• Tidak ada hasil yang ditemukan

produk gabungan dan sampingan pertanian dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "produk gabungan dan sampingan pertanian dan"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

Asal mula dari produk sampingan bervariasi. Produk sampingan yang dihasilkan dari pembersihan produk utama, seperti gas dan tar yangn dihasilkan dari produksi arang, biasanya memiliki nilai sisa. Dalam beberapa kasus, produk sampingan adalah sisa atau sampah, seperti serbuk gergaji di tempat penggergajian kayu. Dalam kasus lain produk sampingan timbul dari proses persiapan bahan baku sebelum digunakan dalam proses produksi produk utama. Pemisahan biji kapas dari kapas, buah apel dari biji apel, dan kulit dari daging merupakan contoh dari produk sampingan semacam ini.

Produk sampingan dapat diklasifikasikan mejadi 2 kelompok menurut kondisi dapat dipasarkannya produk tersebut pada titik pisah batas :

1) Yang dijual dalam bentuk asalnya tanpa diproses lebih lanjut,dan 2) Yang membutuhkan proses lebih lanjut agar dapat dijual.

Contoh klasik dari poduk gabungan adalah industri pengemasan daging. Berbagai jenis potongan daging dan beberapa produk sampingan dihasilkan dari satu hewan potong dengan satu total biaya. Contoh lain dari produksi gabungan adalah produksi bensin. Derivasi bensin biasanya menghasilkan produk nafta, kerosin, dan minyak bakar terdistilasi. Contoh lain proses produksi produk gabungan adalah produksi secara simultan dari berbagai jenis lem dan pemprosessan kedelai menjadi minyak dan bahan pangan. Perhitungan biaya produk gabungan juga ditemukan industri yang harus memilah bahan baku sebelum diproses. Produsen tembakau kecuali dalam kasus tembakau yang sudah dipilah dibeli dari luar dan semua barang perusahaan pengalengan buah dan sayuran menghadapi masalah ganda dari alokasi biaya gabungan:

a) Biaya bahan baku berlaku untuk semua tingkatan mutu (grades) hasil pemilahan, dan

(2)

BAB II

ISI

I. Pengertian Produk Gabungan dan Produk Sampingan

Istilah Produk Sampingan (by product) umumnya digunakan untuk mendefinisikan suatu produk dengan nilai total yang relatif kecil dan dihasilkan secara simultan atau bersamaan dengan produk lain yang nilainya lebih besar. Produk dengan nilai total yang lebih besar tersebut biasanya disebut Produk Utama (main product). Produk utama biasanya diproduksi dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan dengan produk sampingan. Biasanya, produsen hanya memiliki sedikit kendali atas jumlah produk sampingan yang dihasilkan. Sebaliknya, diperkenalkannya metode teknik yang lebih maju seperti yang digunakan di industri perminyakan, telah memungkinkan pengendalian yang lebih besar atas jumlah residu dan produk sampingan lainnya. Misalnya saja, suatu perusahaan yang menyewa truk untuk mengangkut bahan tertentu menemukan bahwa bahan buangan tersebut dapat digunakan sebagai pupuk. Produk sampingan ini sekarang menjadi sumber pendapatan lain untuk industri.

(3)

Produk Bersama dan Produk Sampingan seperti tertera dalam tabel dibawah ini :

Kriteria Produk Bersama Produk Sampingan

Nilai Jual Relatif Tinggi Lebih Rendah

Pembuatan Produk Tujuan Utama Sampingan (tidak bertujuan memproduksi produk ini) Harga Pokok Produksi Alokasi Sebanding Sering kali tidak dibebani biaya

produksi

II. Metode-metode Alokasi Biaya Produksi Gabungan ke Produk Gabungan

Untuk membebankan biaya bersama ke masing-masing poduk bisa digunakan salah satu dari metode berikut :

1. Harga jual relatif 2. Unit produk rata-rata 3. Rata-rata tertimbang Contoh :

PT.Ditiasa mengeluarkan biaya bersama sebesar Rp.9.000.000,- Produk bersama dihasilkan adalah Sabun A, Sabun B, dan Sabun C (Di singkat SA, SB,dan SC) masing-masing jenis dibuat SA=30.000 unit; SB=40.000 unit;

SC= 20.000 unit,harga jual perunit

@SA=Rp200,-;@SB=Rp150,-;@SC=Rp150,- .

