• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK DAN HUBUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK DAN HUBUNGAN"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KEPEMIMPINAN KETUA KELOMPOK DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEEFEKTIFAN KELOMPOK

(Kasus pada Kelompoktani Ternak Sapi Perah di Wilayah Kerja Koperasi Serba Usaha Tandangsari Sumedang)

Unang Yunasaf ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepemimpinan ketua kelompok, keefektifan kelompok, dan keeratan hubungan dari kedua hal tersebut. Penelitian dilakukan dengan metode survei. Unit analisis adalah kelompoktani sapi perah yang ada di Wilayah Kerja KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang. Pengambilan contoh responden dilakukan secara gugus bertahap. Jumlah responden 30 orang dari 4 kelompok terpilih. Uji keeratan hubungan yang digunakan adalah uji korelasi rank spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan ketua kelompok tani ternak sapi perah sebanyak 46,67% tergolong cukup, 43,33 % tergolong tinggi, dan 10,00 % tergolong sangat tinggi. Keefektifan kelompoktani ternak sapi perah sebanyak 50,00% tergolong cukup, 40 % tergolong tinggi, dan 10 % tergolong sangat tinggi. Derajat hubungan kepemimpinan ketua kelompok tani ternak sapi perah dengan keefektifan kelompok menunjukkan adanya hubungan positif yang kuat.

Kata Kunci: Kepemimpinan Ketua Kelompok, Keefektifan Kelompok

THE LEADERSHIP OF CHAIRMAN OF GROUPS AND ITS ASSOCIATION WITH GROUPS EFFECTIVENESS)

(In Cases of Dairy farmers groups of KSU Tandangsari area) ABSTRACT

The objective of the study was to know the leadership of chairman of groups,

effectiveness of group, and their relationship. The method of the study was a survey. The analysis unit was group of dairy farmer in Multipurpose Cooperative (KSU) Tandangsari area. The respondents were collected by two stage sampling method. 30 respondent was sampled from four groups of cooperative members. The relationship of the variables was tested by Spearman’s rank correlation. The study showed that leadership of chairman of group as amount 46.67% was categorized as fairly, 43.33% high, and 10.00% excellent. The effectiveness of dairy farmer group as showed that as 50.00% was categorized fairly, 40.00% high, and 10.00% excellent. The

correlation between of the leadership of group chairman and effectiveness of group showed a positive relation.

Key Words: The leadership of chairman of groups, Effectiveness of groups * Penelitian dibiayai oleh Dana Dosen DIPA PNBP Tahun Anggaran 2005 ** Staf edukatif pada Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

(3)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Upaya menumbuh-kembangkan kelompok-kelompoktani di Indonesia telah

berlangsung sejak zaman penjajahan Belanda. Saat itu di Jawa Barat misalnya dikenal Rukun Tani, dan di Jawa Timur Kring Tani . Pada zaman orde baru, pengembangan kelompoktani telah dilakukan secara intensif, sehingga dilihat dari jumlahnya tiap tahun terus meningkat. Pada tahun 1993 kelompoktani (dewasa, wanita dan taruna) yang ada berjumlah 265.523 buah (Abbas, 1995). Sampai tahun 1999 jumlah kelompoktani yang ada tercatat 354.662 buah (Deptan, 2000), sehingga dalam kurun waktu empat tahun terakhir ada peningkatan jumlah sebesar 89.139 buah (33,57%). Pada awalnya pengembangan kelompoktani diarahkan pada pembentukan

kelompoktani sehamparan sebagai bagian dari pembangunan sub sektor tanaman pangan. Selanjutnya seiring dengan kebutuhan pembangunan, pembentukan kelompoktani mencakup sub sektor lainnya seperti perikanan dan peternakan, sehingga pembentukannya dapat didasarkan pula atas dasar domisili dan komoditas. Khusus dalam sub sektor peternakan, jumlah kelompoktani sampai tahun 2000 tercatat sebanyak 62.384 buah. Berdasarkan komoditasnya, kelompoktani ternak tersebut terdiri atas 1.470 kelompoktani sapi perah, 12.796 kelompoktani sapi potong, 3.840 kelompoktani kerbau, 11.642 kelompoktani kambing/domba, 1.212

kelompoktani ayam ras, 26.214 kelompoktani ayam buras, 5.210 kelompoktani itik (Deptan, 2002).

Sampai saat ini kelompoktani masih digunakan sebagai pendekatan utama dalam kegiatan penyuluhan (Deptan, 2000). Pendekatan kelompok dipandang lebih efisien dan dapat menjadi media untuk terjadinya proses belajar dan berinteraksi dari para petani, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku petani ke arah yang lebih baik atau berkualitas (Margono, 2001). Dengan demikian kelompoktani memiliki

kedudukan strategis di dalam mewujudkan petani yang berkualitas. Petani yang berkualitas antara lain dicirikan oleh adanya kemandirian dan ketangguhan dalam berusahatani.

2

Untuk mencapai petani yang berkualitas tersebut, maka menjadi suatu keharusan bahwa kelompoktani yang ada harus memiliki gerak atau kekuatan yang dapat menentukan dan mempengaruhi perilaku kelompok dan anggota-anggotanya dalam mencapai tujuan-tujuan secara efektif. Dengan kata lain kelompok tersebut harus berfungsi efektif untuk kepentingan para anggotanya.

Salah satu faktor penting untuk terwujudnya kelompoktani yang efektif adalah berjalannya kepemimpinan dari ketua kelompoktani tersebut. Ketua kelompok dapat dipandang sebagai agen primer untuk efektifnya kelompok, karena peran strategisnya dalam mempengaruhi atau menggerakkan anggota-anggota di kelompoknya untuk mencapai tujuan-tujuan kelompok maupun dari anggota-anggotanya. Ada empat indikator penting dalam melihat berjalannya kepemimpinan dari ketua kelompok, yaitu dilihat dari segi: (1) kekuatan keahlian, (2) kekuatan rujukan, (3) pembawa aspirasi, dan (4) menjadi patner ager pembaharu.

(4)

mencakup tingkat keberhasilan dalam segi: (1) produktivitas kelompok, (2) moral kelompok, dan (3) tingkat kepuasan dari para anggota.

Pengkajian terhadap kepemimpinan ketua kelompok dalam kaitannya dengan pencapaian efektivitas kelompoktani dipandang cukup penting, karena sejauh ini kelompok-kelompoktani yang ada belum menunjukkan efektivitas sebagaimana yang diharapkan. Dengan jumlah kelompoktani yang ada, secara teoritis seharusnya kelompoktani dapat menjadi media transformasi (group transformation) untuk terjadinya peningkatan kualitas petani di Indonensia. Namun dilihat dari kelas kemampuannya, sebagian besar kelompoktani (67,37%) masih merupakan kelompok kelas pemula dan lanjut (Deptan, 2000). Hal ini mencerminkan bahwa kelompoktani yang ada belum berdaya atau berfungsi efektif sebagai media interaksi petani dalam meningkatkan kesejahteraannya. Aida (2000) mensinyalir kelompoktani dari kelas madya dan utama yang adapun, yang berjumlah sekitar 104. 964 buah (29,60%) 3

belum berfungsi optimal sebagai media penguatan anggotanya, malahan ada indikasi kelas kemampuannya terus menurun.

Sampai saat ini perhatian pengkajian terhadap kelompoktani yang ada lebih banyak memfokuskan pada kelompoktani komoditas tanaman pangan, sedangkan komoditas lainnya, khususnya kelompoktani ternak masih kurang. Di sub sektor peternakan, keberadaan kelompoktani yang menarik untuk diamati adalah

kelompoktani ternak sapi perah. Selama ini yang terlihat cukup ajeg dan dipandang lebih memiliki peluang untuk berdaya atau dapat mencapai efektivitasnya adalah kelompoktani ternak sapi perah. Salah satu wilayah konsentrasi ternak perah tersebut adalah di wilayah kerja Koperasi Serba Usaha (KSU) Tandangsari Kabupaten

Sumedang. Dengan diketahuinya fenomena kepemimpinan ketua kelompok dan efektivitas kelompok pada kelompoktani ternak sapi perah tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berharga untuk peningkatan keberdayaan pada

kelompoktani ternak komoditas lainnya. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

(1) Seberapa jauh tingkat berjalannya kepemimpinan ketua kelompok dilihat dari segi kekuatan keahlian, kekuatan rujukan, pembawa aspirasi, dan menjadi patner ager pembaharu?

