IMPLEMENTASI
QARDDALAM LEMBAGA KEUANGAN
SYARIAH
Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mandiri
Mata Kuliah Fiqh Kontemporer Perbankan
Dosen pengampu: Imam Mustofa, M.S.I
Disusun oleh :
Nama : Bramanto
NPM : 141259210
Kelas C
JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO
IMPLEMENTASI QARD
DALAM LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
Pendahuluan
Dalam Islam, uang merupakan salah satu faktor produksi sehingga untuk mendapatkan nilai lebih dari nilai asalnya tergantung dari hasil-hasil produksi. Kemudian uang juga adalah sebagai alat sosial, karena uang tersebut juga dijadikan sebagai alat membantu sesama insan, apabila bantuan tersebut untuk kepentingan komersial, maka pinjaman tersebut dianggap sebagai pinjaman biasa bukan pinjaman yang produktif. Pinjaman dalam bentuk konsumsi ini oleh Islam disebut sebagai qard, yaitu pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali.1 Qard adalah pinjaman uang atau modal yang diberikan seseorang kepada pihak lainnya, dimana pinjaman tersebut digunakan untuk usaha atau menjalankan bisnis tertentu.2
Dalam hal ini peminjam memiliki tanggung jawab untuk mengembalikan pinjaman tersebut sesuai dengan jumlah yang dipinjamnya tanpa bergantung pada untung atau rugi usaha yang dijalankannya. Pinjaman qard juga tidak berbunga, karena prinsip dalam qard ini adalah tolong
menolong. Sedangkan qard Al- Hasan yaitu meminjamkan sesuatu kepada
1 Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 2010), h. 26
orang lain, dimana pihak yang dipinjami sebenarnya tidak ada kewajiban mengembalikannya.
Qardhul hasan menurut Kamus Popular Keuangan dan Ekonomi
Syariah merupakan pinjaman kebajikan, suatu akad pinjam meminjam dengan ketentuan pihak yang menerima pinjaman tidak wajib mengembalikan dana apabila terdapat jorce majeure.3
Al-qard merupakan fasilitas pembiayaan yang diberikan oleh bank
syariah dalam membantu pengusaha kecil. Pembiayaan qard diberikan tanpa adanya imbalan. Al-qard juga merupakan pembiayaan harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali sesuai dengan jumlah uang yang dipinjamkan, tanpa adanya tambahan atau imbalan yang diminta oleh bank syariah.4 Pinjaman qard diberikan tanpa mensyaratkan apapun, selain mengembalikan pinjaman tersebut setelah jangka waktu tertentu.5
Akad yang menitik beratkan pada prisnsip tolong menolong tidak mengutamakan mencari untung, ada pula akad yang bertujuan mencari untung. Akad yang pertama yaitu akad tabarru, sedangkan akad yang kedua dikenal dengan akad ijarah (mu’awadah). Salah satu akad tabarru adalah akad pinjam-meminjam. Pinjam meminjam adalah memberi sesuatu yang
3 M. Nadratuzzaman Hosen dan Am. Hasan Ali, Kamus Popular Keuangan dan Ekonomi
Syariah, (Jakarta: PKES, 2008), h. 74
4
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 212.
5 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: PT.
halal kepada orang lain untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusak zatnya, dan akan mengembalikan barang yang dipinjamnya tadi.6
Para Ulama Fiqh sepakat bahwa akad qard dikategorikan sebagai akad Ta’awuniy (akad saling tolong-menolong), bukan transaksi komersil. Maka, dalam perbankan syariah akad ini dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan sosial bank syariah. Yaitu dengan memberi pinjaman murni kepada orang yang membutuhkan tanpa dikenakan apapun. Meskipun demikian nasabah tetap berkewajiban untuk mengembaikan dana tersebut, kecuali jika bank mengikhlaskannya.7
6 Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013), h. 34
BAB II PEMBAHASAN Implementasi Qard dalam LKS
Qard merupakan pinjaman kebajikan/lunak tanpa imbalan, biasanya
untuk pembelian barang-barang fungible (yaitu barang yang dapat diperkirakan dan diganti sesuai berat, ukuran, dan jumlahnya).8
Akad qard biasanya diterapkan sebagai berikut:
1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang terbukti loyalitas dan bonafitditasnya, yang membutuhkan dana talang segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikannya sejumlah uang yang dipinjamnya itu.
