• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA Pada Balita di Kelurahan SUKARAYA Kecamatan BATURAJA Timur Kabupaten Ogan Komering ULU Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut atau ISPA Pada Balita di Kelurahan SUKARAYA Kecamatan BATURAJA Timur Kabupaten Ogan Komering ULU Tahun 2013"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 1

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI KELURAHAN SUKARAYA KECAMATAN

BATURAJA TIMUR KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TAHUN 2013. SUPARNO, APP, M.Kes*

*(Dosen Poltekkes Palembang Prodi DIII Keperawatan Baturaja)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Development Goals/MDGs, 2000) pada tahun

2015 diharapkan Angka Kematian Ibu (AKI) menurun sebesar tiga-perempatnya dalam kurun waktu

1990-2015 dan Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga

dalam kurun waktu 1990-2015. Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan

AKI menjadi 102/100.000 KH, AKB dari 68 menjadi 23/1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 97 menjadi

32/1.000 KH pada tahun 2015 (Kirana, dkk, 2009).

The World Health Organization (WHO) memperkirakan insidens Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup

adalah 15%-20% pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ± 13 juta anak balita di dunia

meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara berkembang, dimana

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan

membunuh ± 4 juta anak balita setiap tahun (Asrun, 2006).

Sebagai upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan, pemerintah telah menyusun berbagai

program pembangunan dalam bidang kesehatan. Salah satu dari program tersebut adalah

pemberantasan dan pencegahan penyakit menular yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,

kematian dan kecacatan akibat penyakit menular. Penyakit menular yang sampai saat ini masih

menjadi program pemerintah diantaranya adalah program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (P2 ISPA)

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2007), penyebab kematian balita (1-5 tahun)

adalah diare (25,2%), pneumonia (15,5%), Necrotizing Enterocolitis E.Coli/NEC (10,7%),

meningitis/ensefalitis (8,8%), DBD (6,8%), campak (5,8%), tenggelam (4,9%) dan lain-lain (9,7%)

(Kirana, dkk, 2009).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah radang akut saluran pernafasan atas maupun

bawah yang disebabkan infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun rikitsia tanpa atau disertai

radang parenkim paru (Vietha, 2009).

Di Indonesia Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan yang

(2)

2 kematian yang terjadi. Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode Infeksi Saluran Pernapasan

Akut (ISPA) setiap tahunnya. 40 %-60 % dari kunjungan di Puskesmas adalah oleh penyakit Infeksi

Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Dari seluruh kematian yang disebabkan oleh Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) mencakup 20 %-30 %. Kematian yang terbesar umumnya adalah karena

pneumonia dan pada bayi berumur kurang dari 2 bulan (Moez, 2009).

Cakupan penemuan kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di Sumatera Selatan tertinggi

tahun 2007 yaitu 51 % dari target dan terendah tahun 2009 yaitu 43,00% dari target (Sumber Data

Subdin P2P Sumsel, 2009).

Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten OKU jumlah balita pada tahun 2012 yang

menderita Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebanyak 14672 balita (60,56%). Berdasarkan data

dari Puskesmas Sukaraya di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan

Komering Ulu Periode Januari-Desember 2012 jumlah kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) 1300 balita (75,20%) dan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di

Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering periode Januari – Maret

2013 sebanyak 306 balita ( 9,97%) dari 1021 balita.

II. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk Diketahuinya Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten

Ogan Komering Ulu Tahun 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di

Kelurahan Sukaraya Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013.

b. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Pengetahuan dan Sikap Ibu di Kelurahan Sukaraya

Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013.

c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan kejadian Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013.

III. Metode Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian Survei Analitik dengan pendekatan crossectional

(3)

3 sikap ibu) yang dikumpul dalam waktu bersamaan kemudian ditentukan hubungan antara kedua

variabel tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu - ibu yang memiliki balita yang

tercatat di Kelurahan Sukaraya Wilayah Kerja Puskesmas Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013 Periode Januari-Maret tahun 2013 sebanyak 1021 Balita.

