AKAD-AKAD DAN OPERASIONAL
BANK SYARIAH
Mudharib Hasil Usaha
Sewa
Bagi hasil/laba
Lainnya(Model dsb) Prinsip Jual Beli Prinsip Ujroh Prinsip bgi hasil Wadiah wad dhamanah
Jasa keuangan: Wakalah, kafalah, sharf
P (Dana Syirkah Temporer)
Pendapatan Mdh Mutlaqah (investasi tidak terikat)
Pendapatan Berbasis imbalan
(fee base income)
Agen : Mdh Muqayyadah / investasi terikat Margin
TABEL
Laporan Laba Rugi
Penghimpunan dana Penyaluran dana pendapatan
Penyaluran Dana
Prinsip Jual Beli Murabahah
Istishna, Istishna Paralel Salam, Salam Paralel
Prinsip Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan Musyarakah
Prinsip Jual Beli
No Transaksi Syarat penyerahan brg Syarat pembayaran
1 Murabahah Saat akad barang harus sudah ada (diserahkan pada saat akad)
Tunai
Tangguh, cicilan
2 Salam Kemudian Seluruhnya saat akad ditanda tangani
3 Istishna Kemudian Di muka
Selama dalam progres
pembuatan barang
Setelah penyerahan
Murabahah
Adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan
Jenis Murabahah
MUR
ABAH AH
CARA PEMBAYARAN
TUNAI TANGGUH JENIS
TANPA PESANAN
BERDASARKAN PESANAN
MENGIKAT
Alur Murabahah tanpa pesanan
PROSES PENGADAAN BARANG
(dilakukan sebelum proses jual beli Murabahah dilakukan)
LKS Ridho Gusti Sebagai Penjual LKS Ridho Gusti Sebagai Pembeli
PROSES JUAL BELI MURABAHAH
(1) Negosiasi dan persyaratan
(2) Akad Murabahah
(4) Pembayaran kewajiban
(3) Penyerahan barang
Membeli kas/tangguh (murabahah) Membuat sendiri/pesan (istishna)
Membuat sendiri/pesan (salam)
Barang mudaharabah / musyarakah
Barang yang dibeli sebelum dijual dicatat dalam persediaan (akt istishna dlam penyelesaian/
persediaan dalam proses)
PT Amanah PEMASOK
LKS
Ridho Gusti H. Abdullah
Murabahah berdasarkan pesanan
PROSES PENGADAAN BARANG
(dilakukan sebelum proses jual beli Murabahah dilakukan)
LKS Ridho Gusti Sebagai Penjual
LKS Ridho Gusti Sebagai Pembeli
PROSES JUAL BELI MURABAHAH
(1) Negosiasi dan persyaratan
(4) Akad Murabahah
(6) Pembayaran kewajiban
(5) Penyerahan barang / pengiriman barang
1. Akad murabahah bebas riba
2. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan
3. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
4. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba
5. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian
Ketentuan Umum Murabahah
(Fatwa DSN :
6. Bank menjual barang kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli ditambah keuntungannya. Bank
memberitahukan harga pokok barang berikut keuntungannya
7. Nasabah membayar harga barang yang disepakati pada jangka waktu tertentu
8. Untuk mencegah penyalahgunaan atau kerusakan akad maka bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.
9. Jika bank mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank
1) Uang Muka dikenal dengan sebutan ‘URBUN
2) Bank boleh meminta nasabah utuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan barang
3) Besarnya uang muka ditentukan berdasarkan kesepakatan
4) Uang muka harus dibayarkan oleh nasabah kepada bank, bukan kepada pemasok
5) Apabila terdapat uang muka dalam transaksi murabahah berdasarkan pesanan, maka keuntungan murabahah
didasarkan pada porsi harga barang yang dibiayai oleh bank
Uang Muka Murabahah
6) Urbun menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila murabahah jadi dilaksanakan (tidak
diperkenankan sbg pembayaran angsuran)
7) Tetapi apabila murabahah batal, urbun dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan kerugian sesuai dengan kesepakatan, a. l. :
Potongan urbun bank oleh pemasok; Biaya administrasi;
Biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadaan
lainnya
8) Jika nilai Urbun lebih kecil daripada kerugian bank maka bank dapat meminta pembayaran untuk menutupi sisa kerugiannya kepada nasabah
Uang Muka Murabahah
Diskon disini maksudnya adalah potongan harga
dari pemasok (suplier)
Pada dasarnya diskon adalah hak nasabah
Diskon sebelum akad : mengurangi harga jual
Diskon setelah akad
Pembagian diskon untuk Bank dan Nasabah sesuai
perjanjian
Diskon Murabahah
Nasabah yang tidak mampu disebabkan force majeur
tidak boleh dikenakan sanksi
