• Tidak ada hasil yang ditemukan

3-Konsep Penyaluran Dana Bank Syariah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "3-Konsep Penyaluran Dana Bank Syariah"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Perbedaan pokok antara perbankan konvensional dengan

perbankan syariah adalah adanya larangan untuk membayar

dan menerima bunga pada perbankan syariah.

Karena bunga melekat pada pinjaman, maka perbankan syariah

tidak menggunakan skema pinjaman dalam penyaluran

dananya.

(3)

PRODUK PENYALURAN

DANA PERBANKAN

BANK

KONVENSIONAL

BANK

SYARIAH

Berbasis bunga

Bebas bunga

Pinjaman

(Interest based lending)

Pembiayaan sesuai syariah

(Islamic Financing) Pinjaman

sosial

(4)

AL QARDH

Pengertian

Al Qard

pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih

atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa

mengharap imbalan.

(5)

QARDH

Aplikasi dalam perbankan

• Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang membutuhkan

dana talangan segera untuk masa yang sangat pendek

(6)

KETENTUAN UMUM AL QARDH

Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IX/2000

1. Al qardh adalah pinjaman kepada nasabah yang memerlukan

2. Nasasbah wajib mengembalikan jumlah pokok pada waktu yang

disepakati bersama

3. Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah

4. LKS dapat meminta jaminan kepada nasabah …

5. Nasabah dapat memberikan tambahan (sumbangan) dengan

(7)

KETENTUAN UMUM AL QARDH

Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IX/2000

6. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh

kewajibannya … dan LKS telah memastikan ketidak mampuannya,

LKS dapat:

a. memperpanjang jangka waktu pengembalian

(8)

KETENTUAN SANKSI AL QARDH

Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IX/2000

1. Kepada nasabah yang tidak menunjukkan keinginannya untuk

memenuhi kewajibannya dapat dikenakan sanksi oleh LKS

2. Sanksi dapat berupa apapun tapi tidak terbatas pada penjualan

barang jaminan

(9)

KETENTUAN SUMBER DANA AL QARDH

Fatwa DSN No. 19/DSN-MUI/IX/2000

Dana al qardh dapat bersumber dari:

a. Bagian modal LKS

b. Keuntungan LKS yang disisihkan

(10)

Pembiayaan sesuai syariah

(Islamic Financing)

Berbasis

kerjasama bagi

hasil

(profit & loss

sharing)

Berbasis jual-beli

tangguh

(differed

contract of

exchange)

Equity

Financing

(syirkah)

(11)

Equity Financing

(syirkah)

Joint Venture Profit &

Loss Sharing (joint

Financing)

Trustee Profit &

Loss Sharing

(trust financing)

Management Share

dengan Voting right

Perticipation share

tanpa voting right

(12)

SYIRKAH (KERJASAMA)

Syirkah

disebut juga

syarikah (musyarakah)

dan

mudharabah

.

Ibn.Majah meriwayatkan, Rasulullah telah bersabda :

“…kesejahteraan ada di dalam mudharabah…”

(13)

SYIRKAH

SYIRKAH

Pengertian.

Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua

pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu

dimana masing-masing pihak memberikan

kontribusi dana dengan ketentuan bahwa

keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama

sesuai dengan porsi kontribusi dana atau

(14)

SYIRKAH

LANDASAN SYARIAH:

1. Q.S. Shad (38) : 24

2. “Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang

berserikat selama salah satu pihak tidak

mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu

pihak telah berkhianat maka Aku keluar dari

(15)

SYIRKAH

SYIRKAH AL MILK

bukan kontrak

SYIRKAH AL ‘UQUD

kontrak

IKHTIYARIAH

sukarela

IJBARIYAH

terpaksa

wujuh

abdan

Inan

Mufawadhah

(16)

RUKUN & SYARAT SYIRKAH

RUKUN & SYARAT SYIRKAH

Shigat (Ijab kabul)

Pihak yang berakad (Shahibul maal)

dan Pelaksana (Musyarik)

(17)

