PENDIDIKAN AGAMA
PENDIDIKAN AGAMA
HINDU
HINDU
OM SWASTYASTU,
OM SWASTYASTU,
TABE SALAMAT LINGU NALATAI SEMBAH
TABE SALAMAT LINGU NALATAI SEMBAH
BIODATA BIODATA
NAMANAMA : MARIATIE, S.Ag : MARIATIE, S.Ag
TEMPAT & TGL TEMPAT & TGL : Tewang Tampang, 30 Nopember 1970: Tewang Tampang, 30 Nopember 1970 JENIS KELAMIN JENIS KELAMIN : Perempuan: Perempuan
AGAMAAGAMA : Hindu Kaharingan: Hindu Kaharingan
PEND. TERAKHIRPEND. TERAKHIR : Strata Dua (S-2) IHDN Denpasar : Strata Dua (S-2) IHDN Denpasar
Th. 2009Th. 2009
PEKERJAANPEKERJAAN : PNS ( Dosen STAHN-TP ) dan Ketua : PNS ( Dosen STAHN-TP ) dan Ketua
Jurusan Hukum Agama HinduJurusan Hukum Agama Hindu PANGKAT / GOL.PANGKAT / GOL. : Penata Muda TK.I / III.d: Penata Muda TK.I / III.d
JABATANJABATAN : Lektor: Lektor
ALAMAT KANTORALAMAT KANTOR : Jl. G.Obos X P.Raya Telp./Fax. (0536) : Jl. G.Obos X P.Raya Telp./Fax. (0536)
32299423229942
RUMAHRUMAH : Jl. Sapan XX No.2/F P. Raya : Jl. Sapan XX No.2/F P. Raya
I. KONSEP AGAMA HINDU
I. KONSEP AGAMA HINDU
Ajaran Agama Hindu Kaharingan dapat Ajaran Agama Hindu Kaharingan dapat
dipahami dengan baik, apabila seseorang dipahami dengan baik, apabila seseorang
dapat mempelajari secara utuh dengan dapat mempelajari secara utuh dengan
kacamata atau sudut pandang Agama Hindu kacamata atau sudut pandang Agama Hindu
Kaharingan itu sendiri. Kaharingan itu sendiri.
Agama Hindu Kaharingan sebagaimana juga Agama Hindu Kaharingan sebagaimana juga Agama-Agama yang lain memiliki ciri-ciri
Agama-Agama yang lain memiliki ciri-ciri
khusus dan merupakan Identitas diri sebagai khusus dan merupakan Identitas diri sebagai
pemeluk. Salah satu menojol adalah adanya pemeluk. Salah satu menojol adalah adanya
bermacam-macam atau beraneka ragam bermacam-macam atau beraneka ragam
dalam penampilan atau pelaksanaan hidup dalam penampilan atau pelaksanaan hidup
Adapun yang menjadi salah satu Adapun yang menjadi salah satu
penampilan atau pelaksanaan Ajaran penampilan atau pelaksanaan Ajaran
Agama Hindu Kaharingan disebut dengan Agama Hindu Kaharingan disebut dengan
Acara Agama Hindu Kaharingan yang Acara Agama Hindu Kaharingan yang
merupakan suatu tradisi atau kebiasaan merupakan suatu tradisi atau kebiasaan
secara turun temurun dilakukan oleh umat secara turun temurun dilakukan oleh umat
Hindu Kaharingan yang bersumber pada Hindu Kaharingan yang bersumber pada
kaidah-kaidah hukum secara tertulis kaidah-kaidah hukum secara tertulis
maupun sesuai tradisi setempat, Oleh maupun sesuai tradisi setempat, Oleh
karena itu Acara Agama merupakan suatu karena itu Acara Agama merupakan suatu
penampilan atau pelaksanaan Ajaran penampilan atau pelaksanaan Ajaran
Agama Hindu Kaharingan dan menjadi Agama Hindu Kaharingan dan menjadi
bagian luar yang paling nampak sebagai bagian luar yang paling nampak sebagai
Agama adalah suatu ajaran dimana Agama adalah suatu ajaran dimana setiap pemeluknya dianjurkan untuk
setiap pemeluknya dianjurkan untuk
selalu berbuat bai. Untuk itu semua
selalu berbuat bai. Untuk itu semua
penganut agama yang
penganut agama yang
mempercayaai ajaran dan
mempercayaai ajaran dan
melaksanakan ajarannya mereka
melaksanakan ajarannya mereka
akan senantiasa melaksanakan
akan senantiasa melaksanakan
segala hal yang ada dalam ajaran
segala hal yang ada dalam ajaran
tersebut.
tersebut. Manusia tidak bisa Manusia tidak bisa
dilepaskan dengan agama, oleh
dilepaskan dengan agama, oleh
karena itu agama dan manusia
karena itu agama dan manusia
berhubungan sangat erat sekali
LAMBANG AGAMA HINDU
LAMBANG AGAMA HINDU
Agama Hindu secara Universal adalah
Agama Hindu secara Universal adalah
Lambang Swastika
Lambang Swastika
Agama Hindu Kaharingan adalah
Agama Hindu Kaharingan adalah
Lambang Cacak Burung
A. PENGERTIAN AGAMA HINDU A. PENGERTIAN AGAMA HINDU
Agama sebagai pengetahuan Agama sebagai pengetahuan
kerohanian yang menyangkut soal-soal kerohanian yang menyangkut soal-soal
rohani yang bersifat gaib dan rohani yang bersifat gaib dan
methafisika secara etimologi berasal methafisika secara etimologi berasal
dari Bahasa Sansekerta yaitu kata A dari Bahasa Sansekerta yaitu kata A
dan Gam. “A” artinya Tidak dan “Gam” dan Gam. “A” artinya Tidak dan “Gam”
artinya Pergi atau bergerak. Jadi kata artinya Pergi atau bergerak. Jadi kata
Agama berarti sesuatu yang tidak pergi Agama berarti sesuatu yang tidak pergi
atau tidak bergerak. Dan bersifat atau tidak bergerak. Dan bersifat
langgeng (Kekal, Abadi dan tidak langgeng (Kekal, Abadi dan tidak
Agama Hindu merupakan agama Agama Hindu merupakan agama yang paling tua di dunia
yang paling tua di dunia Hanya saja Hanya saja perlu dicatat bahwa sampai saat ini
perlu dicatat bahwa sampai saat ini
tahun lahirnya agama Hindu tersebut
tahun lahirnya agama Hindu tersebut
masih controversial dan belum
masih controversial dan belum
diketahui secara pasti kapan agama
diketahui secara pasti kapan agama
tersebut pertama kali Lahir, yang
tersebut pertama kali Lahir, yang
jelas sesuatu yang dianggap sebagai
jelas sesuatu yang dianggap sebagai
tradisi-tradisi Hindu telah lahir
tradisi-tradisi Hindu telah lahir
berberapa beratus sebelum masehi.
