• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PENGEMBANGAN PRODUKSI USAHA KECIL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KAJIAN PENGEMBANGAN PRODUKSI USAHA KECIL"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

KAJIAN PENGEMBANGAN PRODUKSI

USAHA KECIL MENENGAH

(2)

KAJIAN PENGEMBANGAN PRODUKSI

USAHA KECIL MENENGAH

Tim Peneliti:

(3)

ii Penyusunan Pengembangan Produksi UKM KATA PENGANTAR

Laporan akhir merupakan progres lebih lanjut dari pelaksanaan penelitian Penyusunan Pengembangan Produksi UKM di Kota Tangerang Selatan. Berisi tentang latar belakang, kondisi umum wilayah, metodologi, kendala dan strategi dalam pengembangan UKM.

Dengan diselesaikannya laporan akhir ini, menjadikan tahapan terakhir pelaksanaan penelitian Penyusunan Pengembangan Produksi UKM di Kota Tangerang Selatan menjadi lebih sempurna dan bermanfaat. Kajian ini dapat bermanfaat bagi pemberi kerja, guidence penelitian ini menjadi dasar untuk memberikan rekomendasi bagi pemangku kepentingan di Kota Tangerang Selatan.

(4)

iii Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 3

1.3. Sasaran Kajian ... 3

1.4. Ruang Lingkup Kajian ... 4

1.5. Output Kajian ... 5

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN ... 6

2.1. Definisi UKM di Indonesia ... 6

2.2. Definisi UKM di Beberapa Negara ... 7

2.3. Pengelolaan UKM di Indonesia ... 9

2.4. Peranandan Permasalahan UKM di Indonesia ... 11

BAB III PENDEKATAN DAN METODE ... 15

3.1. Kerangka Pendekatan ... 15

3.2. Metode yang Digunakan ... 16

3.3. Urutan Pelaksanaan Pekerjaan ... 20

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH ... 22

4.1. Kondisi Geografis ... 22

4.2. Kondisi Demografis ... 23

(5)

iv Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

4.4. Produk Domestik Bruto ... 26

4.5. Kondisi Produksi ... 27

BAB V INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI TANGSEL ... 34

5.1. Kecamatan Serpong ... 34

5.2. Kecamatan Serpong Utara ... 36

5.3. Kecamatan Ciputat ... 37

5.4. Kecamatan Ciputat Timur ... 39

5.5. Kecamatan Pamulang ... 41

5.6. Kecamatan Pondok Aren ... 42

5.7. Kecamatan Setu ... 44

BAB VI KENDALA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN ... 46

6.1. Identifikasi Masalah ... 49

6.1.1. Analisis Faktor-faktor Internal... 49

6.1.2. Analisis Faktor-faktor Eksternal ... 57

6.2. Strategi Pengembangan UKM ... 62

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 66

7.1. Kesimpulan ... 66

(6)

v Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

DAFTAR TABEL

Tabel JudulTabel Halaman

2.1. Kriteria UKM Menurut IFC ... 12

2.2. Perjalanan UKM Potensial Menjadi Bankable ... 13

4.1. Nilai PDRB dan Distribusi Presentase PDRB Kota Tangsel Per Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku ... 27

4.2. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ... 28

4.3. Jumlah Ternak Besar di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ... 29

4.4. Produksi Ikan menurut Jenis Usaha Perikanan Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ... 29

4.5. Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Berdasarkan Status Perusahaan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 ... 30

4.6. Jumlah Perusahaan berdasarkan Sektor dan Tenaga Kerja Tahun 2012 ... 30

4.7. Penerbitan SIUP di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 .... 31

5.1. Sebaran IKM berdasarkan jenis Industri Tiap Kecamatan ... 33

5.2. Daftar IKM Di Kecamatan Serpong ... 35

5.3 Daftar IKM Di Kecamatan Serpong Utara ... 36

5.4 Daftar IKM Di Kecamatan Ciputat ... 38

(7)

vi Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

(8)

vii Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman

(9)

1 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Usaha Kecil Menengah yang biasa disingkat dengan UKM merupakan bagian terpenting dalam suatu perekonomian suatu negara, UKM memiliki peranan yang baik untuk meningkatkan lajunya perekonomian masyarakat.

Selain itu, UKM dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia dengan terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar UKM tersebut didirikan, sehingga dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Maka dari itu, pengembangan UKM di Indonesia perlu dilakukan dengan baik karena dapat mengatasi salah satu permasalahan negara Indonesia.

(10)

2 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Dengan bukti ini, jelas bahwa UKM dapat diperhitungkan dalam meningkatkan kekompetitifan pasar dan stabilisasi sistem ekonomi yang ada. Dalam pembangunan ekonomi di Indonesia UKM selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. Peranan usaha kecil tersebut menjadi bagian yang diutamakan dalam setiap perencanaan tahapan pembangunan yang dikelola oleh dua departemen yaitu Departemen Perindustrian dan Perdagangan, serta Departemen Koperasi dan UKM.

Kebijakan pemerintah dewasa ini telah cukup menunjukkan keberpihakan pada usaha kecil dan menengah. Banyak sudah upaya dan langkah-langkah pemerintah menyangkut pemberdayaan pada usaha kecil dan menengah dalam lima tahun terakhir ini.

(11)

3 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Kegiatan kajian penyusunan pengembangan produksi ukm bermaksud untuk pengklasifikasaian hasil produksi Usaha Kecil Menengah dan menganalisa kendala dan hambatan dalam pengembangannya.

Adapun tujuannya kajian sebagaimana KAK, adalah untuk mengidentifikasi agar Pengembangan Usaha Kecil Menengah di Kota Tangerang Selatan meningkatkan dan mengembangkan hasil Produksi UKM. Karenanya, identifikasi tujuan yang hendak dikaji dalam kegiatan ini, yang ditawarkan oleh perusahaan adalah:

1. Identifikasi terhadap Usaha Kecil Menengah di setiap Kecamatan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan sektor ekonomi;

2. Pengklasifikasian Jenis Usaha dan Hasil Produksi Usaha Kecil Menengah berdasarkan pasar sasaran (Lokal, Regional, Nasional, Ekspor);

3. Identifikasi faktor-faktor kendala dan penghambat pengembangan produksi UKM

4. Penyusunan sentra pemasaran produk UKM berdasarkan wilayah (zoning) dan jenis usaha;

5. Penyusunan Strategi dan Rekomendasi pengembangan produksi UKM ;

1.3. SASARAN KAJIAN

(12)

4 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

1. Teridentifikasikannya Pelaku Usaha Kecil Menengah di setiap Kelurahan dan Kecamatan di Kota Tangerang Selatan berdasarkan sektor ekonomi.

2. Tersusunnya klasifikasi Jenis Usaha dan Hasil Produksi Usaha Kecil Menengah berdasarkan pasar sasaran (Lokal, Regional, Nasional, Ekspor)

3. Teridentifikasikannya faktor-faktor kendala dan penghambat pengembangan produksi UKM.

4. Tersusunnya sentra pemasaran produk UKM berdasarkan wilayah (zoning) dan jenis usaha.

5. Tersusunnya Strategi dan Rekomendasi pengembangan produksi UKM

1.4. RUANG LINGKUP KAJIAN

a. Melakukan identifikasi terhadap seluruh pelaku UKM yang ada di wilayah Kota Tangerang Selatan, baik di tingkat kelurahan maupun Kecamatan.

b. Melakukan klasifikasi jenis usaha dan hasil produksi UKM berdasarkan pasar sasaran.

c. Melakukan analisis tentang faktor-faktor kendala dan penghambat pengembangan produksi UKM di Kota Tangerang Selatan, berdasarkan fakta di lapangan.

(13)

5 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

e. Menyusun strategi pengembangan produksi UKM dan rekomendasi terkait hal dimaksud.