(2) Seberapa jauh tingkat keefektifan kelompotani dilihat dari segi produktivitas kelompok, moral kelompok, dan tingkat kepuasan dari para anggota?

(3) Seberapa jauh derajat hubungan antara kepemimpinan ketua kelompok dengan keefektifan kelompoktani?

TINJAUAN PUSTAKA Kelompoktani

(5)

dengan status dan peranannya, mempunyai norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompok itu.

Kelompok pada dasarnya adalah gabungan dua orang atau lebih yang berinteraksi untuk mencapai tujuan bersama, dimana interaksi yang terjadi bersifat relatif tetap dan mempunyai stuktur tertentu. Menurut Polak (1976) maksud struktur sebuah kelompok adalah susunan dari pola antar hubungan intern yang agak stabil, yang terdiri atas: (1) suatu rangkaian status-status atau kedudukan-kedudukan para anggotanya yang hirarkhis; (2) peranan-peranan sosial yang berkaitan dengan status-status itu; (3) unsur-unsur kebudayaan (nilai-nilai, norma-norma, model) yang mempertahankan, membenarkan dan mengagungkan struktur.

Menurut Soekanto (1986) ada beberapa hal yang harus menjadi ciri kelompok, yaitu: setiap anggota kelompok harus sadar sebagai bagian dari kelompok, ada

hubungan timbale baik antara sesama anggota, dan terdapat suatu faktor yang dimiliki bersama oleh para anggota sehingga hubungan diantara mereka semakin kuat. Perry dan Perry (Rusidi, 1987) mengemukakan bahwa yang menjadi ciri-ciri suatu

kelompok adalah: (1) ada interaksi antar anggota yang berlangsung secara kontinyu untuk waktu yang relatif lama; (2) setiapanggota menyadari bahwa ia merupakan bagian dari kelompok, dan sebaliknya kelompoknyapun mengakuinya sebagai anggota ; (3) adanya kesepakatan bersama antar anggota mengenai norma-norma yang berlaku, nilai-nilai yang dianut dan tujuan atau kepentingan yang akan dicapai; (4) adanya struktur dalam kelompok, dalam arti para anggota mengetahui adanya hubungan-hubungan antar peranan, norma tugas, hak dan kewajiban yang semuanya tumbuh di dalam kelompok itu.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 4 tahun 1992 tentang

Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan (Dinas Tanaman Pangan DT. I Jabar (1985) kelompoktani adalah kumpulan petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya), keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua. Dengan jumlah anggota minimum 20 orang dan maksimum disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi setempat. 5

Kepemimpinan

Margono (1995) mengemukakan bahwa kepemimpinan yang intinya adalah mempengaruhi perilaku orang lain, dapat bersumber dari seseorang atau beberapa orang atau situasi tertentu (lingkungan atau benda). Kepemimpinan yang bersumber dari seseorang, orang tersebut bisa berstatus sebagai pemimpin formal (resmi) atau non formal (tidak resmi), atau berstatus biasa. Menurut Bass (1990) kepemimpinan adalah suatu interaksi antara dua atau lebih anggota kelompok yang sering mencakup penyusunan struktur atau pengubahan struktur dari situasi dan persepsi dan harapan dari anggota. Pemimpin adalah agen perubah-seseorang yang dapat lebih

mempengaruhi yang lainnya dibanding dengan yang mempengaruhi dirinya. Kepemimpinan muncul ketika satu anggota kelompok dapat memotivasi atau memberi kompetensi pada yang lain dalam kelompok.

(6)

(capability); (2) kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan (activity) pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan (posisi) serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri; dan (3) kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin,bawahan dan situasi.

Menurut French dan Raven (1959) yang dikutip Pierce dan Newstrom (1995) mengemukakan sumber kekuatan atau kekuasaan (power) yang mempengaruhi dari kepemimpinan. Kekuatan sendiri diartikan sebagai kemampuan untuk

mempengaruhi, dan mempengaruhi adalah kemampuan untuk membawa pada perubahan. Karenanya kekuatan dapat dilihat sebagai kemampuan untuk menginduksi perubahan dalam satu situasi lingkungan. Selanjutnya mengatakan bahwa kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi yang lain dapat berasal dari kekuatan yang bersifat Imbalan (reward) , Paksaan (coercive) , referens, expert, dan legitime Menurut Margono (1995) seyogyanya pemimpin memiliki sifat-sifat: (1) 6

empati (emphaty), (2) anggota kelompok (group membership), (3) bijaksana atau penuh pertimbangan (considerate), dan (4) lincah (surgency)

Keefektifan Kelompoktani

Keefektifan atau efektivitas kelompok (group effectiveness) menurut Sill (Mardikanto, 1993) adalah keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan (fisik maupun non fisik) yang memuaskan anggota-anggotanya. Menurut Margono (1978) efektivitas kelompoktani harus dilihat dari: (1) segi produktivitasnya, yaitu keberhasilan mencapai tujuan kelompok; (2) moral berupa semangat dan sikap para anggotanya; dan (3) kepuasan, yakni keberhasilan anggota mencapai tujuan-tujuan pribadinya. METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif.

Unit Analisis dan Sampel Responden

Unit analisis dari penelitian ini adalah kelompoktani sapi perah yang ada di Wilayah Kerja KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang. Dipilihnya Koperasi tersebut, karena merupakan koperasi peternak sapi perah di Kabupaten Sumedang yang keberadaan kelompoktani cukup menonjol. Untuk keperluan penelitian ini dari seluruh kelompoktani yang ada, diambil empat kelompok, yang masing-masing mewakili kelompok dua kelompok yang belum berkembang, satu kelompok yang cukup berkembang, dan satu kelompok yang maju (berkembang).

Contoh (sample) responden adalah para anggota kelompok dari kelompoktani terpilih sebanyak 30 orang, yang diambil secara proposional berdasarkan jumlah seluruh anggota kelompok dari kelompoktani terpilih.

Operasionalisasi Variabel

Variabel yang ditelaah meliputi Kepemimpinan ketua kelompok sebagai variabel bebas, dan Keefektifan Kelompoktani sebagai variabel terikat.

7

Variabel Kepemimpinan Ketua Kelompok meliputi:

(7)

kelompok. Indikatornya terdiri atas: kecakapan memimpin dan pengalaman memimpin.

2. Kekuatan rujukan, yaitu derajat kekuatan yang menunjukkan bahwa ketua kelompok dipandang sebagai orang yang sering menjadi rujukan bagi para anggota kelompok. Indikatornya adalah: ketokohan, keteladanan dan tempat bertanya anggota.

3. Pembawa aspirasi anggota, yaitu kemampuan ketua kelompok di dalam

menyuarakan kepentingan para anggota kelompok. Indikatornya adalah perhatian terhadap keluhan dan keinginan anggota, serta penyambung aspirasi.

4. Patner agen pembaharu, yaitu kemampuan ketua kelompok sebagai mitra agen pembaharu untuk mendukung keberhasilan kelompok dan usaha anggota

kelompok. Indikatornya adalah perannya sebagai penghubung agen pembaharu, dan penyampai pesan-pesan agen pembaharu.

Variabel Keefektifan kelompok meliputi:

1. Keberhasilan kelompok, yaitu keberhasilan kelompok mencapai tujuannya. Indikatornya terdiri atas: penumbuhan partisipasi, dan penyediaan fasilitas, .

2. Moral kelompok, yaitu semangat dan sikap para anggotanya dalam berkelompok. Indikatornya terdiri atas: komitmen pengurus, dan kepatuhan anggota kelompok, interaksi di kelompok.