Agama Hindu merupakan agama yang Agama Hindu merupakan agama yang tidak berasal dari seorang pendiri,
tidak berasal dari seorang pendiri,
sebuah kitab, atau satu titik waktu
sebuah kitab, atau satu titik waktu
sebagaimana agama lain, tetapi
sebagaimana agama lain, tetapi
agama Hindu merupakan agama
agama Hindu merupakan agama
Tuhan yang disampaikan kepada
Tuhan yang disampaikan kepada Maha Maha
Rsi
Rsi (para penerima Wahyu), yang (para penerima Wahyu), yang pada jaman dahulu para
pada jaman dahulu para Maha RsiMaha Rsi
tersebut menyanyikan wahyu Tuhan di
tersebut menyanyikan wahyu Tuhan di
hutan, gunung, dan juga ditepian
hutan, gunung, dan juga ditepian
sugai-sungai di India, dan
sugai-sungai di India, dan
tradisi-tradisinya dihubungkan dengan
tradisinya dihubungkan dengan
Bangsa Arya
Dalam penulisan sejarah Agama Dalam penulisan sejarah Agama Hindu Dipriodisasikan kedalam
Hindu Dipriodisasikan kedalam
beberapa priode, yaitu
beberapa priode, yaitu : :
1. Pada Jaman Upanisad 500-1500 SM
1. Pada Jaman Upanisad 500-1500 SM
2. Pada Jaman Brahmana 1500-2000 SM
2. Pada Jaman Brahmana 1500-2000 SM
3. Pada Jaman Weda 2000-6500 SM
3. Pada Jaman Weda 2000-6500 SM
Kemudian periode selanjutnya
Kemudian periode selanjutnya
perkembangan agama Hindu ke
perkembangan agama Hindu ke
berbagai
berbagai
wilayah di luar India.
B. Kronologi Turunya Wahyu Tuhan dan
B. Kronologi Turunya Wahyu Tuhan dan
pembentukan Kitab Suci Agama Hindu
pembentukan Kitab Suci Agama Hindu
Turunya wahyu yang kemudian menjadi pegangan dan Turunya wahyu yang kemudian menjadi pegangan dan ajaran bagi orang-orang Hindu terjadi melalui beberapa
ajaran bagi orang-orang Hindu terjadi melalui beberapa
tahap, yaitu :
tahap, yaitu : pertama-tamapertama-tama, Brahman (Tuhan, sang , Brahman (Tuhan, sang Hyang Widhi Wasa) menyampaikan kepada Dewa
Hyang Widhi Wasa) menyampaikan kepada Dewa
Brahma, kemudian dari Dewa Brahma Wahyu tersebut
Brahma, kemudian dari Dewa Brahma Wahyu tersebut
disampaikan kepada 7
disampaikan kepada 7 Maha RsiMaha Rsi yang dikenal dengan yang dikenal dengan sebutan
sebutan Sapta Maha RsiSapta Maha Rsi yaitu, yaitu, Maha Rsi Grtsamada, Maha Rsi Grtsamada, Maha Rsi Wiswamitra, Maha Rsi Atri, Maha Rsi Baravia,
Maha Rsi Wiswamitra, Maha Rsi Atri, Maha Rsi Baravia,
Maha Rsi Vasistha, Maha Rsi Kanwa
Maha Rsi Vasistha, Maha Rsi Kanwa, dan yang terakhir , dan yang terakhir Maha Rsi Vamadewa.
Kemudia wahyu yang diterima oleh para Kemudia wahyu yang diterima oleh para Maha RsiMaha Rsi
Tersebut dibukukan oleh
Tersebut dibukukan oleh Maha RsiMaha Rsi Vyasa dan Vyasa dan
Muridnya dan menjadi kitab suci agama Hindu yang Muridnya dan menjadi kitab suci agama Hindu yang
dikenal dengan kitab Weda, yang terbagi kedalam dikenal dengan kitab Weda, yang terbagi kedalam
empat bagian yang dikenal dengan sebutan
empat bagian yang dikenal dengan sebutan Catur Catur Weda
Weda yaitu :Pertama, yaitu :Pertama, Kitab Reg WedaKitab Reg Weda yang yang dibukukan oleh
dibukukan oleh Maha RsiMaha Rsi Puluha, Kedua, Kitab Puluha, Kedua, Kitab
Yajur Weda
Yajur Weda oleh oleh Maha RsiMaha Rsi Vaisampayana, ketiga, Vaisampayana, ketiga,
Kitab Sama Weda
Kitab Sama Weda oleh oleh Maha RsiMaha Rsi Jaimini, dan Jaimini, dan yang terakhir adalah
yang terakhir adalah Kitab Atharva WedaKitab Atharva Weda oleh oleh
Maha Rsi
Kemudian untuk menjaga keaslian
Kemudian untuk menjaga keaslian
ajaran Weda yang tersimpan
ajaran Weda yang tersimpan
dalam beberapa kitab tersebut
dalam beberapa kitab tersebut
dibuatlah pedoman pasti yang
dibuatlah pedoman pasti yang
dituangkan dalam kitab
dituangkan dalam kitab
Manawana
Manawana
Dharmasastra.
Dharmasastra.