1.5. Output Kajian

Output yang diharapkan dari kegiatan kajian penyusunan pengembangan produksi ukm di Kota Tangerang Selatan, adalah berupa:

 Tersedianya dokumen kajian tentang pengembangan produksi

ukm di Kota Tangerang Selatan, sehingga informasi yang disajikan dapat memberikan manfaat dan nilai tambah bagi pihak-pihak yang berkepentingan, khususnya kepada pihak;

(1) Instansi pemerintah di Kota Tangerang Selatan. (2) Masyarakat Kota Tangerang Selatan, serta;

(3) Stakeholders yang terkait dan berkepentingan dengan data tersebut.

Tersedianya laporan tahapan-tahapan kegiatan dalam bentuk

(14)

6 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

BAB II

KAJIAN KEPUSTAKAAN

2.1. Definisi UKM di Indonesia

Beberapa lembaga atau instansi bahkan Undang-Undang (UU) memberikan definisi Usaha Kecil Menengah (UKM). Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja lima sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20 sampai dengan 99 orang.

(15)

7 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

(1) Kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh jutarupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus jutarupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah).

Sementara itu, yang disebut dengan Usaha Menengah adalah entitas usaha yang memiliki kriteria sebagai berikut:

(1) Kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; dan (2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua

miliar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).

2.2. Definisi UKM di Beberapa Negara

(16)

8 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

mikro), dan Kolombia (kurangdari 10 orang untuk usaha mikro, antara 10 – 50 orang untuk usaha kecil,dan antara 51 – 200 orang untuk usaha menengah).

Ukuran lain yang sering dijadikan sebagai tolok ukur pengklasifikasian adalah nilai total penjualan per tahun, seperti yang digunakan oleh Chile (kurang dari USD 2.400 untuk usaha mikro, USD 25.000 untuk usaha kecil,dan USD 1 juta untuk usaha menengah).

Beberapa negara menggunakan kombinasi dari berbagai tolok ukur tersebut, bahkan ada beberapa yang memiliki standar berbeda dalam mendefi nisikan UMKM berkaitan dengan hukum yang berbeda pula. Afrika Selatan menggunakan kombinasi antara jumlah karyawan, pendapatan usaha, dan total aset sebagai ukuran dalam kategorisasi usaha. Peru mendasarkan klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah karyawan dan tingkat penjualan per tahun. Costa Rica menggunakan sistem poin berdasarkan tenaga kerja, penjualan tahunan, dan total aset sebagai dasar klasifikasi usaha. Bolivia mendefinisikan UMKM berdasarkan tenaga kerja, penjualan per tahun, dan besaran asset. Sedangkan Republik Dominika menggunakan karyawan dan tingkat penjualan per tahun sebagai tolok ukur. Tunisiamemiliki klasifikasi yang berbeda di bawah peraturan yang berbeda, namun terdapat konsensus umum yang mendefi nisikan UMKM berdasarkan jumlah karyawan.

(17)

9 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Sedangkan Argentina menetapkan bahwa sektor industri, ritel, jasa, dan pertanian memiliki batasan tingkat penjualan berbeda dalam klasifi kasi usaha. Malaysia membedakan definisi UMKM untuk bidang manufaktur dan jasa, masing-masing berdasarkan jumlah karyawan dan jumlah penjualan tahunan.

2.3. Pengelolaan UKM di Indonesia

(18)

10 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

dan fasilitasi promosi), dan peningkatan daya saing SDM (pengembangan kewirausahaan, manajerial, keahlian teknis, dan kemampuan dasar).

Selain fokus strategi tersebut, kebijakan Kemenkop dan UKM juga dimaksudkan untuk mendukung manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya, meningkatkan saranadan prasarana aparatur kementerian, dan mengembangkan program dan kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan UMKM.

Di samping program-program yang dijalankan oleh Kemenkop dan UKM, beberapa lembaga lain di Indonesia juga melakukan usaha untuk membantu perkembangan UMKM. Sebagai contoh, Bank Indonesia memiliki kebijakan untuk meningkatkan fungsi intermediasi perbankan yang salah satunya bertujuan untuk membantu akses pendanaan bagi UMKM.

Kebijakan ini tertuang baik dari sisi penawaran maupun permintaan. Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 6/25/PBI/2004 dan SE Nomor 6/44/DPNP mengenai rencana bisnis bank umum dalam menyalurkan kredit pada UMKM bertujuan untuk mengetahui sejauh mana komitmen bank dalam pemberian kredit bagi UMKM.

(19)

11 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

tujuannya mengembangkan UMKM dan koperasi secara berkesinambungan. Peraturan ini kemudian mengalami revisi dalam hal jangka waktu kredit, retstrukturisasi, dan plafon pinjaman dengan dikeluarkannya PMK No.10/PMK.05/2009.

Contohlainnya adalah keberadaan perusahaan penjaminan kredit seperti Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) yang bertujuan untuk meningkatkan akses UMKM terhadap kredit dengan memberikan jasa penjaminan. Selain itu, saat ini sedang dalam pembahasan adalah pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD).

2.4. Peranan dan Permasalahan UKM di Indonesia

Usaha Kecil dan Menengah, termasuk mikro, di Indonesia saat inimempunyai kontribusi yang besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)dan perekonomian Indonesia. Keberdayaannya menghadapi krisis dankontribusinya terhadap perekonomian negara menjadikan UMKM sebagai subyek banyak pihak.

(20)

12 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

penjualan (3) dimiliki oleh WNI (4)tidak berafiliasi dengan badan usaha menengah atau besar (5) berbadanhukum. Sedikit banyak definisi dari

Bank Indonesia mengacu pada definisimicro dan small enterprise dari IFC.

Tabel 2.1.

Kriteria UKM Menurut IFC

Permasalahan kedua, definisi yang berbeda mengakibatkan UMKM kesulitan mendapatkan informasi dan akses pada banyak hal secaraoperasional. Misalnya kesulitan dalam pemasaran, ketidakadaan kepercayaan lembaga karena ketiadaan bentuk badan hukum, tidak memiliki laporan keuangan, tidak memiliki agunan, ketidakmampuan membuat proposal kredit yang komprehensif.

(21)

13 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Pada tabel, tampak bahwa untuk menjadi UMKMyang bankable enam aspek harus dipunyai dengan penekanan padaaspek entrepreneurship, produk, produksi/operasi, pemasaran dan legal.

Adanya lembaga pemeringkat seharusnya bisa membantu mempercepat assessment dan kekurangan aspek dari yang sebelumnya implisit, menjadieksplisit dengan adanya penilaian lembaga pemeringkat misalnya terhadap ketidakadaan aspek keuangan dan permodalan.

Tabel 2.2.

Perjalanan UKM Potensial Menjadi Bankable

Keterangan :

1) tanda+ adalah tanda adanya kekuatan aspek, nilai maksimumadalah ++++,

2) tanda ?menunjukkan kondisi yang masih menjadi pertanyaan

(22)

14 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

(23)

15 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

BAB III

PENDEKATAN DAN METODE

3.1. Kerangka Pendekatan

Terkait kajian penyusunan pengembangan produksi UKM di Kota Tangerang Selatan, terdapat sejumlah pendekatan yang digunakan, yaitu:

1) Pendekatan Kondisi Obyektif

Merupakan pendekatan yang berbasis kondisi eksisting fakta lapangan dari tentang kondisi perekonomian yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan di Kota Tangerang Selatan.

2) Pendekatan Kajian Teori dan Empiris

Merupakan pendekatan yang menggunakan kajian teori dan studi empiris (terdahulu) tentang database perekonomian.

 Analisis menggunakan pendekatan kajian teori yaitu melakukan

analisis dengan mendasarkan pada rujukan teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli terkait tema dimaksud.