3. Kepuasan anggota terhadap kelompok, yaitu keberhasilan anggota mencapai tujuan-tujuan pribadinya. Indikatornya terdiri atas: produktivitas usaha, dan harga jual susu.

Cara Pengukuran dan Teknik Analisis Keeratan Hubungan

Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan skala ordinal. Teknik analisis yang digunakan untuk mengukur keeratan

hubungan variabel adalah dengan uji korelasi peringkat Spearman. 8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani Ternak Sapi Perah

Dalam penelitian ini telah terpilih empat kelompok tani ternak sapi perah, yaitu Kelompok Harapan Jaya yang berada di Desa Haurngombong, Kelompok Wibawa Mekar yang berada di Desa Raharja,, Kelompok Silih Asih yang berada di Desa Margajaya , dan Kelompok Sri Mukti II yang berada di Desa Margajaya. Keseluruhan kelompok yang terpilih tersebut berada di Kecamatan Tanjungsari.

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana tampak pada Tabel 1 (Lampiran) menunjukkan bahwa sebagian besar kepemimpinan dari ketua kelompok yang ada tergolong cukup (46,67%). Sisanya sebanyak 43,33 % dan 10,00 % kepemimpinan ketua kelompok tergolong tinggi dan sangat tinggi.

Kepemimpinan ketua kelompok yang tergolong cukup, hampir seluruhnya

(8)

Kelemahan dari kedua ketua kelompok di atas, tercermin pula dari belum

mampunya ketua kelompok di dalam menangkap aspirasi anggota, yang langsung memperjuangkannya ke pihak-pihak yang kompeten, khususnya dengan pihak koperasi. Contohnya adalah ketika anggota kelompok memperoleh makanan jadi koperasi (mako) yang berkualitas rendah, tidak ada upaya-upaya yang serius dari kedua ketua kelompok untuk mempertanyakan dan memperjuangkan langsung agar ada perbaikan atas kualitas mako tersebut. Hal-hal lainnya, menyangkut potret kepemimpinan dari kedua kelompok di atas terutama yang menyangkut kekuatan keahlian dan kekuatan rujukan tergolong cukup.

9

Kepemimpinan ketua kelompoknya yang tergolong tinggi merujuk pada kepemimpinan di kelompok Wibawa Mekar. Kelompok ini dalam pandangan koperasi tergolong sebagai kelompok yang cukup dinamis. Indikator umum yang menunjukkan bahwa ketua kelompok pada Kelompok Wibawa Mekar ini tergolong tinggi terlihat dari daya atau kekuatan di dalam mempengaruhi anggota dan

kelompok mencapai tujuannya tergolong baik. Daya yang dimilikinya sehingga kepemimpinan ketua kelompok tersebut tinggi, menyangkut daya kahlian, daya rujukan. Disamping telah mampu untuk membawa aspirasi anggota dan bentindak sebagai patner agen pembaharu.

Kepemimpinan ketua kelompok yang tergolong sangat tinggi ditemui pada

Kelompok Harapan Jaya. Kelompok ini dalam pandangan koperasi adalah kelompok yang tergolong dinamis atau maju. Dalam tahun 2005 ini kelompok Harapan Jaya ditetapkan sebagai Juara Pertama Kelompok Agribisnis Ternak Sapi Perah tingkat Jawa Barat. Ciri yang menonjol pada ketua ketua kelompok ini adalah daya keahlian, pembawa aspirasi dan perannya sebagai patner agen pembaharu yang dipandang anggota sangat tinggi. Ketua kelompok di Harapan Jaya adalah mantan anggota Badan Pengawas di Koperasi. Daya atau kekuatan keahlian dari ketua kelompok Harapan Jaya untuk memimpin kelompok sudah teruji. Sejak kelompok dibentuk 1997, sampai saat ini ia tetap dipercaya oleh para anggota yang lainnya untuk memimpin kelompok. Kahliannya di dalam memimpin kelompok ini didukung pula oleh beragam pengalamannya mengikuti pelatihan atau kursus.

Secara ideal agar kepemimpinan ketua kelompok dapat berjalan dengan baik menurut Pierce dan Newstrom (1995) dengan mengacu kepada French dan Raven (1959), seyogyanya harus memiliki daya (power) yang bersifat keahlian (expert), rujukan (referens), dan legal (legitime). Dalam konteks kelompok tani ternak, ketua kelompok harus berperan pula sebagai pembawa aspirasi para anggota khususnya bila berhadapan dengan pihak lain maupun dapat bertindak sebagai patner agen pembaharu yang berpihak kepada kepentingan para anggota di kelompoknya. 10

Keefektifan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah

Dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa keefektifan dari kelompok yang diteliti sebagian besar tergolong cukup ( 50,00%), sisanya sebanyak 40,00 % tergolong tinggi, dan 10,00 % tergolong sangat tinggi. Secara lengkap gambaran keefektifan kelompok tani ternak sapi perah yang diteliti ditampilkan pada Tabel 2 (Lampiran).

(9)

pada Kelompok Silih Asih dan Sri Mukti II. Pada dua kelompok ini umumnya indikasi dari efektifnya suatu kelompok belum berjalan. Kelompok belum bisa menampilkan keberhasilan sebagaimana yang diharapkan. Kemampuan kelompok untuk memunculkan partisipasi dari para anggotanya belum bisa optimal. Hal ini berkaitan pula dengan tingkat fasilitas dan dukungan norma dari kelompok yang masih tergolong belum ideal. Demikian pula keadaan moral kelompok belum sepenuhnya mendukung untuk efektifnya kelompok. Komitmen dari jajaran pengurus kelompok berjalan apa adanya, belum menunjukkan keseriusan yang

diharapkan. Akibatnya, tingkat kerjasama dan interaksi di antara anggota kelompok masih sebatas sebagaimana yang dihimbau oleh lembaga KSU Tandangsari, belum banyak yang muncul sebagai bentuk kreativitas dari kelompok.

Pada kelompok yang tingkat keefektifannya tergolong tinggi, tampilan

keberhasilan kelompok, moral kelompok dan kepuasan dari para anggota relatif lebih baik dibanding pada dua kelompok yang pertama yang masih tergolong cukup. Inisiatif kelompok sudah muncul. Ada beberapa kegiatan penting yang telah dilakukan oleh kelompok yang tergolong keefektifannya yang tinggi ini, misalnya ada pertemuan rutin bulanan dikelompok. Aturan atau norma yang berlaku di kelompokpun sudah mencakup upaya-upaya untuk mencoba ke arah kemandirian kelompok. Kelompok sudah mencoba melakukan usaha pemupukan modal sendiri, seperti penyisihan dari susu yang disetorkan ke koperasi untuk menutupi biaya operasional kelompok. Kelompokpun sudah mencoba membiasakan untuk 11

melakukan rapat tahunan sebagai upaya untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan dan merencanakan kegiatan pada tahun berikutnya.

Tingkat kepuasan anggota pada kelompok yang tergolong keefektifannya tinggi relatif lebih baik. Hal ini antara lain dapat dilihat dari tingkat harga jual susu di kelompok yang sudah diatas harga rata-rata di koperasi. Harga jual susu per liter dari para anggota di kelompok ini sudah mencapai Rp. 1664,50. Kelompok yang

keefektifannya yang tergolong tinggi diantaranya dapat dijumpai pada kelompok Wibawa Mekar.

Pada kelompok tani ternak sapi perah yang tergolong keefektifannya tergolong sangat tinggi, hanya sebagian kecil saja (10,00 %) dari kelompok-kelompok yang ada. Pada kelompok demikian indikasi yang menunjukkan keefektifannya yang sangat tinggi dapat dilihat dari segi keberhasilan kelompok di dalam mencapai tujuannya, moral kelompok maupun kepuasan dari para anggotanya. Contoh nyata dari kelompok yang tingkat keefektifannya tergolong mendekati ideal atau sangat tinggi ini dapat ditemui pada Kelompok Harapan Jaya. Pada kelompok ini kehidupan sebagai idealnya kelompok sudah berjalan dengan baik. Beragam

rangsangan yang dibuat oleh kelompok untuk keberhasilan mencapai tujuannya sudah lebih jelas dibanding dengan kelompok yang keefektifannya tergolong cukup maupun tinggi.

