• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER (DHF) DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO

HUSODO MOJOKERTO

Dwi Ratna Sari 1414401007

Subject: asuhan, keperawatan, Dengue, Haemorrhagic,

Description

Penyakit demam berdarah dengue atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit menular disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti penyakit ini dapat menyerang semua orang terutama pada anak, upaya yang paling penting dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak adalah supaya tepat dalam menentukan diagnosa, dan intervensi untuk mencegah komplikasi. Tujuan dari penelitian adalah mengkaji pelaksanaan asuhan keperawatan pada anak dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF).

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus, jumlah partisipan 2 orang yang terdiagnosa medis Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) pada anak usia 1-18 tahun dan tidak dibatasi grade. Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan asuhan keperawatan anak mulai dari pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

Hasil dari studi kasus pada pengkajian didapatkan keluhan yang berbeda pada masing-masing responden karena berbeda grade sehingga keluhan diantara masing-masing responden berbeda responden 1 mengatakan mual, responden 2 mengeluh mual muntah. Sehingga ada perbedaan dalam menentukan diangnosa responden 1 kekurangan volume cairan dan responden 2 resiko perdarahan, Intervensi yang dilakukan pada klien 1 manajemen asupan oral, manajemen nutrisi. Klien 2 monitor tanda-tanda perdarahan, manajemen asupan oral, mencatat hasil laboratorium. Evaluasi di dapatkan klien 1 sudah tidak mual, klien 2 sudah tidak mual muntah.

Klien dengan Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) setelah dilakukan intervensi keperawatan terjadi peningkatan trombosit, hematokrit, leokosit, hemoglobin, kebutuhan cairan pasien terpenuhi, klien sudah tidak mual muntah, dan tidak lemah.

(2)

ABSTRACT

Dengue hemorrhagic disease or Dengue Haemorragic Fever (DHF) is an infectious disease caused by dengue virus transmitted through the bite of aedes aegypti mosquitoes This disease can affect everyone especially in children, The most important effort in nursing care in children is to be precise in determining diagnoses, and interventions to prevent complications. The purpose of the study was to assess the implementation of nursing care in children with Dengue Haemorrhagic Fever (DHF).

The design used in this study was a case study, the number of participants were 2 people who were diagnosed with Dengue Haemorragic Fever (DHF) in children aged 1-18 years and not limited by grade. Data collection was done by performing nursing care of children from assessment, data analysis, nursing diagnoses, intervention, implementation and evaluation

The result of the case study on the assessment obtained different complaints on each respondent because of different grade so that the complaint between each respondent was different respondent 1 said nausea, respondent 2 complained of nausea and vomiting. So there was a difference in determining the diagnosis on respondent 1 was lack of fluid volume and on the respondent 2 risk of bleeding, intervention done on respondent 1 was oral intake management, nutrition management. Respondent 2 was monitor signs of bleeding, oral intake management, record the laboratory results. Evaluation from respondent 1 was not nausea, respondent 2 was not nausea and vomiting.

Patients with Dengue Haemorragic Fever (DHF) after nursing intervention there was increasing in platelets, hematocrit, leococytes, hemoglobin, patient's fluid requirements were met, the respondent’s was not nausea vomiting, and not weak.

Dengue Haemorragic Fever (DHF) leads to plasma leakage and bleeding resulting in decreased platelets, to replace the fluid lost due to leakage plasma clients are encouraged to drink a lot of water.

Keywords: nursing, cere, dengue, haemorrhagic

Contributor : Vonny Nurmalya M, M. Kep Widy Setyowati, M. Kep Date : 03 Agustus 2017

Type material : Laporan Tugas Akhir Identifier :-

Right : Open Document

Summary :

Latar Belakang

(3)

pada anak (Susilaningrum dkk, 2013). Penyakit Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) sering menyerang pada anak karena terutama pada anak usia kurang dari tujuh tahun belum dapat membentuk kekebalan tubuh sendiri, aktivitas anak lebih banyak diluar rumah pada siang hari, sedangkan nyamuk aedes aegypti biasanya menggigit pada siang hari (Slamet dalam Nengrum, 2014).