 Analisis menggunakan pendekatan studi empiris yaitu melakukan

(24)

16 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM 3) Pendekatan Survey Lapangan

Pendekatan survey data lapangan dimaksudkan melakukan observasi secara langsung ke wilayah studi dengan cara menggali informasi yang utuh di lapangan tentang data dan informasi mengenai kajian penyusunan pengembangan produksi UKM yang ada di masing-masing kecamatan di Kota Tangerang Selatan.

3.2. Metode yang Digunakan

1. Daerah Penelitian

Daerah penelitian adalah seluruh kecamatan di Kota Tangerang Selatan, yaitu sebanyak; 7 kecamatan,dan ditetapkan dengan berbagai pertimbangan dan keterbatasan dalam penelitian.

2. Jenis Data

Jenis data dan informasi terdiri dari :

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicermati atau dicatat untuk pertama kali oleh si peneliti sendiri. Umar Husein (2000: 130) menjelaskan data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan, seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuisioner. Dalam kajian ini, peneliti menggunakan data dan informasi yang diperoleh secara langsung dari nara sumber/responden terkait.

(25)

17 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain. Data ini diperoleh dengan mengambil data yang telah tersedia oleh pihak-pihak lain berupa laporan-laporan, informasi dari dokumen, publikasi ilmiah dan lain sebagainya. Dalam kajian ini, data sekunder diperoleh dari dokumen/ publikasi/ laporan penelitian dari dinas/ instansi maupun sumber data lainnya yang menunjang.

Adapun data yang diperlukan terkait data primer yaitu dengan menyebarkan kuesioner kepada pelaku UKM. Dengan rincian sebagai berikut:

 Data UKM Berdasarkan pelaku usaha (Laki-laki /perempuan,

keluarga, lembaga, koperasi dll)

 Jenis Usaha UKM per kecamatan

 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

 Pertambangan dan Penggalian

 Industri Pengolahan

 Listrik, Gas, dan Air Bersih

 Bangunan dan Konstruksi

 Perdagangan, Hotel, dan Restoran

 Pengangkutan dan Komunikasi

 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan

(26)

18 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM Persiapan Survai lapangan:

Tim Tenaga Ahli; instrumen survey, metode survay; pengarahan pada surveyor; dukungan logistik

 Jenis Hasil Produksi berdasar pasar sasaran (lokal, regional

nasional dan ekspor.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam tahap pengumpulan data lapangan juga di gunakan pendekatan dengan metoda wawancara, FGD dan

indepth survai. Selanjutnya dalam tahap analisis data dan

perumusan hasil digunakan pendekatan scientific problem solving. Metodologi survai dan pengumpulan data mencakup kegitan survai lapangan dan survai instansional yang berlokasi di Kota Tangerang Selatan. Adapun tahapan kegiatan survai dan pengumpulan data adalah sebagaimana tersaji dalam berikut.

Gambar 3.1.

Tahapan Kegiatan Survey

(27)

19 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Survai lapangan dilakukan dengan menggunakan instrumen wawancara terstruktur berupa kuesioner untuk responden maupun

wawancara bebas (in depth) kepada narasumber terkait. dokumen

yang ada di instansi pemerintah untuk kebutuhan penyusunan pengembangan produksi UKM Kota Tangerang Selatan.

3. Teknik Analisis Data

Dalam kajian ini akan digunakan 2 (dua) metode teknik analisis data, meliputi:

a. Analisis Deskriptif

Merupakan analisis bersifat uraian atau penjelasan dengan membuat tabel-tabel, grafik-grafik, bagan, mengelompokkan, menganalisa data berdasarkan pada hasil jawaban kuisioner yang diperoleh dari tanggapan responden dengan menggunakan tabulasi data.

b. Metode Kuantitatif

(28)

20 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM 3.3. Urutan Pelaksanaan Pekerjaan

Pelaksanaan kajian dan analisis data dilakukan secara bertahap, yaitu sebagai berikut:

Tahap Persiapan

Proses ini bertujuan untuk mempersiapkan pelaksanaan kajian, meliputi mobilisasi personel dan penyusunan rencana kerja. Mobilisasi personel mencakup pembagian tupoksi kerja dan tanggungjawab masing-masing disetiap kegiatan kajian. Dalam proses ini juga mencakup diskusi-diskusi (focus group discussion), baik antara intern pelaksana maupun dengan pihak pekerjaan, terkait instrumen survey dan output yang akan dicapai.

Pelaksana survey dan pengumpulan data

Pelaksanaan survey dengan menggunakan instrument yang telah disusun, dilakukan melalui survey lapangan maupun survey institusional terhadap nara sumber yang telah ditetapkan bersama, sesuai dengan substansi pekerjaan. Data yang terkumpul disusun dan diberi penomeran agar memudahkan dalam pelaksanaan input dan tabulasi data.

Input data dan analisis data

(29)

21 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

instansional. Apabila tahapan ini telah selesai, terhadap data tersebut selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan teknik kuantitatif, supaya data tersebut dapat memaknai, dianalisis dan dapat diinterpretasi, sehingga menghasilkan informasi yang dengan mudah dapat dibaca dan dimengerti oleh semua pihak-pihak terkait yang berkepentingan.

Konsultasi dan Diskusi-diskusi

Untuk mendapatkan hasil yang optimal dan komprehensif, dilakukan konsultasi dan diskusi-diskusi dengan pemberi kerja maupun

stakeholders lainnya yang terkait. Hal ini menjadi bagian yang penting dalam pelaksanaan pekerjaan guna memberikan nilai tambah tertentu atas hasil pekerjaan sesuai dengan yang diinginkan.

Menyusun Laporan Kajian

Setelah semua data terkumpul dan dilakukan berbagai treatment

(30)

22 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

BAB IV

KONDISI UMUM DAERAH

4.1. Kondisi Geografis

Secara geografis Kota Tangerang Selatan terletak di bagian timur Provinsi Banten pada posisi 160014’ – 160022’ Bujur Timur dan 6039’ –

6047’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 147,19 km2. Secara

administratif Kota Tangerang Selatan terbagi atas 7 kecamatan, 49 kelurahan, dan 5 desa. Batas-batas wilayah Kota Tangerang Selatan adalah sebagai berikut:

1. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tangerang; 2. Sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta; 3. Sebelah utara berbatasan dengan Kota Tangerang;

4. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kota Depok.

Ditinjau dari letak geografisnya, Kota Tangerang Selatan langsung berbatasan dengan ibukota negara, dan Kabupaten Bogor serta Kota Depok sehingga sangat strategis dalam perkembangan perekonomian daerah.

(31)

23 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

yaitu 34,50C dan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Juli, yaitu

23,00C. Rata-rata kelembaban udara sekitar 79% dan rata-rata intensitas

matahari 54%. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan hari hujan sebanyak 28 hari, sedangkan pada bulan Agustus hanya terjadi 1 hari hujan.

Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 km2 atau

93.645 ha, sebagian besar berupa lahan kering yang mencapai 53.427 ha (57%), sedangkan luas lahan sawah mencapai 40.218 ha (43%). Lahan sawah yang dimanfaatkan penduduk untuk menanam padi sebagian besar menggunakan sistem pengairan teknis serta sebagian kecil sistem pengairan non teknis. Dari 40,218 Ha lahan padi sawah, sistem pengairan teknis melingkupi 22.846 ha (57%), tadah hujan 12.991 ha (32%), setengah teknis 3.016 ha (6%), dan lainnya 3%.

Kota Tangerang Selatan sebagai daerah penyangga Jakarta mengalami pertumbuhan sektor perumahan yang sangat pesat, sehingga mengakibatkan banyak terjadi peralihan fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Dari total luas lahan kering 53.427 ha, sebagian besar dimanfaatkan untuk bangunan, pekarangan, dan halaman yang mencapai 23.089 ha (43,22 %), sedangkan sisanya untuk tegal dan kebun seluas 16.427 ha (30,75 %).