Tehnik pengambilan sampel dengan random sampling dimana besaran sampel ditentukan dengan

menggunakan rumus Iwan Ariawan, dengan jumlah sampel adalah 88 orang balita. Tehnik

pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan wawancara menggunakan kuesioner.

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis univariat dimana variable independen (pengetahuan

dan sikap ibu) dan variabel dependen (kejadian ISPA pada Balita) di analisis menggunakan tabel

distribusi frekuensi dan analisis bivariat untuk menemukan hubungan dari variabel yang diteliti. Analisa

dilakukan melalui uji statistik dengan Chi Square dengan derajat kepercayaan 95% . Hasil analisis

didapatkan nilai p value < 0,05 , mka hasil penelitian menunjukkan hubungan yang bermakna dan jika

hasil analisis didapatkan nilai p value > 0,05, maka dikatakan tidak bermakna.

IV. Hasil Penelitian:

Dari hasil penelitian didapatkan hasil penelitian adalah sebagai berikut A. Analisa Univariat

1. Variabel Kejadian ISPA

Tabel 1.

Distribusi Frekuensi Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013

No Kejadian ISPA Frekuensi Presentase (%)

1. Ya 63 71,6

2. Tidak 25 28,4

Jumlah 88 100

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diketahui bahwa responden yang

mengalami kejadian ISPA sebanyak 63 responden (71,6%), dan responden yang tidak

mengalami kejadian ISPA sebanyak 25 responden (28,4%).

2. Variabel Pengetahuan Ibu

Tabel 2.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu

(4)

4

No Pengetahuan Ibu Frekuensi Presentase (%)

1. Baik 20 22,7

2. Tidak Baik 68 77,3

Jumlah 88 100

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas didapatkan bahwa responden yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 20 responden (22,7%), dan responden yang memiliki pengetahuan tidak

baik sebanyak 68 responden (77,3%).

3. Variabel Sikap Ibu

Tabel 3.

Distribusi Frekuensi Sikap Ibu di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu

Tahun 2013

No Sikap Frekuensi Presentase (%)

1. Positif 37 42,0

2. Negatif 51 58,0

Jumlah 88 100

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas dapat diketahui bahwa responden yang memiliki

sikap positif sebanyak 37 responden (58,0%), dan responden yang memiliki sikap negatif sebanyak 51

responden (58,0%).

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Balita Tabel 4.

Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu

Dari tabel 4. dapat diketahui bahwa, dari 20 responden, yang memiliki pengetahuan baik lebih

sedikit yang mengalami kejadian ISPA, yaitu 9 responden (45,0%) dibandingkan dengan yang tidak

mengalami ISPA yaitu 11 responden (55,0%). Sedangkan dari 68 responden yang memiliki

pengetahuan tidak baik, lebih banyak yang mengalami kejadian ISPA, yaitu 54 responden (79,4%),

(5)

5 Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa  value 0,007 yang artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut

(ISPA) pada balita di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu

Tahun 2013.

2. Hubungan Sikap Ibu dengan Kejadian ISPA pada Balita Tabel 5.

Hubungan Sikap Ibu dengan Kejadian ISPA pada balita di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur

Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun 2013

Sikap

Kejadian ISPA

Jumlah

value

Ya Tidak

N % N % N %

Positif 20 54,1 17 45,9 37 100

0,004

Negatif 43 84,3 8 15,7 51 100

Jumlah 63 71,6 25 28,4 88 100

Dari tabel 5. dapat diketahui bahwa, dari 37 responden, yang memiliki sikap positif lebih sedikit

yang mengalami kejadian ISPA yaitu 20 responden (54,1%) dibandingkan dengan yang tidak

mengalami kejadian ISPA yaitu 17 responden (45,9%). Sedangkan dari 51 responden yang memiliki

sikap negatif yang mengalami kejadian ISPA lebih banyak yaitu 43 responden (84,3%), dibandingkan

dengan responden yang tidak mengalami kejadian ISPA yaitu 8 responden (15,7%).

Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa  value 0,004 yang artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

pada balita di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2013.

V. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian ISPA pada Balita

Pada penelitian ini dari 20 responden, yang memiliki pengetahuan baik lebih sedikit yang

mengalami kejadian ISPA, yaitu 9 responden (45,0%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami

ISPA yaitu 11 responden (55,0%). Sedangkan dari 68 responden yang memiliki pengetahuan tidak

baik, lebih banyak yang mengalami kejadian ISPA, yaitu 54 responden (79,4%), dibandingkan dengan

(6)

6 Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa value 0,007 yang artinya terdapat hubungan

yang bermakna antara pengetahuan ibu dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

pada balita di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2013.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sulistyoningsih dan Rustandi (2010), yang

dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas DTP Jamanis Kabupaten Tasikmalaya terhadap 76 orang balita

usia 12-60 bulan, Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pengetahuan ibu dengan

kejadian ISPA (p value = 0,000).

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa, responden yang memiliki pengetahuan baik lebih

sedikit yang mengalami kejadian ISPA dibandingkan dengan yang tidak mengalami ISPA. Hal ini

dikarenakan semakin tinggi pengetahuan yang dimiliki responden semakin tinggi pula kesadaran

responden untuk memperhatikan derajat kesehatan dalam hal ini mencegah dan menanggulangi

penyakit ISPA pada balitanya. Seperti teori yang dikemukakan oleh Brinch (1991) dalam Notoatmodjo

(2003), bahwa peningkatan pengetahuan mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan

perilaku. Pengetahuan dapat diperoleh dari tingkat pendidikan karena semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin realitas cara berfikir seperti semakin luas ruang lingkup jangkauan barfikirnya.

Pengetahuan (knowledge)merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah malakukan penginderaan

terhadap suatu objek tertentu. Dalam hal ini pengetahuan tentang penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Atas (ISPA) pada balita. Pengetahuan atau kognitis merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (over bihavior). Responden yang memiliki pengetahuan tinggi tahu

bagaimana cara mencegah terjadinya suatu penyakit khususnya penyakit ISPA bahkan tindakan apa

yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit ini jika terkena pada balitanya. Dengan pengetahuan

yang tinggi diharapkan akan mempermudahkan masyarakat khususnya ibu-ibu yang memiliki balita

lebih mudah menerima informasi yang diberikan petugas kesehatan dalam rangka meningkatkan

kesehatan balitanya.

2. Hubungan Sikap Ibu dengan Kejadian ISPA pada Balita

Pada penelitian ini dari 37 responden, yang memiliki sikap positif lebih sedikit yang mengalami

kejadian ISPA yaitu 20 responden (54,1%) dibandingkan dengan yang tidak mengalami kejadian ISPA

yaitu 17 responden (45,9%). Sedangkan dari 51 responden yang memiliki sikap negatif yang

mengalami kejadian ISPA lebih banyak yaitu 43 responden (84,3%), dibandingkan dengan responden

(7)

7 Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan bahwa  value 0,004 yang artinya terdapat

hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

pada balita di Kelurahan Sukaraya Kecamatan Baturaja Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Tahun

2013.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa, responden yang memiliki sikap positif lebih

sedikit yang mengalami kejadian ISPA dibandingkan dengan yang tidak mengalami kejadian ISPA. Hal

ini dikarenakan sikap/tindakan belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah,

merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan

merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka, yang salah satunya upaya

mengatasi/mencegah terjadinya penyakit ISPA. Dimana kita ketahui bahwa, sikap merupakan reaksi

atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek manifestasi.

Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari

perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional

terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu

merupakan kesiapan atau kesediaan bertindak atau bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sulistyoningsih dan Rustandi (2010), yang

dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas DTP Jamanis Kabupaten Tasikmalaya terhadap 76 orang balita

usia 12 – 60 bulan, dari analisis statistik terhadap variabel penelitian,menunjukan terdapat hubungan

antara terdapat hubungan sikap ibu dengan kejadian ISPA (p value = 0,000). Berdasarkan hasil

penelitian tersebut, sangat diperlukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu dan sikap ibu

tentang ISPA melalui kegiatan penyuluhan dengan melibatkan kader sebagai penyampai informasi

mencegah timbulnya ISPA.

