Tema : 8 (Pengabdian kepada masyarakat)
PENINGKATAN EFISIENSI DAN PENDAMPINGAN MANAJEMEN
PRODUKSI DAN KEUANGAN PADA KUBE MANDIRI BERKAH
DESA/KECAMATAN LUMBIR,
KABUPATEN BANYUMAS
Oleh
Istiqomah
1, Kikin Windhani
2, Sudjarwanto
3 1,2,3Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Email: istiqomahsubechan@gmail.com
ABSTRAK
Masalah dalam aspek operasional KUBE Mandiri Berkah adalah bahwa semua tahap produksi masih dilakukan secara manual sehingga efisiensi rendah. Misalnya pemotongan bahan baku keripik singkong, pisang dan busil masih dilakukan dengan slicer manual. Pemarutan singkong sebagai bahan baku rengginang dan aneka krupuk juga masih dilakukan secara manual. KUBE juga tidak memiliki pencatatan atas transaksi yang dilakukannya. Dengan demikian tidak ada perhitungan detil tentang penerimaan, biaya dan keuntungan. Metode yang dilakukan yaitu pemberian hibah mesin perajang, pemarut dan penepung serta penyuluhan dan pelatihan pembukuan. Hasilnya adalah efisiensi waktu produksi dan peningkatan omset serta peningkatan pembukuan dari sebelumnya hanya catatan produksi saja, sudah bertambah dengan pencatatan pembelian bahan baku dan penjualan.
Kata kunci: agroindustri, pembangunan perdesaan, efisiensi, pembukuan
ABSTRACT
The problem in operational aspect of KUBE Mandiri Berkah is that all production stages are still done manually resulting in low efficiency. For example raw materials of cassava, banana and taro chips are sliced manually. The raw materials of various crackers are also crushed with low capacity crusher. Furthermore, KUBE Mandiri Berkah has not recorded its transactions. Therefore, there is no detailed calculation of revenue, cost and profit. The method of this community service is by granting slicer, crusher, disk mill and bookkeeping training. The intervention has resulted in the increased efficiency of production time, increase in turnover and improved bookkeeping from previously production records alone, to additional recording of raw material purchases and sales.
Key words: agroindustry, rural development, efficiency, bookkeeping
PENDAHULUAN
Kelompok Usaha Bersama (KUBE)Mandiri Berkah beralamat di Grumbul Pengawaren RT 5
RW 3 Desa Lumbir, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas. KUBE tersebut yang
beranggotakan 20 orang, telah beroperasi sejak tahun 2007. Dari produksi harian yang berkisar 5
kilogram di awal berdirinya, saat ini KUBE Mandiri Berkah sudah berkembang pesat, dan
setiap hari terdiri dari keripik pisang sale dengan kapasitas 1,5 kwintal per hari, keripik singkong
dengan kapasitas 1 kwintal per hari, dan keripik busil dengan kapasitas 1 kwintal per hari. Selain
ketiga produk tersebut, produk yang baru diproduksi beberapa bulan terakhir adalah Modified
Cassava Flour (MOCAF), rengginang singkong, aneka krupuk berbahan singkong dan MOCAF,
dan keripik jagung yang diproduksi insidental saat musim panen jagung. Omset mingguan sekitar
Rp5 juta atau Rp20 juta per bulan.
KUBE menjalin hubungan yang sangat baik dengan pemasok bahan baku. Para pemasok
yang mengantarkan bahan baku ke KUBE Mandiri Berkah, sehingga menghemat pengeluaran
transportasi KUBE.
Wilayah pemasaranmasih terbatas di Kecamatan Lumbir. Ada juga pembelian sebagai
oleh-oleh yang dibawa konsumen ke berbagai daerah. Tapi pemasaran keluar daerah umumnya
dilakukan oleh pedagang perantara. Sebagian besar penjualan dilakukan secara tunai karena KUBE
terkendala modal, sehingga lebih sering menolak penjualan dengan sistem konsinyasi.
KUBE Mandiri Berkah memiliki gudang bahan baku dan dapur produksi berupa bangunan
semi permanen yang khusus digunakan untuk produksi aneka kripik. Sayangnya bangunan tersebut
masih berlantai tanah sehingga belum memenuhi syarat untuk pengajuan PIRT. Walaupun sudah
beroperasi selama 10 tahun, KUBE Mandiri Berkah sampai saat ini belum memiliki PIRT.