4.2. Kondisi Demografi

(32)

24 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

penduduk secara alamiah juga disebabkan oleh masuknya penduduk dari daerah lain karena Kota Tangerang Selatan merupakan daerah industri dan perdagangan serta jasa.

Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2012 adalah 101,78, artinya penduduk laki-laki sedikit lebih banyak daripada penduduk perempuan. Kecenderungan sex ratio di atas 100 dimungkinkan dengan banyaknya pendatang yang terserap di lapangan pekerjaan, khususnya sektor industri dan perdagangan/jasa yang lebih banyak didominasi dari kalangan perempuan. Jika dilihat menurut kelompok umur, persentase terbesar penduduk Kota Tangerang Selatan tahun 2012 adalah pada kelompok umur 25-64 tahun, yaitu sekitar 71,80%, sedangkan kelompok umur 0-14 tahun sekitar 25,58%, dan kelompok umur 65 tahun ke atas berjumlah 2,62%.

4.3. Kondisi Sumber Daya Manusia

Indeks pembangunan manusia (IPM) dianggap dapat mengukur tingkat kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan manusia di suatu wilayah, mencakup Indikator kesehatan (indeks harapan hidup), indikator pendidikan (indeks melek huruf dan rata-rata lama sekolah) dan indikator ekonomi (tingkat daya beli penduduk / purchasing power parity / PPP).

(33)

25 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

yang sebesar 67,83, atau dapat dikatakan rata-rata bayi yang baru dilahirkan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 akan menjalani hidup selama 68,2 tahun. Selanjutnya dari angka harapan hidup dapat diturunkan untuk mendapatkan indeks harapan hidup yang telah

dicapai jika dibandingkan dengan kondisi “ideal” yang diharapkan

sesuai nilai standar UNDP, yaitu 85 tahun. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui indeks harapan hidup masyarakat di Kota Tangerang Selatan tahun 2009 sebesar 68,2 yang menunjukkan pencapaian harapan hidup 0 tahun, hanya naik 0,37% dibandingkan tahun 2008.

Kota Tangerang Selatan tahun 2009 masih memiliki 0,4% penduduk (usia 15 tahun ke atas) yang buta huruf, hal ini dapat dilihat dari angka melek huruf yang mencapai 99,6% Oleh karena itu, jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang sebesar 95,7%, terjadi peningkatan yang cukup baik. Indikator pendidikan yang lain, yaitu rata-rata lama sekolah, Kota Tangerang Selatan mencapai 9,1 tahun. Hal ini berarti terjadi peningkatan jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 8,6 tahun atau meningkat rata-rata 0,5 tahun.

(34)

26 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Unsur dasar pembangunan manusia lainnya yang diakui secara luas adalah daya beli masyarakat karena komponen ini diyakini mempunyai hubungan baik langsung maupun tidak langsung dengan beberapa variabel seperti keterampilan, kesempatan kerja, dan pendapatan. Secara umum persentase indeks daya beli masyarakat

Kota Tangerang Selatan masih rendah karena berada pada kisaran 50–60% dari nilai standar daya beli yang direkomendasikan UNDP, yaitu

Rp 732.720. Indeks daya beli Kota Tangerang Selatan Tangerang hanya mencapai 60,04%.

Pada tahun 2008 angka IPM Kota Tangerang Selatan adalah 71,14, pada tahun 2009 angka IPM Kota Tangerang Selatan naik 1,16% menjadi 71,45. Jika ukuran menengah menurut skala internasional dibagi lagi menjadi kelas “menengah-atas” dan “menengah bawah”, Kota Tangerang Selatan masuk dalam kategori “menengah atas” bersama Kota Tangerang, Kota Cilegon, dan Kabupaten Serang dengan nilai IPM antara 66,00 dan 79,99, sedangkan Kabupaten Lebak dan Pandeglang masih berada pada kategori “menengah bawah” dengan nilai IPM antara 50,00 dan 65,99.

4.4. Produk Domestik Regional Bruto

Nilai PDRB Kota Tangerang Selatan berdasarkan harga berlaku tahun 2012, yaitu Rp 14.296.146 juta. Sektor-sektor yang memberikan kontribusi besar dalam pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan tahun 2012 adalah sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar

(35)

27 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

(Rp 2.296.146 juta), sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 14,98% (Rp 2.243.272 juta), serta sektor industri pengolahan sebesar 14,09% atau senilai Rp 2.109.547 juta. Sementara untuk sektor yang lainnya, sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar

12,04% (Rp 1.803.180 juta), sektor Bangunan dan Konstruksi 8,47% (Rp 1.268.128 juta), sektor listrik, gas, dan air 3,39% (Rp 507.502 juta) dan

terakhir sektor Pertanian Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 0,81% (Rp 121.420 juta).

Tabel 4.1.

Nilai PDRB dan Distribusi Presentase PDRB Kota Tangsel Per Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Berlaku

Lapangan Usaha 2011 2012

PDRB (Juta Rp) % PDRB (Juta Rp) %

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 113.653 0,86 121.420 0,81

Pertambangan dan Penggalian 2.898 0,02 3.150 0,02

Industri Pengolahan 1.975.202 14,86 2.109.547 14,09

Listrik, Gas, dan Air Bersih 447.042 3,36 507.502 3,39

Bangunan dan Konstruksi 1.083.120 8,15 1.268.128 8,47

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 4.091.275 30,78 4.618.702 30,85

Pengangkutan dan Komunikasi 2.002.052 15,07 2.243.272 14,98

Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 1.603.954 12,07 1.803.180 12,04

Jasa-jasa 1.971.422 14,83 2.296.146 15,34

Jumlah 13.290.617 100,00 14.296.146 100,00

Sumber: PDRB Kota Tangerang Selatan, 2013 4.5. Kondisi Produksi

a. Sektor Pertanian

Kota Tangerang Selatan (Tangsel) sejak ditetapkan sebagai Kota otonom termuda di Provinsi Baten pada 26 November 2008, terus berbenah diri. Salah satunya mengoptimalkan potensi pertanian. Walaupun isu aktual yang terus menghantui Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Kota Tangsel adalah

“alih fungsi lahan pertanian”, namun usaha pengembangan

(36)

28 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Saat ini potensi sumber daya alam atau lahan pertanian Kota Tangsel seluas sekitar 2.196,53 hektar (Ha). Lahan itu terdiri dari dari lahan kering 1.976,53 Ha dan lahan sawah 220 Ha.

(1) Subsektor Tanaman Bahan Makanan

Kontribusi subsektor tanaman bahan makanan berdasarkan harga berlaku pada tahun 2012 terhadap PDRB Kota Tangerang Selatan sangat kecil yaitu Rp 121.420 juta atau 0,81%. Keadaan luas areal dan produksi tanaman bahan makanan di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012 memperlihatkan bahwa padi sawah memiliki areal terluas (luas areal 1.336 ha dan produksi 5.653 ton), Perkembangan luas panen tanaman pangan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

(37)

29 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM Tabel 4.3.

Jumlah Ternak Besar di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Jenis Ternak 2012 %

Sumber: Kota Tangsel Dalam Angka 2013 (3) Subsektor Perikanan

Dilihat dari subsektor perikanan di Kota Tangerang Selatan, produksi ikan pada tahun 2011, sebanyak 373,2 ton. Berasal dari usaha budidaya kolam sebanyak 368,2 ton dan sisanya berasal dari budidaya jaring terapung sebanyak 5 ton.

Tabel 4.4.

