HUBUNGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN PSIKOSOSIAL DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI DESA BLANG JAMBE KECAMATAN JULOK KABUPATEN ACEH TUMUR
KECAMATAN IDI RAYEUK TAHUN 2015
Muhammad Khairurrozi1 1
Dosen Program Studi Keperawatan STIKes Bina Nusantara
ABSTRAK
Lanjut usia (lansia) merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Lansia akan mengalami Proses penuaan, yang merupakan proses terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Mulai dari lahir sampai meninggal dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup. Menua (menjadi tua) ditandai dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi (Nugroho, 2000).
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan psikososial dengan konsep diri lansia di desa Blang Jambe Kecamatan Julok Kabupaten Aceh Timur 2014. Desain Penelitian adalahcross sectional.
Pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 14-23 Agustus 2014, dengan jumlah responden 50 orang dan alat pengumpulan data berupa kuesioner.
Kata Kunci :keintiman, generatif dan integritas, konsep diri, lansia
PENDAHULUAN
Lanjut usia (lansia) merupakan suatu kejadian yang pasti dialami secara fisiologis oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang. Lansia akan mengalami Proses penuaan, yang merupakan proses terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Mulai dari lahir sampai meninggal dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup. Menua (menjadi tua) ditandai dengan menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi (Nugroho, 2000).
Kemunduran yang dialami lansia mendorong pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional khususnya pembangunan di bidang medis. Untuk meningkatkan derajat kesehatan khususnya lansia, kebijakan pelayanan kesehatan dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan lansia, yaitu dengan dibentuknya posyandu lansia maka lansia akan mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat (Erfandi, 2008).
Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan
dengan peningkatan usia harapan hidup (BPS, 2000 dalam Setiawan 2009). Jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar ±19 juta jiwa dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan usia harapan hidup 67,4 tahun. Sedangkan pada tahun 2020 diprediksi jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa dengan usia harapan hidup 71,1 tahun (Effendi, 2009).
Usia individu tidak dapat dielakkan terus bertambah dan berlangsung konstan dari lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarakat tidak seperti itu, proporsi populasi lansia relatif meningkat dibandingkan populasi usia muda (Clement, 1985 dalam Stanley 2006). Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu : masa anak, masa dewasa, dan masa tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran secara fisik maupun psikis.
Konsep diri terdiri dari beberapa komponen yaitu : identitas, citra tubuh, harga diri, ideal diri dan peran. Perubahan dalam penampilan, struktur atau fungsi bagian tubuh akan membutuhkan perubahan dalam gambaran diri (citra diri). Persepsi seseorang tentang perubahan tubuh dapat dipengaruhi oleh perubahan tersebut terjadi (Potter & Perry, 2005).
Semakin lanjut usia seseorang, maka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan peranan-peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan timbulnya gangguan di dalam mencukupi kebutuhan hidupnya. Sehingga dapat meningkatkan bantuan orang lain (Nugroho, 2000). Seiring dengan bertambahnya usia populasi kita, perawat perlu untuk memeriksa kebutuhan lansia, untuk mempengaruhi kebijakan kesehatan dan untuk mengevaluasi standar praktik keperawatan gerontik, dan untuk membuat perencanaan di masa yang akan datang (Stanley, 2006).
Meningkatnya jumlah lansia akan mempunyai dampak positif dan negatif, dampak negatif yang mungkin muncul pada lansia terkait aspek biologis atau fisik, aspek sosial dan aspek psikologis atau emosional. Salah satu masalah dari aspek psikologis adalah penurunan konsep diri karena kemunduran-kemunduran pada lansia. Tugas perkembangan lansia diantaranya dapat menerima perubahan dalam penampilan dan ketahanan. Lansia yang memiliki konsep diri rendah tidak menghargai perawatan dan cenderung tidak akan mencari bantuan untuk kesehatan fisik atau emosional (Perry & Potter, 2005). Konsep diri dapat mempengaruhi kemunduran pada lansia, karena konsep diri merupakan hasil dari aktivitas pengeksplorasian dan pengalamanya dengan tubuhnya sendiri, yang sering mempengaruhi adalah perubahan fisik pada lansia. Konsep diri dipelajari melalui pengalaman pribadi setiap individu, hubungan dengan orang lain dan interaksi dengan dunia luar dirinya (Suliswati, dkk, 2005).