VI. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : (1) Ada hubungan pengetahuan ibu dengan kejadian

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita dengan nilai  value 0,001, (2) Ada hubungan

sikap ibu dengan kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita dengan nilai  value

0,004. Saran yang dapat diajukan dari penelitian ini adalah bagi petugas pada Puskesmas Sukaraya

untuk lebih meningkatkan lagi upaya peningkatan pendidikan kesehatan melalui kegiatan

penyuluhan kepada masyarakat secara umum dan khususnya bagi ibu-ibu yang memiliki balita tentang

penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang meliputi pengertian, tanda dan gejala serta cara

(8)

8 menemukan kasus ISPA. Upaya meningkatkan status gizi balita di wilayah kerja Puskesmas Sukaraya

dengan secara rutin mengajak seluruh ibu dan balita berkunjung ke posyandu setiap bulannya sebagai

upaya pemantauan kesehatan balita .

Daftar Pustaka

A. Aziz Alimul Hidayat, 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Jakarta : Salemba Medika.

Depkes 2007. Eiologi ISPA dan Pneumonia litbang.depkes.co.id,online,2002 Akses : 16 Maret 2013.

Fuad, Ahmad, 2008, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Fuafbahsin.wordpress.com, online 25 Desember 2008, Akses : 16 Maret 2013.

Kirana, dkk, 2009. Pelaksanaan Pemantauan Wilayah Setempat. http://pwskia.com

Khadirmunaj. 2008, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Nanda, 2007 – 2008, Diagnosa Nanda (NIC dan NOC) Disertai Dengan Discharge Planning. Jakarta. Notoatmodjo S. Ilmu Kesehatan Masyarakat .Jakarta: Rineka Cipta, 2005.

PWS KIA, 2009. Sub Direktorat Kesehatan Ibu yang merupakan pembahasan akhir dan hasil editing

P2 ISPA. 2007. Lokakarya dan Rakernas Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

Trisnanta T. 2005. Manusia dan Kesehatan Lingkungan. Jakarta : CV Panca Sejati, 2005. 22-24

Sumber Data Subdin P2P Sumsel, 2008.

Slamet SJ. 2004. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Vietha, 2009, Pengertian ISPA dan ASKEP, Viethanurse.wordpress.comonline : 2004, Akses : 16 Maret

2013.

Gambar

Tabel 4. Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Kejadian ISPA pada balita
Tabel 5. Hubungan Sikap Ibu dengan Kejadian ISPA pada balita

Referensi

Dokumen terkait

Segala akibat yang timbul sepenuhnya sehubungan dengan pemberian kuasa ini menjadi tanggung jawab Pemberi Kuasa dan dengan ini Pemberi Kuasa membebaskan BCA dari segala macam

Moeslem Millionair, Life is changeable that we have to improve every time, Life is competition so we have to fight every moment not for our self but also for our family and

[r]

XORP dapat juga berjalan pada sistem virtual dengan menggunakan perangkat lunak virtualisasi populer seperti Vmware dan Xen, dimana XORP dapat berbagi perangkat keras x86

H.A Bastari Seberang Ulu I - Palembang, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Kantor / Pokja ULP Regional VII BKN Palembang Tahun Anggaran 2016, telah diadakan rapat evaluasi penawaran

Secara umum kesimpulan dalam penelitian ini adalah “ Implementasi pembelajaran tematik dengan Quantum Teaching di kelas III SDN 21 Kecamatan Sungai Raya

(iv) Saya mengesahkan hanya satu tuntutan sahaja yang saya kemukakan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul o'Pengembangan LKS Matematika materi Segiernpat dengan Pendekatan Scientifie sebagai Upaya Melatih Berpikir Kritis Siswa Kelas VII