Produksi Ikan menurut Jenis Usaha Perikanan Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Jenis Usaha Perikanan Produksi (Ton) Nilai (Rp. 000) 1. Budidaya Kolam 368,2 4.606.000 2. Budidaya Jaring Apung 5 70.000

Jumlah 373,2 4.676.000

Sumber: Kota Tangsel Dalam Angka, 2013

Ikan tambak yang banyak dibudidayakan adalah mujair, patin, gurame, dan ikan lele. Ikan yang banyak dibudidayakan di Jaring Apung adalah ikan Mujair/nila.

b. Sektor Perindustrian

(38)

30 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM Tabel 4.5.

Jumlah Perusahaan dan Tenaga Kerja Berdasarkan Status Perusahaan di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012

Jenis Industri Jumlah Unit Jumlah Tenaga Kerja 1. Perusahaan PMDN 166 25.122 2. Perusahaan PMA 167 8.679 3. Swasta Nasional 1.136 61.261 3. Kerjasama (Join) 28 1.720

Jumlah 1.497 96.782

Sumber: Kota Tangsel Dalam Angka, 2013

Keberadaan 1.497 perusahaan tersebut, telah mampu menyerap tenaga kerja sekitar 96.782 orang di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2012.

Tabel 4.6.

Jumlah Perusahaan berdasarkan Sektor dan Tenaga Kerja Tahun 2012

No Sektor Usaha Perusahaan Tenaga Kerja 1. Pertanian Peternakan, Kehutanan, dan

Perikanan 4 65

2. Pertambangan dan Penggalian 7 130 3. Industri Pengolahan 108 26.832 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 4 238

5. Bangunan/Kontruksi 58 6.017

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 736 31.879 7. Pengangkutan dan Komunikasi 27 3.954 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 502 18.958 9. Jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan 157 10.584

Jumlah 1.497 98.657

Sumber: Kota Tangsel Dalam Angka, 2013

(39)

31 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

diikuti industri pengolahan yang dapat menyerap sebanyak sebanyak 26.832 orang (27,20 %), dengan jumlah perusahaan di sektor ini adalah 108 perusahaan, dan penyerapan tenaga kerja di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yaitu sebanyak 18.958 orang (19,22 %) untuk sejumlah 502 perusahaan.

c. Sektor Perdagangan

Dalam pembentukan PDRB, sektor perdagangan merupakan agregasi dari 3 subsektor, yaitu perdagangan besar dan eceran, hotel, dan restoran. Sektor perdagangan di Kota Tangerang Selatan mampu memberikan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB tahun 2012, dimana menurut harga berlaku kontribusinya sebesar 30,85% dengan nilai Rp 4.618.702 juta.

Jumlah penerbitan surat izin usaha perdagangan (SIUP) pada tahun 2008 di Kota Tangerang Selatan secara keseluruhan berjumlah 2.497, terdiri dari SIUP untuk usaha kecil sebanyak 1.652 buah (66,16%), SIUP untuk usaha menengah sebanyak 738 buah (29,56%), dan SIUP untuk usaha besar sebanyak 87 buah (3,48%).

Tabel 4.7.

Penerbitan SIUP di Kota Tangerang Selatan Tahun 2012 No Penerbitan SIUP 2012

1 Usaha Besar 87

2 Usaha Menengah 738

3 Usaha Kecil 1.652

Jumlah 2.497

(40)

32 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM d. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor pengangkutan dan komunikasi pada tahun 2012 atas harga berlaku menyumbang 14,98% dalam pembentukan PDRB Kota Tangerang Selatan, atau senilai Rp 2.243.272 juta. Jumlah perusahaan yang bergerak di sektor pengangkutan dan telekomunikasi di Kota Tangerang Selatan sebanyak 27 Perusahaan. Jumlah angkutan kota yang beroperasi di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2011 adalah 1.650 unit kendaraan, yang melayani sebanyak 21 trayek antar kota di Kota Tangerang Selatan. Jumlah ini belum termasuk data angkutan jenis pikap, boks dan truk.

(41)

33 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

BAB V

USAHA KECIL DAN MENENGAH

DI TANGERANG SELATAN

5.1. DATA JUMLAH UKM PER KECAMATAN

Kajian pengembangan produksi UKM di Kota Tangerang Selatan secara umum ingin mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh pelaku industri UKM dan strategi apa yang harus di siapkan oleh pemerintah daerah untuk mengembangkan UKM di tujuh kecamatan di wilayah Tangerang Selatan. Jumlah UKM yang tersebar di wilayah Tangerang Selatan menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 sebanyak 1.543 UKM. Berikut ini gambaran umum Usaha Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan yang terbagi dalam sembilan sektor di tujuh kecamatan yang terdiri dari Kecamatan Pamulang, Setu, Serpong, Serpong Utara, Ciputat, Ciputat Timur, dan Pondok Aren.

TABEL 5.1

DATA JUMLAH UKM PER KECAMATAN BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No Jenis Usaha Pamulang Setu Serpong Serut Ciputat Ciptim P. Aren

(42)

34 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Berdasarkan data di atas terdapat 1.543 UKM yang tersebar dalam 9 sektor UKM di tujuh kecamatan di wilayah Kota Tangerang Selatan, adapun Sektor perdagangan, Hotel dan restoran menempati posisi pertama dengan 1.155 UKM, disusul dengan Sektor industri pengolahan 189 UKM, posisi ketiga di temati sktor Jasa-jasa dengan 129 UKM, keempat adalah Sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan sebanyak 20 UKM, kelima di tempati oleh Sektor listrik, gas dan air bersih dengan 11 UKM serta yang terakhir adalah di tempati oleh Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan 2 UKM. Adapun sebaran per kecamatan terdapat dalam uraian berikut ini:

5.1.1. JUMLAH UKM DI KECAMATAN PAMULANG TABEL 5.2

DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN PAMULANG BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No Jenis UKM Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 0

2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 0

3 Sektor Industri Pegolahan 23

4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih 0

5 Sektor Bangunan dan Konstruksi 0

6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 165

7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0

8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 0

9 Sektor jasa-jasa 15

Total 203

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

(43)

35 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

pertambangan dan penggalian, Sektor listrik, gas dan air bersih, Sektor bangunan dan konstruksi, Sektor pengangkutan dan komunikasi, serta Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sama sekali tidak terdapat UKM yang mengembangkannya.

Diantara tiga Sektor teratas di Kecamatan Pamulang tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 255 UKM, sedangkan ke tiga Sektor yang lain menempati posisi yang sama mengingat pelaku UKMnya juga masing-masing sama yaitu Sektor industri pengolahan dengan 4 UKM, Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan sebanyak 4 UKM dan sektor jasa-jasa dengan 4 UKM, karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kecamatan Pamulang yang terbanyak perlu kiranya pihak Pemerintah Daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan pamulang.

5.1.2. JUMLAH UKM DI KECAMATAN SETU TABEL 5.3

DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN SETU BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No Jenis UKM Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 0

2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 0

3 Sektor Industri Pegolahan 2

4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih 6

5 Sektor Bangunan dan Konstruksi 0

6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 118

7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0

8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 0

9 Sektor jasa-jasa 22

Total 148

(44)

36 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Dalam tabel di atas kecamatan Setu memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 148 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun empat Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, listrik, Gas dan Air bersih serta sektor jasa-jasa sedangkan Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, Sektor pertambangan dan penggalian, Sektor bangunan dan konstruksi, Sektor pengangkutan dan komunikasi, serta Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sama sekali tidak terdapat UKM yang mengembangkannya.

Diantara empat Sektor teratas tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 118 UKM, kemudian jasa-jasa dengan 22 UKM, Sektor listrik, gas dan air bersih dengan 6 UKM dan diposisi keempat ada Sektor industri pengolahan dengan 2 UKM karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan Setu yang terbanyak perlu kiranya pihak pemerintah daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan Setu.