BEBERAPA KETENTUAN

PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000

1. Ijab dan qabul harus dinyatakan dalam akad

dengan

memperhatikan hal-hal sbb.:

a. Penawaran dan permintaan harus secara eksplisit

menunjukkan tujuan akad

b. Penerimaan dan penawaran dilakukan pada saat kontrak

(18)

BEBERAPA KETENTUAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000

2. Pihak-pihak yang berakad harus cakap hukum

:

a. Kompeten

b. Menyediakan dana dan pekerjaan

c. Memiliki hak mengatur aset musyarakah dalam proses bisnis

normal

d. Memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk mengelola aset

dengan memperhatikan kepentingan mitranya

(19)

BEBERAPA KETENTUAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000

3.

Obyek akad

.

a. Modal.

Modal dapat berupa uang tunai atau aset bisnis. Jika modal

berbentuk aset, terlebih dulu harus dinilai dengan tunai dan

disepakati oleh semua pihak.

Modal tidak boleh dipinjamkan atau dihadiahkan kepada pihak

lain.

(20)

BEBERAPA KETENTUAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000

b.

Kerja.

• Partisipasi dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan

musyarakah; akan tetapi kesamaan porsi kerja bukan merupakan

syarat. Seorang mitra boleh melakukan pekerjaan lebih dari mitra

yang lain, dan dalam hal ini ia boleh menuntut bagian keuntungan

tambahan bagi dirinya.

(21)

BEBERAPA KETENTUAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000

c.

Keuntungan.

• Keuntungan harus dikuantifikasikan.

• Dibagikan secara propossional atas dasar keuntungan, dan tidak ada

jumlah yang ditetapkan di awal.

(22)

BEBERAPA KETENTUAN PEMBIAYAAN MUSYARAKAH

Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000

d.

Kerugian.

(23)

Feature Musyarakah

Shahibul maal 1 Shahibul mal 2

Kemitraan usaha 70%

70%

30%

Laba

Rugi

30%

30 % 70 %

syirkah

Gradual purchase of bank share

ISLAMIC

BANK

PARTNER

(24)

Konsep Mudharabah

Al Mudharabah adalah

Akad kerjasama antara pemilik dana

(shahibul maal)

dengan

pengusaha

(mudharib)

untuk melakukan suatu usaha bersama.

Keuntungan yang diperoleh dibagi antara keduanya dengan

perbandingan nisbah yang disepakati sebelumnya.

Prinsip

al mudharabah selain

digunakan oleh bank untuk

menerima dana-dana juga dipakai dalam membiayai nasabah

(25)

Type Pembiayaan Mudharabah

Dalam rangka pemberian pembiayaan, pada umumnya

bank memilih tipe pembiayaan

Mudharabah

Muqayyadah,

dimana bank sebagai wakil

shahib al

maal

menentukan syarat dan pembatasan kepada

nasabah selaku

mudharib

dalam penggunaan dana

(26)

Karakteristik Pembiayaan Mudharabah

(Fatwa DSN : 07/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan Pembiayaan

1. Pembiayaan untuk suatu usaha yang produktif

2. Shahibul maal (pemilik dana/LKS) membiayai 100% kebutuhan suatu proyek (usaha), sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebagai mudharib atau pengelola usaha.

3. Jangka waktu usaha, tatacara pengembalian dana dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan LKS dengan

pengusaha.

4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah

disepakati bersama dan sesuai dengan syariah; dan LKS tidak ikut serta dalam managemen perusahaan atau proyek tetapi mempunyai hak

untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

(27)

Karakteristik Pembiayaan Mudharabah

(Fatwa DSN : 07/DSN-MUI/IV/2000)

6. LKS (shahibul maal) menanggung semua kerugian akibat dari

mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan mudharabah tidak ada jaminan, namun agar mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan dari mudharib atau pihak ketiga. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad

8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN

9. Biaya operasional dibebankan kepada mudharib

(28)

Karakteristik Pembiayaan Mudharabah

(Fatwa DSN : 07/DSN-MUI/IV/2000)

Rukun dan syarat pembiayaan

1. Shahibul maal dan mudharib harus cakap hukum 2. Pernyataan ijab dan Kabul => dg memperhatikan :

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad)