Pada Kelompok Harapan Jaya sudah rutin melakukan pertemuan 2 minggu sekali untuk ketua regu, dan dengan para anggota 1 bulan sekali, dan untuk setiap tahunnya melakukan rapat tahunan kelompok. Pada pertemuan dua mingguan dibahas kegiatan yang telah dilakukan 2 minggu sebelumnya, dan 2 minggu ke depannya. Pada

(10)

dan menjaga keharmonisan di kelompok. Pada pertemuan tahunan, selain membahas laporan pertanggungjawaban ketua di dalam masa kerja tahun sebelumnya, juga membahas rencana kegiatan tahunan.

Ada target-target yang sudah disepakati oleh anggota di Kelompok Harapan Jaya, diantaranya adalah: (1) penyesuaian sapi laktasi atau produksi, yaitu penekanan pada 12

anggota untuk memelihara sapi secara benar, menjaga penjualan pedet betina ke luar kelompok (kecuali ke calon anggota kelompok setempat); (2) menerapkan teknologi; (3) menseleksi sapi laktasi, yaitu memberi dorongan pada anggota agar menukar atau menjual sapi yang dimilikinya apabila produksi hariannya kurang dari 10 liter/per ekor/per harinya;(4) menjaga penjualan sapi laktasi, yaitu agar setiap akan menjual sapi harus melapor dan diupayakan dijual di dalam anggota sendiri.

Fasilitas yang dimiliki oleh Kelompok Harapan Jaya sudah tergolong lengkap. Kelompok ini secara swadaya telah memiliki bangunan berikut tanahnya yang bernilai sekitar 24 juta rupiah. Bangunan tersebut biasa digunakan untuk kegiatan para anggota, baik dalam fungsinya sebagai tempat penampungan susu anggota maupun untuk kegiatan lainnya. Kelompokpun telah memiliki alat-alat pasturisasi dengan kapasitas untuk 200 cup (per cupnya 200 ml). Aturan atau norma di Kelompok Harapan Jaya tergolong memadai. Misalnya untuk ketua regu telah ditetapkan tugasnya, yaitu memberi informasi perihal aktivitas usaha dari para anggota regunya sekaligus menyampaikan informasi yang perlu disampaikan dari Ketua Kelompok.

Keadaan moral di Kelompok Harapan Jaya, yaitu semangat dan sikap para

anggota dalam berkelompok sudah mendekati ideal. Hal ini terlihat dari komitmen anggota pengurus termasuk ketua regu untuk terus terlibat dalam kegiatan di kelompoknya. Demikian pula tingkat kerjasama dan interaksi anggota pada kelompok tersebut sudah terjalin dengan baik dan kondusif. Sampai dengan Desember 2004 pemupukan modal berupa uang tunai pada kelompok ini sudah mencapai sekitar 29 juta rupiah.

Hubungan Kepemimpinan Ketua Kelompok dengan Keefektifan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah

Nilai koefisien korelasi rank Spearman (rs) hubungan antara kepemimpinan ketua kelompok dengan keefektifan kelompok tani ternak sapi perah di wilayah kerja KSU Tandangsari Kabupaten Sumedang adalah sebesar 0,877 (Lampiran 1). Nilai korelasi tersebut menandakan bahwa hubungan antara kepemimpinan ketua kelompok dengan keefektifan kelompok adalah positif (searah), dan termasuk dalam kategori memiliki 13

hubungan kuat. Keadaan ini menunjukkan bahwa semakin kepemimpinan ketua kelompok berjalan baik, maka akan semakin efektif kelompok tani yang dipimpinnya tersebut. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan ketua kelompok sebagian besar tergolong cukup. Demikian pula keefektifan kelompok taninya sebagian besar tergolong cukup pula.

(11)

dengan efektifnya kelompok tani tersebut. Hal ini secara tipikal dapat dilihat pada Kelompok Harapan Jaya. Demikian pula pada kelompok yang kepemimpinan ketua kelompoknya belum sepenuhnya berjalan dengan baik atau tergolong cukup akan diikuti pula oleh belum begitu efektifnya kelompok dari yang dipimpinnya tersebut. Fenomena yang terakhir ini dapat dilihat, khususnya pada Kelompok Sri Mukti II. Hasil penelitian ini sangat selaras dengan pendapat Bass (1990) yang

menyatakan bahwa pemimpin (ketua kelompok) adalah agen perubah-seseorang yang dapat lebih mempengaruhi yang. Kepemimpinan merupakan suatu interaksi antara dua orang atau lebih anggota yang sering mencakup penyusunan struktur atau pengubahan stuktur dari situasi dan persepsi dan harapan para anggota. Oleh karenanya kepemimpinan akan muncul ketika satu anggota kelompok (ketua kelompok) dapat memotivasi atau memberi kompetensi pada yang lain dalam kelompok.

Ketua kelompok dengan kepemimpinannya yang tergolong baik atau sangat tinggi tersebut akan memberikan peluang yang sangat besar untuk tercapainya keefektifan di kelompok yang dipimpinnya tersebut. Hal ini dimungkinkan karena ketua kelompok yang kepemimpinan baik atau sangat tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik atau lebih tinggi di dalam mempengaruhi anggota lainnya. Hal ini termasuk di dalam menyusun struktur atau pengubahan stuktur yang diselaraskan dengan persepsi dan harapan para anggota untuk mencapai keberhasilan usaha sapi 14

perahnya. Pada kelompok yang kepemimpinannya tergolong baik atau sangat tinggi, keberhasilan kelompok di dalam mencapai tujuannya, keadaan moral anggota

kelompok dan tingkat kepuasan dari para anggota terbukti lebih baik atau lebih tinggi dibanding dengan kelompok yang kepemimpinannya belum berjalan dengan baik. Dari pengamatan di lapangan tampak dengan jelas bahwa ketua kelompok yang mau belajar, dan memiliki kemauan yang besar untuk maju serta komitmen yang kuat dalam membantu anggota lainnya untuk berkembang usahataninya adalah yang lebih berhasil kepemimpinannya. Oleh karenanya, bila ingin melihat ketua kelompok dapat melaksanakan kepemimpinannya dengan baik sudah seharusnya pihak-pihak yang kompeten seperti dinas pertanian berperan lebih baik lagi di dalam menfasilitasi kelompok dengan beragam kegiatannya. Dalam hal ini para penyuluh lapangan dapat berperan sebagai katalitasor, dinamisator maupun motivator.

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, S. 1995. 90 Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia. Departemen Per- tanian. Jakarta.

Aida Vitayala S. Hubeis. 2000. Suatu Pikiran Tentang Kebijakan Pemberdaya- an Kelembagaan Petani. Deptanhut. Jakarta.

Anonymous. 1992. “Surat Keputusan Mentri Pertanian No. 41 Tahun 1992. tentang Pedoman Pembinaan Kelompok Tani-Nelayan.” Dinas Tanaman Pangan Pemda DT. I. Jawa Barat.

Anonymous. 2000. Kebijakan Pemberdayaan Kelembagaan Tani. Biro Perencana- an dan KLN Departemen Pertanian. Jakarta

(12)

Bass, B.M. 1981. Stogdill’s Handbook of Leadership: A survey of Theory and Research. The Free Press. New York.

Margono Slamet. 1978. Beberapa Catatan tentang Pengembangan Organisasi Kumpulan Bahan Bacaan Penyuluhan Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

____________. 2001. Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi Daerah. Disajikan pada Seminar Perhiptani 2001. Tasikmalaya.

Pierce, J.L. dan J.W. Newstrom. 1995. Leader and Leadership Process. Reading, Self Assesment and Aplications. Austen Press Richard D. Irwin, Inc.