5.1.3. JUMLAH UKM DI KECAMATAN SERPONG TABEL 5.4

DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN SERPONG BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No Jenis UKM Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 9

2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 0

3 Sektor Industri Pegolahan 12

4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih 1

5 Sektor Bangunan dan Konstruksi 0

6 Sektor Perdagangan Hotel, dan Restoran 189

7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0

8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 0

9 Sektor jasa-jasa 16

Total 227

(45)

37 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Dalam tabel di atas kecamatan serpong memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 227 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun lima Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan serta Sektor listrik, gas dan air bersih, sedangkan, Sektor pertambangan dan penggalian, Sektor bangunan dan konstruksi, Sektor pengangkutan dan komunikasi, serta Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sama sekali tidak terdapat UKM yang mengembangkannya.

Diantara lima Sektor teratas tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 189 UKM, jasa-jasa dengan 16 UKM, kemudian Sektor industri pengolahan dengan 12 UKM, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan sebanyak 9 UKM dan di posisi keempat adalah Sektor Listrik, gas, air dengan 1 UKM. karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan Serpong yang terbanyak perlu kiranya pihak Pemerintah Daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan Serpong.

5.1.4. JUMLAH UKM DI KECAMATAN SERPONG UTARA TABEL 5.5

DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN SERPONG UTARA BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No Jenis UKM Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 4

2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 0

3 Sektor Industri Pegolahan 4

4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih 0

5 Sektor Bangunan dan Konstruksi 0

6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 255

7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0

8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 0

9 Sektor jasa-jasa 4

Total 267

(46)

38 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Dalam tabel di atas kecamatan Serpong Utara memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 267 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun empat Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, serta Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan sedangkan, Sektor pertambangan dan penggalian, Sektor listrik, gas dan air bersih, Sektor bangunan dan konstruksi, Sektor pengangkutan dan komunikasi, serta Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sama sekali tidak terdapat UKM yang mengembangkannya.

Diantara tiga Sektor teratas tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 255 UKM, Sektor jasa-jasa dengan 4 UKM, kemudian Sektor industri pengolahan dengan 4 UKM, dan pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan sebanyak 4 UKM. karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan Serpong Utara yang terbanyak perlu kiranya pihak pemerintah daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan Serpong Utara.

5.1.5. JUMLAH UKM DI KECAMATAN CIPUTAT TABEL 5.6

DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN CIPUTAT BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No Jenis UKM Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 4

2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 0

3 Sektor Industri Pegolahan 15

4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih 1

5 Sektor Bangunan dan Konstruksi 0

6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 216

7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0

8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 0

9 Sektor jasa-jasa 56

Total 292

(47)

39 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Dalam tabel di atas kecamatan Ciputat memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 292 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun lima Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, dan serta Sektor listrik, gas dan air bersih, sedangkan, Sektor pertambangan dan penggalian, Sektor bangunan dan konstruksi, Sektor pengangkutan dan komunikasi, serta Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sama sekali tidak terdapat UKM yang mengembangkannya.

Diantara lima Sektor teratas tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 216 UKM, jasa-jasa dengan 56 UKM, kemudian Sektor industri pengolahan dengan 15 UKM, pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan sebanyak 4 UKM dan di posisi keempat adalah Sektor Listrik, gas, air dengan 1 UKM. karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan Ciputat yang terbanyak perlu kiranya pihak Pemerintah Daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan Ciputat.

5.1.6. JUMLAH UKM DI KECAMATAN CIPUTAT TIMUR TABEL 5.7

DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN CIPUTAT TIMUR BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No Jenis UKM Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 1

2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 0

3 Sektor Industri Pegolahan 4

4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih 2

5 Sektor Bangunan dan Konstruksi 0

6 Sektor Perdagangan,Hotel dan Restoran 78

7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0

8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 0

9 Sektor jasa-jasa 16

Total 101

(48)

40 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Dalam tabel di atas kecamatan Ciputat Timur memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 101 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun lima Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan serta Sektor listrik, gas dan air bersih, sedangkan, Sektor pertambangan dan penggalian, Sektor bangunan dan konstruksi, Sektor pengangkutan dan komunikasi, serta Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sama sekali tidak terdapat UKM yang mengembangkannya.

Diantara lima Sektor teratas tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 78 UKM, jasa-jasa dengan 16 UKM, Sektor industri pengolahan dengan 4 UKM, Sektor Listrik, gas, air dengan 2 UKM dan di posisi keempat adalah pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan sebanyak 1 UKM. karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan Ciputat Timur yang terbanyak perlu kiranya pihak Pemerintah Daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan Ciputat Timur.

5.1.7. JUMLAH UKM DI KECAMATAN PONDOK AREN TABEL 5.8

DATA JUMLAH UKM DI KECAMATAN PONDOK AREN BERDASAR 9 SEKTOR UKM

No Jenis UKM Jumlah

1 Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 2

2 Sektor Pertambangan dan Penggalian 0

3 Sektor Industri Pegolahan 129

4 Sektor Listrik Gas dan Air Bersih 1

5 Sektor Bangunan dan Konstruksi 0

6 Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran 134

7 Sektor Pengangkutan dan Komunikasi 0

8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa perusahaan 2

9 Sektor jasa-jasa 37

Total 305

(49)

41 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Dalam tabel di atas kecamatan Pondok Aren memiliki Usaha Kecil dan Menengah sebanyak 305 UKM yang tersebar dalam beberapa Sektor. Adapun enam Sektor UKM tersebut antara lain adalah Sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor jasa-jasa, Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan, Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta Sektor listrik, gas dan air bersih, sedangkan, Sektor pertambangan dan penggalian, Sektor bangunan dan konstruksi, serta Sektor pengangkutan dan komunikasi sama sekali tidak terdapat UKM yang mengembangkannya.

Diantara enam Sektor teratas tersebut, Sektor perdagangan, hotel dan restoran menempati posisi tertinggi dengan 134 UKM, , kemudian Sektor industri pengolahan dengan 129 UKM, pertanian, jasa-jasa dengan 37 UKM peternakan, kehutanan, perikanan sebanyak 2 UKM, Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebanyak 2 UKM dan di posisi kelima adalah Sektor Listrik, gas, air dengan 1 UKM. karena Sektor perdagangan, hotel dan restoran di kecamatan Pondok Aren yang terbanyak perlu kiranya pihak Pemerintah Daerah perlu terus mendorong Sektor ini untuk dapat berkembang sehingga dapat dijadikan sentra UKM di kecamatan Pondok Aren.

5.2 DATA JUMLAH PELAKU UKM PER KELURAHAN DAN KECAMATAN

(50)

42 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

2013 sebanyak 1.543 UKM. Berikut ini gambaran umum Pelaku Usaha Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan yang terbagi dalam tujuh kecamatan serta kelurahan-kelurahan dilingkungan kecamatan tersebut, adapun data pelaku UKM per kecamatan yang terbagi dalam jenis kelamin adalah sebagai berikut:

TABEL 5.9

DATA PELAKU UKM PER KECAMATAN

NO KECAMATAN

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

Berdasarkan data di atas terdapat 1.543 pelaku UKM yang terbagi dalam 800 pelaku UKM berjenis kelamin laki-laki dan 743 pelaku UKM berjenis kelamin perempuan. Adapun rincian pelaku UKM per kelurahan terdapat pada uraian berikut ini:

5.2.1. PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN PAMULANG TABEL 5.10

DATA PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN PAMULANG

No Kelurahan Pelaku UKM Jumlah

Total Kecamatan Pamulang 102 101 203

(51)

43 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Kecamatan Pamulang terdapat Sembilan kelurahan yaitu Pondok Cabe, Pondok Cabe Ilir, Pondok Cabe Udik, Pondok Benda, Pamulang, Pamulang Timur, Pamulang Barat, Pondok Benda Baru, dan kelurahan Kedaung. Berdasarkan Sembilan kelurahan di wilayah kecamatan Pamulang terdapat 203 pelaku UKM dengan rincian 102 pelaku UKM yang berjenis kelamin Laki-laki dan 101 pelaku UKM berjenis perempuan . Pelaku terbesar berjenis laki-laki ada di kelurahan Pondok Cabe Ilir sebanyak 69 pelaku UKM sedangkan pelaku terbesar berjenis kelamin perempuan ada di kelurahan yang sama yaitu Kelurahan Pondok Cabe Ilir dengan 52 Pelaku UKM.