KUBE juga tidak memiliki pencatatan atas transaksi yang dilakukannya. Dengan demikian
tidak ada perhitungan detil tentang penerimaan, biaya dan keuntungan. Tanpa pembukuan yang
memadai, akan sulit bagi KUBE untuk mengevaluasi aspek mana yang sudah baik dan mana yang
perlu diperbaiki sehingga sulit menentukan strategi pengembangan ke depannya.
Selama 10 tahun berdiri, KUBE Mandiri Berkah belum pernah mendapatkan bantuan dari
pihak manapun baik dalam bentuk peralatan produksi maupun pendampingan manajemen. Padahal
potensinya sangat besar dalam rangka penyediaan lapangan usaha, kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan masyarakat, pemanfaatan sumberdaya lokal, dan penguatan struktur industri nasional.
Dengan demikian pendampingan dalam berbagai aspek sangat diperlukan bagi perkembangan
KUBE Mandiri Berkah.
Masalah dalam aspek operasional adalah semua tahap produksi masih dilakukan secara
manual sehingga efisiensi rendah. Misalnya pemotongan bahan baku keripik singkong, pisang dan
busil masih dilakukan dengan slicer manual. Pemarutan singkong sebagai bahan baku rengginang
dan aneka krupuk juga masih dilakukan secara manual. Kelemahan penggunaan slicerdan pemarut
manual adalah produktivitas per satuan waktu dan per satuan tenaga kerja yang rendah karena
kecepatan kerja yang terbatas. Selain itu, produksi MOCAF juga terhambat karena KUBE belum
memiliki mesin penepung. Selama ini anggota KUBE harus menempuh jarak yang relatif jauh ke
Kecamatan Lumbir untuk menyewa mesin penepung.
dikhususkan untuk produksi, namun higienitasnya masih rendah. Saat ini KUBE belum memiliki
PIRT. Mereka sudah mengikuti penyuluhan PIRT pada tanggal 8 Januari 2017 di PLUT
Purwokerto. Berdasarkan ketentuan pengajuan PIRT, dapur harus bersih. Padahal saat ini,
bangunan dapur dan gudang KUBE Mandiri Berkah masih berlantai tanah. Selain itu, kamar mandi
yang juga berfungsi sebagai tempat mencuci bahan baku masih memprihatinkan, belum memenuhi
standar hygiene.
Sampai saat ini, KUBE tidak melakukan pencatatan baik terhadap hasil produksi maupun
transaksi keuangan. Padahal pencatatan sangat penting untuk memonitor perkembangan KUBE
dari waktu ke waktu sehingga KUBE dapat mengevaluasi operasi mereka di masa lalu untuk
menentukan strategi pengembangan di masa yang akan datang. Dengan pembukuan yang baik,
nantinya dapat dievaluasi kondisi efisiensi usaha sebelum dan sesudah ada intervensi berupa
pemberian bantuan mesin produksi dan pendampingan manajemen.
1. Agribisnis
Usahakecil agribisnis mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan
ekonomi nasional terutama dalam hal penyediaan lapangan usaha, kesempatan kerja, peningkatan
pendapatan masyarakat, peningkatan ekspor non migas dan dalam memperkuat struktur industri
nasional. Namun demikian, dalam perkembangannya, masalah yang dihadapi tidaklah sedikit, baik
masalah eksternal maupun masalah internal, antara lain: iklim usaha yang belum mendukung
tumbuh dan berkembangnya usaha kecil secara optimal sesuai dengan potensinya; sarana dan
prasarana usaha yang berorientasi pengembangan usaha relatif terbatas; kemampuan berwirausaha
dari masyarakat sebagai pelaku usaha kecil masih belum optimal dan sikap profesional seorang
pengusaha belum membudaya. Sedangkan permasalahan utama lainya yang erat terjadi dalam
sebuah organisasi usaha kecil di bidang agribisnis diantaranya adalah : lemah di bidang organisasi
dan manajemen, lemah dalam struktur permodalan, akses terhadap sumber permodalan terbatas,
sulit memperoleh akses dan peluang pasar,rendahnya kualitas SDM,panjangnya rantai
distribusi,sistem kemitraan lebih banyak menguntungkan mitra usaha besar,dan egosentris tinggi
(Burhan, 2004).
