Formula
1 ak·sa·ra·wan (291, N)
ak·sa·ra·wa·ti (29)
orang yg mampu membaca dan menulis L: -wan
P:-wati 2 ak·tor
(31)
ak·tris (31)
orang yang berperan sebagai pelaku dalam pementasan cerita, drama, dsb di panggung, radio, televisi, atau film
L: -tor
orang yg bertugas sebagai penyiar radio; astronaut
awak pesawat antariksa; astronaut; kosmonaut L: -wan P:-wati 5 ba·ha·ri·wan
(115, N)
ba·ru·na·wa·ti (143)
orang yang bekerja di laut atau pelayaran; pelaut
orang yang hidup di dalam biara L: -wan
P:-wati
pendeta atau petapa (Buddha) L:- ø
P:-ni 10 brah·ma·na
(209)
brah·ma·ni (209)
pendeta agama Hindu; kasta tertinggi dalam agama Hindu; orang yg masuk golongan pendeta dalam agama Hindu
L: -a
gelar bangsawan Bugis L: -e-
P: - ø-
13 Dewa
(322)
Dewi (323)
orang atau sesuatu yang sangat dipuja L: -a
P: -i 14 di·rek·tur
(332)
di·rek·tris (332)
pengurus atau (dewan) pimpinan perusahaan, bank, yayasan, dsb
L: -tur
gelar akademis untuk orang yang telah lulus ujian sarjana di perguruan tinggi
L: -dus
orang (pasukan) yang bergerilya L: -wan
P:-wati
17 Haji
(474)
Hajah (474)
orang yang telah menjalankan rukun Islam ke-5
orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, perusahaan, dsb) dengan mendapat gaji (upah); pegawai; pekerja
L: -wan
orang yang belajar di perguruan tinggi L: -a
P:-i 21 mu·ba·lig
(932, N)
mu·ba·li·gah (932)
orang yang menyiarkan (menyampaikan) ajaran agama Islam
4
penganut agama Islam L; -in
P: -at
24 Pemuda
(1042)
Pemudi (1042)
orang muda laki-laki; orang muda perempuan L: -a P: -i 25 pe·ra·ga·wan
(1050)
pe·ra·ga·wa·ti (1050)
orang yang memperagakan busana dari berbagai mode
orang yang mahir dalam seni baca Alquran L: ø P:-ah 27 ra·ja
(1133)
ra·tu (1147) ra·ni (1142)
penguasa tertinggi pada suatu kerajaan (biasanya diperoleh sebagai warisan); orang yang mengepalai dan memerintah suatu bangsa atau negara
orang yang pekerjaannya mencari dan
menyusun berita untuk dimuat dalam surat
sarjana (lulusan perguruan tinggi yang mengikuti upacara wisuda)
L: -wan P:-wati
34 Babu (109) Jongos (588) pembantu rumah tangga
35 gem·blak (435)
Ronggeng (1182)
penari (ronggeng)
(cf. Maruti,Endang Sri; Novita Rahayu; Idham; Ahmad Khoiron Hamzah, 2012)
Data tersebut pada dasarnya terdiri atas 35 pasang lema. Berdasarkan pasangan lema profesi dan/atau kedudukan, formula yang terbentuk ternyata berupa variasi (~) dan korespondensi (≈) dalam sebelas nomor sebagai berikut.
No Laki-laki Perempuan Jumlah Data
1 -wan -wati 11 pasang
5 Bagan tersebut menunjukkan adanya tiga korespondensi (≈), yakni –wan ≈ -wati; a ≈ i , - ø ≈- ah. Selain korespondensi tersebut, formula lainnya berupa variasi. Secara sekilas, dalam lingkup profesi dan/atau kedudukan, -wan dominan bermakna ‘laki-laki’ atau ‘netral’. Biarpun demikian, ternyata ada juga –wan yang merujuk pada “cantik” (perempuan), yakni rupawan (bukan dalam lingkup pekerjaan dan/atau kedudukan). Selain lapuan yang berpasangan, ada juga lapuan berdasarkan profesi yang tidak berpasangan, misalnya: bidan, sinden, mantri, modin, dst. Dari sisi profesi dan/atau kedudukan, bahasa Indonesia menempatkan kedudukan yang berimbang antara laki-laki dan perempuan.