5.2.2. PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN SETU TABEL 5.11.

DATA PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN SETU

No Kelurahan

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

(52)

44 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

5.2.3. PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN SERPONG TABEL 5.12

DATA PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN SERPONG

No Kelurahan

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

Kecamatan Serpong tedapat tujuh kelurahan yaitu Cilenggang, L Wetan, L Gudang, Ciater, L Gudang Timur, Serpong dan Rawa Buntu.

Terdapat 227 pelaku UKM di kecamatan Serpong. Pelaku UKM berjenis laki-laki sebanyak 118 dan pelaku UKM berjenis perempuan sebanyak 109. Adapun pelaku UKM laki-laki terbanyak terdapat di kelurahan Serpong yaitu 60 Pelaku UKM, dan pelaku terbanyak UKM berjenis kelamin perempuan ada di kelurahan serpong sebanyak 60 pelaku UKM

5.2.4. PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN SERPONG UTARA TABEL 5.13

DATA PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN SERPONG UTARA

No Kelurahan

(53)

45 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Kecamatan Serpong Utara terdapat enam kelurahan yaitu Paku Alam, Pon Jati, Jelupang, Pd Jagung, Pakulonan, dan Paku Jaya. Terdapat 267 pelaku UKM yang ada di kecamatan Serpong Utara yang terbagi dalam 2 jenis kelamin yakni Laki-laki sebanyak 113 dan perempuan sebanyak 154. Adapun pelaku UKM berjenis kelamin terbanyak terdapat di kelurahan Ponjati sebanyak 57 Pelaku UKM dan pelaku UKM berjenis kelamin perempuan terbanyak terdapat di kelurahan yang sama yaitu Ponjati sebanyak 50 pelaku UKM

5.2.5. PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN CIPUTAT TABEL 5.14

DATA PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN CIPUTAT

No Kelurahan

Total Kecamatan Ciputat 147 145 292

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

(54)

46 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

5.2.6. PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN CIPUTAT TIMUR TABEL 5.15

DATA PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

No. Kelurahan

Total Kecamatan Ciputat Timur 56 45 101

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

Kecamatan Ciputat Timur terdapat 7 Kelurahan yaitu Pisangan, Cempaka Putih, Rengas, Pondok Ranji, Rempoa, Cirendeu, dan Pisangan Timur. Terdapat 101 pelaku UKM di wilayah kecamatan Ciputat Timur yang terbagi pada jenis kelamin laki-laki sebanyak 56 dan jenis kelamin perempuan sebanyak 45. Adapun pelaku UKM terbesar laki-laki terdapat pada kelurahan Cempaka Putih sedangkan pelaku UKM terbanyak perempuan terdapat di kelurahan yang sama yaitu sebanyak 45 pelaku UKM

5.2.7. PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN PONDOK AREN TABEL 5.16

DATA PELAKU UKM PER KELURAHAN DI KECAMATAN PONDOK AREN

No. Kelurahan Pelaku UKM

Total Kecamatan Pondok Aren 151 154 305

(55)

47 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Kecamatan Pondok Aren terdapat Sembilan kelurahan yang terdiri dari P Pucung, P Lama, Jurbar, Parigi Lama, Pondok Aren, Jurtim, Jurang mangu, Pd Jagung Timur, dan Jurangmangu Barat. Terdapat 305 pelaku UKM di wilayah kecamatan Pondok Aren yang terbagi dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 151 dan perempuan sebanyak 154. Adapun pelaku UKM laki-laki terbanyak terdapat di kelurahan P lama dengan 45 pelaku UKM dan 85 pelaku UKM berjenis perempuan terbanyak terdapat di kelurahan Jurangmangu Timur.

5.3. DATA JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN Jumlah UKM yang tersebar di wilayah Tangerang Selatan menurut data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Tangerang Selatan tahun 2013 sebanyak 1.543 UKM. Berikut ini gambaran umum identifikasi Pasar Sasaran Usaha Kecil dan Menengah di Tangerang Selatan yang terbagi dalam tujuh kecamatan dalam sembilan sektor UKM, adapun data pasar sasaran UKM per kecamatan adalah sebagai berikut:

TABEL 5.17

DATA JUMLAH UKM BERDASARKAN PASAR SASARAN DI TANGSEL

NO KECAMATAN PASAR SASARAN

LOKAL REGIONAL NASIONAL EKSPOR

1 Kecamatan Pamulang: 160 43 0 0

(56)

48 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Berdasarkan data di atas dapat di uraikan per kecamatan berdasarkan Sembilan sektor UKM adalah sebagai berikut:

5.3.1. JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN PAMULANG

TABEL 5.18

DATA JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN PAMULANG

NO SEKTOR UKM PASAR SASARAN

LOKAL REGIONAL NASIONAL EKSPOR

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

(57)

49 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Mengingat banyaknya sector perdagangan, Hotel dan Restoran di Kecamatan Pamulang perlu adanya sentra pemasaran di wilayah kecamatan Pamulang khususnya di wilayah Kelurahan Pamulang dan sekitarnya untuk dapat terus bisa dikembangkanya agar bisa menjadi lebih maju.

5.3.2. JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN SETU

TABEL 5.19

DATA JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN SETU

NO SEKTOR UKM PASAR SASARAN

LOKAL REGIONAL NASIONAL EKSPOR

1

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

Perikanan 0 0 0 0

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

(58)

50 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Banyaknya sector perdagangan, Hotel dan Restoran di Kecamatan Setu perlu adanya sentra pemasaran di wilayah kecamatan Setu khususnya di wilayah Kelurahan Setu dan sekitarnya untuk dapat terus bisa dikembangkan agar bisa menjadi lebih maju dan berdaya saing dengan kecamatan lainnya di lingkungan Kota Tangerang Selatan maupun daerah-daerah lain di Provinsi Banten.

5.3.3. JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN SERPONG

TABEL 5.20

DATA JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN SERPONG

NO SEKTOR UKM PASAR SASARAN

LOKAL REGIONAL NASIONAL EKSPOR

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 9 0 0 0

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

(59)

51 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Banyaknya sector perdagangan, Hotel dan Restoran di Kecamatan Serpong perlu adanya sentra pemasaran di kecamatan Serpong khususnya di wilayah Kelurahan Serpong dan sekitarnya untuk dapat terus bisa dikembangkan agar bisa menjadi lebih maju dan berdaya saing.

5.3.4. JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN SERPONG UTARA

TABEL 5.21

DATA JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN SERPONG UTARA

NO SEKTOR UKM PASAR SASARAN

LOKAL REGIONAL NASIONAL EKSPOR

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 4 0 0 0

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

Dari table diatas dapat dilihat bahwa total UKM di kecamatan Serpong Utara sebanyak 267 UKM, yang tersebar dalam pasar sasaran Lokal sebanyak 233 UKM dan Regional sebanyak 34 UKM, diantara ke sembilan sector UKM yang terbanyak pada pasar sasaran local adalah sector Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebnyak 223 UKM, sedangkan untuk pasar sasaran regional yang terbanyak pada sector yang sama yaitu perdagangan, Hotel dan restoran dengan jumlah 32 UKM. Adapun sector usaha yang lain yang memilki pasar sasaran hanya di Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, sector Industri Pengolahan serta sector jasa-jasa.