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrak

c. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan menggunakan cara-cara komunikasi modern

3. Modal ialah sejumlah uang dan/atau asset yang diberikan oleh shahibul maal kepada mudharib untuk tujuan usaha dengan syarat:

a. Harus diketahui junlah dan jenisnya

b. Dapat berbentuk uang atau barang yang dinilai. Jika dalam bentuk asset, harus dinilai pada waktu akad

(29)

Karakteristik Pembiayaan Mudharabah

(Fatwa DSN : 07/DSN-MUI/IV/2000)

Rukun dan syarat pembiayaan (lanjutan)

4. Keuntungan mudharabah adalah jumlah yang didapat

sebagai kelebihan dari modal, dengan syarat yang harus

dipenuhi :

a. Harus diperuntukan bagi kedua pihak dan tidak boleh diisyaratkan untuk satu pihak

b. Bagian keuntungan proporsional bagi setiap pihak harus diketahui dan dinyatakan pada waktu kontrak disepakati dan harus dalam bentuk prosentasi (nisbah) dari keuntungan sesuai kesepakatan. Perubahan nisbah harus berdasarkan kesepakatan

c. Penyedia dana menanggung semua kerugian akibat dari mudharabah, dan pengelola tidak boleh menanggung kerugian apapun kecuali

(30)

Karakteristik Pembiayaan Mudharabah

(Fatwa DSN : 07/DSN-MUI/IV/2000)

Rukun dan syarat pembiayaan (lanjutan)

5. Kegiatan usaha oleh pengelola (mudharib), sebagai

perimbangan modal yang disediakan oleh penyedia

dana, harus memperhatikan :

a. Kegiatan usaha adalah hak ekslusif mudharib, tanpa campur tangan penyedia dana, tetapi ia mempunyai hak untuk

melakukan pengawasan.

b. Penyedia dana tidak boleh mempersempit tindakan pengelola sedemikian rupa yang dapat menghalangi tercapainya tujuan mudharabah, yaitu keuntungan.

(31)

Karakteristik Pembiayaan Mudharabah

(Fatwa DSN : 07/DSN-MUI/IV/2000)

Beberapa ketentuan hukum pembiayaan

1. Mudharabah boleh dibatasi pada periode tertentu.

2. Kontrak tidak boleh dikaitkan (mu’allaq) dengan sebuah kejadian dimasa depan yang belum tentu terjadi.

3. Pada dasarnya, dalam mudharabah tidak ada ganti rugi, karena pada dasarnya akad ini bersifat amanah (yad al-amanah), kecuali akibat dari kesalahan disengaja, kelalaian, atau pelanggaran

kesepakatan.

4. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan diantara kedua belah pihak, maka

(32)

Feature Mudharabah

Shahibul maal Kemitraan usaha Mudharib

70%

100%

30% Laba

Rugi

0%

100% capital management

(33)

Debt

Financing

Pertukaran - Barang dengan Barang

- Barang dengan uang

JUAL-BELI:

tunai

tangguh

barang

uang

(34)

Macam-macam Jual-Beli

• M u r a b a h a h

• S a l a m

(35)

MURABAHAH

Murabahah

adalah salah satu bentuk jual-beli yang bersifat

amanah.

(36)

Murabahah

fiqh.

1.Negoisasi

Penjual

Pembeli

2.Akad Jual Beli

4. Bayar Kewajiban

3a. Kirim Barang

(37)

Murabahah dalam teknis

PERBANKAN

Murabahah adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia

barang dengan nasabah yang memesan untuk membeli

barang. Bank memperoleh keuntungan jual-beli yang

disepakati bersama.

Rukun dan syarat murabahah dalam perbankan adalah sama

dengan syarat dalam fiqh.

(38)

Ketentuan Murabahah

(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba

2) Barang yang diperjual-belikan tidak diharamkan oleh syariah Islam 3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang

telah disepakati kualifikasinya

4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba

(39)

Ketentuan Murabahah

(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus

keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang

diperlukan.