2. Lapuan Berdasarkan Sapaan (Hubungan Kekerabatan)
Lapuan secara eksplisit juga tampak dalam sapaan (hubungan kekerabatan). Hanya saja, seperti dalam lingkup profesi dan/atau kedudukan, dalam sapaan ada juga lapuan yang berpasangan dan tanpa pasangan. Lapuan yang tanpa pasangan (merujuk pada sebutan) menempatkan posisi perempuan lebih rinci daripada laki-laki, misalnya: nenek moyang, ibu negara, dll. Selanjutnya, berikut ini adalah daftar lapuan berpasangan berdasarkan sapaan (hubungan kekerabatan).
No
Laki-laki
Perempuan Definisi Formula
1. abang adang kakak; saudara yg lebih tua L: -b-
P: -d-
2 ikh·wa
n
akh·wat saudara; teman L: i-, -n
P: a-, -t
3 pak·de bu·de panggilan untuk kakak dari ibu atau ayah L: -p
P:-b
4 en·cek en·cik kata sapaan (sebutan) untuk orang yang sedang
kedudukannya atau yang tidak dikenal
L: -e- P: -i- 5 en·ton
g
eneng panggilan kepada anak (Jakarta) L: -t-, -o-
P: - ø -, -e- 6 ka·kek ne·nek orang tua dari ayah atau dari ibu; sebutan kepada orang
yang sudah tua
L: k- P: n-
7 ki ni sebutan untuk orang tua-tua atau guru (yang menjadi
anutan)
L: k- P: n-
8 pa·pa ma·ma orang tua L: p-
P: m-
9 pa·pi ma·mi orang tua L: p-
P: m-
10 da/uda ni/uni kata sapaan untuk orang yang belum kawin L: -du
P: -ni
11 Opa oma kakek/nenek L: p-
P: m-
Lapuan berdasarkan sapaan ternyata cukup banyak. Akan tetapi, yang dapat dipasangkan dalam bentuk perbedaan fonologis ternyata tidak banyak karena hanya ditemukan delapan formula korespondensi atau variasi untuk lapuan ini. Berikut ini adalah formula yang dimaksudkan.
No Laki-laki Perempuan Jumlah Data
1 -b- -d- 1 pasang
2 - i -a 1 pasang
6
3 -p -b 1 pasang
4 -e- -i- 1 pasang
5 - t - ø 1 pasang
- o- -e-
6 -k -n 2 pasang
7 -p -m 3 pasang
8 -du -ni 1 pasang
JUMLAH TOTAL 11 pasang
C. Lapuan Secara Implisit
Secara keseluruhan, lema dalam KBBI berjumlah 90.049. Dari jumlah tersebut, selain kosakata umum dan kosakata yang mengeksplisitkan lapuan, ada juga kosakata tertentu yang netral (tidak secara eksplisit merujuk pada laki-laki atau perempuan dalam definisinya), tetapi secara implisit penutur menganggap bahwa kata tersebut merujuk pada lapuan. Oleh sebab itu, disiapkan instrumen yang digunakan sebagai bahan wawancara dengan masyarakat/penutur. Penutur yang dimaksudkan terdiri atas 10 responden yang meliputi 2 siswa SMP laki dan perempuan), 2 siswa SMAlaki dan perempuan), 2 pegawai (laki-laki dan perempuan), serta 4 mahasiswa (2 (laki-laki-(laki-laki dan 2 perempuan). Adapun kata yang disiapkan sebagai instrumen adalah kata yang diambil dari KBBI yang merujuk pada profesi dan/atau kedudukan 241, kata kerja 35, kata benda 24, dan kata sifat 34. Contoh kata yang merujuk pada profesi dan/atau kedudukan: apoteker, bandit, polisi, penjahit; contoh kata kerja: mengelus, bekerja, memasak; contoh kata benda: gelang, golok, jaket; contoh kata sifat: arif, cemburu, cengeng. Daftar kata tersebut diberikan kepada responden untuk diisi dengan tanda cek pada kolom laki-laki, perempuan, laki-laki dan perempuan (netral), serta “tidak tahu”. Berikut ini hasil penghitungannya. Huruf dalam kolom menunjukkan banyaknya penutur sebagai responden yang berpendapat bahwa kata-kata tersebut cocok untuk laki-laki, perempuan, laki-laki dan perempuan, atau “tidak tahu”.
