Kelompok II
ARIF FAUZAN HAMID ( 1704100262 )
Pengertian Deposito
Deposito adalah simpanan yang penarikannya
hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan lembaga yang bersangkutan.
Deposito menurut Undang-Undang No. 21 Tahun
Penarikan deposito hanya dapat dilakukan
pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian antara nasabah pemilik dana (Shahibil Maal) dengan bank (Mudharib) sebagai pengelola dana. Pembagian hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama, namun bank sebagai mudharib tidak menjamin dana nasabah kecuali diatur lain dalam perundang-undangan yang berlaku.
Deposito dalam lembaga keuangan syariah
Menurut Adiwarman Karim, pengertian deposito dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Deposito berjangka biasa
Deposito yang berakhir pada jangka waktu yang diperjanjikan, perpanjangan hanya dapat dilakukan setelah ada permohonan baru/pemberitahuan dari penyimpan.
2. Deposito berjangka otomatis (automatic roll over)
Deposito
Mudharabah
Dalam mengaplikasikan mudharabah,
Berdasarkan jenisnya mudharabah dibagi
menjadi dua bagian, yaitu : 1. Mudharabah Mutlaqah
Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis himpunan dana yaitu tabungan mudharabah dan deposito mudharabah. Berdasarkan prinsip ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun.
2. Mudharabah Muqayyadah
Deposito Lembaga Keuangan Syariah Dalam perspektif Fiqih
Dasar Hukum
Titipan dan deposito, pada dasarnya telah dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Sebagai contoh pada saat Nabi SAW dipercaya masyarakat Mekah menerima simpanan harta, sehingga pada saat terakhir sebelum hijrah ke Madinah, Nabi meminta kepada Ali bin Abi Thalib untuk mengembalikan semua titipan tersebut kepada para pemiliknya.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
(Q.S. Al-Hasyr ayat 18)
“Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”.
“Dari Shalih bin Shuhaib r.a bahwa Rasullah
SAW bersabda, “Tiga hal yang mengandung keberkahan: jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah tangga,bukan untuk dijual” (HR. Ibnu Majah No. 2280, kitab At Tijarah,).
“Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Sayyidina
Dalil Ijma’
Sebagian sahabat menyerahkan harta anak yatim untuk di-mudharabah-kan. Beliau itu antara lain Umar ibn Khaththab, Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Mas’ud, Abdullah ibn Umar, Abdillah ibn Amir, dan Aisyah.
Dalil Logika
Konsep Bagi Hasil
Bagi hasil akan berbeda tergantung pada dasar
perhitungan bagi hasil, yaitu bagi hasil yang dihitung dengan menggunakan konsep revenue sharing dan bagi hasil dengan menggunakan
profit/loss sharing.
1. Bagi hasil dengan menggunakan revenue sharing
Dasar perhitungan bagi hasil yang menggunakan
revenue sharing adalah perhitungan bagi hasil yang didasarkan atas penjualan dan/atau pendapatan kotor atas usaha sebelum dikurangi dengan biaya. Bagi hasil dalam revenue sharing
Contoh :
2. Bagi hasil dengan menggunakan profit/ loss sharing
Dasar perhitungan bagi hasil dengan menggunakan
profit/ loss sharing merupakan bagi hasil yang dihitung dari laba/rugi laba. Kedua pihak, bank syariah maupun nasabah akan memperoleh keuntungan atas hasil usaha mudharib dan ikut menanggung kerugian bila usahanya mengalami kerugian.
Contoh :
Misalnya total biaya Rp. 9.000.000,- maka :