7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati

8) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

(40)

Ketentuan Murabahah

(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan murabahah kepada nasabah

1) Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau asset kepada bank.

2) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.

3) Bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan

nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut

(41)

Ketentuan Murabahah

(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

4) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah

untuk membayar uang muka saat menandatangani

kesepakatan awal pemesanan

5) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut,

biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut

(42)

Ketentuan Murabahah

(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

7)

Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai

alternatif dari uang muka, maka :

a.

Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang

tersebut, ia tinggal membayar sisa harga.

b.

Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi

(43)

Ketentuan Murabahah

(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

Jaminan dalam murabahah

Jaminan dalam murabahah Jaminan dalam

murabahah dibolehkan, agar nasabah serius

dengan pesanannya.

Bank dapat meminta nasabah untuk

(44)

Ketentuan Murabahah

(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

Hutang Dalam Murabahah

Secara prinsip, penyelesaian hutang nasabah dalam murabahah

tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan oleh

nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah

menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau

(45)

Ketentuan Murabahah

(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran

berakhir, ia tidak wajib melunasi seluruh angsurannya.

(46)

Ketentuan Murabahah

(Fatwa DSN : 04/DSN-MUI/IV/2000)

Penundaan pembayaran dalam murabahah

1) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya

2) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrase Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Bangkrut dalam murabahah

Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal

(47)

Ketentuan Diskon Murabahah

(Fatwa DSN No : 16/DSN-MUI/IX/2000)

1. Harga (tsaman) dalam jual beli adalah suatu jumlah yang disepakati oleh kedua belah pihak, baik sama dengan nilai (qimah) benda yang menjadi obyek jual beli, lebih tinggi maupun lebih rendah

2. Harga dalam jual beli murabahah adalah harga beli dan biaya yang diperlukan ditambah keuntungan sesuai dengan kesepakatan

3. Jika dalam jual beli murabahah LKS mendapat diskon dari supplier, harga sebenarnya adalah harga setelah diskon; karena itu, diskon adalah hak nasabah

4. Jika pemberian diskon terjadi setelah akad, pembagian diskon tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian (persetujuan) yang dimuat dalam akad 5. Dalam akad, pembagian diskon setelah akad hendaklah diperjanjikan

(48)

Ketentuan Sanksi (denda)

(Fatwa DSN No. 17/DSN-MUI/IX/2000)

1. Sanksi dikenakan LKS kepada nasabah yang mampu membayar, tetapi menunda-nunda pembayaran dng sengaja

2. Nasabah yang tidak mampu membayar disebabkan force majeur tidak boleh dikenakan sanksi

3. Nasabah mampu yang menunda-nunda pembayaran dan / atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya boleh dikenakan sanksi

4. Sanksi didasarkan pada prinsip ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya

5. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

(49)

Ketentuan potongan pelunasan

(Fatwa DSN No: 23/DSN-MUI/III/2002)

1. Jika nasabah dalam transaksi murabahah

melakukan pelunasan pembayaran tepat waktu

atau lebih cepat dari waktu yang disepakati, LKS

boleh memberikan potongan dari kewajiban

pembayaran tersebut, dengan syarat tidak

diperjanjian dalam akad

(50)

SKEMA MURABAHAH

TEKNIS PERBANKAN (Berdasarkan pesanan)

BANK

NASABAH

PEMASOK

1.negosiasi

2. Akad jual beli

6. Bayar kewajiban

3.Beli

barang tunai

4. Kirim barang

(51)

SALAM

PENGERTIAN

secara etimologi salam adalah salaf (pendahuluan).

Bai’ as Salam adalah akad jual beli suatu barang dimana

(52)

SKEMA SALAM

FIQH

1. Akad Salam

Petani/penjual

(muslam ilaihi)

2. Bayar

Pembeli

(muslim)

Barang pesanan

(muslam fiih)

(53)

SALAM DALAM TEKNIS

PERBANKAN

Salam dalam teknis perbankan syariah berarti pembelian yang

dilakukan oleh bank dengan pembayaran dimuka dari pihak I

(nasabah I) dan dijual lagi kepada pihal lain (nasabah II) dengan

jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama.(Paralel salam)

(54)

Karakteristik salam

(Fatwa DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan tentang pembayaran

(1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang atau manfaat.