Kementerian kesehatan RI mencatat jumlah penderita Dengue Haemorrhagic fever (DHF) di Indonesia pada bulan Januari-Februari 2016 sebanyak 13.219 orang penderita DHF dengan jumlah kematian 137 orang. Proporsi penderita terbanyak yang mengalami DHF di Indonesia ada pada golongan anak-anak usia 5-14 tahun, mencapai 42,72% dan yang kedua pada rentang usia 15-44 tahun, mencapai 34,49% (Depkes RI, 2016). Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa tahun 2014 penderita DHF di Kabupaten Mojokerto 49 penderita, dengan rincian laki-laki sebanyak 28 penderita dan perempuan sebanyak 21 penderita. Tidak ada kasus penderita yang meninggal dunia. Pada tahun 2013 penderita. DHF sebanyak 59 penderita dan yang meninggal sebanyak 4 orang. Terjadi penurunan kasus DHF dari tahun 2013 ke tahun 2014 (Dinkes Mojokerto, 2014). Berdasarkan studi pendahuluan yang di lakukan pada tanggal 28 februari 2017 di RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo Mojokerto di dapatkan data rekam medik dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dengan jumlah 341 pasien dengan rentang usia 1-6 tahun sebanyak 27% usia 6-10 tahun sebanyak 24% usia 10-18 tahun sebanyak 49% yang menderita penyakit Dengue Haemorrhagic fever (DHF).

Faktor penyebab terjadinya DHF adalah virus dengue yang di sebabkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti. dengan adanya genangan air bersih menjadi tempat perkembangbiakan larva nyamuk aedes aegypti, dan kurangnya pengetahuan masyarakat menyebabkan seringnya terjadi epidemis dengue, (Malela dalam Umbor, 2016). Sebagian besar penderita menunjukan gejala menimbulkan demam yang tidak khas. Tanda dan gejala demam dengue (DD) yang klasik antara lain berupa demam tinggi yang terjadi mendadak, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (retro-orbital), rasa sakit pada otot dan tulang, lemah badan, muntah, sakit tenggorokan, ruam kulit makulopapuler. Beratnya nyeri otot dan tulang yang dialami penderita menyebabkan demam dengue dikenal sebagai demam patah tulang (breakbone fever) (Soedarto, 2012).Komplikasi Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) biasanya berhubungan dengan syok yang berat dan memanjang dan perdarahan berat. Pemberian cairan yang berlebihan selama fase kebocoran plasma dapat berakibat efusi massif, yang berujung pada gagal nafas, Dapat terjadi gangguan elektrolit/metabolik: hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, atau terkadang hiperglikemia (Tjokroprawiro, 2015).

(4)

tubuh (Sodikin dalam Susilo, 2016). Penggunaan kompres hangat dapat mencegah pasien tidak menggigil. Kompres hangat merangsang vasodilatasi sehingga mempercepat proses evaporasi dan konduksi yang dapat menurunkan suhu tubuh (Sodikin dalam Permatasari, 2012). Mengatasi mual muntah dengan mempertahankan intake dan output yang adekuat, rehidrasi oral, seperti memberikan minum jus buah atau susu supaya tidak terjadi dehidrasi (Nugrahajati, 2012).

Hasil dan Pembahasan 1. Pengkajian

Pada pengkajian pada tanggal 10 juni 2017 keluhan yang muncul dari 2 responden adalah responden 1 panas sejak 4 hari naik turun tinggi pada saat malam hari, mual. Pemeriksaan fisik ditemukan ptekie, klien tampak lemas, perdarahan gusi dan stomatitis pada lidah, nyeri pada perut bagian atas, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan trombosit 20 (10^3/uL). Responden 2 panas sejak 4 hari naik turun, mual muntah. Pemeriksaan fisik klien mengatakan nyeri pada ulu hati saat dilakukan pemeriksaan palpasi pada abdomen, pada pemeriksaan laboratorium di dapatkan penurunan trombosit 69 (10^3/uL). dan hematocrit 38,7%