Metode Harga Jual Relatif

Dengan tidak mempertimbangkan adanya produk sampingan(dianggap tidak ada) dan tidak ada biaya terpisah(separable cost). Alokasi biaya bersama dengan metode relatif harga jual adalah :

(4)

9.000.000,-Contoh :

Apabila timbul biaya terpisah misalnya produk SA= Rp 2.000.000; produk SB=Rp 2.000.000 tetapi produl SC tidal memerlukan tambahan biaya, maka alokasi biaya bersama dengan metode relatif harga pasar (dengan asumsi harga jual perunit sesudah biaya terpisah ) SA=Rp 300,-; SB= Rp 250,- maka perhitungan biaya bersama adalah :

Jenis

Hasil penjualan Biaya terpisah Harga jual relatif SA Rp 300,- 30.000 Rp 9.000.000 Rp 2.000.000 Rp 7.000.000 38,89% Rp 3.500.100,-SB Rp 250,- 40.000 Rp 10.000.000 Rp 2.000.000 Rp 8.000.000 44,44% Rp 3.999.600,-SC Rp 150,- 20.000 Rp 3.000.000 - Rp 3.000.000 16,67% Rp 1.500.300,-Rp 18.000.000 100% Rp 9.000.000

Metode Unit Produksi Rata-rata

Dalam metode unit produksi rata-rata, maka biaya bersama dibebankan ke produk berdasarkan jumlah unit yang diproduksi. Makin besar unit diproduksi makin besar dibebani biaya produksi. Metode ini kurang tepat untuk digunakan bagi produk yang hasil jualnya mempunyai perbedaan yang besar antara produk satu dengan lainnya.

Contoh :

Dengan data yang ada pada perusahaan sabun PT. Ditiasa, maka alokasi biaya bersama metode unit produksi rata-rata PT. Nomi sebagai berikut : Jenis Produk Unit Produksi Persentase Relatif Produksi Rata-rata Alokasi Biaya Bersama

(5)

SA

Metode rata-rata tertimbang adalah metode yang digunakan untuk menyempurnakan metode unit produksi. Dalam metode rata-rata tertimbang, unit produksi harus dicari bobot sehingga pembagian biaya bersama karena lebih tepat. Misalnya untuk membuat produk SA,SB, dan SC tersebut diperlukan bahan SA= 0,6 liter; SB= 0,3 liter; dan SC= 1liter. Maka alokasi biaya bersama dengan metode rata-rata tertimbang, akan tampak sebagai berikut :

Relatif Produksi Persentase Alokasi Biaya Material

90.000 50.000 100 % Rp 9.000.000

Tambahan atau Revisi dari Metode-metode Alokasi Biaya Produksi Gabungan ke Produk Gabungan.

(6)

a. Metode harga pasar, berdasarkan harga pasar relatif dari produk individual.

b. Metode biaya-biaya per unit.

c. Metode rata-rata tertimbang, berdasarkan pada faktor pembobotan yang telah ditentukan sebelumnya.

d. Metode unit kuantitatif, berdasarkan pada ukuran fisik unit seperti berat, ukuran linear, atau volume.

Metode Harga Pasar

Pendukung metode harga pasar sering kali berpendapat bahwa harga pasar dari produk apapun sampai batas tertentu merupakan manifestasi dari biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya. Anggapannya adalah bahwa jika suatu produk harganya lebih mahal daripada produk lain, hal tersebut disebabkan karena biaya yang dikeluarkan untuk memproduksinya lebih besar. Dengan kata lain, jika bukan karena biaya, maka harga jual tidak akan ada. Tetapi, berdasarkan definisinya, usaha yang diperlukan. Jika dapat ditentukan, maka alokasi dapat dihitung berdasarkan jumlah relatif dari usaha yang diperlukan untuk setiap produk gabungan. Lebih lanjut lagi, menurut teori ekonomi, harga dalam ekonomi dengan pasar yang kompetitif ditentukan berdasarkan kelangkaan dari barang yang diminta oleh pelanggan, bukan berdasarkan biaya relatif untuk memproduksi barang tersebut.

Argumen lain untuk menggunakan harga pasar untuk mengalokasikan biaya gabungan adalah bahwa metode ini netral. Berarti, metode ini tidak mempengaruhi profitabilitas relatif dari produk gabungan. Keputusan yang harus dibuat berdasarkan pada suatu analisis atas profitabilitas relatif dari berbagai produk gabungan tidak terdistorsi oleh alokasi biaya metode harga pasar akan menyebabkan setiap produk gabungan memiliki tarif laba kotor yang sama per dolar penjualan.

(7)

dapat diubah. Tetapi, pilihan tersebut tidak akan arbitrer bila proporsi dapat bervariasi dan terdapat hubungan antara total biaya gabungan dengan total nilai output. Hal tersebut mengimplikasikan dukungan rasional yang kuat bagi metode harga pasar atau harga jual jika, untuk input tertentu ke proses produksi gabungan, dua kondisi berikut terpenuhi :

1. Bauran fisik dari output dapat diubah dengan mengeluarkan lebih banyak (atau lebih sedikit) biaya gabungan relatif terhadap biaya produksi lainnya, dan