(2) Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati (3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang.

Ketentuan tentang barang

(1) Harus jelas cirri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang (2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya

(3) Penyerahan dilakukan kemudian

(4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan.

(5) Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya

(55)

Karakteristik salam

(Fatwa DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan tentang salam parallel

(1)Akad kedua terpisah dari akad pertama, dan

(56)

Karakteristik salam

(Fatwa DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000)

Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya :

(1) Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.

(2) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga.

(3) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut

pengurangan harga (diskon)

(4) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang

(57)

Karakteristik salam

(Fatwa DSN No.05/DSN-MUI/IV/2000)

Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya

:

(lanjutan)

(5) Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu

penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan :

(a) Membatalkan kontrak dan meninta kembali uangnya (b) Menunggu sampai barang tersedia

Pembatalan kontrak

(58)

Perbedaan Salam dengan Ijon

Dalam Ijon barang dibeli tidak menurut ukuran dan

timbangannya yang asli, sementara salam mengukur barang

pada ukuran dan timbangannya

Contoh Ijon : Pembeli membeli beras yang saat itu masih

belum dipanen sebanyak satu hektar dan dihantar pada saat

panen. Terdapat spekulasi disini yang akan merugikan salah

satu pihak

(59)

Skema salam paralel

teknis perbankan

Nasabah I

Muslam ilaih

BARANG PESANAN muslam fiih

muslam ilaih

dan muslim

BANK

NASABAH II

Muslim

1b. negosiasi & Akad Salam

1a. negosiasi & akad 2a. Bayar

2b. Bayar

3a. Kirim barang & dokumen 3b. Kirim

(60)

Skema salam wal bai’ al mutlaqah

(teknis perbankan)

Nasabah I

Muslam ilaih

BARANG PESANAN muslam fiih

muslam ilaih

dan muslim

BANK

NASABAH II

Muslim

1a. negosiasi &

1b. negosiasi & akad 3c. Bayar

2. Bayar

3a. Kirim barang & dokumen 3b. Kirim

(61)

Skema salam wal murabahah

teknis perbankan (beli salam, jual murabahah)

Nasabah I

Muslam ilaih

BARANG PESANAN muslam fiih

muslam ilaih

dan muslim

BANK

NASABAH II

Muslim

1a. negosiasi & Akad Salam

1b. negosiasi & akad 4. Bayar

2. Bayar

3a. Kirim barang & dokumen 3b. Kirim

(62)

ISTISHNA’

MAKNA

Istishna’

secara etimologi berarti

minta dibuatkan.

Secara muamalah, istishna’ berarti suatu perjanjian jual-beli antara

mustashni’

(pemesan/pembeli) dan

shani’

(produsen/penjual)

dimana barang

(mashnu’)

yang akan diperjual-belikan harus dipesan

terlebih dulu dengan kreteria yang jelas.

(63)

SKEMA ISTISHNA’

Fiqh

MASHNU’

Barang pesanan 4.Memproduks

i barang

PRODUSEN

Shani’

PEMESAN

Mustashni’

2. Akad Istishna’ 1. Pesan barang

5. Kirim mashnu’

(64)

ISTISHNA’ DALAM TEKNIS

PERBANKAN

Secara teknis perbankan syariah

istishna’

termasuk bagian

dari jual beli dan mirip dengan salam (jual-beli pesanan).

Aqad istishna’ diperlukan karena kebutuhan masyarakat pada

umumnya memesan barang dengan persyarakat kreteria atau

spesifikasi tertentu.

(65)

Karakteristik Istishna

(Fatwa DSN No. 06/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan tentang pembayaran

(1) Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya,

baik berupa uang, barang, atau manfaat

(2) Pembayaran dilakukan sesuai dengan kesepakatan

(3) Pembayaran tidak boleh dalam bentuk

(66)

Ketentuan tentang barang

(1) Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang (2) Harus dapat dijelaskan spesifikasinya

(3) Penyerahnnya dilakukan kemudian

(4) Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan

(5) Pembeli (mustashni’) tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.