Tanda dan gejala Dengue Haemorhagic Fever (DHF) adalah demam tinggi yang terjadi mendadak, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata (retro-orbital), rasa sakit pada otot dan tulang, lemah badan, mual muntah, sakit tenggorokan, ruam kulit makulopapuler. Beratnya nyeri otot dan tulang yang dialami penderita menyebabkan demam dengue dikenal sebagai demam patah tulang (breakbone fever) (Soedarto, 2012). Berdasarkan pemeriksaan penunjang pada pasien dengue haemorrhagic fever (DHF) terdapat penurunan trombosit, hemoglobin, hematokrit, leokosit (Tjokroprawiro dkk, 2015).

Kedua partisipan, tanda dan gejala Dengue Haemorhagic Fever (DHF) hampir sama dengan teori yang ada yaitu demam tinggi, mual muntah, berdasarkan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada responden 1 terdapat ptekie, dan perdarahan pada gusi dan stomatitis pada lidah, pemeriksaan laboratorium terdapat penurunan trombosit. Responden 2 terdapat nyeri tekan pada ulu hati saat dilakukan palpasi, pada pemeriksaan laboratorium terdapat penurunan trombosit dan hematokrit, dan sesuai dengan tanda dan gejala yang ada.

2. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan pengkajian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan diagnosa yang berbeda pada kedua partisipan diagnosa pada responden 1 adalah kekurangan volume cairan b/d kehilangan cairan aktif :klien tampak lemah, ptekie diekstremitas atas tangan sebelah kanan, perdarahan gusi dan stomatitis pada lidah, akral dingin, warna kuku sianosi, CRT >2 detik, TD :120/80mmhg, Nadi : 60X/mnt, RR : 21x/mnt, suhu : 36.7˚c. pada partisipan 2 terdapat diangnosa resiko perdarahan b/d koagulopati inheren (trombositopenia) : klien tampak lemah, TD :100/70mmhg, Nadi : 80x/mnt, RR : 25x/mnt, suhu : 36˚c.

(5)

defisiensi pengetahuan muncul diagnosa keperawatan resiko perdarahan (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Masalah keperawatan pada kedua partisipan berbeda batasan karakteristiknya yang ditemukan saat pengkajian, ternyata tidak semua masalah keperawatan yang terdapat dalam teori ditemukan pada klien, tetapi kedua klien mengalami masalah utama yang berbeda partisipan 1 adalah kekurangan volume cairan, dan partisipan ke 2 adalah resiko perdarahan dan dengan analisa data yang berbeda.

3. Intervensi

Intervensi yang dilakukan untuk responden 1 dengan masalah keperawatan kekurangan volume cairan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan klien tampak tidak lemas, akral hangat, nadi dalam batas normal 80-130x/menit, trombosit dalam batas normal (150-450) (10^3/uL), hematokrit dalam batas normal (37-52)%. Manajemen asupan oral, manajemen nutrisi, memantau intake dan output, pantau tanda-tanda vital, ajarkan keluarga dan klien tanda dan gejala datangnya syok, ajarkan keluarga dan klien tentang langkah untuk mengatasi gejala syok (Nurarif dan Kusuma, 2015)

Intervensi yang dilakukan pada responden 2 dengan masalah keperawatan resiko perdarahan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24 jam diharapkan tidak terjadi perdarahan sepontan tekanan darah dalam batas normal sistol dan diastole TD:120/80mmhg, hemoglobin dan hematokrit dalam batas normal hemoglobin: 12-15(g/dl), hematokrit 36-47 (%). Memonitor ketat tanda-tanda perdarahan, catat nilai hemoglobin dan hematokrit sebelumdan sesudah terjadi perdarahan, monitor nilai laboratorium, memantau tanda-tanda vital, pertahankan bed rest selama perdarahan aktif (Nurarif dan Kusuma, 2015). Berdasarkan penatalaksanaan pengganti cairan tubuh, penderita diberi minum sebanyak 1,5 – 2 liter dalam 24 jam air, teh, sirup atau susu (Sukohar, 2014).