2. Jika perubahan tersebut menghasilkan total nilai pasar yang lebih besar (atau lebih kecil)

Produk Gabungan yang Dapat Dijual pada Titik Pisah-Batas. Metode harga pasar mengalokasikan biaya gabungan berdasarkan harga pasar relatif dari produk gabungan. Metode ini total harga pasar dari setiap produk, yaitu jumlah unit yang diproduksi dikalikan dengan harga jual per unit. Untuk mengilustrasikan hal ini, asumsikan produk gabungan A, B, C, dan D diproduksi dengan biaya gabungan sebesar $120.000. Kuantitas yang diproduksi adalah A= 20.000 unit, B= 15.000 unit, C= 10.000 unit, dan D= 15.000 unit. Produk A dijual seharga $0,25; B seharga $3,00; C seharga $3,50; dan D seharga $5,00. Harga ini merupakan harga pasar dari produk tersebut pada titik pisah batas. Dengan kata lain, diasumsikan bahwa produk-produk tersebut dapat dijual pada titik tersebut. Manajemen mungkin saja memutuskan bahwa akan lebih menguntungkan jika produk tertentu diproses lebih lanjut sebelum dijual. Namun hal tersebut tidak akan mengubah penggunaan harga jual pada titik pisah batas sebagai dasar alokasi biaya gabungan. Alokasi biaya gabungan dapat dihitung sebagai berikut :

Produk Unit produksi

Harga pasar unit pada titik pisah batas

Total harga pasar

Rasio nilai produk terhadap total

harga pasar

Pembagian biaya produksi

(8)

A

Total $ 160.000 100,000 % $ 120.000

Hasil yang sama juga akan diperoleh apabila total biaya produksi gabungan ($120.000) dibagi dengan total harga pasar dari keempat produk($160.000). Angka yang dihasilkan sebesar 0,75 merupakan rasio biaya produksi gabungan dari setiap produk terhadap harga pasarnya. Dengan mengalikan harga pasar dengan rasio tersebut, biaya gabungan dialokasikan sebagaimana ditunjukkan ditabel sebelumnya.

Berdasarkan metode harga pasar, setiap produk gabungan menghasilkan persentase laba kotor yang sama, dengan asumsi bahwa unit dijual tanpa pemprosessan lebih lanjut. Hal ini dapat diilustrasikan sebagai berikut, dengan asumsi bahwa tidak ada persediaan awal :

Total A B C D

Unit-penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000

Persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000

Penjualan-(dolar) 138.000 4.500 36.000 28.000 70.000

Biaya produksi 120.000 3.750 33.750 26.250 56.250

Dikurangi persediaan akhir 16.125 *375 6.750 5.250 3.750 Harga pokok penjualan 103.875 3.375 27.000 21.000 52.500

Laba kotor 34.625 1.125 9.000 7.000 17.500

Persentase laba kotor 25% 25% 25% 25% 25%

*Biaya produksi $3.750÷20.000 unit produksi= $0.1875× 2.000 unit persediaan akhir =$375

Produk Gabungan yang Tidak Dapat Dijual pada Titik Pisah-Batas. Produk yang yidak dapat dijual dititik pisah batas, dan oleh karena itu tidak memiliki harga pasar, memerlukan pemprosessan tambahan sebelum dapat dijual. Dalam kasus semacam itu, dasar untuk mengalokasikan biaya gabungan adalah harga pasar hipotesis pada titik pisah batas. Untuk mengilustrasikan alokasi ini asumsi berikut ini ditambahkan ke contoh sebelumnya:

Kasus Harga pasar per unit

(9)

A $ 0,50 $ 2.000

B 5,00 10.000

C 4,50 10.000

D 8,00 28.000

Untuk memperoleh dasar alokasi, biaya pemprosessan lebih lanjut dikurangi dari harga pasar final untuk mendapatkan harga pasar hipotesis. Beban pemasaran dan beban administratif yang dapat ditelusuri langsung ke produk tertentu, serta estimasi untuk laba juga harus dikurangi jika jumlahnya berbeda secara proporsional untuk produk gabungan yang berbeda. Tabel berikut ini mengindikasikan langkah-langkah yang harus diambil:

A 0,50 20.000 10.000 2.000 8.000 4.800 6.800 68,0 B 5,00 15.000 75.000 10.000 65.000 39.000 49.000 65,3 C 4,50 10.000 45.000 10.000 35.000 21.000 31.000 68,8 D 8,00 15.000 120.00

0

28.000 92.000 55.200 83.200 69,3

Total 250.00

* Pada titik pisah batas

** Persentase untuk mengalokasikan biaya produksi gabungan : total biaya produksi gabungan

total h arga pasar h ipotesis =

$120.000

$200.000=0,60=60;60 ×h arga pasar h ipotesis=alokasi biaya gabungan

** *

Persentase biaya produksi dihitung dengan membagi total biaya produksi dengan harga pasar final. Misalnya:

$49.000

$75.000=0,653=65,3 untuk produk B , dan

$170.000

$250.000=$0,68=68untuk semua produk

(10)

Laporan laba kotor berikut ini menggunakan jumlah unit terjual yang sama dengan yang digunakan diilustrasi sebelumnya, tetapi harga jual telah dinaikkan sebagai akibat dari pemprosessan lebih lanjut.