2. Pentingnya Pendampingan Usaha di Perdesaan
The National Business Incubation Association (NBIA) di Amerika Serikat mendefinisikan
inkubator bisnis sebagai program pendampingan bisnis yang ditujukan kepada usaha yang baru
berdiri dan perusahaan yang masih berada pada fase awal dengan tujuan untuk meningkatkan
peluang untuk tumbuh menjadi perusahaan yang sehat dan berkelanjutan (Adkins, 2001). Menurut
Mian (1997), inkubator bisnisdidefinisikan sebagai suatu entitas, yang merupakan gabungan
berbagai macam fasilitas fisik (kantor, aparat, industriatau ruang pabrik) yang membantu
start-up)akses ke internet, peralatan bersama, pelayanan administrasi dan kadang-kadang akses
kesumber daya finansial, termasuk modal ventura, selama tahun-tahun pertama kegiatan
operasional mereka.Penelitian terhadap 15 inkubator bisnis di perdesaan AS menunjukkan bahwa
layanan yang diberikan umumnya meliputi perencanaan usaha dan keuangan, bantuan untuk
mengakses modal, pengembangan jejaring, layanan akuntansi, pemasaran, hukum dan administrasi,
menghubungkan ke sumberdaya pendidikan tinggi dan pelatihan manajemen (Adkins, 2001).
Inkubator bisnis membantu pencapaian berbagai tujuan sosial dan ekonomi seperti menciptakan
dan mempertahankan bisnis, komersialisasi teknologi, penciptaan kesempatan kerja dan
pendapatan, sekaligus mendorong iklim kewirausahaan (Lesáková, 2012).
METODE PELAKSANAAN
Masalah pertama yang dihadapi KUBE Mandiri Berkah adalah semua tahap produksi
dilakukan secara manual. Padahal produksi harian relatif tinggi, kurang lebih 3,5 kuintal. Dengan
demikian penggunaan tenaga kerja dan waktu tidak efisien. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini
diberikan hibah mesin-mesin produksi berupa mesin perajang keripik yang dapat dimanfaatkan
untuk 2 produk (keripik singkong dan keripik busil), mesin penepung untuk produksi MOCAF, dan
mesin pemarut untuk produksi rengginang singkong.
Masalah kedua adalah ketiadaan pencatatan pembukuan sehingga menyulitkan evaluasi dan
pengambilan keputusan untuk penyusunan strategi bisnis di masa mendatang. Oleh karena itu Tim
memberikan penyuluhan pentingnya pembukuan dan manajemen keuangan dan pelatihan serta
pendampingan agar KUBE dapat memelihara pencatatan walaupun dalam bentuk sederhana.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Masalah pertama yang dihadapi KUBE Mandiri Berkah adalah semua tahap produksi
dilakukan secara manual. Padahal produksi harian relatif tinggi, kurang lebih 3,5 kuintal. Dengan
demikian penggunaan tenaga kerja dan waktu tidak efisien. Oleh karena itu, dalam kegiatan ini
diberikan hibah mesin-mesin produksi berupa mesin pemarut untuk produksi rengginang singkong,
mesin perajang keripik yang dapat dimanfaatkan untuk 2 produk (keripik singkong dan keripik
busil), mesin penepung untuk produksi MOCAF, dan.
Mesin pemarut sangat membantu peningkatan efisiensi produksi rengginang. Dengan
pemarut portabel yang digunakan sebelumnya, untuk memarut 20 kg singkong diperlukan waktu 1
jam dengan 2 orang tenaga kerja. Dengan mesin pemarut di atas, hanya diperlukan waktu 30 menit
untuk memarut 50 kg singkongdan pengerjaan produk dilakukan oleh 3 orang tenaga kerja. Dengan
demikian produksi harian naik sebesar 150 persen. Peningkatan produksi menuntut KUBE untuk
memperluas jaringan pemasaran. Karena pasokan produk yang semakin besar, akhirnya KUBE
Karangpucung. Dengan demikian kenaikan produksi tetap dapat diserap pasar.