Setiap tahap perubahan dalam perjalanan hidup manusia senantiasa mendatangkan perasaan tegang atau stres dalam jiwa manusia. Perasaan tegang dapat timbul karena kecewa mengalami situasi yang sama sekali tak diduga dan tak diharapkan terjadi dalam hidupnya. Seringkali kita sebagai seorang perawat mudah sekali memberi dukungan moril dan memberi
nasehat agar bersabar kepada mereka, tetapi bagi seseorang yang mengalami sendiri dengan seluruh perasaannya peristiwa perubahan tersebut, tidaklah sesederhana itu (Pdpersi, 2006) Gangguan pemenuhan kebutuhan psikososial dapat mengakibatkan peristiwa traumatic kehidupan dan lingkungan sosial denga suasa yang menegangkan sehingga dapat menjadi kausa gangguan neurosa depresi. Sejumlah data yang kuat menunjukkan bahwa perasaan kehilangan dapat memacu serangan awal gangguan neurosa depresi (Anwar, 2002) perasaan sedih tertekan seperti depresif merupakan ketegangan jiwa yang dampaknya menjadikan jiwa manusia bergolak gelombang tidak tentram. Secara perlahan pergolakan gelombang rasa duka itu bergulir mulai dari seluruh perhatian tersedot kepada peristiwa baru, mengurang perhatian kepada subjek lain, gangguan kualitas kinerja sampai mengalami kondisi tidak bisa istirahat, gelisah, dan tidak dapat tidur pada malam hari. Kondisi gangguan ini bisa berlangsung selama beberapa hari, minggu, bulan bahkan bertahun-tahun (Pdpersi, 2006)
Tak jarang akibat stressor yang sering dialami lansia akibat berbagai penurunan fungsi tubuh dapat menganggu konsep dirinya. Konsep diri sangat erat katanya dengan diri individu. Kehidupan yang sehat, baik fisik maupun psikologi salah satunya di dukung oleh konsep diri yang baik dan stabil. Konsep diri adalah hal-hal yang berkaitan dengn ide, pikiran, kepercayaan serta keyakinan yang diketahui individu dalam membina hubungan interpersonal. Meskipun konsep diri tidak langsung ada, begitu individu di lahirkan, tetapi secara bertahap seiring dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan individu, konsep diri akan terbentuk karena pengaruh lingkungannya (Keliat, 1992)
hasil wawancara juga didapatkan bahwa lansia malu dan sulit bergaul karena kondisi fisik yang menurun sebanyak 40% dan tidak mampu berperan sebagai mana mestinya sebanyak 60%.
Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk meneliti Hubungan pemenuhan kebutuhan psikososial dengan konsep diri lansia di desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian yaitu apakah ada hubungan pemenuhan kebutuhan psikososial dengan konsep diri lansia di desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014.
TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan psikososial dengan konsep diri lansia di desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan keintiman dengan konsep diri lansia di desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014
b. Untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan generatif dengan konsep diri lansia di desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014
c. Untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan integritas dengan konsep diri lansia di desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah bersifat korelasidengan rancangan cross sectional yaitu suatu penelitian dimana untuk menilai atau meneliti variabel dependent dan variabel independentsecara bersamaan untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan psikososial dengan konsep diri lansia di desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur tahun 2014.
POPULASI DAN SAMPEL
Populasi dalam penelitian ini adalah di seluruh lansia yang berada di desa Kuala
Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur, yang berjumlah 98 orang.
Perhitungan besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin (1960; dikutip dari Notoatmodjo, 2002) sebagai berikut :
N n =
1 + N (d2)
Keterangan :N = Besar populasi n = Besar sampel
d = Tingkat Kelonggaran 10 % Dengan menggunakan rumus Slovin, dimana besar populasi adalah 98 orang
98 n =
1 + 98 (0,01)
98 n = 1,98
n = 49,78
Jadi jumlah responden pada penelitian ini adalah 50 orang lansia
Responden diambil berdasarkan penarikan lotre nama-nama lansia. Kemudian lansia tersebut dimintakan kesediaan untuk menjadi responden, bila ada yang tidak bersedia, maka akan di lotte nama lansia yang lain.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur serta waktu penelitian pengumpulan data penelitian dilakukan pada tanggal 14-23 Agustus 2014.
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian telah dilakukan mulai tanggal 14-23 Agustus 2014, dengan jumlah responden yang berpartisipasi dalam penelitian sebanyak 50 orang, dimana penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan pemenuhan kebutuhan psikososial dengan konsep diri lansia di desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk Kabupaten Aceh Timur tahun 2014, dimana di dapatkan data :
1. Kebutuhan Keintiman
Konsep Diri Lansia Di Desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014
No Kebutuhan Keintiman F % 1.
Sumber : Data Primer (Tahun 2014)
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa dari 50 responden, mayorita lansia dapat Kebutuhan Keintiman baik yaitu 37 responden (74%).
2. Pemenuhan Kebutuhan Generatif
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Generatif Di Desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014
Sumber : Data Primer (Tahun 2014)
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas lansia dapat Pemenuhan Kebutuhan Generatif dengan baik yaitu 26 responden (52%). 3. Pemenuhan Kebutuhan Integritas
Tabel 3Distribusi Frekuensi Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Integritas Dengan Konsep Diri Lansia Di Desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014
No Kebutuhan
Sumber : Data Primer (Tahun 2014)
Berdasarkan tabel 5.3, didapatkan bahwa mayoritas lansia dapat Pemenuhan Kebutuhan Integritas dengan baik yaitu 37 responden (74%). 4. Konsep Diri Lansia
Tabel 4Distribusi Frekuensi Konsep Diri Lansia Di Desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014
No Konsep Diri Lansia F % 1.