Berdasarkan intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan kondisi partisipan dan sesuai dengan rencana keperawatan dan teori yang sudah ada. 4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada responden 1 adalah dengan masalah kekurangan volume cairan pada tanggal 10-12 juni 2017 adalah melakukan manajemen nutrisi, memantau intake dan output, memantau laboratorium, memantau tanda-tanda vital, mengajarkan keluarga dan klien tentang tanda dan gejala datangnya syok, mengajarkan keluarga dan klien tentang langkah-langkah untuk mengatasi syok, melakukan manajemen cairan asupan oral menurut hasil penelitian Turnaji (2013) dalam Daryani, (2016) penanganan untuk penyakit Dengue Haemorrahgic Fever (DHF) adalah untuk mengatasi perdarahan, mencegah dan mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan menganjurkan penderita banyak minum.

(6)

trombosit memiliki hubungan dengan syok pada Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) dengan kesimpulan, sakit perut, demam berlangsung selama 4-5 hari.

Membuat intervensi sesuai dengan teori, peneliti dapat menerapkan intervensi yang ada untuk dilakukan implementasi yang sudah diterapkan peneliti terhadap partisipan sudah sesuai dengan teori yang ada menurut buku dan jurnal.

5. Evaluasi

Responden 1 pada tanggal 12 juni 2017 masalah kekurangan volume cairan teratasi sebagian klien mengatakan sudah tidak mual lagi dan sudah tidak mengeluh nyeri perut, selanjutnya tindakan yang bisa dilakukan dirumah adalah anjurkan klien untuk banyak minum, memantau tanda dan gejala syok, melakukan langkah untuk mengatasi syok. Salah satu tindakan non farmakologis untuk mengatasi kekurangan volume cairan adalah menganjurkan klien untuk minum air putih yang banyak (Yekti dalam Daryani, 2016). Tujuan dari minum air putih atau cairan yang mengandung elektrolit yang banyak yaitu untuk menggantikan cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah pada klien Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) (Sodikin, 2012).

Responden 2 pada tanggal 12 juni 2017 masalah resiko perdarahan teratasi sebagian ibu klien mengatakan anaknya sudah tidak mual muntah lagi dan sudah tidak mengeluh nyeri perut, selanjutnya tindakan yang bisa dilakukan dirumah adalah anjurkan klien untuk minum banyak, anjurkan klien untuk tidak makan-makanan yang keras,mengajarkan keluarga untuk memantau tanda-tanda perdarahan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya perdarahan dapat ditingkatkan dengan salah satunya mengkaji ada tidaknya perdarahan pada klien (Pujianti dalam Daryani, 2016).

Simpulan

1. Pengkajian

Hasil pengkajian keluhan yang muncul dari 2 responden adalah responden 1 panas sejak 4 hari naik turun tinggi pada saat malam hari, mual. Pemeriksaan fisik terdapat ptekie, klien tampak lemas, perdarahan gusi dan stomatitis pada lidah, nyeri pada perut bagian atas, pemeriksaan laboratorium didapatkan penurunan trombosit 20 (10^3/uL). Responden 2 panas sejak 4 hari naik turun, mual muntah. Pemeriksaan fisik klien mengatakan nyeri pada ulu hati saat dilakukan pemeriksaan palpasi pada abdomen, pemeriksaan laboratorium di dapatkan penurunan trombosit 69 (10^3/uL). dan hematocrit 38,7%

2. Diagnosa

Klien pertama dan kedua memiliki masalah keperawatan yang berbeda. Klien pertama yaitu kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Klien kedua yaitu resiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren (trombositopenia).

3. Intervensi

(7)

dicapai kedua klien berbeda. Terjadinya perbedaan kriteria hasil pada kedua klien karna tanda dan gejala yang muncul antara klien 1 dan 2 berbeda.

4. Implementasi

Tindakan yang dilakukan pada An. D dan An. A selama 2x24 jam dirumah sakit selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang sudah dibuat

5. Evaluasi

Evaluasi yang dilakukan selama 2x24 jam pada kedua responden sudah teratasi sebagian, karena sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.