Sutarto. 1995. Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Wahyusumidjo. 1992. Kepemimpinan dan Motivasi. Ghalia Indonesia. Jakarta. 15

Lampiran:

A. Tabel 1. Kepemimpinan Ketua Kelompok Tani Ternak Sapi Perah No. Uraian Kategori Kepemimpinan SK K C T ST ………..%... 1. Daya keahlian 0,00 0,00 50,00 26,67 23,33 2. Daya rujukan 0,00 0,00 46,67 40,00 13,33 3. Pembawa aspirasi 0,00 0,00 36,67 40,00 23,33 4. Patner agen pembaharu 0,00 0,00 43,33 56,67 3,33 Kepemimpinan Ketua Kelompok 0,00 0,00 46,67 43,33 10,00 Keterangan: SK= Sangat kurang, K= Kurang, C= Cukup, T= Tinggi, dan ST = Sangat tinggi

B. Tabel 2. Keefektifan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah No. Uraian Kategori Keefektifan

SK K C T ST ………..%... 1. Keberhasilan kelompok 0,00 0,00 43,33 50,00 6,67 2. Moral kelompok 0,00 0,00 46,67 43,33 10,33 3. Kepuasan 0,00 16,07 43,33 36,67 3,33 Keefektifan Kelompok 0,00 0,00 50,00 40,00 10,00 Keterangan: SK= Sangat kurang, K= Kurang, C= Cukup, T= Tinggi, dan ST = Sangat tinggi

C. Tabel 3. Nilai Korelasi Kepemimpinan Ketua Kelompok dengan Keefektifan Kelompok Tani Ternak Sapi Perah

(13)

KELOMPOK TANI

Kelompok tani secara tidak langsung dapat dipergunakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan produktivitas usaha tani melalui pengelolaan usaha tani secara bersamaan. Kelompok tani juga digunakan sebagai media belajar organisasi dan kerjasama antar petani. Dengan adanya kelompok tani, para petani dapat bersama – sama memecahkan permasalahan yang antara lain berupa pemenuhan sarana produksi pertanian, teknis produksi dan pemasaran hasil.

Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan permasalahan dalam berusaha tani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Melihat potensi tersebut, maka kelompok tani perlu dibina dan diberdayakan lebih lanjut agar dapat berkembang secara optimal.

Pentingnya pembinaan petani dengan pendekatan kelompok tani juga dikemukakan oleh Mosher (1968) dalam Djiwandi (1994) bahwa salah satu syarat pelancar pembangunan pertanian adalah adanya kegiatan petani yang tergabung dalam kelompok tani. Mengembangkan kelompok tani menurut Jomo (1968) dalam Djiwandi (1994) adalah berarti membangun kemauan, dan

kepercayaan pada diri sendiri agar dapat terlibat secara aktif dalam pembangunan. Disamping itu agar mereka dapat bergerak secara metodis, berdayaguna, dan teroganisir. Suatu gerakan

kelompok tani yang tidak teroganisir dan tidak mengikuti kerjasama menurut pola-pola yang maju, tidak akan memecahkan problem-problem yang dihadapi petani.

Kelompok tani, menurut Deptan RI (1980) dalam Mardikanto (1996) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau petani, yang terdiri atas petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna (pemuda/i), yang terikat secara informal dalam suatu wilayah kelompok atas dasar keserasian dan kebutuhan bersama serta berada dilingkungan pengaruh dan pimpinan seorang kontak tani. Beberapa keuntungan dari pembentukan kelompok tani itu, antara lain diungkapkan oleh Torres (Wong, 1997) dalam Mardikanto (1996) sebagai berikut:

a. Semakin eratnya interaksi dalam kelompok dan semakin terbinanya kepemimpinan kelompok. b. Semakin terarahnya peningkatan secara cepat tentang jiwa kerjasama antar petani.

c. Semakin cepatnya proses difusi penerapan inovasi atau teknologi baru. d. Semakin naiknya kemampuan rata-rata pengembalian hutang petani.

e. Semakin meningkatnya orientasi pasar, baik yang berkaitan dengan masukan (input) atau produk yang dihasilkannya.

f. Semakin dapat membantu efesiensi pembagian air irigasi serta pengawasannya oleh petani sendiri.

Sedangkan alasan utama dibentuknya kelompok tani adalah :

a. Untuk memanfaatkan secara lebih baik (optimal) semua sumber daya yang tersedia. b. Dikembangkan oleh pemerintah sebagai alat pembangunan.

c. Adanya alasan ideologis yang “mewajibkan” para petani untuk terikat oleh suatu amanat suci yang harus mereka amalkan melalui kelompok taninya (Sajogyo, 1978 dalam Mardikanto, 1996). Pustaka :

Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta. Djiwandi, 1994. Pengaruh Dinamika Kelompok Tani Terhadap Kecepatan Adopsi Teknologi Usahatani di Kabupaten Sukoharjo. Laporan Penelitian. Tidak Dipublikasikan.

(14)

href="http://a.admaxserver.com/servlet/ajrotator/432330/0/cc?z=admaxasia2&pid=939614a6-bcf6-40fe-984c-85a1948ae6e7&asid=463fbbbb-ce08-42ef-b404-547ecd4249f2"><img src="http://a.admaxserver.com/servlet/ajrotator/432330/0/vc?

z=admaxasia2&dim=280733&pid=939614a6-bcf6-40fe-984c-85a1948ae6e7&asid=463fbbbb-ce08-42ef-b404-547ecd4249f2&abr=$imginiframe" width="300" height="250"

border="0"></a></noscript> Suka

Be the first to like this post.

1 Tanggapan ke “Pengertian Kelompok Tani”

Pengumpan untuk Entri ini Alamat Jejakbalik

1. 1 LALU BAKRI Juni 11, 2010 pukul 6:17 pm

PENGEMBANGAN DINAMIKA KELOMPOK TANI Oleh : Nasir, SP., MBA.

I. PENGERTIAN

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 93/Kpts/OT. 210/3/97, Tanggal 18 Maret 1997, pengertian yang berkaitan tentang petani dan kelompoknya adalah sebagai berikut :

a. Petani adalah:

Pengelola Usahatani dan atau usaha penangkapan ikan, yang meliputi petani, pekebun, peternak. b. Kelompok Tani adalah:

Kumpulan petani yang tumbuh berdasarkan keakraban dan keserasian, erta kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumber daya pertanian untuk bekerja sama

meningkatkanproduktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya. c. kontak Tani adalah:

Ketua kelompok tani yang dipilih dari anggota dan oleh anggota kelompok berdasarkan musyawarah.

d. Mantan ketua kelompok tani yang masih aktif sebagai anggota kelompok, dan

kepemimpinannya masih diakui kelompok. e. Kontak Tani Andalan (KTA) adalah:

Kontak tani yang dapat diandalkan dan dipilih secara periodik menurut kesepakatan dari dan oleh para kontak tani dalam satu desa, untuk mewakili aspirasi petani dalam forum dan atau kelembagaan ditingkat desa maupun tingkat wilayah yang lebih tinggi. Sehingga Kontak Tani Andalan Pertanian (KTA-Tan) merupakan KTA seperti diatas tetapi berasal dari Kontak tani pertanian.

f. Kelompok KTA adalah:

Kumpulan para KTA pada tingkat wilayah Kecamatan/Kabupaten/Kodya/Propinsi dan Nasional sebagai wadah musyawarah para petani, serta mitra Pemerintah dalam menyelesaikan permasalahan petani ditingkat wilayah yang bersangkutan.

g. Ahli Andalan adalah:

(15)

sehingga Akhli Andalan pertanian dapat merupakan tokoh masyarakat atau pensiunan pegawai/aparatur (Negara, BUMN, BUMD, SWASTA yang mempunyai keakhlian dalam bidang pertanian, yang dipilih oleh para kontak tani sebagai pedamping ahli KTA-Tan. h. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) adalah:

Kumpulan dari beberapa kelompok tani yang mempunyai kepentingan yang sama dalam pengembangan komoditas usaha tani tertentu untuk menggalang kepentingan bersama, atau merupakan suatu wadah kerjasama antar kelompok tani dalam upaya pengembangan usaha yang lebih besar.