Dalam
Dalam
pedoman tersebut ajaran agama
pedoman tersebut ajaran agama
Hindu dijabarkan dibagi kedalam 5
Hindu dijabarkan dibagi kedalam 5
struktur yaitu,
struktur yaitu,
Sruti, Smrti, Sila,
Sruti, Smrti, Sila,
Acara
Berangkat dari pengertian itulah, Berangkat dari pengertian itulah,
maka agama adalah merupakan
maka agama adalah merupakan
kebenaran abadi yang mencakup
kebenaran abadi yang mencakup
seluruh jalan kehidupan manusia di
seluruh jalan kehidupan manusia di
dunia ini dalam konsep Hindu
dunia ini dalam konsep Hindu
Kaharingan di sebut (
Kaharingan di sebut (pantai danum pantai danum kalunen nalantai tisui luwuk
kalunen nalantai tisui luwuk kampungan bunu
kampungan bunu) dengan tujuan ) dengan tujuan untuk menuntun manusia dalam
untuk menuntun manusia dalam
mencapai kesempurnaan hidup yang
mencapai kesempurnaan hidup yang
berupa kebahagiaan dan kesucian
berupa kebahagiaan dan kesucian
lahir bathin.
C. Tujuan Agama Hindu
C. Tujuan Agama Hindu
Ada 4 tujuan yang ingin dicapai Ada 4 tujuan yang ingin dicapai
menurut ajaran agama Hindu yang
menurut ajaran agama Hindu yang
disebut Catur Purusa Artha :
disebut Catur Purusa Artha :
1. Dharma artinya Kebenaran, Kebaikan
1. Dharma artinya Kebenaran, Kebaikan
2. Artha artinya Harta Benda/Kekayaan
2. Artha artinya Harta Benda/Kekayaan
3. Kama artinya Hawa Nafsu/Keinginan
3. Kama artinya Hawa Nafsu/Keinginan
4. Moksha artinya Kebebasan/Kelepasan
4. Moksha artinya Kebebasan/Kelepasan
keabadian
II. SEJARAH PERKEMBANGAN
II. SEJARAH PERKEMBANGAN
AGAMA HINDU
AGAMA HINDU
A. Sejarah Perkembangan Ag.Hindu Masuk
A. Sejarah Perkembangan Ag.Hindu Masuk
Ke IndonesiaKe Indonesia
Masuknya agama Hindu ke Indonesia Masuknya agama Hindu ke Indonesia
terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat
terjadi pada awal tahun Masehi, ini dapat
diketahui dengan adanya bukti tertulis
diketahui dengan adanya bukti tertulis
atau benda-benda purbakala pada abad
atau benda-benda purbakala pada abad
ke 4 Masehi dengan diketemukannya
ke 4 Masehi dengan diketemukannya
tujuh buah Yupa peningalan kerajaan
tujuh buah Yupa peningalan kerajaan
Kutai di Kalimantan Timur.
“
“Yupa itu didirikan untuk memperingati dan Yupa itu didirikan untuk memperingati dan
melaksanakan yadnya oleh Mulawarman”. Keterangan
melaksanakan yadnya oleh Mulawarman”. Keterangan
yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman
yang lain menyebutkan bahwa raja Mulawarman
melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk
melakukan yadnya pada suatu tempat suci untuk
memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan
memuja dewa Siwa. Tempat itu disebut dengan
“Vaprakeswara”.
“Vaprakeswara”.
Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan
Masuknya agama Hindu ke Indonesia, menimbulkan
pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman
pembaharuan yang besar, misalnya berakhirnya jaman
prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke
prasejarah Indonesia, perubahan dari religi kuno ke
dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang
dalam kehidupan beragama yang memuja Tuhan Yang
Maha Esa dengan kitab Suci Weda dan juga
Maha Esa dengan kitab Suci Weda dan juga
munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu
munculnya kerajaan yang mengatur kehidupan suatu
wilayah.
Agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat Agama Hindu juga berkembang di Jawa Barat mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh mulai abad ke-5 dengan diketemukannya tujuh
buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun, buah prasasti, yakni prasasti Ciaruteun,
Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten, Kebonkopi, Jambu, Pasir Awi, Muara Cianten,
Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut Tugu dan Lebak. Semua prasasti tersebut
berbahasa Sansekerta dan memakai huruf berbahasa Sansekerta dan memakai huruf
Pallawa. Pallawa.
Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah Bukti lain yang ditemukan di Jawa Barat adalah adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan adanya perunggu di Cebuya yang menggunakan
atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada atribut Dewa Siwa dan diperkirakan dibuat pada
Prasasti ini berbahasa sansekerta
Prasasti ini berbahasa sansekerta
memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih
memakai huruf Pallawa dan bertipe lebih
muda dari prasasti Purnawarman.
muda dari prasasti Purnawarman.
Prasasti ini yang menggunakan atribut
Prasasti ini yang menggunakan atribut
Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi,
Dewa Tri Murti, yaitu Trisula, Kendi,
Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar,
Cakra, Kapak dan Bunga Teratai Mekar,
diperkirakan berasal dari tahun 650
diperkirakan berasal dari tahun 650
Selanjutnya agama Hindu Selanjutnya agama Hindu
berkembang pula di Bali. Kedatangan
berkembang pula di Bali. Kedatangan
agama Hindu di Bali diperkirakan
agama Hindu di Bali diperkirakan
pada abad ke-8. Hal ini disamping
pada abad ke-8. Hal ini disamping
dapat dibuktikan dengan adanya
dapat dibuktikan dengan adanya
prasasti-prasasti, juga adanya Arca
prasasti-prasasti, juga adanya Arca
Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa
Siwa dan Pura Putra Bhatara Desa
Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe
Bedahulu, Gianyar. Arca ini bertipe
sama dengan Arca Siwa di Dieng
sama dengan Arca Siwa di Dieng
Jawa Timur, yang berasal dari abad
Jawa Timur, yang berasal dari abad
ke-8.
