• Tidak ada hasil yang ditemukan

teori mill mengenai pembangunan ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "teori mill mengenai pembangunan ekonomi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Teori Mill Mengenai

Pembangunan Ekonomi

A. PENGANTAR

John Stuart Mill, anak laki – laki tertua James Mill, dikenal pada zamannya sebagai seorang bayi ajaib. Dia belajar bahasa Yunani pada umur tiga tahun; ilmu hitung dan sejarah pada umur enam tahun; bahasa Latin pada umur delapan tahun; logika pada umur dua belas tahun; ilmu ekonomi pada umur tiga belas tahun; dan filsafat Politik Benthamite pada umur lima belas tahun. Dia belajar semua ini di rumah di bawah bimbingan ayahnya, James Mill, dan belajar melalui kebiasaann berjalan – jalan dengan ayahnya sambil menceritakan apa yang telah dibaca pada hari sebelumnya. Ricardo adalah teman dekat James Mill yang atas dorongannya telah menulis buku Principles of Political Economy and Taxation. Dengan demikian John Milll dikenal dengan Ricardo secara pribadi. Sebagai seorang anak dia sering dibawa berjalan – jalan oleh Ricardo. Tentu saja dia menjadi pembela gigih terhadap kritik – kritik yang ditujukan kepada doktrin Ricardo. Pada 1848, Mill menerbitkan bukunya

Principles of Political Economy with some of their applications to Social Philosophy.1 Buku

ini diterbitkan tujuh kali selama hidup Mill, dan merupakan buku yang dipakai baik di universitas di Inggris maupun Amerika selama kira – kira 50 tahun, sampai pada suatu ketika (1900) buku Marshall’s yang berjudul Principles of Economies (ditulis 1890) menggantikannya.

B. TEORI

Mill menganggap pembangunan ekonomi sebagai fungsi dari tanah, tenmaga kerja, dan modal. Sementara tanah dan tenaga kerja adalah dua faktor produksi yang asli, modal adalah “persediaan yang dikumpulkan dari produk –produk tenaga kerja sebelumnya.”

Peningkatan kesejahteraan hanya mungkin bila tanah dan modal mampu meningkatkan produksi lebih cepat dibanding angkatan kerja. Kesejahteraan terdiri dari peralatan, mesin, dan keterampilan tenaga kerja. Tenaga kerja produktif inilah yang merupakan pencipta kesejahteraan dan akumulasi modal. Laju akumulasi modal merupakan fungsi dari bagian angkatan kerja yang dipekerjakan secara produktif. Laba yang diterima dengan mempekerjakan tenaga kerja tidak produktif hanyalah semata – mata pengalihan pendapatan; tenaga kerja tidak produktif tidak menghasilkan kesejahteraan ataupun pendapatan. Hanya tenaga kerja produktif, yang dapat melakukan konsumsi produktif. Konsumsi produktif adalah “konsumsi untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan produktif masyarakat.” Itu menunjukkan bahwa konsumsi produktif merupakan input yang perlu untuk memelihara tenaga kerja produktif.

(2)

Pengendalian Pertumbuhan Penduduk. Mill percaya pada teori penduduk Malthus. Yang dia maksudkan dengan penduduk hanyalah golongan kelas pekerja. Karena itu dia mengkhawatirkan pertumbuhan jumlah tenaga kerja produktif yang bekerja atas dasar upah. Dia yakin pembatasan penduduk merupakan hal yang penting untuk memperbaiki kondisi kelas pekerja sehingga mereka dapat menikmati hasil kemajuan teknologi dan akumulasi modal. Dia menganjurkan pembatasan kelahiran sebagai lawan pengendalian moral.

Cadangan Upah. Menurut Mill, elastisitas penawaran tenaga kerja sangat tinggi dalam menanggapi kenaikan upah. Upah pada umumnya melebihi tingkat penghidupan minimum. Upah dibayaran dari modal. Karena itu upah dibatasi oleh cadangan modal yang ada yang dipersiapkan untuk membayar upah. Jadi upah per kepala dapat dihitung dengan membagi keseluruhan modal yang berputar dengan penduduk yang bekerja. Upah dapat naik karena peningkatan cadangan modal yang dipakai untuk mengupah tenaga kerja atau karena pengurangan jumlah tenaga kerja. Jika upah naik, penawaran tenaga kerja akan naik. Persaingan antara pekerja tidak hanya akan menurunkan upah tetapi juga sebagian buruh kehilangan pekerjaan. “Teori Upah-Cadangan dalam bentuk yang vulgar” ini, sebagaimana, Marshall menyebutnya, “didasarkan pada gagasan Mill bahwa permintaan akan komoditi tidak merupakan permintaaan akan buruh.” Ini berarti pendapatan yang diinvestasikan

sebagai persekot upah kepada pekerjalah yang menciptakan pekerjaan dan bukan pendapatan yang digunakan pada barang – barang konsumen. Kenaikan konsumsi akan berarti kemerosotan investasi. Jadi naiknya investasi menyebabkan naiknya cadangan upah dan kemajuan ekonomi.