Total A B C D

Unit-penjualan 52.000 18.000 12.000 8.000 14.000 Persediaan akhir 8.000 2.000 3.000 2.000 1.000 Penjualan (dolar) 217.000 9.000 60.000 36.000 112.000 Harga pokok penjualan:

Biaya produksi gabungan 120.000 4.800 39.000 21.000 55.200 Biaya pemprosessan lebih

lanjut

50.000 2.000 10.000 10.000 28.000

Total 170.000 6.800 49.000 31.000 83.200

Dikurangi persediaan akhir 22.227 680* 9.800 6.200 5.547 Harga pokok penjualan 147.773 6.120 39.200 24.800 77.653

Laba kotor 69.227 2.280 20.800 11.200 34.347

Persentase laba kotor 32% 32% 35% 31% 31%

* Biaya produksi $6.800 ÷ 20.000unit produksi=$0,34;$0,34x2.000 unit di persediaan akhir=$680

Laporan sering kali dibuat sedemikian rupa sehingga semua produk gabungan memiliki profitabilitas yang sama. Untuk mencapai hal tersebut, teknik nilai jual dapat dimodifikasi dengan menggunakan persentase laba kotor secara keseluruhan untuk menentukan laba kotor dari setiap produk. Dalam tabel berikut ini, laba kotor (23%) dikurangi dari nilai jual untuk menentukan total biaya. Total biaya kemudian dikurangi dengan biaya pemprosessan lebih lanjut dari setiap produk untuk menentukan alokasi biaya gabungan untuk masing-masing produk gabungan tersebut.

Total A B C D

Harga jual final 250.000 10.000 75.000 45.000 120.000 Dikurangi laba kotor

32%

80.000 3.200 24.000 14.400 38.400

Total biaya 170.000 6.800 51.000 30.600 81.600

Biaya pemprosessan lebih lanjut

50.000 2.000 10.000 10.000 28.000

(11)

Jika harga jual persentase laba kotor, atau biaya pemprosessan lebih lanjut merupakan estimasi dan bukannya jumlah aktual, maka saldo yang berjudul “biaya gabungan” berfungsi sebagai dasar untuk mengalokasikan biaya gabungan aktual.

Metode Biaya Rata-rata per Unit

Metode biaya rata-rata per unit (average unit cost method)berusaha untuk mengalokasikan biaya gabungan keproduk gabungan sedemikian rupa sehingga setiap produk menerima alokasi biaya gabungan per unit dalam jumlah yang sama, yang disebut sebagai biaya rata-rata per unit. Biaya rata-rata per unit diperoleh dengan cara membagi total biaya gabungan denga total jumlah unit yang diproduksi. Perusahaan yang menggunakan metide ini berpendapat bahwa semua produk yang dihasilkan melalui proses yang sama seharusnya menerima pembagian biaya gabungan yang besarnya proporsional dengan jumlah unit yang diproduksi. Selama semua produk gabungan diukur dengan unit fisik yang sama dan tidak berbeda jauh dalam hal harga pasar per unit, metode ini wajar. Tetapi ketika unit yang diproduksi tidak diukur denga satuan yang sama, dan harga pasar per unit berbeda secara signifikan, maka metode ini sebaiknya tidak digunakan.

Dengan menggunakan angka-angka dari contoh untuk harga pasar, metode rata-rata per unit dapat diilustrasikan sebagai berikut :

totalbiaya produksi gabungan total jumlahunit yang diproduksi=

$120.000

$60.000 =$2perunit

Produk Unit produk Pembagian biaya produksi

gabungan

A 20.000 $ 40.000

B 15.000 30.000

C 10.000 20.000

D 15.000 30.000

60.000 $ 120.000

Metode Rata-rata Tertimbang

(12)

masalah alokasi biaya gabungan, karena unit-unit individual dari berbagai produk gabungan berbeda secara signifikan. Dalam kasus semacam ini faktor pembobotan yang telah ditentukan sebelumnya dapat diberikan ke setiap unit. Faktor pembobotan disarkan pada atribut-atribut seperti ukuran unit, tingkat kesulitannya, waktu yang diperlukan untuk memproduksi unit tersebut, perbedaan dalam jenis tenaga kerja yang digunakan, dan perbedaan dalam jumlah bahan baku yang digunakan. Barang jadi dari semua jenis dikalikan dengan faktor pembobotan guna menghitung dasar untuk mengalokasikan biaya gabungan.

Untuk tujuan ilustrasi, asumsikan faktor pembobotan yang dibebankan ke keempat produk di contoh sebelumnya sebagai berikut: Produk A-3 poin

Produk B-12 poin Produk C-13,5 poin Produk D-15 poin

Menggunakan data dari contoh sebelumnya, alokasi biaya gabungan diilustrasikan sebagai berikut:

Produk Unit produk

x poin = Rata-rata tertimbang

x Biaya per unit*

= Pembagian biaya produksi gabungan

A 20.000 3 60.000 $0,20 $ 12.000

B 15.000 12 180.000 $0,20 $ 36.000

C 10.000 13,5 135.000 $0,20 $ 27.000

D 15.000 15 225.000 $0,20 $ 45.000

600.000 $ 120.000

* Total biaya produksi gabunganTotal ratarata tertimbang =$120.000

$600.000=$0,20per unit

Metode Unit Kuantitatif

(13)

tersebut harus dikonversikan kesatuan yang sama. Misalnya, ketika arang diproduksi, batu bara, benzol, amonia sulfat, dan gas juga ikut diproduksi dan masing-masing diukur dalam satuan yang berbeda.