(6) Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan

(7) Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan

kesepakatan, pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad

Karakteristik Istishna

(67)

Ketentuan lain :

(1) Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan

kesepakatan, hukumnya mengikat.

(2) Semua ketentuan dalam jual beli salam yang tidak

disebutkan diatas berlaku pula pada jual beli isthisna’

Karakteristik Istishna

(68)

Perbedaan Salam dan Istishna

Salam

Barang terukur dan

tertimbang. Hutang pada

Al Muslam Ilaih

Pembayaran harus

dilakukan dimuka

Istishna

Barang harus diukur dan

ditimbang, modelnya

dipesan

Pembayaran bisa

(69)

Skema ISTISHNA’ paralel

Teknis Perbankan

BANK Shani’/

mustashni’

Nasabah

Pemesan

mustashni’

1a. Pesan barang

1b. Minta dibuatkan barang

2a. Akad Istiahna’ I

(70)

Skema ISTISHNA’ wal Murabahah

BANK Ba’i/

mustashni’

Nasabah

Pemesan

Musytari

1a. Pesan barang

1b. Minta dibuatkan barang 2a. Akad 2b. Akad Istishna’ 4. Membuat barang 5b. Kirim dokumen 5a. Kirim MASHNU’ SHANI’

(71)

Skema ISTISHNA’ wal Ijarah

BANK Mu’ajjir/

mustashni’

Nasabah

Pemesan

Musta’jir

1a. Pesan barang untuk disewa

1b. Minta dibuatkan barang 2a. Akad 2b. Akad Istishna’ II 4. Membuat barang 5b. Kirim dokumen 5a. Kirim MASHNU’ (barang) SHANI’ Pemasok

6. Bayar sewa

(72)

IJARAH

(73)

Karakteristik Ijarah

(Fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000)

Rukun dan syarat ijarah

(1)Pernyataan ijab dan qabul

(2)Pihak-pihak yang berakad (berkontrak); terdiri

atas pemberi sewa (lessor, pemilik asset, LKS)

dan penyewa (lessee, pihak yang mengambil

manfaat dari pengguna asset, nasabah).

(74)

Karakteristik Ijarah

(Fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000)

Rukun dan syarat ijarah

(4)

Manfaat dari penggunaan asset dalam ijarah adalah

obyek kontrak yang harus dijamin, karena ia rukun

yang harus dipenuhi sebagai ganti dari sewa dan

bukan asset itu sendiri

(5)

Sighat ijarah adalah berupa pernyataan dari kedua

belah pihak yang berkontrak, baik secara verbal

atau dalam bentuk lain yang equivalent, dengan

cara penawaran dari pemilik asset (LKS) dan

(75)

Karakteristik Ijarah

(Fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan Obyek Ijarah

(1) Obyek ijarah adalah manfaat dari penggunaan barang

dan/atau jasa

(2) Manfaat barang harus bisa dinilai dan dapat

dilaksanakan dalam kontrak

(3) Pemenuhan manfaat harus yang bersifat dibolehkan

(4) Kesanggupan memenuhi manfaat harus nyata dan

sesuai dengan syariah

(76)

Karakteristik Ijarah

(Fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000)

Ketentuan Obyek Ijarah

(6)

Spesifikasi manfaat harus dinyatakan dengan jelas,

termasuk jangka waktunya. Bisa juga dikenali dengan

spesifikasi atau identifikasi fisik

(7)

Sewa adalah sesuatu yang dijanjikan dan dibayar nasabah

kepada LKS sebagai pembayaran manfaat. Sesuatu yang

dapat dijadikan harga dalam jual beli dapat pula dijadikan

sewa dalam ijarah

(8)

Pembayaran sewa boleh berbentuk jasa (manfaat lain)

dari jenis yang sama dengan obyek kontrak

(9)

Kelenturan (flexibility) dalam menentukan sewa dapat

(77)

Karakteristik Ijarah

(Fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000)