(60)

52 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

dibuatnya sentra pemasaran di wilayah kecamatan Serpong Utara khususnya di wilayah Kelurahan Ponjati dan sekitarnya untuk dapat terus bisa dikembangkan, agar bisa menjadi lebih maju dan berdaya saing dengan kecamatan lainnya di lingkungan Kota Tangerang Selatan maupun daerah-daerah lain di Provinsi Banten

5.3.5. JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN CIPUTAT

TABEL 5.22

DATA JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN CIPUTAT

NO SEKTOR UKM PASAR SASARAN

LOKAL REGIONAL NASIONAL EKSPOR

1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan 4 0 0 0

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

(61)

53 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Banyaknya sector perdagangan, Hotel dan Restoran di Kecamatan Ciputat yang hampir mendominasi keseluruhan UKM di daerah ini, perlu adanya sentra pemasaran di wilayah kecamatan Ciputat khususnya di wilayah Kelurahan Ciputat, kelurahan Cipayung dan sekitarnya untuk dapat terus bisa dikembangkan. Mengingat daerah kecamatan Ciputat dan Kecamatan Pamulang dalam lima tahun terakhir ini perkembangannya sangat pesat khususnya sector perdagangan dan Restoran. Sehingga pada gilirannya mampu bersaing dengan daerah-daerah lain di Provinsi Banten maupun Provinsi-provinsi lain.

5.3.6. JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

TABEL 5.23

DATA JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN CIPUTAT TIMUR

NO SEKTOR UKM PASAR SASARAN

LOKAL REGIONAL NASIONAL EKSPOR

1

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

Perikanan 1 0 0 0

Sumber:DInas Koperasi dan UKM, 2013 (diolah)

(62)

54 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Hotel dan Restoran yaitu sebnyak 48 UKM, sedangkan untuk pasar sasaran regional yang terbanyak pada sector yang sama yaitu perdagangan, Hotel dan restoran dengan jumlah 30 UKM. Adapun sector usaha yang lain yang memilki pasar sasaran hanya di Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, sector Industri Pengolahan, sector Listrik, Gas dan Air bersih serta sector jasa-jasa.

Kembali lagi bahwa sector perdagangan, Hotel dan Restoran di Kecamatan Ciputat Timur juga mendominasi keseluruhan UKM di daerah ini, perlu adanya sentra pemasaran di daerah ini khususnya di wilayah Kelurahan Cempaka Putih, Kelurahan Rengas dan sekitarnya untuk dapat terus bisa dikembangkan agar bisa menjadi lebih maju dan berdaya saing dengan kecamatan lainnya di lingkungan Kota Tangerang Selatan maupun daerah-daerah lain di Provinsi Banten

5.3.7. JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN PONDOK AREN

TABEL 5.24

DATA JUMLAH UKM BERDASARKAN JENIS USAHA DAN PASAR SASARAN DI KECAMATAN PONDOK AREN

NO SEKTOR UKM PASAR SASARAN

LOKAL REGIONAL NASIONAL EKSPOR

1

Pertanian, Peternakan, Kehutanan,

Perikanan 2 0 0 0

(63)

55 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

Dari table diatas dapat dilihat bahwa total UKM di kecamatan Pondok Aren sebanyak 305 UKM, yang tersebar dalam pasar sasaran Lokal sebanyak 183 UKM dan Regional sebanyak 122 UKM, diantara ke sembilan sector UKM yang terbanyak pada pasar sasaran local adalah sector Perdagangan, Hotel dan Restoran yaitu sebnyak 93 UKM, sedangkan untuk pasar sasaran regional yang terbanyak pada sector yang sama yaitu perdagangan, Hotel dan restoran dengan jumlah 41 UKM. Adapun sector usaha yang lain yang memilki pasar sasaran hanya di Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan, sector Industri Pengolahan, sector Listrik, Gas dan Air bersih, sector keuangan, persewaan, jasa perusahaan serta sector jasa-jasa.

(64)

56 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

BAB VI

KENDALA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

Masalah mendasar usaha kecil yang paling menonjol menyangkut

penyediaan pembiayaan usaha atau modal usaha. Kebutuhan modal

sangat terasa pada saat seseorang ingin memulai usaha baru.

Alhasil, biasanya bila motivasinya kuat, seseorang akan tetap memulai usaha

kecil tetapi dengan modal seadanya. Pada usaha yang sudah berjalan,

modal tetap menjadi kendala lanjutan untuk berkembang. Masalah yang

menghadang usaha kecil menyangkut kemampuan akses pembiayaan,

akses pasar dan pemasaran, tata kelola manajemen usaha kecil serta akses

informasi. Kesulitan usaha kecil mengakses sumber-sumber modal karena

keterbatasan informasi dan kemampuan menembus sumber modal tersebut.

Padahal pilihan sumber modal sangat banyak dan beragam.

Lembaga keuangan bank adalah sumber modal terbesar yang dapat

dimanfaatkan oleh pelaku usaha kecil. Namun untuk bermitra dengan bank,

usaha kecil dituntut menyajikan proposal usaha yang feasible atau layak

usaha dan menguntungkan. Disamping itu lembaga keuangan bank

mensyaratkan usaha kecil harus bankable alias dapat memenuhi ketentuan

bank. Inilah persoalannya. Akibat bank berlaku prudent atau hati-hati, maka

makin mempersulit usaha kecil untuk mengakses sumber modal. Usaha kecil

yang sulit mengakses bank akan mencari jalan pintas. Kemana lagi kalau

(65)

57 Penyusunan Pengembangan Produksi UKM

rela dengan biaya uang yang mencekik. Ada anggapan keliru Seolah olah

usaha kecil tidak mempermasalahkan biaya bunga yang tinggi dari rentenir

Adalah anggapan yang sangat keliru. Mereka terpaksa memakai uang

rentenir karena sulit mengakses modal dari bank.

Usaha kecil yang berhasil menembus kendala akses modal, pasar dan

informasi, Kendala akan beralih pada yang lebih advance. Seperti

pengembangan produk, pengembangan pasar, melakukan ekspor, hingga

mempertahakan kualitas produk dan kuantitas produksi. Pada situasi ini,

usaha kecil dituntut meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

melakukan inovasi produk melalui pemanfaatan teknologi tepat guna. Untuk

itu usaha kecil harus mengenal lebih dekat konsumennya know your

customers.

Gambar

Gambar 3.1. Tahapan Kegiatan Survey
Tabel 4.4. Produksi Ikan menurut Jenis Usaha Perikanan
Tabel 4.5.
TABEL 5.1 DATA JUMLAH UKM PER KECAMATAN BERDASAR 9 SEKTOR UKM
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan rencana keuangan di perjalanan kehidupan Anda, diharapkan Anda melakukan pemantauan (monitoring) dari setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan pribadi Anda

Dari 44 responden dari Fakultas Teknologi dan Desain, 36 orang diantaranya (80%) menyatakan pekerjaannya sudah sesuai dengan level pendidikan yang dimilikinya, sedangkan 8

Implikasi dari pencabutan keterangan terdakwa dalam persidangan terhadap kekuatan alat bukti keterangan tersangka adalah: - Apabila pencabutan diterima oleh hakim, maka

Bagi pelayanan medis dan rumah sakit adalah untuk memberikan bukti- bukti ilmiah bahwa pemberian dosis rendah bahan kontras non ionik berdasarkan berat badan pada CT abdomen

Inisialisasi parameter yang digunakan pada pengujian ini adalah bobot masukan dengan range [-1,1], bias dengan range [0,1], jumlah hidden neuron menggunakan hasil pengujian

Dokumen Pemilihan dapat diambil dalam bentuk cetakan di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Medan.. Dokumen Penawaran dikirim ke : Panitia Pengadaan

Tujuan dilakukannya npeneelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana fungsi sertifikat Hak Milik Atas Tanah Sebagi Tanda Bukti Hak dan bagaimana kepastian hukum

Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan rekomendasi peningkatan kualitas layanan penjualan online pada website Esgotado yang sesuai dengan True Customer Needs (TCN)..