B. Perkembangan Agama Hindu di
B. Perkembangan Agama Hindu di
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah
Umat Hindu Kaharingan memiliki kepercayaan lokal genius Umat Hindu Kaharingan memiliki kepercayaan lokal genius (kearifan lokal) dan merupakan agama yang paling awal
(kearifan lokal) dan merupakan agama yang paling awal
masyarakat Dayak Kalimantan Tengah (Borneo). Mereka
masyarakat Dayak Kalimantan Tengah (Borneo). Mereka
adalah manusia beragama yang percaya bahwa di alam
adalah manusia beragama yang percaya bahwa di alam
semesta ini ada Yang Maha Kuasa yang mereka sebut
semesta ini ada Yang Maha Kuasa yang mereka sebut
“
“Ranying Hatalla Langit, Raja Tuntung Matan Andau, Tuhan Ranying Hatalla Langit, Raja Tuntung Matan Andau, Tuhan Tambing Kabanteran Bulan, Jatha Balawang Bulau,
Tambing Kabanteran Bulan, Jatha Balawang Bulau,
Kanaruhan Bagaper Hintan”
Kanaruhan Bagaper Hintan” (Yang Maha Mengusai alam (Yang Maha Mengusai alam semesta, bertahta di langit, raja yang memerangi alam
semesta, bertahta di langit, raja yang memerangi alam
semesta, memberi kehidupan siang dan malam, zat yang
semesta, memberi kehidupan siang dan malam, zat yang
maha suci dan yang maha mulia.
Pada jaman dulu
Pada jaman dulu KaharinganKaharingan disebut dengan disebut dengan Agama Agama Helu
Helu, karena kata , karena kata KaharinganKaharingan berasal dari kata berasal dari kata
Haring
Haring yang artinya yang artinya hiduphidup, , (Tjilik Riwut (Tjilik Riwut, 2003: 478)., 2003: 478). Tjilik Riwut dalam bukunya “
Tjilik Riwut dalam bukunya “Meneser Panatau Tatu Meneser Panatau Tatu Hiang
Hiang” (2003: 478) menjelaskan bahwa, ” (2003: 478) menjelaskan bahwa,
Kaharingan tidak dimulai sejak zaman tertentu, Kaharingan tidak dimulai sejak zaman tertentu,
Kaharingan telah ada sejak awal penciptaan, sejak Kaharingan telah ada sejak awal penciptaan, sejak
awal Ranying Hatalla menciptakan manusia, sejak awal Ranying Hatalla menciptakan manusia, sejak
adanya kehidupan, Ranying Hatalla telah mengatur adanya kehidupan, Ranying Hatalla telah mengatur
segala sesuatu untuk menuju jalan kehidupan ke segala sesuatu untuk menuju jalan kehidupan ke
Sejak tahun 1980 Kaharingan integrasi
Sejak tahun 1980 Kaharingan integrasi
dengan Hindu Dharma dengan dikokohkan
dengan Hindu Dharma dengan dikokohkan
oleh Keputusan menteri Agama Republik
oleh Keputusan menteri Agama Republik
Indonesia tanggal 19 April 1980 dengan surat
Indonesia tanggal 19 April 1980 dengan surat
Keputusan Nomor II/37/SK/1980. sejak
Keputusan Nomor II/37/SK/1980. sejak
intergasi tahun 1980, kata Kaharingan
intergasi tahun 1980, kata Kaharingan
berubah nama menjadi Hindu Kaharingan.
berubah nama menjadi Hindu Kaharingan.
Jadi dengan demikian Hindu Kaharingan
Jadi dengan demikian Hindu Kaharingan
adalah agama Hindu di Kalimantan Tengah
adalah agama Hindu di Kalimantan Tengah
yang pemeluknya berasal dari umat
yang pemeluknya berasal dari umat
Umat Hindu Kaharingan memiliki Kitab
Umat Hindu Kaharingan memiliki Kitab
Suci “PANATURAN”
Suci “PANATURAN”
Sehingga Hindu Kaharingan adalah Sehingga Hindu Kaharingan adalah agama Hindu yang berkembang dan
agama Hindu yang berkembang dan
tumbuh sesuai konsep
tumbuh sesuai konsep Dharma Dharma Siddhyartha
Siddhyartha (iksa, sakti, Kelurahan, (iksa, sakti, Kelurahan, kala, tattwa/patra) pada suatu
kala, tattwa/patra) pada suatu
daerah atau kepulauan di Kalimantan
daerah atau kepulauan di Kalimantan
dengan nuansa dan ciri khas
dengan nuansa dan ciri khas
Kaharingan.
III. KEPERCAYAAN/KEYAKINAN MENURUT AGAMA
III. KEPERCAYAAN/KEYAKINAN MENURUT AGAMA
HINDU
HINDU
A. PANCA SRADHA/LIME SARAHAN
A. PANCA SRADHA/LIME SARAHAN
Ajaran pokok keimanan Agama Ajaran pokok keimanan Agama
Hindu dibagi kedalam 5 bagian yang
Hindu dibagi kedalam 5 bagian yang
disebut dengan Panca Sradha, Yaitu :
disebut dengan Panca Sradha, Yaitu :
1. Percaya adanya Tuhan, 2. Percaya
1. Percaya adanya Tuhan, 2. Percaya
adanya Atamn, 3. Percaya adanya
adanya Atamn, 3. Percaya adanya
Hukum Karma Phala, 4. Percaya
Hukum Karma Phala, 4. Percaya
adanya Punarbhawa (Reingkarnasi),
adanya Punarbhawa (Reingkarnasi),
dan 5. Percaya adanya Moksa.
B. Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hindu
B. Konsep Ketuhanan Dalam Agama Hindu
Dalam Kitab Suci Agama Hindu mengajarkan
Dalam Kitab Suci Agama Hindu mengajarkan
bahwa Tuhan itu hanya ada satu Beliau
bahwa Tuhan itu hanya ada satu Beliau
Maha Besar Maha Tahu dan Ada
Maha Besar Maha Tahu dan Ada
dimana-mana yang menjadi sumber dari segala yang
mana yang menjadi sumber dari segala yang
adadi alam raya ini Tetapi dalam
adadi alam raya ini Tetapi dalam
manisfestasinya atau perwujudan nya
manisfestasinya atau perwujudan nya
sebagai
Tuhan yang hanya satu di percaya mempunyai Tuhan yang hanya satu di percaya mempunyai Tiga wujud kekuatan. Tri yang berarti Tiga dan Tiga wujud kekuatan. Tri yang berarti Tiga dan
Mukti yang berarti perwujudan, Tiga kekuatan atau Mukti yang berarti perwujudan, Tiga kekuatan atau
kebesaran itu yang di maksud adalah: kebesaran itu yang di maksud adalah:
1. Tuhan sebagai maha Pencipta,dalam wujudnya 1. Tuhan sebagai maha Pencipta,dalam wujudnya
sebagai pencipta Tuhan di berinama
sebagai pencipta Tuhan di berinama Dewa Dewa Brahma
Brahma ,dikatakan sebagai maha pencipta ,dikatakan sebagai maha pencipta
karena Tuhanlah yang menciptakan alam semesta karena Tuhanlah yang menciptakan alam semesta
beserta isinya,
beserta isinya, Dewa BrahmaDewa Brahma di simbolkan di simbolkan denganaksara suci A (Ang)
2. Tuhan sebagai maha pemelihara,
2. Tuhan sebagai maha pemelihara,
Tuhan sebagai pemelihara yang
Tuhan sebagai pemelihara yang
melindungi segala ciptaanNya dalam
melindungi segala ciptaanNya dalam
manisestasinya sebagai pemelihara
manisestasinya sebagai pemelihara
Umat Hindu menyebut Tuhan sebagai
Umat Hindu menyebut Tuhan sebagai
Dewa Wisnu
Dewa Wisnu, dan disimbolkan dengan , dan disimbolkan dengan aksara suci U(ung)
aksara suci U(ung)
3. Tuhan sebagai maha pemrelina,
3. Tuhan sebagai maha pemrelina,
berasal dari kata pralina yang berarti
berasal dari kata pralina yang berarti
kembali pada asalnya, pemralina
kembali pada asalnya, pemralina
berarti mengembalikan kepada asalnya
berarti mengembalikan kepada asalnya
yang disebut juga sebagai pelebur,
Tuhan sebagai pelebur umat Hindu menyebut Tuhan sebagai pelebur umat Hindu menyebut Tuhan sebagai
Tuhan sebagai Dewa SiwaDewa Siwa, dan disimbolkan , dan disimbolkan
dengan aksara suci M (Mang) Pengertian Dewa dengan aksara suci M (Mang) Pengertian Dewa
dalam Agama Hindu adalah Kata Dewa muncul dari dalam Agama Hindu adalah Kata Dewa muncul dari
kata Deva atau Daiwa dalam bahasa sansekerta kata Deva atau Daiwa dalam bahasa sansekerta
yang berasal dari kata Div yang berarti Sinar, jadi yang berasal dari kata Div yang berarti Sinar, jadi
Dewa adalah merupakan perwujudan sinar suci Dewa adalah merupakan perwujudan sinar suci
Tuhan Yang Maha Esa.Disamping Tri Murti dalam Tuhan Yang Maha Esa.Disamping Tri Murti dalam
agama hindu juga ada dewa dan dewi yang di agama hindu juga ada dewa dan dewi yang di
percaya sebagai manispestasi dari Tuhan, seperti percaya sebagai manispestasi dari Tuhan, seperti
•• Agni (Dewa api)Agni (Dewa api)
•• Aswin (Dewa pengobatan, putera Aswin (Dewa pengobatan, putera
Dewa Surya)Dewa Surya)
•• Candhra (Dewa bulan)Candhra (Dewa bulan)
•• Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa Durgha (Dewi pelebur, istri Dewa
Siva) Siva)
•• Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa Ganesha (Dewa pengetahuan, Dewa
kebijaksanaan, putera Dewa Siva)kebijaksanaan, putera Dewa Siva)
•• Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja Indra (Dewa hujan, Dewa perang, raja
Kuwera (Dewa kekayaan)Kuwera (Dewa kekayaan)
Laksm i(Dewi kemakmuran, Dewi Laksm i(Dewi kemakmuran, Dewi
kesuburan, istri Dewa Visnu)kesuburan, istri Dewa Visnu)
Saraswati (Dewi pengetahuan, istri Saraswati (Dewi pengetahuan, istri
Dewa Brahma)Dewa Brahma)
Sri (Dewi pangan)Sri (Dewi pangan)
Surya (Dewa matahari)Surya (Dewa matahari)
Waruna (Dewa air, Dewa laut dan Waruna (Dewa air, Dewa laut dan
samudra)samudra)
Bayu (Dewa angin)Bayu (Dewa angin)
Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang Yama (Dewa maut, Dewa akhirat, hakim yang
Sifat-Sifat Atman Dalam Agama Hindu
Sifat-Sifat Atman Dalam Agama Hindu
Achedya : tak terlukai oleh senjataAchedya : tak terlukai oleh senjata Adahya : tak terbakar oleh apiAdahya : tak terbakar oleh api
Akledya :tak terkeringkan oleh anginAkledya :tak terkeringkan oleh angin Acesyah : tak terbasahkan oleh air Acesyah : tak terbasahkan oleh air Nitya : abadiNitya : abadi
Sarwagatah : di mana- mana adaSarwagatah : di mana- mana ada Sthanu : tak berpindah- pindahSthanu : tak berpindah- pindah Acala : tak bergerak Acala : tak bergerak
Sanatana : selalu samaSanatana : selalu sama Awyakta : tak dilahirkanAwyakta : tak dilahirkan Acintya : tak terpikirkanAcintya : tak terpikirkan
Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun Awikara : tak berubah dan sempurna tidak laki- laki ataupun
IV. SUMBER HUKUM HINDU
IV. SUMBER HUKUM HINDU
A. Pengertian Hukum Hindu
A. Pengertian Hukum Hindu
Hukum adalah perturan-peraturan Hukum adalah perturan-peraturan
yang mengatur tingkah laku manusia
yang mengatur tingkah laku manusia
dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam kehidupan sehari-hari, baik
yang ditetapkan oleh penguasa,
yang ditetapkan oleh penguasa,
pemerintah maupu Unsur-unsur
pemerintah maupu Unsur-unsur
terpenting dalam peraturan hukum
terpenting dalam peraturan hukum
memuat dua hal, yaitu :
1. Unsur yang bersifat mengatur atau
1. Unsur yang bersifat mengatur atau
normatif
normatif
2. Unsur yang bersifat memaksa atau
2. Unsur yang bersifat memaksa atau
represif
represif
Kebutuhan akan pengetahuan
Kebutuhan akan pengetahuan
tentang hukum Hindu dirasakan
tentang hukum Hindu dirasakan
sangat perlu oleh umat Hindu untuk
sangat perlu oleh umat Hindu untuk
dipelajari dan dipahami, latar
dipelajari dan dipahami, latar
belakang kenapa Hukum Hindu
belakang kenapa Hukum Hindu
penting untuk dipelajari antara lain :
a. Hukum Hindu merupakan bagian dari
a. Hukum Hindu merupakan bagian dari
hukum positif yang berlaku bagi
hukum positif yang berlaku bagi
masyarakat Hindu di Indonesia yang
masyarakat Hindu di Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan
berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, khususnya pasal
Undang Dasar 1945, khususnya pasal
29 ayat 1 dan 2, serta pasal II Aturan
29 ayat 1 dan 2, serta pasal II Aturan
Peralihan Undang-Undang Dasar 1945.