Hibah mesin perajang meningkatkan efisiensi proses produksi keripik busil dan singkong.
Sebagai perbandingan, dengan teknik manual, perajangan diakukan 7 jam per hari. Setelah
diberikan hibah mesin, waktu pemarutan singkong dan busil sangat hemat. Singkong sebanyak 60
kg dapat diparut hanya dalam waktu 38 menit. Dengan demikian, karyawan bekerja lebih santai.
Waktu yang dihemat dapat digunakan untuk membereskan bahan baku dan mengemas produk,
namun belum menambah omset. Yang bertambah aalah omset produk lain yaitu rengginang
singkong.Hibah mesin penepung mempermudah prosespembuatan MOCAF karena sebelumnya
KUBE Mandiri Berkah tidak memiliki penepung sehingga harus menyewa jasa penepung di lokasi
yang relatif jauh.
Masalah kedua adalah keterbatasan pencatatan pembukuan sehingga menyulitkan evaluasi
dan pengambilan keputusan untuk penyusunan strategi bisnis di masa mendatang. Pencatatan yang
dilakukan sebatas catatan produksi harian sebagai dasar untuk menentukan upah karyawan. Oleh
karena itu Tim memberikan penyuluhan pentingnya pembukuan dan manajemen keuangan dan
pelatihan serta pendampingan agar KUBE dapat memelihara pencatatan walaupun dalam bentuk
sederhana.
Berdasarkan wawancara dengan Ketua KUBE Mandiri Berkah, KUBE belum memerlukan
pembukuan yang rumit. Jadi yang disepakati adalah pencatatan pembelian bahan baku, produksi,
dan penjualan. Pencatatan produksi terdiri dari 2 tahap yaitu penggorengan dan pengemasan.
Namun keduanya disatukan dalam satu buku. Pencatatan produksi sudah dilakukan sebelumnya,
hanya formatnya ditulis dalam buku yang lebih besar, lebih tebal, dengan kolom-kolom yang lebih
teratur. Keduanya diperlukan sebagai dasar pengupahan karena upah dibayar per satuan dan
sekaligus memberikan informasi tentang produksi harian. Upah penggorengan adalah Rp9.000,00
per bal produk jadi untuk semua produk, sedangkan upah pengemasan Rp3.000,00 per bal untuk
keripik pisang sale dan Rp4.000,00 untuk keripik talas, singkong, dan pisang asin. Karyawan juga
mendapatkan makan siang. Biasanya KUBE tidak menyimpan stok dalam jumlah banyak karena
sudah memiliki banyak pelanggan sehingga produk yang dihasilkan cepat terserap pasar. Dengan
demikian KUBE Mandiri Berkah belum merasa perlu melakukan pencatatan tentang penjualan.
Selain pencatatan produksi harian untuk penggorengan dan pengemasan, KUB Mandiri Berkah
juga melakukan pencatatan untuk pembelian bahan baku dan penjualan.
KESIMPULAN
Kegiatan Penerapan Ipteks berupa penyuluhan dan pelatihan pembukuan dan bantuan
mesin produksi sangat bermanfaat bagi KUB Berkah. Perbaikan pembukuan menjadi alat
Pembukuan yang tadinya hanya mencatat kegiatan produksi, sekarang diperluas dengan pencatatan
pembelian bahan baku dan pencatatan penjualan. Dengan demikian pengambilan keputusan bisnis
di masa mendatang, benar-benar didasarkan pada fakta, bukan asumsi. Bantuan peralatan dan
mesin produksi telah meningkatkan efisiensi pross produksi sehingga waktu yang dihemat dpaat
dimanfaatkan untuk meningkatkan omset.
DAFTAR PUSTAKA
Adkins, D. (2001). “Identifying Obstacles to the Success of Rural Business Incubators”, NBIA, 2001. Available at www.rural.org/publications/NBIA01-08.pdf diakses 5 Februari 2017.
Burhan (2004). Kewirausahaan dan inovasi usaha agribisnis. Makalah disampaikan pada Lokakarya dan Pembekalan Tim Pelaksana Program Mitra Desa, Institut Pertanian Bogor, 24 April 2004.
Lesáková, L. (2012). The role of business incubators in supporting the SME start-up. Acta Polytechnica Hungarica, 9(3): 85-95.