Laju Akumulasi Modal. Menurut Mill, laju akumulasi modal tergantung pada (1) “jumlah dana yang dapat menghasilkan tabungan” atau “ besarnya sisa hasil usaha”, dan (2) “kuatnya kecendurungan untuk menabung.”

Modal adalah hasil dari tabungan dan tabungan berasal dari “penghematan konsumsi saat ini demi kepentingan konsumsi di masa datang.” Waalaupun modal adalah hasil dari tabungan, namun modal tersebut dipergunakan. Ini berarti tabungan adalah pengeluaran. Hal tersebut menggambarkan kepercayaan Mill pada hukum pasarnya Say.

Karena tabungan tergantung pada besarnya sisa hasil usaha, maka tabungan tersebut naik bersama naiknya laba dan sewa yang dipakai untuk membuat sisa hasil itu. Pada sisi lain, kuatnya, kecenderungan menabung tergantung pada (1) tingkat laba, dan (2) keinginan untuk menabung atau apa yang disebut Mill sebagai “keinginan efektif untuk mengakumulasi modal.” Bagi Mill, laba naik atau upah turun, tingkat laba akan naik yang pada gilirannya menaikkan tingkat akumulasi modal.

(3)

akumulasi modal, maka tingkat laba “hanyalah sebesar batas termudah” dan negara berada “ di ambang keadaan statis.”

Akan tetapi kecenderungan menurunnya laba dapat dicegah dengan sejumlah faktor (1) kerugian modal pada masa krisis; (2) perbaikan teknik; (3) perkembangan perdagangan luar negeri: (4) pinjaman pemerintah untuk pengeluaran yang tidak produktif; dan terakhir, (5) dengan mengekspor modal ke negara jajahan untuk memproduksi barang konsumsi guna keperluan negara asal. Tetapi tak satu pun dari faktor tersebut dapat dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu yang tak terbatas. Akhirnya laba akan mempunyai kecenderungan berada pada tingkat minimum dan tingkat akumukasi modal menurun.

Keadaan Stasioner. Mill berpendapat keadaaan stasioner akan segera terjadi, “paling lama beberapa tahun lagi dan tidak lebih”; kehadirannya tertuna oleh faktor-faktor tersebut di atas. Mill mengharapkan kehadiran itu, karena keadaan stasioner pada akhirnya akan membawa ke arah perbaikan distribusi pendapatan dan upah bagi tenaga kerja. Tetapi ini hanya mungkin dengan pengendalian kenaikan jumlah kelas pekerja melalui “kebiasaan berhemat” dan melalui pendidikan. Jadi, dalam keadaaan stasioner, menurut Mill, baik penduduk maupun stok modal tidak mengalami kenaikan, laba mencapai tingkat minimum yang perlu untuk mencegah dissaving netto oleh perekonomian secara keseluruhan. Namun standar kehidupan masih tetap meningkat karena gaya hidup semakin membaik dan waktu luang semakin meluas sebagai akibat kemajuan teknologi.

Peranan Pemerintah. Mill setuju pada kebijaksanaan liberal yang berfungsi sebagai aturan umum “ setiap penyimpangan dari aturan itu, kecuali kalau diperlukan untuk kepentingan yang lebih besar, berarti suatu kejahatan. “Karena itu dia memberikan peranan yang minimum kepada pemerintah dalam usaha-usaha ekonomi. Campur-tangan pemerintah ia pandang perlu, misalnya, untuk memperbaiki redistribusi pemilikan sarana produksi dengan rencana-rencana seperti pembagian laba dan kerja sama. Meski sebagai penganut paham liberal, Mill setuju pada perbaikan kerangka kelembagaan pasar. Dia menginginkan pemerintah mensahkan “Undang-Undang anti Perdagangan Tidak Jujur” dan menerapkannya dengan tegas. Dia juga menganjurkan wajib belajar dan sistem ujian oleh pemerintah karena orang yang tidak terdidik tidak bias menjadi seorang “ahli komoditi yang cakap”. Dan, “produksi yang berhasil… lebih banyak tergantung pada kualitas orangnya dibanding pada lingkungan tempat mereka bekerja.”

(4)

C. Penilaian

Dari semua ahli ekonomi klasik, Mill bersifat unik karea ia membangun suatu teori yang membicarakan hampir semua faktor yang penting bagi pembangunan ekonomi pada masa kini. Dia menekankan pentingnya faktor seperti tingkat tabungan, tingkat laba, tingkat akumulasi modal, kemajuan teknologi, distribusi yang adil, perluasan perdagangan negeri, perubahan kelembagaan, dan lain-lain.

Tetapi menurut Prof. E. Roll, Mill “bukan sebagai ahli ekonomi tulen”. Prof. Stigler lebih terus terang menyatakan: ”Mill tidak mencoba membuat suatu sistem baru tetapi hanya menambahkan perbaikan di sana sini pada sistem Ricardo.” Dia mencoba memperbaiki asas Ricardo fdalam dua hal, yaitu doktrin keadaan stasioner dan cadangan upah. Namun ini pun mendapatkan kritik, bersama-sama dengan pikirannya yang lain.