2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
3. Sebagai produk untuk menyumbangkan usaha yang sangat kecil atau membantu sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk khusus yaitu al-qardhal-hasanah.9
4. Sebagai dana talang untuk jangka waktu singkat, maka nasabah akan mengembalikannya dengan cepat seperti kompensating balance dan factoring (anjak piutang).10
8
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007), h. 46
9Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema
Uang yang dititipkan nasabah kepada LKS yang biasanya menggunakan akad wadi’ah dapat berubah menjadi qard. Perubahan ini terjadi apabila pihak LKS menggunakan dana atau uang tersebut untuk dimanfaatkan atau diinvestasikan dalam kegiatan bisnis atau penggunaan uang tersebut untuk dikembangkan.11
Praktek qard dalam Lembaga Keuangan Syariah, mengingat sifatnya bukan transaksi komersial dan tanpa kompensasi, maka qard menggunakan sumber dana yang berasal:
1. Untuk membantu dana talangan yang bersifat jangka pendek, digunakan modal bank.
2. Untuk membantu usaha sangat kecil dan keperluan sosial, digunakan dana yang bersumber dari zakat, infak, dan sedekah.12 Sementara Ismail menyatakan bahwa asal dana qard adalah sebagai berikut:
1. Qard yang diperlukan untuk pemberian dana talangan kepada nasabah yang memiliki deposito di bank syariah. Dana talangan ini diambilkan dari modal bank yang jumlahnya sedikit dan jangka waktunya pendek, sehingga bank syariah tidak diragukan.
10 Gemala Dewi, “Hukum Perikatan Islam di Indonesia”, (Bandung: CV. Pustaka Setia,
2001), h. 159
11
Imam Mustofa, Fiqh Muamalah.., h. 173
12 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori,
2. Qard yang digunakan untuk memberikan pembiayaan kepada pedagang asongan (pedagang kecil) atau lainnya, sumber dana berasal dari zakat, infak, sedekah dari nasabah atau para pihak yang menitipkannya kepada bank syariah.
3. Qard untuk bantuan sosial, sumber dana berasal dari pendapatan bank syariah dari transaksi yang tidak dapat dikategorikan pendapatan halal. Misalnya pendapatan denda atas keterlambatan pembayaran oleh nasabah.13
Aplikasi qard dalam perbankan biasanya dalam empat hal:14
1. Sebagai pinjaman talangan haji, dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman talangan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan haji.
2. Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikan sesuai waktu yang ditentukan.
3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila dberi pembiayaan dengan skema jual-beli, ijarah, atau bagi hasil.
13
Imam Mustofa, Fiqh Muamalah.., h. 173
14 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003),
4. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembaliikannya secara cicilan melalui pemotongan gajinya.
Dalam skema qard akan lebih jelas tentang gambaran mekanisme qard dalam aplikasi bank syariah.15
Perjanjian Qard
Tenaga Modal 100%
100% Modal 100%
1. Kontrak perjanjian qard dilaksanakan antara bank dan nasabah
2. Nasabah menyediakan tenaga untuk mengelola usaha dan bank syariah menyerahkan modal sebagai investasi. Modal yang diserahkan dalam qard berasal dari dana bank dan dana kebajikan yang dikumpulkan oleh bank dari berbagai sumber antara lain: zakat, infak, sadaqah, denda, bantuan dari pihak lain, dan dana lainnya.
15 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 214
Nasabah Bank Syariah
Proyek usaha
3. Bila terdapat keuntungan maka keuntungan 100% dinikmati oleh nasabah, tidak dibagi hasilkan dengan bank syariah.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Qard adalah pinjaman uang atau modal yang diberikan seseorang kepada
pihak lainnya, dimana pinjaman tersebut digunakan untuk usaha atau menjalankan bisnis tertentu.
DAFTAR PUSTAKA
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di Indonesia, Jakarta: Erlangga, 2010
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2007
Gemala Dewi, “Hukum Perikatan Islam di Indonesia”, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Yogyakarta: Ekonisia, 2003
Imam Mustofa, Fiqh Mu’amalah Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers, 2016
Ismail, Perbankan Syariah, Jakarta: Kencana, 2011
M. Nadratuzzaman Hosen dan Am. Hasan Ali, Kamus Popular Keuangan dan Ekonomi Syariah, (Jakarta: PKES, 2008
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Insani, 2001
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jakarta: Gema
Trisadini P. Usanti, Transaksi Bank Syariah, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2013
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management: Teori, Konsep, dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan,
Nasabah, Praktisi dan Mahasiswa, Jakarta: Rajawali Pers, 2008