Tabel berikut ini mengilustrasikan metode unit kuantitatif, menggunakan berat sebagai dasar alokasi biaya gabungan dengan asumsi biaya batu bara adalah sebesar $40 per ton.

Produk Produk yang

Arang 1.320,0 lbs 69,474 lbs* 1.389,474 lbs $ 27,790**

Batu bara 120,0 6,316 126,316 2,526

Benzol 21,9 1,153 23,053 $ 0,461

Amonia sulfat

26,0 1,368 27,368 $ 0,547

Gas 412,1 21,689 433,789 8,676

Limbah (air) 100,0

Total 2.000,0 lbs 100,000 lbs 2.000,00 lbs $ 40,000

*[1.320 : (2.000-100)]=69,474 **(1.389,474 : 2.000)X $40=$27,790

(14)

Jika alokasi arbitrer harus dilakukan, maka paling tidak alokasi tersebut harus bersifat netral.

III. Metode Kalkulasi Produk Sampingan

Metode yang dapat diterima untuk menghitung biaya produk sampingan terbagi atas dua kategori. Dalam kategori Pertama, biaya produksi gabungan tidak dialokasikan ke produk sampingan. Dlam kategori ini, ada dua metode. Pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk sampingan dikreditkan ke pendapatan atau biaya produk utama. Metode ini dibedakan oleh perlakuannya atas pendapatan kotor dari produk sampingan dan disebut sebagai metode 1. Alternatifnya, biaya produk sampingan setelah titik pisah batas di-offset dengan pendapatan bersih dari produk sampingan dan disebut sebagai metode 2.

Dalam metode 1, pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan ditampilkan dalam laporan laba rugi sebagai salah satu dari kategori ini:

a. Pendapatan lain-lain

b. Tambahan pendapatan penjualan

c. Pengurangan harga pokok penjualan dari produk utama d. Pengurangan biaya produksi utama

Dalam metode 2, pendapatan bersih dari produk sampingan, (pendapatan dari penjualan produk sampingan dikurangi dengan biaya administratif dan pemasaran untuk memasarkan produk sampingan, kemudian dikurangi lagi dengan biaya pemprosessan lebih lanjut setelah titik pisah batas) ditampilkan dilaporan laba rugi sebagai salah satu keempat kategori untuk metode 1 seperti yang disebutkan diatas.

(15)

penggantian, sedangkan metode 4 adalah metode nilai pasar atau yang juga dikenal sebagai metode pembatalan atau pembalikan biaya (reversal cost method).

Metode 1 : Pengakuan Pendapatan Kotor

Dengan metode pendapatan kotor, biaya persediaan final dari produk utama dihitung terlalu tinggi (overstated) karena menanggung biaya yang seharusnya dibebankan ke produk sampingan. Keterbatasan ini dikoreksi di metode 1d, tetapi hanya sebagian, karena yang dikurangi dari biaya produksi produk utama dalam metode ini adalah nilai jual produk sampingan dan bukannya biaya produksinya.

Metode 1a : Pendapatan Produk Sampingan sebagai Pendapatan Lain-lain. Metode ini diilustrasikan dalam laporan laba rugi dibawah ini. Dengan asumsi bahwa pendapatan kotor dari penjualan produk sampingan adalah sebesar $ 1.500:

Penjualan (produk utama, 10.000 unit @$2) $ 20.000 Harga pokok penjualan:

Persediaan awal (1.000 unit @ $ 1,50) $ 1.500 Total biaya produksi(11.000 unit @$ 1,50) $ 16.500 Tersedia untuk dijual $ 18.000

Persediaan akhir (2.000 unit @ $ 1,50) $ 3.000 $ 15.000

Laba kotor $ 5.000

Beban pemasaran dan administrasi $ 2.000

Laba operasi $ 3.000

Pendapatan lain-lain: pendapatan penjualan produk sampingan

$ 1.500

Laba sebelum pajak $ 4.500

(16)

Metode 1c : pendapatan Produk Sampingan sebagai Pengurang Harga Pokok Penjualan. Dalam metode ini, $1.500 dari pendapatan penjualan produk sampingan dikurangkan dari $15.000 harga pokok penjualan produk utama, sehingga laba kotor dan laba operasi akan meningkat sebesar $1.500 dibanding dengan yang ditampilkan di laporan laba rugi diatas. Laba sebelum pajak akan tetap sebesar $ 4.500.