Peralihan Undang-Undang Dasar 1945.
b.Untuk memahami bahwa berlakunya
b.Untuk memahami bahwa berlakunya
hukum Hindu di Indonesia dibatasi
hukum Hindu di Indonesia dibatasi
oleh filsafah negara Pancasila dan
oleh filsafah negara Pancasila dan
ketentuan-ketentuan dalam
ketentuan-ketentuan dalam
Undang-Undang Dasar 1945.
c.Untuk dapat mengetahui
c.Untuk dapat mengetahui
persamaan-persamaan dan
persamaan-persamaan dan
perbedaan antara hukum adat
perbedaan antara hukum adat
Bali dengan hukum agama
Bali dengan hukum agama
Hindu atau hukum Hindu.
Hindu atau hukum Hindu.
d. Untuk dapat membedakan
d. Untuk dapat membedakan
antara adat murni dengan
antara adat murni dengan
adat yang bersumber kepada
adat yang bersumber kepada
ajaran-ajaran agama Hindu.
Bentuk hukum Tuhan yang murni dalam ajaran agama Bentuk hukum Tuhan yang murni dalam ajaran agama
Hindu disebut Rta atau Rita,yaitu hukum Tuhan Hindu disebut Rta atau Rita,yaitu hukum Tuhan
yang murni bersifat absolut transendental. Rta yang murni bersifat absolut transendental. Rta
adalah hukum Tuhan yang bersifat abadi. Rta ini adalah hukum Tuhan yang bersifat abadi. Rta ini
kemudian dijabarkan ke dalam tingkah laku kemudian dijabarkan ke dalam tingkah laku
manusia dan disebut Dharma. manusia dan disebut Dharma.
kata Dharma mengandung dua hal, yaitu : kata Dharma mengandung dua hal, yaitu :
a. Dharma mengandung pengertian norma. a. Dharma mengandung pengertian norma.
b.
b. Dharma mengandung pengertian keharusan, yang Dharma mengandung pengertian keharusan, yang kalau dilanggar dapat dipaksakan dengan ancaman kalau dilanggar dapat dipaksakan dengan ancaman
B. Sumber Hukum Hindu
B. Sumber Hukum Hindu
1. Peninjauan sumber hukum dalam
1. Peninjauan sumber hukum dalam
arti sejarah
arti sejarah
2. Peninjauan sumber hukum dalam
2. Peninjauan sumber hukum dalam
arti sosiologis
arti sosiologis
3. Peninjauan sumber hukum dalam
3. Peninjauan sumber hukum dalam
arti filsafat
arti filsafat
4. Peninjauan sumber hukum dalam
4. Peninjauan sumber hukum dalam
arti formil
V. CARA-CARA BERIBADAH MENURUT V. CARA-CARA BERIBADAH MENURUT
AGAMA HINDU AGAMA HINDU
Persiapan sembahyang meliputi
Persiapan sembahyang meliputi
persiapan lahir dan persiapan
persiapan lahir dan persiapan
batin. Persiapan lahir seperti
batin. Persiapan lahir seperti
pakaian, bunga, dupa, sikap
pakaian, bunga, dupa, sikap
duduk, pengaturan nafas dan
duduk, pengaturan nafas dan
sikap tangan. Sedangkan
sikap tangan. Sedangkan
persiapan bathin adalah
persiapan bathin adalah
ketenangan dan kesucian pikiran.
Langkah-langkah persiapan dan
Langkah-langkah persiapan dan
sarana-sarana sembahyang
sarana sembahyang
a.
a. Asuci laksanaAsuci laksana, yaitu membersihkan badan dengan mandi., yaitu membersihkan badan dengan mandi.
b. Pakaian, hendaknya memakai pakaian sembahyang b. Pakaian, hendaknya memakai pakaian sembahyang
yang bersih serta tidak mengganggu ketenangan pikiran
yang bersih serta tidak mengganggu ketenangan pikiran
dan sesuai dengan
dan sesuai dengan Desa Kala PatraDesa Kala Patra (waktu, tempat dan (waktu, tempat dan keadaan).
keadaan).
c. Bunga dan Kawangen, yaitu lambang kesucian sehingga c. Bunga dan Kawangen, yaitu lambang kesucian sehingga
diusahakan memakai bungan yang segar, bersih dan
diusahakan memakai bungan yang segar, bersih dan
harum. Jika dalam persembahyangan tidak ada kawangen,
harum. Jika dalam persembahyangan tidak ada kawangen,
maka dapat diganti dengan bunga.