II. PENUMBUHAN KELOMPOK TANI

1. Dasar Penumbuhan

Dalam rangka pembangunan sub sektor pertanian, kelompok tani adalah sebagai berikut:

 Penumbuhan kelompok tani didasarkan pada keakraban, keserasian dan kepentingan

bersama, baik berdasarkan hamparan usahatani kebun, domisili atau jenis usahatani tergantung kesepakatan dari petani yang bersangkutan.

 Anggota pengurus kelompok tani pertanian, baik yang merupakan kegiatan proyek

maupun kegiatan pembangunan swadaya.

 Merupakan pengorganisasian petani yang mengatur kerjasama dan pembagian tugas

anggota maupun pengurus dalam kegiatan usahatani kelompok di hamparan kebun.  Besaran kelompok tani disesuaikan dengan jenis usahatani dan kondisi di lapangan,

dengan jumlah anggota berkisar 20-30 orang.  Keanggotaan kelompok tani bersifat non formal.

2. Penumbuhan Kelompok Tani.

a. Upaya penumbuhan kelompok tani diarahkan pada tunbuhnya suatu kerjasama yang

bersumber dari kesadaran petani dengan cara bergabung dalam kelompok untuk meningkatkan taraf hidupnya. Kelompok tani berfungsi sebagai wadah belajar, unit produksi, wahana kerjasama dan sebagai wadah pembinaan petani. Penumbuhan kelompok tani dilaksanakan oleh dan untuk kepentingan petani sendiri.

b. Penumbuhan kelompok tani dapat berdasarkan hamparan usahatani, domosili petani

atau jenis usahatani, tergantung kesepakatan para petani anggota kelompok. c. Penumbuhan kelompok tani dalam pembangunan perkebunan dilaksanakan pada

wilayah kegiatan proyek maupun diluar wilayah proyek, dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pada areal kebun yang kompak, penumbuhan kelompok berdasarkan hamparan.

Pada areal kebun yang hamparannya terpencar, penumbuhan kelompok

berdasarkan domisili.

Pada areal intensifikasi tanaman semusim; seperti tebu, tembakau, dsb, pembinaan

(16)

Komoditas lain diluar tanaman perkebunan yang ada di wilayah kegiatan proyek,

maka pembinaan petani tetap menggunakan kelompok tani yang ada di wilayah proyek yang bersangkutan.

3. Proses Penumbuhan.

a. Pendataan lapangan dan motivasi petani

Pada tahap awal diperlukan pengumpulan data lapangan dan memberikan motivasi

melalui penyelenggaraan penyuluhan kepada petani.

Pada pelaksanaan pendataan lapangan ini dilakukan pertemuan untuk memberikan

informasi dan motivasi tentang, tujuan adanya kelompok tani, manfaat kalompok tani, proses musyawarah untuk menumbuhkan kelompok, cara kerja kelompok serta informasi lain dalam upaya memotivasi petani untuk menjadi kelompok tani. b. Penumbuhan kelompok tani

Penumbuhan kelompok tani dilakukan dalam pertemuan/musyawarah petani yang

dihadiri oleh para petani, tokoh masyarakat, pamong desa, petugas/penyuluh dan instansi terkait.

Pemilihan pengurus tiap kelompok tani dan anggotanya dilakukan secara

musyawarah sehingga diperoleh kesepakatan kelompok dan dukungan masyarakat dan instansi terkait.

Susunan kepengurusan kelompok tani minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris dan

Bendahara serta dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kelompok.

Tumbuhnya kelompok tani baru, dinyatakan dalam Berita Acara hasil musyawarah

yang diketahui oleh Kepala Desa.

4. Tugas dan Tanggung Jawab Pengurus. a. Pengurus Kelompok Tani.

Membina kerjasama dalam melaksanakan usahatani dan kesepakatan yang berlaku

dalam kelompok tani.

Wajib mengikuti petunjuk dan bimbingan dari petugas/penyuluh untuk selanjutnya

diteruskan pada anggota kelompok.

Bersama petugas/penyuluh membuat rencana kegiatan kelompok dalam bidang

produksi, pengolahan, pemasaran dan lain-lain.

Mendorong dan menggerakkan aktivitas, kreativitas dan inisiatif anggota.

Secara berkala, minimal satu bulan sekali mengadakan pertemuan/musyawarah

dengan para anggota kelompok yang dihadiri oleh petugas/penyuluh.

Mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang telah dilaksanakan kepada anggota,

selanjutnya membuat rencana dan langkah perbaikan. b. Anggota Kelompok Tani

(17)

Wajib mengikuti dan melaksanakan petunjuk pengurus kelompok tani dan

petugas/pnyuluh serta kesepakatan yang berlaku.

Wajib bekerja sama dan akrap antar sesama anggota, penggurus maupun dengan

petugas/penyuluh.

Hadir pada pertemuan berkala dan aktif memberikan masukan, saran dan pendapat

demi berhasilnya kegiatan usahatani kelompok.

III. PENGEMBANGAN KELOMPOK TANI.

Dalam upaya pengembangan kelompok tani yang ingin dicapai adalah terwujudnya kelompok tani yang dinamis, dimana para petani mempunyai disiplin, tanggungjawab dan terampil dalam kejarsama mengegola kegiatan usahataninya, serta dalam upaya meningkatkan skala usaha dan peningkatan usaha kearah yang lebih besar dan bersifat komersial, kelompok tani dapat dikembangkan melalui kerjasama antar kelompok dengan membentuk gabungan kelompok tani (gapoktan) yang merupakan wadah kerja sama antar kelompok tani (WKAK).

Proses Penumbuhan Gapoktan antara lain sebagaai berikut:

Mengidentifikasi kelompok-kelompok tani yang mempunyai jenis usaha hampir

sama pada wilayah tertentu (sentra/kawasan pertanian).

Setiap kelompok mengadakan koordinasi untuk bekerjasama antar kelompok yang

satu dengan kelompok yang lainnya.

Melaksanakan pertemuan/musyawarah antar pengurus kelompok (yang mewakili

kelompok) untuk membuat kesepakatan-kesepakatan usaha dengan skala yang lebih besar dalam upaya memperkuat posisi tawar (bergaining position).

Membuat aturan-aturan yang pengikat (sebaiknya secara tertulis) terhadap

kesepakatan dari musyawarah antar kelompok tersebut serta sanksi-sanksinya apabila terjadi pelanggaran kesepakataan.

Menentukan pengurus dari Gapoktan tersebut untuk melaksanakan kegiatan usaha

bersama sesuai dengan kebutuhan Gapoktan tersebut. Penentuan pengurus Gapoktan harus dapat mewakili kepentingan dari semua kelompok yang bergabung.

Membuat Berita Acara yang diketahui oleh Instansi Pemerintah terkait.

Adanya Rencana Usaha bersama (RUB).

Dengan bergabungnya kelompok tani tersebut dalam suatu wadah kelembagaan tani dalam bentuk Gapoktan, keberadaan petani akan lebih berdaya, yaitu sebagai berikut:

Jumlah anggota produksi yang dihasilkan dapat terkumpul lebih banyak, karena

setiap anggota/kelompok menggumpulkannya untuk kepentingan bersama.

Kontinuitas hasil akan lebih mudah diatur, karena Gapoktan dapat

(18)

tanam dan tata laksana kegiatannya dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan anggota dan kebutuhan pasar.

Petani menjadi subyek, karena Gapoktan diharapkan dapat bernegosiasi dengan

pihak mitra usaha sesuai dengan kebutuhan anggotanya.

Petani mempunyai posisi yang lebih kuat dalam posisi tawar, karena dapat memilih

alternatif yang menguntungkan serta dapat mangakses pasar yang lebih baik.

Dapat menjalin kerjasama usaha yang saling menguntungkan dengan koperasi,

baik sebagai anggota maupun sebagai mitra usaha.