Kewajiban LKS dan Nasabah dalam

Pembiayaan Ijarah

(1)Kewajiban LKS sebagai pemberi sewa

(a)Menyediakan aset yang disewakan

(b)Menanggung biaya pemeliharaan aset

(78)

Karakteristik Ijarah

(Fatwa DSN : 09/DSN-MUI/IV/2000)

Kewajiban LKS dan Nasabah dalam

Pembiayaan Ijarah

(2)

Kewajiban nasabah sebagai penyewa :

(a) Membayar sewa dan bertanggung jawab untuk menjaga

keutuhan aset yang disewa serta menggunakannya sesuai kontrak

(b) Menanggung biaya pemeliharaan aset yang sifatnya ringan

(tidak materiil)

(c) Jika aset yang disewa rusak, bukan karena pelanggaran dari

(79)

IJARAH MUNTAHIA

BI TAMLIK

Ijarah muntahia bittamlik,

disebut juga

ijarah wa iqtina

adalah perpaduan antara kontrak jual-beli dan sewa,

atau dengan kata lain akad sewa yang diakhiri

(80)

Ketentuan IMB

(Fatwa DSN No : 27/DSN-MUI/III/2002)

Ketentuan Umum

Akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik boleh dilakukan dengan ketentuan sbb:

1. Semua rukun dan syarat yang berlaku dalam akad Ijarah (Fatwa DSN nomor: 09/DSN-MUI/IV/2000) berlaku pula dalam akad al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik.

(81)

Ketentuan IMB

(Fatwa DSN No : 27/DSN-MUI/III/2002)

Ketentuan tentang al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik

1. Pihak yang melakukan al-Ijarah al-Muntahiyah bi al-Tamlik

harus melaksanakan akad Ijarah terlebih dahulu. Akad pemindahan kepemilikan, baik dengan jual beli atau pemberian, hanya dapat dilakukan setelah masa Ijarah selesai

2. Janji pemindahan kepemilikan yang disepakati di awal akad

Ijarah adalah wa’d yang hukumnya tidak mengikat. Apabila janjian itu ingin dilaksanakan, maka harus ada akad

(82)

Ijarah (Islamic lease)

Seller

Islamic

bank

Lease

First

Following

Leases

Purchase of

equipment

(83)

Ijarah wa iqtina

(Islamic

Lease Purchase)

SELLER

LEASEE

ISLAMIC BANK

buyer

Leasor

1

2

Delivery of

object Lease of

object 3 4

Ownership of bject

TEKNIS

(84)

Terima Kasih

Assalamualaikum wa

Rahmatullah

Referensi

Dokumen terkait

Besarnya FF suatu kegiatan adalah sama dengan sejumlah waktu dimana penyelesaian kegiatan tersebut dapat ditunda tanpa mempengaruhi waktu mulai paling awal dari kegiatan

Penangkapan dan penahanan terhadap anak pelaku kejahatan atau anak nakal diatur dalam Pasal 43, 44, 45 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak

Dengan adanya hasil penelitian terdahulu bisa dimengerti yaitu terdapat adanya hasil belajar siswa model pembelajaran snowball throwing dimana snowball throwing ini

Forensik digital muncul dari banyaknya kriminal yang terjadi pada penggunaan sistem komputer sebagai objek atau sebagai alat yang digunakan untuk sebuah kejahatan

oxysporum secara konsisten menyebabkan layu yang parah pada tanaman semangka tetapi tidak menimbulkan gejala penyakit pada tanaman melon, mentimun, dan paria.. semitectum,

Hal tersebut di duga karena adanya infeksi mikoriza dan jamur patogen pada akar sehingga pada tanaman yang diberi penambahan dosis mikoriza mempunyai berat kering

4 Social Mention es una herramienta que permite conocer qué se comenta en relación a un tema, marca o persona en Internet. En este caso, se buscaron los perfiles más influyentes en

Abstrak— Penelitian ini bertujuan untuk: (1)menganalisis kebutuhan guru dijenjang SDN di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya; dan (2)merancang pemetaan kebutuhan