Sembahyang terdiri atas dua kata, Sembahyang terdiri atas dua kata,
yaitu: (1) Sembah yang berarti sujud
yaitu: (1) Sembah yang berarti sujud
atau sungkem yang dilakukan dengan
atau sungkem yang dilakukan dengan
cara-cara tertentu dengan tujuan
cara-cara tertentu dengan tujuan
untuk menyampaikan penghormatan,
untuk menyampaikan penghormatan,
perasaan hati atau pikiran baik dengan
perasaan hati atau pikiran baik dengan
ucapan kata-kata maupun tanpa
ucapan kata-kata maupun tanpa
ucapan, misalnya hanya sikap pikiran.
ucapan, misalnya hanya sikap pikiran.
(2) Hyang berarti yang dihormati atau
(2) Hyang berarti yang dihormati atau
dimuliakan sebagai obyek dalam
dimuliakan sebagai obyek dalam
pemujaan, yaitu Tuhan Yang Maha Esa
Manfaat sembahyang adalah untuk Manfaat sembahyang adalah untuk
memelihara kesehatan. Selain pikiran
memelihara kesehatan. Selain pikiran
menjadi jernih, sikap-sikap
menjadi jernih, sikap-sikap
sembahyang seperti
sembahyang seperti asanaasana
(
(padmasana, siddhasana, sukhasana, padmasana, siddhasana, sukhasana, dan
dan bajrasana bajrasana) membuat otot dan ) membuat otot dan
pernafasan menjadi bagus. Selain
pernafasan menjadi bagus. Selain
untuk kesehatan, bersembahyang dan
untuk kesehatan, bersembahyang dan
berdoa juga mendidik kita untuk
berdoa juga mendidik kita untuk
memiliki sifat ikhlas karena apa yang
memiliki sifat ikhlas karena apa yang
ada di dalam diri dan di luar diri kita
ada di dalam diri dan di luar diri kita
tidak ada yang kekal
Bersembahyang juga dapat Bersembahyang juga dapat
menentramkan jiwa karena adanya menentramkan jiwa karena adanya
keyakinan bahwa Tuhan selalu ak keyakinan bahwa Tuhan selalu ak
Sembahyang dengan tekun akan dapat Sembahyang dengan tekun akan dapat
menghilangkan rasa benci, marah, menghilangkan rasa benci, marah,
dendam, iri hati dan mementingkan diri dendam, iri hati dan mementingkan diri
sendiri, sehingga meningkatkan cinta sendiri, sehingga meningkatkan cinta
kasih kepada sesama. Membenci orang kasih kepada sesama. Membenci orang
lain sama saja dengan membenci diri lain sama saja dengan membenci diri
sendiri karena
sendiri karena JiwatmanJiwatman yang ada pada yang ada pada semua makhluk adalah satu, bersumber semua makhluk adalah satu, bersumber
seperti yang diajarkan dalam ajaran seperti yang diajarkan dalam ajaran
Tat Twam Asi
Tat Twam Asi. Kemudian dengan . Kemudian dengan
sembahyang kita dimotivasi untuk
sembahyang kita dimotivasi untuk
melestarikan alam karena
melestarikan alam karena
bersembahyang membutuhkan
bersembahyang membutuhkan
sarana yang berasal dari alam,
sarana yang berasal dari alam,
seperti bunga, daun, buah, sumber
seperti bunga, daun, buah, sumber
mata air, dan sebagainya.
Banten Untuk Upacara
Banten Untuk Upacara
Persembahyangan
Cara Sembahyang menurut agama Hindu
Cara Sembahyang menurut agama Hindu
Kaharingan
Kaharingan
yang perlu dipersiapkan untuk yang perlu dipersiapkan untuk Pelaksanaan Upacara Basarah
Pelaksanaan Upacara Basarah
(Persembahyangan) adalah sebagai
(Persembahyangan) adalah sebagai
berikut :
berikut :
1. Sangku yang berikan Beras1. Sangku yang berikan Beras
2. Benang Alas Sangku 2. Benang Alas Sangku
4. Beras Hambaruan satu Bungkus ( 7 Biji atau 8 Biji ) 4. Beras Hambaruan satu Bungkus ( 7 Biji atau 8 Biji )
yang dibungkus menyesuai tradisi setempat. yang dibungkus menyesuai tradisi setempat. 5. Duit Singah Hambaruan / Lilis Lamiang.
5. Duit Singah Hambaruan / Lilis Lamiang.
6. Dandang Tingang ditancapkan ditengah – ditengah 6. Dandang Tingang ditancapkan ditengah – ditengah
Sangku. Sangku.
7. Tampung Tawar, Minyak Undus dan Telor 7. Tampung Tawar, Minyak Undus dan Telor
8. Bunga ( Paramun Sandah / Hiasan Janur yang 8. Bunga ( Paramun Sandah / Hiasan Janur yang
Tata Cara Persembahyangan Basarah
Tata Cara Persembahyangan Basarah
1. Narinjet Behas
1. Narinjet Behas
2. Manggaru Sangku Tambak Raja
2. Manggaru Sangku Tambak Raja
3. Doa Pembukaan
3. Doa Pembukaan
4. Kandayu/Kidung Suci Manggaru
4. Kandayu/Kidung Suci Manggaru
Sangku Tambak Raja
Sangku Tambak Raja
5. Pembacaan Kitab Suci “PANATURAN”
5. Pembacaan Kitab Suci “PANATURAN”
6. Kandayu/Kidung Suci Mantang Kayu
6. Kandayu/Kidung Suci Mantang Kayu
Erang
Erang
7. Pandehen/Dharmawacana
8. Kandayu/Kidung Suci Parawei
8. Kandayu/Kidung Suci Parawei
9. Doa Panutup
9. Doa Panutup
10. Menerima Berkat dengan cara
10. Menerima Berkat dengan cara
Manampung Nawar, Mantis Undus,
Manampung Nawar, Mantis Undus,
Nyaki Malas dan Membuwur Behas
Nyaki Malas dan Membuwur Behas
Hambaruan
VI. AJARAN TRI HITAKARANA
VI. AJARAN TRI HITAKARANA
Kata Tri Hita Karana berasal dari Kata Tri Hita Karana berasal dari
bahasa Sanskerta, dimana kata Tri
bahasa Sanskerta, dimana kata Tri
artinya tiga, Hita artinya sejahtra
artinya tiga, Hita artinya sejahtra
atau bahagia dan Karana artinya
atau bahagia dan Karana artinya
sebab atau penyebab. Jadi Tri Hita
sebab atau penyebab. Jadi Tri Hita
Karana artinya tiga hubungan yang
Karana artinya tiga hubungan yang
harmonis yang menyebabkan
harmonis yang menyebabkan
kebahagiaan bagi umat manusia.