Nasabah mampu tapi tidak mempunyai kemauan dan
itikad baik => boleh dikenakan sanksi
Tujuan sanksi => agar nasabah lebih disiplin dalam
melaksanakan kewajibannya
Besarnya denda ditentukan atas dasar kesepakatan
dan dibuat saat akad
Denda diperuntukkan sbg dana sosial, tidak boleh
diakui sbg pendapatan operasional Bank
1. Hanya boleh dikenakan atas pihak yang dengan sengaja atau karena kelalaian melakukan sesuatu yang menyimpang dari ketentuan akad dan menimbulkan kerugian pihak lain
2. Kerugian yang dapat dikenakan Ta’widh => kerugian riil yang dapat diperhitungkan dengan jelas
3. Kerugian riil => biaya-biaya riil yang dikeluarkan oleh Bank dalam rangka penagihan hak yang seharusnya dibayarkan
4. Besar => sesuai dengan nilai kerugian riil (real/loss) yang pasti dialami (fixed cost) dalam transaksi tersebut dan bukan
kerugian yang diperkirankan akan terjadi (potential loss) karena adanya peluang yang hilang (opportunity loss) 5. Hanya boleh dikenakan pada transaksi (akad) yang
menimbulkan utang piutang (dain), yang pembayarannya dilakukan tidak secara tunai
6. Dalam akad mudharabah dan Musyarakah => hanya boleh dikenakan oleh shahibul maal atau salah satu pihak dalam musyarakah apabila bagian keuntungannya sudah jelas tetapi tidak dibayarkan
1. Ganti rugi yang diterima => dapat diakui sebagai pendapatan Bank
2. Jumlah ganti rugi besarnya harus tetap sesuai dengan kerugian riil dan tata cara pembayarannya tergantung kesepakatan para pihak
3. Besarnya ganti rugi ini tidak boleh dicantumkan dalam akad 4. Pihak yang cedera janji bertanggung jawab atas biaya
perkara dan biaya lainnya yang timbul akibat proses penyelesaian perkara
Jika nasabah melakukan pelunasan
pembayaran tepat waktu atau lebih cepat
dari waktu yang disepakati, Bank boleh
memberikan potongan dari kewajiban
pembayaran
Syarat : tidak diperjanjikan dalam akad
Besarnya potongan => diserahkan pada
kebijakan dan pertimbangan Bank
Potongan Pelunasan
Bank boleh memberikan potongan dari total kewajiban
pembayaran kepada nasabah dalam transaksi
murabahah yang telah melakukan kewajiban
pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan/atau
nasabah yang mengalami penurunan kemampuan
pembayaran
Besar potongan sebagaimana dimaksud diatas
diserahkan pada kebijakan Bank
Pemberian potongan tidak boleh diperjanjikan dalam
akad
Line facility boleh digunakan berdasarkan wa’d dan dapat
digunakan untuk pembiayaan-2 tertentu
Akad yang digunakan dalam pembiayaan dapat berbentuk
akad murabahah, Istishna, Mudharabah, Musyarakah, dan ijarah
Bank hanya boleh mengambil margin, bagi hasil dan/atau fee
atas akad-akad yang direalisasikan dari line facility
Penetapan margin, nisbah bagi hasil dan/atau fee (upah) =>
harus mengacu kepada ketentuan-ketentuan masing-masing akad dan ditetapkan pada saat akad dibuat
Line facility (At-Tashilat)
Pembiayaan Komersial :
Investasi Alat-alat produksi : Pembelian mesin,
kendaraan pengangkut, gedung, gudang, dsb.
Perbaikan alat-alat produksi
Pembiayaan Konsumer :
Pembelian barang-barang kebutuhan Rumah Tangga :
Mobil, sepeda motor, furniture, atau Alat-alat elektronik
Pembelian atau Renovasi Rumah
Harga beli = Harga Perolehan + Biaya-biaya
Biaya-biaya mencakup seluruh biaya yang dikeluarkan
sehubungan dengan proses perolehan barang, mis. : Pajak, biaya notaris, dsb.
Harga Jual = Harga Beli + Keuntungan Bank
Keuntungan Bank dihitung dari :
Ekspektasi jumlah yang akan dibagihasilkan Bank kepada
Nasabahnya (Deposan)
Ditambah biaya-biaya operasional Bank Ditambah ekspektasi keuntungan Bank
Salam adalah
…
Akad jual beli muslam fiih (barang
pesanan) dengan penangguhan
pengiriman oleh muslam ilaihi
Salam sebagai pembuat Salam LKS sebagai pembeli
(1b.) pesan barang (akad 2)
(2b.) penyerahan modal
(3b) Penyerahan barang pesanan
(1a.) pesan barang (akad 1)
(3a.) Penyerahan barang pesanan
Salam Paralel – LKS sebagai pembeli dan sebagai pembuat (dengan akad terpisah)
(2a.) penerimaan modal
(dimuka seluruhnya saat akad)
Ketentuan tentang pembayaran
Alat bayar harus diketahui jumlah dan bentuknya, baik berupa uang, barang, ataupun manfaat.
