KHOTBAH JUMAT
sehingga kwalitas hidup ini semkin membaik. Sesungguhnya ketaqwaan itu adalah baro mater kesuksesan hidup ini. Dan hendaklah kita semua tetap berpegang kepada norma-normajika Allah swt mencintai seseorang maka Ia akan mengujinya. kalau orang itu sabar, maka Allah swt akan menjadikannya orang mulia (mujtaba). Dan jika ia ridha (rela) maka Allah swt akan menjadikannya sebagai orang pilihan yang istimewa (musthafa).
Jika diperhatikan dengan seksama maka sesungguhnya Allah swt mencintai kita. Hampir semua umat muslim di dunia ini selalu dalam ujian-Nya. Ada yang diuji dengan kegemerlapan dan kekayaan harta, ada yang diuji dengan kekurangan uang. Ada yang dicoba dengan jabatan. Ada pula yang diuji dengan kondisi keluarga. Dan masih banyak lagi ujian-ujian lainnya.
menyelesaikan ujian sesuai dengan petunjuk dan aturan syariah. Dan ada lagi yang malah menikmati ujian itu dengan membiarkannya tanpa ada usaha penyelesaian.
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Hadits yang disebutkan di atas dengan jelas mengkatagorikan dua kelompok yang berbeda dalam penyelesaian ujian dan cobaan. Satu kelompok menghadapi cobaan itu dengan kesabaran dan satu kelompok menghadapinya dengan kerelaan. Mereka yang mampu menghadapi dengan kesabaran itulah para mujtaba dan mereka yang menghadapi dengan kerelaan itulah musthafa.
Secara teoritis istilah musthafa hanya layak disandang oleh Rasulullah saw. Dialah Nurul Musthafa cahaya pilihan, dialaha habibil musthafa, sayyidil musthafa, nabiyyil musthafa.
Hanya Rasulullah saw lah al-musthafa. Manusia sempurna yang rela di lempar kotoran unta oleh kaumnya sendiri padahal dia memiliki pilihan untuk membalasnya sebagaimana ditawarkan oleh Jibril. Dialah nabi kita Muhammad saw yang rela menggembala kambing padahal dia adalah manusia paling berwibawa. Dia lah manusia yang rela diusir dari tanah airnya sendiri dalam hijrahnya menuju Madinah. Dialah yang rela menahan tentara untuk tidak menyerang Mekah dan memilihi perjanjian Hudzibiyyah. Sungguh al-Musthafa memang hanya layak disandang olehnya. Kemampuannya menanggung pengorbanan dan penghinaan padahal di satu sisi telah tersedia untuknya kemampuan melakukan perlawanan.
Jama’ah jum’ah yang berbahagia
Jika al-musthafa hanya layak untuk junjungan kita, Rasulullah saw maka sebagai umatnya tidaklah berlebihan jika kita ingin meneladaninya dengan berusaha menjadi al-mu’min al-mujtaba. Al-mujtaba sebagaimana dalam konteks hadits di atas adalah orang yang sabar dalam menghadapi ujian kehidupan. Sabar memiiki banyak rujukan kalimat dan makna. Seorang sufi mendefinisikan Sabar sebagai sebuah ketahanan diri menghadapi keadaan tanpa merasa gusar, tidak mengeluh apalagi bercerita kepada sesama. Baik keadaan itu senang ataupun susah. Al-Junaid al-baghdadi berkata dalam Risalah Qusyairiyah sabar adalah meeguk kepahitan tanpa wajah cemberut “ سيبسسعت ريسسغب ةرارسسملا عرسسجت” . Sementara Abu Usman berpendapat bahwa sabar adalah menjalani cobaan dengan sikap yang sama dengan menjalani kenikmata.
Demikian, karena pada hakikatnya cobaan itu tidak hanya berbentuk kesulitan, namun kesenangan dan kebahagiaan juga sebuah ujian, kemasyhuran dan kehinaan juga cobaan.
Karena itu Ibn Abbas berkata sebagaimana dikutip oleh Imam Ghazali dalam Ihya ulumuddin
bentuk ini Imam al-Qusyairi dalam kitabnya meyebutkan bahwa sabar ada dua macam, yaitu perubahan. Tetap menadhulukan shalat berjama’ah meskipun teman sekitar mengajak makan siang. Ataupun juga berusaha menolak ajakan rekan untuk mencari kesenangan. Berusaha menghindarkan diri dari berjumpa kemaksiatan dan juga memilih hidup tetap sederhana dari pada berfoya-foya.
Mengenai hal ini kisah kesabaran Nabi Ibrahim dalam menyembelih anaknya merupakah tamsil yang sesuai. Bagaimana nabi Ibrahim sabar mentaati perintah Allah, dan Nabi Ismail sabar menghadapi hal yang tidak diinginkannya.
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."
Sementara sabar terhadap apa yang tidak diupayakan adalah mengkondisikan diri tetap segar, bugar dan berseri menghadapi segala yang telah ditentukan oleh Allah swt.
Jama’ah Jum’ah yang berbahagia
Semoga kita menjadi bagian orang-orang yang sabar. Orang-orang yang tidak mudah mengeluh, kecuali hanya pada Allah. Orang-orang yang selalu bermuka riang dan orang-orang yang tidak mudah putus asa. Itulah tanda-tanda orang-orang bersabar. Rasulullah saw sendiri pernah berkata ketika ditanyakan masalah iman kepanya, beliau menjawab:
ُةَحاَمّسلا َو ُرْبّصلا ُناَمْإيا
Iman adalah keteguhan hati dalam bersabar dan murah hati
اوربص نيذلا نيزجن لو
Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan
Demikianlah khutbah jum’ah kali ini, somoga dapat memberikan inspirasi kepada kita semua. Renungkanlah bagaimana kesabaran menjadi jalan alternatif dalam menyelasaikan kehidupan manusia.
َلّبَقَت َو ِمْإِكَحْلاِ رْكذلا َو ِتَاإيْا َنِم ِهْإفِ اَمبِ ْمُكاّإإ َو يِنَعَفَن َو ِمْإ ِظَعلْا ِنآ ْرُقلْا ْيِف ْمُكَل َو ْيِل ُا َكَراَب
ُمْإِلَعلْا ُعْإِمّسلا َوُه ُهّنإ ُهَت َوَلِت ْمُكْنِم َو يِنِم
Khutbah II