Jumlah no. Perempuan Laki-laki Perempuan
dan Laki-laki
Tidak tahu Jumlah
Profesi dan/atau kedudukan (241 nomor)
189 1.305 821 95 2.410
Kata kerja (35 nomor) 118 171 57 4 350
Kata benda (24 nomor) 110 85 42 3 240
Kata sifat 88 98 152 2 340
JUMLAH 505 1.659 1.072 104 3340
% 15,13% 49,67% 32,09% 3,11% 100%
Berdasarkan bagan tersebut tampak bahwa kosakata bahasa Indonesia yang bernuansa makna laki-laki masih dominan (49,67%), walalupun pada sisi lain keseimbangan dalam oposisi biner gender juga sudah tampak (32,09%). Hanya sedikit kosakata yang bernuansa makna perempuan (15,13%), dan tampak pula jawaban yang memilih “tidak tahu” (3,11%) untuk mengisi kolom ini. Dalam kenyataannya, untuk menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah “perempuan” pada kata yang terkait dengan profesi sering diberi tambahan kata “wanita” sebelum kata tersebut, misalnya: wanita polisi, wanita penjahit, dst.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut.
7
2.
Berdasarkan profesi dan/atau kedudukan, terdapat sebelas formula yang menunjukkan adanya korespondensi dan variasi. Dalam hal profesi dan/atau kedudukan yang tereksplisitkan dalam definisi, bahasa Indonesia menempatkan kedudukan yang berimbang antara laki-laki dan perempuan.3.
Berdasarkan sapaan (hubungan kekerabatan), terdapat delapan formula yang menunjukkan adanyakorespondensi dan variasi untuk lapuan yang berpasangan. Dari sisi sapaan (merujuk pada sebutan) yang tanpa pasangan, bahasa Indonesia ternyata menempatkan posisi perempuan lebih rinci daripada laki-laki.
4.
Lapuan juga tampak dalam nuansa makna kata tertentu (secara implisit). Dominasi nuansa makna laki-laki (secara implisit) masih tampak dominan dalam kata-kata yang berhubungan dengan profesi dan/atau kedudukan, kata kerja, kata benda, dan kata sifat.Simpulan ini menunjukkan bahwa biarpun secara eksplisit bahasa Indonesia menempatkan kedudukan yang berimbang antara laki-laki dan perempuan, ternyata secara implisit nuansa makna masih didominasi oleh laki-laki. Selain itu, tidak semua afiks –wan atau bunyi akhir -a merujuk pada laki-laki, masih banyak yang tidak mempunyai opisisi biner gender (tidak dikenal kata *hartawati, *bangsawati, *duti, *kepali yang berpasangan dengan kata hartawan, bangsawan, duta, kepala). Pada beberapa kata, akhiran –wan dapat bermakna netral. Untuk kata-kata profesi yang bermakna netral, penambahan kata “wanita” sebelum kata tersebut (misalnya: wanita polisi, wanita penjahit, dst) sebenarnya tidak diperlukan karena akan semakin memperjelas adanya pembedaan antara laki-laki dan prempuan.
Apa yang dibahas di sini masih merupakan tinjauan sekilas yang mungkin belum banyak mengungkap data secara lebih mendetail dan teliti. Oleh sebab itu, diharapkan adanya penelitian yang lebih mendalam untuk menghasilkan sesuatu yang lebih bermakna. Semoga tulisan ini berguna dan dapat digunakan sebagai masukan untuk penyusunan kamus lapuan, baik dalam bentuk cetak ataupun online.
DAFTAR RUJUKAN
Djajanegara, Soenarjati. 2000. Kritik Sastra Feminis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Gramedia. http://www.yahoo: Gender Studies (2011)
Kisyani-Laksono. 2002. “Diskriminasi Seks dalam Bahasa Indonesia”. Laporan penelitian Kajian Wanita. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Kisyani-Laksono. 2004. Bahasa Jawa di Jawa Timur Bagian Utara dan Blambangan. Jakarta: Pusat Bahasa. Leksono-Supelli, Karlina. 1998. "Bahasa untuk Perempuan: Dunia Tersempitkan". Dalam Ibrahim dan
Suranto. 1998. Wanita dan Media: Konstruksi Ideologi Jender dalam Ruang Publik Orde Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Maruti, Endang Sri; Novita Rahayu; Idham; Ahmad Khoiron Hamzah 2012. “Pembentukan Morfem Jantina Dalam Bahasa Indonesia”. Surabaya: Unesa.
Nothofer, Bernd. 1990. “Tinjauan Sinkronis dan Diakronis Dialek-dialek Bahasa Jawa di Jawa Barat dan di Jawa Tengah (Bagian Barat)”. Yogyakarta: Fakultas Sastra, UGM.