Pembayaran harus dilakukan pada saat kontrak disepakati.
Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan hutang. Ketentuan tentang barang
Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang.
Harus dapat dijelaskan spesifikasinya. Penyerahan dilakukan kemudian.
Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama.
Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
Tidak boleh menukar barang, kecuali dengan barang sejenis sesuai kesepakatan
Karakteristik Salam
Ketentuan tentang Salam paralel
Dibolehkan melakukan salam paralel dengan syarat, akad kedua
terpisah dari dan tidak berkaitan dari akad pertama.
Penyerahan barang sebelum atau pada waktunya:
1) Penjual harus menyerahkan barang tepat pada waktunya dengan kualitas dan jumlah yang telah disepakati.
2) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas yang lebih tinggi, penjual tidak boleh meminta tambahan harga.
3) Jika penjual menyerahkan barang dengan kualitas lebih rendah, dan pembeli rela menerimanya, maka ia tidak boleh menuntut pengurangan harga (diskon)
Karakteristik Salam
Penyerahan …. lanjutan
4) Penjual dapat menyerahkan barang lebih cepat dari waktu yang disepakati dengan syarat => kualitas dan jumlah barang sesuai
dengan kesepakatan, dan ia tidak boleh menuntut tambahan harga. 5) Jika semua atau sebagian barang tidak tersedia pada waktu
penyerahan, atau kualitasnya lebih rendah dan pembeli tidak rela menerimanya, maka ia memiliki dua pilihan:
a) Membatalkan kontrak dan meminta kembali uangnya b) Menunggu sampai barang tersedia.
Pembatal kontrak
Pembatalan Salam boleh dilakukan, selama tidak merugikan kedua belah pihak
Karakteristik Salam
Jual beli barang dalam bentuk
pemesanan pembuatan barang
dengan kriteria dan persyaratan
tertentu yang disepakati dengan
pembayaran sesuai dengan
kesepakatan.
Istishna sebagai pembuat Istishna LKS sebagai pembeli
(1b.) pesan barang (akad 2)
(2b.) penyerahan modal
(3b) Penyerahan barang pesanan
(1a.) pesan barang (akad 1)
(3a.) Penyerahan barang pesanan
Istishna Paralel – LKS sebagai pembeli dan sebagai pembuat (dengan akad terpisah)
(2a.) penerimaan modal
Alat bayar harus diketahui jumlah dan
bentuknya, baik berupa uang, barang, atau
manfaat.
Pembayaran dilakukan sesuai dengan
kesepakatan
Pembayaran tidak boleh dalam bentuk
pembebasan hutang.
Pembayaran Istishna
1. Pembayaran dimuka (seluruh harga barang)
pembayaran dilakukan secara keseluruhan pada saat akad
sebelum aktiva istishna diserahkan kepada pembeli
2. Pembayaran saat penyerahan barang (dalam
progres penyelesaian barang)
pembayaran dilakukan pada saat barang diterima oleh
pembeli. Dimungkinkan adanya pembayaran termin sesuai dengan progres pembuatan aktiva Istishna
3. Pembayaran ditangguhkan (stelah penyerahan
barang)
pembayaran dilakukan setelah aktiva istishna diserahkan
kepada pembeli
Mekanisme
Penerimaan pembayaran harga barang (dimuka )
Pembayaran harga barang istishna (dimuka)
pemesanan barang Istishna
Penyerahan barang pesanan
PEMBELI BANK Sub-Kont
pemesanan barang Istishna
Penyerahan barang pesanan
BANK SEBAGAI PENJUAL BANK SEBAGAI PEMBELI
Alur Istishna
pemesanan barang Istishna Pembayaran ke sub-kont
Penyerahan barang pesanan
PEMBELI BANK Sub-Kont
pemesanan barang Istishna
Penyerahan barang pesanan
BANK SEBAGAI PENJUAL BANK SEBAGAI PEMBELI
Pembayaran barang => Tunai atau cicilan / tangguh
Alur Istishna
4. Pembayaran termin ke sub-kont
PEMBELI BANK Sub-Kont
3. Penerimaan pembayaran termin dari pembeli
2. Pengiriman Tagihan termin
BANK SEBAGAI PENJUAL BANK SEBAGAI PEMBELI
Pesan Barang Pesan Barang
6. Penyerahan barang
1. Penerimaan tagihan termin
5. Penerimaan barang
Alur Istishna
Ketentuan tentang barang
Harus jelas ciri-cirinya dan dapat diakui sebagai hutang. Harus dapat dijelaskan spesifikasinya.
Waktu dan tempat penyerahan barang harus ditetapkan sesuai
kesepakatan
Pembeli tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya
Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang sejenis sesuai
kesepakatan
Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan,
pemesan memiliki hak khiyar (hak memilih) untuk melanjutkan atau membatalkan akad
Dalam hal pesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
hukumnya mengikat