Metode 1d : Pendapatan Produk Sampingan Mengurangi Biaya Produksi. Dalam metode ini, $ 1.500 dari pendapatan penjualan produk sampingan dikurangkan dari $16.500 total biaya produksi, sehingga biaya produksi bersih yang ditampilkan dalam laporan laba rugi berikut ini $ 1.500. Biaya produksi yang sudah direvisi ini mengakibatkan rata-rata biaya over unit produk utama menjadi sebesar $ 1,3625. Biaya yang dibebankan ke persediaan akhir produk utama menjadi sebesar $2.725 dan bukannya $3.000. Dengan cara yang hampir sama, biaya persediaan awal yang berkurang ($1,35 per unit seperti yang diilustrasikan dilaporan laba rugi berikut ini), disebabkan karena pendapatan dari penjualan produk sampingan diperiode sebelumnya dikreditkan ke biaya produksi produk utama diperiode yang sama. Dan ketiga metode sebelumnya, tidak ada satupun yang mempengaruhi biaya perunit yang dilaporkan untuk produk utama. Hal ini adalah perbedaan penting dalam perhitungan biaya produk, meskipun pada umumnya dampak dari metode ini dalam nilai dolar adalah relatif kecil. Laporan laba rugi akan ditampilkan sebagai berikut:

Penjualan (produk utama 10.000 unit @$ 2) $ 20.000 Harga pokok penjualan:

Persediaan awal(1.000 unit @$1,35) $ 1.350 Total biaya produksi(11.000 unit @$1,50) $ 16.500

Pendapatan dari penjualan produk sampingan $ 1.500

Biaya produksi bersih $ 15.000

Tersedia untuk dijual (12.000 unit @ $1,3625 biaya rata-rata)

(17)

Persediaan akhir(12.000 unit @$1,3625) $ 2.725 $ 13.625

Laba kotor $ 6.375

Beban pemasaran dan administrasi $ 2.000

Laba operasi $ 4.375

Untuk metode yang terakhir dijelaskan ini, tidak diperlukan ayat jurnal yang rumit. Pendapatan yang diterima dari penjualan produk sampingan didebit ke kas atau piutang usaha. Dalam ketiga metode sebelumnya, Pendapatan dari Penjualan Produk Sampingan yang dikreditkan; sedangkan dalam metode yang keempat, biaya produksi dari produk utama. Hal ini biasanya dilakukan dengan mengkreditkan barang dalam proses.

Metode 2 : Pengakuan Pendapatan Bersih

Dalam metode ini menyadari adanya kebutuhan untuk membebankan biaya yang dapat ditelusuri ke produk sampingan. Akan tetapi, metode ini tidak berusaha untuk mengalokasikan biaya produksi gabungan ke produksi gabungan ke produk sampingan. Biaya yang terjadi setelah titik pisah batas guna memproses maupun memasarkan produk sampingan dicatat dalam akun yang terpisah dari produk utama. Angka produk sampingan ditampilkan dilaporan laba rugi dengan menggunakan salah satu tampilan yang dijelaskan dalam metode 1

(18)

Metode 3 : Metode Biaya Penggantian

Dalam metode ini biasanya digunakan oleh perusahaan itu sendiri. Adanya produk sampingan menghilangkan kebutuhan untuk membeli bahan baku yang serupa dari pemasok. Biaya produksi dari produk utama dikreditkan, dan debitnya diposting ke departemen yang menggunakan produk sampingan tersebut. Jumlah yang diposting oleh ayat jurnal tersebut merupakan biaya pembelian atau biaya penggantiannya.

Perhitungan biaya produk sampingan yang digunakan dalam perusahaan. Misalnya, suatu harga transfer bisa diterapkan berdasarkan biaya untuk berdasarkan harga arbitrer mungkin saja digunakan. Apa pun harga yang dipakai, biaya produksi produk utama yang menghasilkan produk sampingan dikredit, dan debitny diposting ke departemen yang menggunakan produk sampingan tersebut.

Metode 4 : Metode Harga Pasar (Pembatalan Biaya – Reversal Cost) Metode harga pasar, atau metode pembatalan biaya pada dasarnya hampir serupa dengan teknik yang diilustrasikan metode 1d. Tetapi, metode tersebut mengurangi biaya produksi dari produk utama, bukan dengan pendapatan aktual yang diterima, melainkan dengan estimasi nilai produk sampingan pada saat dijual. Akun produk sampinngan dibebankan dengann nilai estimasi ini, dan biaya estimasi dari produk utama di kredit. Tambahan biaya bahan baku, tenaga kerja, atau overhead pabrik yang terjadi setelah titik pisah batas dibebankan ke produk sampingan. Saldo dari akun ini dapat ditampilkan di laporan laba rugi dengan salah satu cara yang telah dijelaskan di metode 1. Biaya produksi yang dapat dibebankan ke persediaan produk sampingan yang belum terjual dilaporkan di neraca.

(19)

Item sampingan Produk

Total biaya produksi (40.000 unit) $ 160.000

Harga pasar (5.000 unit @$1,80) $ 9.000

Estimasi laba kotor terdiri atas:

Asumsi laba operasi (20% dari harga jual)

$ 1.800

Beban pemasaran dan administrasi (5% dari harga jual)

Overhead pabrik $ 300 $ 2.500

Estimasi nilai produk nilai sampingan dititik pisah batas yang akan dikreditkan ke produk utama

$ 4.250 $ 4.250

Biaya bersih dari produk utama $ 155.000 Ditambah biaya produksi aktual setelah

titik pisah batas

$ 2.300

Total $ 6.550

Total jumlah unit $ 40.000 $ 5.000

Biaya per unit $3.894 $1,31

Ilustrasi ini menunjukkan bahwa nilai estimasi dari produk sampingan pada titik pisah batas, dihitung dengan cara mengestimasikan laba kotor dan biaya produksi setelah titik pisah batas, dari produk sampingan, lalu mengurangkannya dari harga pokok pasar finalnya. Alternatif lain, jika produk sampingan memiliki nilai pasar pada titik pisah batas, maka akun produk sampinga dibebankan dengan nilai pasar tersebut dikurangi dengan estimasi laba kotor. Lawannya dikreditkan ke biaya produksi produk utama.

