• Tidak ada hasil yang ditemukan

Refleksi Perkembangan Ekonomi Syariah 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Refleksi Perkembangan Ekonomi Syariah 2010"

Copied!
2
0
0

Teks penuh

(1)

Kolom Opini, Koran Fajar Makassar, 23-07-2014

REFLEKSI PERKEMBANGAN EKONOMI SYARIAH

Ali Rama

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta & Pengurus Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)

Beberapa tahun belakangan ini perbincangan tentang ekonomi syariah semakin intens dilakukan baik dalam bentuk forum diskusi ilmiah berupa seminar dan konferensi maupun penelitian paper dan penulisan buku. Tidak bisa dipungkiri, keberhasilan lembaga keuangan syariah seperti perbankan sebagai hasil derivasi dari ekonomi Islam menjadi salah satu pendorong munculnya antusiasme itu. Pengembangan ekonomi syariah saat ini tidak hanya marak terjadi di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim tapi juga sudah hadir dan berkembang cukup pesat di negara-negara berpenduduk Muslim minoritas, seperti AS dan Inggris. Bahkan lembaga-lembaga perguruan tinggi top dunia seperti Harvard dan Oxford membuka kajian khusus terkait dengan ekonomi syariah ini.

Di Indonesia, geliat ekonomi syariah sudah sangat dinamis. Kinerja lembaga keuangan syariah semakin mengesankan. Perbankan syariah, misalnya, tumbuh sekitar 35-40 persen tiap tahun, market share (4.3%) yang semakin bertumbuh dengan total aset mencapai Rp 174 triliun pada akhir tahun 2012. Pertumbuhan perbankan dan lembaga keuangan syariah mendorong peningkatan permintaan SDM. Ini selanjutnya mendorong sejumlah perguruan tinggi ramai-ramai membuka kajian ekonomi syariah baik dalam bentuk fakultas, jurusan, peminatan maupun mata kuliah pilihan. Di saat bersamaan mulai bermunculan asosiasi-asosiai ekonomi syariah yang intens melakukan pertemuan untuk mendiskusikan ekonomi syariah di tanah air.

Meskipun tumbuh mengesankan, bukan berarti ekonomi syariah sepi dari berbagai bentuk kritikan. Misalnya, bagi mereka yang belum paham menganggap bahwa produk-produk syariah hanya sekedar duplikasi dan replikasi produk-produk konvensional kemudian dilabeli “syariah”. Sehingga, hampir semua produk-produk konvensional ada bentuk syariah-nya. Bahkan lebih ekstrim ada yang mengatakan syariah dan konvensional sama saja, hanya beda nama. Persepsi ini muncul akibat ketidaktahuan membedakan di antara kedua produk tersebut, padahal sebenarnya jika mereka berusaha memahami pasti akan menemukan perbedaan di antara keduanya.

Kritikan ini juga tidak terlepas dari kurangnya inovasi lembaga-lembaga keuangan syariah dalam menciptakan produk-produk keuangan yang berbeda, unik dan sesuai dengan syariah. Sangat jarang sekali lembaga keuangan syariah memiliki produk yang betul-betul menjadi ciri khasnya yang tidak bisa ditemukan di lembaga keuangan konvensonal. Kritikan ini tentunya masukan agar ekonomi syariah berkembang sesuai dengan tujuan utamanya, yaitu maqashid al syariah, bukan sekedar meng”Islam”kan produk-produk konvensional agar sesuai dengan syariah (shariah compliant).

Untuk mengawal perkembangan ekonomi syariah perlu dingatkan kembali sejarah kemunculan dan tujuan utamanya. Kemunculan ekonomi syariah atau biasa juga disebut ekonomi Islam adalah bagian dari gerakan kebangkitan Islam yang dipelopori oleh tokoh-tokoh Muslim seperti Jamaluddin Al Afgani, Abu ‘Ala al Maududi, Muhammad Abduh dan Hasan al Banna. Gerakan kebangkitan Islam dilatarbelakingi oleh keterbelakangan dan keterpurukan yang meninmpa umat Islam dari berbagai sektor kehidupan terutama di bidang politik dan ekonomi.

(2)

Kolom Opini, Koran Fajar Makassar, 23-07-2014

Gerakan yang paling menonjol dari gerakan Islamisasi ini adalah Islamisasi ilmu pengetahuan. Gerakan ini lahir dari keyakinan yang kuat akan keunggulan kompetitif konsep Islam setelah para pemikir Muslim berhasil melakukan komparasi antarsistem, baik pada skala konseptual maupun skala aplikatif (Anis Matta, 1997).