Sumber : Data Primer (Tahun 2014)
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa mayoritas lansia memiliki Konsep diri baik yaitu 40 responden (80%).
5. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Keintiman Dengan Konsep Diri Lansia Tabel 5Distribusi Frekuensi Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Keintiman Dengan Konsep Diri Lansia Di Desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk tahun 2014
No Kebutuhan
Sumber : Data Primer (Tahun 2014)
Berdasarkan tabel diatas di dapat bahwa lansia dapat pemenuhan kebutuhan keintiman dengan baik yaitu 37 responden (100%) dimana mayoritas memiliki konsep diri baik yaitu 27 responden (73%) dan minoritas lansia memiliki konsep diri kurang 10 responden (27%).
Nursalam (2003) juga mengemukakan hasil analisa bivariat yaitu keputusan hipotesis Ha diterima bila nilai P (P value) lebih kecil dari α (alpha) atau (p<0,05) maka keputusannya adalah menerima hipotesis Ha. Sebaliknya bila P value lebih besar dari alpha (p>0,05) maka hipotesis ditolak. Berdasarkan bahwa analisa bivariat dapat disimpulkan ada hubungan Pemenuhan Kebutuhan Keintiman Dengan Konsep Diri Lansia
6. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Generatif Dengan Konsep Diri Lansia
Tabel 6Distribusi Frekuensi Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Generatif Dengan Konsep Diri Lansia Di Desa Kuala Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk Tahun 2014
No Kebutuhan
Sumber : Data Primer (Tahun 2014)
baik yaitu 26 responden (100%) dimana mayoritas memiliki konsep diri baik yaitu 18 responden (69,2%) dan minoritas lansia memiliki konsep diri kurang 8 responden (30,8%).
Nursalam (2003) juga mengemukakan hasil analisa bivariat yaitu keputusan hipotesis Ha diterima bila nilai P (P value) lebih kecil dari α (alpha) atau (p<0,05) maka keputusannya adalah menerima hipotesis Ha. Sebaliknya bila P value lebih besar dari alpha (p>0,05) maka hipotesis ditolak
Berdasarkan analisa bivariat dapat disimpulkan bahwa ada pemenuhan kebutuhan generatif dengan konsep diri lansia
7. Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Integritas Dengan Konsep Diri Lansia
Tabel 7Distribusi Frekuensi Hubungan Pemenuhan Kebutuhan Integritas Dengan Konsep Diri Lansia Di Desa Kuala Peudawa PuntongKecamatan Idi Rayeuk Tahun 2014
. Sumber : Data Primer (Tahun 2014)
Berdasarkan tabel diatas di dapat bahwa lansia dapat pemenuhan kebutuhan generatif dengan baik yaitu 37 responden (100%) dimana mayoritas memiliki konsep diri baik yaitu 28 responden (75,7%) dan minoritas lansia memiliki konsep diri kurang 9 responden (24,3%).
Nursalam (2003) juga mengemukakan hasil analisa bivariat yaitu keputusan hipotesis Ha diterima bila nilai P (P value) lebih kecil dari α (alpha) atau (p<0,05) maka keputusannya adalah menerima hipotesis Ha. Sebaliknya bila P value lebih besar dari alpha (p>0,05) maka hipotesis ditolak.Berdasarkan analisa bivariat dapat disimpulkan bahwa tidak ada pemenuhan kebutuhan integritas dengan konsep diri lansia.
Kesimpulan
Penelitian telah dilakukan mulai tanggal
14-23
Agustus
2014,
dengan
jumlah
responden
yang
berpartisipasi
dalam
penelitian sebanyak 50 orang, dimana
penelitian
dilakukan
untuk
mengetahui
hubungan pemenuhan kebutuhan psikososial
dengan konsep diri lansia di desa Kuala
Peudawa Puntong Kecamatan Idi Rayeuk
Kabupaten Aceh Timur tahun 2014, dimana di
dapatkan data :
a. Ada hubungan pemenuhan kebutuhan keintiman dengan konsep diri lansia
b. Ada hubungan pemenuhan kebutuhan generatif dengan konsep diri lansia.
c. Tidak ada hubungan pemenuhan kebutuhan integritas dengan konsep diri lansia.
Saran
1. Bagi reponden
Memberi gambaran bagi responden dan lansia dalam berinteraksi, berkomunikasi dan merawat dirinya dalam pemenuhan kebutuhan keintiman, generatif dan integritas dalam kehidupan sehari.
2. Bagi keluarga
Memberikan informasi dan motivasi bagi keluarga agar dapat merawat lansia
3. Bagi Intitusi Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan saran yang dapat dimanfaatkan pihak Intitusi Kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam intervensi penyuluhan, perhatian atau pelayanan khusus pada asuhan keperawatan gerontik
4. Bagi penelitian keperawatan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan data dasar untuk penelitian berikutnya khususnya yang terkait dengan upaya keluarga dalam perawatan anggota keluarga.
DAFTAR PUSTAKA