(20)

pada titik pisah batas sebagai dasar untuk mengalokasikan bagian biaya ke produk sampingan. Lawannya dikredit ke biaya produksi dari produk utama. Dalam pendekatan ini, perlakuan terhadap produk sampingan serupa dengan produk gabungan, sebagaimana dijelaskan baik dalam kasus apapun, biaya produk sampingan yang terjadi setelah titik pisah batas dibebenakan ke produk sampingan.

IV. Perlakuan Akuntansi Produk Sampingan

Terdapat beberapa metode mengakui produk sampingan, yaitu : a. Sebagai tambahan penjualan

b. Beban pada harga pokok penjualan c. Beban pada harga pokok produksi d. Diakui sebagai pendapatan lain-lain Contoh :

Perusahaan minyak kelapa yang membuat produk minyak kelapa dengan kapasitas 100.000 liter pertahun. Dari poduk minyak, dihasilkan juga ampas minyak sebanyak 5.000 kg. Harga minyak per liter Rp 1.000,- dan ampas minyak yang bisa dijual sebesar Rp 100,-/kg. Biaya produksi untuk minyak Rp 60.000.000,- biaya operasi Rp 10.000.000,- pendapatan bunga Rp 2.500.000,-. Tahun 2011 minyak yang terjual 80.000 liter.

Produk Sampingan diakui sebagai Tambahan Penjualan

LAPORAN LABA RUGI 31 Desember 2011

Penjualan minyak 80.000 x @Rp 1.000,- 80.000.000 Penjualan ampas minyak 5.000 x @Rp

100,-500.000

Jumlah Penjualan 80.500.000

Harga Pokok Penjualan

Persediaan 1 januari 2011

-Biaya produksi 60.000.000

Produk siap dijual 60.000.000 Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)

48.000.000

(21)

Biaya operasi (10.000.000) Pendapatan diluar operasi

Bunga bank 2.500.000

Laba bersih 25.000.000

Dikurangkan pada Harga Pokok Penjualan

LAPORAN LABA RUGI 31 Desember 2011

Penjualan minyak 80.000 x @ Rp 1.000 80.000.000 Harga Pokok Penjualan

Persediaan 1 Januari 2011

-Biaya produksi 60.000.000

Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000) Harga Pokok Penjualan 48.000.000

Penjualan produk sampingan 500.000

Harga pokok penjualan bersih 47.500.000

Laba kotor operasi 32.500.000

Biaya operasi (10.000.000)

Pendapatan bunga 2.500.000

Laba operasi 25.000.000

Dikurangkan pada Harga Pokok Produksi

LAPORAN LABA RUGI 31 Desember 2011

Penjualan 80.000 x @ Rp 1.000,- 80.000.000

Harga Pokok Penjualan

Persediaan 1 Januari 2011

-Biaya produksi 60.000.000

Hasil produk sampingan (500.000)

Biaya produksi bersih 59.500.000

Persediaan 31 Desember 2011 (11.900.000)

Harga Pokok Penjualan 47.600.000

Laba kotor 32.400.000

Biaya operasi (10.000.000)

Pendapatan bunga 2.500.000

Laba bersih 24.900.000

Diakui sebagai Pendapatan Lain-lain

LAPOAN LABA RUGI 31 Desember 2011

(22)

Harga Pokok Penjualan

Persediaan 1 Januari 2011

-Biaya produksi 60.000.000

Persediaan 31 Desember 2011 (12.000.000)

48.000.000

Laba kotor 32.000.000

Biaya operasi (10.000.000)

Pendapatan lain-lain

Pendapatan bunga 2.500.000

Penjualan produk sampingan 500.000

3.000.000

Laba bersih 25.000.000

V. Analisis Biaya Gabungan untuk Pengambilan Keputusan

Metode alokasi biaya gabungan mengindikasikan bahwa jumlah biaya yang akan dibebankan ke berbagai produk yang akan dihasilkan pada titik pisah batas adalah sulit untuk pembebanan biaya gabungan tidak memecahkan masalah. Ide yang lebih maju mengatakan bahwa penentuan biaya individual atas produk sampai pada titik pisah batas tidak diperlukan, karena adalah lebih penting untuk pengambilan keputusan apakah akan melakukan pemprosesan lebih lanjut atau tidak. Konsep biaya dalam pengambilan keputusan jenis biaya yang harus diketahui oleh Decision Maker:

1. Biaya Eksplisit (Explisiy Cost)

Biaya yang dikeluarkan guna mendapatkan input yang dibutuhkan dalam proses produksi. Contoh : biaya material, upah, gaji, bunga, sewa dll.