Rekomendasi

Di anjurkan minum air putih yang banyak untuk menggantikan cairan yang hilang akibat kebocoran plasma dan pendarahan sehingga mengakibatkan penurunan trombosit.

Daftar Pustaka

Dinkes. (2014). Profil Kesehatan Kabupaten Mojokerto.

Depkes. RI. (2016). Prevalensi DBD. http://www.depkes.go.id di akses pada tanggal 20 maret 2017 jam 23 : 03 WIB.

Daryani, Shinta. Intan. D., (2016). Upaya Pencegahan Terjadinya Perdarahan Dan Syok Pada Pasien DHF Di RSUD Pandan Arang Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta). http://eprint.ums.ac.id/44585/di akses pada tanggal 22 juni 2017 jam 21 : 35 WIB.

Hidayat, A. Aziz Alimul (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Permatasari Kariana, I., Hartini, S. & Bayu Muslim, A. (2013). Perbedaan Efektifitas Kompres Air Hangat Dan Kompres Air Biasa Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Dengan emam di RSUD Tugurejo Semarang. http://182.253.197.100/ejournal/index.php/ilmukeperawatan/article/view/126/15 1.di akses pada tanggal 05 mei 2017 jam 20:43 WIB

Hidayat, A. Aziz Alimul (2005). Pengertian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Lestari. (2016). Asuhan Keperawatan Anak, Yokyakarta: Nuha Medika.

Nengrum,AS. (2014) Asuhan Kebidanan Balita Sakit Pada An.E Umur 4 Tahun Dengan Demam Berdarah Dengue (DBD) Derajat 1 https://digilib.uns.ac.id di akses pada tanggal 20 maret 2017 jam 10 : 45 WIB

(8)

Sukohar. (2014). Demam Berdarah Dengue (DBD) Volume 2 Nomor 2.

http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/311/309 akses pada tanggal 11 April 2017 jam 19 : 46 WIB

Susilaningrum.R., Nursalam., Utami. S., (2013). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakatra: Salemba Medika.

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Sagung Seto.

Sodikin. (2012). Prinsip Perawatan Demam Pada Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susilo, A. S. A. (2016). Upaya Penurunan Suhu Tubuh Dengan Kompres Hangat Pada

Anak DBD Di RSPA Boyolali (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

http://eprints.ums.ac.id/44518/7/PUBLIKASI%20ILMIAH.pdf akses pada tanggal 10-januari-2017 jam 21 : 01 WIB

Tjokroprawiro. A., Setiawan. B., P., Effendi. C., Santoso. D., Soegiarto. G., (2015). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Surabaya: Unair.

Umboh I.V., Kandou D.G., Kepel J.B. (2016). Hubungan Antara Pengetahuan Dan Sikap Tentang Program 3M Plus Dengan Kejadian DBD Di Wilayah Kerja

Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.

http://ejournalhealth.com/index.php/ikmas/article/view/73/71 di akses pada tanggal 17 mei 2017 jam 10 : 25 WIB

Alamat corespondensi

Email : dwir8897@gmail.com

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan uji hipotesis yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar muatan lokal mengenal potensi

Disetujui untuk dipertahankan dihadapan Panitia Penguji Tugas Akhir Program Diploma III Komunikasi Terapan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.. Universitas Sebelas

[r]

agama dalam konteks Indonesia bukan sesuatu hal yang baru, tetapi melihat proporsi bangsa Indonesia saat ini telah berubah, misalnya dulu Islam memang menjadi mayoritas

Dari hasil percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa mesin pemilah warna yang telah direalisasikan berhasil memilah tiga dan empat warna yang berbeda dengan

A Statement From the Ad Hoc Committee on Guidelines for the Management of Transient Ischemic Attacks, Stroke Council, American Heart Association.. National

Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan Sesungguhnya aku Termasuk orang-orang yang berserah diri&#34;.(Q.S Al-Ahqaaf:15). Dari ayat di atas, dapat dijelaskan

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga atas ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan penyusunan