1. Keadaan Stasioner bukan suatu Realitas. Ricardo yakin keadaan stasioner akan terjadi di masa datang bilamana akumulasi modal terhenti. Bagi Mill, keadaan stasioner akan segera tiba. Keadaan stasioner mengarah pada perbaikan distribusi pendapatan, karenanya dia menyambut kedatangan itu. Tetapi Mill ternyata menjadi seorang pelamar yang keliru karena keadaan stasioner yang telah dia ramal ternyata tidak datang, bahkan tidak juga menampakkan tanda akan kedatangannya.

2. Pikiran yang salah mengenai Cadangan Upah. Tak sama dengan Ricardo, Mill percaya bahwa cadangan upah tergantung pada keseluruhan cadangan modal dan bahwa upah tersebut dibayarkan dari modal sebagai uang muka. Oleh karena itu ia menyangsikan apakah serikat buruh dapat menaikkan upah. Para ahli ekonomi mengkritik dengan keras teori Mill ini. Cannon menyebutnya sebagai “kesalahan paling besar yang telah dibuat dalam teori ekonomi pada masa modern”. Marshall menyebutnya sebagai “bentuk teori cadangan-upah yang vulgar”, yang dikemukakan dengan cara yang buruk sekali. Alasannya, karena dia menghubungkan cadangan upah dengan modal ketimbang dengan dividen nasional.

3. Teori Malthus salah. Mill terlalu pesimis pada pertumbuhan penduduk dalam arti teori Malthus. Teori Malthus ternyata tidak benar di negara-negara kapitalis dunia.

(5)

5. Laissez-faire bukan suatu kebijaksanaan praktis. Mill setuju dengan kebijaksanaan liberal dalam urusan ekonomi. Walaupun begitu, kebijaksanaan tersebut tidak praktis. Kenyataannya, tidak ada perekonomian yang dapat berfungsi jika di dalamnya terdapat persaingan sempurna, dan tidak ada perekonomian yang dapat tumbuh tanpa bantuan pemerintah dalam bentuk apa pun.

D. Penerapan Teori Mill Pada Negara Berkembang

Pandangan Mill mengenai akumulasi modal, hasil yang semakin berkurang, pertumbuhan penduduk, dan peranan terbatas pemerintah, dapat diterapkan di negara terbelakang.

Laju akumulasi modal dapat ditingkatkan dengan meningkatnya sisa hasil usaha dan dengan memeperkuat kecenderungan menabung. Yang disebut terakhir, sebaliknya, tergantung pada tingkat laba dan hasrat menabung. Itulah cara-cara pemecahan yang dapat diterapkan untuk meningkatkan laju akumulasi modal di negara terbelakang.

Lahan di negara terbelakang terbatas luasnya dan tidak ada perbaikan teknologi yang dilakukan pada lahan. Karena itu, hokum mengenai hasil yang semakin berkurang berjalan secara penuh sehingga produktivitas lahan rendah. Mill tidak hanya mengungkapkan berlakunya hokum tersebut tetapi juga menganjurkan dilakukannya perbaikan teknologi pada lahan sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas. Anjuran ini diterima sebagai prinsip pokok pembangunan ekonomi di negara terbelakang.

Mill percaya pada teori kependudukan yang dikemukakan Malthus. Bedanya, dia lebih menekankan pengendalian penduduk melalui pembatasan kelahiran daripada sekedar melalui pengekangan moral. Pengalaman negara terbelakang membuktikan bahwa teori Malthus dapat diterapkan dan penduduk dapat dikendalikan hanya dengan pelaksanaan pembatasan kelahiran sebagaimana dianjurkan Mill.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian menggunakan 60 ekor ayam pedaging, dua puluh ekor ayam di awal penelitian diambil darahnya untuk pengamatan titer antibodi asal induk terhadap infeksi virus

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diperoleh pada pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa strategi Marketing Communication SnowBay Waterpark

2 Wakil Dekan Bidang I SALINAN TERKENDALI 02 3 Wakil Dekan Bidang II SALINAN TERKENDALI 03 4 Manajer Pendidikan SALINAN TERKENDALI 04 5 Manajer Riset dan Pengabdian

Pengujian Peningkatan Produktivitas Menggunakan alat analisis statistik yaitu uji hipotesis, dilakukan dalam 2 tahap: Tahap I: untuk menguji apakah ada perbedaan

Disamping itu, kebanyakan studi efisiensi hanya fokus pada pengukuran kinerja efisiensi teknis, sementara penelitian yang melakukan analisis terhadap faktor-faktor yang

Beradasarkan tabel 5 Tingkat stres yang ringan seba- gian besar pada tekanan darah ≥140 mmHg / ≥90 mmHg yaitu sebanyak 31 lansia (68,9%), berdasar- kan uji chi-square dengan nilai

Sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, yang artinya secara simultan perubahan laba bersih, perubahan arus kas operasi, perubahan arus kas investasi, perubahan