2. Biaya Implisit (Implicit Cost)

(23)

secara tepat. Contoh : pabrik, mesin dan peralatannya yang mempunyai opportunity cost.

3. Opportunity Cost

Biaya alternatif yang ditimbulkan akibat dipilihnya suatu keputusan. Contoh : gaji pemilik perusahaan.

4. Incremental Cost

Biaya yang timbul akibat adanya pertambahan/pengurangan output.

5. Sunk Cost

Biaya-biaya yang telah dikeluarkan/diterima sebelum terjadinya suatu keputusan.

Keputusan Proses Bersama

Terdapat empat poin keputusan manajemen dalam proses produksi bersama. Sebelum mencurahkan sumber daya untuk proses produksi bersama, manajemen terlebih dahulu harus memutuskan apakah perkiraan pendapatan total dari penjualan produk bersama cenderung melebihi perkiraan biaya pengelolahan total. Biaya bersama, biaya pengolahan terpisah setelah split-off, dan biaya penjualan atau pengolahan limbah harus dimasukkan ke dalam perhitungan ini. Oleh karena proses bersama memberikan hasil berupa”sekeranjang” produk, beberapa biaya pengolahan tambahan mungkin timbul dalam pembuatan produk yang akan dijual, atau biaya pengolahan limbah mungkin memerlukan banyak bahan limbah. Setelah biaya proses bersama muncul, biaya tersebut akan beralih menjadi sunk cost terlepas apakah produk dapat dijual pada akhir proses bersama atau pada jumlah berapa.

(24)

memutuskan bahwa proses produksi bersama adalah penggunaan terbaik dari kapasitas yang dimiliki dan produksi akan dapat dimulai.

Dua keputusan berikutnya dibuat di batas split-off. Keputusan ketiga adalah untuk menentukan bagaimana mengklasifikasikan produk proses bersama. Beberapa produk akan diutamakan,yang lainnya akan digolongkan produk sampingan, sisa, atau limbah. Klasifikasi keputusan ini diharuskan oleh fakta bahwa biaya bersama hanya diarahkan pada produk bersama. Bagaimanapun, sebelum mengalokasikan biaya bersama perlu diingat bahwa total biaya mungkin dikeluarkan untuk ini dapat dikurangi dengan nilai penjualan produk sampingan dan sisa.

Keputusan keempat adalah yang paling kompleks manajemen harus memutuskan apakah akan menjual (salah satu atau semua) produk bersama pada batas split-off atau memprosesnya lebih lanjut. Jika produk primer dapat terjual pada split-off, pengelolahan lebih lanjut harus dilakukan hanya jika nilai yang ditambahkan untuk produk, seperti tercermin dari pendapatan tambahan melebihi biaya tambahan. Jika produk primer tidak dapat dijual pada split-off, biaya tambahan harus dikeluarkan untuk produk yang dapat dijual. Untuk produk nonprimer,manajemen juga harus memperkirakan apakah pendapatan bertambah dari pengolahan lanjut akan melebihi biaya pengolahan lanjutan.jika proses tambahan tidak memberikan keuntungan neto, produk, yang dapa dijual tidak harus dijual tanpa proses lanjutan setelah batas split-off.

(25)

digunakan dalam proses pengambilan keputusan karena biaya tersebut tenggelam/ “sink” dan tidak bisa diperoleh kembali. Dengan demikian satu-satunya aset yang relevan dalam keputusan untuk proses lanjutan adalah pendapatan tambahan dan biaya tambahan.

(26)

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Bahwa dari ringkasan data diatas dimana telah dijelaskan mengenai apa itu produk sampingan dan gabungan dimana pada resume ini terdapat :

1. Pengertian produk gabungan dan produk sampingan.

2. Metode -metode alokasi biaya produksi gabungan ke produk gabungan. 3. Metode kalkulasi produk sampingan.

Referensi

Dokumen terkait

Supply chain merupakan kumpulan dari rantai-rantai yang dilalui suatu barang (produk) mulai dari bahan baku sampai menjadi produk yang akan dijual kepada konsumen

Pasal 30 Ayat (1) Huruf a Undang-Undang Kejaksaan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004.. Kemudian dalam Pasal 4 KUHAP disebutkan bahwa Penyelidik adalah setiap pejabat

Berdasarkan hasil analisa, pembahasan dan evaluasi, maka diperoleh simpulan bahwa (1) aplikasi game “Laut ABC” menambah variasi aplikasi game edukatif tentang

bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 181 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor

Kualitas bibit yang tersedia di pasaran bermacam variasi, mulai dari kualitas rendah hingga super, maka pemilihan bibit yang baik juga akan menunjang hasil produksinya, oleh

Dilihat dari pentingnya pemahaman tentang public speaking tersebut, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung memasukkan mata kuliah public speaking untuk

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pemberian asetat anhidrida dengan konsentrasi yang berbeda-beda tidak memberikan pengaruh terhadap nilai IB sampel MDF yang