Salah satu disiplin ilmu yang menjadi objek dari Islamisasi adalah ilmu ekonomi. Bahkan Islamisasi ilmu ekonomi dianggap sebagai proses yang paling cepat dari segi konsep dan aplikasnya. Ia begitu cepat bermetamorfosis dari tataran konsep menjadi praktik dalam perekonomian. Hal ini bisa cepat terwujud, menurut Prof. Dr. Dawam Rahardjo, disebabkan oleh nilai instrumental dari ekonomi syariah yang sangat tinggi. Konsep-konsep ekonomi Islam bisa langsung diterapkan khususnya di bidang perbankan dan keuangan yang sesuai dengan hukum-hukum syariah.

Olehnya, ekonomi syariah harus diletakkan dalam konteks Islamisasi kehidupan, ekonomi adalah bagian dari aspek kehidupan yang harus berjalan sesuai dengan Islam. Sifat dasar dari Islam adalah penataan dan pengaturan. Ia tidak hanya menata satu sistem kehidupan manusia, tetap menata semua dimensinya.

Ekonomi Islam tidak hanya dimaksudkan untuk mengislamkan produk-produk konvensional, tetapi lebih dari pada itu. Ia harus mengubah paradigmanya, beralih dari kehidupan materi menuju kehidupan yang bercorak Islami. Atau dengan kata membentuk individu menjadi “homo Islamicus”, yaitu pelaku-pelaku ekonomi yang berperilaku sesuai dengan ajaran-ajaran Islam.

Dalam konteks inilah kemudia Dr. Khurshid Ahmad mengajukan tiga langkah evaluasi dan pengembangan yang harus dilakukan dalam rangka mengawal ekonomi syariah sebagai bagian dari sistem Islam yang harus ditegakkan, yaitu; pertama, mengumpulkan semua aktivitas ekonomi yang sudah dilakukan demi menghindari konsentrasi pengembangan ekonomi Islam pada sektor tertentu, misalnya perbankan dan moneter. Kedua, melakukan evaluasi dan revisi atas konsep dan praktik ekonomi yang sudah dilakukan untuk diuji kemampuan dan prospeknya, dan ketiga, seluruh konsep, teori dan pengalaman aplikatif dalam perekonomian (perbankan dan lembaga keuangan) harus diletakkan dalam bingkai sistem ekonomi Islam. Ia tidak bisa terlepas dari bagian Islamisasi kehidupan.

Sehingga yang harus diwaspadai adalah penguatan perkembangan ekonomi Islam karena didorong oleh motif mencari keuntungan semata. Hanya terfokus pada perkembangan dan pertambahan lembaga dan asetnya. Barometer kesuksesannya hanya dinilai dari pertumbuhan aset dan anekaragam produk-produk yang dihasilkan lembaga keuangannya.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa (1) ukuran perusahaan berpengaruh terhadap luas pengungkapan sukarela; (2) leverage tidak berpengaruh terhadap luas

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai hubungan pola asuh gizi dengan status gizi balita usia 1-3 tahun di Posyandu Wilayah Puskesmas Sekaran Semarang, diperoleh hasil

Sutakaria (1980) menyebutkan bahwa penyakit epidemik dipergunakan untuk penyakit yang merusak dengan persentase yang tinggi dalam suatu populasi tanaman. Jadi jumlah

Terdapat empat objektif utama yang akan membantu bagi menyempurnakan kajian ini iaitu mengenal pasti isu yang ketara terhadap permintaan dan penawaran komponen Sistem

LKPD Kabupaten Poso Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2013 lebih banyak mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) dari BPK Perwakilan Sulawesi Tengah, walaupun

Dalam pra rancangan pabrik diperlukan analisa ekonomi untuk mendapatkan perkiraan ( estimation ) tentang kelayakan investasi modal dalam suatu kegiatan produksi suatu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Puslitkes Atmajaya dengan Rifka Annisa (Hayati, 1999), tampak bahwa 76% dari 125 korban yang berkonsultasi ke RAWCC

(2) Dalam hal pelaporan kelahiran tidak dapat menunjukkan akta nikah orang tua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, pencatatan kelahiran tetap dilaksanakan