Pengertian-pengertian Kelompok Tani

Desember 2, 2009 · Disimpan dalam PERTANIAN 1. Kelompok Tani

Manusia pada umumnya dilahirkan seorang diri tetapi kemudian ingin berkelompok dengan manusia lainnya karena sifat manusia yang monodualistik yaitu manusia sebagai individu dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Sejak manusia dilahirkan sudah mempunyai dua hasrat atau keinginan yaitu:

a. Keinginan untuk menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya yaitu masyarakat.

b. Keinginan untuk menyatukan dengan suasana alam sekelilingnya kesemuanya itu akan menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok sosial di dalam kehidupan manusia ini, karena manusia itu tidak bisa hidup sendiri

(Soekanto, 1982).

Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama, yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2000).

Kelompok tani adalah petani yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) keakraban dan keserasian yang dipimpin oleh seorang ketua (Trimo, 2006).

Kelompok Tani menurut Anonim dalam Mardikanto (1993) diartikan sebagai kumpulan orang-orang tani atau yang terdiri dari petani dewasa (pria/wanita) maupun petani taruna

(19)

kelompok tani berkisar antara 10-25 orang anggota.

Menurut Samsudin (1993) bahwa dalam suatu kelompok sosial seperti halnya kelompok tani, selalu mempunyai apa yang disebut external structure atau socio group dan internal structure atau psycho group. External structure dalam kelompok tani adalah dinamika kelompok, yaitu aktivitas untuk menanggapi tugas yang timbul karena adanya tantangan lingkungan dan tantangan kebutuhan, antara lain termasuk tuntutan meningkatkan produktivitas usahatani. Sedangkan internal structure adalah menyangkut norma atau pranata dan kewajiban dalam mencapai prestasi kelompok. Internal structure akan sekaligus merupakan dasar solidaritas kelompok, yang timbul dari adanya kesadaran setiap anggota kelompok tani yang bersangkutan. Pengertian Dinamika Kelompok dan Dinamika Kelompok tani

Dinamika kelompok (Group Dynamics) diartikan dengan berbagai cara antara lain: studi tentang kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang mempelancar atau menghambat proses kerjasama dalam kelompok; metode-metode dan teknik-teknik yang dapat diterapkan bila sejumlah orang bekerjasama dalam kelompok, misalnya berperan (role playing) dan observasi terhadap jalannya proses kelompok dan pemberian umpan balik (feedback); serta cara-cara menangani organisasi dan pengelolaan kelompok-kelompok (Winkel, 1991).

Menurut Gerungan (1988), dinamika kelompok adalah analisis dari hubungan-hubungan

kelompok sosial yang berdasarkan prinsip bahwa tingkah laku dalam kelompok itu adalah harus dari interaksi yang dinamis antara individu-individu dalam situasi sosial, internalisasi norma-norma, sense of belonging sebenarnya analisis dari saling hubugan antara anggota didalam kelompok dan sudah merupakan dinamika kelompok.

Dinamika kelompok, secara umum tidak dapat dipisahkan dari tingkat kepuasan yang dimiliki para anggota kelompok tersebut dalam pengejaran tujuan, besarnya tujuan yang dicapai, serta penggunaan konsep efektif dan efisien dalam mengejar tujuan tersebut (Yusmar, 1989).

Dinamika kelompok merupakan bidang penelitian yang dikaji, yang cenderung diarahkan pada komunikasi kelompok kecil yang berkecimpung dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Dengan demikian, komunikasi dalam kelompok kecil lebih banyak dilakukan sebagai cara untuk menyempurnakan pekerjaan yang dapat diselesaikan dalam kelompok (Mulyana, 1996).

3. Dinamika Kelompok Tani

Menurut Suhardiyono (1992), dinamika kelompok tani adalah gerakan bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok tani secara serentak dan bersama-sama dalam melaksanakan seluruh kegiatan kelompok tani dalam mencapai tujuannya yaitu peningkatan hasil produksi dan

mutunya yang gilirannya nanti akan meningkatkan pendapatan mereka. Dinamika kelompok tani mencakup seluruh kegiatan meliputi inisiatif, daya kreatif dan tindakan nyata yang dilakukan oleh pengurus dan anggota kelompok tani dalam melaksanakan rencana kerja kelompoknya yang telah disepakati bersama.

Untuk melakukan analisis terhadap Dinamika Kelompok, pada hakekatnya dapat dilalukan melalui dua macam pendekatan, yakni:

a. Pendekatan sosiologis, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap proses sistem sosial tersebut.

b. Pendekatan psiko-sosial, yaitu analisis dinamika kelompok melalui analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika kelompok itu sendiri.

(20)

kelompoknya seringkali masih dilakukan penggabungan terhadap kedua macam pendekatan tersebut (Mardikanto, 1996).

Analisis dinamika kelompok dengan pendekatan psiko-sosial, dimaksudkan untuk melakukan kajian terhadap perilaku anggota-anggota kelompok dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan demi tercapainya tujuan kelompok. Faktor-faktor itu adalah:

a. Tujuan Kelompok (group goal)

Menurut Shaw dalam Mardikanto (1996) mengartikan tujuan kelompok sebagai hasil akhir atau keadaan yang diinginkan oleh semua anggota kelompok. Tujuan kelompok biasanya dirumuskan sebagai perpaduan dari tujuan-tujuan semua anggota kelompok.

Menurut Johnson dalam Huraerah dan Purwanto (2006) menjelaskan bahwa suatu tujuan kelompok yang efektif harus memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

1) Tujuan tersebut dapat didefinisikan secara operasional, dapat diukur, dan dapat diambil. 2) Tujuan tersebut mempunyai makna bagi anggota kelompok, relevan, realistik, dapat diterima dan dapat dicapai.

3) Anggota-anggota kelompok mempunyai orientasi terhadap tujuan yang telah ditetapkan. 4) Adanya keseimbangan tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas dalam mencapai tujuan individu dan tujuan kelompok.

5) Terjadinya konflik yang berkaitan dengan tujuan dan tugas-tugas kelompok dapat diselesaikan dengan baik.

6) Tujuan tersebut bersifat menarik dan menantang serta mempunyai risiko kegagalan yang kecil dalam mencapainya.

7) Tercapainya tingkat koordinasi di antara anggota-anggota.

Tersedianya sumber-sumber yang diperlukan untuk melaksanakan tugas-tugas dan tujuan-tujuan kelompok.

9) Adanya kemudahan untuk menjelaskan dan mengubah tujuan kelompok.

10) Berapa lama waktu yang diperlukan oleh suatu kelompok untuk mencapai tujuan kelompok. b. Struktur Kelompok (group structure)

Menurut Cartwright and Zander dalam Mardikanto (1996) struktur kelompok yaitu suatu pola yang teratur tentang bentuk tata hubungan antara individu-individu dalam kelompok sekaligus menggambarkan kedudukan dan peran masing-masing dalam upaya pencapaian kelompok. Menurut Haerurah dan Purwanto (2006) struktur kelompok sebagai suatu pola interaksi, komunika

si dan hubungan-hubungan antara anggota kelompok. Struktur kelompok ada yang bersifat formal dan ada pula yang bersifat informal. Jika suatu struktur kelompok telah menjadi kuat, biasanya sulit untuk mengadakan perubahan terhadap struktur kelompok tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan struktur kelompok yaitu jika tujuan perubahan tersebut tidak dikemukakan secara jelas, berorientasi pada kepentingan pribadi, dilakukan secara

mendadak, kurang bermanfaat, unsur pimpinan tidak diikutsertakan dalam perubahan, serta jika kelompok telah merasa puas terhadap kondisi yang dimiliki sekarang ini.

c. Fungsi Tugas (task function)

Menurut Hakman dalam Mardikanto (1996) fungsi tugas kelompok yaitu seperangkat tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok sesuai dengan fungsi masing-masing sesuai dengan kedudukannya dalam kelompok.