Bagian Ajaran Tri Hitakarana
Bagian Ajaran Tri Hitakarana
1. Hubungan Manusia dengan
1. Hubungan Manusia dengan
Tuhan
Tuhan
2. Hubungan Manusia Dengan
2. Hubungan Manusia Dengan
Manusia
Manusia
3. Hubungan Manusia dengan
3. Hubungan Manusia dengan
VII. KAIDAH DAN ETIKA DALAM AGAMA VII. KAIDAH DAN ETIKA DALAM AGAMA
HINDU HINDU
Kaidah atau norma adalah pedoman atau ukuran Kaidah atau norma adalah pedoman atau ukuran berperilaku atau bersikap dalam kehidupan
berperilaku atau bersikap dalam kehidupan bermasyarakat. Ada kaidah
bermasyarakat. Ada kaidah
kepercayaan/agama,kaidah kesusilaan, kaidah kepercayaan/agama,kaidah kesusilaan, kaidah
kesopanan/adat dan kaidah hukum. Kaidah kesopanan/adat dan kaidah hukum. Kaidah
kepercayaan/agama menyangkut hubungan antara kepercayaan/agama menyangkut hubungan antara
manusia dengan TuhanNya, yang didasarkan pada manusia dengan TuhanNya, yang didasarkan pada
ajaran agama berupa perintah dan larangan serta ajaran agama berupa perintah dan larangan serta
Kaidah kesusilaan berhubungan dengan Kaidah kesusilaan berhubungan dengan manusia sebagai makhluk individu,
manusia sebagai makhluk individu,
berasal dari manusia juga dan bertujuan
berasal dari manusia juga dan bertujuan
untuk menjaga akhlak pribadi. Kaidah
untuk menjaga akhlak pribadi. Kaidah
kesopan ukurannya kebiasaan, kepatutan
kesopan ukurannya kebiasaan, kepatutan
atau kepantasan dan mempunyai tujuan
atau kepantasan dan mempunyai tujuan
untuk pencap Kaidah Agama menurut
untuk pencap Kaidah Agama menurut
pandangan Agama Hindu adalah
pandangan Agama Hindu adalah
mengatur hubungan antara manusia
mengatur hubungan antara manusia
dengan Tuhan yang menjadi
dengan Tuhan yang menjadi
kepercayaannya, bisa berupa Larangan
kepercayaannya, bisa berupa Larangan
dan Anjuran bagi pemeluknya.aian
dan Anjuran bagi pemeluknya.aian
ketertiban masyarakat
ETIKA DALAM AGAMA HINDU
ETIKA DALAM AGAMA HINDU
Pengertian Etika adalah Secara etimologis Pengertian Etika adalah Secara etimologis
‘ethos’(yunani) = adat kebiasaan; cara
‘ethos’(yunani) = adat kebiasaan; cara
bertindak.
bertindak.
Sebagai ilmu : refleksi kritis, metodis dan Sebagai ilmu : refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku manusia.
sistematis tentang tingkah laku manusia.
Sifat fisiologisnya : melampaui data Sifat fisiologisnya : melampaui data daktual. Bertanya tentang yang harus
daktual. Bertanya tentang yang harus
dan tidak boleh, yang baik dan yang
dan tidak boleh, yang baik dan yang
buruk.
Fungsi Etika Fungsi Etika
Memberi orientasi kritis dan rasional Memberi orientasi kritis dan rasional dalammenghadapi pluralisme moral,
dalammenghadapi pluralisme moral,
yang diakibatkan oleh :
yang diakibatkan oleh :
Adanya aneka pandangan moral.Adanya aneka pandangan moral.
Adanya gelombang modernisasi.Adanya gelombang modernisasi.
Munculnya bebagai ideologi.Munculnya bebagai ideologi.
Tugas pokok etika mepelajari norma-Tugas pokok etika mepelajari norma-norma yang dianggap berlaku.
norma yang dianggap berlaku.
Mempersoalkan hak dari setiap Mempersoalkan hak dari setiap lembaga normatif.
Mengarahkan orang untuk :
Mengarahkan orang untuk :
Kritis dan rasional.Kritis dan rasional.
Percaya pada diri sendiri.Percaya pada diri sendiri.
Bertindak sesuai yang dapat Bertindak sesuai yang dapat
dipertanggung jawabkan secara
dipertanggung jawabkan secara
moral.
Etika dalam Agama Hindu
Etika dalam Agama Hindu
Etika Agama pada rasio
Etika Agama pada rasio Orang beriman menemukan Orang beriman menemukan orientasi dasar kehidupannya dalam agamanya. orientasi dasar kehidupannya dalam agamanya.
Etika membantu memberi orientasi rasional Etika membantu memberi orientasi rasional
terhadap iman terhadap iman
Secara khusus etika diperlukan untuk dua hal berikut: Secara khusus etika diperlukan untuk dua hal berikut:
Mengatasi interpretasi yang berbeda-beda atas Mengatasi interpretasi yang berbeda-beda atas
ajaran-ajaran moral yang termuat dalam wahyu ajaran-ajaran moral yang termuat dalam wahyu
Membantu pemecahan masalah-masalah moral Membantu pemecahan masalah-masalah moral
yang baru muncul kemudian yang tidak secara yang baru muncul kemudian yang tidak secara