(21)

tujuan kelompok, maka kiranya perlu dijelaskan hal-ha yang perlu dilakukan oleh kelompok. Sehubungan dengan hal tersebut, Cartwight dan Zander mengklasifikasikan fungsi tugas ke dalam enam hal, yaitu:

1) Koordinasi, berfungsi sebagai koordinasi untuk menjembatani kesenjangan antara anggota. 2) Informasi, berfungsi memberikan informasi kepada masing-masing anggota.

3) Prakarsa, berfungsi menumbuhkan dan mengembangkan prakarsa anggota.

4) Penyebaran, berfungsi menyebarkan hal-hal yang dilakukan kelompok kepada masyarakat atau lingkungannya.

5) Kepuasan, berfungsi untuk memberikan kepuasan kepada anggota.

6) Kejelasan, berfungsi menciptakan kejelasan kepada anggota, seperti tujuan dan kebutuhan-kebutuhan anggota.

(Haerurah dan Purwanto, 2006).

d. Pembinaan dan pemeliharaan kelompok (group building and maintenance)

Menurut Miles dalam Mardikanto (1996) pembinaan dan pemeliharaan kelompok yaitu upaya kelompok untuk tetap memelihara dan mengembangkan kehidupan kelompok.

Pembinaan dan pemeliharaan kelompok adalah berkaitan dengan “apa yang harus ada” dalam kelompok, yaitu pembagian tugas yang jelas, kegiatan yang terus-menerus dan teratur,

ketersediaan fasilitas yang mendukung dan memadai, peningkatan partisipasi anggota, adanya jalinan komunikasi antar anggota, adanya pengawasan dan pengendalian kegiatan kelompok, timbulnya norma-norma kelompok, proses sosialisasi kelompok, kegiatan untuk menambah anggota baru dan mempertahankan anggota yang lama (Haerurah dan Purwanto, 2006). e. Kekompakan Kelompok (group cohesiveness)

Menurut Krech dalam Mardikanto (1996) kekompakan kelompok diartikan sebagai rasa keterkaitan anggota kelompok terhadap kelompoknya.

Kekompakan kelompok adalah tongkat kebersamaan yang menggambarkan ketertarikan anggota kelompok kepada kelompoknya dan hal ini meliputi tiga klasifikasi pengertian, yaitu:

1) Sebagai daya tarik kelompok terhadap anggota-anggotanya, 2) Sebagai koordinasi dari usaha-usaha anggota kelompok,

3) Sebagai tindakan motivasi anggota kelomok untuk mengerjakan berbagai tugas kelompok dengan penuh semangat dan efisien.

(Haerurah dan Purwanto, 2006).

f. Suasana Kelompok (group atmospere)

(22)

g. Tekanan Kelompok (group pressure)

Tekanan kelompok yaitu tekanan-tekanan atau ketegangan dalam kelompok yang menyebabkan kelompok tersebut berusaha keras untuk mencapai tujuan kelompok. Adanya tekanan kelompok (baik dari dalam, maupun dari luar) memang baik untuk mendinamiskan kelompok, tetapi jika ketegangan tersebut berlarut-larut dapat pula membahayakan kehidupan kelompok yang bersangkutan (Mardikanto, 1996).

Tekanan kelompok berbeda dengan kelompok tekanan. Tekanan kelompok yaitu tekanan yang berasal dari kelompok itu sendiri. Sedangkan kelompok tekanan mengacu pada tekanan/desakan yang berasal dari luar kelompok atau adanya kelompok tandingan berupa desakan-desakan kelompok lain terhadap suatu kelompok. Atau bisa pula dalam bentuk harapan-harapan masyarakat pada anggota kelompok (Huarerah dan Purwanto, 2006).

h. Keefektifan Kelompok (group effectiveness)

Menurut Sills dalam Mardikanto (1996) keefektifan kelompok yaitu keberhasilan kelompok untuk mencapai tujuannya, yang dapat dilihat pada tercapainya keadaan atau perubahan-perubahan (fisik maupun non fisik) yang memuaskan anggotanya.

Kelompok yang efektif mempunyai tiga dasar, yaitu: aktivitas pencapaian tujuan, aktivitas memelihara kelompok secara internal, aktivitas mengubah dan mengembangkan cara

meningkatkan keefektifan kelompok. Interaksi anggota kelompok yang memperlihatkan aktivitas dengan mengintegrasikan ketiga macam aktivitas dasar tersebut adalah mencerminkan bahwa kelomok tersebut dapat dikategorikan sebagai kelompok yang berhasil atau efektif. Anggota kelompok yang efektif memiliki keterampilan untuk mengatasi atau menghilangkan hambatan pencapaian tujuan kelompok, untuk memecahkan masalah di dalam memelihara kelompok dan keterampilan untuk mengatasi hambatan peningkatan kelompok agar lebih efektif lagi (Huarerah dan Purwanto, 2006).

i. Agenda Terselubung (hidden agenda)

Agenda terselubung yaitu tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok yang diketahui oleh semua anggotanya, tetapi tidak dinyatakan secara tertulis. Meskipun demikian, seringkali agenda terselubung ini justru sangat penting untuk mendinamiskan kelompok (Mardikanto, 1996). Agenda terselubung adalah tujuan perorangan (pribadi) yang tidak diketahui oleh anggota-anggota kelompok lainnya dan tujuan tersebut seringkali berlainan atau berlawanan dengan tujuan kelompok dominan. Maksud agenda terselubung disini adalah suatu tujuan anggota kelompok yang terselubung atau ditutup-tutupi atau sengaja tidak diberitahukan kepada anggota-anggota kelompok lainnya, dalam melakukan suatu aktivitas tertentu dalam kelompok, karena tujuan sebenarnya dari anggota kelompok tersebut berlawanan dan bertentangan dengan tujuan kelompok yang disepakati bersama (Huarerah dan Purwanto, 2006).

Pustaka

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.

Mardikanto, T. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Republik Indonesia. Jakarta.

Mulyana, D. 1996. Human Communication: Prinsip-prinsip Dasar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung.

Mulyana, D. 2000. Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. PT Remaja Rosdakarya. Bandung. Yusmar, Y. 1989. Dinamika Kelompok Kerangka Studi Dalam Perspektif Psikologi Sosial. Armico. Bandung.

Suhardiyono. 1992. Penyuluh Petunjuk Bagi Pertanian Pertanian. Erlangga. Jakarta.

(23)

Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali. U npublished.

Samsudin. 1993. Manajemen Penyuluhan Pertanian. Bina Cipta. Bandung.Winkel, W. S. Winkel.1991. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. PT Grasindo. Jakarta. Gerungan. 1988. Psikologi Sosial. PT Eresco. Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai upaya untuk mengikuti perubahan tersebut, pada tahun 2015 STMIK Amik Riau menetapkan Rancana Induk Pengembangan jangka panjang periode 2015-2030 dengan visi “Menjadi Perguruan

Latihan dilakukan dalam 5 sesi yaitu : sesi 1 melatih kemampuan klien berkomunikasi meliputi: menggunakan bahasa tubuh, mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menjawab

Hasil penelitian di lokasi sebaran banteng Resort Malangsari Taman Na- sional Meru Betiri (TNMB) diketahui bahwa struktur vegetasi habitat banteng dan komposisi

Target harga saham BORN untuk jangka panjang setahun ke depan diperkirakan bisa mencapai Rp.1700-Rp.1800 dengan asumsi pertumbuhan laba bersih sekitar 41% dan PE rasio 13x-14x.

Berdasarkan analisis overlay pada layer peta kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit, kelas kedalaman gambut Kabupaten Kubu Raya, peta penunjukan

Pengujian yang dilakukan yaitu uji kuat lentur, dan untuk spesifikasi kayu di lakukan uji kuat tekan, kuat geser, kuat tarik, dan berat jenis.. Untuk plat baja sendiri

Ilmu astronomi berasal dari kata aster yang berar Ɵ bintang disebut juga ilmu falak atau kosmografi ( kosmos = ruang semesta). Ilmu astronomi atau yang lebih dikenal dengan

Dalama metode ini juga dilakukan analisa komparatif dengan membandingkan data responden yang disurvey pada saat sebelum menjadi anggota (dari kuesioner Uji Kelayakan pada